9
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menguji hipotesis yang dirumuskan maka dilakukan estimasi dengan metode OLS dan model Error Correction Model ECM. Dan hasil estimasi model
koreksi kesalahan yang digunakan adalah sebagai berikut: DLER = – 0.046 DLYI +0.949 DLYA – 0.102 DLEXI – 0.003DLEXA + 0.001
DIRI -0.453
42.032 -2.053
-0.032 1.446
– 0.001 DIRA +0.117 BLYI –0.107 BLYA – 0.132 BLEXI + 0.114 BLEXA
-0.369 3.287
-2.679 -2.452
1.698 +0.0001
BIRI+0.001 BIRA+0.002
ECT
-1
+0.010 DLER
-1
+0.025 DUMMY
0.15 0.371
2.395 0.368
0.706 R2 = 0,9985
DW = 2,232 F statistic = 392,969
Hasil estimasi koefisien regresi jangka panjang model koreksi kesalahan adalah sebagai berikut:
LER = 0.049 LYI + 0.846 LYA + 0.176 LEXI – 0.679 LEXA + 0.004 IRI 0.571
12.481 1.608
-8.101 1.897
+ 0.017 IRA 2.404
Keterangan : signifikan pada a“1
signifikan pada ax5 signifikan pada aÊ10
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
10
Pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas dalam jangka pendek dan jangka panjang terlihat dalam table berikut:
Variabel Bebas Jangka Pendek
Jangka Panjang GDP Indonesia
-0.046 0.049
GDP Amerika 0.949
0.846 Ekspor Indonesia
-0.102 0.176
Ekspor Amerika -0.003
-0.679 Suku Bunga Deposito Indonesia
0.001 0.004
Suku Bunga FED -0.001
0.017
Dari hasil estimasi diatas terlihat bahwa estimasi dengan menggunakan Model Koreksi Kesalahan atau ECM dapat digunakan. Hal ini terlihat dari nilai
Error Correction Term ECT menunjukkan nilai yang signifikan yaitu sebesar
2.395. Hal ini mengindikasikan bahwa spesifikasi model yang digunakan sudah benar.
Koefisien determinasi R
2
sebesar 0.9985 berarti bahwa variabel GDP Indonesia, GDP Amerika, Ekspor Indonesia, Ekspor Amerika, Tingkat suku bunga deposito
Indonesia, Tingkat suku bunga Amerika dan dummy variabel yakni krisis moneter 1997-1998 secara bersama mampu menjelaskan variasi nilai tukar rupiah sebesar
99,85 sisanya sebesar 0,15 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 392.968 yang signifikan pada tingkat keyakinan 99 berarti bahwa secara bersama-sama variabel GDP Indonesia, GDP
Amerika, Ekspor Indonesia, Ekspor Amerika, suku bunga deposito Indonesia, suku bunga Amerika dan krisis ekonomi 1997-1998 berpengaruh nyata terhadap nilai
tukar rupiah.
GDP Indonesia
Dari hasil estimasi jangka pendek diketahui bahwa GDP Indonesia YI berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah ER, hal ini berarti bahwa semakin
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
11
tinggi GDP Indonesia maka nilai rupiah akan turun, dengan kata lain nilai tukar rupiah akan menguat apresiasi. Hasil estimasi dalam jangka pendek tersebut tidak
mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Nilai koefisien regresi jangka pendek sebesar -0.046 artinya jika GDP Indonesia meningkat Rp 1000 maka
akan menyebabkan nilai rupiah turun sebesar Rp. 46, ceteris paribus. Atau kurs rupiah mengalami apresiasi menguat. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik
diperoleh nilai -0.453 yang lebih besar dari nilai t-tabel. Hal ini berarti bahwa GDP Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan karena ketika GDP Indonesia naik dan pada saat yang sama tingkat suku bunga yang ada cukup baik dan menarik bagi masyarakat,
sehingga pendapatan yang diperoleh masyarakat banyak disimpan diperbankan dalam negeri, maka capital outflow berkurang dan pada akhirnya nilai tukar rupiah
terhadap US dollar terapresiasi. Untuk hasil estimasi jangka panjang diketahui bahwa GDP Indonesia
berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah, dan hasil ini mendukung hipotesis yang ada. Nilai koefisien jangka panjang sebesar 0.049 artinya jika GDP Indonesia
meningkat Rp 1000 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 49, ceteris paribus. Atau kurs rupiah akan melemah depresiasi. Hasil pengujian t-statistik diperoleh 0.571
yang lebih kecil dari nilai t-tabel maka tidak signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah.
