KAJIAN VEGETASI DI KANAN-KIRI JALAN SANGGI-BENGKUNAT KM 30 – KM 32 TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN SEBAGAI HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)

(1)

ABSTRAK

KAJIAN VEGETASI DI KANAN-KIRI JALAN SANGGI-BENGKUNAT KM 30 – KM 32 TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN SEBAGAI

HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)

Oleh

Annisa Kurnia

Kajian tumbuhan pakan gajah sumatera(Elephas maximus sumatranus) di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dilakukan pada bulan Januari sampai Febuari 2015. Untuk mengetahui kondisi vegetasi dan pakan alami gajah digunakan metode analisis vegetasi garis berpetak. Seratus Sembilan puluh lima spesies yang terdiri dari 102 spesies fase pohon, 100 spesies fase tiang, 74 spesies fase pancang, dan 126 spesies fase semai dan tumbuhan bawah teridentifikasi. Tingkat penguasaan yang tinggi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat terdapat pada Alseodaphne falcata (INP 75,83%) dan Litsea sp (INP 26,29%) pada fase pohon, Aglaia sp (INP 26,473%) dan Clerodendron sp (INP 15,208 %) pada fase tiang, Archidendron bubalinum (INP 12.79%) dan Eugenia sp

(INP 17,33%) pada fase pancang, Clerodendron sp (INP 12,23%) dan Aglaia odoratusima (INP 7,46%) pada fase semai. Tumbuhan bawah dikuasai oleh

Selaginella plana (INP 19,12% dan INP 13,31%) dan Globba sp (INP 17,51% dan INP 12,05%). Dari 195 spesies yang ditemui, 45 spesies merupakan pakan alami gajah sumatera, terdiri dari 19 spesies tumbuhan bawah dan 26 spesies pohon.


(2)

ABSTRACT

STUDY OFVEGETATIONINRIGHT-LEFT SIDE OF SANGGI-BENGKUNATROADKM30-KM 32BUKIT BARISAN SELATAN NATIONAL PARK ASA HABITAT OF SUMATRAN ELEPHANTS(Elephas

maximus sumatranus)

By

Annisa Kurnia

Food plant of Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) in road side of Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 was conducted in January – Febuary 2015 in collaboration with Bukit Barisan Selatan National Park. Vegetation and natural food plants were analysed by garis berpetak. Of 195 plant species, 102 species were trees, 100 were poles stage, 74 were saplings and 126 seedling. Alseodaphne falcate has highest IVI (75,83%) and Litsea sp (IVI 26,29%) of tree stage, followed by Aglaia sp

(IVI 26,473%) and Clerodendron sp (IVI 15,208 %) in pole stage, Archidendron bubalinum (IVI 12.79%) and Eugenia sp (IVI 17,33%) for sapling and Clerodendron sp (IVI 12,23%) and Aglaia odoratusima (IVI 7,46%) for seedling. Undergrowth were Selaginella plana (IVI 19,12% and IVI 13,31%) and Globba sp (IVI 17,51% dan IVI 12,05%). Of 195 plant species 45 species as natural food plant for Sumatran elephant. Those are 19 species of undergrowth and 26 species trees.


(3)

KAJIAN VEGETASI DI KANAN-KIRI JALAN SANGGI-BENGKUNAT KM 30 – KM 32 TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN SEBAGAI

HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)

Oleh

Annisa Kurnia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Annisa Kurnia) merupakan anak kedua dari 3 bersaudara pasangan Muhamad Amin dan Tri Andayani, dilahirkan di Bandal Lampung tanggal 25 April 1992.

Pendidikan awal penulis diawali di Taman Kanak-Kanak Pertiwi tahun 1996, dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 2004. Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gedong Tataan, lulus pada tahun 2007 dan diterima di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung hingga tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktek Umum selama ± 1 bulan pada bulan Juni hingga Agustus 2013 di KPH Unit III Jawa Barat dan Banten. Selanjutnya, pada bulan Januari hingga Maret tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan Ratu VII Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur.


(7)

Selain menjalani perkuliahan sebagai peningkatan hardskill penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai wadah pembelajaran dan peningkatan kapasistas softskill. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai anggota muda Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) dan menjadi anggota pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas (UKM-U) Taekwondo Divisi Kesekretariatan (2010-2011). Tahun 2011 terdaftar menjadi anggota utama. Selain menjadi anggota utama, penulis juga merupakan anggota pengurus Himasylva Bidang V Kewirausahaan (2011-2012) dan menjadi Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo Tingkat Universitas pada masa kepengurusan tahun 2012.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa bahagia, Ku persembahkan karya kecil ini untuk

papaku M. Amin dan mamaku Tri Andayani tercinta yang selalu

memberikan doa dan kasih sayangnya sampai saat ini.

Saudara-saudaraku tersayang Arief Pradipta, Aldila Zulisas Rezi

dan Ade Yulistiani

yang menjadi alasan ku untuk selalu bersemangat dan pantang

menyerah, Azigha Fathyuki Sasta yang selalu membuatku tertawa.

