KAJIAN INTERAKSI GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DENGAN MASYARAKAT KUYUNG ARANG, KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ABSTRAK

KAJIAN INTERAKSI GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DENGAN MASYARAKAT KUYUNG ARANG,

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

DINA FARIDA UTAMI

Kajian interaksi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan masyarakat Kuyung Arang, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014, untuk mengetahui interaksi dan dampaknya pada masyarakat, dengan metode pengamatan langsung dan tidak langsung, dan wawancara. Interkasi masyarakat Dusun Kuyung Arang dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bersifat amensalisme. Dampak negatif interkasi berupa gagal panen (29,58%; n=21), dengan perusakan, penginjakan, dan perobohan tanaman (60,56%; n=43), dan gubuk dirusak, perusakan, penginjakan, dan perobohan tanaman (9,86%; n=7).


(2)

ABSTRACT

STUDY ON INTERACTION OF SUMATRAN ELEPHANT (Elephas

maximus sumatranus) AND LOCAL PEOPLE IN KUYUNG ARANG, TANGGAMUS

By

DINA FARIDA UTAMI

Study on the interaction and its effects between sumateran elephants and Kuyung

Arang’s local people, Tanggamus was conducted in October-December 2014, direct and indirect observation, by questionnaire was applied. Amensalism is the interaction found between sumatran elephants and local people of Kuyung arang. Negative impacts include harvest fail (29,58%; n=21), crop (60,56%; n=43), and hut (9,86%; n=7) destruction.

Key word: Sumatran elephant, interaction, local people, Kuyung Arang, Bukit Barisan Selatan National Park


(3)

KAJIAN INTERAKSI GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DENGAN MASYARAKAT SEDAYU KECAMATAN SEMAKA

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Dina Farida Utami

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Dina Farida Utami) dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 September 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Khairuz Zaman dan Ibu Dian Rihati.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada tahun 1997 Taman Kanak-kanak Tunas Mekar Indonesia. Pada tahun 1998 melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar Negri 02 Rawa Laut dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negri 25 Bandar Lampung pada tahun 2004 hingga tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negri 01 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktek Umum selama ± 1 bulan di KPH Unit III Jawa Barat dan Banten pada bulan Juni hingga Agustus 2013. Selanjutnya, pada bulan Januari hingga Maret tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan.


(7)

Untuk menambah pemahaman keilmuan, selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Statistika Dasar, Inventarisasi Hutan, Analisis Keanekaragaman Flora dan Fauna, dan Wisata Hutan Berkelanjutan.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa bahagia dan kerendahan hati, Ku persembahkan

karya kecil ini untuk Ayahnda (Khairuz Zaman) dan Ibunda (Dian

Rihati) tercinta yang selalu memberikan doa dan ksih sayangnya

sampai saat ini.

Adik ku tersayang Fenty Dwi Jayanti dan Fahru Hidayahtulloh

yang menjadi alasan ku untuk selalu bersemangat dan pantang

menyerah, Septian Tono yang selalu menyemangati dan menemaniku

dan terimaksih untuk semua sahabat yang selalu mendoakan dan

menyemangatiku.

Teman se-angkatan 2010 (Sylvaten), abang/mbak dan adik tingkat

terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini serta

kebersamaan yang tak kan dilupakan mulai dari awal di Kehutanan


(9)

SANWACANA

Asslamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Kajian Interaksi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Dengan Masyarakat Sedayu Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. selaku ketua jurusan dan pembimbing pertama yang telah memberi bimbingan kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.


(10)

3. Ibu Dra. Ely L. Rustiati, M.sc. sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto selaku dosen penguji, atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Pihak BBTNBBS yang telah memberi kesempatan untuk penulis melakukan penelitian.

6. Bapak dan Ibu Yasir yang telah bersedia menerima saya dengan tangan terbuka.

7. Tim yang membantu saat penelitian Annisa, Kurnia, Ade, Novia A., Ema, dan Bagus.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juni 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Pemikiran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Gajah Sumatera ... 6

1. Biologi Gajah sumatera ... 6

2. Habitat Gajah Sumatera ... 7

3. Persyaratan Hidup Gajah di Alam ... 7

4. Perilaku Sosial Gajah sumatera ... 9

B. Interaksi ... 10

1. Netral ... 10

2. Predasi ... 10


(12)

4. Komensalisme ... 11

5. Mutualisme ... 11

6. Amensalisme ... 11

C. Kategori Status Konservasi IUCN Red List ... 12

D. Gambaran Umum TNBBS... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

B. Alat dan Objek Penelitian ... 16

C. Survei Pendahuluan ... 16

D. Batasan Penelitian ... 16

E. Jenis Data ... 17

F. Metode Pengumpulan Data ... 17

G. Analisis Data ... 19

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

A. Wilayah Sukaraja Atas ... 20

1. Geografis dan Luas ... 20

2. Iklim ... 21

3. Topografi ... 21

B. Desa Sedayu ... 21

1. Geografis dan Luas ... 21

2. Kependudukan ... 22


(13)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Interaksi Gajah Sumatera Dengan Masayarakat ... 25

