Analisis karakteristik komunitas vegetasi habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Langkat

ANALISIS KARAKTERISTIK KOMUNITAS VEGETASI
HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
DI KAWASAN HUTAN KABUPATEN ACEH TIMUR
DAN KABUPATEN L A N G M T

O L EH:
MA'RIFATIN ZAHRAH

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
MA'RIFATIN ZAHRAH. Analisis Karakteristik Komunitas Vegetasi Habitat Gajah
Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Timur
dan Kabupaten Langkat.
Dibimbing oleh MACHMUD THOHARI dan
HARYANTO PUTRO.
Penunman luas dan kualitas hutan sebagai habitat satwaliar saat ini sangat
mengkhawatirkan bagi kelestarian populasi gajah sumatera. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik komunitasltipe vegetasi kawasan hutan habitat gajah

terrnasuk di dalamnya adalah ketersediaan komponen-komponen pendukung
kehidupan populasi gajah seperti: tumbuhan pakan, sumber garam-garam mineral
(salt licks), sumber air dan pelindung (cover). Penelitian dilakukan di kawasan hutan
Sikundur (Kabupaten Langkat) dan di Cagar Alam Serbajadi (Kabupaten Aceh
Timur), yang diketahui dan diasumsikan sebagai satu unit habitat gajah.
Pengambilan contoh dilakukan dengan purposive sampling. Analisis vegetasi
dilakukan dengan metode garis berpetak un& mengetahui komposisi jenis dan
struktur vegetasi. Luas petak contoh yang dipilih ditentukan berdasarkan kurva
spesies area, yang dianggap representatzf untuk komunitas yang diamati. Secara
umum dapat dikatakan bahwa tipe komunitas vegetasi habitat gajah di wilayah studi
berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh nilai indeks kesamaan komunitas yang pada
umurnnya kurang dari 25%. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada tiap tingkat
vegetasi berkorelasi dengan fungsi komunitas tersebut di dalam habitat gajah.
Tumbuhan pakan gajah sumatera yang ditemukan di semua lokasi studi adalah 55
jenis, dengan keanekaragaman jenis tumbuhan pakan bervariasi untuk setiap tipe
vegetasi, tertinggi terdapat pada vegetasi semak belukar dengan nilai indeks
Shannon-Wienner sebesar 4.807. Beberapa lokasi potensial dalam menyediakan
garam-garam mineral (salt licks), diantaranya adalah kawasan hutan Lubuk JelutungLubuk Pete (kompleks hutan Sikundur) dan Alur Keriang-Alur Kurnbar (Serbajadi).
Potensi air yang tersedia di ekosistem ini dapat mencukupi dan mendukung
kehidupan gajah.


SURAT PIERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis, yang berjudul:
ANALISIS KARAKTERISTIK KOMKJNITAS VEGETASI HABITAT GAJAH
SUMATERA (Elephas maxrmus sumatranus) D1 KAWASAN HUTAN
M U P A T E N ACEH TIMUR. DAN M U P A T E N LANGKAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2002

~a'rifatinZahrah
NRP. 98217

ANALISIS KARAKTERISTIK KOMUNITAS VEGETASI
HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
DI KAWASAN HUTAN KABUPATEN ACEH TIMUR
DAN KABUPATEN LANGKAT


MA'RIFATIN ZAHRAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Analisis KarakteristiEr Komunitas Vegetasi Habitat Gajah

Sumatera (Elephas nraximus sumatranus) Di Kawasan
Hutan Kabupaten Acceh Timur dan Kabupaten Langkat
Nama

: Ma'rifatin Zahrah


NRP

: 98217

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menycetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Machmud Thohari
Ketua

Ir. Haryanto Putro, MS
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi

3. Direktur Program Pascasarjana


Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS

$$&-fl~r.-*frida

*'

.4~C4

Tanggal Lulus: 27 Agustus 2002

OGRAM

SARI AN^

/

Manuwoto, MSc


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 5 Mei 1964 sebagai anak kedua dari
enam bersaudara dari pasangan Mirza Muhammad Muhdi (alm) dan Siti Fadhlun.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar, lulus pada tahun 1988. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program magister sains baru terwujud pada tahun 1998 dengan diterimanya penulis di
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada Program Pascasajana IPB.
Beasiswa pendidikan pascasarjana dari Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia diperoleh setelah memasuki tahun kedua, sedangkan pada tahun pertama
pendidikan atas biaya sendiri.
Penulis pernah bergabung sebagai tim peneliti pada "Sulawesl Pr~mateProject"
pada tahun1987 sampai dengan 1989. Pada tahun 1991 sampai sekarang penulis
bekerja sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah I dan dipekerjakan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kehutanan Pante Kulu Banda Aceh.
Pada tahun 1992 penulis menikah dengan dr.A.Rahman Tgk.Umar seorang putra
Aceh dan dikaruniai 2 orang putri: Ayunda Rizqi Auliani (9) dan Rizka Aulia
Maghfira (5) dan sekarang sedang mengandung putra ke tiga, InsyaAllah.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan k;epada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2000 adalah habitat gajah sumatera, dengan
judul Analisis Karakteristik Komunitas Vegetasi Habitat Gajah Surnatera (Elephas
maximus sumatranus) di Kawasan Hutan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten

Langkat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Machmud Thohari dan Bapak
Ir. Haryanto Putro, MS selaku pembimlbing. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak Sumatran Eleplzant Conservation Programme - Fauna Flora
Internasional, yang telah memberikan sebagian besar dana bagi terlaksananya
penelitian ini, terutama kepada Bapak Ir. Bambang Suprayogi, MSc dan staf FFI
lainnya yang banyak membantu selama kegatan pengumpulan data di lapangan.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepiada Ibu Dr. Kathryn A. Monk, Bapak Dr.Ir.
Zainal Abidin Pian, Bapak Drs. Abu Hanifah dan Bapak Badrul Irfan, SH dari pihak
Unit Manajemen Leuser atas bantuan clan kerjasamanya ; staf Taman Nasional
Gunung Leuser dan PLG Aceh serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada suami dan anak-anak tercinta atas
segala perhatian, keikhlasan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2002
Ma'rifatin Zahrah

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ..................
DAFTAR GAMBAR .........................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................
I. PENDAHULUAN .........................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................
1.2. Perumusan Masalah ...................................................
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................
11. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................
2.1. Penyebaran dan Populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus
sumatranus) ............................................................
2.2. Kondisi Habitat ........................................................
2.3. Perilaku ................................................................
2.4. Konsep Daya Dukung Habitat .......................................
2.5. Kriteria Habitat yang Sesuai Bagi Gajah ..........................
2.6. OrganisasiKomunitas .................................................


