Pendayagunaan Agen Sosial Pada YBM-BRI

a. Agen sosial menggambarkan tentang keadaan calon mustahik kepada pengurus YBM BRI. b. YBM BRI memberikan formulir beserta persyaratan untuk melengkapi dokumen sesuai bantuan yang diajukan. Adapun isi formulir secara umum adalah sebagai berikut: a Biodata Pemohon b Kondisi Tempat Kediaman c Keahlian d Identitas Tanggungan Pemohon e Informasi Kepemilikan Harta Pemohon f Informasi Sumber Pendapatan Pemohon g Informasi Pengeluaran PemohonBulan h Informasi Usaha bagi pemohon bantuan usaha i Informasi Prestasi Calon Penerima Beasiswa bagi pemohon bantuan beasiswa j Pemberi Rekomendasi k Pengesahan Pemberi Rekomendasi pekerja BRI l Pengakuan Pemohon Sedangkan dokumen yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut: a Photocopy Kartu Identitas KTP b Photocopy Kartu Keluarga KK c Surat Rekomendasi Masjid setempat d Lain-lain yang berhubungan dengan pemohon c. Calon mustahik mengisi formulir dan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan dengan dibantu oleh agen sosial. d. Agen sosial dan mustahik menyerahkan formulir dan kelengkapan dokumen untuk dipelajari oleh YBM BRI. e. Jika memang layak untuk dibantu, maka YBM BRI akan memberikan bantuan yang akan diserahkan melalui agen sosial tersebut. 5 Sistem Pengawasan Dalam usaha pembinaan dan pengawasan agen sosial melakukan komunikasi setiap bulannya dengan mustahik tentang perkembangannya, setelah itu agen sosial akan berkoordinasi dengan pihak YBM BRI tentang informasi yang didapat dari mustahik binaannya. YBM BRI akan melanjutkan atau tidaknya untuk memberikan bantuan kepada mustahik binaannya, setelah mendapatkan informasi dari agen sosial tentang perkembangan mustahik binaannya. 34