Deris Alintio yang selalu menyemangati dan menemaniku.

Terimaksih untuk semua sahabat yang selalu mendoakan dan

menyemangatiku.


(9)

SANWACANA

Asslamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Kajian Vegetasi di Kanan-Kiri Jalan Sanggi-Bengkunat Km 30 Km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Sebagai Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. selaku ketua jurusan dan pembimbing pertama yang telah memberi bimbingan kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

2. Ibu Dra. Ely L. Rustiati, M.sc. sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.


(10)

3. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut, M.P selaku dosen penguji, atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Pihak BBTNBBS yang telah memberi kesempatan untuk penulis melakukan penelitian.

5. Bapak Janji Yanto yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya mengumpulkan data penelitian.

6. Dina Farida Utami, Kurnia Albarkati, Aplita Fitriana, Angga Pramudya dan Bagus Nugraha telah membantu mengumpulkan data.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, September 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Biologi ... 6

B. Daerah Penybaran dan Daerah Jelajah ... 7

C. Ukuran dan Komposisi Kelompok ... 8

D. Habitat ... ... 9

E. Komponen Habitat... ... 9

1. Komponen Biotik ... 9

a. Vegetasi ... 9

b. Makanan ... 10

2. Komponen Fisik ... 12


(12)

b. Garam Mineral ... 13

F. Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) 13 III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Alat dan Objek Penelitian ... 14

C. Lokasi Penelitian ... 15

D. Penelitian Pendahuluan ... 15

E. Batasan Penelitian ... 16

F. Jenis Data ... 16

G. Metode Pengumpulan Data ... 19

H. Analisis Data ... 19

1. Vegetasi Hutan ... 19

2. Makanan ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis Sanggi-Bengkunat TNBBS 21 B. Jenis Tumbuhan Pakan Alami Gajah Sumatera ... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35


(13)

i

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Spesies-spesies yang memiliki kontinuitas reproduksi yang ditemukan

pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari

2015 ... 22 2. Jenis pohon pakan alami gajah pada penelitian kajian vegetasi di kanan

kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus) Januari – Februari 2015 ... 24 3. Jenis tumbuhan bawah pakan alami gajah di km 30 – km 32 Jalan

Sanggi – Bengkunat TNBBS, kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus) ... 25 4. Jumlah individu pohon pakan gajah yang ditemukan pada penelitian

kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera

(Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 30 5. Jumlah individu tumbuhan bawah tanaman pakan gajah yang ditemukan

pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat


(14)

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selasan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus) ... 5

2. Jalan Sanggi – Bengkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan . 15

3. Peletakan plot di lokasi penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus

Sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 18 4. Desain petak contoh penelitian kajian vegetasi di kanan – kiri jalan

Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 sebagai habitat gajah sumatera

(Elephas maximus sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 18 5. Feses gajah yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di

kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera

(Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015. ... 27 6. Jejak kaki gajah sumatera yang ditemukan pada penelitian kajian

vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015... 27 7. Tempat beristirahat gajah yang ditemukan pada penelitian kajian

vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015... 28 8. Sisa tanah pada pohon setelah gajah menggaruk yang ditemukan

pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015 28


(15)

ii

9. Jumlah individu pakan alami gajah di kanan kiri Jalan Sanggi – Bengkunat pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus

Sumatranus) Januari-Februari 2015. ... 29 10. Kondisi vegetasi pinggir Jalan Sanggi Bengkunat, terdapat banyak

tepusan di sepanjang jalan, vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus)

Januari-Februari 2015. ... 32


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman hutan raya dan taman buru (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam, 2006). Salah satu kawasan konservasi yang ada di Indonesia, tepatnya di Lampung adalah kawasan pelestarian alam berupa taman nasional. Taman nasional tersebut adalah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan luas ± 365.800 ha merupakan kawasan konservasi terluas di Sumatera setelah Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Kerinci Seblat, membentang dari ujung selatan bagian barat Lampung seluas ± 280.300 ha. Kawasan TNBBS kaya akan flora dan fauna, dengan enam spesies mamalia yang terancam punah termasuk badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruang madu (Helarctor malayanus), ajag (Cuon alpinus) dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), yang merupakan mamalia terbesar di dunia (IUCN, 2012).


(17)

2

Gajah sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diatur dalam peraturan pemerintah, yaitu PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Populasi gajah dari tahun ke tahun mengalami penurunan sekitar 35 % dari tahun 1992, dan nilai ini merupakan penurunan yang sangat besar dalam waktu yang relatif pendek. Salah satu penyebabnya yaitu semakin menyempitnya habitat (Mahanani, Hendarto dan Soeprobowati, 2013). Ancaman yang dihadapi gajah adalah aktivitas pembalakan liar, penyusutan, dan fragmentasi habitat, serta pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Perburuan biasanya diambil gadingnya, sedangkan sisa tubuhnya ditinggalkan (World Wide Fund, 2013).

