maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Persediaan pada PT Pos Indonesia Persero Binjai.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah
dalam bentuk pernyataan sebagai berikut “Apakah penerapan pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT Pos Indonesia Persero
Binjai sudah berjalan dengan efektif?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengendalian intern persediaan barang dagang yang diterapkan sudah
cukup efektif.
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis, memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan
tentang penerapan pengendalian intern persediaan barang dagang.
b. Bagi perusahaan yaitu PT Pos Indonesia Persero Binjai, sebagai
bahan masukan bagi perusahaan yang berguna untuk memperbaiki kebijakan atas pengendalian intern persediaan barang dagang.
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi pihak lain, dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca
yang ingin mempelajari dan membahas lebih jauh mengenai pengendalian intern persediaan.
D. Kerangka Konseptual
Untuk menyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis 2010
Metode Pencatatan Persediaan
Metode Penilaian Persediaan
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Persediaan PT Pos Indonesia Persero Binjai
PT Pos Indonesia Persero Binjai
Evaluasi Pengendalian
Intern Persediaan
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PENELITIAN
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat sensitive bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam
akuntansi, persediaan adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa
perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian
dipasarkan.
Persediaan juga merupakan aktiva paling lancar dalam perusahaan karena persediaan mendukung jalannya kegiatan operasi perusahaan, dari
persediaan dapat dilihat bagaimana sebuah perusahaan dapat mengelola
perusahaannya dengan baik.
Menurut Prasetyo 2006 : 65, “Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan atau proses produksi menunggu masa penggunaannya pada
proses produksi”. Menurut Warren, Reeve 2005 : 452, “Persediaan juga didefinisikan
sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan
atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.
Universitas Sumatera Utara
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu :
a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi,
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi,
c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena
membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon, d.
Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga, e.
Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu dan ketidaktepatan pengiriman,
f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam
proses. Menurut Hansen dan Mowen 2001 : 584, adapun biaya yang timbul
karena persediaan diantaranya adanya biaya penyimpanan, pemesanan, penyiapan dan biaya kehabisan dan kekurangan bahan.
1. Biaya penyimpanan
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan
kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.
2. Biaya pemesanan
Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per
periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.
3. Biaya penyiapan
Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah
jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per penyiapan.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukup i permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur
dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara
objektif.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu
proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain.
2. Jenis-jenis Persediaan
Secara umum perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Oleh
sebab itu, jenis-jenis persediaan pada ketiga perusahaan tersebut berbeda.
a. Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsinya seperti yang dinyatakan
oleh Rangkuti 2004 : 7 : 1.
Batch stocklot size inventory Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Keuntungannya : a
Potongan harga pada harga pembelian b
Efisiensi produksi c
Penghematan biaya angkutan 2.
Fluctuation stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan 3.
Anticipation stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
b. Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang seperti yang
dinyatakan oleh Dyckman, Dukes, Davis 2000 : 377 : 1.
Persediaan barang dagangan merchandise inventory Barang yang ada digudang good on hand dibeli oleh pengecer
atau perusahaan perdagangan seperti importir atau ekportir untuk dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual
Universitas Sumatera Utara
kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli ; barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika
meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal, dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit
menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda, gir, dan sebagainya serta dijual oleh pengecer
sepeda adalah salah satu contoh.
2. Persediaan manufaktur manufacturing inventory
persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari : a
Persediaan bahan baku Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
misalnya, dengan menambah dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual
kembali. Bagian atau suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai
persediaan komponen suku cadang
b Persediaan barang dalam proses
Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses,
juga disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya
overhead pabrik yang sampai tanggal tersebut
c Persediaan barang jadi
Barang-barang manufaktur yang telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang jadi meliputi
biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manufaktur
d Persediaan perlengkapan manufaktur
Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan pembersih dan barang lainnya yang merupakan bagian
yang kurang penting dari produk jadi.