2. Program Pendayagunaan dana ZIS pada YBM BRI

Untuk penyaluran dana ZIS agar sesuai dengan yang disyari’atkan dalam ajaran Islam, maka dana ZIS yang dihimpun oleh BAZLAZ selanjutnya didistribusikan untuk didayagunakan kepada para mustahik. Para mustahik kelompok penerima zakat ini diorganisasikan dan ditentukan sesuai dengan ketentuan khusus dalam agama Islam, yaitu diperuntukkan bagi penerima zakat. Cara pendayagunaan antara bentuk 34 Wawancara pribadi melalui telepon dengan Ketua Harian Nasir Tajang. Jakarta, 25 Mei 2010 konsumtif dan produktif atau usaha untuk memajukan pendidikan dan perbaikan ekonomi jangka lama, misalnya perbaikan pertanian dan sarana irigasi. 35 Pendayagunaan zakat dapat diartikan sebagai upaya pemberdayaan mustahik sebagai sasaran dengan memproduktifkan dana zakat. Al-Qur’an secara jelas menyebutkan bahwa sasaran zakat ada delapan asnaf. Begitupun juga dengan YBM-BRI dalam menyalurkan dan mendayagunakan dana ZIS mengacu kepada surat At-Taubah ayat 60, sebagai berikut: ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Q.S. At-Taubah: 60 Berdasarkan ayat tersebutlah identivikasi mustahik itu bisa dilakukan, mana yang berhak menerima dana dan mana yang tidak berhak menerima dana ZIS. Rujukan dari ayat al-Qur’an tadi menjadi prinsip dan pegangan utama dalam mendistribusikan dana ZIS. Secara formal memang dalam mendistribusikan dana ZIS YBM BRI masih merujuk delapan asnaf 35 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia Malang: UIN Malang, 2008, h. 306 yang telah ditetapkan namun dalam praktiknya pemanfaatan dana juga diperuntukkan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Klasifikasi golongan mustahik dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: a. Kelompok Permanen Termasuk dalam kelompok ini adalah fakir, miskin, amil dan muallaf. Empat golongan mustahik ini diasumsikan akan selalu ada di wilayah kerja organisasi pengelola zakat dan karena itu penyaluran dana kepada mereka akan terus menerus atau dalam waktu lama walaupun secara individu penerima berganti-ganti. b. Kelompok Temporer Termasuk dalam kelompok ini adalah riqob, ghorimin, fisbilillah, dan ibnu sabil, empat golongan mustahik kini diasumsikan tidak selalu ada di wilayah kerja suatu organisasi pengelola zakat. Kalaupun ada maka penyaluran dana kepada mereka tidak akan terus menerus atau tidak dalam waktu panjang sesuai dengan sifat permasalahan yang melekat pada empat golongan ini. 36 Dalam menentukan kriretria mustahik, YBM BRI mencoba melakukan pendekatan hitungan had al kifayah batas kecukupan melalui tinjauan konsumsi makanan, pakaian dan tempat tinggal dan pendidikan. Seseorang yang berpendidikan lebih baik, maka cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi sehingga akan rendah peluangnya untuk menjadi miskin. Inilah alasan mendasar kenapa 36 Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 23 YBM BRI menetapkan had al-kifayah dengan melakukan pendekatan konsumsi dan pendidikan. Penyusunan had al-kifayah di YBM BRI berdasarkan atas hitungan hasil survey Biro Pusat Statistik tahun 2002, dengan tambahan beberapa kriteria pendidikan dan non ekonomi lainnya, seperti sosial, psikologis serta kebiasaan patologis serta kondisi lingkungan setempat, terutama kondisi di seluruh cabang-cabang BRI di daerah. Ketentuan had al-kifayah yang dibuat oleh YBM BRI ini digunakan untuk menyalurkan dana ZIS yang dikumpulkan dari karyawan BRI di seluruh Indonesia melalui cabang-cabang di seluruh Indonesia. 37 Semua bantuan yang disalurkan YBM BRI pada prinsipnya selalu berpatokan pada kriteria mustahik.

1. Asnaf Fuqaraa dan Masakin

Orang miskin disamping tidak mampu di bidang finansial, mereka juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat miskin keluar dari krisis yang menghimpit mereka. 38 Fuqaraa adalah orang Islam yang tidak memiliki harta atau pekerjaan atau ada pendapatan tetapi tidak mencapai 50 dari had kifayah batas kecukupan untuk keperluan diri dan keperluan 37 Kurtanto Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, ed., Zakat dan Peran Negara Jakarta: FOZ, 2006, h. 151-154 38 Masdar F. Mas’udi dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, h. 20 tanggungannya. Sedangkan Masakin miskin adalah orang Islam yang memiliki harta atau pendapatan halal yang hanya bisa memenuhi 50 dari kebutuhan diri atau keperluan diri tanggungannya tetapi tidak mencapai had kifayah. Jenis bantuan yang dapat diberikan: 1 Bantuan Hidup 2 Bantuan Pendidikan 3 Bantuan Kesehatan 4 Modal Kerjausaha Keterampilan.

2. Asnaf Muallaf

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah niatnya untuk memasuki Islam. Mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka memasuki Islam menjadi kuat. Mereka terdiri atas dua macam: Muslim dan Kafir Kelompok kafir terdiri atas dua bagian, yaitu orang-orang yang diharapkan kebaikannya bisa muncul, dan orang-orang yang ditakuti kejelekannya. Adapun mua’allaf yang sudah Muslim boleh diberi bagian zakat, karena kita perlu menarik perhatian mereka, dengan alasan- alasan berikut: 1. Mereka adalah orang-orang yang lemah niatnya untuk memeluk Islam. Mereka diberi bagian zakat agar kuat niatnya dalam memeluk Islam. 2. Kepala suku yang Muslim yang dihormati oleh kaumnya. Mereka diberi bagian dari zakat agar mereka tetap memeluk Islam. 3. Orang-orang Muslim yang bertempat tinggal di wilayah kaum Muslim yang berbatasan dengan orang-orang kafir, untuk menjaga agar orang-orang kafir tidak memerangi kita. 4. Orang yang memungut zakat dari suatu kaum yang tidak memungkinkan pengiriman pengambil zakat itu sampai kepada mereka, meskipun pada dasarnya mereka tidak enggan mengeluarkan zakat. 39 Jenis bantuan yang dapat diberikan: a Bantuan Hidup b Bantuan Pendidikan c Bantuan Al-QuranHadis dan buku-buku agama lainnya d Bantuan Kesehatan e Modal Kerjausaha Keterampilan