Pemotongan kawasan TNBBS untuk jalan tembus seperti jalan Sanggi-Bengkunat mengakibatkan fragmentasi kawasan TNBBS. Hal ini mengakibatkan isolasi hidupan liar yang ada terutama mamalia besar, berhubungan dengan daerah jelajah dan pergerakan migrasinya yang mendorong kepunahan lokal. Pembuatan jalan tembus juga mempertinggi kemungkinan dan kesempatan terjadinya gangguan dan tekanan manusia dari luar kawasan ke seluruh zona TNBBS (Tanto, 2010). Selain itu, pemotongan kawasan mengakibatkan perubahan vegetasi yang ada di sekitar jalan dan mempengaruhi jumlah pakan bagi gajah sumatera.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat?


(18)

3

2. Bagaimana vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat menyediakan pakan bagi Gajah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat.

2. Mengetahui vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat yang merupakan tumbuhan pakan gajah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Memberikan informasi tentang vegetasi di sepanjang jalan Sanggi-Bengkunat. 2. Memberikan informasi tentang tumbuhan pakan gajah di kanan kiri jalan

sanggi-Bengkunat.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak terkait dalam mengelola habitat gajah.

E. Kerangka Penelitian

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis Sumatera beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. Kawasan TNBBS memiliki keterwakilan tipe struktur vegetasi yang lengkap dan tidak terputus. Salah satu kekayaan alam hayati yang dimiliki TNBBS berupa fauna adalah gajah sumatera yang menempati tipe struktur vegetasi seperti di TNBBS. Gajah sumatera


(19)

4

adalah salah satu dari enam spesies terancam punah menurut Red Data Book IUCN (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2012).

Pemotongan kawasan TNBBS oleh jalan tembus seperti jalan Sanggi-Bengkunat mengakibatkan fragmentasi kawasan TNBBS. Pembuatan jalan tembus juga mempertinggi kemungkinan terjadinya gangguan dan tekanan manusia dari luar kawasan ke seluruh zona TNBBS bagi satwa liar termasuk gajah sumatera. Akibat adanya gangguan dan tekanan manusia dapat mengakibatkan gajah sumatera tidak lagi menempati habitat alaminya di wilayah Sanggi-Bengkunat. Pemotongan kawasan oleh jalan tembus juga mengakibatkan perubahan struktur vegetasi dan ketersediaan pakan yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat dan untuk mengetahui vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat yang menjadi sumber pakan gajah sumatera. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi langsung dan analisis vegetasi yaitu membuat plot analisis vegetasi dengan metode petak berganda dan studi literatur (Indriyanto, 2006) (Gambar 1).


(20)

5

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi

– Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)

Analisis vegetasi

Garis berpetak

Komposisi jenis dan struktur vegetasi

Studi literatur pakan alami gajah sumatera Kondisi vegetasi jalan Sanggi-Bengkunat


(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi

Gajah sumatera merupakan mamalia terbesar di Indonesia dan endemik di pulau Sumatera, klasifikasi gajah sumatera menurut Fowler dan Mikota (2006):

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Bangsa : Proboscidea Suku : Elephantidae Marga : Elephas

Jenis : Elephas maximus L.

Anak jenis : Elephas maximus sumatranus

Gajah sumatera termasuk dalam golongan gajah asia (Elephas maximus maximus), ciri-ciri morfologi gajah asia dan gajah sumatera tidak jauh berbeda.Bentuk tubuh besar dan lebar serta tertutup oleh rambut, tebal kulit 2 – 4 cm tetapi sangat sensitif dan mempunyai belalai yang terdiri dari 40.000 otot yang merupakan perpanjangan hidung dengan bibir atas. Bentuk kepala membundar mempunyai sepasang mata yang kecil dan sepasang telinga yang lebar yang berfungsi untuk mendengar dan mengatur suhu tubuh, antara mata dan telinga terdapat lubang


(22)

7

kecil yang berisi kelenjar minyak. Kaki depan berfungsi sebagai tiang penunjang tubuh dan kaki belakang berfungsi juga sebagai pendorong tubuh saat bergerak dan hanya gajah jantan yang mempunyai gading (Hariyanto, 2009).

Gajah memiliki periode gestasi 22 bulan dengan umur mencapai 70 tahun. Belalai gajah berfungsi untuk mencari atau mendapatkan makanan dan air, serta bisa digunakan untuk mengenggam dengan ujungnya (Saputra, 2013).

B. Daerah Penyebaran dan Daerah Jelajah

Gajah sumatera merupakan satwa endemik Sumatera, Indonesia, yang tersebar hampir di seluruh wilayah Sumatera, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung (Ribai, 2011).

Gajah merupakan mamalia darat paling besar, membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas. Ukuran wilayah jelajahnya bervariasi antara 32,4–166,9 km2.

