diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi terhadap jenis usaha perusahaan tersebut.
3. Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatan sehingga data tentang persediaan dapat tersedia
dengan benar. Pada umumnya metode pencatatan yang biasanya ada pada
teori yaitu:
a. Sistem pencatatan perpetual
Sistem persediaan perpetual adalah sistem akuntansi untuk persediaan yang merinci catatan dari jumlah unit dan biaya dari
setiap transaksi pembelian dan penjualan yang dibuat selama periode akuntansi.
Dengan sistem perpetual, catatan persediaan diperbaharui pada saat pembelian atau penjualan dilakukan. Dengan cara ini, catatan
persediaan setiap saat mencerminkan berapa banyak setiap persediaan barang harus berada di gudang. Sistem perpetual sering
kali digunakan pada saat setiap persediaan barang yang mempunyai nilai tinggi atau terdapat biaya yang besar apabila persediaan habis
atau banyak menumpuk. Menurut Niswonger, Warren, Reeve dan Fess 1999 : 366
“Dalam sistem persediaan perpetual semua kenaikan dan penurunan barang dagangan yang dicatat dengan cara yang
sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi
mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dan mengkredit kas
Universitas Sumatera Utara
atau hutang usaha. Pada tanggal penjualan harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan
dan mengkredit persediaan barang dagangan”.
Dyckman, Dukes, Davis 2000 : 383 mengatakan bahwa, “apabila sistem persediaan perpetual digunakan, catatan persediaan
perpetual yang terinci, sebagai tambahan atas akun buku besar biasa, dibuat untuk setiap item persediaan dan akun pengendalian
persediaan dibuat dalam buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus
memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo ditangan. Dengan informasi ini, kuantitas fisik dan penilaian barang yang ada
ditangan tersedia setiap waktu. Jadi, perhitungan persediaan fisik tidak diperlukan kecuali untuk memverifikasi jumlah persediaan.
Perhitungan fisik biasanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan
perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyelesaian yang dibutuhkan misalnya kesalahan dan kerugian. Catatan persediaan
harus disesuaikan ke perhitungan fisik apabila terdapat perbedaan pencatatan.
Untuk perusahaan dagang pencatatan yang dilakukan menurut motode ini adalah sebagai berikut :
Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Saat Pembelian
KasHutang Dagang Rp xxx
Universitas Sumatera Utara
KasPiutang Dagang Rp xxx
Saat Penjualan
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Apabila ada pengembalian pembelian atau potongan, dibukukan sebagai lawan atau kebalikan dari pembukuan tersebut.
Jika hasil perhitungan persediaan mengungkapkan bahwa kuantitas yang sesungguhnya lebih kecil dari kuantitas yang dicatat, maka
perkiraan persediaan bahan diturunkan dengan perhitungan selisih tersebut dan pendebetannya dibukukan pada perkiraan harga pokok
penjualan atau perkiraan khusus. Pengembalian penjualan biasanya disebut dalam perkiraan kontra spesial yaitu :
Pengembalian Penjualan Rp xxx
KasPiutang Rp xxx
b. Sistem pencatatan periodik
Sistem persediaan periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualan ditentukan dan persediaan
dikoreksi pada akhir periode akuntansi bukan pada saat persediaan tersebut dibeli.
Dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbaharui pada saat penjualan dilakukan dan digunakan ketika persediaan terdiri dari
jumlah barang-barang yang beraneka ragam, nilainya relatif kecil.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dyckman Dukes, dan Davis 2000 : 381 mengemukakan sebagai berikut :
Dalam sistem persediaan periodik, perhitungan fisik aktual atas barang-barang yang ada diadakan pada akhir setiap periode
akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur dan jumlahnya
dikalikan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan. Sebuah catatan yang terus berlangsung atas persediaan bisa,
tetapi tidak harus dibuat untuk unit-unit dan jumlah yang dibeli dan dijual dikeluarkan serta saldo ditangan.
Sedangkan menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo 2000 : 455 mengemukakan bahwa :
Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimiliki. Akibatnya
pada akhir periode perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang
dimilikinya pada saat itu. Jumlah persediaan itu akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persediaan
diakhir periode.
Bagi perusahaan dagang jika mengunakan metode ini maka sistem pencatatannya adalah sebagai berikut :
Pembelian Rp xxx
Saat Pembelian
KasHutang Dagang Rp xxx
KasPiutang dagang Rp xxx
Saat Penjualan
Penjualan Rp xxx
Pengembalian pembelian atau potongan dibukukan dalam suatu perkiraan kontra spesial yaitu :
Universitas Sumatera Utara
KasHutang Dagang Rp xxx
Pengembalian pembelian dan potongan Rp xxx
Pengembalian penjualan juga dimasukkan dalam perkiraan kontra spesial yaitu :
Pengembalian pembelian dan potongan Rp xxx
KasPiutang dagang Rp xxx
Menurut Stice dan Skousen 2009 : 667, “ Ada beberapa macam metode penilaian pesediaan yang umum digunakan, yaitu : Metode Masuk
Pertama, Keluar Pertama FIFO, Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO, dan Metode Biaya Rata-Rata Average”.
1. Masuk pertama, keluar pertama first in, first out-FIFO
Metode ini memperlakukan barang yang pertama dibeli atau diproses sebagai unit pertama yang dibebankan atas penjualan atau pengeluaran.
Barang yang terjual dikeluarkan dinilai pada biaya per unit terlama dan barang yang tetap di persediaan dinilai pada jumlah biaya per unit terbaru.
Metode ini dapat digunakan baik pada sistem persediaan periodik maupun perpetual. Berikut ini disajikan kalkulasi biaya persediaan FIFO unuk sistem
persediaan periodik pada PT Sentosa: Persediaan awal 200 unit pada Rp 1
Rp 200 Ditambah pembelian selama periode tersebut
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual 1.120
920
Universitas Sumatera Utara
Dikurangi persediaan akhir 300 unit per perhitungan fisik: 100 unit pada Rp 1,26 pembeliaan terbaru -24 Jan
Rp 126 200 unit pada Rp 1,16 pembelian terbaru berikutnya -15 Jan
Total biaya persediaan akhir 232
Harga pokok penjualan Rp 762
358
Kalkulasi biaya persediaan FIFO bila PT Sentosa menggunakan sistem persediaan perpetual disajikan berikut ini :
FIFO Perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200
1,00 200
9 300
1,10 330
200 300
1,00 1,10
200 330
10 200
200 1,00
1,10 200
220 100
1,10 110
15 400
1,16 464
100 400
1,10 1,16
110 464
18 100
200 1,10
1,16 110
232 200
1,16 232
24 100
1,26 126
200 100
1,16 1,26
232 126
Persediaan akhir 358
Universitas Sumatera Utara
Harga pokok penjualan 762
Persediaan awal
2. Masuk terakhir keluar terakhir last in, first out-LIFO Metode ini menandingkan biaya dari barang yang paling akhir dibeli
terhadap pendapatan. Apabila sistem persediaan periodik, maka diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan
berasal dari pembelian terakhir. Berikut ini PT Sentosa menyajikan kalkulasi biaya persediaan LIFO untuk sistem persediaan periodik.
Harga pokok barang tersedia untuk dijual Rp1.120
Dikurangi persediaan akhir 300 unit per perhitungan fisik: 200 unit pada Rp 1 biaya terlama tersedia dari persediaan 1JanRp200
100 unit pada Rp 1,10 biaya terlama dari pembelian 9 Jan Persediaan akhir
110
Harga pokok penjualan Rp 810
310
Apabila metode LIFO digunakan dalam sistem persediaan perpetual, maka biaya dari unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling akhir.
Sebagai ilustrasi PT Sentosa menyajikan kalkulasi persediaan LIFO untuk sistem persediaan perpetual.
Universitas Sumatera Utara
LIFO Perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200
1,00 200
9 300
1,10 330
200 300
1,00 1,10
200 330
10 300
100 1,10
1,00 330
100 100
1,00 100
15 400
1,16 464
100 400
1,00 1,16
100 464
18 300
1,16 100
348 100
1,00 1,16
100 116
24 100
1,26 126
100 100
100 1,00
1,16 1,26
100 116
126 Persediaan akhir
342 Harga pokok penjualan
778 Persediaan awal
3. Metode Biaya Rata-Rata Average Metode biaya rata-rata mengasumsikan bahwa biaya persediaan di
tangan pada akhir periode dan harga pokok penjualan selama periode berjalan mewakili semua biaya yang timbul selama periode tersebut.
Aplikasinya tergantung pada sistem persediaan: Biaya rata-rata tertimbang sistem persediaan periodik:
Universitas Sumatera Utara
Pada sistem persediaan periodik, digunakan biaya per unit rata-rata tertimbang. Biaya per unit rata-rata tertimbang =
Biaya persediaan awal + Biaya pembelian periode berjalan Unit persediaan awal + Unit periode berjalan
Biaya per unit rata-rata tertimbang lalu diterapkan ke unit persediaan akhir untuk menghitung saldo persediaan akhir dan unit terjual untuk
menghitung harga pokok penjualan. PT Sentosa menghitung persediaannya berikut:
Harga Total
Unit per Unit
Barang yang tersedia: Biaya
1 Januari Persediaan awal 200
Rp 1,00 Rp 200
9 Pembelian 300
Rp 1,10 Rp 330
15 Pembelian 400
Rp 1,16 Rp 464
24 Pembelian 100
Rp 1,26 Rp 126
Persediaan akhir pada biaya rata-rata tertimbang: T
31 Januari 300
Rp 1,12 Rp336
Harga pokok penjualan pada biaya rata-rata tertimbang: Penjualan selama Januari
700 Rp 1,12
Rp 784
Universitas Sumatera Utara
Unit biaya rata-rata tertimbang Rp 1.120 : 1.000 = Rp 1,12 400 unit pada 10 Januari ditambah 300 unit pada 18 Januari
Biaya rata-rata bergerak sistem persediaan perpetual: Pada sistem persediaan perpetual digunakan biaya per unit rata-rata
bergerak. Rata-rata bergerak memberikan biaya per unit baru setelah setiap pembelian. Apabila barang dijual atau dikeluarkan, maka biaya per unit rata-
rata bergerak pada waktu itu digunakan. Sebagai contoh PT Sentosa menerapkan sistem ini pada persediaannya:
Biaya rata-rata bergerak sistem perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200 1,00
200 9
300 1,10
330 500
1,06 530
10 400
1,06 424
100 1,6
106 15
400 1,16
464 500
1,14 570
18 300
1,14 200
342 1,14
228 24
100 1,26
126 300
1,18 354
Persediaan akhir 354
Harga pokok penjualan 766
Persediaan awal
Universitas Sumatera Utara
4. Pengertian Sistem Pengendalian Intern