3. Asnaf Riqab

Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajah atau dominasi golongan lain. 40 Dengan kata lain hamba Islam atau orang yang terbelenggu di bawah 39 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Penerjemah Agus Effendi dan Bahruddin Fanamy Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 283 40 Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 14 satu kuasa yang menghalangi kebebasan dirinya untuk menjalankan syariat Islam. Jenis bantuan yang dapat diberikan: a Bantuan Pemulihan Aqidah dan Akhlak b Bantuan Hidup c Modal Kerja usaha keterampilan

4. Asnaf Gharimin

Yakni orang muslim yang tidak memiliki sumber untuk membayar utangnya untuk kebutuhan asasinya seperti makan, sekolah, dan berobat yang diharuskan segera membayar. Pemahaman terhadap gharim dalam sebagian besar literatur tafsir atau fiqih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri dan dana dari zakat diberikan untuk membebaskannya dari hutang. Namun beberapa pendapat membedakannya kepada dua kelompok, yaitu orang yang berhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untuk kepentingan orang lain. Aliran Syafi’iyyah menyatakan bahwa gharim meliputi: 1 hutang karena mendamaikan dua orang yang bersengketa, 2 hutang untuk kepentingan pribadi, 3 hutang karena orang lain. 41 Zakat pada gharim adalah pembatasan puncak keluhuran sasaran sosial dalam bantuan, pertolongan, kesejahteraan, dan 41 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h. 302 menjadikan gharim tidak putus asa dan mengangkat mereka untuk menjadi teguh, kokoh, dan tetap dalam kebaikan dan kesejahteraan. 42 Jenis bantuan yang dapat diberikan: a Meringankan beban utangnya b Memberikan bantuan sembako

5. Asnaf Fisabilillah

Fisabilillah adalah perjuangan, usaha dan aktivitas untuk menegakkan dan meninggikan agama Allah. Jaminan sosial untuk para penerima zakat kususnya bagi fi sabilillah adalah untuk menjamin kebutuhan kesejahteraan umum bagi individu, masyarakat serta aktivitas untuk menegakkan agama dan dunia secara bersamaan. 43 Jenis bantuan yang dapat diberikan berupa : Bantuan sarana ibadah, dakwah dan Pendidikan.

6. Asnaf Ibnu Sabil

Yakni musafir yang kehabisan bekal dalam perjalanan untuk hal-hal baik atau dakwah. Atau karena musibah yang menyebabkan kehabisan bekal. Ibnu Sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang yang kehabisan biaya di perjalanan ke suatu tempat bukan untuk maksiat. Tujuan pemberian zakat untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampung halamannya ia termasuk mampu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Islam memberikan perhatian kepada 42 Gazi Inayah, Teori Komprehensip Tentang Zakat dan Pajak Yoyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003, h. 236 43 Ibid, h. 246 orang yang terlantar. Penerima zakat pada kelompok ini disebabkan oleh ketidakmampuan yang sementara. 44 Jenis bantuan yang dapat diberikan: a Bantuan Pemenuhan kebutuhan sesaat b Bantuan Transportasi. Meski telah ditentukan asnafnya ada delapan, namun LPZ mesti memiliki inovasi pendayagunaan zakat. Inovasi ini penting agar dana zakat yang dihimpun betul-betul memiliki daya manfaat serta dampak yang luas dan jangka panjang. Daya manfaat bisa diukur dari sejauh mana mustahik yang dibantu bisa mandiri. Sedangkan dampak yang luas dan jangka panjang disini adalah sejauh mana mustahik itu bisa meningkatkan kualitasnya dari mustahik menjadi muzaki. Karena problem utama dalam pendayagunaan ZIS adalah keterbatasan dana dan kompleksnya masalah kemiskinan, maka perlu dibuatkan skala prioritas dalam pemilihan program pendayagunaan, kriteria utama dalam hal pembuatan program adalah bagaimana program tersebut harus mempunyai multiplier effect bagi keluarga miskin. 45 Adapun skala prioritas yang dilakukan oleh YBM BRI dalam mendayagunakan dana ZIS, yaitu: 46