Wilayah jelajah gajah sumatera di hutan primer berukuran dua kali lebih luas dibandingkan wilayah jelajah di hutan sekunder (Hariyanto, 2009).

Yogasara, Zulkarnaini, dan Saam (2012) menyatakan secara alami gajah memiliki pergerakan yang tetap dan wilayah yang menjadi rute bagi gajah disebut wilayah jelajah. Wilayah jelajah tidak pernah berubah meskipun kondisinya telah berubah. Pergerakan gajah pada wilayah jelajahnya akan terus berlangsung secara berulang setiap periode tertentu, meskipun sudah terpotong oleh pemukiman, lokasi transmigrasi maupun areal pertanian dan perkebunan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan


(23)

8

berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia. Gajah dapat berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.

C. Ukuran dan Komposisi Kelompok

Gajah sumatera berukuran lebih kecil dibandingkan gajah afrika (Loxodorta africana) (World Wild Fund, 2013). Berat gajah sumatera mencapai 6 ton dan tinggi 3,5 m. Di habitat alaminya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu kelompok gajah sumatera berkisar 20-35 ekor, atau berkisar 3-23 ekor (World Wide Fund, 2014).

Setiap kelompok gajah sumatera dipimpin oleh induk betina yang paling besar, sementara yang jantan dewasa hanya tinggal pada periode tertentu untuk kawin dengan beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya. Gajah jantan muda dan sudah dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain (Hariyanto, 2009).


(24)

9

D. Habitat

Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat yaitu hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah (0-750 meter di atas permukaan laut) dan hutan hujan pegunungan rendah (750-1.500 meter di atas permukaan laut). Jenis-jenis vegetasi pada habitat gajah sumatera antara lain: Gluta renghas, Campenosperma auriculata, Alstonia spp, Eugenia spp, Gonystilus bancanus, Dyera costulata, Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp, famili

Dipterocarpaceae, Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp (Badan Perencanaan dan Pembagunan Daerah Kota Pekan Baru, 2013)

E. Komponen Habitat

Habitat adalah area yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik yang merupakan suatu kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup dan

berkembang-biaknya satwa liar (Alikodra, 1990).

1. Komponen Biotik a. Vegetasi

Gajah sumatera memiliki persyaratan untuk hidup di alam, antara lain naungan. Vegetasi yang sering dijadikan naungan dan tempat istirahatnya di siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat (World Wide Fund, 2014).

Analisis vegetasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Jenis parameter yang termasuk dalam parameter kualitatif biasanya bersifat deskriptif,


(25)

10

sedangkan parameter kuantitatif biasanya didapat melalui pengukuran dimensi tertentu. Analisis vegetasi kuantitatif, parameter mencakup kerapatan, frekuensi, dan luas penutupan serta indeks nilai penting dari jenis-jenis yang membentuk vegetasi (Indriyanto, 2006).

Indriyanto (2006) mengemukakan beberapa parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan, sebagai berikut:

1) Kerapatan adalah jumlah individu per unit area (luas) atau unit per volume. 2) Frekuensi suatu jenis spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat

ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

3) Luas penutupan adalah proporsi atara luas tempat yang ditutup oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan biasanya dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang datar.

4) Indeks Nilai Penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies dalam komunitas suatu tumbuhan.

b. Makanan

Gajah sumatera termasuk satwa herbivora, membutuhkan ketersediaan pakan hijauan yang cukup di habitatnya. Habitat yang dibutuhkan oleh gajah, mempunyai vegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Makanan yang dibutuhkan, 200-300 kg biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa


(26)

11

atau 5-10% dari berat badannya (Ribai, 2011). Makanan yang dikonsumsi berbeda untuk setiap tipe hutan, dipengaruhi oleh vegetasi penyusun habitat dan topografi habitat gajah. Jumlah konsumsi harian gajah yang besar membuat gajah melakukan aktifitas makan yang aktif (Yudarini, Soma, dan Widyastuti, 2013). Gajah makan daun atau umbut muda dan berbagai macam palma, tanaman merambat atau rumput, dan memakan tanaman pertanian seperti jagung, pisang, sehingga untuk mendapatkan makanan seringkali memasuki daerah pertanian (Nuzul, 2009).

Gajah merupakan mamalia terestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari, sering mencari makan sambil berjalan di malam hari selama 16-18 jam sehari, sebagian besar aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah fajar untuk mencari makan. Gajah cenderung meninggalkan banyak sisa makanan bila terdapat makanan yang lebih baik (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru, 2013)

Jenis tumbuhan atau pohon yang dimakan gajah cukup beragam, gajah juga memakan berbagai macam bagian dari tanaman tersebut, mulai dari akar, kulit, buah dan daun. Kawasan Seblat memiliki jenis tanaman yang disukai olehgajah seperti Colocasia gigantea, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon dan

Ichnanthus vicinus. Jenis tanaman pakan yang mendominasi yaitu Angiopteris avecta, Knema sp, Macaranga gigantea, Macaranga pruinosa, Parkia speciosa, Mallotus paniculatus (Syarifudin, 2008). Sedangkan di TNBBS Resort Pemerihan jenis tumbuhan yang paling sering dimakan oleh gajah adalah Alpinia spp, Imperata cylindrica, Merremia peltata, Costus speciousus, Desmodium dichotomum, Korthalasia sp, Selaginella wildenowii (Saragih, 2014).


