Analisis Makna Kataوجه / Wajhun/ Dalam Al-Qur’an

ANALISIS MAKNA KATA

/ WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA
DISUSUN
O
L
E
H

NAMA : RUKIYAH
070704001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
MEDAN
2011


Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

ANALISIS MAKNA KATA

/WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA

: RUKIYAH

NIM


: 070704001

PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.

Drs. Syauri Syam Lc.

NIP.196212041988032001

NIP.195308181987031003

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


ANALISIS MAKNA KATA

/WAJHUN/

DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : RUKIYAH
NIM

: 070704001

Ketua Program Studi Sastra Arab


Sekretaris Program Studi Sastra
Arab

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.
NIP.196212041988032001

Dra. Fauziah M.A.
NIP. 1965011219900332001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Program Studi Sastra Arab.

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Lembar Persetujuan Ketua Program Studi

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Ketua Program Studi

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.
NIP.196212041988032001

Medan,

2011

Lembar Pengesahan Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam Bidang Ilmu Sastra Arab pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada

:

Tanggal

:

Hari

:

Fakultas Ilmu Budaya USU
Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A
NIP. 195110131976031001


Panitia Ujian
No
1.

Nama

Tanda Tangan
(

2.
3.

(
(

4.
5.

)


)
(

(

)

)

)

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang panutan dan suri tauladan, yang
telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang
berilmu pengetahuan.
Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
adalah membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk
memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul :
ANALISIS MAKNA KATA

/ WAJHUN/ DALAM AL-QUR’AN

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat
kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman
peneliti akan memahami dan menyampaikan sesuatu dan keterbatasan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu peneliti dengan sepenuh hati memohon saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak atas tulisan ini. .
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami
ilmu bahasa Arab.
Medan, 1 Mei 2011
Penulis

RUKIYAH
070704001


PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 1 Mei 2010

RUKIYAH

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan
dengan sepenuhnya. Shalawat teriring salam penulis hadiahkan keharibaan
junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi
umat manusia menuju jalan yang dirhidoi Allah SWT. Dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga

yang penulis

hanturkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada kedua orang tua penulis
yang tercinta H. Edi Syahputra dan Hj. Siti Asni Nasution yang telah begitu
gigihnya mendidik dan mengasuh serta menuntun penulis dari kecil sampai saat
ini dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, dan hati mereka laksana jarang
yang didasarnya selalu ada kata maaf, dan penuh kesabaran serta do’a yang tulus
mengalir kepada penulis dalam menjalankan studi di Program Studi Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat, ridho dan maghfirahNya kepada mereka dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Dr. Husnan Lubis, M.A. selaku
Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Yuddi Adrian M., M.A.
selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta Ibu
Dra. Fauziah M.A selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
khususnya staf pengajar di Program Studi Sastra Arab, selama masa

perkuliahan serta Kakanda Andika sebagai staf tata usaha di Program
Studi Sastra Arab.
4. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Drs. Syauri Syam, LC selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu membimbing dan mengajari penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT. menambah dan mengabdikan ilmu pengetahuan
mereka.
5. Seluruh staf pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi banyak pengetahuan dan
wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan
tersebut dapat penulis terapkan dalam lingkungan bermasyarakat dan
khususnya ibunda Rahimah yang telah membantu dan meminjamkan
buku, semoga Allah senantiasa membalas kebaikannya serta kakanda
Andika yang telah banyak membantu penulis dalam bidang administrasi
dan penelitian skripsi.
6. Saudara-saudariku tercinta abang Rahim/Istri kakak yanti, kakak Ida/
suami abang Tomi, abang Arfan, abang Arif dan Adikku Samsul. Terima
kasih atas semua kasih sayang yang kalian berikan, atas semua bantuan
yang diberikan kepada penulis baik dari segi moril maupun materil, karena
do’a kalian lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Dan tak
terlupa keponakan- keponakan ku tersayang Lisa, Bila, Riyan, dan Rani
dan dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan
dan do’anya.
7. Thank’s for ”My Lovely” yang sangat spesial bagi penulis yang selalu
memberikan semangat dan motivasi, serta do’a yang tulus kepada penulis.
8. Sahabat - sahabatku Devi, Fitri, Ayu yang selalu ada disaat duka maupun
suka kepada penulis, semoga sukses selalu dan persahabatan kita selalu
bersatu amien dan teman- teman angkatan ’07 ( Zoel, Ucal, abang Anwar,
Asfar, Jalal, Fateh, Zia, Puput, Una, Desi, Dini, Fika, Ita, Nadiah, Indah,
May, Ai, Darso).
9. Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara, Amansyahputra (Ketua Umum IMBA

FIB USU periode 2011-2012), Para pengurus IMBA FIB USU periode
2011-2012, Ibnu, Sutan, Zuhri, Bulan, Nurul, Riski, Budi, Ryan, Dicky,
Andi, Navator, Dyah, Dina, Oza, Nurul ’09, Citra Gandini, Walimah. serta
seluruh Alumni IMBA serta anggota yang tergabung dalam IMBA FIB
USU.
10. Abang Haris, abang Zulfan, abang Mukhlis, abang Faisal terima kasih atas
bantuannya semoga Allah S.W.T senantiasa membalas kebaikan mereka
11. Kawan- kawanku di kos-kosan bidan Vina, Ria, adek Puja, Ima, kakak
Irma, Happy, Sari, Wika, Eka, Elsa, Evi, Capung dan teman- teman kost
bidan vina yang lain.
12. Dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang
kalian berikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Amiin ya rabbal
’alamiiin.