B. Dampak Akibat Interaksi ... 35

C. Aspek Konservasi Gajah sumatera ... 36

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38


(14)

i

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jumlah penduduk Desa Sedayu ... 22 2. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sedayu ... 23 3. Mata pencaharian masyarakat Desa Sedayu ... 24 4. Kelompok gajah sumatera yang keluar ke lahan pertanian

masyarakat Dusun Kuyung Arang, Kecamatan Semaka,

Kabupaten Tanggamus ... 27 5. Data pengamatan tidak langsung saat gajah masuk ke lahan

pertanian masyrakat ... 28 6. Jenis tumbuhan yang berada di daerah jalur gajah masuk ke lahan

pertanian masyarakat ... 30 7. Bagian- bagian tanaman yang dimakan oleh gajah saat masuk ke

lahan pertanian masyarakat Dusun Kuyung Arang, Kecamatan


(15)

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 5

2. Lokasi Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus ... 15

3. Peta jalur aktif gajah sumatera menuju Dusun Kuyung Arang di

Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus ... 26 4. Gubuk yang rusak di Dusun Talang Sunda Kecamatan

Semaka, Kabupaten Tanggamus ... 29 5. Pohon karet (Hevea brasiliensis) bagian batang yang dimakan oleh

gajah sumatera (atas), pohon karet (Hevea brasiliensis) yang dirobohkan oleh gajah sumatera di Dusun Kuyung Arang, Desa

Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus ... 30 6. Tanaman padi (Oryza sativa) yang rusak dan dimakan oleh gajah

sumatera di Dusun Kuyung Arang, Desa Sedayu, Kecamatan Semaka,

Kabupaten Tanggamus dan kotoran gajah yang ditemukan... ... 31 7. Kotoran gajah yang ditemukan di jalur gajah di Dusun Kuyung Arang,

Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. ... 31 8. Plang yang berada di Dusun Kuyung, Desa Sedayu, Kecamatan

Semaka, Kabupaten Tanggamus. ... 32 9. Alat bom karbit yang digunakan masyarakat untuk mengusir gajah

dari lahan pertanian dan pemukiman... .... 33 10. Kerusakan yang dialami masyarakat Dusun Kuyung Arang dan

Sridadi, Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten

Tanggamus. ... ... 36


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan Sumatera menyimpan beranekaragam mamalia, termasuk gajah sumatera

(Elephas maximus sumatranus). Gajah sumatera merupakan sub spesies dari gajah asia yang penyebarannya di Indonesia terdapat di Sumatera dan Kalimantan bagian timur (Zannah, 2014). Sebagai satwa langka Indonesia, gajah sumatera yang dilindungi menurut menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diatur dalam peraturan pemerintah PP 7/1999 tentang Pengawetaan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Ancaman yang dihadapi gajah sumatera termasuk pembalakan liar, fragmentasi habitat, serta pembunuhan akibat konflik (World Wide Fund, 2013).

Alih fungsi lahan menyebabkan penyempitan habitat alami gajah sumatera, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, serta meningkatnya pembangunan. Sejak tahun 1980-an sering muncul masalah gangguan satwa liar terhadap pemukiman, perkebunan dan perladangan masyarakat di Sumatera (Yogasara, Zulkarnaini, dan Saam, 2012). Dengan kondisi habitat yang rusak, gajah melakukan aktivitas untuk mendapatkan makanan dan naungan keluar dari habitat alaminya (Syarifuddin, 2008).


(17)

2

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu kawasan yang menjadi habitat gajah sumatera. Kawasan hutan TNBBS meliputi area seluas +356.800 ha, membentang dari ujung selatan bagian barat Propinsi Lampung seluas +280.300 ha. Menurut administrasi pemerintahan kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah Kabupaten Tenggamus, Kabupaten Pesisir Barat, dan Kabupaten Bengkulu Selatan sedangkan bagian tengah hingga utara sebelah timur TNBBS berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan (Tanto, 2010). Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mencakup wilayah Sukaraja Atas, Tampang-Belimbing, Suoh, Pemerihan, dan Kubu Perahu (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2012).

Wilayah Sukaraja Atas yang merupakan salah satu habitat gajah sumatera, Sukaraja Atas terdapat pemukiman masyarakat yaitu Desa Sedayu dan gajah sering memasuki permukiman masyarakat tersebut dan merusak lahan. Dengan adanya gajah memasuki pemukiman tersebut maka terjadi interaksi antara masyarakat dengan gajah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kajian interaksi antara gajah dengan masyarakat Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.


(18)

3

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui interaksi antara gajah sumatera dengan masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

2. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif akibat interaksi tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Sebagai dasar informasi tentang keberadaan gajah sumatera di Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

2. Sebagai informasi kepada pengelola TNBBS kondisi interaksi masyarakat dengan gajah sehingga dapat dijadikan acuan kebijakan lebih lanjut dalam upaya perlindungan satwa.

E. Kerangka Pemikiran

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi, dan mempunyai nilai penting bagi perlindungan mamalia besar. Di kawasan ini terdapat +122 jenis mamalia termasuk enam spesies terancam punah menurut Red Data Book IUCN, salah satunya gajah sumatera (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2012). Kerusakan dan fragmentasi habitat merupakan salah satu faktor penurunan populasi gajah sumatera (Maharani, Boedi, Retnaningsih, 2012).


(19)

4

Wilayah Sukaraja Atas merupakan salah satu habitat gajah sumatera dan terdapat pemukiman masyarakat di sekitar TNBBS, yaitu Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Gajah sumatera sering memasuki pemukiman dan lahan pertanian masyarakat Sedayu, sehingga terjadi interaksi antara gajah sumatera dengan masyarakat Sedayu.

