Pengujian di Rumah Kassa Bioassay Test

Y dibuat bulatan tepat di tengah dasar petridish. Setelah itu diambil koloni jamur dengan alat cork borer diameter 5 mm dan ditanam tepat pada bulatan yang diberi tanda dengan spidol Gambar 5. Biakan diinokulasi pada temperatur ruang. Pengamatan pertumbuhan jamur dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah inokulasi Syahnen, 2006. Penghambatan pertumbuhan F.o f. sp. passiflora oleh G. virens dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : P = Kemampuan menghambat jamur G. virens r 1 = jari-jari pertumbuhan F.o f. sp. passiflora yang menjauhi G. virens r 2 = jari-jari pertumbuhan F.o f. sp. passiflora yang mendekati G. virens. Fokkema 2000 dalam Nurbailis 1992.

3. Pengujian di Rumah Kassa Bioassay Test

Perbanyakan G.virens Perbanyakan G. virens dilakukan dengan menggunakan media jagung. Jagung ditimbang dan dicuci bersih, selanjutnya dikukus dengan menggunakan dandang selama 30 menit mulai dari keluar uap atau ½ matang. Jagung yang telah dikukus dihamparkan di atas nampanbaki sampai dingin, kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam kantong plastik sesuai perlakuan. Setelah itu dimasukkan dalam kantong plastik besar dan disterilkan selama 2 kali 60 menit. G.virens diinokulasi sebanyak 2-3 cork borer pada media jagung. Kemudian diinkubasikan pada temperatur ruang selama 10 – 15 hari. Setelah itu, biakan Universitas Sumatera Utara siap untuk diaplikasikan Syahnen, 2006. Perbanyakan F.o. f.sp. passiflora Perbanyakan F.o. f.sp. passiflora dilakukan dengan menggunakan media beras. Beras dibersihkan dengan cara dicuci, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik, masing-masing kantong diisi 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu 121°C selama 1 jam. Setelah dingin, media diinokulasi dengan F.o. f.sp. passiflora 2-3 cork borer dan diinkubasi selama 14 hari. Setelah 14 hari, biakan jamur siap diaplikasikan Ihsan dan Octriana, 2009. Persiapan Benih Benih markisa diambil dari buah markisa pilihan. Buah dibelah dan diambil biji-bijinya. Biji bersama lendirnya ditampung dalam wadah kemudian dibersihkan dengan cara dicampur dengan abu dapur sambil diremas-remas dan dicuci dengan air bersih. Biji yang sudah bersih dikering-anginkan ditempat yang teduh selama beberapa hari agar kadar air dalam biji berkisar antara 12-14 Rukmana, 2003. Persiapan Tempat Persemaian Tempat persemaian benih markisa berupa kotak kayu dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 10 cm dan panjangnya disesuaikan dengan lokasi dan kebutuhan bibit. Kotak semai tersebut diisi dengan medium semai yang berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Tempat persemaian berada pada tempat yang teduh Silalahi et al., 2005. Universitas Sumatera Utara Persemaian Benih yang sudah dipersiapkan dapat langsung disemai pada tempat penyemaian yang telah disediakan. Setelah berumur 2-3 minggu dipersemaian atau sudah berdaun dua dengan tinggi ± 5 cm, bibit dapat dipindahkan ke media tanam Barus dan Syukri, 2008. Persiapan Media Tanam Tanah top soil dan pupuk kandang yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan drum pengkukus pada suhu 120 C dan tekanan 1,2 atm selama ± 1 jam. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Kemudian media tanam tersebut diberi pupuk TSP 3 grpolibeg kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan merata pada masing-masing polibeg. Pengaplikasian G.virens Sebelum tanah yang telah disterilkan dimasukkan ke dalam polibeg, terlebih dahulu dicampur dengan G. virens sesuai dengan perlakuan. Setelah itu, tanah tersebut dimasukkan ke dalam polibag ukuran 18 x 16 cm masing-masing 1,5 kg. Polibeg-polibeg yang telah diisi tanah tersebut kemudian disusun rapi. Universitas Sumatera Utara Penanaman Bibit markisa yang telah disemai ditanam ke dalam polibeg dengan menggunakan tugal kecil. Bibit ditanam 1 bibitpolibeg. Jarak antar polibeg adalah 20 x 20 cm dan jarak antar perlakuan 50 cm. Inokulasi F.o. f.sp. passiflora Sebanyak 5 gram F.o. f.sp. passiflora diinokulasikan dengan cara menaburkannya di sekeliling pangkal batang dan ditutup kembali dengan tanah. Sebelum F.o f. sp. passiflora diinokulasikan, terlebih dahulu akar tanaman dilukai dengan cara memotong ujung-ujung akar menggunakan gunting. F.o f. sp. passiflora akan lebih cepat menginfeksi jika ada pelukaan. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman markisa meliputi aktifitas penyiraman dilakukan 2 kali sehari, penyiangan gulma, dan pemupukan Barus dan Syukri, 2008. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 2 faktor, yaitu: I. Faktor 1 adalah banyaknya Gliocladium virens G = Kontrol G 1 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 25 gr1,5 kg tanah G 2 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 37.5 gr1,5 kg tanah G 3 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr1,5 kg tanah G 4 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 62.5 gr1,5 kg tanah Universitas Sumatera Utara II. Faktor 2 adalah kompos, perbandingan kompos dengan tanah yaitu: K A = Kompos ayam 1:3 K S = Kompos sapi 1:3 Sehingga diperoleh 10 kombinasi perlakuan yaitu: G K A G 1 K A G 2 K A G 3 K A G 4 K A G K S G 1 K S G 2 K S G 3 K S G 4 K S Ulangan sebanyak 3 kali, diperoleh dari: t-1 r-1 15 10-1 r-1 15 9r – 9 24 r 249 r = 2,667 r = 3 Model linier dari rancangan yang digunakan adalah : Yij = µ + αi +βj + Σij Dimana : Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j Σij = galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j Bangun, 1991. Jika hasil analisa menunjukkan nilai nyata dilanjutkan dengan uji jarak Berganda Duncan DMRT Bangun, 1991. Universitas Sumatera Utara Jumlah perlakuan = 10 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah polibag per perlakuan = 5 polibag Jumlah perlakuan seluruhnya = 30 perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 150 tanaman Jarak antar perlakuan = 50 cm Jarak antar polibag = 20 x 20 cm Peubah Amatan Persentase Serangan F.o. f.sp. passiflora Pengamatan terhadap persentase serangan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari sampai tanaman berumur 59 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan dua kali seminggu, yaitu dengan menghitung jumlah tanaman yang layu pada setiap perlakuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: PS = persentase serangan a = Jumlah tanaman yang terserangperlakuan N = Jumlah tanamanperlakuan Moekasan et al., 2000. Intensitas Serangan F.o. f.sp. passiflora Pengamatan intensitas serangan F.o. f.sp. passiflora dilakukan pada tanaman berumur 60 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan sekali saja dengan Universitas Sumatera Utara menghitung tingginya tingkat kerusakan pangkal batang. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: IS = Intensitas Serangan n = Tingkat kerusakan pada pangkal batang V = Nilai skor dari kategori tiap serangan Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan N = Jumlah tanaman Skala serangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Skor 0 = Tidak terdapat gejala serangan. Skor 1 = 1 - ≤ 25 panjang batang yang terserang Skor 2 = 25 - ≤ 50 panjang batang yang terserang Skor 3 = 50 - ≤ 75 panjang batang yang terserang Skor 4 = 75 - ≤ 100 panjang batang yang terserang Histologi Pengamatan histologi dilakukan terhadap semua kombinasi perlakuan masing-masing satu tanaman. Metode histologi dilakukan menurut metode yang dideskripsikan oleh Wetter dan Constabel 1991 yaitu: - Fiksasi Diambil jaringan segar batang dan disayat melintang, kemudian dibentuk berupa kubus 5mm 3 , dipindahkan ke dalam vial yang mengandung pemfiksasi yang didinginkan glutaraldehida. Universitas Sumatera Utara - Dehidrasi Spesimen tersebut didehidrasi dengan merendamnya dalam konsentrasi etanol 80, 90, dan 95 yang meningkat pada suhu kamar. Kemudian larutan diganti dengan etanolabsolut. - Pembenaman Diatur letak spesimen dalam blok parafin dengan jarum panas dibakar. Parafin akan memadat dalam waktu 2 jam semalam. - Pembuatan irisan Dibuat irisan spesimen dengan tebal 15-10 µ m. Ditandai kaca objek dengan pemotong gelas dan dibersihkan dengan aseton. Kemudian diteteskan dengan air. - Pengamatan Dipindahkan irisan sayatan ke atas tetesan air diatas kaca objek tersebut. Kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya. Perbesaran yang digunakan yakni 10 x 40 µm. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Jamur Antagonis G.virens terhadap F.o. f.sp. passiflora Banyaknya dosis G.virens dengan kompos ayam dan sapi pada setiap perlakuan yang diaplikasikan dalam penelitian ini berpengaruh nyata terhadap persentase serangan maupun intensitas serangan. F.o. f.sp. passiflora.

1. Persentase Serangan F.o. f.sp. passiflora

Dokumen yang terkait

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

9 157 125

Uji Efektifitas Jamur Antagonis Trichoderma sp. Dan Gliocladium sp. Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium

23 267 52

Pengelompokan Isolat Fusarium oxysporum f.sp.cubense Dari Beberapa Jenis Pisang (Musa spp.) Serta Uji Antagonisme Fusarium oxyspomm Non Patogenik Dan Trichoderma koningii Di Laboratorium

0 30 85

Potensi Cendawan Endofit Dalam Mengendalikan Fusarium Oxysporum F.SP. Cubense Dan Nematoda Radopholus Similis COBB. Pada Tanaman Pisang Barangan (Musa Paradisiaca) Di Rumah Kaca

0 42 58

Teknik PHT Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum f. sp capsici Schlecht) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum armuum L.) di Dataran Rendah.

0 27 138

Uji Antagonis Trichoderma spp. Terhadap Penyakit Layu (Fusarium oxysforum f.sp.capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Di Lapangan

3 52 84

Uji Sinergisme F.oxysporum f.sp cubense Dan Nematoda Parasit Tumbuhan Meioidogyne spp. Terhadap Tingkat Keparahan Penyakit Layu Panama Pada Pisang Barangan (Musa sp.) di Rumah Kassa

0 39 72

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Rifai Dan Kompos Dalam Menekan Penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp. passiflora Pada Pembibitan Markisa

5 50 125

Sinergi Antara Nematoda Radopholus similis Dengan Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense Terhadap Laju Serangan Layu Fusarium Pada Beberapa Kultivar Pisang (Musa sp ) Di Lapangan

3 31 95

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

1 2 64