1. Hadir di Tengah Musibah

44 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h. 303 45 Kurtanto Noor Aflah dan Mohd. Nasir Tajang, ed., Zakat dan Peran Negara, h. 126 46 Wawancara pribadi dengan divisi pendayagunaan Ahmad Fakih, Jakarta 17 Mei 2010 Bencana alam dan berbagai persoalan sosial yang melanda negeri ini masih menjadi pekerjaan rumah PR yang berat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Sepanjang 2009 tercatat beberapa kali bencana alam yang merenggut ribuan korban jiwa dan meluluhlantakkan harta benda. Ribuan anak-anak sebagai generasi penerus menjadi papa. Mereka kehilangan orangtua dan sanak saudara, . ribuan orang mengalami cacat fisik tubuhnya. YBM-BRI selalu berusaha lebih awal berada di lokasi musibah untuk meringankan beban korban yang terkena musibah, baik tim langsung dari Kantor Pusat Jakarta maupun Kantor Wilayah, Kantor Cabang, maupun Kantor Unit BRI di seluruh Nusantara. Selama Ini, YBM-BRI telah ikut membantu saudara-saudara yang ditimpa musibah mulai dari bencana akibat gelombang tsunami di Aceh, bencana gempa bumi di Yogyakarta dan di Pangandaran, banjir di Riau, banjir bandang dan longsor di Bohorok, banjir bandang di Banjarnegara, hingga gempa bumi di Nabire dan jebolnya tanggul Situ Gintung. Termasuk peristiwa bencana akibat kebakaran di berbagai daerah, juga banjir dan gempa di seluruh pelosok Indonesia. Penyaluran asnaf fakir miskin pada sektor Bantuan Bencana AlamKebakaran tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 221 atau Rp. 695,613,800 dibandingkan tahun 2008 Rp. 216,415,000 . Kenaikan yang signifikan di sektor bencana berkenaan pada tahun 2009 terjadi bencana besar di Jawa Barat dan Sumatra Barat. 47

2. Bantuan Kesehatan

47 Laporan Kinerja YBM-BRI 2009, h. 7 Besarnya jumlah fakir miskin mempengaruhi nilai beli kesehatan bagi masyarakat. Jumlah yang tidak sedikit perkerjaan pemerintah menanggulangi permasalahan kesehatan untuk warga tidak mampu di bumi ini. Kurangnya tingkat kesadaran dan faktor pengetahuan akan kesehatan menjadikan masyarakat sering kecil seolah dekat dengan lingkungan yang kurang sehat. Satu hal yg masih jadi barang mahal di negeri ini yaitu kesehatan. Pelayanan kesehatan seperti layaknya sebuah vonis mati bagi pesakitan. kenapa demikian? karena kita harusnya berobat untuk menyembuhkan sakit. tapi dengan biaya pelayanan kesehatan Indonesia yang mahalnya bukan main, justru serasa seperti mendatangkan penyakit baru. Duka kadang tidak hanya datang akibat bencana. Banyak saudara kita yang menderita karena ketidakmampuan fisik. Ada yang tidak bisa melihat karena katarak atau terserang berbagai jenis penyakit ganas seperti tumor dan berbagai penyakit mengerikan lainnya. YBM-BRI selalu berupaya membantu mereka berupa bantuan biaya operasi. Mereka yang sakit atau punya penyakit berat tak lepas dari sasaran bantuan YBM-BRI. Cukup banyak frekuensi operasi orang sakit yang dibiayai YBM-BRI. Mulai dari operasi bibir sumbing, tumor, bahkan berbagai penyakit berat lainnya. Pelayanan gizi kepada masyarakat juga menjadi bagian dari kegiatan YBM-BRI untuk membantu kesehatan masyarakat, terutama di daerah yang mengalami gizi buruk. Dan tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan cuma-cuma yang secara periodik dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan. Sejak berdirinya sampai dengan sekarang, YBM-BRI telah menangani pengobatan gratis sebanyak 54.572 pasien. Adapun bantuan kesehatan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 39 atau sejumlah Rp. 1,191,709,712 dibandingkan tahun 2008 Rp. 1,940,788,856. 48