I11. METODOLOGI ...........................................................
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................
3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan ....................................
3.3. Batasan Penelitian .....................................................
3.4. Metode Penelitian .....................................................
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ..........................................
3.4.2. Prosedur Penelitian ...................................................
3.4.3. Metode Analisis Data ................................................
IV . KEADAAN LOKASI PENELITIAN .................................
4.1. Letak. Luas dan Status ...............................................
4.2. Aksesibilitas ...........................................................
4.3. lklim ....................................................................
4.4. Surnber Air ............................................................
4.5. Lingkungan Biologi ..................................................
4.6. Agro-Sosial-Ekonomi ................................................
4.7. Penyebaran Populasi Gajah Sumatera di Lokasi Penelitian ....

Halaman
...

Vlll

Halaman
V . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAJ-IASAN .....................
5.1. Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi ..........................
5.2. Analisis Keanekaragaman Tipe K.omunitas Vegetasi ..........
5.2.1. Kesamaan Komunitas ..............................................
5.2.2. Ordinasi Komunitas .................................................
5.3. Karakteristik Lokasi Aktivitas .....................................
5.4. Tumbuhan Pakan ....................................................
5.5. Sumber Garam-garam Mineral (StallLicks) ......................
5.6. Sumber Air ............................................................
5.7. Kesesuaian Habitat Bagi Kelestarian Populasi Gajah .........

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Perkiraan jumlah gajah sumatera di Ekosistem Leuser ... ... ... ... ... ....

6

2. Jenis dan luas kawasan konservasi di Pulau Sumatera ... ... .... ... ... ... .

7

3. Luas dan kepadatan penduduk kecamatan Serbajadi (Aceh Timur) dan
Kecamatan Besitang (Langkat, Sumatera Utara) tahun 1995 ........ .....

34

4. Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi studi
di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat ... ... ... ........ ... ... ... ...

40

5. Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi studi
di Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur ... ... ... ... ... ... ... .....

41

6. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi di
seluruh lokasi studi ... ..... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... .. . ... ... ... . . ...... ... .

45

7. Indeks keseragaman jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh
lokasi studi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... .

47

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .

49

9. Data jenis tumbuhan pakan tiap lokasi studi ... ... ... ... ...... ... ... ... ...

70

,

8. Kerapatan pohonha menurut kelas diameter

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Penyebaran gajah sumatera ..................................................

8

2. Metode garis berpetak .........................................................

21

3. Kuma spesies area ..............................................................

24

4 . Penyebaran populasi gajah sumatera di Ekosistem Leuser ...............

38

5. Histogram jumlah jenis tumbuhan yanlg ditemukan pada setiap lokasi
studi ..............................................................................

42

6. Histogram komposisi jenis turnbuhan tiap tingkat vegetasi di seluruh
lokasi studi .....................................................................

42

7. Histogram indeks keanekaragaman jenis tumbuhan tiap tingkat
vegetasi di seluruh lokasi studi ..............................................

46

8. Histogram indeks keseragaman jenis .tumbuhan tiap tingkat vegetasi
di seluruh lokasi studi ........................................................

48

9. Kurva penyebaran kerapatan pohon menurut kelas diameter ..........

49

10. A .
B.
C.
D.
E.

56

Grafik ordinasi vegetasi turnbuhan bawah .............................
Grafik ordinasi vegetasi tingkat semai .................................
Grafik ordinasi vegetasi tingkat pancang .............................
Grafik ordinasi vegetasi tingkat tiang .................................
Grafik ordinasi vegetasi tingkat pohon .................................

57

58
59
59

11. Diagram profil vegetasi di lokasi istiralhat .................................

63

12. Diagram profil vegetasi di lokasi berkilbang ..............................

66

13. Diagram kue variasi jenis pakan gajah pada beberapa tipe vegetasi

73

...

14. Dendrogram hasil analisis gerombol untuk salt licks di semua lokasi
contoh ...........................................................................

76

15. Bagan daerah pertemuan antara beberapa komponen habitat (covey)
sebagai jalur jelajah intensif .................................................

79

DAFTAR LAMPIRAN

Jenis tumbuhan dominan untuk tiap tingkat vegetasi di seluruh
lokasi studi .................................................................

85

Daftar jenis tumbuhan pakan gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) yang terdapat di seluruh lokasi studi ..............,.....

86

Daftar jenis tumbuhan pakan dan penyebarannya di seluruh lokasi
studi .........................................................................

88

Daftar jenis dam-daman (browse) yang merupakan surnber pakan
penting bagi gajah (menurut Iswaran (1983) yang terdapat di lokasi
studi ..........................................................................

90

Matrik kemiripan (similarity)dan ketidakmiripan (dissimilarity)...

91

Nilai korelasi clan uji t student dari diagram ordinasi komunitas ...

93

Tabel nilai pH dan kandungan mineral pada salt licks ...............

95

Peta wilayah penelitian ...................................................

96

Peta penyebaran lokasi studi wilayah Sikundur-Kabupaten Langkat
Propinsi Sumatera Utara .................................................

97

Peta penyebaran lokasi studi wilayah Serbajadi-Kabupaten Aceh
Timur Propinsi Nangroe Aceh Darussalain ............................

98

Peta penyebaran jenis tumbuhan pakan dan salt licks di lokasi
penelitian Sikundur-Besitang Kabupaten Langkat ...................

99

Peta penyebaran jenis tumbuhan pakan dan salt licks di lokasi
penelitian Serbajadi Kabupaten Aceh Timur ......................... 100
Hasil analisis vegetasi untuk tiap tingkat vegetasi dt seluruh lokasi
studi ........................................................................ 101

I.

PEWDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik antara gajah dan manusia di Pulau Sumatera, terjadi karena kawasan
hutan yang merupakan habitat gajah dikonversi oleh manusia sebagai lahan
perkebunan, perladangan, maupun pernukiman transmigrasi.

Ditambah lagi,

pembalakan di hutan produksi yang serirlg tidak memenuhi aspek kelestarian hutan

dan ekosistemnya.