3. Persediaan rupa-rupa
Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan
biasanya dicatat sebagai beban penjualan atau umum selling or general expenses ketika dibeli.
Kesimpulannya adalah bahwa jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha berdasarkan bidang usaha
perusahaan dapat terbentuk perusahaan industri manufacture, perusahaan dagang, ataupun perusahaan jasa. Karakteristik dari barang yang
Universitas Sumatera Utara
diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi terhadap jenis usaha perusahaan tersebut.
3. Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatan sehingga data tentang persediaan dapat tersedia
dengan benar. Pada umumnya metode pencatatan yang biasanya ada pada
teori yaitu:
a. Sistem pencatatan perpetual
Sistem persediaan perpetual adalah sistem akuntansi untuk persediaan yang merinci catatan dari jumlah unit dan biaya dari
setiap transaksi pembelian dan penjualan yang dibuat selama periode akuntansi.
Dengan sistem perpetual, catatan persediaan diperbaharui pada saat pembelian atau penjualan dilakukan. Dengan cara ini, catatan
persediaan setiap saat mencerminkan berapa banyak setiap persediaan barang harus berada di gudang. Sistem perpetual sering
kali digunakan pada saat setiap persediaan barang yang mempunyai nilai tinggi atau terdapat biaya yang besar apabila persediaan habis
atau banyak menumpuk. Menurut Niswonger, Warren, Reeve dan Fess 1999 : 366
“Dalam sistem persediaan perpetual semua kenaikan dan penurunan barang dagangan yang dicatat dengan cara yang
sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi
mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dan mengkredit kas
Universitas Sumatera Utara
atau hutang usaha. Pada tanggal penjualan harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan
dan mengkredit persediaan barang dagangan”.
Dyckman, Dukes, Davis 2000 : 383 mengatakan bahwa, “apabila sistem persediaan perpetual digunakan, catatan persediaan
perpetual yang terinci, sebagai tambahan atas akun buku besar biasa, dibuat untuk setiap item persediaan dan akun pengendalian
persediaan dibuat dalam buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus
memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo ditangan. Dengan informasi ini, kuantitas fisik dan penilaian barang yang ada
ditangan tersedia setiap waktu. Jadi, perhitungan persediaan fisik tidak diperlukan kecuali untuk memverifikasi jumlah persediaan.
Perhitungan fisik biasanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan
perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyelesaian yang dibutuhkan misalnya kesalahan dan kerugian. Catatan persediaan
harus disesuaikan ke perhitungan fisik apabila terdapat perbedaan pencatatan.
Untuk perusahaan dagang pencatatan yang dilakukan menurut motode ini adalah sebagai berikut :
Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Saat Pembelian
KasHutang Dagang Rp xxx
Universitas Sumatera Utara
KasPiutang Dagang Rp xxx
Saat Penjualan
Harga Pokok Penjualan Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Persediaan Barang Dagang Rp xxx
Apabila ada pengembalian pembelian atau potongan, dibukukan sebagai lawan atau kebalikan dari pembukuan tersebut.
Jika hasil perhitungan persediaan mengungkapkan bahwa kuantitas yang sesungguhnya lebih kecil dari kuantitas yang dicatat, maka
perkiraan persediaan bahan diturunkan dengan perhitungan selisih tersebut dan pendebetannya dibukukan pada perkiraan harga pokok
penjualan atau perkiraan khusus. Pengembalian penjualan biasanya disebut dalam perkiraan kontra spesial yaitu :
Pengembalian Penjualan Rp xxx
KasPiutang Rp xxx
b. Sistem pencatatan periodik
Sistem persediaan periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualan ditentukan dan persediaan
dikoreksi pada akhir periode akuntansi bukan pada saat persediaan tersebut dibeli.
Dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbaharui pada saat penjualan dilakukan dan digunakan ketika persediaan terdiri dari
jumlah barang-barang yang beraneka ragam, nilainya relatif kecil.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dyckman Dukes, dan Davis 2000 : 381 mengemukakan sebagai berikut :
Dalam sistem persediaan periodik, perhitungan fisik aktual atas barang-barang yang ada diadakan pada akhir setiap periode
akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur dan jumlahnya
dikalikan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan. Sebuah catatan yang terus berlangsung atas persediaan bisa,
tetapi tidak harus dibuat untuk unit-unit dan jumlah yang dibeli dan dijual dikeluarkan serta saldo ditangan.
Sedangkan menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo 2000 : 455 mengemukakan bahwa :
Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimiliki. Akibatnya
pada akhir periode perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang
dimilikinya pada saat itu. Jumlah persediaan itu akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persediaan
diakhir periode.
Bagi perusahaan dagang jika mengunakan metode ini maka sistem pencatatannya adalah sebagai berikut :
Pembelian Rp xxx
Saat Pembelian
KasHutang Dagang Rp xxx
KasPiutang dagang Rp xxx
Saat Penjualan
Penjualan Rp xxx
Pengembalian pembelian atau potongan dibukukan dalam suatu perkiraan kontra spesial yaitu :
Universitas Sumatera Utara
KasHutang Dagang Rp xxx
Pengembalian pembelian dan potongan Rp xxx
Pengembalian penjualan juga dimasukkan dalam perkiraan kontra spesial yaitu :
Pengembalian pembelian dan potongan Rp xxx
KasPiutang dagang Rp xxx
Menurut Stice dan Skousen 2009 : 667, “ Ada beberapa macam metode penilaian pesediaan yang umum digunakan, yaitu : Metode Masuk
Pertama, Keluar Pertama FIFO, Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama LIFO, dan Metode Biaya Rata-Rata Average”.
1. Masuk pertama, keluar pertama first in, first out-FIFO
Metode ini memperlakukan barang yang pertama dibeli atau diproses sebagai unit pertama yang dibebankan atas penjualan atau pengeluaran.
Barang yang terjual dikeluarkan dinilai pada biaya per unit terlama dan barang yang tetap di persediaan dinilai pada jumlah biaya per unit terbaru.
Metode ini dapat digunakan baik pada sistem persediaan periodik maupun perpetual. Berikut ini disajikan kalkulasi biaya persediaan FIFO unuk sistem
persediaan periodik pada PT Sentosa: Persediaan awal 200 unit pada Rp 1
Rp 200 Ditambah pembelian selama periode tersebut
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual 1.120
920
Universitas Sumatera Utara
Dikurangi persediaan akhir 300 unit per perhitungan fisik: 100 unit pada Rp 1,26 pembeliaan terbaru -24 Jan
Rp 126 200 unit pada Rp 1,16 pembelian terbaru berikutnya -15 Jan
Total biaya persediaan akhir 232
Harga pokok penjualan Rp 762
358
Kalkulasi biaya persediaan FIFO bila PT Sentosa menggunakan sistem persediaan perpetual disajikan berikut ini :
FIFO Perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200
1,00 200
9 300
1,10 330
200 300
1,00 1,10
200 330
10 200
200 1,00
1,10 200
220 100
1,10 110
15 400
1,16 464
100 400
1,10 1,16
110 464
18 100
200 1,10
1,16 110
232 200
1,16 232
24 100
1,26 126
200 100
1,16 1,26
232 126
Persediaan akhir 358
Universitas Sumatera Utara
Harga pokok penjualan 762
Persediaan awal
2. Masuk terakhir keluar terakhir last in, first out-LIFO Metode ini menandingkan biaya dari barang yang paling akhir dibeli
terhadap pendapatan. Apabila sistem persediaan periodik, maka diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan
berasal dari pembelian terakhir. Berikut ini PT Sentosa menyajikan kalkulasi biaya persediaan LIFO untuk sistem persediaan periodik.