3. Bantuan Pendidikan

Bidang pendidikan merupakan salah satu fokus perhatian YBM- BRI. Sebab, pendidikan merupakan sarana untuk memperbaiki generasi mendatang. Bentuk bantuan pendidikan yang diberikan terutama adalah beasiswa bagi siswa dari keluarga yang tidak mampu, peralatan sekolah, bangunan sekolah hingga perpustakaan. Bahkan, ada juga bantuan berupa “kail” misalnya kambing yang dipelihara siswa dengan sistem maro, dimana hasilnya dimanfaatkan untuk membiayai sekolah mereka. Selain bantuan pendidikan kepada siswa, YBM-BRI juga memberi bantuan kepada sekolah. Bentuknya juga beragam mulai dari perlengkapan belajar hingga sarana fisik penunjang pendidikan seperti bangunan ruang kelas, perpustakaan dan kebutuhan lainnya. YBM BRI dalam melakukan pendistribusian untuk bantuan pendidikan khususnya beasiswa mengelompokkan menjadi empat komponen. Pertama, komponen institusional lembaga pendidikan. Kedua, sinergi dengan lembaga lain. Ketiga, rekomendasi dari karyawan dan relawan BRI. Keempat, dari masyarakat umum. Adapun periode penerimaan beasiswa, dilakukan setiap bulan Januari dan Juli. Namun 48 Ibid.,h. 7 biasanya lebih difokuskan pada bulan Juli, karena berbarengan dengan tahun ajaran baru sedang bulan Januari sifatnya mengevaluasi saja. 49 Penyaluran pada sektor pendidikan mengalami kenaikan yaitu sebesar 34 atau sejumlah Rp. 2.270.922.000,- dari tahun sebelumnya 2008 yaitu sebesar Rp. 1,580,409,500. 50 Syarat Penerima Bantuan Pendidikanbeasiswa: 1 Berasal dari keluarga tidak mampu pendapatan tidak melebihi batas kecukupan dasarHad Kifayah dan berakhlak baik 2 Mempunyai tanggungan keluarga yang besar banyak anak yang sekolah 3 Belum menerima bantuan beasiswa atau bantuan pendidikan dari perorangan atau lembaga manapun dalam bentuk surat pernyataan bermaterai 4 Mendapaatkan rekomendasi dari masjidmushola terdekat dari tempat tinggal 5 Pemohon di luar jakarta harus mendapatkan rekomendasi dari pengurus YBM-BRI atau Bapekis Kantor Cabang BRI atau dari pekerja BRI. 6 Satu keluarga maksimal 1 satu anak yang dapat diberikan beasiswa. Prosedur Mengisi Formulir: 1 Formulir ini diisi dengan menggunakan huruf besar 2 Diisi atas nama pemohon orang tuawali calon penerima beasiswa 49 Wawancara pribadi dengan divisi pendayagunaan Ahmad Fakih, Jakarta 17 Mei 2010 50 Laporan Kinerja YBM-BRI 2009, h. 8 3 Dokumen yang perlu dilampirkan: a. Photocopy Kartu Tanda Penduduk KTP orang tuawali b. Photocopy Kartu Keluarga KK c. Photocopy Raport terbaru calon penerima beasiswa yang dilegalisir sekolah d. Surat rekomendasi masjidmushola setempat, yang diisi di formulir permohonan e. Surat Keterangan dari sekolah bahwa anak tersebut masih sekolah dan berkelakuan baik f. Lain-lain yang berhubungan dengan data pemohon. 4 Hanya formulir permohonan yang telah diisi lengkap dan ditandatangani pemohon serta mendapat rekomendasi dari YBM- BRIBapekis BRI Kantor Cabang atau dari Pekerja BRI, yang akan diproses.

