Setelah pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan oleh Instalasi pengawasan mutu, kemudian Inswastu menempelkan label dikeluarkan dikemasan sekundernya dan setelah
diperiksa seksi kemas membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan bulanan dan bukti penyerahan obat jadi yang dikirim ke Instalasi Simpan.
3.7.5 Kegiatan Instalasi Simpan Instalsimpan
Instalasi Simpan Instalsimpan bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang- barang yang berkaitan dengan setiap proses kerja yang berlangsung di Lafi Ditkesad yaitu
produksi, Wastu, administrasi dan logistik serta proses pendukung lainnya. Barang- barang yang disimpan di gudang Instalsimpan disusun berdasarkan jenis dan sifat barang.
Adapun penyelenggaraan administrasi yang menyertai pemindahan tanggung jawab dari Instalsimpan ke Gudang Pusat II dan sebaliknya adalah sebagai berikut:
1. PPM
2. PPnM
3. Bukti Penyerahan Barang BP dari Pusat II
4. Bukti Pengiriman Surat Kirim Barang.
Kegiatan yang dilakukan oleh Instalsimpan meliputi : 1.
Menerima dan menyimpan bahan baku, bahan pendukung Prod, reagensia, dan bahan lain serta peralatan produksi dari Gudang Pusat II.
2. Menyerahkan bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain serta peralatan
kepada bagian dan Instalasi yang membutuhkan. 3.
Menerima obat jadi dari Instalasi Produksi 4.
Menyerahkan obat jadi ke Gudang Pusat II.
Universitas Sumatera Utara
Persediaan barang di Instalsimpan diawasi dengan ketat dimana pemasukan dan pengeluaran barang dicatat di kartu gudang Ruangan. Instalsimpan terdiri dari ruangan
administrasi, ruang sejuk AC, ruang sampling kelas III, ruang timbang dan staging kelas III, ruang bahan aktif, ruang bahan cair dan ruang produk jadi, ruang bahan
pembantu, ruang embalage.
3.7.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang
Instalasi pemeliharaan dan Sisjang merupakan pelaksana fungsi pemeliharaan dan perbaikan terhadap alat produksi sehingga siap digunakan, penatalaksanaan limbah
industri, menyiapkan utilitas guna mendukung kegiatan produksi dan merencanakan kebutuhan suku cadang untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh
kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dilaporkan kepada Kalafi. 1. Penanganan
Limbah Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian,
yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair. Pada produksi obat Non Betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan
menggunakan dust collector yaitu limbah debu disedot dari ruang produksi dengan vakum kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Sedangkan
limbah cair produksi Non Betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Pada produksi Betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu disedot oleh vakum dari ruangan yang berdebu
seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering,
Universitas Sumatera Utara
lalu disemprot dengan udara bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Di bak penampungan limbah cair dialirkan ke bak destruksi yang
dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin Betalaktam dengan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis
sampai diperoleh pH 9. Sedangkan limbah cair produksi obat non Betalaktam tidak melalui destruksi. Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam disalurkan ke IPAL
untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan mikrobiologi.
Cara fisika dilakukan dengan mengendapkan kotoran pada bak pengendap. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan Poly Aluminium Chloride pada bak
koagulasi dan polimer anionik pada bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan dengan mengembangbiakkan bakteri aerobik pada bak aerasi agar dapat
menghancurkan zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea sebagai nutrisi untuk bakteri.
Tahapan pengolahan air limbah di IPAL Lafi Ditkesad melibatkan proses fisika, kimia dan biologi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bak Penampungan Awal Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam yang telah mengalami destruksi
akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Kemudian dialirkan ke bak pengendapan sedimentasi awal.
b. Bak Sedimentasi Awal
Universitas Sumatera Utara
Disini terjadi proses pengendapan kembali. Di dalam bak ini terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama.
Air limbah dari bak ini mengalir ke bak equalisasi. c. Bak
Equalisasi Disini terjadi proses fisika. Di bak ini material padat dihancurkan dengan
menggunakan Communitor, pasir terbawa diendapkan. Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu
pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga terdapat pengaduk untuk mengaduk bahan organik agar tidak mengendap.
d. Bak Aerasi dan Stabilisasi Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara kontinyu.
