Analisa Pendekatan Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah

(1)

ANALISA PENDEKATAN NERACA PEM BAYARAN

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Oleh:

Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M Si NIP: 19801110 200812 2003

DEPARTEM EN EKONOM I PEM BANGUNAN FAKULTAS EKONOM I

UNIVERSITAS SUM ATERA UTARA 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alham dulillah kehadirat Allah SWT, at as berkat rahm ad dan hidayah-Nya penulis t elah dapat m enyelesaikan m akalah ini. Adapun judul dari m akalah ini adalah ‘ Analisa Pendekat an Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah’ .

Tujuan dari penulisan ini adalah unt uk m enget ahui seberapa besar pengaruh variabel ekonom i sepert i GDP, ekspor dan t ingkat suku bunga dalam m em pengaruhi nilai t ukar rupiah t erhadap US Dollar, dengan m enggunakan M odel Koreksi Kesalahan ( Error Correct ion M odel - ECM )

Penulis m enyadari bahw a t ulisan ini m asih jauh dari sem purna, karena it u penulis m enerim a saran dan krit ik yang dapat m enjadikan m akalah ini m enjadi lebih baik. Akhir kat a penulis m engucapkan t erim a kasih kepada sem ua pihak yang t elah m em bant u penyelesaian m akalah ini, dan penulis berharap m akalah ini dapat berm anfaat bagi berbagai pihak.

M edan, M aret 2011 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ……… 4

II. HASIL PEMBAHASAN ……… 9

III. KESIMPULAN ……… 16


(4)

I.PENDAHULUAN

Nilai tukar mata uang atau exchange rate adalah harga suatu mata uang suatu negara yang ditambatkan pada nilai mata uang negara lain. Jika dikatakan rupiah terdepresiasi berarti terjadi penurunan nilai rupiah (nilai nominal). Permintaan dan penawaran valuta asing sama halnya dengan permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dimana kurs terbentuk pada saat jumlah dan harga mata uang yang diminta sama dengan jumlah dan harga mata uang yang ditawarkan dengan asumsi cateris paribus. Kondisi ini disebut sebagai kondisi keseimbangan (equilibrium). Perubahan kondisi equilibrium ini tergantung pada faktor faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang seperti inflasi, money supply, GDP, rational expectation, kebijakan pemerintah, dsb.

Berdasarkan beberapa literature terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs yaitu faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs yaitu faktor fundamental, faktor teknis dan faktor sentimen pasar. Faktor fundamental berkaitan erat dengan indikator indikator perekonomian seperti inflasi, suku bunga, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, investasi faktor politik, faktor keuangan, faktor eksternal dan posisi Balance of Payment (BOP). Sedangkan faktor teknis diartikan sebagai suatu studi terhadap reaksi dan perilaku pasar untuk meramalkan tren harga di masa yang akan datang yang berkaitan erat dengan analisis atas pergerakan nilai tukar valas dimasa lalu. Dan yang terakhir adalah faktor sentimen pasar yaitu faktor yang lebih banyak disebabkam oleh berita berita politik dan keamanan seperti rumor atas berita berita politik yang bersifat insidentil yang dapat mendorong harga valuta asing naik dan turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila keadaan kembali normal maka nilai tukar pun akan normal kembali.

Pembicaraan mengenai penentuan kurs valuta asing sekarang ini semakin banyak diperdebatkan. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menetukan nilai tukar rupiah yakni pendekatan moneter, pendekatan neraca pembayaran dan pendekatan portofolio. Kalau pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena adanya ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu adanya perbedaan antara jumlah uang beredar dan permintaan uang. Sedangkan pendekatan neraca pembayaran ditentukan oleh permintaan dan


(5)

penawaran di pasar valuta asing. Keseimbangan nilai tukar ditentukan oleh keseimbangan neraca pembayaran yang dipengaruhi oleh ekspor, GDP dan tingkat suku bunga. Dan pendekatan yang terakhir adalah pendekatan keseimbangan portofolio dimana nilai tukar ditentukan oleh permintaan stok permintaan dan aktiva keuangan yang diperdagangkan di pasar internasional. Pada pendekatan ini faktor yang menentukan kurs adalah permintaan dan penawaran obligasi asing dan domestik serta permintaan dan penawaran uang asing dan domestik. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor memilih portofolio yang optimal antara obligasi domestik dan asing (Tucker, et al 1991)

Tulisan ini hanya akan membahas pendekatan neraca pembayaran di dalam mempengaruhi nilai tukar rupiah dengan menggunakan variabel GDP Indonesia dan Amerika, Ekspor Indonesia dan Amerika serta suku bunga deposito Indonesia dan Amerika. Permintaan valuta asing antara lain berasal dari individu atau pedagang yang melakukan pembayaran kepada orang asing dalam mata uang asing. Transaksi yang dilakukan berupa impor barang dan jasa yang akan dicatat dalam posisi debit neraca pembayaran. Sedangkan penawaran valuta asing antara lain berasal dari penerimaan valuta asing yang diperoleh dari ekspor barang dan jasa serta penjualan surat berharga kepada orang asing. Pos ini dimasukkan ke dalam kolom kredit neraca pembayaran.