4. Memberdayakan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat juga menjadi bagian dari aktivitas YBM-BRI. Bantuan diberikan berupa modal usaha bagi para pedagang kecil, petani, peternak, atau usaha produktif lainnya. Bantuan tentu diberikan dengan perhitungan dan kriteria yang memenuhi syarat sesuai dengan peruntukan dana yang diamanahkan. Bahkan bukan hanya modal usaha melainkan juga kesempatan berpameran serta bentuk bantuan lainnya yang bisa meningkatkan kemandirian para pengusaha kecil dan mikro. Dengan bantuan ini diharapkan banyak masyarakat yang bisa berusaha dan hidup mandiri, sehingga mereka yang semula masuk kriteria mustahik, dengan usahanya itu bisa merubah menjadi muzzaki. Penyaluran pada sektor Bantuan Usaha tahun 2009 juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 18 atau Rp. 426,831,125, dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 360,900,000. 51 Syarat Penerima Bantuan: 1 Pendapatan usahanya ditambah dengan pendapatan lain tidak melebihi had kifayah 2 Usaha halal 3 Mempunyai beban tanggung jawab keluarga yang besar 4 Ramah lingkungan 5 Usaha tersebut adalah sumber pendapatan utama 6 Bantuan diberikan dalam bentuk modal bergulir dan atau peralatan perniagaan 7 Ada peluang untuk berkembang 8 Belum menerima bantuan usaha dari lembaga manapun 9 Untuk bantuan perorangan maksimal sebesar Rp. 5.000.000,- 10 Jamaah aktif di masjid 11 Maksimal bantuan dapat diberikan sebanyak dua kali. Prosedur Mengisi Formulir: 1 Formulir ini diisi dengan menggunakan huruf besar 2 Diisi atas nama pemohon yang bersangkutan 51 Ibid, h. 7 3 Dokumen yang perlu dilampirkan e Photocopy Kartu Identitas KTP f Photocopy Kartu Keluarga KK g Surat Rekomendasi Masjid setempat h Lain-lain yang berhubungan dengan pemohon 4 Hanya formulir permohonan yang telah diisi lengkap dan ditandatangani pemohon serta mendapat rekomendasi pekerja atau pengurus masjid yang akan diproses oleh YBM-BRI. Beberapa hal berikut, perlu diperhatikan dalam pengalokasian dana ZIS: 52 1 Kebutuhan riil para penerima dana ZIS Penetapan bidang sasaran disesuaikan dengan kebutuhan riil para penerima dana yang ada di wilayah kerja pengelola ZIS masing- masing. Pengguliran program dalam bidang sasaran yang sesuai kebutuhan penerima dana akan menumbuhkan rasa memiliki pada diri mereka terhadap program tersebut. 2 Skala prioritas permasalahan Kebutuhan riil para penerima mungkin tidak terbatas. Jika demikian, maka sudah seharusnya dibuat skala prioritas permasalahan yang akan ditanda-tangani. Sehingga, walaupun memerlukan waktu yang panjang karena bertahap namun ada proses penyelesaian masalah yang jelas dengan terget dan tujuan akhir terukur. 52 Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, h. 24 3 Kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia. Keterbatasan dalam dua sumber ini hanya dapat di atasi dengan adanya sinergi atau aliansi strategis antara organisasi-organisasi pengelola ZIS yang ada di wilayah yang sama atau dengan organisasi pengelola ZIS yang cakupan wilayah kerjanya lebih luas.