(27)

12

2. Komponen Fisik

Komponen fisik dari suatu habitat meliputi:

a. Air

Air adalah komponen penting dan terbesar dalam tubuh hewan. Air sangat dibutuhkan dalam berbagai fungsi biologis dan metabolisme tubuh seperti pengaturan suhu tubuh, membantu proses pencernaan, pengaturan tekanan osmose darah, transport nutrien, hormon dan zat lain yang diperlukan tubuh, pertumbuhan fetus dan produksi susu. Semakin besar ukuran satwa semakin besar pula kebutuhan satwa tersebut akan air (Irwan, 2011). Air dipergunakan satwa liar untuk minum dan berkubang. Sumber-sumber air dapat terdiri dari danau, rawa, sungai dan mata air (Alikodra, 1990).

Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber-sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100 cm di dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan belalainya. Pada waktu berendam di sungai, gajah minum dengan mulutnya. Sementara, pada waktu di sungai yang dangkal atau di rawa gajah menggunakan belalainya. Gajah mampu menghisap mencapai 9 liter air dalam satu kali isap (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru, 2013).

b. Garam Mineral

Gajah juga membutuhkan garam mineral, seperti: kalsium, magnesium, dan kalium. Garam diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang


(28)

13

mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya, dan makan pada saat hujan atau setelah hujan (Ribai, Setiawan, dan Darmawan, 2012).

F. Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Kawasan Bukit Barisan Selatan ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tanggal 14 Oktober 1982 dengan luas 356.800 Ha berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982. Batas kawasan TNBBS tidak pernah berubah sejak ditetapkan sebagai suaka marga satwa melalui Besluit Ban der Gauvemeur General van Nederlandsch Indie No.48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I). Tanggal 15 Febuari 1990 ditetapkan pula Cagar Alam Laut (CAL) Bukit Barisan Selatan seluas ±21.600 Ha berdasarkan SK Menhut No.71/Kpts-II/1990 yang terintegrasi dalam pengelolaan TNBBS (Direktoral Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam,2012). Jalan Sanggi-Bengkunat merupakan jalan tembus yang memotong TNBBS sepanjang 11,5 km. Pembuatan jalan ini mengakibatkan kawasan TNBBS terfragmentasi dan mengisolasi satwa yang ada di kawasan terutama mamalia besar (Tanto, 2010).


(29)

14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, bekerjasama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah hagameter sebagai alat ukur tinggi pohon, kamera digital Canon Power shoot a2300, pita meter sebagai alat ukur diameter pohon, Global Positioning System (GPS) untuk mencatat titik koordinat pengamatan, dan lembar kerja/data. Sedangkan objek dalam penelitian adalah vegetasi kanan kiri jalan Sanggi Bengkunat Km 30 - km 32 yang melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.


(30)

15

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di km 30 – km 32, sepanjang jalan Sanggi-Bengkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Gambar 2).

Gambar 2. Jalan Sanggi-Bengkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

D. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk mengetahui lokasi titik jalan aktif gajah. Lokasi penelitian didapat dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada pihak terkait (N = 10), petugas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan lembaga sosial masyarahat. Jalan km 30 - km 32 di jalan Sanggi-Bengkunat, merupakan lokasi yang masih terlihat keberadaan gajah. Jarak dari tepi jalan sejauh 2 km.


(31)

16

E. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Objek dalam penelitian ini adalah vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi -Bengkunat yang melewati Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). 2. Sampel yang diambil adalah vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat

sebanyak 50 plot.

3. Jarak antar plot adalah ± 500 meter disesuaikan dengan kontur lokasi penelitian.

4. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang aktif dilalui oleh gajah sumatera yaitu km 30 - km 32.

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung, pengamatan langsung yang dilakukan peneliti yang bukan dari data yang telah ada, seperti data mengenai kondisi vegetasi yang ada sepanjang jalan Sanggi-Begkunat yang meliputi spesies, diameter batang, tinggi tumbuhan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan untuk mendukung data primer. Data sekunder berupa sumber pakan gajah dari studi literatur dan literatur mengenai tanaman yang berguna bagi gajah sumatera


(32)

17

G. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan membuat plot analisis vegetasi (metode jalur berpetak) yaitu menggunakan petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal penelitian (Indriyanto, 2006). Pembuatan petak contoh di km 30

– km 32 memotong jalan sebanyak 5 jalur. Pada masing-masing jalur dibuat 10 petak contoh dengan 5 petak di kiri dan 5 petak di kanan. Jarak antar petak ±500 meter, sehingga secara keseluruhan dibuat 50 petak contoh sejauh ±2 km dari jalan (Gambar 3). Penitikan lokasi petak contoh dibantu dengan menggunakan