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar, maka persamaan neraca pembayarannya adalah sebagai berikut:

BOP = C ( X1/X1*, Y1/Y1*,Z) + K(r1-r1*)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa neraca pembayaran merupakan penjumlahan dari current account “C” dan capital account “K”. Keseimbangan current account terdiri dari ekspor, GDP dan variabel Z yang terdiri dari faktor faktor lain seperti tarif, subsidi ekspor dan intervensi lain. Sedangkan capital account terdiri dari selisih suku bunga.

Selanjutnya persamaan nilai tukar terlihat dalam bentuk model natural logaritma dengan persamaan sebagai berikut:


(6)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel penentu dalam nilai tukar yakni ekspor, GDP dan suku bunga.

Maka dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara ekspor Indonesia dan nilai tukar. Sedangkan ekspor Amerika berhungan negatif dengan nilai tukar rupiah. Untuk variabel GDP Indonesia memiliki hubungan yang positif dengan nilai tukar rupiah sedangkan GDP Amerika memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai tukar rupiah. Variabel suku bunga domestik memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai tukar sedangkan suku bunga luar negeri memiliki hubungan yang positif terhadap nilai tukar.

Dengan menggunakan data sekunder dari periode tahun 1980 – 2005 dengan variabel variabel yang digunakan yaitu GDP Indonesia dan Amerika, Ekspor Indonesia dan Amerika dan suku bunga Indonesia dan Amerika. Metode yang digunakan adalah model koreksi kesalahan ( Error Correction Model – ECM ).

Dalam buku Insukindro terdapat empat alasan digunakannya model koreksi kesalahan adalah pertama mekanisme koreksi kesalahan memiliki keunggulan baik dari segi nilainya dalam menghasilkan persamaan yang diestimasi dan kemudahan persamaan tersebut untuk diestimasi. Alasan kedua adalah model koreksi kesalahan dapat memecahkan masalah variabel runtun waktu yang tidak stationer dan regresi lancung namun tanpa menghilangkan informasi jangka panjang yang diakibatkan penggunaan data perbedaan semata. Alasan ketiga adalah permasalahan yang dikandung dalam model dinamis PAM. Dan alasan terakhir adalah apakah model empirik yang digunakan valid atau tidak berdasarkan nilai koefisien error correction term ( ECT )

Permasalahan utama dalam mengestimasi persamaan diatas adalah berkaitan dengan tingkat variabel yang mungkin tidak stationer. Jika variabel tidak stationer maka estimasi persamaan dengan menggunakan metode OLS atau regresi klasik dapat menyebabkan munculnya regresi lancung ( Insukindro, 1999). Maka untuk mengatasi masalah tersebut maka persamaannya diparameterisasi menjadi persamaan yang dikenal sebagai model koreksi kesalahan (Error Correction Model – ECM)


(7)

DER = ß´1DYt + ß´2DYt * + ß´3DXt + ß´4DXt * + ß´5Drt + ß´6Drt * + ß´7Yt-1 + ß´8Yt-1* +

ß1DYt ß9 Xt-1 + ß10Xt -1* + ß11rt -1 + ß12rt -1* + ß13 ( Yt -1 + Yt-1* + Xt-1 + Xt-1* +

ßá1DYt rt-1+ rt-1* - St-1) ………..… (3) Persamaaan (3) dapat pula dit ulis menjadi :

DER = ßT1DYt + ßT2DYt * + ßT3DXt + ßT4DXt * + ßT5Drt + ßT6Drt * + ßT7Yt-1 + ßT8Yt-1* +

ߦ1DYt ߦ9 Xt-1+ ߦ10Xt-1* + ߦ11rt-1+ ߦ12rt-1* + ߦ13 ECT ………..… (4)

Kemudian unt uk menget ahui pengaruh krisis ekonomi t ahun 1997-1998, maka dit ambahkan variabel dummy, sehingga model penelit ian menjadi :

DER = ßö1DYt + ßö2DYt * + ßö3DXt + ßö4DXt * + ßö5Drt + ßö6Drt * + ßö7Yt-1+ ßö8Yt-1* +

ßá9 Xt-1+ ßî10Xt-1* + ßî11rt-1+ ßî12rt-1* + ßî13 DUM M Y + ßî14 ECT ..…(5) Dimana : DER = ER – ER(-1) DXt * = Xt – Xt *(-1)

DYt = Yt – Yt(-1) DRt = Rt – Rt(-1)

DYt * = Yt * – Yt *(-1) DRt * = Rt * – Rt *(-1)

DXt = Xt – Xt(-1) ECT = Error Correct ion Term

Berdasarkan persamaan (5) dapat dikemukakan cirri khas dari model koreksi kesalahan dimana koefisien error correct ion t erm (ECT) = ß•14 harus signifikan secara st at ist ik dan posit if. Hal ini karena hasil est imasi ECM akan berart i apabila ßÑ14 ?Ñ0 dan signifikan.