Dengan adanya gajah memasuki pemukiman dan lahan pertanian masyarakat tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui tipe interaksi antara gajah sumatera dengan masyarakat sehingga dapat dijadikan sumber informasi dan acuan pemikiran lebih lanjut dalam upaya perlindungan satwa dan pengelolaan kawasan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi langsung dan teknik wawancara menggunakan kuisioner yang ditujukan kepada masyarakat Sedayu Dusun Kuyung Arang dan Sridadi (Gambar 1).


(20)

5

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian kajian interaksi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan masyarakat Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) wilayah

Sukaraja atas

Habitat gajah sumatera (Elephas maximus

sumatranus)

Interaksi gajah sumatera dengan masyarakat Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus Penelitian Observasi Wawancara menggunakan kuisioner

Interaksi gajah sumatera dengan masyarakat Sedayu dan dampak positif

dan negatif akibat interaksi tersebut

Masyarakat Desa Sedayu Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Aktivitas masyarakat Gajah sumatera keluar dari TNBBS


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gajah Sumatera

1. Biologi Gajah Sumatera

Gajah merupakan mamalia besar dan satwa endemik Pulau Sumatera, termasuk kelas Mammalia (Fowler, 2006):

Gajah sumatera memiliki berat mencapai 6 ton dan memiliki tinggi mencapai 3,5m (Saputra, 2013), dan gajah sumatera jantan relatif lebih pendek jika dibandingkan subspesies gajah lainnya, sedangkan gajah betina memiliki gading yang sangat pendek dan bersembunyi di balik bibir atas (World Wide Fund, 2005).

Kerajaan : Filum :

Animalia Chordata Anak Filum:

Kelas :

Vertebrata Mammalia Bangsa : Proboscidea Suku : Elephantidae Marga : Elephas

Jenis : Elephas maximus


(22)

7

2. Habitat Gajah Sumatera

Habitat merupakan tempat satwa melangsungkan hidupnya berupa makan, berkembang biak, dan beristirahat (Maharani dkk., 2012). Gajah sumatera banyak melakukan pergerakan dalam daerah jelajah dan menggunakan lebih dari satu tipe habitat di antaranya adalah hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, dan hutan hujan pegunungan rendah yang didominasi oleh suku Dipterocarpaceae, dan hutan hujan pegunungan rendah (ketinggian 750-1500 mdpl) yang jenis tumbuhannya didominasi oleh Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., serta Castanopsis spp. (Hariyanto, 2009).

3. Persyaratan Hidup Gajah di Alam

a. Naungan

Naungan mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai tempat untuk hidup dan tempat berkembang biak bagi satwa, dan sebagai tempat berlindung dari sinar matahari (Alikodra, 1979). Tempat yang sering dipakai sebagai naungan dan istirahat pada siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat (World Wide Fund, 2005).

b. Makanan

Gajah sumatera merupakan satwa herbivora membutuhkan makanan berupa tumbuhan hijau yang cukup di habitatnya. Gajah membutuhkan banyak makanan yaitu sekitar 200-300 kg biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat badannya (Ribai, 2011). Ketinggian lahan dengan rentang 0-400


(23)

8

dan kondisi ketersediaan pakan yang banyak (75%) merupakan kondisi yang disukai oleh gajah (Abdullah, Asiah, dan Japisa, 2012).

c. Air

Alikodra (2010) menyatakan air memiliki peranan yang besar terhadap kelangsungan hidup, selain untuk minum air juga digunakan untuk mandi. Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100 cm dengan menggunakan kaki depan dan belalainya (World Wide Fund, 2005).

d. Garam mineral

Perilaku menggaram dilakukan oleh gajah untuk menjaga daya tahan tubuhnya (Ribai, 2011). Garam mineral yang dibutuhkan oleh gajah, antara lain: kalsium, magnesium, dan kalium. Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya, dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan (World Wide Fund, 2005).

e. Ruang atau wilayah jelajah (home range)

Wilayah jelajah gajah sumatera membutuhkan daerah jelajah yang luas dan bervariasi, hal tersebut disebabkan gajah merupakan mamalia darat yang paling besar (Ribai, 2011). Wilayah jelajah kelompok gajah di hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dari wilayah jelajah hutan sekunder, terutama pada


(24)

9

kelompok gajah betina wilayah jelajah gajah sumatera sekitar 100-500 km2 dengan jalur yang relatif tetap (Padmanaba, 2003).

4. Perilaku Sosial Gajah Sumatera

a. Hidup berkelompok

Gajah sumatera termasuk satwa sosial dengan satu kelompok dipimpin oleh induk betina dengan 3-20 ekor individu anggota. Jumlah anggota setiap kelompok bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia (Padmanaba, 2003). Gajah jantan dewasa hanya berada dalam kelompok pada periode tertentu untuk melakukan aktivitas kawin dengan beberapa individu betina pada kelompok tersebut dan pada gajah jantan muda yang sudah dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain (World Wide Fund, 2005).

b. Menjelajah

Jarak jelajah gajah dapat mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim berbuah di hutan dapat mencapai 15 km per hari (World Wide Fund, 2005). Saat menjelajah gajah melakukan komunikasi dengan gajah lainnya melalui suara yang dihasilkan dari getaran pangkal belalainya yang dapat didengar sampai radius 5 km (Alamendah, 2014).

c. Perilaku kawin

Gajah membutuhkan ruang atau daerah jelajah yang luas serta memerlukan perilaku kawin tidak terganggu (Meytasari, Bakri, dan Herwanti, 2014). Masa


(25)

10

gestasi gajah sekitar 22 bulan sampai melahirkan (Saputra, 2013). Gajah dapat melakukan perilaku kawin sepanjang tahun, dengan frekuensinya mencapai puncak pada musim hujan (World Wide Fund, 2005).