Harga pokok barang tersedia untuk dijual Rp1.120
Dikurangi persediaan akhir 300 unit per perhitungan fisik: 200 unit pada Rp 1 biaya terlama tersedia dari persediaan 1JanRp200
100 unit pada Rp 1,10 biaya terlama dari pembelian 9 Jan Persediaan akhir
110
Harga pokok penjualan Rp 810
310
Apabila metode LIFO digunakan dalam sistem persediaan perpetual, maka biaya dari unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling akhir.
Sebagai ilustrasi PT Sentosa menyajikan kalkulasi persediaan LIFO untuk sistem persediaan perpetual.
Universitas Sumatera Utara
LIFO Perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200
1,00 200
9 300
1,10 330
200 300
1,00 1,10
200 330
10 300
100 1,10
1,00 330
100 100
1,00 100
15 400
1,16 464
100 400
1,00 1,16
100 464
18 300
1,16 100
348 100
1,00 1,16
100 116
24 100
1,26 126
100 100
100 1,00
1,16 1,26
100 116
126 Persediaan akhir
342 Harga pokok penjualan
778 Persediaan awal
3. Metode Biaya Rata-Rata Average Metode biaya rata-rata mengasumsikan bahwa biaya persediaan di
tangan pada akhir periode dan harga pokok penjualan selama periode berjalan mewakili semua biaya yang timbul selama periode tersebut.
Aplikasinya tergantung pada sistem persediaan: Biaya rata-rata tertimbang sistem persediaan periodik:
Universitas Sumatera Utara
Pada sistem persediaan periodik, digunakan biaya per unit rata-rata tertimbang. Biaya per unit rata-rata tertimbang =
Biaya persediaan awal + Biaya pembelian periode berjalan Unit persediaan awal + Unit periode berjalan
Biaya per unit rata-rata tertimbang lalu diterapkan ke unit persediaan akhir untuk menghitung saldo persediaan akhir dan unit terjual untuk
menghitung harga pokok penjualan. PT Sentosa menghitung persediaannya berikut:
Harga Total
Unit per Unit
Barang yang tersedia: Biaya
1 Januari Persediaan awal 200
Rp 1,00 Rp 200
9 Pembelian 300
Rp 1,10 Rp 330
15 Pembelian 400
Rp 1,16 Rp 464
24 Pembelian 100
Rp 1,26 Rp 126
Persediaan akhir pada biaya rata-rata tertimbang: T
31 Januari 300
Rp 1,12 Rp336
Harga pokok penjualan pada biaya rata-rata tertimbang: Penjualan selama Januari
700 Rp 1,12
Rp 784
Universitas Sumatera Utara
Unit biaya rata-rata tertimbang Rp 1.120 : 1.000 = Rp 1,12 400 unit pada 10 Januari ditambah 300 unit pada 18 Januari
Biaya rata-rata bergerak sistem persediaan perpetual: Pada sistem persediaan perpetual digunakan biaya per unit rata-rata
bergerak. Rata-rata bergerak memberikan biaya per unit baru setelah setiap pembelian. Apabila barang dijual atau dikeluarkan, maka biaya per unit rata-
rata bergerak pada waktu itu digunakan. Sebagai contoh PT Sentosa menerapkan sistem ini pada persediaannya:
Biaya rata-rata bergerak sistem perpetual T
g l
Pembelian Penjualan
Pengeluaran Saldo Persediaan
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
Unit Biaya
per unit
Rp Total
Biaya Rp
11 200 1,00
200 9
300 1,10
330 500
1,06 530
10 400
1,06 424
100 1,6
106 15
400 1,16
464 500
1,14 570
18 300
1,14 200
342 1,14
228 24
100 1,26
126 300
1,18 354
Persediaan akhir 354
Harga pokok penjualan 766
Persediaan awal
Universitas Sumatera Utara
4. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Pengertian pengendalian intern menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebecke dalam bukunya Auditing An Integrated Approach 2000 : 315
adalah sebagai berikut:
“Internal control is a process designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of management’s objectives in
the following categories : a.