M odel Koefisien regresi Jangka Panjang

M odel koefisien regresi jangka panjang dapat digunakan sebagai alat est imasi variabel harapan (W ickans dan Brausch, 1988). Besaran dan simpangan baku koefisien regresi jangka panjang dapat digunakan unt uk mengamat i hubungan jangka panjang ant ar vekt or variabel ekonomi sepert i yang dikehendaki t eori ekonomi.


(8)

Besaran dan simpangan baku koefisien regresi jangka panjang diperoleh melalui pembent ukan m odel dinamis, dalam hal ini dengan mempergunakan error correct ion model.


(9)

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menguji hipotesis yang dirumuskan maka dilakukan estimasi dengan metode OLS dan model Error Correction Model ( ECM). Dan hasil estimasi model koreksi kesalahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

DLER = – 0.046 DLYI +0.949 DLYA – 0.102 DLEXI – 0.003DLEXA + 0.001 DIRI

(-0.453) (42.032)*** (-2.053)** (-0.032) (1.446)*

– 0.001 DIRA +0.117 BLYI –0.107 BLYA – 0.132 BLEXI + 0.114 BLEXA

(-0.369) (3.287) (-2.679) (-2.452) (1.698)

+0.0001 BIRI+0.001 BIRA+0.002 ECT(-1)+0.010 DLER(-1)+0.025

DUMMY

(0.15) (0.371) (2.395) (0.368) (0.706)

R2 = 0,9985

DW = 2,232

F statistic = 392,969

Hasil estimasi koefisien regresi jangka panjang model koreksi kesalahan adalah sebagai berikut:

LER = 0.049 LYI + 0.846 LYA + 0.176 LEXI – 0.679 LEXA + 0.004 IRI

(0.571) (12.481)*** (1.608)* (-8.101)*** (1.897)**

+ 0.017 IRA

(2.404)**

Keterangan : *** signifikan pada a“1%

** signifikan pada ax5%


(10)

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas dalam jangka pendek dan jangka panjang terlihat dalam table berikut:

Variabel Bebas Jangka Pendek Jangka Panjang

GDP Indonesia -0.046 0.049

GDP Amerika 0.949 0.846

Ekspor Indonesia -0.102 0.176

Ekspor Amerika -0.003 -0.679

Suku Bunga Deposito Indonesia 0.001 0.004

Suku Bunga FED -0.001 0.017

Dari hasil estimasi diatas terlihat bahwa estimasi dengan menggunakan Model Koreksi Kesalahan atau ECM dapat digunakan. Hal ini terlihat dari nilai

Error Correction Term (ECT) menunjukkan nilai yang signifikan yaitu sebesar

2.395. Hal ini mengindikasikan bahwa spesifikasi model yang digunakan sudah benar.

Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9985 berarti bahwa variabel GDP Indonesia, GDP Amerika, Ekspor Indonesia, Ekspor Amerika, Tingkat suku bunga deposito Indonesia, Tingkat suku bunga Amerika dan dummy variabel yakni krisis moneter 1997-1998 secara bersama mampu menjelaskan variasi nilai tukar rupiah sebesar 99,85% sisanya sebesar 0,15% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.

Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 392.968 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99% berarti bahwa secara bersama-sama variabel GDP Indonesia, GDP Amerika, Ekspor Indonesia, Ekspor Amerika, suku bunga deposito Indonesia, suku bunga Amerika dan krisis ekonomi 1997-1998 berpengaruh nyata terhadap nilai tukar rupiah.

GDP Indonesia

Dari hasil estimasi jangka pendek diketahui bahwa GDP Indonesia (YI) berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah (ER), hal ini berarti bahwa semakin


(11)

tinggi GDP Indonesia maka nilai rupiah akan turun, dengan kata lain nilai tukar rupiah akan menguat (apresiasi). Hasil estimasi dalam jangka pendek tersebut tidak mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Nilai koefisien regresi jangka pendek sebesar -0.046 artinya jika GDP Indonesia meningkat Rp 1000 maka akan menyebabkan nilai rupiah turun sebesar Rp. 46, ceteris paribus. Atau kurs rupiah mengalami apresiasi (menguat). Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai -0.453 yang lebih besar dari nilai t-tabel. Hal ini berarti bahwa GDP Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena ketika GDP Indonesia naik dan pada saat yang sama tingkat suku bunga yang ada cukup baik dan menarik bagi masyarakat, sehingga pendapatan yang diperoleh masyarakat banyak disimpan diperbankan dalam negeri, maka capital outflow berkurang dan pada akhirnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar terapresiasi.