C. Analisis Terhadap Strategi Fundraising Melalui Sistem Surat Kuasa dan

Pendayagunaan Agen Sosial pada YBM BRI Islam datang dengan sistem zakatnya yang memungkinkan masyarakat bisa mengembangkan peradabannya. Zakat, infak dan sedekah, bila terkumpul melalui lembaga amil ZIS, maka ia akan lebih berdaya guna, lebih optimal, dan lebih efektif dibandingkan apabila kita menyalurkan zakat secara pribadi langsung kepada mustahiq zakat. Zakat, infak dan sedekah merupakan ibadah yang berdimensi ganda, baik vertikal maupun horizontal. Dikatakan demikian, karena zakat di samping bersifat ta’abbudi merupakan ibadah kepada Allah swt, juga bersifat ijtimaiyah soaial kemasyarakatan. Oleh karena itu, maka pelaksanaannyapun harus dilakukan dengan cara mempertimbangkan kedua dimensi tersebut. Zakat, infak dan sedekah merupakan bukti dari adanya kesadaran antar manusia. Ia bisa mensejahterakan sirkulasi hidup bersosial, ia dapat mengentaskan kemiskinan dan dapat menyelematkan manusia dari kerugian di dunia dan akhirat. Di samping itu, Zakat, infak dan sedekah dapat meminimalisasi sifat kikir, materialistik, individualistik dan egoistik. Pada tahun 1999 terbit dan disahkannya Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dengan demikian, maka pengelolaan zakat yang bersifat nasional semakin intensif. Undang-undang inilah yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat di Indonesia, walaupun di dalam pasal-pasalnya masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan, seperti tidak adanya sanksi bagi muzakki yang tidak mau atau enggan mengeluarkan zakat hartanya dan sebagainya. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, maka yang dimaksud Pengelolaan Zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Dalam pengelolaan zakat, ada empat tujuan yang hendak dicapai, yaitu: 1 Memudahkan muzakki menunaikan kewajiban berzakat 2 Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahiq yang berhak menerimanya 3 Mengelola zakat ternyata memprofesionalkan organisasi zakat itu sendiri 4 Terwujudnya kesejahteraan sosial. Upaya mobilisasi dana-dana zakat, infak, dan shadaqoh di Indonesia dalam waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan dua kenyataan: 1 terus meningkatnya jumlah dana yang berhasil dihimpun dan 2 bertambahnya lembaga-lembaga yang melakukan pengumpulan. Perkembangan pesat ini jelas didukung oleh satu faktor utama dan penting yakni kesadaran umat Islam di Indonesia dalam membayar zakat dan bersedekah yang sangat tinggi. Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa ke masa memilki perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana ZIS untuk kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah strata sosial dari yang terendah mustahik kepada yang tertinggi muzakki. Dalam penghimpunan dan pengelolaan ZIS tidak lepas dari empat aspek yang terkait, yakni: mustahik, ashnaf zakat yang delapan, amiliin, individu dan institusi dan manajemen zakat pemungutan dan penyalurannya. Idealnya keempat aspek tersebut bersinergi membentuk sebuah sistem yang transparan, akuntabel dan efektif. Untuk mengoptimalkan pengelolaan ZIS di Indonesia diperlukan langkah strategis dan re-orientasi pengelolaan zakat yang selama ini dilakukan oleh masing-masing lembaga, sudah waktunya sekarang diwujudkan jika kita menginginkan potret pengelolaan ZIS Indonesia yang lebih memenuhi harapan umat. YBM BRI dalam upaya penghimpunan dana ZIS, untuk saat ini lebih mengoptimalkan potensi dana ZIS yang ada di lingkungan BRI, YBM