Reliability of financial reporting b.
Effectiveness and efficiency of operations c.
Compliance with applicable laws and regulations”
Dari definisi diatas, maka dapat dilihat bahwa pengendalian intern ditekankan pada konsep-konsep dasar sebagai berikut :
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian
tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dilakukan oleh manusia. Pengendalian intern
bukan hanya terdiri dari pedoman kebijaksanaan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang
mencakup dewan direksi, manajemen dan pesonalia lain yang berperan di dalamnya.
3. Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan
yang memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan direksi perusahaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan bawaan
yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian.
4. Pengendalian intern disesuaikan dengan pencapaian tujuan didalam
kategori pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi yang saling melengkapi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari
berbagai kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.
Menurut Mulyadi 2008 : 163 mengemukakan bahwa “Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari bebagai kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi dan manusia.
Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem
tersebut. Dengan demikian pengendalian tersebut diatas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin
pembukuan maupun dengan komputer. Kesimpulannya adalah bahwa pengendalian intern harus
dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Di perusahaan kecil, pengawasan masih dapat dilakukan langsung oleh
pimpinan perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan semakin kompleks,
menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian intern
yang dapat memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan
perusahaan dapat tercapai.
5. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Suatu sistem dapat berjalan dengan baik, perlu diperhatikan adanya unsur-unsur atau ciri-ciri khusus untuk menambah kemungkinan
diperolehnya data akuntansi yang dapat dipercaya mengamankan harta atau aktiva. Unsur-unsur ini sangat menentukan keberhasilan perusahaan guna
mencapai tujuannya.
Menurut AICPA American Institute of Certified Public Accountants dalam SAS Statement on Auditing Standards No. 78 yang terdapat dalam
Standar Profesi Akuntan Publik menyatakan bahwa unsur-unsur
pengendalian intern terdiri dari :
a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian resiko
c. Informasi dan komunikasi
d. Aktivitas pengendalian
e. Pemantauan
a Lingkungan pengendalian
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan pengendalian intern adalah hal yang mendasar dalam komponen pengendalian intern. Lingkungan pengendalian terdiri dari
tindakan, kebijakan, prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan dewan komisaris dan pemilik suatu
satuan usaha tersebut Alvin A Arens dan James K. Loebbecke, 2000 : 261. Dari pengertian lingkungan pengendalian intern tersebut dapat
diketahui bahwa efektivitas pengendalian dalam suatu organisasi terletak pada sikap manajemen. Lingkungan pengendalian merupakan
landasan untuk semua unsur pengendalian intern lainnya yang
membentuk disiplin dan struktur dalam organisasi.
Menurut Hall Singleton 2007 : 28, lingkungan pengendalian
memiliki beberapa elemen penting diantaranya yaitu :
1. falsafah dan gaya manajemen operasi
2. struktur organisasi
3. komite audit
4. penetapan wewenang dan tanggung jawab
5. metode pengendalian manajemen
6. fungsi audit intern
7. praktek dan kebijakan karyawan
8. pengaruh ekstern
1 Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen adalah seperangkat parameter bagi perusahaan dan karyawan. Falsafah merupakan apa yang seharusnya dikerjakan
dan apa yang tidak dikerjakan oleh perusahaan. Manajemen melalui aktivitasnya, memberikan tanda yang jelas kepada pegawai tentang
pentingnya pengendalian. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu perusahaan harus dilakukan.
2 Struktur Organisasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood dalam buku Sistem Informasi Akuntansi 2003 : 174, “Struktur organisasi
didefenisikan sebagai pola otoritas dan tanggung jawab yang terdapat dalam perusahaan”. Struktur organisasi formal biasanya
digambarkan dalam suatu bagan organisasi. Bagan organisasi ini menunjukkan garis arus komunikasi dalam organisasi.