Untuk hasil estimasi jangka panjang diketahui bahwa GDP Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah, dan hasil ini mendukung hipotesis yang ada. Nilai koefisien jangka panjang sebesar 0.049 artinya jika GDP Indonesia meningkat Rp 1000 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 49, ceteris paribus. Atau kurs rupiah akan melemah (depresiasi). Hasil pengujian t-statistik diperoleh 0.571 yang lebih kecil dari nilai t-tabel maka tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

GDP Amerika

Dari hasil estimasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang menunjukkan bahwa GDP Amerika menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Nilai koefisien jangka pendek 0.949 berarti jika GDP Amerika meningkat Rp 1000, maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 949, ceteris paribus, atau dengan kata lain nilai tukar rupiah melemah (terdepresiasi) dan dollar Amerika terapresiasi. Hasil pengujian statistik diperoleh 42.032 yang lebih besar dari nilai t-tabel (a¯= 1%, 5% dan 10%) maka GDP Amerika berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah secara signifikan.

Untuk hasil estimasi jangka panjang nilai koefisiennya 0.846 artinya jika GDP Amerika meningkat Rp 1000 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 846,


(12)

ceteris paribus. Atau nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi. Dari hasil uji t-statistik sebesar 12.481 yang lebih besar dari nilai t-tabel maka GDP Amerika berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Ekspor Indonesia

Dalam jangka pendek ekspor Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Nilai koefisien sebesar -0.102, artinya jika ekspor Indonesia meningkat US$ 1000, maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 102, ceteris paribus atau nilai tukar rupiah akan terapresiasi. Hasil uji t-statistik menunjukkan nilai -2.053 yang lebih kecil dari t-tabel (aì = 5% dan 10%) maka ekspor Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Sedangkan dalam jangka panjang Ekspor Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Nilai koefisien sebesar 0.176 artinya jika ekspor Indonesia meningkat US$ 1000, maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 176, ceteris

paribus, atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi (melemah). Hal ini disebabkan

sektor industri di Indonesia banyak menggunakan bahan baku impor dalam menghasilkan barang-barang ekspor sehingga pendapatan dari ekspor yang diterima akan habis digunakan untuk pembelian bahan baku dan pembayaran bunga serta cicilan hutang. Sehingga kebutuhan terhadap US dollar sangat tinggi yang akhirnya akan melemahkan nilai tukar rupiah. Faktor lain yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah ketika ekspor Indonesia meningkat adalah tindakan eksportir yang tidak melaporkan harga barang ekspor secara benar sehingga terjadi under price di dalam dokumen ekspornya. Dan kebanyakan eksportir Indonesia melakukan transaksi serta melakukan negosiasi di luar negeri. Sehingga cadangan devisa yang diperoleh dari ekspor berkurang atau lebih rendah dari nilai yang seharusnya diperoleh. Kemudian sisa harga ekspor tadi akan tinggal di luar negeri. Akibatnya terjadi capital, flight dan menyusul terjadinya depresiasi terhadap nilai tukar rupiah. Dan dari hasil uji t-statistiknya sebesar 1.608 yang lebih besar dari t-tabel (aà= 10 %), maka ekspor Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Ekspor Amerika

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang ekspor Amerika berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Koefisien jangka pendek sebesar -0.003 berarti


(13)

jika terjadi kenaikan pada ekspor Amerika sebesar US$ 1000 maka nilai rupiah akan turun sebesar 3, ceteris paribus, atau rupiah akan terapresiasi (menguat). Hasil uji t-statistiknya -0.032 lebih besar dari t-tabel, maka ekspor Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Untuk jangka panjang, koefisien ekspor Amerika -0.679 artinya jika ekspor Amerika meningkat US$ 1000, maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 679, ceteris

paribus, atau nilai tukar rupiah akan terapresiasi (menguat). Untuk hasil uji

t-satitistiknya -8.101 lebih kecil dari nilai t-tabel, maka ekspor Amerika berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka panjang.

Suku bunga deposito Indonesia

Suku bunga deposito Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisien jangka pendek sebesar 0.001 berarti jika suku bunga deposito Indonesia meningkat 1 % maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.001, ceteris paribus atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi (melemah). Namun dilihat dari uji t-statistiknya sebesar 1.446 yang lebih besar dari t-tabel (aÞ= 10%). Maka suku bunga deposito Indonesia berpengaruh sifnifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Koefisien untuk jangka panjang sebesar 0.004, artinya jika suku bunga deposito Indonesia naik 1% maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.004, ceteris

paribusatau rupiah akan depresiasi. Dan untuk uji t-statistiknya terlihat bahwa suku

bunga deposito Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah, yang ditandai dengan nilai t-statistik 1.897 lebih besar dari t-tabel (a•= 5% dan 10%).

Tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini disebabkan oleh berbagai kondisi ekonomi. Saat ini apa yang dimaksud dengan tabungan masyarakat (tabungan dan deposito) tidaklah seperti apa yang dimaksudkan semula. Saat ini para penabung dan deposan juga memiliki sifat-sifat yang spekulatif. Tidak sekedar memiliki uang lebih untuk ditabung, mereka juga melihat situasi kapan sebaiknya uang itu ditabung dan kapan sebaiknya menarik tabungan dan dipergunakan untuk kegiatan lain seperti membeli barang atau membeli valas. Kenaikan suku bunga dikaitkan dengan ekspektasi negatif atas mata


(14)

uang rupiah. Sebagai contoh, para penabung saat ini lebih memilih deposito yang berjangka waktu singkat untuk melihat situasi ekonomi yang berjalan, jika situasi ekonomi terus memburuk maka mereka akan menarik tabungan atau depositonya dan segera mengkonversikan uangnya ke dalam bentuk mata uang asing. Dengan demikian upaya Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga deposito dengan tujuan menghindari capital outflow sehingga nilai tukar tidak terdepresiasi, tidak efektif. Karena seberapa jauh upaya ini bisa berjalan tergantung pada tingkat kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap kestabilan nilai tukar rupiah.

Disisi lain meningkatnya PPh bunga deposito juga memberikan pengaruh terhadap merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Dengan naiknya pajak bunga tabungan dan deposito dapat dipastikan, masyarakat akan memindahkan uangnya dalam bentuk tabungan dan deposito US dollar. Dengan tujuan selain untuk mendapatkan penghasilan juga untuk melindungi nilai uang yang dimilikinya. Akibatnya permintaan terhadap dollar meningkat dan nilai tukar rupiah semakin terpuruk. Keadaan seperti ini akan berakumulatif dan merusak nilai rupiah itu sendiri. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga deposito cukup baik dan menjanjikan bagi pemilik tabungan dan deposito namun dengan naiknya pajak atas bunga deposito maka capital flight tidak dapat terhindari, baik dalam bentuk simpanan dollar di dalam negeri maupun dalam bentuk pemindahan dana ke luar negeri dan dipergunakan disana.

Suku Bunga Amerika

Dalam jangka pendek suku bunga Amerika berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini juga tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisiennya -0.001 artinya jika suku bungan Amerika naik 1% maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 0.001 atau nilai tukar rupiah akan menguat. Dan dilihat dari hasil uji t-statistiknya sebesar -0.369 yang lebih kecil dari t-tabel maka suku bunga Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Namun dalam jangka panjang, suku bungan Amerika berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisien 0.017 berarti jika terjadi kenaikan suku bunga Amerika sebesar 1% maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.017, ceteris paribus, atau kurs rupiah akan terdepresiasi. Dari hasil uji t-statistiknya menunjukkan pengaruh yang


(15)

signifikan antara suku bunga Amerika dengan nilai tukar rupiah. Terlihat bahwa nilai t-statistiknya 2.404 lebih besar dari t-tabel (pada a= 5% d an 10%)

Krisis Moneter 1997-1998

Dengan maksud melihat pengaruh krisis moneter 1997-1998 terhadap nilai tukar rupiah maka dalam penelitian ini dibuat variabel dummy yaitu sebelum krisis moneter (= 0) dan setelah krisis moneter (=1). Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa krisis moneter berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah namun tidak signifikan.

Pengujian Asumsi Klasik Pengujian Autokorelasi

Berdasarkan hasil LM test yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya otokorelasi dalam model yang digunakan dalam penelitian ini, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai X2 hitung = 3.887. Nilai ini lebih

kecil dari nilai X2 tabel. Maka Ho tidak dapat ditolak artinya tidak terdapat

otokorelasi

Pengujian Heterokedastisitas

Dengan menggunakan ARCH test untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. NilaiX2

hitung = 0.084. Nilai ini lebih kecil dari nilai X2 tabel. Maka Ho tidak dapat

ditolak artinya tidak terdapat heterokedastisitas dalam model yang digunakan.

Pengujian Normalitas

Dari hasil J-B test terlihat bahwa nilaiX2hitung= 0.469. Hasil ini lebih kecil

bila dibandingkan dengan nilai X2 tabel. Maka hipotesis yang menyatakan


(16)

III. KESIM PULAN

Dari hasil est imasi yang t elah dibuat maka dapat dit arik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan melihat nilai st at ist ik dari Error Correct ion Term (ECT) sebesar 2.395 adalah signifikan pada aè= 5%, dan 10%. Hal ini berart i bahw a spesifikasi model koreksi kesalahan yang digunakan sudah benar dan layak.

2. Hasil est imasi OLS dengan m odel koreksi kesalahan menunjukkan bahw a variabel GDP Indonesia (YI) t idak mampu menerangkan perubahan nilai t ukar dalam jangka pendek. Hal ini dapat t erlihat dari t anda koefisien yang t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan sert a nilai t -st at ist ik yang t idak signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang variabel ini berpengaruh t erhadap nilai t ukar t api t et ap t idak signifikan pengaruhnya t erhadap nilai t ukar rupiah.

3. Variabel GDP Amerika (YA) menunjukkan pengaruh yang signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dimana kedua nilai t -st at ist iknya lebih besar dari nilai t -t abel. Namun t anda koefisien variable ini t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan dalam penelit ian ini baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 4. Hasil est imasi ekspor Indonesia (EXI) t erlihat bahw a ekspor Indonesia

berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah. Namun t anda koefisien ekspor Indonesia unt uk jangka pendek dan jangka panjang berbeda.

5. Unt uk variabel ekspor Amerika (EXA), variabel ini t idak berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang variabel ini berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah.

6. Variabel suku bunga deposit o Indonesia (IRI) berpengaruh signifikan secara st at ist ik baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Namun t anda koefisien keduanya t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan. 7. Hasil est imasi suku bunga Amerika (IRA) hanya mampu menerangkan

perubahan nilai t ukar rupiah dalam jangka panjang dan pengaruhnya juga signifikan secara st at ist ik.


(17)

8. Dari hasil est imasi menunjukkan bahw a krisis ekonomi 1997-1998 menyebabkan depresiasi rupiah t erhadap dollar Amerika namun t idak signifikan secara st at ist ik.

9. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan, maka disimpulkan bahw a m odel yang digunakan dalam penelit ian ini t erbebas dari aut okorelasi, het erokedast isit as, dan residualnya berdist ribusi normal.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih Sri, M akalah Seminar Sehari : Perkembangan M onet er Perbankan Indonesia, Sept em ber 29t h 2000, Yogyakart a, Audit orium M M UGM , Kerjasam a ant ara Fakult as Ekonom i UGM dengan Bank Indonesia.

Alim an (2001), Ekonom et rika M odel Dinam ik, Yogyakart a, Universit as Gajah M ada.

Bank Indonesia (2000), M odul Teori Pelat ihan Dasar unt uk Pegaw ai Bank Indonesia,Jakart a, Bank Indonesia.

Gujarat i, Dam odar. (1978). Ekonomet rika Dasar, Jakart a Penerbit Erlangga.

Isnow at i Sri (2002),“ Analisa Fakt or-Fakt or yang M em pengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Am erika” Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Krugm an, Obst feld (2000). Int ernational Economics : Theory and Policy, Fift h Edit ion, Addison- Wesley Publishing Com pany.

M iraza, Bacht iar Hasan (2006), Perjalanan M onet er dan Perbankan, USU Press

Nugroho Agus Eko. (2001) “ A Sim ple Econom et rics M odel of t he Indonesian Exchange Rat e Fluct uat ion, 1990-1998” , Int ernat ional Journal of Business vol 3, no 1

Nuryadin Didi dan Sant osa Bagus “ Analisa Aplikasi M odel Neraca Pem bayaran dan M odel M onet er Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar”

Prapt i Endang Sih (1995). Dikt at Teori Ekonomi Int ernasional, Yogyakart a, t idak dipulikasikan

Suparm ono. (1998) “ Dam pak Depresiasi Rupiah Terhadap Perbankan dan Sekt or Rill di Indonesia” , Telaah, Jurnal M anajemen, Ekonomi dan Bisnis. vol 2, no 1

Tadjuddin Aslim M akalah Seminar Nasional : Akankah Nilai Tukar Rupiah Terus Diambang ambangkan?, February 28t h2002, Yogyakart a, Audit orium M M UGM , Facult y of Econom ics Gadjah M ada Universit y.

Tucker Alan L, Jeff M adura, Thom as Chiang. (1991). Int ernat iona l Financial M arket s :

West Publishing Com pany, St . Paul.

Wuri Josephine (2001). “ Analisis Penent uan Kurs Valut a Asing di Indonesia” , Jurnal Ekonomi


(1)

jika terjadi kenaikan pada ekspor Amerika sebesar US$ 1000 maka nilai rupiah akan turun sebesar 3, ceteris paribus, atau rupiah akan terapresiasi (menguat). Hasil uji t-statistiknya -0.032 lebih besar dari t-tabel, maka ekspor Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Untuk jangka panjang, koefisien ekspor Amerika -0.679 artinya jika ekspor Amerika meningkat US$ 1000, maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 679, ceteris paribus, atau nilai tukar rupiah akan terapresiasi (menguat). Untuk hasil uji t-satitistiknya -8.101 lebih kecil dari nilai t-tabel, maka ekspor Amerika berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka panjang.

Suku bunga deposito Indonesia

Suku bunga deposito Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisien jangka pendek sebesar 0.001 berarti jika suku bunga deposito Indonesia meningkat 1 % maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.001, ceteris paribus atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi (melemah). Namun dilihat dari uji t-statistiknya sebesar 1.446 yang lebih besar dari t-tabel (aÞ= 10%). Maka suku bunga deposito Indonesia berpengaruh sifnifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Koefisien untuk jangka panjang sebesar 0.004, artinya jika suku bunga deposito Indonesia naik 1% maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.004, ceteris paribusatau rupiah akan depresiasi. Dan untuk uji t-statistiknya terlihat bahwa suku bunga deposito Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah, yang ditandai dengan nilai t-statistik 1.897 lebih besar dari t-tabel (a•= 5% dan 10%).

Tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini disebabkan oleh berbagai kondisi ekonomi. Saat ini apa yang dimaksud dengan tabungan masyarakat (tabungan dan deposito) tidaklah seperti apa yang dimaksudkan semula. Saat ini para penabung dan deposan juga memiliki sifat-sifat yang spekulatif. Tidak sekedar memiliki uang lebih untuk ditabung, mereka juga melihat situasi kapan sebaiknya uang itu ditabung dan kapan sebaiknya menarik tabungan dan dipergunakan untuk kegiatan lain seperti membeli barang atau membeli valas. Kenaikan suku bunga dikaitkan dengan ekspektasi negatif atas mata


(2)

uang rupiah. Sebagai contoh, para penabung saat ini lebih memilih deposito yang berjangka waktu singkat untuk melihat situasi ekonomi yang berjalan, jika situasi ekonomi terus memburuk maka mereka akan menarik tabungan atau depositonya dan segera mengkonversikan uangnya ke dalam bentuk mata uang asing. Dengan demikian upaya Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga deposito dengan tujuan menghindari capital outflow sehingga nilai tukar tidak terdepresiasi, tidak efektif. Karena seberapa jauh upaya ini bisa berjalan tergantung pada tingkat kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap kestabilan nilai tukar rupiah.

Disisi lain meningkatnya PPh bunga deposito juga memberikan pengaruh terhadap merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Dengan naiknya pajak bunga tabungan dan deposito dapat dipastikan, masyarakat akan memindahkan uangnya dalam bentuk tabungan dan deposito US dollar. Dengan tujuan selain untuk mendapatkan penghasilan juga untuk melindungi nilai uang yang dimilikinya. Akibatnya permintaan terhadap dollar meningkat dan nilai tukar rupiah semakin terpuruk. Keadaan seperti ini akan berakumulatif dan merusak nilai rupiah itu sendiri. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga deposito cukup baik dan menjanjikan bagi pemilik tabungan dan deposito namun dengan naiknya pajak atas bunga deposito maka capital flight tidak dapat terhindari, baik dalam bentuk simpanan dollar di dalam negeri maupun dalam bentuk pemindahan dana ke luar negeri dan dipergunakan disana.

Suku Bunga Amerika

Dalam jangka pendek suku bunga Amerika berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini juga tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisiennya -0.001 artinya jika suku bungan Amerika naik 1% maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 0.001 atau nilai tukar rupiah akan menguat. Dan dilihat dari hasil uji t-statistiknya sebesar -0.369 yang lebih kecil dari t-tabel maka suku bunga Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.


(3)

signifikan antara suku bunga Amerika dengan nilai tukar rupiah. Terlihat bahwa nilai t-statistiknya 2.404 lebih besar dari t-tabel (pada a= 5% d an 10%)

Krisis Moneter 1997-1998

Dengan maksud melihat pengaruh krisis moneter 1997-1998 terhadap nilai tukar rupiah maka dalam penelitian ini dibuat variabel dummy yaitu sebelum krisis moneter (= 0) dan setelah krisis moneter (=1). Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa krisis moneter berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah namun tidak signifikan.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian Autokorelasi

Berdasarkan hasil LM test yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya otokorelasi dalam model yang digunakan dalam penelitian ini, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai X2 hitung = 3.887. Nilai ini lebih

kecil dari nilai X2 tabel. Maka Ho tidak dapat ditolak artinya tidak terdapat

otokorelasi

Pengujian Heterokedastisitas

Dengan menggunakan ARCH test untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. NilaiX2

hitung = 0.084. Nilai ini lebih kecil dari nilai X2 tabel. Maka Ho tidak dapat

ditolak artinya tidak terdapat heterokedastisitas dalam model yang digunakan.