GPS. Ukuran petak contoh yang dibuat yaitu, untuk pohon dewasa adalah 20 m x 20 m, fase tiang adalah 10 m x 10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan 2 m x 2 m untuk fase semai serta tumbuhan bawah (Gambar 4) (Kusmana, 1997). Kategori data yang diambil yaitu jenis tumbuhan, diameter batang dan tinggi pohon. Diameter batang (cm) diukur menggunakan pitameter mengelilingi batang pohon ( = � ���/�) dan tinggi pohon (m) diukur menggunakan haga, untuk fase tiang dan pohon, sedangkan fase pancang dan semai hanya nama spesies dan jumlah tumbuhan.


(33)

18

Gambar 3. Peletakan plot di lokasi penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015.

Arah rintis

Gambar 4. Desain petak contoh kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015.

Keterangan:

Petak A = Petak berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan fase pohon. Petak B = Petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan fase tiang. Petak C = Petak berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan fase pancang.

Petak D = Petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan fase semai dan tanaman bawah (Kusmana, 1997).

A

B

C D


(34)

19

2. Data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mendapatkan informasi dari kantor Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

H. Analisis Data

1. Vegetasi Hutan

Menurut Indriyanto (2006), untuk analisis vegetasi hutan dapat dihitung menggunakan:

a. Kerapatan

Kerapatan (K) menunjukan jumlah individu dalam suatu petak. Kerapatan tiap spesies dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, pohon dan tanaman selain pohon) perhitungan kerapatan dapat diketahui berdasarkan rumus:

� =jumlah individu untuk spesies ke − i luas seluruh petak contoh

�� =kerapatan seluruh spesies x kerapatan spesies k − i %

b. Distribusi/Frekuensi

Distribusi/Frekuensi (F) menunjukan jumlah penyebaran tempat ditemukannya suatu spesies dari semua plot ukur. Dapat dihitung dengan rumus:

� =jumlah petak contoh ditemukan suatu spesies ke − ijumlah seluruh petak contoh

�� = frekuensi spesies ke − i

frekuensi seluruh spesies x %


(35)

20

Dominansi (D) digunakan untuk mengetahui spesies yang tumbuh lebih banyak/mendominasi. Perhitugan dominasi dapat diketahui berdasarkan rumus:

� =jumlah luas bidang dasar ke − iluas petak contoh

�� =dominasi suatu spesies ke − idominasi seluruh spesies x %

d. Indeks Nilai Penting

Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakaiuntuk menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Perhitungan INP dapat diperoleh berdasarkan rumus: INP = KR + FR + DR.

2. Makanan

Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk tabulasi. Identifikasi tumbuhan tentang jenis pakan gajah sumatera dilakukan dengan studi literatur.


(36)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kajian vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Total spesies ditemukan 195 spesies tumbuhan terdiri dari fase pohon 102 spesies, fase tiang 100 spesies, fase pancang 74 spesies, dan fase semai 126 spesies. Tingkat penguasaan yang tinggi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat terletak pada Alseodaphne falcata (INP 75,83%) di kanan jalan dan Litsea sp (INP 26,29%) di kiri jalan pada fase pohon, Aglaia sp (INP 26,473%) di kanan jalan dan Clerodendron sp (INP 15,21 %) di kiri jalan pada fase tiang, Archidendron bubalinum (INP 12,79%) di kanan jalan dan Eugenia sp (INP 17,33%) di kiri jalan pada fase pancang, Clerodendron sp (INP 12,23%) di kanan jalan dan Aglaia odoratusima (INP 7,46%) di kanan jalan. Tumbuhan bawah didominansi oleh

Selaginella plana (INP 19,12% (kanan) dan INP 13,31% (kiri)) dan Globba sp

(INP 17,51% (kanan) dan INP 12,05% (kiri).

2. Terdapat 45 spesies dari 195 spesies tumbuhan yang menjadi sumber pakan alami gajah sumatera yang terdiri dari 19 spesies tumbuhan bawah dan 26 spesies pohon.


(37)

35

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pola sebaran aktivitas gajah sumatera di kanan kiri Jalan Sanggi Bengkunat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.


(38)

36

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan satwa liar jilid I. Fakultas Kehutanan IPB:Bogor.

Abdullah, Dahlian dan Mukhlisin. 2009. Preferensi makan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrannus) di kawasan hutan cagar alam jantho.

JurnalBiologi Edukasi Volume 1 Nomor 1 Halaman 65-71.