B. Interaksi

Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik dari setiap anggota populasi baik sejenis maupun berbeda jenis. Organisme hidup tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan menjadi satu kumpulan individu yang menempati suatu tempat tertentu, sehingga antar organisme akan terjadi interaksi (Indriyanto, 2006). Interaksi antar organisme dalam komunitas beragam.

Menurut Praweda (2000) dan Sukasains (2012), interaksi antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Netral

Hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Sebagai contoh interaksi netral yaitu antara capung dengan kerbau.

2. Predasi

Predasi adalah hubungan antara hewan mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Predator berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Sebagai contoh interaksi predasi yaitu harimau dengan kijang.

3. Parasitisme

Parasitisme adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari inangnya


(26)

11

dan bersifat merugikan. Sebagai contoh interaksi parasitisme adalah cacing pita melekat pada dinding usus manusia dan sekaligus menyerap sari makanan yang ada, untuk melangsungkan kehidupannya. Sehingga tubuh manausia akan semakin kurus dan tak memiliki tenaga.

4. Komensalisme

Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Sebagai contoh interaksi komensalisme yaitu ikan remora yang memakan serpihan daging disekitar mulut ikan hiu.

5. Mutualisme

Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai contoh interaksi mutualisme yaitu burung yang memakan kutu kerbau, sedangkan kerbau merasa diuntungkan dengan burung memakan kutu pengganggu kerbau.

6. Amensalisme

Amensalisme merupakan hubungan antara dua jenis organisme yang satu

menghambat atau merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme yang dihambat atau dirugikan, seperti pada beberapa ganggang yang termasuk genus Anabaena dengan ikan.


(27)

12

C. Kategori Status Konservasi IUCN Red List

Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk hidup yang terancam kepunahan. IUCN Red List menetapkan kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies, tujuannya untuk memperingatkan pentingnya masalah konservasi dan pembuat kebijakan untuk menolong komunitas internasional dalam memperbaiki status kelangkaan spesies (Alamendah, 2010). Kategori status konservasi menurut IUCN Red List terbagi dalam tujuh kelompok, antara lain (Alamendah, 2010):

1. Punah (Extinct) adalah status konservasi yag diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. Dalam IUCN Redlist tercatat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus punah. Sebagai contoh satwa yang telah punah diantaranya harimau jawa dan harimau bali.

2. Punah di Alam Liar (Extinct in the Wild) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka. Dalam IUCN Redlist tercatat 38 hewan dan 28 tumbuhan yang berstatus punah di alam liar.

3. Kritis (Critically Endangered) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Dalam IUCN

Red List tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang berstatus kritis. Sebagai contoh satwa yang berstatus kritis antara lain gajah sumatera, harimau humatra,


(28)

13

badak jawa, badak sumatera, jalak bali, orangutan sumatera, elang jawa, trulek jawa, rusa bawean.

4. Genting atau Terancam (Endangered) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Terdapat 2.573 hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus terancam. Sebagai contoh satwa yang berstatus terancam antara lain banteng, anoa, mentok rimba, maleo, tapir, trenggiling, bekantan, dan tarsius.

5. Rentan (Vulnerable) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang berstatus rentan, sebagai contoh satwa yang berstatus rentan antara lain kasuari, merak hijau, dan kakak tua maluku.

6. Hampir Terancam (Near Threatened) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Dalam IUCN Red list tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan yang berstatus hampir terancam. Sebagai contoh satwa yang berstatus hampir terancam antara lain alap-alap doria, punai sumba.

7. Berisiko Rendah (Least Concern) adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dalam IUCN Red list tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus berisiko rendah. Sebagai contoh satwa yang berstatus berisiko rendah antara lain ayam hutan merah, ayam hutan hijau, dan landak.


(29)

14

D. Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) 1. SejarahTaman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Pada tahun 1935 kawasan ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa melalui Besluit Van der Gouverneur-General van Nederlandsch Indie No. 48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I). Pada tanggal 1 April 1979, memperoleh status kawasan pelestarian alam yang kemudian ditetapkan sebagai taman nasional melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. Pada tahun 2004 TNBBS ditetapkan oleh UNESCO pada sidang komisi warisan dunia sebagai tapak warisan dunia (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis Taman Nasional Bahwa Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ditetapkan menjadi Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

2. Resort Sukaraja Atas

Resort Sukaraja Atas merupakan wilayah Sekski Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sukaraja dengan luas ± 94.745 ha. Resort Sukaraja Atas merupakan satu dari lima resort lingkup SPTN Wilayah I Sukaraja, pondok kerja resort Sukaraja yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan operasional resort berkedudukan di Dusun Wonosari Pekon Sukaraja, Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2014 di Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus (Gambar 2), bekerja sama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).


(31)

16

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System)

Garmin78S, kamera digital Sony 141 MP, jam tangan digital casio.