Medan, 1 Mei 2011
Penulis

RUKIYAH
070704001

DAFTAR SINGKATAN
1. CD

: Compact Disc

2. IMBA

: Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

3. FIB

: Fakultas Ilmu Budaya

4. Mendikbud

: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

5. No.

: Nomor

6. P&K

: Pendidikan dan Kebudayaan

7. RI

: Republik Indonesia

8. SAW.

: Sallallahu Alaihi Wassalam

9. SKB

: Surat Keputusan Bersama

10. SWT.

: Subahana Wa Ta ala

11. USU

: Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................

ii

DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................

v

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vi

ABSTRAK .................................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

1.1 Latar Belakang ........................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ...............................................................

4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................

5

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................

5

1.5 Metode Penelitian ...................................................................

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................

8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

15

3.1 Sekilas Tentang Al –Qur’an....................................................

15

3.2 Makna Leksikal Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

Dalam Al- Qur’an ...........................................................................

3.3 Proses Gramatikal Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

Dalam Al- Qur’an ...........................................................................
3.4 Bagian Gramatikal Kata

/wajhun/ dan

17

39

/wujūhun/

Yang Paling Dominan Dalam Al- Qur’an .....................................

49

BAB IV PENUTUP .............................................................................................

51

4.1 Kesimpulan .......................................................................................

51

4.2 saran..................................................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

52

LAMPIRAN

ABSTRAK
Rukiyah. 070704001. Analisis Makna Kata

wajhun/ dalam Al- Qur’an.

Penelitian ini membahas tentang Makna Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ dalam Al- Qur’an. Makna adalah hubungan yang ada di antara satuan

bahasa. Pemasalahan yang diteliti pada skripsi ini adalah makna leksikal Kata
/wajhun/ dan

/wujūhun/ dan bagaimana proses makna gramatikal Kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ serta bagian gramatikal kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apa saja makna leksikal

Kata

/ ajhun/ dan

/wujūhun/ dan proses makna gramatikal kata

dan

/wujūhun/ serta untuk mengetahui bagian gramatikal kata

/wajhun/
/wajhun/ dan

/wujūhun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.

Adapun teori yang digunakan adalah teori Chaer mengenai makna leksikal
dan makna gramatikal. Penelitian ini berdasarkan teori kepustakaan (library
research) dengan menggunakan metode deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya jumlah Kata
dan

/wujūhun/ dalam Al- Qur’an terdapat 57 kata pada 35 surat. Kata

wajhun/ dan

/wujūhun/ dalam Al- Qur’an yang mengandung makna leksikal

berjumlah 41 kata
Kata

/wajhun/

dari 29 surat yang bermakna wajah atau muka. Adapun

/Wajhun/ dan

/wujūhun/ dalam Al- Qur’an yang mengalami proses

komposisi berjumlah 15 kata dan afiksasi 1 kata pada 13 surat. Sedangkan bagian

gramatikal yang paling dominan itu merupakan komposisi yang
sebanyak 15 kata, dan afiksasi 1 kata yang terdapat pada 13 surat.

ditemukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat sarana
komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu
ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk lainnya di dunia ini. (Tarigan,
1986 : 3)
Kemampuan menguasai dan menggunakan bahasa merupakan ciri yang
membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan
mengkomunikasikan pikirannya. Manusia berinteraksi dengan sesamanya juga dengan
menggunakan bahasa. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keberadapan pun pada
dasarnya dipelajari dan diwariskan dari generasi kegenerasi dengan menggunakan bahasa
(Asrori, 2004 :4).
Bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda & lambang. Lambanglambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan
memiliki expressions and contents atau signifier dan sigfied (Djajasudarma 1993 : 23).
Menurut Sudaryat (2008 : 2) bahasa ialah sebuah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk tujuan komunikasi. Sebagai sebuah
sistem, bahasa, bersifat sistematis dan sistemis. Dikatakan sistematis karena bahasa
memiliki kaidah atau aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistemis karena memiliki
subsistem, yakni : subsistem fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal.
Ketiga subsistem itu bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna.
Kajian makna dalam Bahasa Indonesia disebut Semantik. Menurut Tarigan (1985
: 7) semantik yaitu telaah makna. Makna dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
merupakan arti atau maksud (sesuatu kata) Misalnya : mengetahui lafal dan maknanya ;
bermakna ; berarti ; mengandung arti yang penting (dalam);~ berbilang, mengandung
beberapa arti. Menurut Kridalaksana (1982 : 15) dalam Aminuddin (1985: 50) arti
merupakan kata yang telah mencakup makna dan pengertian.

‘ilmu al-mā‘nī fahuwa dirāsatun mā yastafādu min al-kalāmi ḍamnan bima‘ūnati
al-qara`ina, fa`innahu yurika `anna al-kalāma yufīdu bi`aṣli waḍi‘ihi ma‘nan

Ilmu Ma’ani itu adalah mempelajari rahasia yang terdapat dalam suatu kalimat
melalui qarinah- qarinah yang ada, karena ilmu Ma’ani mengajarkan bahwa asal
penyusunan suatu kalimat itu untuk menunjukkan makna ( Al-Jarim dan Amin,
2010:374).