3 Komite Audit
Dewan komisaris yang efektif adalah yang independen dari manajemen dan anggota-anggotanya aktif menilai aktivitas
manajemen. Komite audit biasanya dibebani tanggung jawab mengenai laporan keuangan, mencakup struktur pengendalian intern
dan ketaatan terhadap peraturan dan undang-undang. Komite audit harus memelihara komunikasi langsung yang terus menerus, baik
antara dewan komisaris dengan auditor internal maupun eksternal agar pengendalian intern menjadi lebih efektif.
4 Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Di samping aspek komunikasi informal, metode komunikasi formal mengenai wewenang dan tanggung jawab dan masalah sejenis yang
berkaitan dengan pengendaliam juga sama pentingnya. Hal ini mencakup cara-cara seperti memo dari manajemen tentang
pentingnya pengendalian dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian, organisasi formal dan rencana operasi, deskripsi
tugas pegawai dan kebijakan terkait dan dokumen kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan perilaku pegawai seperti perbedaan kepentingan dan kode etik perilaku formal.
5 Metode Pengendalian Manajemen
Metode pengendalian manajemen merupakan metode yang digunakan manajemen untuk memantau aktivitas setiap fungsi dan
anggota organisasi. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood 2003 : 178, “metode-metode pengendalian manajemen
terdiri dari teknik-teknik yang digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan instruksi dan tujuan-tujuan operasi kepada bawahan
dan untuk mengevaluasi hasil-hasilnya”.
6 Fungsi Audit Intern
Fungsi audit intern dibuat dalam satuan usaha untuk memantau efektifitas kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan dengan
pengendalian. Untuk meningkatkan keefektifan fungsi audit intern, adanya staf audit intern yang independen dari bagian operasi dan
akuntansi menjadi penting dan melaporkan kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi baik manajemen
puncak atau komite audit dari dewan direksi dan komisaris. 7
Praktek dan Kebijakan Karyawan Tujuan pengendalian intern dapat dicapai melalui serangkaian
tindakan manusia dalam organisasi maka anggota organisasi merupakan elemen yang paling penting dalam struktur pengawasan
intern. Tujuan pengendalian intern harus dipandang relevan dengan
Universitas Sumatera Utara
individu yang menjalankan pengendalian tersebut. Oleh karena pentingnya perusahaan memiliki pegawai yang jujur dan kompeten
maka perusahaan perlu memiliki kebijakan dan prosedur yang baik dalam penerimaan pegawai, pengembangan kompetensi karyawan,
penilaian prestasi dan pemberian kompensasi atas prestasi mereka. 8
Pengaruh Ekstern Pengaruh ekstern adalah pengaruh yang ditetapkan dan dilakukan
oleh pihak luar suatu perusahaan yang mempengaruhi suatu operasi dan praktek perusahaan. Hal ini meliputi pemantauan dan kepatuhan
terhadap persyaratan yang ditetapkan badan legislatif dan instansi yang mengatur. Pengaruh ekstern biasanya merupakan wewenang di
luar perusahaan. Pengaruh ini dapat meningkatkan kesadaran dan sikap manajemen terhadap perilaku dan pelaporan operasi
perusahaan serta dapat juga mendesak manajemen untuk menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian intern.
b Penilaian resiko
Menurut Hall Singleton 2007 : 29, “perusahaan harus melakukan penilaian resiko risk assessment untuk mengidentifikasi, menganalisis
dan mengelola resiko yang berkaitan dengan pelaporan keuangan”. Penilaian resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan dan
desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum untuk
mempertimbangkan biaya dan manfaatnya. Tujuan manajemen
Universitas Sumatera Utara
mengadakan penilaian resiko adalah untuk menentukan bagaimana cara mengatasi resiko yang telah diidentifikasi.