Objek dalam penelitian adalah gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan masyarakat di Dusun Kuyung Arang dan Sridadi, Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

C. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan di Resort Sukaraja Atas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Survei pendahuluan dilakukan untuk melihat lokasi yang sering terjadi konflik antara gajah sumatera dan masyarakat di TNBBS secara langsung dan berdasarkan data sekunder konflik manusia dengan satwa dari Balai Besar TNBBS. Berdasarkan data tersebut Sedayu merupakan salah satu wilayah yang sering terjadi konflik antara gajah sumatera dengan manusia (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

D. Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah

1. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi, Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus (N=71). Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perilaku gajah sumatera yang memasuki lahan pertanian dan pemukiman masyarakat.


(32)

17

2. Pengamatan gajah masuk ke dalam pemukiman masyarakat dilakukan secara tidak langsung. Berdasarkan pada info dan dibantu oleh Masyarakat Mitra Polhut (MMP) (Sutrisno, press.comm) untuk dilakukan pencatatan jumlah gajah yang masuk, titik masuk dan titik keluar gajah, kerusakan yang terjadi saat gajah masuk ke dalam pemukiman, dan karakteristik wilayahnya. Kemudian dilakukan pengamatan langsung setelah gajah berhasil masuk ke dalam kawasan dengan mencatat kerusakan.

E. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi data mengenai perilaku gajah sumatera saat masuk ke pemukiman dan lahan pertanian warga, interaksi masyarakat dengan gajah sumatera, dan dampak akibat interaksi tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan untuk mendukung data primer. Data sekunder berupa data statistik konflik manusia dengan satwa, monografi desa yaitu jumlah kepala keluarga (KK), batasan desa, luas desa, dan literatur-literatur yang menunjang penelitian.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan observasi. Pengamatan ini dilakukan menggunakan metode pengamatan langsung dan tidak langsung. Pengamatan


(33)

18

gajah masuk ke dalam pemukiman masyarakat dilakukan secara tidak langsung. Berdasarkan pada info dan dibantu oleh Masyarakat Mitra Polhut (MMP) (Sutrisno, press.comm) untuk dilakukan pencatatan jumlah gajah yang masuk, titik masuk dan titik keluar gajah, kerusakan yang terjadi saat gajah masuk ke dalam pemukiman, lalu dilakukan pengamatan langsung setelah gajah berhasil masuk ke dalam kawasan dengan mencatat kerusakan akibat gajah masuk.

Teknik wawancara menggunakan kuisioner dilakukan dengan ditujukan kepada masyarakat Desa Sedayu. Kuisioner merupakan pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden tentang gajah sumatera yang berinteraksi dengan masyarakat (Arikunto, 2010). Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi, pemilihan kedua dusun dari lima dusun dilakukan secara purposive sampling dikarenakan letak dari kedua dusun tersebut dekat dengan kawasan TNBBS dan paling sering berinteraksi dengan gajah sumatera (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Jumlah kepala keluarga (KK) Kuyung Arang 21 dan Dusun Sridadi 55 KK, sehingga didapatkan jumlah responden sebanyak 76 KK. Menurut Arikunto (2010) jika populasi kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua secara sensus, namun jika populasi lebih dari 100 orang pengambilan jumlah responden dilakukan secara sampel dengan batas error 10-15% atau 20-25%. Sehingga pada penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, menggunakan kuisioner dengan jumlah responden sebanyak 76 KK.


(34)

19

2. Data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mendapatkan informasi tentang gajah sumatera yang ada di daerah Sukaraja Atas dari kantor Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan secara menyeluruh tentang interaksi yang terjadi antara gajah sumatera dengan masyarakat Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus serta dampak yang terjadi akibat interaksi tersebut.


(35)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas

Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai bagian dari unit pengelolaan terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Resort Suoh-SPTN Wilayah III Krui

2. Sebelah timur berbatasan dengan kawasan Hutan Lindung Register 31 Pematang Arahan dan lahan milik (Marga).

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Resort Way Nipah 4. Sebelah barat berbatasan dengan Resort Pemerihan

Resort Sukaraja Atas merupakan wilayah Seksi pengelolaan taman nasional (SPTN) wilayah I Sukaraja dengan luas ± 94.745 ha. Resort Sukaraja Atas merupakan satu dari lima resort lingkup SPTN Wilayah I Sukaraja, pondok kerja resort Sukaraja yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan operasional resort berkedudukan di Dusun Wonosari, Pekon Sukaraja, Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).


(36)

21

2. Iklim

Kawasan hutan Resort Sukaraja Atas terletak pada bagian timur TNBBS dengan curah hujan berkisar antara 2500-3000 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk dalam tipe iklim B. Musim hujan berlangsung dari Bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari Bulan Juni sampai Agustus, sedangkan bulan agak kering adalah September-Oktober (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

3. Topografi

Kawasan hutan Resort Sukaraja umumnya memiliki topografi yang masuk kategori dataran rendah (0-600 m dpl) dan berbukit (600-1000 m dpl). Keadaan lapangan wilayah hutan Resort Sukaraja Atas merupakan daerah berbukit dengan beberapa bukit yang agak tinggi dengan kemiringan berkisar antara 5–45% (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

B. Desa Sedayu

1. Letak Geografis dan Luas

Wilayah Sukaraja Atas terdapat pemukiman masyarakat yaitu Desa Sedayu, Desa Sedayu memiliki luasan 1236 ha yang berada di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus (104018’- 105012’ BT dan 505’- 5056’ LS). Desa Sedayu berbatasan dengan Pekon Way Kerap, Srikaton, sebelah selatan berbatasan dengan Pekon


(37)

22

Sukaraja, sebelah timur dengan Pekon Bangun Rejo, dan sebelah barat dengan TNBBS (Monografi Desa Sedayu, 2012).

2. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh pengurus desa pada tahun 2012, masyarakat Sedayu memiliki 1.074 laki-laki (52,01%) dan 991 perempuan (47,99%) (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah penduduk dan jenis kelamin Desa Sedayu

(Sumber: Monografi Desa Sedayu, 2012)

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Sedayu tergolong rendah yaitu dengan lulusan SD dan SMP sebesar 44,79% dari total jumlah penduduk (Tabel 3).

No RT Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Jenis Kelamin

L P

1 RT 01 100 358 190 168

2 RT 02 112 409 205 204

3 RT 03 64 227 119 108

4 RT 04 42 234 118 116

5 RT 05 35 146 70 76

6 RT 06 42 162 84 78

7 RT 07 67 238 124 114

8 RT 08 88 291 164 127


(38)

23

Tabel 2. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sedayu

No RT Jumlah Penduduk

Jenis

Kelamin Pendidikan

L P SD SMP SMA S1 & S2

1 RT 01 358 190 168 55 75 68 5

2 RT 02 409 205 204 168 32 50 2

3 RT 03 227 119 108 59 64 30 5

4 RT 04 234 118 116 48 53 37 7

5 RT 05 146 70 76 32 34 28 1

6 RT 06 162 84 78 49 44 16 0

7 RT 07 238 124 114 116 29 2 0

8 RT 08 291 164 127 47 20 1 0

Total 2.065 1.074 991 574 351 232 20

(Sumber: Monografi Desa Sedayu, 2012)

c. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Sedayu mayoritas sebagai petani (75,25%), pedagang (7,75%), pegawai (1,38%), dan bidang jasa (8,06%) (Tabel 4). Jenis pertanian yang dipilih oleh masyarakat adalah padi sawah dan perkebunan, dilihat dari tingkat perekonomian masyarakat dapat digolongkan dalam kelas menengah keatas (Monografi Desa Sedayu, 2012).

d. Suku dan Budaya

Masyarakat Sedayu mayoritas bersuku Jawa dan adat istiadat yang diterapkan dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah adat dan bahasa Jawa. Kebudayaan yang berkembang dan diterapkan oleh masyarakat Sedayu adalah budaya Jawa, baik dalam kegiatan sehari-hari, kebiasaan dalam penyelenggaraan hari besar dan acara pernikahan (Monografi Desa Sedayu, 2012).


(39)

24

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Desa Sedayu

No RT Jumlah

KK

Jumlah Pendu- duk

Jenis Kelamin Pekerjaan

L P Tani Pegawai Jasa Dagang

Lain-Lain

1 01 100 358 190 168 152 6 12 15 32

2 02 112 409 205 204 165 4 41 18 15

3 03 64 227 119 108 80 2 15 2 0

4 04 42 234 118 116 78 2 16 26 11

5 05 35 146 70 76 33 1 11 8 0

6 06 42 162 84 78 51 1 3 7 12

7 07 67 238 124 114 156 0 2 6 0

8 08 88 291 164 127 171 0 0 8 0

Jumlah

Total 550 2.065 1.074 991 886 16 100 90 70

(Sumber: Monografi Desa Sedayu, 2012)

3. Suhu dan Iklim

Suhu udara Desa Sedayu bekisar 26,70C dan curah hujan tertinggi pada wilayah Sedayu sebesar 99,3 mm, sedangkan curah hujan terendah 29,1 mm (Monografi Desa Sedayu, 2012).


(40)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Interaksi masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bersifat amensalisme.

2. Dampak negatif interaksi gajah sumatera dengan masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi berupa gagal panen (n=21; 29,58%), kerusakan tanaman (n=43; 60,56%), serta gubuk roboh dan kerusakan tanaman (n=7; 9,86%).

3. Aspek konservasi yang dapat dilakukan di wilayah Sukaraja Atas TNBBS dengan menerapkan wisata minat khusus berbasis masyrakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan:

1. Perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan dan peran ekologis gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang karakteristik tempat keluarnya gajah dari TNBBS ke lahan pertanian dan pemukiman masyarakat.


(41)

39

3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang palatabilitas gajah sumatera di Wilayah Sukaraja Atas.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Asiah, dan Japisa, T. 2012. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Kawasan Ekosistem Seulawah

Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi

Edukasi Vol. 4 No.1 Hal. 41-45.

Alamendah. 2010. Kategori Status Konservasi IUCN Red List.

http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/. Diakses tanggal 3 Juni 2015 pukul 19.50 WIB.

_________. 2014. Gajah Sumatera Sang Raksasa Tiada Daya. http://alamendah. org /2014/04/28/gajah-sumatera-sang-raksasa-tiada-daya/. Diakses tanggal 26 Agustus 2014 pukul 14.00 WIB.

