Analisis pengaruh neraca pembayaran terhadap nilai tukar rupiah
ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN
TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
OLEH
RUDI ARDIANSYAH H14102109
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
(2)
RINGKASAN
RUDI ARDIANSYAH. Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah (dibimbing olehANNY RATNAWATI).
Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka kecil, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi negara lain. Sistem ekonomi yang diterapkan ini menyebabkan adanya aliran sumberdaya dan dana dari suatu negara ke negara lain. Adanya aliran sumberdaya dan dana tersebut akan dicatat melalui suatu pencatatan yang sistemetis yang disebut neraca pembayaran. Dengan neraca pembayaran dapat dilihat besarnya perubahan penawaran dan permintaan terhadap valuta asing, sehingga melalui neraca pembayaran dapat dilakukan penelitian bagaimana fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang neraca pembayaran terhadap nilai tukar Rupiah, menganalisis bagaimana pengaruh guncangancurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah dan mengetahui komponen apakah dari neraca pembayaran yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap nilai tukar Rupiah. Serta mengetahui kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Corection Model (VECM).
Hasil estimasi persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa ternyata variabel yang signifikan mempengaruhi nilai tukar Rupiah hanya capital account satu triwulan yang lalu, current account satu triwulan yang lalu, tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu, dummy krisis pada satu dan dua triwulan yang lalu. Pertumbuhancurrent account satu triwulan, capital account satu dan dua triwulan yang lalu menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi. Sementara itu, pertumbuhan tingkat suku bunga dua triwulan yang lalu dan adanya dummy krisis satu dan dua triwulan yang lalu menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi.
Hasil estimasi persamaan jangka panjang untuk nilai tukar Rupiah menunjukkan bahwa ternyata variabel yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah capital account, produk domestik bruto, current account dan dummy krisis. Kenaikan capital account dan produk domestik bruto menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi. Sementara itu, kenaikan variabel current account dan adanya dummy krisis menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi.
Hasil analisis struktur dinamis dengan menggunakan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) menunjukkan bahwa ternyata variabel yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai tukar Rupiah adalah variabel nilai tukar rupiah itu sendiri, dummy krisis dan tingkat suku bunga. Sedangkan untuk variabel current account dan capital account hanya memberikan kontribusi yang kecil dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Sementara itu, dengan berdasarkan hasil dari FEVD ternyata variabel capital account mempunyai kontribusi yang lebih besar dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah jika dibandingkan dengan variabel current account mulai dari triwulan ketiga sampai dengan periode ke
(3)
depan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika pemerintah melakukan kebijakan dengan upaya meningkatkan capital account dan current account untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar maka hal tersebut tidak efektif karena hanya memberikan kontribusi yang kecil dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah.
Respon nilai tukar Rupiah akibat guncangan variabel capital account menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi sebesar 5,08 persen pada triwulan kelima dan guncangan mulai menghilang ketika memasuki triwulan ke 25. Sementara itu, guncangan current account menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,17 persen pada triwulan pertama dan pengaruh guncangan mulai menghilang ketika memasuki triwulan ke30.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu Bank Indonesia sebaiknya tidak menggunakan instrumen kebijakan moneter seperti halnya kenaikan tingkat suku bunga untuk meningkatkan kinerja neraca pembayaran khususnya capital account karena peningkatan pada capital account dalam tujuan memperbaiki pergerakan nilai tukar Rupiah tidak efektif dan hanya memberikan kontribusi yang kecil dalam mengontrol pergerakan nilai tukar Rupiah. Pemerintah sebaiknya melakukan kebijakan yang tepat agar peningkatan yang terjadi pada capital account maupun current account dapat mencirikan adanya peningkatan terhadap penawaran valuta asing yang masuk ke domestik. Berdasarkan model yang dikembangkan dalam penelitian ini maka untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah diperlukan suatu penanganan terhadap nilai tukar Rupiah itu sendiri yaitu dengan mengurangi ekspetasi yang besar terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah dan mengurangi aksi spekulasi yang bertujuan mengambil keuntungan terhadap terdepresiasi dan terapresiasinya nilai tukar Rupiah.
(4)
ANALISIS PENGARUH NERACA PEMBAYARAN
TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
Oleh
RUDI ARDIANSYAH H14102109
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
(5)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Rudi Ardiansyah
Nomor Registrasi Pokok : H14102109 Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS. NIP. 131669947
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131846872
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2006
Rudi Ardiansyah H14102109
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rudi Ardiansyah, lahir pada tanggal 21 januari 1984 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1990 1996 penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 08 Petang Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan sekolah SLTPN 145 Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Tahun 2002 penulis lulus dari SMUN 37 Asem baris, Jakarta Selatan dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya di Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) sebagai anggota Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan dan menjadi pengurus di Himpunan Profesi dan Peminat Ilmuilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA).
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah”.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris pengaruh neraca pembayaran terhadap nilai tukar Rupiah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak pihak yang telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian skripasi ini, antara lain:
1. Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2. Firdaus, M.Si selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi, yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Jaenal Effendi, MA selaku komisi pendidikan dalam sidang skripsi dam yang telah memberikan banyak masukan bagi penulisan skripsi ini.
4. Adrian D. Lubis, MS yang telah membantu penulis dalam proses pengolahan data skripsi.
5. Abdul Rahman dan Zakiah yang selalu mencurahkan kasih sayang yang tak terhingga nilainya, mendukung serta mendoakan ananda sehingga ananda mempu menyelesaikan skripsi ini.
6. Rika, Firman, Rini, Ferdi, Gita dan Riska yang selalu memberikan keceriaan di rumah dan selalu memberikan semangat bagi penulis.
7. Temanteman satu bimbingan: Ratna, Lia dan Ary atas bantuan dan diskusi yang menyenangkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Wisma Sri crew: Aprian, Wahyu, Asep, Isal dan Dwi yang selalu memberikan dukungan kepada penulis setiap saat.
(9)
9. Teh Feti Patricia dan de’ Ida karena selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis yang tak lekang dari benak penulis sehingga penulis selalu memiliki semangat untuk menjalani segala aktivitas penulis.
10. Last but not the least, teman satu seperjuangan penulis IE 39, Ade, Andros, Isma, Jun, Iqbal, Imam, Fikri, Royan, Thamic semoga kita meraih kesuksesan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat menyampaikan ilmu yang memberikan banyak manfaat bagi segala pihak.