Hal-ha1 tersebut mengalubatkan penyempitan habitat dan

terganggunya pola aktivitas kelompok populasi gajah.
Gajah Sumatera (Elephus maxzmus sumatranus) adalah salah satu sub spesies
dari Gajah Asia. Populasinya tersebar pada 8 propinsi yang ada di Pulau Sumatera.
Menurut perkiraan Blouch & Haryanto (1984) dan Blouch & Simbolon (1985)
populasi gajah sumatera terbagi dalam 44 kelompok; dengan jumlah antara 2800
sampai 4800 ekor. Dari perkiraan popullasi tersebut tidak salah kiranya jika gajah
dianggap sebagai satwa langka, dan k.eberadaannya di alam hams dilindungi.
Khususnya di Ekosistem Leuser, terdapait 10 kelompok populasi yang diperkirakan
secara keseluruhan berjumlah lebih kurang 555 ekor (Brett, 1999).
Sebenarnya, masalah

konflik ya.ng mendasar adalah berkurangnya daya

dukung habitat untuk memenuhi kebutluhan hidup , seperti: sumber pakan, air
(termasuk garam-garam mineral) dan pelindung (cover) bagi kelompok populasi
gajah yang cukup besar. Menyempitnya habitat berarti berkurangnya daya dukung
habitat tersebut untuk mendukung kehidupan gajah, sehingga mereka keluar dari
habitat alaminya ke tempat lain yang menyediakan sumber pakan alternatif, seperti

perkebunan, perladangan, bahkan ke pemukiman penduduk sehingga banyak
mengakibatkan kerusakan.
Untuk mengatasi konflik antara manusia dan gajah diperlukan upaya terpadu
dalam perencanaan pengelolaan kawasan hutan bagi penggunaan lain maupun alokasi
kawasan yang ditujukan untuk pelestarian populasi gajah. Disamping itu pengelolaan
habitat alami yang dibarengi dengan pengelolaan populasinya diperlukan untuk
mewujudkan upaya pelestarian gajah sumatera yang termasuk satwa langka ini. Dan
untuk maksud pengelolaan itu perlu kajian tentang semua aspek sosiologi, biologi,
maupun ekologi gajah sumatera.

Salah satu data yang dibutuhkan adalah

karakteristik tipe-tipe vegetasi sebagai penyedia komponen pendukung kehidupan di
habitat gajah.
1.2. Perurnusan Masalah

Pengelolaan kawasan hutan sebagai habitat satwaliar mencakup aspek yang luas
dan kompleks sehingga dibutuhkan data dasar yang dapat menunjang upaya
pengelolaan tersebut. Untuk itu agar semua kepentingan tidak saling tumpang tindih
harus dilakukan tinjauan dari berbagai aspek. Aspek habitat gajah yang perlu kita
tinjau adalah keanekaragaman tipe vegetasi serta tuinbuhan pakan dan penyebaran
salt lzcks (sumber garam-garam mineral) yang mungkin berpengaruh terhadap poia

pergerakan gajah di habitatnya.
Bertolak dari sini, masalah yang perlu ditelaah dalam penelitian ini adalah
apakah keanekaragaman jenis dan kelimpahan tumbuhan pakan antara tipe-tipe
vegetasi dalam habitat gajah mempunyai perbedaan yang nyata dan bagaimana

penyebarannya? Bagaimana dengan ketersediaan sumber air dan sumber garamgaram mineral (salt licks) di habitat ini dan bagaimana karakteristik tipe komunitas
vegetasi yang ada dan peranannya di dalam habitat gajah ?
1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik komunitasltipe vegetasi yang terdapat di
dalam habitat gajah.
2. Untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman dan

kelimpahan jenis

surnber pakan pada beberapa komunitasltipe vegetasi.
3.

Untuk mengetahui penyebaran sumber garam-garam mineral (sult licks)

1.4. Manfaat Penelitian
1.

Hasil penelitian dapat dipakai untuk memprakirakan potensi habitat gajah
surnatera di kawasan hutan perbatasan kabupaten Aceh Timur dan
Kabupaten Langkat; dan berguna untuk membuat rencana pengelolaan
kawasan untuk mempertahankan populasi yang diharapkan.

2. Sebagai data penunjang dalam merencanakan alokasi wilayahkawasan

yang tepat yang memungkinkan dilakukannya pengelolaan satwa ini dalam
suatu populasi tunggal.

11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyebaran dan Populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus mmatranus)
Gajah sumatera tersebar di Pulau Sumatera meliputi 8 propoinsi dan terbag
dalam 44 populasi, meliputi: Lampung 11 populasi, Surnatera Selatan 8 populasi,
Bengkulu 3 populasi, Jambi 5 populasi, Sumatera Barat 1 populasi, Riau 8 populasi,
Sumatera Utara 1 populasi dan Nangroe Aceh Darussalam 4 populasi (Gambar 1).
Untuk menghitung jumlah individu populasinya, tentu merupakan pekerjaan yang
sulit karena kondisi vegetasi di hutan hujan tropis sehingga biasanya populasinya
hanya diperkirakan dan kurang tepat. Blouch & Haryanto (1984) dan Blouch &
Simbolon (1985) memperlurakan antara 2800 sarnpai 4800 ekor.
Dari 44 populasi yang ada, 30% mempunyai populasi kurang dari 50 ekor, 36%
mempunyai populasi 50 - 100 ekor, 25% individu populasinya 100 - 200 ekor, dan
hanya 9% yang rnempunyai ukuran populasi lebih dari 200 ekor (Santiapillai and
Jackson, 1990).
Populasi gajah di Aceh Utarflimur, menurut Santiapillai (1987) adalah
populasi besar dengan jumlah individu antara 300 - 400 ekor. Populasi ini merupakan
populasi terbesar dari 4 populasi yang ada di Aceh. Tiga populasi lainnya adalah di
Aceh Barat (200 - 300 ekor), Singkil dan Gunung Leuser. Dua populasi yang
disebutkan terakhir merupakan populasi kecil (50 - 100 ekor). Namun menurut
laporan Griffith (1993) populasi gajah yang ada di ekosistem Leuser diperkirakan
mencapai 410 - 545 ekor.

Sedangkan populasi gajah di Sumatera Utara diperldrakan hanya ada 1
kelompok populasi yang kecil (kurang dari 50 ekor) (Santiapilllai, 1987), meskipun
perkiraan populasi ini belum diketahui dengan pasti. Menurut penelitian yang sudah
dilakukan, populasi gajah yang ada di Sumatera Utara hanya terdapat di daerah yang
berbatasan dengan propinsi Riau di sebelah selatan dan propinsi Nangroe Aceh
Darussalam di sebelah utara.
Laporan terakhir dari Brett (1999) yang didasarkan hasil survai yang dilakukan
oleh Griffiths (1984-1995), Nelson (1993), Jabbar (1995), Bristol University UK &
IPB (1998) dan van Schaik (1998) perkiraan populasi Gajah Sumatera di Ekosistem
Leuser saat ini seperti yang tercantum pada Tabel 1.
2.2. Kondisi Habitat