GDP Amerika
Dari hasil estimasi dalam jangka pendek
maupun jangka panjang
menunjukkan bahwa GDP Amerika menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini. Nilai koefisien jangka pendek 0.949 berarti jika GDP Amerika meningkat Rp 1000, maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 949, ceteris paribus,
atau dengan kata lain nilai tukar rupiah melemah terdepresiasi dan dollar Amerika terapresiasi. Hasil pengujian t-statistik diperoleh 42.032 yang lebih besar dari nilai t-
tabel a¯= 1, 5 dan 10 maka GDP Amerika berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah secara signifikan.
Untuk hasil estimasi jangka panjang nilai koefisiennya 0.846 artinya jika GDP Amerika meningkat Rp 1000 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 846,
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
12
ceteris paribus . Atau nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi. Dari hasil uji t-
statistik sebesar 12.481 yang lebih besar dari nilai t-tabel maka GDP Amerika berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Ekspor Indonesia
Dalam jangka pendek ekspor Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Nilai koefisien sebesar -0.102, artinya jika ekspor Indonesia meningkat
US 1000, maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 102, ceteris paribus atau nilai tukar rupiah akan terapresiasi. Hasil uji t-statistik menunjukkan nilai -2.053 yang
lebih kecil dari t-tabel aì = 5 dan 10 maka ekspor Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Sedangkan dalam jangka panjang Ekspor Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Nilai koefisien sebesar 0.176 artinya jika ekspor
Indonesia meningkat US 1000, maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 176, ceteris paribus
, atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi melemah. Hal ini disebabkan sektor industri di Indonesia banyak menggunakan bahan baku impor dalam
menghasilkan barang-barang ekspor sehingga pendapatan dari ekspor yang diterima akan habis digunakan untuk pembelian bahan baku dan pembayaran bunga serta
cicilan hutang. Sehingga kebutuhan terhadap US dollar sangat tinggi yang akhirnya akan melemahkan nilai tukar rupiah. Faktor lain yang menyebabkan melemahnya
nilai tukar rupiah ketika ekspor Indonesia meningkat adalah tindakan eksportir yang tidak melaporkan harga barang ekspor secara benar sehingga terjadi under price di
dalam dokumen ekspornya. Dan kebanyakan eksportir Indonesia melakukan transaksi serta melakukan negosiasi di luar negeri. Sehingga cadangan devisa yang
diperoleh dari ekspor berkurang atau lebih rendah dari nilai yang seharusnya diperoleh. Kemudian sisa harga ekspor tadi akan tinggal di luar negeri. Akibatnya
terjadi capital, flight dan menyusul terjadinya depresiasi terhadap nilai tukar rupiah. Dan dari hasil uji t-statistiknya sebesar 1.608 yang lebih besar dari t-tabel aà= 10
, maka ekspor Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Ekspor Amerika
Dalam jangka pendek maupun jangka panjang ekspor Amerika berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Koefisien jangka pendek sebesar -0.003 berarti
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
13
jika terjadi kenaikan pada ekspor Amerika sebesar US 1000 maka nilai rupiah akan turun sebesar 3, ceteris paribus, atau rupiah akan terapresiasi menguat. Hasil uji t-
statistiknya -0.032 lebih besar dari t-tabel, maka ekspor Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Untuk jangka panjang, koefisien ekspor Amerika -0.679 artinya jika ekspor Amerika meningkat US 1000, maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 679, ceteris
paribus , atau nilai tukar rupiah akan terapresiasi menguat. Untuk hasil uji t-
satitistiknya -8.101 lebih kecil dari nilai t-tabel, maka ekspor Amerika berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka panjang.
Suku bunga deposito Indonesia
Suku bunga deposito Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Koefisien jangka pendek sebesar 0.001 berarti jika suku bunga deposito Indonesia meningkat 1 maka nilai
rupiah akan naik sebesar Rp 0.001, ceteris paribus atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi melemah. Namun dilihat dari uji t-statistiknya sebesar 1.446 yang
lebih besar dari t-tabel aÞ= 10. Maka suku bunga deposito Indonesia berpengaruh sifnifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Koefisien untuk jangka panjang sebesar 0.004, artinya jika suku bunga deposito Indonesia naik 1 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.004, ceteris
paribus atau rupiah akan depresiasi. Dan untuk uji t-statistiknya terlihat bahwa suku
bunga deposito Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah, yang ditandai dengan nilai t-statistik 1.897 lebih besar dari t-tabel a•= 5 dan 10.
Tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini disebabkan oleh berbagai kondisi ekonomi. Saat ini apa yang dimaksud
dengan tabungan masyarakat tabungan dan deposito tidaklah seperti apa yang dimaksudkan semula. Saat ini para penabung dan deposan juga memiliki sifat-sifat
yang spekulatif. Tidak sekedar memiliki uang lebih untuk ditabung, mereka juga melihat situasi kapan sebaiknya uang itu ditabung dan kapan sebaiknya menarik
tabungan dan dipergunakan untuk kegiatan lain seperti membeli barang atau membeli valas. Kenaikan suku bunga dikaitkan dengan ekspektasi negatif atas mata
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
14
uang rupiah. Sebagai contoh, para penabung saat ini lebih memilih deposito yang berjangka waktu singkat untuk melihat situasi ekonomi yang berjalan, jika situasi
ekonomi terus memburuk maka mereka akan menarik tabungan atau depositonya dan segera mengkonversikan uangnya ke dalam bentuk mata uang asing. Dengan
demikian upaya Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga deposito dengan tujuan menghindari capital outflow sehingga nilai tukar tidak terdepresiasi,
tidak efektif. Karena seberapa jauh upaya ini bisa berjalan tergantung pada tingkat kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap kestabilan nilai tukar rupiah.
Disisi lain meningkatnya PPh bunga deposito juga memberikan pengaruh terhadap merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Dengan naiknya
pajak bunga tabungan dan deposito dapat dipastikan, masyarakat akan memindahkan uangnya dalam bentuk tabungan dan deposito US dollar. Dengan tujuan selain untuk
mendapatkan penghasilan juga untuk melindungi nilai uang yang dimilikinya. Akibatnya permintaan terhadap dollar meningkat dan nilai tukar rupiah semakin
terpuruk. Keadaan seperti ini akan berakumulatif dan merusak nilai rupiah itu sendiri. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga deposito cukup baik dan
menjanjikan bagi pemilik tabungan dan deposito namun dengan naiknya pajak atas bunga deposito maka capital flight tidak dapat terhindari, baik dalam bentuk
simpanan dollar di dalam negeri maupun dalam bentuk pemindahan dana ke luar negeri dan dipergunakan disana.
Suku Bunga Amerika
Dalam jangka pendek suku bunga Amerika berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini juga tidak sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini. Koefisiennya -0.001 artinya jika suku bungan Amerika naik 1 maka nilai rupiah akan turun sebesar Rp 0.001 atau nilai tukar rupiah akan menguat. Dan
dilihat dari hasil uji t-statistiknya sebesar -0.369 yang lebih kecil dari t-tabel maka suku bunga Amerika tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Namun dalam jangka panjang, suku bungan Amerika berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah. Hasil ini sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini. Koefisien 0.017 berarti jika terjadi kenaikan suku bunga Amerika sebesar 1 maka nilai rupiah akan naik sebesar Rp 0.017, ceteris paribus, atau kurs
rupiah akan terdepresiasi. Dari hasil uji t-statistiknya menunjukkan pengaruh yang
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
15
signifikan antara suku bunga Amerika dengan nilai tukar rupiah. Terlihat bahwa nilai t-statistiknya 2.404 lebih besar dari t-tabel pada a= 5 d an 10
Krisis Moneter 1997-1998
Dengan maksud melihat pengaruh krisis moneter 1997-1998 terhadap nilai tukar rupiah maka dalam penelitian ini dibuat variabel dummy yaitu sebelum krisis
moneter = 0 dan setelah krisis moneter =1. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa krisis moneter berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah namun
tidak signifikan.
Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian Autokorelasi Berdasarkan hasil LM test yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya
otokorelasi dalam model yang digunakan dalam penelitian ini, maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai
X
2 hitung
= 3.887. Nilai ini lebih kecil dari nilai
X
2 tabel.
Maka Ho tidak dapat ditolak artinya tidak terdapat otokorelasi
Pengujian Heterokedastisitas Dengan
menggunakan ARCH
test untuk
menguji ada
tidaknya heterokedastisitas dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai
X
2 hitung
= 0.084. Nilai ini lebih kecil dari nilai X
2 tabel.
Maka Ho tidak dapat ditolak
artinya tidak
terdapat heterokedastisitas
dalam model
yang digunakan.
Pengujian Normalitas Dari hasil J-B test terlihat bahwa nilai
X
2 hitung
= 0.469. Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai
X
2 tabel
. Maka hipotesis yang menyatakan residual berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
16
III. KESIM PULAN