Bogor, Agustus 2006
Rudi Ardiansyah H14102109
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 10
1.4. Manfaat Penelitian... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
2.1. Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1. Pengertian Neraca Pembayaran... 12
2.1.2. Definisi Nilai Tukar ... 13
2.2. Kerangka Teori... 14
2.2.1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh ... 14
2.2.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali ... 15
2.2.3. Persamaan Ekspor dan Impor... 16
2.2.4. Proses Penyesuaian Neraca Berjalan dan Neraca Modal... 17
2.2.5. Neraca Modal dan Keseimbangan Neraca Pembayaran ... 18
2.2.6. Investasi Asing Bersih dan Neraca Perdagangan ... 19
2.2.7. Pasar Barang, Kurva IS dan Pergeseran Kurva IS... 21
2.2.8. Pasar Uang, Kurva LM dan Pergeseran Kurva LM... 22
2.2.9. Pengaruh Investasi Asing Bersih dan Ekspor Bersih terhadap Nilai Tukar ... 24
2.2.10. Vector Autoregression (VAR)... 25
(11)
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional... 31
2.5. Definisi Variabel ... 33
2.6. Hipotesa Penelitian... 33
III. METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.2. Metode Pengumpulan Data... 35
3.3. Metode Analisis Penelitian ... 35
3.3.1. Model Analisis Penelitian ... 36
3.3.2. Pengujian Akar Unit ... 37
3.3.3. PenetapanLag Optimal... 37
3.3.4. PengujianRank Kointegrasi ... 37
3.3.5. Impulse Response Function (IRF) ... 38
3.3.6. Forecast Error Variance Decomporition (FEVD) ... 38
IV. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN NILAI TUKAR RUPIAH... 39
4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ... 39
4.2. Perkembangan Neraca Berjalan (Current Account)... 42
4.3. Perkembangan Neraca Modal (Capital Account)... 43
4.4. Perkembangan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
5.1. Pengujian Akar Unit ... 48
5.2. PengujianLag Optimal... 49
5.3. Pengujian Kointegrasi... 49
5.4. Hasil Estimasi untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 51
5.4.1. Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek untuk Nilai Tukar Rupiah ... 51
5.4.2. Hasil Estimasi VECM Jangka Panjang untuk Nilai Tukar Rupiah ... 53
5.5. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat Guncangan Variabel Capital AccountdanCurrent Account ... 55
5.5.1 Respon Nilai Tukar Akibat Akibat Guncangan VariabelCapital Account... 55 5.5.2. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat
(12)
Guncangan VariabelCurrent Account... 56
5.6. Kontribusi Guncangan Beberapa Variabel dalam Model terhadap Perubahan Nilai Tukar Rupiah ... 57
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
6.1. Kesimpulan ... 60
6.2. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
5.1. Hasil Pengujian Akar Unit... 48 5.2. Hasil Uji Kointegrasi Johansen... 50 5.3. Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek untuk
Nilai Tukar Rupiah... 51 5.4. Hasil Analisis Forecast Error Variance Decomposition... 57
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Neraca Modal ... 6
1.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika... 7
2.1. Peningkatan Permintaan dan Penawaran Valas ... 14
2.2. Kurva BoP danNet Capital Outflow... 17
2.3. Kurva IS... 21
2.4. Pergeseran Kurva IS ... 22
2.5. Kurva LM... 23
2.6. Pergeseran Kurva LM... 24
2.7. Pergeseran Kurva (SI) dan (NX)... 25
2.8. Kerangka Pemikiran Operasional... 32
4.1. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ... 40
4.2. Perkembangan Neraca Berjalan ... 42
4.3. Perkembangan Neraca Modal... 43
4.4. Perkembangan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika... 45
5.1. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat GuncanganCapital Account... 55
5.2. Respon Nilai Tukar Rupiah Akibat GuncanganCurrent Account... 56
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Asli ... 66
2. Data Olahan 1... 68
3. Data Olahan 2... 70
4. Hasil Uji Stasioneritas ... 72
5. Hasil Uji Lag Optimal ... 78
6. Hasil Uji Rank Kointegrasi... 79
7. Hasil Nilai Covariance Matrix... 80
8. Hasil Uji untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 81
9. Hasil Analisis Impulse Respon Function... 82
(16)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat baik dari sisi internal maupun eksternal. Kondisi internal antara lain tercermin pada perkembangan sektor riil (seperti produksi, konsumsi, dan investasi) dan perkembangan sektor moneter (seperti inflasi, jumlah uang beredar dan keseimbangan nilai tukar). Sementara itu, kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca pembayaran.
Perkembangan neraca pembayaran memiliki informasi mengenai keadaan perekonomian suatu negara, seperti yang terlihat dari perkembangan sektor riil dan moneter. Informasi dari neraca pembayaran dapat memberikan gambaran berapa besar aliran sumber dana antara suatu negara dengan negara lain sehingga terlihat apakah negara tersebut merupakan pengekspor barang dan modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang dan modal. Neraca pembayaran juga memiliki informasi mengenai permasalahan hutang luar negeri suatu negara. Catatan dari neraca modal dapat memberikan informasi seberapa jauh suatu negara dapat memenuhi kewajiban hutangnya terhadap negara lain.
Neraca pembayaran yang merupakan penjumlahan dari neraca berjalan (current account) dan neraca modal (capital account) terus mengalami perubahan pada masa sebelum dan setelah krisis ekonomi. Perubahan tersebut terlihat dari nilai dan arah kecenderungan komposisi neraca pembayaran yang menunjukkan fenomena yang berbeda.
(17)
Hadi (2003) menguraikan bahwa selama paruh pertama dasawarsa 1990 an, terjadi peningkatan luar biasa dalam arus modal yang masuk, terutama modal swasta. Pada akhir dasawarsa 1980an, arus modal swasta bersih baru berkisar US$ 400 juta per tahun. Akan tetapi, arus masuk modal swasta melonjak hingga melampaui US$ 5 miliar pada tahun 1993 dan melebihi US$ 10 miliar pada tahun 19951996. Sementara itu, arus masuk modal pemerintah bersih mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pokok pinjaman yang terus meningkat, sementara penerimaan dalam bentuk bantuan pembangunan melalui Consultative Groups on Indonesia (CGI) tidak banyak mengalami perubahan dan berkisar US$ 5,6 miliar per tahun selama paruh pertama dasawarsa 1990an. Secara keseluruhan, surplus dalam neraca modal mengalami peningkatan dari sekitar US$ 6 miliar per tahun pada beberapa tahun pertama dasawarsa 1990 an menjadi US$ 11 miliar pada tahun 1996, atau 11,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Krisis ekonomi yang ditandai oleh keluarnya arus modal (capital outflow) secara mendadak dan dalam jumlah yang besar telah menyebabkan neraca transaksi modal yang sebelumnya selalu berada dalam posisi surplus mengalami pergerakan arah menjadi defisit. Defisit terus meningkat dari US$ 3,9 miliar pada tahun 1998 menjadi US$ 9 miliar pada tahun 2001. Arus masuk modal swasta bersih yang mencapai US$ 11,5 miliar pada tahun 1996 berbalik menjadi arus keluar modal swasta bersih sebesar US$ 13,8 miliar pada tahun 1998.
Sementara itu, neraca barang selalu berada dalam posisi surplus. Pada tahun 1991 surplus neraca barang mencapai sekitar US$ 5 miliar, meningkat
(18)
menjadi US$ 8,2 pada tahun 1993. Namun, sejak itu mengalami penurunan hingga US$ 6 miliar pada tahun 1996. Selanjutnya, sejak 1997 neraca barang terus meningkat hingga mencapai US$ 2 miliar pada tahun 2000.
Neraca jasajasa terus mengalami peningkatan defisit, pada tahun 1990 peningkatan defisit sebesar US$ 8,2 miliar dan meningkat lagi menjadi US$ 15 miliar pada tahun 1997. Memasuki tahun 2000, defisit neraca jasajasa mencapai US$ 17 miliar, dan selama dua tahun berikutnya berada di bawah US$ 16 miliar.
Bank Indonesia (2005) memandang bahwa perkembangan neraca pembayaran Indonesia pada paruh pertama tahun 2005 mengalami tekanan yang berat dan dibutuhkan pembenahan yang bersifat struktural untuk meningkatkan ekspor dan investasi modal asing. Menurunnya surplus neraca berjalan dan menurunnya cadangan devisa dalam jumlah yang besar berarti menurunnya penawaran terhadap mata uang asing di pasar uang, hal tersebut dapat mengakibatkan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Memasuki triwulan ketiga tahun 2005 kondisi neraca pembayaran Indonesia masih mengalami tekanan, seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi. Masih tingginya permintaan domestik telah mendorong peningkatan impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal. Sementara itu, ekspor masih tumbuh terbatas karena rendahnya daya saing ditengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Perkembangan ini menyebabkan kinerja neraca berjalan terus mengalami defisit. Pada saat yang sama, kinerja neraca modal juga belum menunjukkan perbaikan terkait masih terbatasnya realisasi aliran modal masuk akibat belum kondusifnya perbaikan iklim investasi. Dengan
(19)
perkembangan tersebut, secara keseluruhan neraca pembayaran mengalami peningkatan defisit menjadi sebesar US$ 2,3 miliar atau lebih besar dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar US$ 1,1 miliar. Perkembangan tersebut berimplikasi pada tekanan fundamental pelemahan nilai tukar Rupiah yang terus berlanjut (Bank Indonesia, 2005).
Diterapkannya sistem nilai tukar mengambang penuh (freely floating system) yang dimulai sejak 14 Agustus 1997 (Suseno, 2004), menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu, naikturunnya nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar.
Pergerakan Rupiah terhadap mata uang asing setelah diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh terus mengalami fluktuasi. Fluktuasi yang terjadi pada Rupiah disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap mata uang asing. Tingginya permintaan terhadap mata uang asing tersebut terjadi karena adanya kebutuhan mata uang asing untuk membiayai impor, penarikan modal secara besarbesaran dari Indonesia dan juga adanya aksi spekulasi yang dilakukan oleh pelaku pasar valas untuk mengambil keuntungan dari melemahnya nilai tukar Rupiah tersebut. Pada tahun 1997, posisi Rupiah terhadap US$ sebesar Rp 3.035/US$, keadaan tersebut terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997, posisi Rupiah terhadap Dollar Amerika tercatat sebesar Rp 4.650/US$. Pada bulan Juli 1998, Rupiah sempat menyentuh posisi Rp 14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Memasuki tahun 1999 sampai dengan tahun
(20)
2004 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terus mengalami perbaikan seiring dengan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat mencapai harga US$ 70/barel memberikan kontribusi cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valas sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan Rupiah melemah terhadap Dollar Amerika dan berada pada Rp 9.200/US$ sampai Rp 10.200/US$.
Analisis mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah diperlukan karena nilai tukar mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Fluktuasi nilai tukar yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan ekonomi baik di sektor riil maupun moneter. Mengingat besarnya pengaruh dari fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian, maka jelas diperlukan suatu manajemen nilai tukar yang baik sehingga pergerakan nilai tukar menjadi stabil, fluktuasinya dapat diprediksi dan perekonomian dapat tetap berjalan dengan baik. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah yang dilihat dari adanya perubahan pada sektor eksternal, khususnya pada komponen neraca pembayaran yang mencirikan adanya aliran dana dan persediaan permintaaanpenawaran mata uang asing di pasar valas.
1.2. Perumusan Masalah
Neraca pembayaran yang merupakan penjumlahan dari transaksi berjalan (current account) dan neraca modal (capital and financial) dapat mencirikan aliran dana dari dan ke luar negeri. Adanya aliran dana tersebut menyebabkan
(21)
permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dan domestik turut mengalami perubahan. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dan domestik tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang yang diperdagangkan. Jika permintaan terhadap mata uang asing mengalami peningkatan karena adanya keperluan transaksi yang harus menggunakan mata uang asing, maka hal tersebut dapat menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami depresiasi, demikian pula sebaliknya.
Neraca modal yang diindikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah, mengalami banyak perubahan nilai dan arahnya selama masa sebelum dan setelah krisis ekonomi terjadi. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.1 di bawah ini.
8000 6000 4000 2000 0 2000 4000 6000
I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III IV 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Periode (triwulanan)
Ju
ta
U
S
$
Sumber: Bank Indonesia (19902005).
Gambar 1.1. Perkembangan Neraca Modal
Sebelum krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perkembangan neraca modal selalu berada dalam keadaan surplus dan cenderung bergerak dalam keadaan yang cukup stabil. Surplus tertinggi pada neraca modal terjadi pada triwulan keempat tahun 1995, pada waktu itu nilai surplus mencapai US$ 4075 juta. Tingginya surplus ketika itu disinyalir karena tingginya arus modal masuk baik berupa investasi jangka pendek maupun investai yang berupa penanaman modal asing secara langsung. Tingginya arus modal
(22)
masuk terkait dengan prospek perekonomian Indonesia yang menuju arah perkembangan yang semakin baik. Setelah mencapai tingkat surplus tertinggi, nilai surplus pada neraca modal mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu mencapai US$ 1993 juta pada triwulan kedua tahun 1996.
Krisis ekonomi yang mulai dirasakan pada pertengahan tahun 1997, mengakibatkan penurunan yang semakin tajam pada neraca modal. Tingginya arus modal ke luar dari Indonesia mengakibatkan neraca modal mengalami koreksi yang cukup tinggi. Neraca modal mengalami defisit terbesar pada triwulan pertama tahun 1998 dengan tingkat defisit sebesar US$ 6203 juta. Setelah krisis ekonomi, pergerakan neraca modal cenderung berada pada tingkat yang defisit dengan pergerakan dari waktu ke waktu menunjukkan pola yang tidak stabil. Hal tersebut dikarenakan menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena terkait resiko yang tinggi untuk berinvestasi.
Aliran dana masuk dan keluar yang tercatat pada neraca modal turut mempunyai andil dalam mempengaruhi pergerakan Rupiah. Hal itu terlihat pada masa sebelum dan setelah krisis ekonomi terjadi. Gambar 1.2 terlihat bagaimana pergerakan Rupiah pada masa sebelum dan setelah krisis.
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Periode (triwulanan)
R
p/
U
S$
Sumber: Bank Indonesia (19902005)
(23)
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada masa sebelum krisis menunjukkan pola pergerakan yang stabil walaupun menunjukkan tren yang terdepresiasi. Pola pergerakan nilai tukar yang cukup stabil tersebut dikarenakan pada masa sebelum krisis ekonomi terjadi, Indonesia belum menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas, dimana jika pemerintah menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas maka nilai tukar mata uang akan sangat ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valas.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan mulai diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas pada 14 juli 1997 (Suseno, 2004) menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika cenderung berada dalam tingkat yang terdepresiasi dan menunjukkan pola pergerakan yang kurang stabil. Terdepresiasinya Rupiah banyak disebabkan oleh neraca modal yang terus mengalami defisit yang mencirikan adanya arus keluar modal asing, dimana terjadinya arus modal keluar itu menyebabkan permintaan terhadap valas semakin tinggi sehingga menyebabkan Rupiah mengalami depresiasi. Pada awal terjadinya krisis ekonomi, neraca modal dan keuangan mengalami tingkat defisit yang cukup tajam dan hal tersebut memberi andil besar dalam pergerakan Rupiah, dimana Rupiah pada waktu itu mencapai tingkat depresiasi yang terlemah yaitu sekitar Rp 14900/US$.
Nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung berada dalam tingkat yang terdepresiasi akan membawa dampak negatif dalam suatu perekonomian. Tidak stabilnya nilai tukar akan dapat mendorong terciptanya ketidakstabilan harga, khususnya ketidakstabilan harga barangbarang yang berasal dari impor.
(24)
Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar akan mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih mahal dan secara keseluruhan dapat meningkatkan laju inflasi. Selanjutnya, inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan kegiatan ekonomi. Selain itu, depresiasi nilai tukar dapat memberatkan neraca perusahaan yang sumber pembiayaannya berasal dari hutang luar negeri. Depresiasi akan mengakibatkan beban bunga dan pokok hutang luar negeri dalam mata uang domestik menjadi semakin besar.
Nilai tukar merupakan variabel penting dari kondisi perekonomian suatu negara, sehingga memerlukan perhatian agar variabel ini bergerak dalam keadaan stabil agar dapat menunjang kegiatan perekonomian lainnya. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar adalah adanya aliran dana dari neraca pembayaran. Adanya aliran dana dari neraca pembayaran menyebabkan nilai tukar rentan terhadap perubahan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa besarkah pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel current accountdancapital accountterhadap Rupiah?
2. Bagaimanakah pengaruh guncangan variabel current account dan capital account terhadap Rupiah dan komponen apakah dari neraca pembayaran yang paling berpengaruh terhadap Rupiah?
3. Berapa besarkah kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat mempengaruhi pergerakan Rupiah?
(25)
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabelcurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh guncangan variabel current account
dan capital account terhadap nilai tukar Rupiah dan komponen apakah dari neraca pembayaran yang paling berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar Rupiah.
3. Mengetahui kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat mempengaruhi pergerakan Rupiah.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kemampuan diri penulis dan dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan khalayak umumnya, adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Dapat memberikan tingkat pemahaman yang lebih luas dalam hal teori dan empiris mengenai pengaruh neraca pembayaran terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku bisnis, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan mengenai dimana berinvestasi yang lebih menguntungkan.
(26)
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengontrol keseimbangan neraca pembayaran negara.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh neraca pembayaran terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah dengan cara menganalisis masingmasing variabel yaitu current account, capital account, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, produk domestik bruto dan nilai tukar Rupiah per Dollar Amerika dalam mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah. Secara umum, ruang lingkup penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menjelaskan bagaimana perkembangan neraca pembayaran dan nilai tukar Rupiah pada masa periode penelitian.
2. Menjelaskan berapa besar pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabelcurrent accountdancapital account terhadap nilai tukar Rupiah. 3. Menjelaskan bagaimana variabel neraca pembayaran dalam
mempengaruhi Rupiah.
4. Menganalisis variabel yang paling mempengaruhi dari komponen neraca pembayaran terhadap pergerakan Rupiah.
5. Menganalisis kontribusi beberapa variabel dalam model yang dapat mempengaruhi pergerakan Rupiah.
6. Membuat saran kebijakan berdasarkan hasil penelitian dari model yang digunakan dalam mencapai stabilitas Rupiah.
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Neraca Pembayaran
Menurut IMF dalam Hadi (2002) neraca pembayaran adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu.
Batiz dan Batiz (1994) menyatakan neraca pembayaran merupakan suatu catatan atas semua transaksi antara penduduk domestik dan warga negara asing untuk periode tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry book keeping yaitu dengan menggunakan debit dan kredit. Dengan total debit dan kredit yang telah diestimasi oleh suatu negara maka akan dapat diketahui apakah sebuah negara berada dalam posisi surplus ataupun defisit. Neraca pembayaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Neraca berjalan, merupakan taksiran internasional terhadap pertukaran barang dan jasa sebuah negara. Saldo pertukaran tersebut (balance of trade) merupakan perbedaaan antara jumlah ekspor dan jumlah impor barang dan jasa. Saldo barang dan jasa juga termasuk jumlah bersih dari pembayaran bunga dan deviden yang dibayarkan oleh investor asing dari investasi asing, demikian juga dengan transaksi yang dilakukan oleh turis asing dan transaksitransaksi lainnya. Unsur dari current account juga
(28)
termasuk unilateral transfer yang ada kaitannya dengan hadiah dari pemerintah (private gift) dan donasi (grant).
2. Neraca Modal, mencatat semua transaksi international yang melibatkan berbagai macam instrumen keuangan. Transaksi tersebut dapat terdiri dari investasi international, baik untuk jangka pendek dan jangka panjang seperti Foreign Direct Investment dan pembelian surat berharga, saham yang dibeli oleh investor asing (financial account), aset keuangan dan liabilitas.
2.1.2. Definisi Nilai Tukar
Krugman dan Obstfeld (1999) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai tukar memungkinkan kita untuk membandingkan harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Perubahan nilai tukar disebut sebagai depresiasi dan apresiasi. Depresiasi menunjukan melemahnya harga mata uang domestik terhadap mata uang asing sedangkan apresiasi adalah sebaliknya.
Sementara itu, Mankiw (2000) membedakan antara dua nilai tukar yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barangbarang kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara untuk barang dari negara lain.
(29)
2.2. Kerangka Teori
2.2.1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh
Keseimbangan nilai tukar pada sistem nilai tukar mengambang penuh ditentukan oleh mekanisme pasar (Batiz dan Batiz, 1994). Dengan demikian, pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing.
Fungsi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing dapat diformulasikan sebagai Q $ D = f
(
e ,D 0)
dan
(
)
0 $ f e ,S
Q S = . Pergesaran permintaan
dan penawaran terhadap valuta asing dapat dipengaruhi oleh nilai tukar itu sendiri, tingkat pendapatan, dan ekspetasi terhadap nilai tukar dimasa mendatang. Sementara itu, Suseno (2004) mencirikan faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing diantaranya yaitu pembayaran dan penerimaan terhadap eksporimpor barang dan jasa, aliran modal masuk dan ke luar, dan kegiatan spekulasi. Pergeseran terhadap permintaan dan penawaran terhadap valuta asing dapat dilihat pada (Gambar 2.1).
Sumber: Batiz dan Batiz (1994)
Gambar 2.1. Peningkatan Permintaan dan Penawaran Valas S
D1
D0
E0
Q e=Rp/US$
S0
S1
D E0
E1
E1
e=Rp/US$
e0
e1 e0
e1
Q1 Q2 Q1 Q2 Q
(30)
Permintaan terhadap mata uang asing
( )
Q D$ akan meningkat apabila terjadi
peningkatan pembayaran barang impor, adanya aliran modal ke luar negeri dan ekspetasi yang negatif terhadap pelemahan nilai tukar mata uang domestik. Peningkatan tersebut mengakibatkan kurva permintaan bergeser ke kanan atas dari D0 ke D1 (Gambar 2.1(a)). Keseimbangan nilai tukar sekarang berada di titik E1,
perpotongan D1 dan kurva S. Harga Dollar meningkat dan Rupiah terdepresiasi.
Sementara itu, penawaran terhadap mata uang asing
( )
Q S$ akan meningkat apabila
terjadi peningkatan penerimaan ekspor, adanya aliran modal masuk dan ekspetasi positif terhadap apresiasi mata uang domestik. Peningkatan tersebut mengakibatkan kurva penawaran bergeser ke kanan bawah dari dari S0 ke S1
(Gambar 2.1(b)). Keseimbangan nilai tukar menjadi di titik (E2), perpotongan
kurva D dengan S1. Harga Dollar turun dan Rupiah terapresasi.
2.2.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Sistem nilai tukar yang mengambang tapi terkendali ini seringkali disebut sebagai sistem nilai tukar mengambang semu (Krugman dan Obstfeld, 1999). Bank sentral seringkali melakukan intervensi ke pasar valuta asing untuk mempengaruhi nilai tukar. Jadi, nilai tukar mata uang dari negara yang bersangkutan tidak dibakukan sepenuhnya oleh bank sentral tapi juga tidak mengambang dengan bebas.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali berbeda dengan sistem mengambang penuh karena sistem ini tidak melarang bank sentral untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing. Tujuan intervensi tersebut adalah untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau setidaknya
(31)
mengurangi volatilitas pada tingkat yang moderat, serta mencegah pergerakan nilai yang terlalu besar. Ketertarikan pembuat kebijakan untuk menggunakan sistem ini adalah terdapatnya kebebasan untuk menggunakan intervensi atau kebijakan lain, seperti suku bunga, untuk mencapai nilai tukar yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan ekonomi tanpa harus kehilangan kredibilitas. Karakteristik dari sistem nilai tukar mengambang terkendali diantaranya:
1. Bank sentral sebagai otoritas moneter menetapkan interval tertentu (batas atas dan batas bawah) agar ada wilayah yang aman bagi nilai nilai tukar. 2. Selama nilai tukar yang terjadi masih berada dalam interval yang
ditetapkan, maka bank sentral tidak perlu melakukan intervensi. 2.2.3. Persamaan Ekspor dan Impor
Branson dan Litvack (1981) mengungkapkan bahwa ekspor ditentukan oleh tingkat harga domestik (P) dan nilai tukar (q), sedangkan impor ditentukan oleh tingkat pendapatan domestik (Y), tingkat harga domestik (P) dan nilai tukar nominal (q).
Fungsi dari ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut: )
, ( q P f
x = ………... (2.1)
Kenaikan dalam tingkat harga domestik atau penurunan dalam nilai tukar nominal (apresiasi) akan menyebabkan harga barang domestik lebih mahal dari harga barang luar negeri, hal ini akan menimbulkan penurunan dalam ekspor .
Sedangkan fungsi dari impor secara dapat dirumuskan sebagai berikut: )
, , (Y P q f
(32)
Kenaikan pendapatan domestik, tingkat harga domestik dan penurunan nilai tukar nominal (apresiasi) akan mengakibatkan kenaikan permintaan impor. 2.2.4. Proses Penyesuaian Neraca Berjalan dan Neraca Modal
Sebuah peningkatan dalam pendapatan domestik (Y) akan menyebabkan penurunan pada ekspor bersih, penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan impor. Maka untuk mengantisipasi adanya penurunan dalam net ekspor diperlukan penurunan net capital outflow (F(r)) melalui peningkatan suku bunga domestik (r) (Branson dan Litvack, 1981). Dalam bentuk grafik penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Branson dan Litvack (1981)
Gambar 2.2. Kurva BoP danNet Capital Outflow
Gambar 2.2 dapat menununjukkan adanya hubungan positif antara tingkat pendapatan (Y) dengan tingkat suku bunga (r) dan juga adanya hubungan negatif antara tingkat suku bunga dengan net capital outflow, dimana peningkatan suku bunga akan mengakibatkan penurunan dalam net capital outflow.
Y F(r)
BoP F(r)
F(r)1 F(r)2 Y1 Y2
r
r1
r2
Defisit B<0 Surplus
(33)
Kenaikan pendapatan (Y1 ke Y2) akan mendorong terjadinya kenaikan
permintaan impor. Naiknya permintaan impor selanjutnya akan menyebabkan terjadinya defisit neraca berjalan karena permintaan impor lebih tinggi dari kenaikan ekspor. Defisit yang terjadi pada neraca berjalan akan berusaha ditutupi dengan meningkatkan surplus pada neraca modal. Untuk meningkatkan surplus pada neraca modal maka salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan menaikkan tingkat suku bunga (r1 ke r2). Kenaikan tingkat suku bunga ini kemudian akan
menyebabkan terjadinya aliran modal masuk ke dalam negeri atau terjadinya penurunan padanet capital outflow (F(r1) ke F(r2).
2.2.5. Neraca Modal dan Keseimbangan Neraca Pembayaran
Aliran kapital internasional dihasilkan dari pembelian dan penjualan aset internasional. Seseorang akan memutuskan memegang asetnya dalam bentuk aset domestik atau aset asing tergantung pada tingkat suku bunga domestik dan asing. Maka dalam hal ini perubahan pada tingkat suku bunga akan menghasilkan aliran kapital (Branson dan Litvack, 1981).
Net capital outflow (F) merupakan pembelian aset asing bersih oleh pihak domestik lebih kecil dari pembelian pihak asing terhadap aset domestik Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditentukan fungsi penurunan tingkat suku bunga domestik yaitu sebagai berikut:
); (r f
F = F '< 0 ... (2.3) Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga domestik akan mengakibatkan penurunannet capital outflow.
(34)
Balance of Payment merupakan penjumlahan dari current account dan capital account, oleh karena itu dalam suatu persamaan, Balance of Payment dapat dirumuskan sebagai berikut:
(
( f ( P , q ) f ( Y , P , q )) f ( r ))
BoP = - - ... (2.4) Persamaan 2.4 diasumsikan BoP dalam keadan seimbang. Apabila terjadi surplus dalam current account maka harus diimbangi dengan defisit pada capital account atau diimbangi dengan peningkatan padanet capital outflow.
2.2.6. Investasi Asing Bersih dan Neraca Perdagangan
Suatu perekonomian tertutup mencirikan bahwa tabungan dan investasi harus senantiasa sama. Namun dalam sebuah perekonomian terbuka, tabungan dan investasi bisa saja berlainan. Atas dasar persamaan mengenai tabungan nasional, S = Y - C - G , transaksi berjalan CA= NX dan bentuk persamaan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + NX , maka dengan memformulasikan persamaan tabungan nasional dan transaksi berjalan kedalam identitas persamaan pendapatan nasional, didapat persamaan investasi asing bersih dan neraca pembayaran sebagai berikut:
NX I
S- = ... (2.5) Bentuk pos pendapatan nasional ini menunjukkan bahwa ekspor bersih suatu perekonomian harus selalu sama dengan perbedaan diantara tabungan dan investasi (Mankiw, 2000).
Pada bagian kanan persamaan di atas (NX ) merupakan ekspor bersih barang dan jasa. Nama lain untuk ekspor bersih adalah neraca perdagangan (trade
(35)
balance), karena menyatakan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak ukur kesamaan ekspor dan impor.
Sisi sebelah kiri dari identitas itu adalah perbedaan antara tabungan domestik dan investasi domestik, S - yang disebut investasi asing bersih. I Investasi asing bersih sama dengan jumlah penduduk domestik yang memberi pinjaman ke luar negeri dikurangi jumlah orang asing yang memberi kita pinjaman. Jika suatu negara mempunyai investasi asing bersih yang positif, berarti tabungan negara tersebut melebihi investasi dan tabungan yang berlebih tersebut akan dipinjamnkan kepada pihak asing. Jika suatu negara mempunyai investasi asing yang negatif, berarti investasi negara tersebut melebihi tabungan, maka untuk mengatasi ini maka suatu negara akan meminjam dana dari luar negeri. Jadi, investasi asing bersih mencerminkan arus dana internasional untuk mendanai akumulasi modal.
Identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa investasi asing bersih selalu sama dengan neraca perdagangan, yaitu:
Investasi Asing Bersih = Neraca Perdagangan I
S - = NX ... (2.6) Jika S - danI NX adalah positif, maka perekonomian suatu negara dikatakan memiliki surplus perdagangan. Negara yang memiliki surplus perdagangan biasanya disebut sebagai negara donor bersih di pasar keuangan dunia. Jika S - I danNX adalah negatif, negara tersebut mengalami memiliki defisit perdagangan. Dalam hal ini negara tersebut akan menjadi negara pengutang bersih di pasar keuangan dunia. Namun, jika S - I danNX adalah nol, maka
(36)
neraca perdagangan berada dalam kondisi seimbang, karena nilai impor sama dengan nilai ekspornya.
Identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa arus dana internasional untuk mendanai akumulasi modal, arus barang dan jasa internasional adalah dua sisi dari mata uang yang sama (Mankiw, 2000). Disatu sisi, jika tabungan melebihi investasi, tabungan yang tidak diinvestasikan secara domestik akan dipinjamkan kepada pihak asing yang membutuhkan. Pada sisi lain, jika investasi melebihi tabungan, kelebihan investasi harus didanai dengan meminjam dari luar negeri. Hutang luar negeri ini memungkinkan mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada mengekspornya, dengan demikian maka akan mengalami defisit perdagangan.
2.2.7. Pasar Barang , Kurva IS dan pergeseran kurva IS
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa (Mankiw, 2000). Kurva IS yang miring ke bawah (berslope negatif) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara tingkat suku bunga dengan pendapatan.
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.3. Kurva IS IS Y1
Y2
r1
r2 E
1
E2
Y r
(37)
Dalam Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa kenaikan dalam tingkat suku bunga (r1 ke r2) akan menyebabkan investasi yang direncanakan mengalami
penurunan. Turunnya investasi ini dikarenakan meningkatnya pengembalian yang harus dibayarkan apabila para investor meminjam dana kepada bank konvensionel. Apabila investasi mengalami penurunan maka pada akhirnya akan berdampak pada penurunan tingkat pendapatan (Y2 ke Y1). Kurva IS dapat
bergeser apabila ada perubahan dalam kebijakan fiskal yaitu dengan adanya kenaikkan atau penurunanGoverment expenditure(G) danTax (T). Dalam bentuk grafik pergeseran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.4 Pergeseran Kurva IS
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa kenaikan dalam pembelian pemerintah meningkatkan pengeluaran yang direncanakan (Y1 ke Y2). Untuk tingkat suku
bunga tertentu, pergeseran ke atas dalam pengeluaran yang direncanakan akan menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan atas (IS1 ke IS2).
2.2.8. Pasar Uang, Kurva LM, dan Pergeseran Kurva LM
Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk
IS1
IS2
Y1 Y2
r
-
r
(38)
keseimbangan uang riil. Kurva LM digambarkan untuk penawaran uang riil tertentu (Mankiw, 2000).
Keynes dalam buku klasiknya The General Theory menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan itu disebut teori preferensi likuiditas, karena teori itu menyatakan bahwa tingkat suku bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang. Hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan dapat digambarkan berikut ini.
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.5. Kurva LM
Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa kenaikan dalam tingkat pendapatan akan menaikkan permintaan akan uang, jika penawaran uang riil tetap maka akan ada kenaikan tingkat suku bunga (r1 ke r2) untuk mengantisipasi permintaan akan
uang tersebut. Kurva LM berslope positif yang berarti adanya kenaikan dalam tingkat pendapatan akan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga.
Kurva LM dapat bergeser apabila ada perubahan dalam penawaran uang riil melalui kebijakan moneter. Pergeseran kurva LM dalam bentuk grafik dapat digambarkan sebagai berikut:
r
Y Y1 Y2
r1
r2
(39)
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.6. Pergeseran Kurva LM
Pada tingkat pendapatan tertentu penurunan dalam penawaran uang (LM1
ke LM2) menggeser kurva LM ke kiri atas dan hal tersebut akan berakibat pada
naiknya tingkat suku bunga yang (r1 ke r2). Maka ada hubungan negatif antara
jumlah penawaran uang riil dengan tingkat suku bunga, ketika terjadi penurunan dalam penawaran uang riil akan menyebabkan peningkatan tingkat suku bunga. 2.2.9. Pengaruh Invetasi Asing Bersih dan Ekspor Bersih terhadap Nilai
Tukar
Mankiw (2000) mengatakan bahwa ada hubungan antara investasi asing bersih, ekspor bersih dan nilai tukar. Dalam perekonomian terbuka, dikemukakan bahwa kenaikan dalam permintaan investasi asing bersih menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan dalam investasi yang masuk berarti terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik. Begitu pula dengan adanya peningkatan dalam ekspor bersih akan mengakibatkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi. Peningkatan dalam ekspor bersih berarti menandai terjadinya peningkatan penawaran valuta asing.
LM1
LM2
Y
-Y r1
r2
(40)
Sumber: Mankiw (2000)
Gambar 2.7. Pergeseran kurva (SI) dan (NX)
Gambar 2.7(a) menunjukkan bahwa peningkatan investasi akan menyebabkan kurva (SI) bergeser ke kiri. Peningkatan investasi berarti terjadi peningkatan permintaan mata uang domestik, sehingga nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing mengalami apresiasi.
Gambar 2.7(b) menunjukkan terjadinya peningkatan dalam ekspor bersih. Peningkatan ekspor bersih akan menggeser kurva ekspor ke kanan atas. Adanya peningkatan dalam ekspor bersih berarti terjadinya peningkatan penawaran mata uang asing, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan terspresiasinya mata uang domestik terhadap mata uang asing.
2.2.10. Vector Autoregression (VAR)
VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah sebagai fungsi linear dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang ada di dalam sistem. Jadi, peubah penjelas dalam VAR meliputi nilai lag seluruh peubah tak bebas dalam sistem.
(SI)1
(SI)2
(NX)1
(NX)2
(SI)
(NX) (NX)
q q2
q1
q1
q2
q
(NX)1
(NX)2 (NX)1=(NX)2
(41)
VAR merupakan pendekatan yang berorientasi pada data, jika pola dari data telah disimpulkan maka data akan berbicara (Subagjo, 2005). Dengan demikian, dari data dasar maupun data tersaring, spesifikasi model dapat dilakukan. Restriksirestriksi persamaan dalam struktural VAR dilakukan jika memang diperlukan dan itu berdasarkan pada teori ekonomi yang relevan. VAR dapat juga digunakan untuk peramalan dan juga untuk analisis kebijakan.
VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada waktu ket dapat dimodelkan sebagai berikut:
t p t p t
t
t A A Y A Y A Y
Y = 0 + 1 -1 + 2 - 2 + ... + - + e ………... (2.7)
dimana:
Yt = Vektor Peubah Tak Bebas,
A0 = Vektor Intercept Berukuran n x 1,
A1 = Matriks Parameter Berukuran n x n,
εt = Vektor Sisaan.
Persamaan VAR secara umum menurut Thomas (1997) sebagai berikut:
å
=
- +
= k
i i t t t A Y
Y
1 1
e ... (2.8) dimana:
Yt = Vektor Kolom dari Pengamatan pada Waktu t Semua
Variabel dalam Model, At = Matriks Parameter,
(42)
Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel tak bebas bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan diantara variabel tak bebas tidak ada korelasi.
Salah satu syarat dalam analisis VAR adalah data stasioner. kestasioneran data dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan melakukan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Berdasarkan persamaan 2.6 dengan model pendifrensiasian dapat dituliskan sebagai berikut:
t p t p t
t
t A Y A Y A Y
Y = + g + + + + e
D 0 - 1 2 - 2 ... - ………... (2.9) hipotesis yang diuji adalah:
H0 : γ = 0 (data tidak stasioner)
H1 : γ < 0 (data stasioner)
Uji yang dilakukan adalah uji tstatistik, dengan rumus:
g s
g
-
-
=
hit
t ………... (2.10)
dimana
g
- adalah nilai dugaan γ dan sg
-
adala simpangan baku dari γ. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5 persen untuk nilai kritis dari statistik ADF, jika t statistik lebih besar dari statistik ADF (nilai kritis 5 persen) maka keputusan adalah tolak H0 yang berarti bahwa tidak terdapat unit root (stasioner) begitu pula
sebaliknya. Kestasioneran data penting, agar tidak menimbulkan spurious regression akibat adanya unit root.
Pendekatan yang dilakukan untuk mengamati persamaan regresi yang spurious adalah dengan menarik diferensial atas variabel dependen dan
(1)
r<= 3 r>= 4 62.0223 63.0000 59.1600 r<= 4 r>= 5 34.7899 42.3400 39.3400 r<= 5 r>= 6 11.6994 25.7700 23.0800 r<= 6 r = 7 4.8434 12.3900 10.5500
******************************************************************************* Use the above table to determine r (the number of cointegrating vectors).
Cointegration with unrestricted intercepts and restricted trends in the VAR Choice of the Number of Cointegrating Relations Using Model Selection Criteria *******************************************************************************
61 observations from 1990Q4 to 2005Q4. Order of VAR = 3. List of variables included in the cointegrating vector: LER LM2 R LKA LPDB LCA D Trend
List of eigenvalues in descending order:
.81674 .65418 .49717 .36009 .31513 .10631 .076329
******************************************************************************* Rank Maximized LL AIC SBC HQC
r = 0 78.3341 26.6659 137.4868 70.0977 r = 1 130.0885 11.0885 114.5085 38.1341 r = 2 162.4746 31.4746 106.7877 22.7117 r = 3 183.4434 42.4434 106.3732 15.8792 r = 4 197.0596 48.0596 109.2005 13.5721 r = 5 208.6048 53.6048 109.9879 10.5087 r = 6 212.0329 53.0329 114.7816 12.7352 r = 7 214.4545 53.4545 116.4708 13.1408
******************************************************************************* AIC = Akaike Information Criterion SBC = Schwarz Bayesian Criterion
HQC = HannanQuinn Criterion
Lampiran 7. Hasil Nilai
Covariance Matrix
Estimated System Covariance Matrix of Errors
******************************************************************************* LER LM2 R LKA LPDB LCA D
LER .0061472 .0012037 .095569 .0037668 .5811E3 .0073846 .0072795 LM2 .0012037 .0010116 .0057558 .0016274 .9913E4 .0052161 .3058E3 R .095569 .0057558 7.7066 .20033 .048680 .090681 .30033 LKA .0037668 .0016274 .20033 .23206 .2708E3 .59930 .0081126 LPDB .5811E3 .9913E4 .048680 .2708E3 .0039371 .018504 .4320E5 LCA .0073846 .0052161 .090681 .59930 .018504 2.6298 .019410 D .0072795 .3058E3 .30033 .0081126 .4320E5 .019410 .023173
(2)
Lampiran 8. Hasil Uji Untuk Persamaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
ECM for variable LER estimated by OLS based on cointegrating VAR(3) *******************************************************************************
Dependent variable is dLER
61 observations used for estimation from 1990Q4 to 2005Q4
******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error TRatio[Prob]
Intercept 1.5130 3.1669 .47777[.635]
dLER1 .40607 .20376 1.9929[.053]
dLM21 .44546 .38089 1.1695[.249]
dR1 .0013963 .0036664 .38084[.705]
dLKA1 .065515 .025858 2.5337[.015]
dLPDB1 .082562 .25960 .31804[.752]
dLCA1 .023980 .010518 2.2799[.028]
dD1 .33649 .11653 2.8876[.006]
dLER2 .13633 .17877 .76260[.450]
dLM22 .26160 .41082 .63677[.528]
dR2 .0051146 .0024396 2.0964[.042]
dLKA2 .050250 .014800 3.3952[.001]
dLPDB2 .092917 .18631 .49871[.621]
dLCA2 .014447 .0077219 1.8710[.068]
dD2 .46712 .11584 4.0326[.000]
ecm1(1) .028856 .10182 .28340[.778]
ecm2(1) .0084227 .078677 .10705[.915] ecm3(1) .0028954 .0021682 1.3354[.189]
******************************************************************************* List of additional temporary variables created:
dLER = LERLER(1) dLER1 = LER(1)LER(2) dLM21 = LM2(1)LM2(2) dR1 = R(1)R(2)
dLKA1 = LKA(1)LKA(2) dLPDB1 = LPDB(1)LPDB(2) dLCA1 = LCA(1)LCA(2) dD1 = D(1)D(2)
dLER2 = LER(2)LER(3) dLM22 = LM2(2)LM2(3) dR2 = R(2)R(3)
dLKA2 = LKA(2)LKA(3) dLPDB2 = LPDB(2)LPDB(3) dLCA2 = LCA(2)LCA(3) dD2 = D(2)D(3)
ecm1 = 1.0000*LER + .0000*LM2 0.00*R + .13594*LKA + 1.2451*LPD B .053747*LCA .85453*D .029870*Trend;ecm2 = 0.00*LER + 1.0000*LM 2 0.00*R + .41523*LKA 2.1786*LPDB + .11327*LCA .67967*D .0130 31*Trend;ecm3 = 0.00*LER 0.00*LM2 + 1.0000*R 4.3207*LKA 62.66 23*LPDB .25532*LCA 40.9258*D + 1.4824*Trend
*******************************************************************************
RSquared .82076 RBarSquared .74990
S.E. of Regression .073705 Fstat. F( 17, 43) 11.5828[.000] Mean of Dependent Variable .027258 S.D. of Dependent Variable .14738 Residual Sum of Squares .23359 Equation Loglikelihood 83.1788 Akaike Info. Criterion 65.1788 Schwarz Bayesian Criterion 46.1809 DWstatistic 2.0882 System Loglikelihood 183.4434 *******************************************************************************
(3)
Diagnostic Tests
******************************************************************************* * Test Statistics * LM Version * F Version *
******************************************************************************* * * * *
* A:Serial Correlation *CHSQ( 4)= 11.6766[.020] *F( 4, 39)= 2.3082[.075]* * * * *
* B:Functional Form *CHSQ( 1)= 5.1755[.023] *F( 1, 42)= 3.8939[.055]*
* * * *
* C:Normality *CHSQ( 2)= 132.1806[.000] * Not applicable * * * * *
* D:Heteroscedasticity *CHSQ( 1)= .38520[.535] *F( 1, 59)= .37494[.543]* *******************************************************************************
Lampiran 9. Hasil Analisis
Impulse Respon Function
(IRF)
Orthogonalized Impulse Response(s) to one S.E. shock in the equation for LKA Cointegration with unrestricted intercepts and restricted trends in the VAR
******************************************************************************* 61 observations from 1990Q4 to 2005Q4. Order of VAR = 3, chosen r =3.
List of variables included in the cointegrating vector: LER LM2 R LKA LPDB LCA D Trend
******************************************************************************* List of imposed restrictions:
A1=1; A2=0; A3=0; B1=0; B2=1; B3=0; C1=0; C2=0; C3=1;
******************************************************************************* Horizon LER LM2 R LKA LPDB LCA D
0 0.00 0.00 0.00 .46778 .0021191 1.2499 .009497 1 .0044740 .2876E3 .028921 .068879 .0063131 .16688 .021338 2 .016971 .0050999 .14157 .084333 .013269 .21175 .026054 3 .036206 .012324 1.3676 .12652 .016623 .36093 .037243 4 .045885 .014823 1.8333 .014759 .010135 .36737 .040259 5 .050857 .018645 2.0320 .067930 .010485 .31751 .037180 6 .045968 .023007 1.7811 .006449 .014374 .31979 .038962 7 .043262 .024096 1.6114 .064167 .018040 .31098 .039422 8 .032179 .023160 .96000 .012506 .019530 .32062 .039043 9 .033315 .023245 .56931 .025859 .017685 .32328 .040736 10 .030113 .022186 .37021 .028875 .017535 .33657 .040517 11 .029549 .021839 .091001 .008697 .017691 .35220 .039689 12 .030694 .021264 .086843 .025643 .019537 .34993 .037323 13 .028314 .019895 .075760 .028155 .019420 .35184 .036330 14 .027356 .018465 .037221 .042863 .018845 .35639 .035935 15 .026375 .017354 .018889 .027288 .017913 .36001 .035315 16 .027228 .016950 .037418 .021488 .017484 .36034 .035296 17 .028577 .016739 .15456 .023994 .017458 .36016 .034782 18 .028865 .016574 .23760 .018135 .017444 .35876 .034634 19 .029808 .016591 .32383 .024139 .017250 .35664 .034621 20 .029836 .016596 .38687 .020389 .016992 .35449 .034829 21 .030277 .016838 .41295 .020097 .016788 .35389 .035191 22 .030814 .017144 .45145 .018302 .016836 .35209 .035350 23 .030990 .017458 .46646 .017304 .016923 .35104 .035582 24 .031290 .017723 .48047 .019803 .017021 .34999 .035743
(4)
26 .031052 .018046 .45546 .020057 .017113 .34949 .036032 27 .030913 .018135 .43960 .020173 .017195 .34952 .036074 28 .030762 .018192 .41793 .020002 .017254 .34992 .036114 29 .030689 .018202 .40336 .021000 .017329 .35017 .036079 30 .030494 .018162 .38823 .020822 .017357 .35058 .036041 31 .030404 .018109 .37580 .021461 .017367 .35099 .036002 32 .030298 .018039 .36803 .021310 .017367 .35134 .035939 33 .030243 .017977 .36217 .021221 .017358 .35165 .035896 34 .030240 .017919 .36205 .021378 .017351 .35182 .035841 35 .030217 .017867 .36305 .021106 .017334 .35195 .035805 36 .030248 .017830 .36616 .021229 .017315 .35199 .035779 37 .030263 .017803 .37039 .021014 .017296 .35196 .035762 38 .030298 .017792 .37427 .020938 .017279 .35193 .035760 39 .030339 .017791 .37891 .020882 .017269 .35183 .035759 40 .030365 .017798 .38238 .020755 .017261 .35174 .035769 41 .030400 .017811 .38545 .020791 .017257 .35164 .035780 42 .030415 .017825 .38748 .020719 .017256 .35155 .035792 43 .030431 .017841 .38847 .020732 .017256 .35149 .035806 44 .030438 .017856 .38899 .020740 .017260 .35144 .035817 45 .030438 .017868 .38863 .020734 .017264 .35141 .035826 46 .030437 .017877 .38804 .020784 .017269 .35140 .035833 47 .030429 .017883 .38709 .020785 .017273 .35140 .035836 48 .030422 .017887 .38601 .020821 .017276 .35141 .035838 49 .030413 .017887 .38504 .020836 .017279 .35143 .035838 50 .030405 .017886 .38410 .020846 .017281 .35145 .035836
******************************************************************************* Orthogonalized Impulse Response(s) to one S.E. shock in the equation for LCA
Cointegration with unrestricted intercepts and restricted trends in the VAR
******************************************************************************* 61 observations from 1990Q4 to 2005Q4. Order of VAR = 3, chosen r =3.
List of variables included in the cointegrating vector: LER LM2 R LKA LPDB LCA D Trend
******************************************************************************* List of imposed restrictions:
A1=1; A2=0; A3=0; B1=0; B2=1; B3=0; C1=0; C2=0; C3=1;
******************************************************************************* Horizon LER LM2 R LKA LPDB LCA D
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 .98228 .0011717 1 .021674 .009358 .70118 .024485 .008496 .13844 .0059744 2 .012593 .008576 1.1894 .021914 .009324 .22903 .011016 3 .010809 .012747 .63390 .062810 .014844 .35065 .017236 4 .023595 .015633 .80218 .024832 .008725 .32107 .018434 5 .019506 .017072 .73183 .035594 .010376 .29502 .019084 6 .019389 .019566 .40168 .015730 .011447 .32888 .019353 7 .015802 .019548 .21193 .013822 .016174 .31320 .017334 8 .010572 .018795 .17181 .017206 .015927 .32085 .016931 9 .0091439 .017356 .35591 .035881 .015347 .32334 .017385 10 .0054621 .015991 .61760 .017321 .014160 .34148 .016826 11 .0071568 .015530 .72445 .0083261 .014390 .34389 .016097 12 .0072571 .014814 .66686 .016583 .015153 .34608 .014383 13 .0068256 .013870 .62894 .017025 .015037 .34655 .013868 14 .0065470 .012940 .58488 .026641 .014665 .34826 .013211 15 .0062113 .012310 .55544 .013610 .013835 .34800 .013209 16 .0071464 .012170 .50448 .015954 .013535 .34828 .013259
(5)
17 .0079879 .012190 .41613 .0095313 .013432 .34695 .013117 18 .0086258 .012350 .35201 .0099286 .013507 .34518 .013198 19 .0092888 .012515 .27910 .012426 .013411 .34295 .013277 20 .0091876 .012664 .25253 .010486 .013317 .34165 .013569 21 .0096032 .012940 .23754 .011268 .013219 .34083 .013831 22 .0096741 .013188 .22853 .0092706 .013312 .33972 .014009 23 .0098330 .013446 .23165 .010039 .013386 .33938 .014185 24 .0098423 .013607 .23377 .010952 .013517 .33881 .014255 25 .0096410 .013706 .25148 .011001 .013560 .33894 .014343 26 .0095656 .013766 .26823 .012039 .013610 .33901 .014390 27 .0093583 .013776 .28693 .011705 .013651 .33943 .014388 28 .0092756 .013772 .30346 .012034 .013691 .33979 .014376 29 .0091693 .013731 .31385 .012354 .013730 .34014 .014314 30 .0090597 .013673 .32357 .012314 .013734 .34049 .014272 31 .0090111 .013610 .32868 .012721 .013732 .34078 .014217 32 .0089488 .013547 .33167 .012385 .013716 .34101 .014172 33 .0089523 .013499 .33197 .012486 .013701 .34116 .014138 34 .0089606 .013458 .32917 .012329 .013686 .34122 .014103 35 .0089777 .013430 .32613 .012227 .013670 .34124 .014087 36 .0090160 .013414 .32163 .012238 .013655 .34119 .014075 37 .0090365 .013407 .31780 .012062 .013641 .34112 .014075 38 .0090761 .013411 .31418 .012062 .013631 .34104 .014082 39 .0091010 .013420 .31099 .011966 .013627 .34095 .014090 40 .0091243 .013434 .30888 .011944 .013624 .34087 .014103 41 .0091424 .013448 .30725 .011956 .013625 .34079 .014114 42 .0091477 .013462 .30671 .011927 .013627 .34074 .014126 43 .0091542 .013475 .30667 .011967 .013630 .34070 .014135 44 .0091508 .013485 .30713 .011964 .013634 .34068 .014142 45 .0091470 .013492 .30797 .011991 .013638 .34068 .014148 46 .0091406 .013496 .30884 .012018 .013642 .34069 .014149 47 .0091318 .013498 .30986 .012027 .013645 .34070 .014150 48 .0091252 .013497 .31073 .012056 .013647 .34072 .014149 49 .0091175 .013495 .31148 .012057 .013649 .34075 .014147 50 .0091126 .013492 .31205 .012070 .013649 .34077 .014144
*******************************************************************************
Lampiran 10. Hasil Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Orthogonalized Forecast Error Variance Decomposition for variable LERCointegration with unrestricted intercepts and restricted trends in the VAR
******************************************************************************* 61 observations from 1990Q4 to 2005Q4. Order of VAR = 3, chosen r =3.
List of variables included in the cointegrating vector: LER LM2 R LKA LPDB LCA D Trend
******************************************************************************* List of imposed restrictions:
A1=1; A2=0; A3=0; B1=0; B2=1; B3=0; C1=0; C2=0; C3=1;
*******************************************************************************
Horizon LER LM2 R LKA LPDB LCA D
0 1.0000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 .82734 .003304 .037429 .001083 .013232 .025417 .092199 2 .73628 .015250 .093876 .005325 .023165 .010864 .11523 3 .66952 .027133 .11426 .012154 .028331 .0055946 .14301
(6)
5 .67547 .031642 .10171 .028553 .038214 .0076121 .11680 6 .67685 .029566 .10144 .032790 .035760 .0080120 .11559 7 .68522 .027307 .099095 .036611 .033210 .0082072 .11035 8 .69060 .026719 .097642 .036651 .031234 .0078269 .10933 9 .69508 .025397 .096548 .037202 .030554 .0074858 .10773 10 .69717 .025552 .094829 .036952 .030948 .0070129 .10753 11 .69880 .025519 .093341 .036919 .030790 .0067095 .10792 12 .70093 .025805 .091248 .037183 .030760 .0064668 .10761 13 .70217 .026151 .089655 .036942 .030360 .0062100 .10851 14 .70371 .026298 .088078 .036671 .030513 .0059824 .10875 15 .70443 .026910 .086619 .036193 .030728 .0057487 .10937 16 .70472 .027302 .085428 .035806 .031119 .0055558 .11007 17 .70510 .027826 .084248 .035568 .031395 .0054008 .11047 18 .70536 .028233 .083285 .035333 .031531 .0052721 .11099 19 .70584 .028515 .082422 .035212 .031674 .0051752 .11116 20 .70620 .028774 .081711 .035064 .031777 .0050781 .11139 21 .70655 .028931 .081136 .034967 .031891 .0050011 .11152 22 .70696 .029077 .080595 .034929 .031959 .0049327 .11154 23 .70731 .029176 .080155 .034902 .031979 .0048731 .11161 24 .70776 .029226 .079730 .034920 .031980 .0048209 .11156 25 .70817 .029279 .079350 .034918 .031963 .0047672 .11155 26 .70859 .029298 .078999 .034928 .031952 .0047172 .11152 27 .70898 .029333 .078655 .034931 .031941 .0046663 .11149 28 .70934 .029361 .078336 .034928 .031926 .0046177 .11150 29 .70969 .029392 .078015 .034927 .031918 .0045708 .11149 30 .71000 .029432 .077712 .034914 .031909 .0045245 .11150 31 .71030 .029469 .077417 .034898 .031910 .0044805 .11152 32 .71057 .029517 .077133 .034877 .031914 .0044377 .11155 33 .71081 .029564 .076864 .034853 .031923 .0043973 .11159 34 .71104 .029613 .076604 .034829 .031934 .0043592 .11162 35 .71125 .029663 .076359 .034803 .031945 .0043231 .11166 36 .71144 .029710 .076127 .034780 .031958 .0042894 .11169 37 .71162 .029757 .075907 .034757 .031970 .0042576 .11173 38 .71179 .029800 .075701 .034736 .031983 .0042279 .11176 39 .71196 .029840 .075505 .034718 .031994 .0041999 .11179 40 .71211 .029878 .075321 .034701 .032003 .0041734 .11181 41 .71226 .029912 .075146 .034687 .032012 .0041485 .11183 42 .71241 .029944 .074980 .034673 .032019 .0041247 .11185 43 .71255 .029973 .074822 .034661 .032025 .0041020 .11187 44 .71269 .030000 .074672 .034650 .032030 .0040803 .11188 45 .71282 .030026 .074527 .034640 .032035 .0040595 .11189 46 .71294 .030050 .074389 .034631 .032039 .0040395 .11191 47 .71307 .030074 .074256 .034621 .032043 .0040201 .11192 48 .71318 .030096 .074127 .034612 .032047 .0040015 .11193 49 .71330 .030118 .074004 .034603 .032051 .0039835 .11194 50 .71341 .030139 .073885 .034595 .032054 .0039662 .11196