c Informasi dan komunikasi
Menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing 2008 : 179-180, sistem akuntansi yang efektif adalah sistem akuntansi yang dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi dicatat atau
terjadi adalah :
1. Sah
2. telah diotorisasi
3. telah dicatat
4. telah dinilai secara wajar
5. telah digolongkan secara wajar
6. telah dicatat dalam periode seharusnya
7. telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas
dengan benar. Komunikasi menyangkut penyampaian informasi kepada semua
yang terlibat dalam pelaporan keuangan agar mereka memahami bagaimana aktivitasnya berhubungan dengan pekerjaan orang lain baik
didalam organisasi maupun diluar organisasi. Menurut Mulyadi 2008 : 180, “pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan
keuangan, daftar akuntansi dan memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian
intern”.
d Aktivitas pengendalian
Hall Singleton 2007 : 32, “Aktivitas pengendalian control activity adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan
untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menangani berbagai resiko yang telah diidentifikasi
perusahaan”. Menurut Hall Singleton 2007 : 33-38, “ Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan dalam beberapa aktivitas
Universitas Sumatera Utara
diantaranya otorisasi transaksi, pemisahan tugas, catatan akuntansi, pengendalian akses dan verifikasi independen”.
1. Otorisasi Transaksi
Tujuan dari otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa semua transaksi material yang diproses oleh sistem
informasi valid dan sesuai dengan tujuan pihak manajemen Hall Singleton, 2007 : 33. Setiap transaksi harus diotorisasi dengan
semestinya apabila perusahaan menginginkan pengendalian yang memuaskan. Dalam organisasi, otorisasi untuk setiap transaksi
hanya dapat diberikan oleh orang yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut.
2. Pemisahan Tugas
Tujuan utama pemisahaan tugas ini adalah untuk mencegah dan agar dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan
ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pembagian tugas dalam suatu organisasi didasarkan
pada prinsip-prinsip yang akan diuraikan dibawah ini. a.
Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi b.
Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang bersangkutan
c. Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi akuntansi
d. Pemisahan fungsi dalam pusat pengelolaan data elektronik
yaitu fungsi perancangan sistem dan penyusunan program serta fungsi operasi fasilitas pengolahan data.
Universitas Sumatera Utara
3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi accounting record tradisional suatu perusahaan terdiri dari dokumen sumber, jurnal dan buku besar
Hall Singleton, 2007 : 37. Dokumen dan catatan adalah objek fisik dimana transaksi dimasukkan dan diikhtisarkan dalam sebuah
dokumen yang disebut dengan formulir. Menurut Mulyadi 2008 : 182, “formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam
penggunaan wewenang dalam memberikan otorisasi terlaksananya transaksi didalam organisasi”. Oleh karena itu penggunaan
formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.
4. Pengendalian Akses
Tujuan dari pengendalian akses adalah untuk memastikan hanya personel yang sah saja yang memiliki akses ke aktiva
perusahaan Hall Singleton, 2007 : 38. Cara yang paling baik dalam melindungi aktiva perusahaan dan catatan adalah dengan
menyediakan perlindungan secara fisik, contohnya adalah penggunaan gudang untuk melindungi persediaan dari
kemungkinan kerusakan, penggunaan lemari besi dan kotak tahan api untuk melindungi uang tunai dan surat berharga. Selain itu
perlindungan fisik lainnya adalah pembuatan kembali catatan yang rusak dan penggunaan alat elektronik dalam mencatat sistem
akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
5. Verifikasi Independen
Prosedur verifikasi verification procedure adalah pemeriksaan independen terhadap sistem akuntansi untuk
mendeteksi kesalahan dan kesalahan penyajian Hall Singleton, 2007 : 40. Keempat aktivitas pengendalian sebelumnya
memerlukan pengecekan atau verifikasi intern secara terus menerus untuk memantau efektivitas pelaksanaannya.
e Pemantauan
Pemantauan monitoring adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus.