Pengujian Normalitas

Dari hasil J-B test terlihat bahwa nilaiX2hitung= 0.469. Hasil ini lebih kecil

bila dibandingkan dengan nilai X2 tabel. Maka hipotesis yang menyatakan


(4)

III. KESIM PULAN

Dari hasil est imasi yang t elah dibuat maka dapat dit arik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan melihat nilai st at ist ik dari Error Correct ion Term (ECT) sebesar 2.395 adalah signifikan pada aè= 5%, dan 10%. Hal ini berart i bahw a spesifikasi model koreksi kesalahan yang digunakan sudah benar dan layak.

2. Hasil est imasi OLS dengan m odel koreksi kesalahan menunjukkan bahw a variabel GDP Indonesia (YI) t idak mampu menerangkan perubahan nilai t ukar dalam jangka pendek. Hal ini dapat t erlihat dari t anda koefisien yang t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan sert a nilai t -st at ist ik yang t idak signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang variabel ini berpengaruh t erhadap nilai t ukar t api t et ap t idak signifikan pengaruhnya t erhadap nilai t ukar rupiah.

3. Variabel GDP Amerika (YA) menunjukkan pengaruh yang signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dimana kedua nilai t -st at ist iknya lebih besar dari nilai t -t abel. Namun t anda koefisien variable ini t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan dalam penelit ian ini baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 4. Hasil est imasi ekspor Indonesia (EXI) t erlihat bahw a ekspor Indonesia

berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah. Namun t anda koefisien ekspor Indonesia unt uk jangka pendek dan jangka panjang berbeda.

5. Unt uk variabel ekspor Amerika (EXA), variabel ini t idak berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang variabel ini berpengaruh signifikan t erhadap nilai t ukar rupiah.

6. Variabel suku bunga deposit o Indonesia (IRI) berpengaruh signifikan secara st at ist ik baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Namun t anda koefisien keduanya t idak sesuai dengan hipot esa yang diajukan.


(5)

8. Dari hasil est imasi menunjukkan bahw a krisis ekonomi 1997-1998 menyebabkan depresiasi rupiah t erhadap dollar Amerika namun t idak signifikan secara st at ist ik.

9. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan, maka disimpulkan bahw a m odel yang digunakan dalam penelit ian ini t erbebas dari aut okorelasi, het erokedast isit as, dan residualnya berdist ribusi normal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih Sri, M akalah Seminar Sehari : Perkembangan M onet er Perbankan Indonesia, Sept em ber 29t h 2000, Yogyakart a, Audit orium M M UGM , Kerjasam a ant ara Fakult as Ekonom i UGM dengan Bank Indonesia.

Alim an (2001), Ekonom et rika M odel Dinam ik, Yogyakart a, Universit as Gajah M ada.

Bank Indonesia (2000), M odul Teori Pelat ihan Dasar unt uk Pegaw ai Bank Indonesia,Jakart a, Bank Indonesia.

Gujarat i, Dam odar. (1978). Ekonomet rika Dasar, Jakart a Penerbit Erlangga.

Isnow at i Sri (2002),“ Analisa Fakt or-Fakt or yang M em pengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Am erika” Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

Krugm an, Obst feld (2000). Int ernational Economics : Theory and Policy, Fift h Edit ion, Addison- Wesley Publishing Com pany.

M iraza, Bacht iar Hasan (2006), Perjalanan M onet er dan Perbankan, USU Press

Nugroho Agus Eko. (2001) “ A Sim ple Econom et rics M odel of t he Indonesian Exchange Rat e Fluct uat ion, 1990-1998” , Int ernat ional Journal of Business vol 3, no 1

Nuryadin Didi dan Sant osa Bagus “ Analisa Aplikasi M odel Neraca Pem bayaran dan M odel M onet er Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar”

Prapt i Endang Sih (1995). Dikt at Teori Ekonomi Int ernasional, Yogyakart a, t idak dipulikasikan

Suparm ono. (1998) “ Dam pak Depresiasi Rupiah Terhadap Perbankan dan Sekt or Rill di Indonesia” , Telaah, Jurnal M anajemen, Ekonomi dan Bisnis. vol 2, no 1

Tadjuddin Aslim M akalah Seminar Nasional : Akankah Nilai Tukar Rupiah Terus Diambang ambangkan?, February 28t h2002, Yogyakart a, Audit orium M M UGM , Facult y of Econom ics Gadjah M ada Universit y.

Tucker Alan L, Jeff M adura, Thom as Chiang. (1991). Int ernat iona l Financial M arket s :

West Publishing Com pany, St . Paul.