Alikodra, H.S. 1979. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

___________. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Bina aksara.

Borah, J dan Deka, K. 2008. Nutrition Evaluation of Forage Preffered by Wild Elephants in the Rani Range Forest, Assam, India. Jurnal Gajaha 28:41-43. Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Fowler, M.E., SK. Mikota (Editor). 2006. Biology, Medicine, and Surgery of Elephants. Blackwell Publishing, Oxford, UK.

Harahap, W. H., Patana, P., Afifuddin, Y. 2012. Mitigasi Konflik Satwaliar dengan Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Desa Timbang Lawan dan Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat). Jurnal Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

Hariyanto, M. 2009. Gajah Sumatera. http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009-/07/gajah-sumatera.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 19.27 WIB.


(43)

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Maharani, A.I, Ign. Boedi, Tri Retnaningsih. 2012. Daya Dukung Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus Temminck) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hal. 28-30. Meytasari, P., Bakri, S., dan Herwanti, S. 2014. Penyusunan Kriteria Domestikasi

Dan Evaluasi Praktek Peng-asuhan Gajah: Studi Di Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari Vol. 2 No. 2 Hal. 79-88.

Padmanaba, M. 2003. Konsumsi Buah dan Implikasinya dalam Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Nasional Sukit Barisan Selatan, Lampung. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Praweda. 2000. Interaksi Antar Komponen. http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/-Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/-0028%20Bio%201-6c.html. Diaks-es tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

Profil Desa Sedayu Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus. 2012. Tanggamus Ribai. 2011. Studi Perilaku Makan Alami Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Saputra, G. 2013. Gajah Sumatera. http://www.satwa.net/248/gajah-sumatera-

.html. Diakses tanggal 13 Januari 2014 pukul 08.44 WIB.

Saragih, C.O. 2014. Kajian Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Sukasains. 2012. Ekosistem (3): Pola Interaksi dalam Ekosistem. http://sukasaiins. com/materi/ekosistem-3-pola-interaksi-dalam-ekosistem/. Diakses tanggal 27 Agustus 2014 pukul 10.54 WIB.

Syarifuddin, H. 2008. Preferensi Hijauan Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus): Studi Kasus di Kawasan Seblat. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 11 No. 4 Hal. 42-51.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2012. The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Bukit Barisan Selatan National Park.

_______________________________. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diakses tanggal 26 Agustus 2014 pukul 14.05 WIB.


(44)

________________________________. 2014. Data Statistik Konflik Manusia Dengan Satwa. Unpublish.

Tanto. 2010. Mengenal TNBBS. http://tantomedi.blogspot.com/2010/05/meng-enal-tnbbs.html. Diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 19.22 WIB.

Wandasari, A. 2011. Interaksi Antar Spesies. http://andawandasari.blogspot.com/ 2011/12/interaksi-antar-spesies.html. Diakses tanggal 8 Januari 2015 pukul 11.50 WIB.

Widowati, A. 1985. Studi Perilaku Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus Temminck,1847)di Kawasan Pelestarian Alam Way Kambas, Lampung Tengah. Skripsi. IPB. Bogor.

Wihardandi, A. 2012. IUCN: Gajah Sumatera Kini Masuk Kategori Kritis. http://www.mongabay.co.id/2012/07/07/iucn-gajah-sumatera-kini-masuk-kategori-kritis/. Diakses tanggal 13 April 2015 pukul 12.45 WIB.

World Wide Fund. 2005. Mengenal Gajah Sumatera. http://www.wwf. or.id/?5484/Mengenal-Gajah-Sumatra. Diakses tanggal 25 Juni 2014 pukul 20.21 WIB.

_________________. 2013. Gajah Sumatera. http://www.wwf.or.id/. Diakses tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

Yogasara, F. A., Zulkarnaini, Saam, Z. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mem- pengaruhi Intensitas Konflik Antara Gajah Dengan Manusia di Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 6 No. 1 Hal. 63-81.

Zannah, S. 2014. Peran World Wide Fund For Nature ( WWF ) Dalam Konserva-si Gajah Sumatera di Taman NaKonserva-sional Tesso Nilo, Riau. Jurnal Ilmu Hubu-ngan Internasional Vol. 2 No. 1 Hal. 195-208.


(1)

24

Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Desa Sedayu

No RT Jumlah KK

Jumlah Pendu- duk

Jenis Kelamin Pekerjaan

L P Tani Pegawai Jasa Dagang Lain-Lain

1 01 100 358 190 168 152 6 12 15 32

2 02 112 409 205 204 165 4 41 18 15

3 03 64 227 119 108 80 2 15 2 0

4 04 42 234 118 116 78 2 16 26 11

5 05 35 146 70 76 33 1 11 8 0

6 06 42 162 84 78 51 1 3 7 12

7 07 67 238 124 114 156 0 2 6 0

8 08 88 291 164 127 171 0 0 8 0

Jumlah

Total 550 2.065 1.074 991 886 16 100 90 70 (Sumber: Monografi Desa Sedayu, 2012)

3. Suhu dan Iklim

Suhu udara Desa Sedayu bekisar 26,70C dan curah hujan tertinggi pada wilayah Sedayu sebesar 99,3 mm, sedangkan curah hujan terendah 29,1 mm (Monografi Desa Sedayu, 2012).


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Interaksi masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi dengan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) bersifat amensalisme.

2. Dampak negatif interaksi gajah sumatera dengan masyarakat Dusun Kuyung Arang dan Sridadi berupa gagal panen (n=21; 29,58%), kerusakan tanaman (n=43; 60,56%), serta gubuk roboh dan kerusakan tanaman (n=7; 9,86%).