Pemantauan dilaksanakan oleh orang yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian
pengendalian pada waktu yang tepat. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pengendalian intern telah beroperasi sebagaimana
yang telah diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan. Pemantauan dapat dilakukan oleh suatu bagian khusus yang disebut dengan bagian
pemeriksaan intern audit internal. Selanjutnya Mulyadi 2001 : 164 mengemukakan bahwa unsur
pokok sistem pengendalian intern adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas 2.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan
dan biaya 3.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini Mulyadi menjelaskan unsur pokok sistem pengendalian intern yaitu struktur organisasi yang memisahkan
tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan, pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini : 1.
Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya pembelian. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan
otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah
fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. 2.
Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem
Universitas Sumatera Utara
yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional, sistem
wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara yang umumnya
ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah :
1. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya
harus dipertanggungjawab oleh yang berwenang. 2.
Pemeriksaan yang mendadak surprised audit. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada
pihak yang akan diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur. 3.
Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan
dari orang atau unit organisasi lain. 4.
Perputaran jabatan job rotation. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat terhindari.
5. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
6. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya.
Universitas Sumatera Utara
7. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan serta berbagai cara yang dicapai untuk mendorong
praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Diantara unsur pokok pengendalian intern tersebut
diatas, unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian yang paling penting.
Tujuan sistem pengendalian intern menurut Niswonger 2000 : 184 mengemukakan bahwa pengendalian intern memberikan jaminan
yang wajar yaitu : 1.
Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, 2.
Informasi bisnis akurat, 3.
Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan. Di bawah ini Niswonger menjelaskan tujuan sistem pengendalian
intern yaitu : pengendalian intern dapat melindungi aktiva dengan mencegah pencurian, penggelapan, penyalahgunaan atau penempatan
pada lokasi yang tidak tepat. Informasi bisnis yang akurat diperlukan demi keberhasilan usaha. Penjagaan aktiva dan informasi yang akurat
sering berjalan seiring. Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku serta standar pelaporan keuangan. Contoh-contoh dari standar serta peraturan tersebut meliputi ketentuan mengenai
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hidup, syarat-syarat kontrak, peraturan keselamatan, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Nama Judul
Penelitian Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Santy Tahun
Penelitian: 2005
Erna Priska
Analisis Sistem
Pengendalian Intern atas
Persediaan pada PT
Cemara Cahaya
Cemerlang Pengawasan
Intern Bagaimana penerapan
pengendalian intern atas persediaan pada
PT Cemara Cahaya Cemerlang dan apakah
penerapan pengendalian intern
atas persediaan tersebut sudah berjalan
dengan efektif. Sejauhmana sistem
pengawasan intern a struktur organisasi
perusahaan garis lurus, b prosedur pengambilan
barang gudang perusahaan ini sudah
cukup efektif, c sistem otorisasi telah dilakukan
oleh masing-masing kepala bagian namun
pada prosedur pengeluaran barang tidak
memiliki otorisasi bagian gudang, d persediaan
dicatat dengan metode perpetual dan melakukan
program inventory control sehingga semua
bagian dapat mengetahui informasi tentang
persediaan, e perusahaan ini telah
menggunakan formulir bernomor urut cetak pada
setiap transaksi, f tidak ada internal cek pada
prosedur penerimaan dan pengeluaran barang, g
karyawan yang bekerja diperusahaan ini telah
ditempatkan sesuai dengan keahlian masing-
masing. Sistem pencatatan dan
penilaian perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Sinuhaji Tahun
Penelitian: 2005
Persediaan pada PT
Madju Medan Cipta
persediaan dilakukan perusahaan dalam
mengamankan persediaan yang ada di
dalam perusahaan tersebut.
terhadap persediaan sudah dilakukan dengan
baik yaitu dengan menggunakan sistem
pencatatan perpetual, dari sini dapat dengan jelas
diketahui jumlah persediaan dan
keadaannya setiap saat, dan pengawasan
persediaan melalui beberapa prosedur
dilakukan dengan baik, dimana setiap prosedur
dipertanggungjawabkan oleh bagian yang
berwenang menanganinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian