Peran Yudas Dalam Penyaliban

mereka. Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus ”. Dalam hal ini Yudas Iskariot secara sengaja mendatangi para imam kepala untuk menyerahkan Yesus. Motif Yudas Iskariot dalam Injil Markus tampaknya dilatar-belakangi oleh keserakahan terhadap uang. Yudas secara vulgar meminta uang kepada imam-imam kepala apabila dia dapat menyerahkan Yesus, yaitu: ―Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu? Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus ”. 96 Sebaliknya menurut Injil Lukas, keterlibatan Yudas Iskariot merupakan alat di tangan Iblis. Setelah Iblis gagal mencobai Tuhan Yesus di padang gurun ketika Ia berpuasa, maka disebutkan: “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”. 97 Menjelang hari Paskah, Iblis menemukan saat yang baik itu. Itu sebabnya Iblis merasuki diri Yudas Iskariot. 98 Jadi motif utama peran Yudas untuk menyerahkan Yesus adalah karena dia menjadi alat di tangan Iblis. Menurut Injil Lukas, uang yang diterima oleh Yudas bukan motif satu-satunya untuk menyerahkan Yesus. Konsep Injil Lukas ini sejalan dengan pemikiran teologis Injil Yohanes. Di Yoh. 6:70-71, Tuhan Yesus berkata: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.Yang 96 Mat. 26:15-16 97 Luk. 4:13 98 Luk. 22:3 dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus , dia seorang di antara kedua belas murid itu”. Pada waktu perjamuan malam terakhir, Injil Yohanes memberi kesaksian: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya. Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera. 99 Dengan motif memperoleh banyak uang dan dipengaruhi oleh rencana Iblis, maka Yudas Iskariot kemudian secara sengaja mengatur strategi bersama Imam- Imam Kepala membawa para penjaga Bait Allah ke tempat Tuhan Yesus biasa berdoa di taman Getsemani. Mark. 14:43-46 menyaksikan: “Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua- tua. Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia dan bawalah Dia dengan selamat. Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju mendapatkan Yesus dan berkata: Rabi, lalu mencium Dia. Maka mereka memegang Yesus dan menangkap- Nya”. Dari kisah penangkapan terhadap Tuhan Yesus, peran Yudas Iskariot sangat kentara sebab dia yang sepertinya memimpin rombongan para prajurit dari Imam- Imam Kepala, Ahli Taurat dan Tua-tua bandingkan pula dengan Yoh. 18:3. Lebih dramatis lagi adalah caranya Yudas memberi tanda atau kode yaitu dengan cara mencium Tuhan Yesus. Di Injil Matius, Tuhan Yesus memberikan suatu 99 Yoh. 13:26-27 respon terhadap Yudas yang telah menciumNya: “Hai teman, untuk itukah engkau datang?” Mat. 26:50. Di Injil Lukas, respon Tuhan Yesus lebih jelas: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”. 100 Dari reaksi dan respon Tuhan Yesus tersebut, jelas bahwa Injil-Injil kanonik menunjukkan bahwa tokoh Yudas Iskariot yang melakukan pengkhianatan. Sehingga dia secara sengaja dan terencana membawa para pasukan dari Sanhedrin untuk menangkap Tuhan Yesus ketika dia berdoa bersama dengan para muridNya. Kitab Injil-Injil sepakat bahwa tindakan Yudas Iskariot selain didasari oleh sikap tamak untuk memperoleh uang, dia juga telah membiarkan dirinya diperalat oleh Iblis. Semua kisah dalam Kitab Perjanjian Baru atau dalam tradisi Kristiani pada umumnya, Yudas adalah murid yang gagal, pengingkar tujuan bersama, sang pengkhianat. Demikian pun dengan apa yang diyakini dan menjadi pandangan oleh Gereja Bethel Indonesia. Di antara kedua belas murid Yesus, dia adalah telur busuknya. Yudas disebut sekitar dua puluh kali di dalam Perjanjian Baru, dan setiap penulis injil menuliskannya dengan nada mencela, kadang-kadang hanya dengan menyebutnya sebagai pengkhianat Yesus. Mereka semua menganggap pengkhianatan itu sebagai perbuatan jahat. 100 Luk. 22:48 BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisa dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa keyakinan Gereja Bethel Indonesia tentang sosok Yudas Iskariot tidak jauh berbeda dengan apa yang ada dalam penjelasan Injil-Injil kanonik yang menunjukkan bahwa Yudas Iskariot telah melakukan pengkhianatan terhadap Tuhan Yesus. Dia secara sengaja dan terencana membawa para pasukan dari Sanhedrin untuk menangkap Tuhan Yesus ketika dia berdoa bersama dengan para murid- Nya. Gereja Bethel Indonesia —pun demikian dengan Injil-Injil kanonik—sepakat bahwa tindakan Yudas Iskariot selain didasari oleh sikap tamak untuk memperoleh uang, dia juga telah membiarkan dirinya diperalat oleh Iblis, sehingga jatuh dalam dosa. Artinya, dengan motif memperoleh banyak uang dan dipengaruhi oleh rencana Iblis atau menjadi kaki tangan iblis, maka Yudas Iskariot kemudian secara sengaja mengatur strategi bersama Imam-Imam Kepala membawa para penjaga Bait Allah ke tempat Tuhan Yesus biasa berdoa di taman Getsemani. Kemduian Yesus ditangkap dan disalib. Kendatipun demikian, kematian Yesus yang dikarenakan penghianatan Yudas, bagi Gereja Bethel Indonesia memberikan pelajaran yang berharga bagaimana kemudian orang-orang jangan sampai seperti Yudas yang lengah sehingga dapat dipakai oleh iblis dan jatuh dalam kubangan dosa.

B. Saran-Saran

Metode, data dan analisa dalam Penulisan skripsi ini, Penulis sadari masih jauh dari kata bagus dan benar. Maka dari itu, berangkat dari berbagai kekurangan dalam Penulisan skripsi ini, Penulis sedikit menyarankan bagi para pembaca untuk bisa lebih membenahi secara komprehensif dan elaboratif. Kendati demikian, skripsi ini semoga bisa menjadi pengantar awal bagi setiap pembaca yang ingin mengembangkan judul ini dengan berbagai catatan, khususnya tentang sumber primer yang semestinya semakin digali. Sejatinya, judul skripsi ini begitu penting bagi mahasiswa yang memiliki ketertarikan terhadap tema-tema perbandingan agama, khsusnya bagi mahasiswa perbandingan agama. Akhir kata, dari semua kekurangan dalam Penulisan skripsi ini, hanya kata maaf yang dapat Penulis lontarkan, semoga pembaca sedikit memberikan respek dan apresiatif dengan usaha penyelesain Penulisan skripsi ini. Semoga studi perbandingan semakin maju. Amien.