3. Aspek konservasi yang dapat dilakukan di wilayah Sukaraja Atas TNBBS dengan menerapkan wisata minat khusus berbasis masyrakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan:

1. Perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya keberadaan dan peran ekologis gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang karakteristik tempat keluarnya gajah dari TNBBS ke lahan pertanian dan pemukiman masyarakat.


(3)

39

3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang palatabilitas gajah sumatera di Wilayah Sukaraja Atas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Asiah, dan Japisa, T. 2012. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Kawasan Ekosistem Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Vol. 4 No.1 Hal. 41-45.

Alamendah. 2010. Kategori Status Konservasi IUCN Red List.

http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/. Diakses tanggal 3 Juni 2015 pukul 19.50 WIB.

_________. 2014. Gajah Sumatera Sang Raksasa Tiada Daya. http://alamendah. org /2014/04/28/gajah-sumatera-sang-raksasa-tiada-daya/. Diakses tanggal 26 Agustus 2014 pukul 14.00 WIB.

Alikodra, H.S. 1979. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

___________. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Bina aksara.

Borah, J dan Deka, K. 2008. Nutrition Evaluation of Forage Preffered by Wild Elephants in the Rani Range Forest, Assam, India. Jurnal Gajaha 28:41-43. Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Fowler, M.E., SK. Mikota (Editor). 2006. Biology, Medicine, and Surgery of Elephants. Blackwell Publishing, Oxford, UK.

Harahap, W. H., Patana, P., Afifuddin, Y. 2012. Mitigasi Konflik Satwaliar dengan Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Desa Timbang Lawan dan Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat). Jurnal Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

Hariyanto, M. 2009. Gajah Sumatera. http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009-/07/gajah-sumatera.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 19.27 WIB.


(5)

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Maharani, A.I, Ign. Boedi, Tri Retnaningsih. 2012. Daya Dukung Habitat Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus Temminck) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hal. 28-30. Meytasari, P., Bakri, S., dan Herwanti, S. 2014. Penyusunan Kriteria Domestikasi

Dan Evaluasi Praktek Peng-asuhan Gajah: Studi Di Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari Vol. 2 No. 2 Hal. 79-88.

Padmanaba, M. 2003. Konsumsi Buah dan Implikasinya dalam Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Nasional Sukit Barisan Selatan, Lampung. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Praweda. 2000. Interaksi Antar Komponen. http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/-Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/-0028%20Bio%201-6c.html. Diaks-es tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

Profil Desa Sedayu Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus. 2012. Tanggamus Ribai. 2011. Studi Perilaku Makan Alami Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Saputra, G. 2013. Gajah Sumatera. http://www.satwa.net/248/gajah-sumatera-

.html. Diakses tanggal 13 Januari 2014 pukul 08.44 WIB.

Saragih, C.O. 2014. Kajian Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Sukasains. 2012. Ekosistem (3): Pola Interaksi dalam Ekosistem. http://sukasaiins. com/materi/ekosistem-3-pola-interaksi-dalam-ekosistem/. Diakses tanggal 27 Agustus 2014 pukul 10.54 WIB.

Syarifuddin, H. 2008. Preferensi Hijauan Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus): Studi Kasus di Kawasan Seblat. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 11 No. 4 Hal. 42-51.

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2012. The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Bukit Barisan Selatan National Park.

_______________________________. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diakses tanggal 26 Agustus 2014 pukul 14.05 WIB.


(6)

________________________________. 2014. Data Statistik Konflik Manusia Dengan Satwa. Unpublish.

Tanto. 2010. Mengenal TNBBS. http://tantomedi.blogspot.com/2010/05/meng-enal-tnbbs.html. Diakses tanggal 26 Maret 2013 pukul 19.22 WIB.

Wandasari, A. 2011. Interaksi Antar Spesies. http://andawandasari.blogspot.com/ 2011/12/interaksi-antar-spesies.html. Diakses tanggal 8 Januari 2015 pukul 11.50 WIB.

Widowati, A. 1985. Studi Perilaku Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus Temminck,1847)di Kawasan Pelestarian Alam Way Kambas, Lampung Tengah. Skripsi. IPB. Bogor.

Wihardandi, A. 2012. IUCN: Gajah Sumatera Kini Masuk Kategori Kritis. http://www.mongabay.co.id/2012/07/07/iucn-gajah-sumatera-kini-masuk-kategori-kritis/. Diakses tanggal 13 April 2015 pukul 12.45 WIB.

World Wide Fund. 2005. Mengenal Gajah Sumatera. http://www.wwf. or.id/?5484/Mengenal-Gajah-Sumatra. Diakses tanggal 25 Juni 2014 pukul 20.21 WIB.

_________________. 2013. Gajah Sumatera. http://www.wwf.or.id/. Diakses tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.

Yogasara, F. A., Zulkarnaini, Saam, Z. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mem- pengaruhi Intensitas Konflik Antara Gajah Dengan Manusia di Kecamatan Mandau dan Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 6 No. 1 Hal. 63-81.

Zannah, S. 2014. Peran World Wide Fund For Nature ( WWF ) Dalam Konserva-si Gajah Sumatera di Taman NaKonserva-sional Tesso Nilo, Riau. Jurnal Ilmu Hubu-ngan Internasional Vol. 2 No. 1 Hal. 195-208.