Di dalam bak ini limbah diolah menggunakan bakteri aerob jenis SGP-50 yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator
untuk memasukkan oksigen dari udara yang dihasilkan oleh blower dan ditransfer ke dalam air limbah, sehingga mikroorganisme mampu melanjutkan sintesis dan
dekomposisi bahan pencemar menjadi gas yang tidak mencemari. Di dalam bak ini dilakukan juga pengadukan untuk menjamin seluruh material yang ada di
dalam limbah cair dalam kondisi tersuspensi. e. Bak Sedimentasi Kedua Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak sedimentasi kedua. Dalam bak ini air mengalami penjernihan. Bak ini memiliki dinding pemisah bergerigi untuk
menahan pengotor dan dasar yang berbentuk kerucut untuk mengendapkan sedimen sehingga air yang mengalir ke bak koagulasi hanya cairannya saja.
Universitas Sumatera Utara
f. Bak Koagulasi
Cairan dari bak sedimentasi kedua masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride dengan menggunakan
dozing pump yang disertai dengan pengaduk. Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 5 kg PAC dalam 50 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai
bak penampung koagulan. g. Bak
Flokulasi Dari bak koagulasi cairan dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk
mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini air limbah mengalami penambahan flokulan berupa polimer elektrolit sebagai polianionik
dengan konsentrasi 25 g polianionik dalam 50 L air sehingga terbentuk flok-flok yang kemudian diendapkan di bak sedimentasi ketiga. Untuk air yang sudah
jernih akan langsung menuju ke bak penampungan akhir melalui bidang miring. h. Bak Pengendapan akhir Bak Sedimentasi Ketiga
1 Dari bak flokulasi, cairan yang masih mengandung endapan dialirkan secrara otomatis ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian
bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih jernih masuk ke
dalam bak penampung cairan. 2 Bak Penampung Cairan
Cairan yang masih mungkin mengandung limbah dialirkan kembali ke bak sedimentasi pertama untuk diolah kembali sampai limbah tersebut benar-benar
bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
i. Bak Bidang Miring Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah yang menghubungkan bak
flokulasi dan bak kontrol yang gunanya untuk menahan endapan dan partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bak bidang
miring, air dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol. j. Bak Kontrol Bak Pembuangan Akhir
Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai kontrol biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD serta TDS jumlah zat padat total,
dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat air dapat dibuang ke saluran pembuangan umum.
Parameter yang harus dipantau untuk limbah cair adalah : 1. pH
2. Suhu 3. Total Suspended Solid TSS
4. Total Dissolved Solid TDS 5. Biological Oxygen Demand BOD
6. Chemical Oxygen Demand COD
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Farmasi kep-51menlh101995
Parameter Sebelum Formulasi
mgL FormulasiPencampuran
mgL BOD 100
75 COD 300
150 TSS 100
75 Total-N 30 -
Fenol 1,0 -
pH 6,0 – 9,0
6,0 – 9,0
Denah IPAL dapat dilihat pada Lampiran 6.
2. Fasilitas Pendukung Utility Fasilitas pendukung terdiri dari pengolahan air baku farmasi, Instalasi listrik dan
Instalasi udara bertekanan. Sumber air bersih didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum PDAM yang diolah menjadi air baku farmasi melalui Instalasi
pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun nonsteril. Penanggung jawab
pengolahan fasilitas utility adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan dan sisjang. Fasilitas utility terdiri dari :
a. Instalasi Listrik
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 2000 KW. Pada saat ini belum digunakan generator tetapi pada produksi steril diperlukan
Universitas Sumatera Utara
adanya aliran listrik secara terus-menerus sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan generator.
b. Pengolahan Demineralisata
Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum PDAM kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Pemilihan
PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena banyaknya kandungan logam pada air tanah.
Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang tertanam di dalam tanah ground tank kemudian dialirkan melalui pipa ke
dalam suatu alat filtrasi.
3.8 Pengolahan Dokumen