Habitat gajah sumatera terdiri dm beberapa tipe hutan, yaitu: hutan rawa
(swamp forest), hutan garnbut (peat swamp forest), hutan hujan dataran rendah
(lowland forest), dan hutan hujan pegunungan rendah (lower mountain forest)
(Haryanto,l984). Masalah serius yang kita hadapi dalam konservasi gajah sumatera
yang mendasar adalah menyempitnya habitat gajah sebagai akibat dari kegatan
pembangunan, yakni konversi hutan untuk perkebunan, transmigrasi, logging, dan
perladangan liar.
Konversi hutan menjadi areal perkebunan dan transmigrasi, sering tidak
memperhatikan keberadaan populasi satwaliar dan memotong jalur edarlwilayah
pengembaraan gajah, menjadikan habitat gajah tersebut terfiagmentasi dan terbentuk
kantong-kantong habitat gajah yang memisahkan kelompok satu dengan lainnya;

yang pada akhimya kelompok-kelompok kecil yang terpisah tersebut sudah tidak
ditemukan lagi.
Tata guna lahan untuk areal perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumatera
Utara yang diistilahkan sebagai estate belt sepanjang 370 krn dan selebar 45 km
sangat mengurangi sistem pendukung kehidupan gajah sumatera Tidak heran bila di
wilayah ini populasi gajahnya kecil ( 4 0 ekos) (Santiapillai and Jackson, 1990).
Selain di Sumatera Utara areal perkebunan ini juga terdapat di Aceh dan Riau serta
wilayah laimya.
Tabel 1. Perkiraan populasi gajah sumatera di Ekosistem Leuser

I

Area

Pcrkiraan Populasi

Jambo Aye (W)

40

Jambo Aye (E)

I
I

50

I

Penaron

I

50

I

50

Serbajadi

I

>loo

I

Kluet

20

Meureubo (W)

20

1

Sikundur

I
I

I

Meureubo (E)

I

Total
I

20
>555

I

1

I

Sumber : Brett (1 999)
Konversi hutan untuk areal transmigrasi juga menjadi awal tekanan-tekanan
terhadap habitat gajah. Selain itu produksi kayu utama di Sumatera berasal dari
hutan alarn dengan jenis andalan adalah famili Dipterocarpaceae.

Namun

pembalakan (logging) yang dilakukan sering tidak memenuhi prosedur yang berlaku

bahkan melebihi target panen, sehingga banyak areal bekas tebangan yang rusak.
Padahal menurut Olivier (1978) diperkirakan kepadatan gajah di logged over forests
mungkin dua kali lipat daripada di hutan primer . Banyaknya hutan yang m a k
menyebabkan g j a h tidak mempunyai jalan ke luar untuk bergerak dari areal yang
terganggu ke hutan tua, yang jaraknya c u k q jauh. Hal ini yang menyebabkan
fragmentasi habitat gajah, clan populasi yang semula besar menjadi kelompokkelompok kecil (Santiapillai and Jackson,1990).
Untuk menjaga kelestarian gajah di Sumatera, termasuk jenis-jenis satwa
lainnya, pemerintah telah menetapkan beberapa kawasan konservasi, seperti
ditunjukkan pada Tabel 2. Dari data yang diperoleh ternyata dari 41 populasi gajah
yang ada, diketahui hanya 11 populasi yang berada dalam kawasan konservasi dan
selebihnya menyebar di hutan-hutan produksi. Mengingat wilayah jelajah (home

range) gajah sangat luas, maka sering t g a d i populasi gajah keluar dari habitatnya di
hutan, ke daerah selutamya yang berupa perkebunan, lahan pertanian maupun
pemukiman. Hal ini menimbulkan konflik antara gajah dan manusia.
Tabel 2. Jenis dan luas kawasan konservasi di Pulau Sumatera

1.

Taman Nasional

34991

74,96%

2.

Tarnan Bum

1296,5

2,77%

3.

Cagar Alarn

3887,9

8,33%

4.

Suaka Margasatwa

5261,6

11,27%

5.

Taman Hutan Raya

1035

2,22%

6.

Taman Wisata Alarn

206,96

0,44%

Sumber: Dir.Konservasi Kawasan, Dirjen. PKA (200 1).

1.
2.
3.
4.
5.
8.

Gunung Sulah
Gurmng Tanggang
Gunung Betung
Way Kunbas
Way Terusan
Buklt Barlwn Sdahn (Uhn)

18.
17.
18.
19.
20.
21.

Air Smangls
Padang Sugihan
Sungii Padr
Eentaym
Air Medsk
Alr Kepas

31.
32.
33.
34.
35.
38.
37.
38.
39.

Rlau Tengah Utara
Koto Panjang
Lipat Kain
Lan~~am
Riw Tengah Sclatpn
R i a Selatan
6Urnrt.n

Slak Kscll
Datann Rmdah Rokn

41. Gunung LMSW (Barat)
43. Acch Bant
44. Aceh Timur

Gambar 1. Penyebaran populasi gajah di Pulau Sumatera
Sumber :Santiapillai (1987)

kesejahteraan satwa, sehingga dihasilkan satwa-satwa yang mempunyai daya
reproduksi tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang juga tinggi.

Dalarn

hubungannya dengan reproduksi, ketersediaan pakan dengan kualitas dan kuantitas
yang cukup akan mempengaruhi fertilitas dan fekunditas satwa.

Ketersediaan sum ber air
Air termasuk komponen pakan, yang b e h g s i dalam proses kimia dan fisik
dalam pencernaan makanan. Dan lagi, air dibutuhkan untuk menyejukkan tubuh
karena adanya proses evaporasi di lingkungan yang panas. Sebagian besar satwa
hidupnya sangat bergantung pada air dalam jumlah dan bentuk ketersediaan sangat
bervariasi, tergantung kebutuhan satwa.

Bahkan satwaliar untuk mendapatkan

air di musim kering, punya bermacam-macarn cara. Satwa-satwa yang mobilitasnya
tinggi akan melakukan migrasi untuk mendapatkan air di musim kering; dan gajah
yang kebutuhan airnya banyak, akan menggali dasar sungai kering, menyediakan air
untuk kebutuhannya sendiri maupun satwa lain (Bailey, 1984).
Sumber air merupakan komponen pendukung kehidupan di habitat gajah.
Biasanya sumber air tersebut dalam bentuk air mengalir maupun air yang tergenang.
Sumber-sumber air yang mengalir berupa sungai besar dan kecil, baik yang mengalir
sepanjang tahun maupun yang mengalir hanya pada musim hujan. Sedangkan air
yang tergenang, biasanya berupa rawa-rawa yang umumnya tidak pernah kering di
musim kering. Sumber air tersebut digunakan oleh gajah sebagai air minum, mandi,
berkubang dan berlumpur, serta media untuk membina hubungan antar anggota
kelompok (sosialisasi). Ketersediaan air ditentukan oleh faktor biotik dan faktor fisik
lainnya.

Pelindung (Cover)
Pelindung (cover) didefinisikan sebagai struktur sumberdaya lingkungan yang
menyediakan fungsi-Wgsi alami spesies yang dapat meningkatkan daya reproduksi
dantatau kelangsungan hidup satwa (Bailey, 1984).

Oleh karena itu, cover

merupakan ha1 yang diperhitungkan dalam pemilihan habitat oleh satwaliar.
Pada siang hari setelah aktivitas makan biasanya gajah akan beristirahat.
Untuk menghindari sengatan sinar matahari langsung mereka mencari tempat-tempat
yang rindang, yang bertajuk rapat. Selain itu untuk mengurangi panas di tubuhnya
biasanya dia berkubang dan berlumpur. Setelah berkubang, aktivitas berikutnya
adalah menggosok-gosokkan badannya di batang pohon untuk mengurangi rasa gatal
di tubuhnya. Pohon-pohon yang dipakai untuk menggosok badannya (rubbing trees)
akan terlihat jelas karena ada bekas lurnpur yang menempel di tempt tertentu, yang
biasanya cukup tinggi sesuai dengan tinggi gajah.
Gajah seperti halnya herbivora lainnya, membutuhkan garam-garam mineral
yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuhnya dan melancarkan proses
pencernaan makanan. Untuk memperoleh garam-garam mineral tersebut mereka
mengunjungi tempat-tempt tertentu yang disebut sebagai salt licks terutama pada
saat atau sesudah hujan, dimana air tanah meluap menjadi keruh seperti susu. Jika
tidak hujan, salt licks menjadi lebih keras dan untuk mendapatkan garam gajah yang
bergading akan menusuk/menggali dinding salt licks dengan gadingnya; atau bagi
yang tidak bergading dengan cara menggaruk-garuk tanah dengan kaki dan belalainya
atau dengan menumbuldmendobraknya (Leckagul & McNeely, 1977). Ketersediaan
salt licks di daerah jelajah gajah sangat menentukan tingkat kesejahteraan satwa ini.

2.6. Organisasi Komunitas

Populasi yang terdapat bersamaan dalam ruang dan waktu tertentu, secara
fungsional berhubungan satu sama lain membentuk unit ekologi yang disebut
komunitas.
Organisasi komunitas membicarakan suatu komunitas yang mempunyai bentuk
kehidupan, komposisi spesies, dan jumlah organisme yang terdapat di dalamnya yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Komposisi spesies akan mengalami perubahan
seiring dengan berubahnya faktor lingkungan yang mempengaruhi, seperti: iklim,
tanah, organisme seperti binatang dan mikroba, serta aktivitas manusia terhadap
komunitas tersebut (McNoughton and Wolf (1990) ;Setiadi dan Tjondronegoro
( 1996)).

Untuk mempelajari suatu organisasi komunitas, diperlukan data kualitatif dan
kuantitatif dari sifat-sifat komunitas yang selanjutnya dapat ditentukan sistesis
karakteristik dari komunitas tersebut. Perbedaan antar kornunitas &pat diketahui
dengan membandingkan karakteristik sintesisnya.
Data kualitatif dari suatu komunitas di antaranya adalah komposisi dan struktur
vegetasi, fenologi, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan data kuantitatif yang perlu
diketahui adalah: pola penyebaran, frekuensi, kerapatan dan kelimpahan jenis serta
penutupan tajuMuas bidang dasar jenis. Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif
diperoleh karakteristik sintesis suatu komunitas seperti: sifat kehadiran spesies,
dominansi, indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman.
Sifat kehadiran spesies di dalam komunitas dapat dilihat dari frekuensi jenis
tersebut pada tiap tipe vegetasi.

Dominansi merupakan gambaran yang mencakup karakteristik sifat
kuantitatif suatu komunitas, yaitu merupakan bentuk sintesis dari kepadatan,
fi-ekuensi, dan penutupan tajuk/luas bidang dasar. Nilai dari dominansi
disebut sebagai Indeks Nilai Penting (INP).
Indeks keanekaragaman jenis merupakan gambaran jumlahhanyaknya jenis
yang ada di dalam suatu komunitas.

Pada komunitas yang lebih

stabilkomunitas alami akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi
dibandingkan komunitas yang sedang berlcernbanglkomunitas buatan.
Indeks keanekaragarnan akan tinggi pada komunitas yang mempunyai
keanekaragaman jenis tinm.
Indeks kesamaan komunitas menunjukkan tingkat kesamaan antara dua atau
beberapa tipe vegetasl/komunitas. Indeks ini bernilai 0 - 1, dimana bila
nilainya mendekati 0 maka dikatakan antar komunitas tersebut sangat
berbeda dan bila mendekati 1 berarti komunitas tersebut dapat dikatakan
hampir sama.

111.

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
-

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober tahun 2000 selama kurang lebih
enam bulan, di kawasan hutan Cagar Alarn Serbajadi dan sekitarnya (Kabupaten
Aceh Timur) dan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser wilayah SikundurBesitang (Kabupaten Langkat) yang diketahui sebagai habitat Gajah Sumatera
(Elephas maximus sumatranur). Letak lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 8.

3.2. Bahan dan Alat yang digunakan
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini berupa: kompas, hagameter,
klinometer, binokuler, Global Position System {GPS), meteran, altimeter, loupe,
kamera, tape recorder kecil, dan sasak untuk membuat herbarium.
Sedangkan bahan yang dipakai adalah: peta, talZy sheet, alkohol 70%, kantong
piastik, gips footprints), dan tali plastik.
3.3. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengamatan dan pengukuran terhadap karakteristik
komunitadtipe-tipe vegetasi yang terdapat pada sebagian wilayah jelajah di dalam
habitat gajah di kawasan hutan kabupaten Aceh Timur dan yang berbatasan
dengan kabupaten

Langkat, dengan asumsi bahwa kedua wilayah studi

merupakan satu unit habitat gajah.
Pengamatan terhadap lokasi aktivitas makan (fteeding), istirahat (resting), dan
berkubang; serta komponen pendukung kehidupan gajah yang meliputi sumber
pakan dan sumber garam-garam mineral (salt licks).

3.4.

Metode Penelitian

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

a.
-

Informasi awal tentang lokasi penelitian (data sekunder) diperoleh dari peta
topografi dan peta penutupan lahan yang diperoleh dari Bakosurtanal dan
Departemen Kehutanan/Perkebunan. Sedangkan informasi tentang keberadaan
kelompok populasi gajah di lokasi penelitian diperoleh dari masyarakat.
Berdasarkan infomasi- infomasi di atas kemudian dibuat overlaynya, untuk
menentukan titik-titik pengambilan sample di lapangan. Data primer yang
diambil melalui

pengarnatan langsung di lapangan (observasi) meliputi:

topografr/kelerengan , letak dari permukaan laut; posisi geografis, dan sumber
air. Selain itu perlu pula diketahui sejarah perkembangan hutan setempat,
termasuk adanya deforestasi dan afforestasi.
b. Data tentang vegetasi diperoleh melalui pengamatan lapangan dengan melakukan

pengamatan dan pengukuranlanalisis vegetasi terhadap beberapa komunitas/tipe
vegetasi yang merupakan komponen habitat gajah untuk mengetahui struktur

dan komposisi vegetasi.
c.

Data tentang

sumber pakan dan sumber gararn-garam mineral (salt licks)

diperoleh dengan melihat tanda-t.nda/bekas dan sisa pakan, jejak kaki maupun
kotoradtinja yang terdapat di lokasi tersebut.
d. Data tentang karakteristik lokasi aktivitas : makan (feeding), istirahat (restzng),

berkubang diperoleh dengan pengamatan terkonsentrasi pada tempat-tempat
yang dipastikan merupakan lokasi dimaksud, dengan melihat tandaljejak yang
ditinggalkan.

3.4.2.

Prosedur Penelitian

a. Penentuan Lokasi Studi
Berdasarkan overlay peta dan laporan dan masyarakat / data dari FFI, terpilih
-

lokasi studi, yaitu:
1. Kecamatan Besitang (Kabupaten Langkat) tepatnya di Aras Napal (lokasi I, 11,
dan III), Lubuk Jelutung (lokasi IV) ,dan hutan yang terletak di cabang Sungai

-

Besitang Sungai Sei Badak (lokasi V).
2. Kecamatan Serbajadi (Kabupaten Aceh Timur) tepatnya di Alur Kumbar (lokasi

VI) adalah sebagian wilayah Cagar Alam Serbajadi dan lokasi VII adalah hutan
yang terletak di sebelah utara Sungai Serbajadi dan berseberangan dengan Desa
Ranto Panjang. Dua lokasi lainnya masih termasuk dalam kecamatan Serbajadi,
yaitu kawasan hutan sekitar Alur Keriang (lokasi VIII dan IX).
Semua lokasi studi yang terpilih merupakan hutan yang termasuk dalam Ekosistem
Leuser. Peta penyebaran lokasi studi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.
b. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan pada tiap tipe vegetasi yang terdapat di habitat
alami, dengan membuat petak pengamatan yang diharapkan dapat mewakili masingmasing tipe vegetasi yang ada. Untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi
digunakan metode garis berpetak (Kusmana, 1997) yang cara kerjanya sebagai
beri kut:
i.
..

11.

Menentukan garis transek dengan arah tegak lurus garis kontur.
Membuat petak-petak pengamatan yang berukuran 2m x 2m (A) untuk
pengamatan semai, 5m x 5m (B) untuk sapling, 10m x 10m (C) untuk poles dan

20m x 20m @) untuk pengamatan pohon. Petak pengamatan dibuat kontinu
(tanpa jarak antar petak) sampai memenuhi luas minimum sesuai kurva spesies
area (gambar 2).
-

...

in.

Pada setiap petak dihitung jumlah individu setiap jenis (petak A dan B),
sedangkan untuk petak C dan D, selain dihitung jumlah tiap jenis juga diukur
keliling/diameter serta tinggi pohon.

iv. Penentuan garis transek dilakukan denganpurposive sampling untuk setiap tipe
vegetasi
v.

Dari hasil pengukuran akan dihitung kerapatan, kerapatan relatif, dominansi,
dominansi relatif, fiekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting. Selain itu
data dari analisis vegetasi dapat juga dipakai untuk menghitung indeks

keanekaragaman jenis dan indeks kesamaan komunitas.

Gambar 2. Metode Garis Berpetak.
Keterangan :
A = petak 2m x 2m
B = petak 5m x 5m
C = petak lorn x 10m
D = petak 20m x 20m

3 untuk pengamatan seedling

+ untuk pengamatansqling (pancang)
+ untuk pengamatanpoles (tiang)
+ untuk pengamatan pohon

c. Sumber Pakan

Pengamatan terhadap turnbuhan surnber pakan dilakukan bersamaan dengan
analisis vegetasi, dengan mencatat jenis serta bagian yang dimakan, keanekaragaman
jenis dan kelimpahannya, serta memetakan penyebarannya.

d. Sumber Garam-garam Mineral (Sdt Licks)

Untuk mengetahui penyebaran sumber garam-garam mineral (salt lich)
dilakukan dengan penggabungan dua metode, yaitu mengurnpulkan informasi dari
-masyarakat clan observasi dengan membuat transek pada lokasi-lokasi yang
diasumsikan banyak rnengandung garam-garam mineral. Lokasi-lokasi dimaksud
adalah: tebing-tebing sungai dan lantai hutan yang terletak di lereng-lereng bukit.
Transek dibuat mengikuti aliran sungai dan searah dengan garis kontur. Peletakan
garis transek dibuat secara purposive sampling.

e. Pengamatan Terkonsentrasi
Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang lokasi yang digunakan
oleh gajah dalam aktivitas makan, istirahat dan berkubang. Pengamatan diawali
dengan menentukan lokasi yang dimaksud berdasarkan tanddjejak yang ditinggalkan,
kemudian dibuat satu petak contoh pengamatan untuk masing-masing lokasi aktivitas
di setiap tipe vegetasi.
Untuk lokasi makan dan istirahat dibuat petak contoh pengamatan profil vegetasi
yang berbentuk jalur dengan arah tegak lurus kontur, berukuran panjang 60 meter
dan lebar 10 meter. Selanjutnya pada setiap petak contoh dilakukan pengukuran
terhadap diameter pohon, tinggi pohon bebas cabang, tinggi total, dan proyeksi
tajuknya. Langkah berikutnya adalah membuat diagram profil vegetasi.
Untuk lokasi berkubang pengamatan dilakukan terhadap: ukuran kubangan, sifat
fisik tanah, pH tanah (din bila mungkin kandungan mineral yang ada), sifat fisik
air, temperatur air serta faktor lingkungan biotiknya.

f. Parameter yang Diukur

..

Data yang diambil dalarn analisis vegetasi adalah jumlah jenis yang terdapat

dalam tiap ukuran petak mulai tingkat semai (petak A) hingga tingkat pohon
(petak D).
Dalam analisis terhadap tipe vegetasi untuk mengetahui struktur dan komposisi
vegetasi, parameter yang diukur adalah dominansi , kerapatan, frekuensi jenis,

dan keanekaragaman jenis yang ada pada petak contoh.
Parameter yang diukur untuk membandingkan beberapa tipe vegetasi adalah
dengan indeks kesamaan komunitas.
Untuk menganalisis mineral yang terkandung pada salt licks parameter yang
diukur adalah pH tanah, Pospor (P), Natrium (Na), Magnesium (Mg), dan
Kalsium (Ca).

3.4.3. Metode Analisis Data
a. Penentuan Luas Minimum Petak Contoh
Dari data jumlah jenis vegetasi yang didapatkan pada masing-masing tipe
vegetasi, akhirnya dapat dibuat prakiraan luas petak minimum berdasarkan:
i. Membuat kurva lengkung spesies area berdasarkan data yang diperoleh.
ii. Menentukan angka 10% dari jumlah jenis yang tercatat dan 10% dari ukuran petak
terluas.
iii. Membuat garis (misal P) yang melalui titik pusat (0,0) dan titik dengan koordinat

(10% jumlah jenis , 10% luas petak).

iv. Membuat garis lain (misal Q) yang sejajar dengan garis P dan menyinggung garis
lengkung kurva.

v. Titik singgung antara garis Q dengan kurva (misal titik L) diproyeksikan ke sumbu
X, dan titik proyeksinya L'.