Abdullah dan Japisa, T. 2013. Karakteristik habitat gajah sumatera (elephas maximus sumatranus temminck) pada habitat terganggu di ekosistem hutan seulawah. Jurnal EduBio Tropika Volume 1 Nomor 1 Halaman 1-60. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru. 2013. Mengenal

gajah sumatera elephas maximus sumatrensis http://bappeda.pekanbaru. go.id/berita/503/mengenal-gajah-sumatera-elephas-maximus-sumatrensis/ page/1/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pada pukul 12:18 WIB. Direktoral Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2006. Taman

Nasional di Indonesia. Departemen Kehutanan.

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Kementrian Kehutanan. 2012. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. http://www. ditjenphka/TN.Bukit Barisan Seltan.htm. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB.

Djufri. 2003. Pemantauan makanan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatraensis) di Taman Hutan Raya Cut Nya’ Dhien Seulawah, Aceh Besar. Jurnal Biodiversitas Volume 4 Nomor 1 Halaman 118-123. Fadhil, N. 2012. Performance elephant patrol Bukit Barisan Selatan, camp

Pemerihan setelah 30 bulan beroperasi. Internal report. WWF Indonesia. Lampung.

Fowler, M.E., SK. Mikota (Editor). 2006. Biology, medicine, and surgery of elephants. Blackwell Plublishing, Oxford, UK.


(39)

37

Hariyanto, M. 2009. Gajah sumatera. http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/ 07/gajah-sumatera.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 19.27 WIB.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Irwan. 2011. Makalah peran air bagi hewan. http://irwansipetualang.blogspot. com/2011/10/makalah-peran-air-bagi-hewan.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 11.08 WIB

IUCN. 2012. IUCN red list of threatened species. (www.iucnredlist). Diakses tanggal 5 Januari 2014.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT Penerbit Institut Pertanian Bogor. Mahanani, A.I., Hendarto, I. B., dan Soeprobowati, T. R. 2013. Daya dukung

habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus temmick) di suaka margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bioma

Volume 15 Nomor 1 Halaman 1-5.

Nuzul, F. 2009. Gajah Sumatera. http://phanjoel.wordpress.com/2009/11/12/gajah -sumatera/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 10.38 WIB.

Ribai. 2011. Studi perilaku makan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ribai, Setiawan, A.dan Darmawan, A. 2012.Perilaku menggaram gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Tengkawang. Volume 2 Nomor 1 Halaman 1-9. Saputra, G. 2013. Gajah sumatera.

http://www.satwa.net/248/gajah-sumatera.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014 pukul 08.44 WIB.

Saragih, C. O. 2014. Kajian pakan gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus) di resort pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Skripsi. Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syarifudin, H. 2008. Preferensi hijauan pakan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) studi kasus di kawasan Seblat. Jurnal IlmiahIlmu-Ilmu Perternakan Volume 11 Nomor 4 Halaman 83-92.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). 2012. The tropical rainforest kheritage of Sumatera. Bukit Barisan Selatan National Park.


(40)

38

_________. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pukul 14.15

_________ . 2015. http://www.tfcasumatera.org/bukit-barisan-selatan/. Diakses pada tanggal 6 April 2015 pukul 09.50 WIB

Tanto, M. 2010. Mengenal TNBBS. http://tantomedi.blogspot.com/2010/05/ mengenal-tnbbs.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 10.30 WIB.

World Wide Fund (WWF). 2013. Gajah sumatera. http://www.wwf.or.id/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

_________. 2014. Mengenal Gajah Sumatera. http://www.wwf.or.id/program/ wilayah_kerja_kami/jawa___sumatera/tessonilobukittigapuluh/focal_specie s/elephants/aboutsum_elephants/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.30 WIB.

Yudarini, N. D., Soma, I. G., dan Widyastuti, S. 2013. Tingkah laku harian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus Volume 2 Nomor 4 Halaman 461-468.

Yogasara, F. A., Zulkarnaini dan Saam, Z. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas konflik antara gajah dengan manusia di

Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Jurnal Lingkungan Hidup Volume 6 Nomor 1 Halaman 63-81.


(1)

� =jumlah luas bidang dasar ke − iluas petak contoh

�� =dominasi suatu spesies ke − idominasi seluruh spesies x % d. Indeks Nilai Penting

Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakaiuntuk menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Perhitungan INP dapat diperoleh berdasarkan rumus: INP = KR + FR + DR.

2. Makanan

Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk tabulasi. Identifikasi tumbuhan tentang jenis pakan gajah sumatera dilakukan dengan studi literatur.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kajian vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Total spesies ditemukan 195 spesies tumbuhan terdiri dari fase pohon 102 spesies, fase tiang 100 spesies, fase pancang 74 spesies, dan fase semai 126 spesies. Tingkat penguasaan yang tinggi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat terletak pada Alseodaphne falcata (INP 75,83%) di kanan jalan dan Litsea sp (INP 26,29%) di kiri jalan pada fase pohon, Aglaia sp (INP 26,473%) di kanan jalan dan Clerodendron sp (INP 15,21 %) di kiri jalan pada fase tiang, Archidendron bubalinum (INP 12,79%) di kanan jalan dan Eugenia sp (INP 17,33%) di kiri jalan pada fase pancang, Clerodendron sp (INP 12,23%) di kanan jalan dan Aglaia odoratusima (INP 7,46%) di kanan jalan. Tumbuhan bawah didominansi oleh Selaginella plana (INP 19,12% (kanan) dan INP 13,31% (kiri)) dan Globba sp (INP 17,51% (kanan) dan INP 12,05% (kiri).