BRI melakukan penghimpunan dana melalui surat kuasa sebagai strategi penggalangan dana ZIS dengan sasaran para pekerja BRI muslim. Dengan kata lain YBM BRI mendapatkan dana ZIS dari pemotongan upah para karyawan zakat profesi yang bersedia untuk memberikan zakat, infak atau shadaqahnya kepada YBM BRI melalui surat kuasa yang dikirimkan oleh yang bersangkutan kepada divisi MSDM. Upaya YBM BRI dalam menghimpun dana ZIS melalui sistem pemotongan upah ini setiap tahunnya terus meningkat, terbukti pada tahun 2004 YBM BRI menjadi pemenang ke- II Zakat Award pada kategori Penghimpunan Dana Tertinggi. Namun, bukan berarti YBM BRI sudah optimal dalam melakukan penghimpunan, dari hasil data yang ada saat ini YBM BRI baru mengumpulkan sebesar kurang lebih 25 dari potensi dana ZIS yang ada di lingkungan BRI. Untuk itu YBM BRI selalu berusaha untuk mengoptimalkan potensi dana ZIS dengan cara terus berkreatifitas dalam upaya mengembangkan strategi fundraising. Sedangkan pendistribusian atau pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh YBM BRI yaitu dengan melibatkan para karyawan BRI itu sendiri yang berfungsi sebagai agen sosial yang bertugas merekomendasikan calon mustahik yang berada di lingkungan wilayahnya. Adapun alasan YBM BRI melibatkan para pekerja menjadi agen sosial dalam mendayagunakan dana ZIS yaitu agar pendistribusian atau pendayagunaan dana ZIS tepat sasaran sesuai dengan kriteria mustahik yang perlu dibantu, para agen sosial juga ikut serta membina dan mengawasi kegiatan pendayagunaan tersebut. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap efektifitas penghimpunan melalui sistem surat kuasa dan pendayagunaan agen sosial dalam menghimpun dan mendayagunakan dana ZIS pada YBM BRI, maka dapat dikatakan semua berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, setiap tahunnya hasil dari laporan kinerja baik dari penghimpunan maupun pendayagunaan selalu ada perkembangan yang baik. Dalam hal pendayagunaan YBM BRI pernah meraih dua kali penghargaan Zakat Award yaitu pada tahun 2004 pemenang I dan 2005 sebagai pemenang II Kategori Pendayagunaan Zakat. Juga, mendapatkan penghargaan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional paling aksesbilitas dan akuntabilitas tahun 2007. Adapun kunci keberhasilan YBM BRI menjadi LAZ yang akuntabel dan aksibel, yaitu: 1 Hampir 90 yang menjadi muzakki dan donatur adalah karyawan BRI sendiri. 2 Karyawan BRI ikut dilibatkan sebagai agen sosial atau pemberi rekomendasi terhadap calon mustahik, sehingga pendistribusian tepat sasaran. 3 Karyawan BRI dan masyarakat umum di seluruh Indonesia dapat dengan mudah mengakses laporan kinerja dan keungan YBM BRI melalui kanwil, kanca, kantor unit bahkan dapat mengakses melalui internet dan media lainnya. 4 Efisiensi operasional. Dalam upaya pembiayaan operasional tidak melebihi 10 sepuluh persen dari perolehan, sehingga dapat menghemat pengeluaran untuk operasional. 5 Menurunkan saldo psikologis, artinya jika tahun ini dana yang terhimpun YBM BRI besar, maka saldo yang disisakan diturunkan dengan tujuan mengoptimalkan batas penyaluran. 6 Optimalisasi penyaluran, YBM BRI mengusahakan setiap penyaluran minimal sebesar jumlah perolehan penghimpunan tahun sebelumnya, dengan tujuan menghindari terjadinya penumpukan saldo. Melihat peran lembaga ZIS yang demikian itu, umat Islam semakin percaya bahwa ZIS memiliki peran strategis bagi pengembangan masyarakat, sehingga para muzakki sadar akan pentingnya menyalurkan ZIS melalui lembaga.