cendawan dalam pertumbuhan selanjutnya dan semakin cepat waktu yang
dibutuhkan konidia untuk berkecambah akan sangat menentukan tingkat keberhasilan proses infeksi inang.
Persentase mortalitas pada aplikasi B. bassiana pagi hari lebih tinggi dibandingkan sore hari. Hal ini disebabkan karena pengaruh faktor lingkungan
seperti cahaya matahari, kelembapan dan temperatur sehingga mempengaruhi keefektifan jamur entomopatogen. Menurut Abboud et al. 2012 biopestisida
memiliki efektifitas membunuh yang tinggi ketika kelembaban diatas 95 dan ketika kelembaban berkisar antara 65-75 efektivitas biopestisida menurun dan
menurut Prayogo et al. 2005 faktor lingkungan sinar matahari, kelembapan, dan temperatur sangat menentukan keberhasilan proses infeksi di samping faktor
ganti kulit moulting dari serangga.
2. Gejala Kematian S. litura
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa larva S. litura yang terinfeksi B. bassiana terjadi melalui integumen maupun tertelan bersama
makanan yang merusak sistem pertahanan larva S. litura. Suspensi spora yang kontak dengan integument segera berkecambah membentuk hifa dan menyerap
nutrisi yang ada di tubuh larva dan dengan toksin yang dihasilkannya, B. bassiana menghancurkan struktur dalam tubuh larva S. litura dan mengakibatkan kematian
larva tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Mahr 2003 yang menyatakan B. bassiana masuk ketubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh.
Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protenase yang mampu menguraikan
komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga B. bassiana
memproduksi toksin yang disebut beauvericin yang melemahkan system imun serangga dan menyebabkan kematian serangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva yang diuji sudah memperlihatkan adanya gejala infeksi seperti gerakannya lamban dan larva yang
terinfeksi mulai menjauh dari daun kelapa sawit yang merupakan makanan larva tersebut. Setelah gejala infeksi ini terjadi, terlihat bahwa larva sudah ada yang
mati. Menurut Kaur et al. 2011 yang menyatakan bahwa larva yang terinfeksi menunjukkan gerakan yang lebih lambat dan pada akhirnya akan mati, setelah
mati larva menjadi keras dan kaku. Gejala yang disebabkan B. bassiana adalah cendawan ini menyerang
tubuh inangnya dan menyerap cairan dari tubuh inangnya. Berkembang tumbuh keluar dari tubuh inangnya dan menghasilkan spora. Tubuh inangnya menjadi
keras mumifikasi. Dari pengamatan diketahui bahwa larva yang mati berubah warna menjadi hitam. Disamping itu dapat dilihat tubuh larva menciut dan
mengeras mumifikasi. Hal ini diduga sebagai akibat dari mulai bekerjanya toksin yang diproduksi oleh cendawan. Toksin tersebut merusak jaringan dan
menyerap cairan sel tubuh larva, sehingga menyebabkan larva mengering dan mati. Menurut Kherb 2014 yang menyatakan bahwa jamur hidup dan tumbuh
dengan memanfaatkan cairan di dalam tubuh serangga dan menghasilkan racun yang dapat membunuh serangga. Setelah serangga mati, miselium akan tumbuh di
tubuh serangga.
3. Viabilitas konidia Beauveria bassiana