2. Terdapat 45 spesies dari 195 spesies tumbuhan yang menjadi sumber pakan alami gajah sumatera yang terdiri dari 19 spesies tumbuhan bawah dan 26 spesies pohon.


(3)

mengenai pola sebaran aktivitas gajah sumatera di kanan kiri Jalan Sanggi Bengkunat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan satwa liar jilid I. Fakultas Kehutanan IPB:Bogor.

Abdullah, Dahlian dan Mukhlisin. 2009. Preferensi makan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrannus) di kawasan hutan cagar alam jantho. Jurnal Biologi Edukasi Volume 1 Nomor 1 Halaman 65-71.

Abdullah dan Japisa, T. 2013. Karakteristik habitat gajah sumatera (elephas maximus sumatranus temminck) pada habitat terganggu di ekosistem hutan seulawah. Jurnal EduBio TropikaVolume 1 Nomor 1 Halaman 1-60. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru. 2013. Mengenal

gajah sumatera elephas maximus sumatrensis http://bappeda.pekanbaru. go.id/berita/503/mengenal-gajah-sumatera-elephas-maximus-sumatrensis/ page/1/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pada pukul 12:18 WIB. Direktoral Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2006. Taman

Nasional di Indonesia. Departemen Kehutanan.

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Kementrian Kehutanan. 2012. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. http://www. ditjenphka/TN.Bukit Barisan Seltan.htm. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB.

Djufri. 2003. Pemantauan makanan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatraensis) di Taman Hutan Raya Cut Nya’ Dhien Seulawah, Aceh Besar. Jurnal Biodiversitas Volume 4 Nomor 1 Halaman 118-123. Fadhil, N. 2012. Performance elephant patrol Bukit Barisan Selatan, camp

Pemerihan setelah 30 bulan beroperasi. Internal report. WWF Indonesia. Lampung.

Fowler, M.E., SK. Mikota (Editor). 2006. Biology, medicine, and surgery of elephants. Blackwell Plublishing, Oxford, UK.


(5)

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Irwan. 2011. Makalah peran air bagi hewan. http://irwansipetualang.blogspot. com/2011/10/makalah-peran-air-bagi-hewan.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 11.08 WIB

IUCN. 2012. IUCN red list of threatened species. (www.iucnredlist). Diakses tanggal 5 Januari 2014.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT Penerbit Institut Pertanian Bogor. Mahanani, A.I., Hendarto, I. B., dan Soeprobowati, T. R. 2013. Daya dukung

habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus temmick) di suaka margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bioma Volume 15 Nomor 1 Halaman 1-5.

Nuzul, F. 2009. Gajah Sumatera. http://phanjoel.wordpress.com/2009/11/12/gajah -sumatera/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 10.38 WIB.

Ribai. 2011. Studi perilaku makan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ribai, Setiawan, A.dan Darmawan, A. 2012.Perilaku menggaram gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Tengkawang. Volume 2 Nomor 1 Halaman 1-9. Saputra, G. 2013. Gajah sumatera.

http://www.satwa.net/248/gajah-sumatera.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014 pukul 08.44 WIB. Saragih, C. O. 2014. Kajian pakan gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus) di resort pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Skripsi. Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syarifudin, H. 2008. Preferensi hijauan pakan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) studi kasus di kawasan Seblat. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Perternakan Volume 11 Nomor 4 Halaman 83-92.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). 2012. The tropical rainforest kheritage of Sumatera. Bukit Barisan Selatan National Park.


(6)

_________. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pukul 14.15

_________ . 2015. http://www.tfcasumatera.org/bukit-barisan-selatan/. Diakses pada tanggal 6 April 2015 pukul 09.50 WIB

Tanto, M. 2010. Mengenal TNBBS. http://tantomedi.blogspot.com/2010/05/ mengenal-tnbbs.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 10.30 WIB.

World Wide Fund (WWF). 2013. Gajah sumatera. http://www.wwf.or.id/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

_________. 2014. Mengenal Gajah Sumatera. http://www.wwf.or.id/program/ wilayah_kerja_kami/jawa___sumatera/tessonilobukittigapuluh/focal_specie s/elephants/aboutsum_elephants/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.30 WIB.

Yudarini, N. D., Soma, I. G., dan Widyastuti, S. 2013. Tingkah laku harian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus Volume 2 Nomor 4 Halaman 461-468.

Yogasara, F. A., Zulkarnaini dan Saam, Z. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas konflik antara gajah dengan manusia di

Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Jurnal Lingkungan Hidup Volume 6 Nomor 1 Halaman 63-81.