Titik L' akan menunjukkan ukuran luas petak

minimum &lam kurva spesies area (Gambar 3).
Y
jnmlah
jenis

(N)

Gambar 3. Kurva Spesies Area.
b. Analisis Vegetasi

Untuk kegiatan ini diperlukan 3 parameter kuantitatif, yaitu:

kerapatan,

dominansi dan frekuensi. Total dari nilai relatif dari ketiga parameter tersebut disebut
Indeks Nilai Penting (Soerianegara dan Indrawan, 1980)
Jumlah individu suatu spesies
Kerapatan

--------------

=

Luas petak contoh
Kerapatan suatu spesies

Kerapatan Relatif (KR)

=

----- --------------------------------

X

100

Kerapatan seluruh spesies

Luas bidang dasar suatu spesies

Dominansi suatu spesies

=

--------------------.------------Luas petak contoh

Dominansi suatu spesies

Dominansi Relatif (DR)

---------------------------------

=

X

100

Dominansi seluruh spesies
Jumlah petak ditemukannya suatu spesies

Frekuensi

=

-----

----------------------------------

Jumlah seluruh petak
Frekuensi suatu spesies

Frekuensi Relatif (FR)

=

.................................

x 100

Frekuensi seluruh spesies
Indeks Nilai Penting (INP):

- Semai dan Pancang

3

INP=KR+FR

-

3

INP=KR+FR+DR

Tiang dan Pohon

c. Pemetaan terhadap tipe-tipe vegetasi, penyebaran tumbuhan sumber pakan dan
garam-garam mineral (salt lich) diiakukan di atas peta hasil overlay antara peta
topografi (1977) dan peta vegetasilpenutupan lahan (berdasarkan Citra Landsat 'I'M
130157 tahun 1996 dan Citra Landsat MSS 129/57 tahun 1990). Posisi geografis

diketahui dengan menggunakan Global Position System (GPS).
d. Kekayaan spesies (Species Richness)
S -1

R1 = -

Indeks Margalef (1958) :

JWn)

dimana: R

=

indeks kekayaan spesies

S

=

jumlah total spesies dalarn suatu komunitas

n

=

jumlah total individu yang diamati

e. Keanekaragaman Spesies (Species Diversity)

Indeks Shannon- Wienner :
S

H

=

- C (pi) (log2 pi)
i=l

dimana : H

=

indeks keanehgaman spesies

S

=

jumlah spesies

pi

proporsi dari jumlah contoh spesies ke i

=

= l0&S

H,
dimana : Hmx

=

keanekaragarnan spesies pada kondisi equatibility
maksimum

S

=

jurnlah spesies di dalam komunitas

d. Indeks Kesamaan Komunitas
Untuk membandingkan dua komunitadtipe vegetasi digunakan data indeks nilai
penting jenis di dalam komunitasnya. Nilai kesamaankemiripan komunitas vegetasi
menyatakan besarnya kemiripan dari dua tipe vegetasi, yang diperoleh dengan nunus:

dimana : IS

=

indeks kesamaan komunitas

a

=

jurnlah nilai penting dari komunitas A

b

=

jumlah nilai penting dari komunitas B

w

=

jumlah nilai penting terkecil untuk masing-masingjenis yang
sama pada kedua kornunitas yang dibandingkan.

e. Ordinasi Komunitas

Ordinasi komunitas adalah merupakan tahapan dari klasifikasi dalam mempelajari
struktur komunitas tumbuhan.

Menurut Mueller-Dombois & Ellenberg (1974),

ordinasi adalah penyusunan satuan-satuan pengamatan suatu komunitas ke dalam

tatanan satu atau multi dimensi sumbu. Dengan menggunakan teknik ordinasi dapat
diketahui pola penyebaran jenis satuan komunitas tumbuhan berdasarkan tempat
tumbuhnya.
Peubah vegetasi yang dipakai dalam ordinasi ini adalah Indeks Nilai Penting

(INP) yang diperoleh dm hasil analisis vegetasi. Di sini dibutuhkan dua sumbu
(sumbu X dan Y) untuk menentukan kedudukan masing-masing contoh. Prosedur
kerja membuat ordinasi komunitas berturut-turut adalah:

-

menyusun matrik indeks kemiripan dan ketidakrniripan

-

menyusun koordinat titik-titik ke daIarn sumbu X dan Y

-

membuat grafik dan deliniasi pengelompokan

-

menguji ketepatan atau ketelitian diagram yang ditunjukkan oleh grafik,

membuat tabulasi data

dengan menunjukkan sejauh mana korelasi (nilai r) antara interval ordinasi
dalam grafik dengan nilai ketidakmiripan yang diperoleh antara contohcontoh yang dibandingkan dan kemudian dikaji dengan uji statistik t student.
f. Untuk perbandingan antar komunitas vegetasi terhadap ketersediaan tumbuhan

pakan dipakai indeks kekayaan spesies Margalef serta indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner.

g. Analisis Gerombol (Cluster Analysis),

digunakan untuk mengetahui

pengelompokan dari sumber-sumber garam mineral (salt licks) di semua lokasi
pengambilan contoh menurut kandungan mineralnya. Prinsip dari analisis gerombol
adalah pengelompokan "N" individu ke dalam "k" kelompok (k < N), dimana setiap

individu yang berada dalarn satu kelompok mempunyai sifat-sifat yang relatif sama
(serupa) dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Dalarn analisis ini digunakan metode gerombol berhierarkhi dengan jarak
Manhattan dan keterpautan rata-rata (average linkage).

Metode gerombol

berhierarkhi digunakan karena banyaknya gerombol yang diinginkan belum diketahui
(Andenberg, 1973), sedangkan jarak Manhattan digunakan karena adanya korelasi
antar peubah (Dillon and Goldstein, 1984).
h. Identifikasi specimen tumbuhan yang tidak dikenal di lapangan, dilakukan
di "Herbarium Bogoriense" Balitbang Botani - Puslitbang Biologi LIP1 Bogor.
i. Analisis kandungan mineral terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratoriurn
Analisis Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

IV. KEADAAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak, Luas dan Status
-

Penelitian dilakukan di beberapa lokasi yang berbeda, yaitu: kawasan hutan
Aras Napal dan Sei Badak yang secara administratif termasuk ke dalarn Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara; clan secara geografis wilayah ini
terletak antara 03" 59' 40" LU198" 04' BT dan 03" 56' 50" LUI 98' OS'BT; serta
03'5 1'40" LU dan 98'0 1'4 1" BT. Kawasan hutan ini merupakan bagian dari Tarnan
Nasional Gunung Leuser wilayah Sikundurhngkat.