Menurut Verhaar (1996 : 385) semantik adalah cabang linguistik yang meneliti
arti atau makna. Arti merupakan hubungan antara tanda yang berupa lambang bunyi
ujaran dengan hal (peristiwa) atau barang yang dimaksudkan. Arti leksikal adalah arti
kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai didalam leksikon (kamus). Secara
operasional di dalam kalimat, arti- arti leksikal dapat bergeser, berubah, atau
menyimpang. Karena hal tersebut beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa arti (meaningbahasa inggris) dibedakan dari makna (sense- bhs. Inggris). Arti adalah apa yang disebut
arti leksikal (dapat dicari dalam kamus), dan makna adalah hubungan yang ada di antara
satuan bahasa (Djajasudarma 1993 : 34).

Pada penjelasan diatas bahwasanya arti dan makna mempunyai perbedaan dan
ada juga yang mengatakan arti dan makna itu mencakup satu pengertian.
Allah menyuruh manusia menghayati kandungan ayat Al-Qur’an, sebagaimana
yang disebutkan dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa Surat (4) :82

//afalā yatadabbarūna al-qur`āna walau kāna min ‘indi ghairi allahi
lawajadū fīhi ikhtilafān kașīrān//
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau
kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya. (Annisa : 82).

Berdasarkan penjelasan ayat tersebut sudah sepantasnya kita mengetahui makna
kata dari al-Qur’an, dan ini juga bagian dari menghayati kandungan AlQur’an. Salah satu kata itu adalah kata

/Wajhun/ dan

/wujūhun/ mempunyai

beberapa makna yang terkandung di dalam Al-qur’an sangat bervariasi. Penelitian
mengenai hal tersebut merupakan suatu hal yang penting maka hal tersebut dapat
dijadikan sebagai pelajaran yang berharga dalam kehidupan kita.
Bahasa Arab merupakan bahasa kaya akan kosa kata serta memiliki berbagai
macam makna, seperti makna leksikal dan makna gramatikal serta makna lainnya.
Salah satu kosa kata yang peneliti lihat pada Al-Qur’an adalah kata
/Wajhun/.

Balā man `aslama wajhahu lillahi wahuwa muḥsinun falahu `ajruhu ‘inda
rabbihi walā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūna
Artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri
kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati” ( Al- Baqarah : 112).
Contoh Kata

/Wajhun/ yang terdapat di dalam ayat tersebut merupakan diri

bukan diartikan sebagai wajah. Dan Ali juga menyimpulkan bahwa wajah mengesankan
kepribadian atau diri seseorang (Ali, 2009 : 53).

menjadi makna diri

Pada ayat di atas, terjadi perubahan makna asli kata

disebabkan proses gramatikal yaitu penggabungan kata wajah dengan domir hu, proses
gramatikal ini disebut komposisi.
Berdasarkan contoh diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang makna Kata
/wajhun/ yang terdapat dalam AL-Qur’an yang jumlahnya 57 kata dari 35 surat yang
memiliki arti yang bervariasi dari hasil penelitian yang peneliti lakukan. Sehingga penulis
mengetahui perbedaan antara makna satu dengan makna yang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai macam buku untuk menjadi
sumber referensi, diantaranya adalah Software Al- Qur’an Player Versi 2.0.1.0 copyright
c 2005-2007 Wawan Sajcriyanto, Tafsir Yusuf Ali dan Teori Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia karya Abdul Chaer dan Djajasudarma serta buku- buku pendukung lainnya
seperti Kamus –Kamus Bahasa Arab, Kitab- Kitab Tafsir Qur’anul Karim, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, serta karya Henry Guntur Tarigan dan Pengajaran Semantik.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pembahasan pada makna kata
/wajhun/dan jamaknya didalam Al-Qur’an pada ilmu ma’ani (semantik).
1.2 BATASAN MASALAH
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang tidak
dikehendaki, maka penulis membuat batasan masalah yang meliputi :

1. Apa saja makna leksikal pada kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/

yang terdapat dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimanakah proses makna gramatikal kata
/wujūhun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an?

/wajhun/ dan

3. Bagian gramatikal mana yang paling dominan pada kata
dan

/wajhun/

/wujūhun/ dalam Al-Qur’an?

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja makna leksikal kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui proses makna gramatikal kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui bagian gramatikal kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ yang paling dominan dalam Al-Qur’an.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi
manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi mengenai makna kata

/wajhun/ dalam Al-Qur’an di Program

Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ini. Manfaat
lainnya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peminat bahasa dan sastra
Arab mengenai makna kata

/wajhun/ yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Secara praktis, dengan mengetahui dan memahami kandungan makna yang
terdapat dalam setiap makna kata

/wajhun/ tersebut maka penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran dan hikmah dalam kehidupan kita sehari- hari.

1.5 METODE PENELITIAN
Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif, yaitu suatu metode
mengumpulkan dan menganalisis data seperti kondisi apa adanya dan dideskripsikan
sesuai dengan ciri alamiah naskah tersebut dan juga dengan menggunakan kamus.
Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, peneliti menggunakan
Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22
Januari 1988.
Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan kata
/wajhun/ dan

/wujūhun/.

2. Mengumpulkan ayat-ayat kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ dalam Al-

Qur’an dengan menggunakan CD Al-Qur’an dan tetap berpedoman pada AlQur’an.
3. Membaca dan memahami buku-buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan
dengan kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/.

4. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang telah diperoleh.
5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk
skripsi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur’an sudah pernah diteliti
oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh
Uswatun Hasanah (990704023), analisis makna kata ummah oleh siti Aisyah lubis
(990704017), analisis makna

/ Żikrun/ oleh Zikri Mahyar (030704016) dan analisis

makna leksikal dan relasinya pada kata

/al- ḥaqqu/. Serta analisis kata fitnah oleh

Andi Pratama (030704003) Namun sejauh ini penelitian tentang analisis makna Kata
/Wajhun/ dalam Al -Qur’an sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya
oleh mahasiswa jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2.1 Pengertian Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas
dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi : masing- masing leksem diberi
perian artinya atau maknanya : perian semantis (Verhaar, 1996 : 13).
Semantik adalah Ilmu tentang makna. Semantik merupakan suatu komponen
yang terdapat dalam linguistik, sama seperti komponen bunyi dan gramatika. Semantik
merupakan bagian dari linguistik karena makna menjadi bagian dari bahasa ( Suwandi
2006 : 5).
Kata semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics,
dari bahasa Yunani sema (nomina) ‘tanda’: atau dari verba semaino ‘menandai’, ‘berarti’.
Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari makna (Djajasudarma 1993 : 1).

2.2 Pengertian Makna dan Pembagiannya
Menurut Djajasudarma (1993 : 34) makna adalah hubungan yang ada di antara
satuan bahasa. Makna didapatkan dengan meneleti hubungannya di dalam struktur bahasa
(arti struktural).
Makna (sense- bahasa Inggris) dibedakan dari arti (meaning- bahasa Inggris) di
dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur- unsur bahasa itu
sendiri (terutama kata- kata) (Djajasudarma 1993 :5).
Menurut Aristoteles dalam Chaer (1989, 13) kata adalah satuan terkecil yang
mengandung makna. Malah dijelaskannya juga bahwa kata itu memiliki dua macam
makna, yaitu (1) makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, dan (2) makna
yang hadir sebagai akibat terjadinya proses gramatikal. Kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan
mempunyai satu arti (Chaer, 2007:162).
Kata adalah unsur yang terkecil yang memiliki tanda (simbol) tersendiri : atau
‘serpihan bahasa yang biasa dikelompokkan secara tetap (konstan) untuk membentuk
pesan’ (Djajasudarma 1993 : 10).
Chaer (1989: 60-77) mengemukakan beberapa pengertian makna dalam Buku
Pengantar Semantik Bahasa Indonesia yaitu :
1.Makna leksikal dan Makna Gramatikal, 2.Makna Referensial dan Non referensial, 3.
Makna Denotatif dan Konotatif, 4. Makna Kata dan Makna Istilah, Makna Konseptual
dan Makna Asosiatif, 5. Makna Idiomatikal dan Peribahasa, 6. Makna Kias.
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang
berkaki empat yang bisa dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa
makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil
observasi indra kita, atau makna apa adanya ( Chaer, 1994 : 289).

Menurut Chaer (1989 : 60) Makna leksikal merupakan bentuk ajektif yang
diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan
kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu suatu bentuk bahasa yang
bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan
kata, makna leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna

leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem,
atau bersifat kata.
Contoh:
kata memetik dalam kalimat Ibu memetik sekuntum mawar adalah
bermakna leksikal, sedangkan dalam kalimat kita dapat memetik manfaat
dari cerita itu adalah bukan bermakna leksikal.
Makna leksikal adalah makna unsur- unsur bahasa (leksem) sebagai
lambang benda, peristiwa, objek, dan lain- lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa
terlepas dari penggunaan atau konteksnya ( Sudaryat, 2008 : 22).
Menurut Djajasudarma (1993 : 13) makna leksikal (bhs. Inggris –lexical
meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur – unsur bahasa
sebagai lambang benda, peristiwa, dll; makna leksikal ini dimiliki unsur- unsur bahasa
secara tersendiri, lepas dari konteks atau semua makna (baik bentuk dasar maupun bentuk
turunan) yang ada dalam kamus disebut makna leksikal.

Menurut Djajasudarma (1993 : 13) makna gramatikal (bhs. Inggris –
grammatical meaning; functional meaning; structural meaning ; internal
meaning) adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna
yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat.
Makna gramatikal adalah makna srtruktural yang muncul akibat hubungan
antara unsur- unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar
(Sudaryat, 2008 : 34).
Menurut Chaer (1989 : 62) makna gramatikal ini sering juga disebut makna
kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna struktural karena
proses dan satuan- satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur
ketatabahasaan.Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses
gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

Contoh :
sate ayam tidak sama dengan komposisi sate Madura. Yang pertama
menyatakan ‘asal bahan’ dan yang kedua menyatakan ‘asal tempat).

Afiksasi ialah proses leksemik yang mengubah leksem tunggal menjadi kosa kata
berimbuhan. Misalnya, leksem lupa menjadi kata melupakan setelah mengalami afiksasi
meN-kan (Sudaryat, 2008 : 70). Proses afiksasi awalan ter – pada kata angkat dalam
kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik melahirkan makna ‘dapat’, dan dalam

kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna
gramatikal ‘tidak sengaja (Chaer, 1989 :62).
Menurut (Sudaryat, 2008 : 70) reduplikasi ialah proses leksemik yang mengubah
leksem menjadi kata kompleks

dengan cara penyebutan leksem sebagian atau

seluruhnya. Misalnya, leksem rumah menjadi kata rumah- rumah.

Proses komposisi (penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya
perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna,
sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal Chaer (1989: 140).

Dari defenisi di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan makna leksikal adalah
makna yang dimiliki pada leksem meski tanpa konteks apapun. Sedangkan makna
gramatikal adalah makna yang memiliki proses gramatikal seperti komposisi, reduplikasi,
dan afiksasi.

Dari keseluruhan pengertian makna diatas peneliti hanya memfokuskan pada
makna leksikal dan makna gramatikal saja bersumber pada teori Chaer (1989:60).
/ Wajhun/

2.3 Makna Kata
Menurut

/ wajhun/

Yunus (1989 :493) kata

/ awjuhun/

/wujūhun yang artinya arah, tujuan, muka, pihak, yang dituju, niat, sebab, jalan yang
mulia baik namanya.
Menurut Bisri dan Fatah (1999 :770) Kata
/ Al-wajhu: almuḥayyā/

/ Wajhun/ yang berarti 1.:

= Wajah, Muka

2.

/ Al- jahatu wa an-nāḥiyatu/

= Sisi, Segi, Arah

3.

/ al-qaṣdu wa an-niyyatu /

= Maksud, Tujuan, Niat

4.

/ Al- ma‘nā/

= Arti

Menurut Ma’luf (1986 : 889) :

Al-wajhu :
Al- jahatu: al-qaṣdu wa an-niyyatu : Al- marḍātu
wajah muka :sisi, segi, arah : maksud, tujuan, niat: keridaan
Menurut Tafsir Yusuf Ali dalam (Teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 juz,
2009 : 53) kata
/ wajhun/ Wajah, sebuah kata bahasa Arab yang padat. Ia berarti (1)
Secara harfiah “ Wajah,” tetapi ia dapat meliputi (2) “muka” atau “keridaan,” seperti
dalam 92:20 ; (3) “pertolongan,” “keagungan,” kehadiran” bila dipakai untuk Allah,
seperti dalam 2:115, dan juga dalam 55:27; (4) “sebab,” “demi,” seperti dalam 76:9; (5)
“bagian pertama,”permulaan,” seperti dalam 3:72; (6) “bawaan dasar.” “hati nurani,”
“zat,” “diri,” seperti dalam 5: 108, 28:88.

Berikut ini dikemukakan contoh ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata

/

wajhun/ dalam Al-Qur’an:

Walillahi al-masyriqu wa al-magribu fa`ainamā tuwallū faṡamma wajhu Allāhi
`inna allāha wāsi‘un ‘al īmun
Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 115).
Contoh pada makna kata

/ wajhun/ dalam Al-Qur’an:

Wa qālat ṭā`ifatun min `ahli al-kitābi `āminū bi al-lażī `unzila ‘ala al-lażīna
`āmanū wajha an-nahāri wākfurū `ākhirahu la‘allahum yarji‘ūna.
Artinya : Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya):
"Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan
kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang
dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu'min)
kembali (kepada kekafiran) (Ali-imran : 72).
Berdasarkan pada contoh ayat pertama bahwasanya kata

/wajhun/ dapat

diterjemahkan dengan kata wajah, dengan pengertian arah atau tujuan umat menghadap
kepada Allah SWT, maka contoh seperti ini dapat di golongkan kedalam makna leksikal
atau makna sebenarmya.
Pada contoh ayat kedua terjadi perubahan makna asli kata

menjadi makna

permulaan siang disebabkan proses gramatikal yaitu penggabungan kata wajh dengan
kata an-nahāri, proses gramatikal ini disebut komposisi.
Menurut (Ali, 2009 : 147) makna gramatikal dari kata
/wajhun/ merupakan
“permulaan siang” sesuai dengan konteks kalimatnya. Menurut Ali wajh disini
mengandung arti permulaan ,”bagian awal”. Orang – orang yang suka memperolok yang
berkomplot terhadap Islam menyuruh kaki tangan mereka agar bergabung dengan mereka
yang beriman dan kemudian meninggalkan mereka.
Dari dua contoh yang telah dipaparkan tersebut, dapat diketahui bahwasanya
kata

/wajhun/ di dalam Al-Qur’an memiliki berbagai macam makna tergantung pada

konteksnya atau berdasarkan proses gramatikalnya.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Sekilas Tentang AL-Qur’an

Al-qur’an diturunkan secara berangsur- angsur berupa beberapa ayat dari sebuah
surat atau berupa sebuah surat yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al- qur’an
secara keseluruhan makan waktu lebih kurang 23 tahun, yakni : 13 tahun waktu Nabi
masih tinggal di Makkah sebelum Hijrah dan 10 tahun waktu Nabi sesudah Hijrah ke
Madinah.
Menurut Dr. Subhi Al-salih dalam Zuhdi (1993:1) merumuskan defenisi alQur’an yang dipandang sebagai defenisi yang dapat diterima oleh para Ulama terutama
ahli bahasa, ahli fiqh dan ahli Usul Fiqh.

‘Al- qur՝ ānu huwa al-kitābu al-mu jizu al-munazzalu alā an-nabiyyi ṣ.m almaktūbu fī al-maṣā ḥifi al-manqūlu alaihi bi at-tawāturi al- muta bbadu
bitilāwatihi.

Artinya : Al-qur’an adalah firman Allah yang bersifat/berfungsi mu’jizat
(sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf- mushaf, yang
dinukil/diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang dipandang beribadah
membacanya.
Pada pendapat diatas, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya Al-qur’an
adalah firman Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad dan juga terdapat pokok-

pokok dan isi kandungan yang berharga untuk menjadi pedoman kepada kita dalam
kehidupan sehari- hari.
Adapun pokok- pokok dan isi kandungan Al-Qur’an mengandung lima prinsip
sebagai berikut :

1. Tauhid (Ajaran atau aqidah tentang kepercayaan Ketuhanan Yang
Maha Esa)
2. Janji Dan Ancaman Tuhan
Tuhan menjanjikan kepada setiap orang yang beriman selalu mengikuti
semua petunjuk-Nya akan mendapatkan kebahagiaan hidupnya didunia
maupun di akhirat, dan akan dijadikan Khalifah (penguasa) di muka bumi
ini. (perhatikan surat an-Nur : 55). Sebaliknya Tuhan mengancam kepada
siapa saja yang ingkar kepada Tuhan dan memusuhi Nabi/ Rasul-Nya serta
melanggar

perintah-

perintah

dan

larangan-

larangan-Nya,

akan

mendapatkan kesengsaraan hidupnya baik didunia dan di akhirat.
(perhatikan surat at-taubah : 67-68 ; al-ḥajj : 72)
3. Ibadah
Ibadah bagi manusia adalah berfungsi sebagai manifestasi manusia
bersyukur kepada Tuhan Penciptanya atas segala nikmat dan karunianya
yang telah diberikan kepadanya, dan juga berfungsi sebagai realisasi dan
konsekwensi manusia atas kepercayaan nya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sebab tidaklah cukup bagi manusia hanya beriman tanpa disertai
dengan amal/ibadah, sebagaimana pula tidak cukup bagi manusia
beramal/berdedikasi tanpa dilandasi iman.

4. Jalan dan Cara menggapai Kebahagian
setiap orang yang beragama pasti bercita- cita ingin mendapatkan
kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Untuk bisa
mencapai cita- citanya itu, Tuhan dalam al-qur’an memberikan petunjukpetunjuknya bahwa manusia harus menempuh jalan yang lurus – jalan
yang diridahai oleh allah – dengan cara menghayati dan mematuhi segala
aturan agama yang ditetapkan oleh allah dan rasul-Nya.
5. Cerita- cerita/ sejarah- sejarah umat manusia sebelum nabi
Muhammad
Didalam al-qur’an terdapat cerita-cerita tentang para nabi atau rasul
beserta umatnya masing- masing. Cerita- cerita tentang mereka itu
diungkapkan kembali oleh Tuhan didalam al-qur’an dengan maksud agar
dijadikan pelajaran bagi manusia sekarang (umat Muhammad) tentang
bagaimana nasib manusia yang taat kepada Tuhan dan siksa bagi yang
durhaka.

/wajhun/ dan

3.2 Makna leksikal kata

/wujūhun/ yang terdapat

dalam Al-Qur’an
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan melalui software Al-Qur’an
Player Versi 2.0.1.0 copyright c 2005-2007 Wawan Sajcriyanto dan Fathurraḥmān, maka
kata

/wajhun/ atau

/wujūhun/ ditemukan 41 kata di dalam Al-Qur’an.

1. Di dalam Surat Al-Baqarah ditemukan 4 ayat di dalamnya terdapat
kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 115,144,149,

dan 150.
a. Surat Al- baqarah ayat 115 bermakna wajah :

Walillahi al-masyriqu wa al-magribu fa`ainamā tuwallū faṡamma wajhu
allᾱh `inna wasi‘un ‘al īmun
Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 115).

b. Surat Al-Baqarah ayat 144 bermakna muka :

Qad narā taqalluba wajhika fī as-samā՝ i falanuwalliyannaka qiblatan
tarḍāhā fawalli wajhaka syaṭra al- masjidi al-ḥarāmi waḥaiṡu mā kuntum
fawallū wujuhakum syaṭrahu wa՝ inna al-lażina ՝ ūtū al- kitāba laya
lamūna ՝ annahu al-ḥaqqu mirrabbihim wa mā allāhu bighāfilin ammā ya
malūna.
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata

/wajhun/ yang jamaknya

/wujūhun/ diterjemahkan dengan muka. Muka disini artinya menghadaplah di
waktu shalat ke arah masjidil haram yakni ka’bah yang ditujukan kepada seluruh umat.
Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

c. Surat Al-Baqarah ayat 149 bermakna wajah :

Wa min ḥaiṡu kharajta fawalli wajhaka syaṭra al- masjidi al- ḥarāmi
wa ՝ innahu lal ḥaqqu mirrabbika wa mā allāhu bighāfilin ammā ta
malūna.
Artinya : Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang
hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.

d. Surat Al-baqarah 150 bermakna wajah :

Wa min ḥaiṡu kharajta fawalli wajhaka syaṭra al- masjidi al-ḥarāmi wa
ḥaisu mā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrahu li՝ allā yakūna linnāsi
alaikum ḥujjatun ՝ illa al-lażina ẓalamū minhum falā takhsyau hum wa
khsyauni waliutimma ni matī alaikum wa laallakum tahtadūna.

Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas
kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah
kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar
Kusempurnakan ni`mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Berdasarkan ayat diatas, poin c dan d padakata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ diterjemahkan dengan wajah. Wajah disini merupakan arah atau tujuan
menghadap kepada Allah S.W.T yakni kiblat yang diridhai-Nya. Maka makna ini
digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

2. Di dalam Surat Āli Imrān ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 106 dan107.

a. Surat Āli Imrān ayat 106 bermakna muka :

Yauma tabyaḍḍu wujūhun wa taswaddu wujūhun fa՝ ammā allażīna swaddat wujūhuhum ՝ akfartum ba da ՝ īmānikum fażūqū
al-ażāba bimā kuntum takfurūna.
Artinya : Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan
ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam
muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir
sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu itu".

b. Surat Āli Imrān ayat 107 bermakna muka :

wa՝ ammā al-lażīna byaḍḍat wujūhuhum fafī raḥmati allāhi hum fīhā
khālidūna.
Artinya : Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka
berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.
Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata

/wujūhun/ diterjemahkan

dengan muka atau wajah. Muka disini merupakan arah atau tujuan menghadap kepada
Allah S.W.T yakni kiblat yang diridhai-Nya. Maka makna ini digolongkan menjadi
makna leksikal atau makna sebenarnya.
Menurut Ali (2009 : 155) “Wajah” (wajh) atau
/wujūhun/, melukiskan
kepribadian kita, bentuk sosok kita yang paling dalam. Putih adalah warna cahaya. Untuk
menjadi putih harus disinari oleh cahaya, yang sama dengan kebahagiaan, sinar
keagungan cahaya Tuhan. Hitam adalah warna kegelapan, dosa, fasik, kesengsaraan;
tercabut dari rahmat dan cahaya Tuhan. Inilah tanda – tanda surga dan neraka. Ukuran
yang memutuskan segala persoalan ialah keadilan Allah.

3. Di dalam Surat An- Nisā ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 47 pada surat An- Nisā

bermakna muka :

Yᾱ՝ ayyuhā al-lażīna ՝ ūtū al-kitāba āminū bimā nazzalnā
muṣaddiqān limā maakum min qabli ՝ annaṭmisa wujūhān
fanaruddaha ala ՝ adbārihā ՝ au՝ nal anahum kamā la annā
‘asḥāba as-sabti wa kāna ՝ amru allāhi maf ūlān.
Artinya : Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah
kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang
membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah
muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk
mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang
berbuat ma`siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.
Berdasarkan ayat diatas, pada kata

/wujūhun/ jamak dari

kata

diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna
leksikal atau makna sebenarnya.
Menurut Ali (2009 : 198) wajah ialah inti ekspresi manusia yang paling utama.
Juga ia merupakan petunjuk mengenai nama baiknya untuk dinilai.

4. Di dalam Surat Al- Arāf ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 29 pada surat Al- Arāf

bermakna muka :

Qul ՝ amara rabbī bi al-qisṭi wa՝ aqīmū wujūhakum inda kulli
masjidin wād ūhu mukhlṣīna lahu ad-dīna kamā bada՝ akum ta
ūdūna.
Artinya : Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan".
Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan

sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah) kamu akan kembali kepadaNya)".
Berdasarkan ayat diatas, pada kata

/wujūhun/ diterjemahkan dengan muka

atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna
sebenarnya.
Menurut Jalalain (2008 :631)Wajh disini yakni hadapkanlah dirimu atau mukamu
kepada Allah di setiap shalatmu, ikhlaslah kamu kepadanya di dalam sujudmu dan
beribadalah kepada-Nya dengan bersih dari kemusyrikan.

5. Di dalam Surat Al- Anfāl ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 50 pada surat Al- Anfāl

bermakna muka :

Walau tarā ՝ iżyatawaffa fī al-lażīna kafarū al-malā՝ ikatu yaḍribūna
wujūhahum wa՝ adbārahum ważūqū ażāba al-ḥarīqi.
Artinya :Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orangorang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan
berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah
kamu akan merasa ngeri).
Berdasarkan ayat diatas, pada kata

/wujūhun/ diterjemahkan dengan muka

atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna
sebenarnya.

6. Di dalam Surat Yunus ditemukan 3 (tiga) ayat yang di dalamnya terdapat
kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ , yaitu dalam ayat 26,27, dan105.

a. Surat Yunus ayat 26 bermakna muka :

Lil-lażīna aḥsanū al-ḥusnā waziyādatun walā yarhaqu wujūhahum
fatarun walā żillatun ulaika asḥābu al-jannati hum fīha khālidūna.

Artinya : Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik
(surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam
dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya.

b. Surat Yunus ayat 27 bermakna muka :

Wa al-lażīna kasabū as-sayyi’āti jazā՝ u sayyi՝ atin bimiṡlihā
watarhaquhum żillatun mā lahum min allāhi min ᾱṣimin ka՝ annamā
՝ ughsyiyat wujūhuhum qiṭᾱ an min al- laili muẓlimān ՝ ula՝ ika
՝ asḥābu an-nāri hum fīhā khālidūna.
Artinya : Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat)
balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi
mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka
mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita.
Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

c. Surat Yunus ayat 105 bermakna muka :

Wa ՝ an ՝ aqim wajhaka lid-dīna ḥanīfān wa lā takūnanna min almusyrikīna.
Artinya : Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada
agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orangorang yang musyrik.
Beberapa poin diatas kata

/wajhun/ dan

/wujūhun/ diterjemahkan

dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau
makna sebenarnya.

Menurut Ali (2009 : 483) Wajah merupakan lambang kepribadian, isi batin dan
pribadi yang sesungguhnya, lawan lahir dan pribadi yang fana. Ia akan disinari oleh
cahaya Tuhan, tak ada lagi bayangan noda atau kehinaan di balik itu. Dengan adanya rasa
malu, segala kekurangan yang dulu akan terhapus, karena dalam pandangan Tuhan hanya
kesempurnaan yang ada.

7. Di dalam Surat Yusuf ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya terdapat
kata

/ wajhun/, yaitu dalam ayat 93 dan 96.

a. Surat Yusuf ayat 93 bermakna wajah:

Iżhabū biqamīṣi hażā fa`alqūhu ‘alā wajhi `abī ya`ti baṣīrān wa`tūnī
bi`ahlikum `ajma‘īna.
Artinya : Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu
letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan
bawalah keluargamu semuanya kepadaku (Yusuf : 93).

b. Surat Yusuf ayat 96 bermakna wajah :

Falammā ՝ an jā՝ a al-basyīru ՝ alqāhu alā wajhihi fārtadda
baṣīrān ՝ aqāla ՝ alam ՝ aqul lakum ՝ innī ՝ a lamu min allāhi
mā lā ta lamūna.
Artinya : Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka
diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya`qub, lalu kembalilah dia dapat
melihat. Berkata Ya`qub: "Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya".

Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata

/wajhun/ diterjemahkan

dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau
makna sebenarnya.
Menurut Ali (2009 : 573) Wajah. Berdasarkan ayat tersebut bahwasanya perlu
diingat bahwa dulu mereka menutupi kejahatan mereka dengan mengambil bajunya itu,
diberi noda darah, dan pura – pura katanya dibunuh serigala. Sekarang mereka sudah
mengakui kejahatan itu dan sudah dimaafkan, dan ada berita gembira tentang yusuf yang
akan mereka sampaikan kepada Yakub. Yusuf memberikan bajunya yang lain untuk
membuktikan kebenaran cerita itu. Sebuah baju yang mewah, cocok sebagai pakaian
seorang pembesar Mesir, untuk emmbuktikan kedudukannya yang baik, namun pola dan
warnanya beraneka ragam mengingatkan Yusuf yang sudah hilang. Baju pertama yang
telah menghanyutkan Yakub kedalam kesedihan. Baju yang sekarang akan menjadi obat
penawarnya. Dan ayah melihat dengan jelas wajahnya Yakub dan Yusuf.

8. Di dalam Surat Ibrahim ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya terdapat
kata

/wajhun/ atau

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 50 pada surat

Ibrahim bermakna muka :

Sarābīluhum min qaṭirānin wa taghsyā wujūhahum an-nāru.
Artinya : Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka
ditutup oleh api neraka.
Berdasarkan ayat diatas, pada kata

/wujūhun/ yang bentuk tunggalnya

/wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi
makna leksikal atau makna sebenarnya.

9. Di dalam Surat An-Naḥl ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wajhun/, yaitu dalam ayat 58 pada surat An-Nahl

bermakna muka :

Wa ՝ iżā busysyira ՝ aḥaduhum bi al՝ unṡā ẓalla wajhuhu
muswaddā wahuwa kaẓīmun.

Artinya : Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat
marah.
Berdasarkan ayat diatas, pada kata

/wajhun/ diterjemahkan dengan muka

atau wajah. Maka makna ini digolongkan menjadi makna leksikal atau makna
sebenarnya. Menurut Jalalain (2008 : 1089), Wajah merupakan (roman mukanya menjadi
hitam) dengan perubahan yang menunjukkan kedukaan dan kesusahan.

10. Di dalam Surat Al-Isrā՝
terdapat kata

ditemukan 2 (dua) ayat yang di dalamnya

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 7 dan 97.

a. Surat Al-Isrā՝ ayat 7 bermakna muka- muka :

In aḥsantum li՝ anfusikum wa in asā tum falahā fa iża jā a wa du alkhirati liyasū ū wujūhakum waliyadkhulū al-masjida kamā dakhalūhu
awwala marratin waliyutabbirū mā alaū tatbīrān.
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,
dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabishabisnya apa saja yang mereka kuasai.

b. Surat Al-Isrā՝ ayat 97 bermakna muka :

Wa man yahdī allāhu fahuwa al-muhtadi wa man yuḍlil falan
tajida lahum ՝ auliyā՝ u min dūnihi wa naḥsyuruhum yauma alqiyāmati alā wujūhihim umyān wa bukman waṣummān ma՝ wā
hum jahannamu kullamā khabat zirnāhum sa īrān.
Artinya: Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat
petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak
akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan
Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka
mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka
adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan
padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.
Berdasarkan ayat diatas, poin a dan b pada kata
tunggalnya

/wujūhun/ bentuk

/wajhun/ diterjemahkan dengan muka atau wajah. Maka makna ini

digolongkan menjadi makna leksikal atau makna sebenarnya.

11. Di dalam Surat Al-Kahfi ditemukan 1 (satu) ayat yang di dalamnya
terdapat kata

/wujūhun/, yaitu dalam ayat 29 pada surat Al-Kahfi

bermakna muka :

Waquli al-ḥaqqu min rabbikum faman syā`a falyu`min wa man syā`a
falyakfur `innā `a‘tadnā liẓ-ẓalimīna nārān `aḥāṭā bihim surādiquhā
wa`in yastghīṡū yughāṡū bimā`in ka al-muhli yasywī al-wujūha bi`sa
asy-syarābu wasā`at murtafaqān.
Artinya: Dan katakanlah