Secara keseluruhan luas

Taman Nasional Gunung Leuser adalah 1.094.692 ha menurut Swat Keputusan
Menteri Kehutanan No.276Kpts-II/1997.
Selain lokasi tersebut di atas, penelitian juga dilaksanakan di kawasan hutan
sekitar Alur Kumbar yang secara administratif berlokasi di Desa Rantau Panjang
Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur; clan termasuk ke dalam areal Cagar
Alam Serbajadi yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Belanda melalui SK
No. 1591'Agr tanggal 19 Desember 1936, yang mempunyai luas keselunrhan 300 ha.
Lokasi penelitian berikutnya masih di Kabupaten Aceh Timur, adalah di kawasan
hutan sekitar Alur Keriang yang secara administratif merupakan wilayah dari Desa
Bedari Kecamatan Serbajadi. Lokasi tersebut sebenarnya merupakan Hutan Produksi
Terbatas yang konsesinya dipegang oleh PT. Tjipta Rimba Djaya (TRD), namun kini
sudah tidak beroperasi lagi. Secara geografis, dua lokasi terakhir terletak pada 04"
28' LUI 97" 39' BT dan 04" 25' 04" LU/ 97" 42' 45" BT dan letak dari permukaan

laut berkisar antara 70 hingga 100 meter.

4.2. Aksesibilitas

Lokaasi penelitian wilayah Sikundur/Langkat dapat dicapai melalui jalan darat

dari kota Medan (Sumatera Utara) dengan jarak tempuh lebih kurang 2 jam dengan
-

kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat, sarnpai ke Kadai Pantai Buaya
(Kecamatan Besitang). Selanjutnya perjalanan diteruskan melalui jalan air (sungai
Besitang) dengan menggunakan perahu motor selama 1,S sampai 2 jam untuk
mencapai Aras Napal. Dari Aras Napal ke kawasan hutan sekitar sungai Sei Badak
perjalanan dengan perahu motor ditempuh selarna 6 jam dalam kondisi normal,
melewati kawasan hutan Sikundur. Bila kondisi air sungai surut, kawasan hutan Sei
Badak sangat sulit dijangkau dan terpaksa hams ditempuh dengan berjalan kalu
selama kurang lebih 16jam.
Cagar Alarn Serbajadi , dapat dicapai dari kota Medan melalui jalan &rat
sampai ke Kuala Simpang (Aceh Timur) dengan kendaraan bermotor selama 3 jam.
Selanjutnya dari Kuala Simpang ke Rantau Panjang perjalanan melalui sungai
Tamiang, sungai Simpang Kanan, sungai Simpang Jernih dan sungai Serbajadi
dengan menggunakan perahu motor selama kurang lebih 7 sampai 8 jam. Sedangkan
lokasi Alur Keriang dilalui sebelum sampai ke Rantau Panjang. Lama perjalanan dari
Alur Keriang ke Rantau Panjang kurang lebih 2 jam dengan menggunakan perahu
motor.
4.3. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, tipe iklim di Kabupaten Langhat
termasuk tipe A, sedangkan di Kabupaten Aceh Timur termasuk tipe B dengan curah
hujan 2000 mmltahun dan kelembaban relatif 68 - 79%.

4.4. Sumber Air

Di kawasan SikundurlLangkat dilalui aliran sungai Besitang yang berair
sepanjang tahun, yang merupakan induk dari sungai-sungai kecil seperti: Sei Badak,
-

Sei Pinang, Sikundur Besar dan Sikundur kecil. Sungai Besitang bermuara ke Teluk
Aru.

Kawasan Cagar Alam Serbajadi membentang di sepanjang sungai Serbajadi
yang merupakan perpanjangan dari sungai Tamiang - sungai Simpang Kanan sungai Simpang Jernih (berturut-turut dari arah Kuala Simpang ke Rantau Panjang).
Sungai-sungai tersebut merupakan induk dari anak-anak sungai/alur seperti: alur
Menirang yang mengalir ke arah Selatan dari sungai Tamiang dan yang mengalir ke
Utara yaitu alur Tangkasing, alur Mohet, alur Siyang. Sungai Simpang Kanan
merupakan induk dm sungai Simpang Jernih yang mengalir ke arah utara dan sungai
Tampur ke arah selatan. Selain itu masih dari sungai Simpang Kanan mengalir alur
Sumurut Kiri dan alur Sumurut Kanan, alur Baru, Sijantung, Player, Pengidam, dan
alur Bengkelang. Sungai Simpang Jernih merupakan induk dari alur Keloa dan alur
Seselan. Sedangkan dari sungai Serbajadi mengalir alur-alur: Gajah Mate, Keriang,
Penarin, Durian dan Alur Kumbar. Dari rangkaian aliran sungai tersebut, akhirnya
sungai Tamiang bermuara ke Selat Malaka.
4.5. Lingkungan Biologi
4.5.1. Vegetasi

Komunitas vegetasi pada lokasi penelitian adalah komunitas vegetasi dataran
rendah, yang secara keseluruhan merupakan komunitas yang paling kaya akan jenis,
terutama jenis-jenis kayu komersial, pohon buah-buahan, dan rotan. Komunitas ini

merupakan habitat alarni populasi gajah dataran rendah. Menurut Mike Griffiths
(1992), tecatat 8500 jenis turnbuhan yang terdapat di ekosistem Leuser, sehmgga
dikatakan ekosistem ini merupakan representative dari ekosisitem yang ada di Pulau
-

Sumatera.
Wilayah SikundurLangkat adalah bekas hutan konsesi PT. Raja Garuda Mas
(seluas 10.000 ha), yang areal bekas tebangannya banyak ditanami jenis buah-buahan
pakan satwa seperti: cempedak, rambutan, durian, dan lain-lain; disamping ditanami
kembali oleh jenis-jenis komersial.

Namun jenis-jenis komersial persen

pertumbuhannya lebih kecil dibanding jenis-j enis pakan satwa. Selama penelitian
berlangsung, dijumpai jenis Palem Sang Datuk (Johannesteijsmania altlji-om) adalah
jenis endemik dan merupakan jenis tumbuhan yang dilindungi menurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 7/Tahun1999. Jenis palem ini banyak dijumpai di kawasan
Sikundur. Selain itu dijumpai pula pohon Tualang (Koompassia excelsa), dengan
bentuk pohonnya yang besar dan tingginya mencapai lebih dari 50 meter, pohon ini
banyak digunakan oleh lebah madu untuk meletakkan sarangnya. Pada satu batang
pohon Tualang bisa dihuni 10 sampai 20 sarang lebah madu. Biasanya setelah sarang
penuh, madunya akan dipanen oleh masyarakat sekitar hutan.
Pada lokasi penelitian beberapa tipe vegetasi yang dijumpai adalah: tipe
vegetasi semak belukar, hutan sekunde