BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan manusia adalah harta benda materi. Manusia cenderung untuk mengumpulkan dan menguasai harta benda tersebut tanpa
batas, sampai ia menemui ajalnya. Kerakusan dan ketamakan manusia dalam menguasai harta benda tersebut, kadang-kadang melampaui batas, melebihi
nafsu binatang, yang dapat menurunkan martabat nilai-nilai kemanusiaannya.
1
Betapa besar peranan harta dalam kehidupan manusia, rasanya tidak dapat diragukan lagi. Dengan harta orang dapat memperoleh apa yang
diinginkannya. Semakin banyak harta seseorang, semakin mudah ia memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu banyak orang yang berusaha keras mencari
kekayaan tanpa mengenal lelah. Hanya sayangnya, banyak orang tidak menyadari, bahwa harta kekayaan itu adalah titipan Allah padanya, dan
sebahgian kecil adalah kepunyaan atau hak orang-orang miskin.
2
Dalam rangka menciptakan, menjaga dan memelihara kemaslahatan hidup serta
martabat kehormatan manusia, Allah SWT menciptakan syariat yang mengatur tata cara mendapatkan dan memanfaatkan harta benda. Tata aturan
ini antara lain syariat zakat. Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda. Seseorang
yang telah memenuhi syarat-syaratnya dituntut untuk menunaikannya, bukan semata-mata atas dasar kemurahan hatinya, tetapi kalau terpaksa “dengan
1
Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, h. 158
2
Dr. Zakiah Daradjat, Zakat Pembersihan Harta dan Jiwa, Jakarta :Ruhama, 1996, h. 12 1
tekanan penguasa”. Oleh karena itu, agama menetapkan ‘amilin atau petugas- petugas khusus yang mengelolanya, disamping menetapkan sanksi-sanksi
duniawi dan ukhrawi terhadap mereka yang enggan.
3
Dalam lembaga zakat ada tiga kegiatan utama, yakni penghimpunan, pengelolaan keuangan dan pendayagunaan. Tiga aktivitas utama ini
sekaligus distrukturkan menjadi tiga divisi utama, yaitu Divisi Penghimpunan, Divisi Keuangan dan Divisi Pendayagunaan.
Fungsi dan tugas divisi penghimpunan memang dikhususkan mengumpulkan dana zakat infak dan wakaf dari masyarakat. Dana ini tidak
hanya berasal dari perorangan, melainkan juga dari berbagai perusahaan dan lembaga.
4
Fundraising tidak hanya diartikan pengumpulan dana semata, tetapi, juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan masyarakat
kepada suatu organisasilembaga zakat yang berbentuk dana dan segala macam benda dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
lembaga.
5
Untuk menyampaikan amanah Allah ini, maka diperlukan pekerja- pekerja amil yang diberi kewenangan untuk mengambil dana-dana zakat dari
para aghniya yang menurut ketentuan syariat sudah berkewajiban untuk menunaikan kewajiban zakatnya dan menyalurkan dana-dana zakat itu kepada
3
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2007, cet, ke-1 h. 506
4
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Ciputat : IMZ, 2004, h. 189
5
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat, Yogyakarta: Teras, 2009, cet ke-1, h. 4
golongan-golongan yang berhak menerimanya sebagai mana diamanahkan Allah swt.
6
Perintah Allah swt untuk mengambil zakat terdapat dalam QS At-
Taubah; 103.
⌦ ☺
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
7
dan mensucikan
8
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.Q.S. At-Thaubah: 103.
9
Pemberdayaan zakat adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah kedaan penerima lebih dikhususkan kepada golongan fakir miskin
dan kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang
singkat.
10
Tanpa menafikan peran divisi yang lain, sesungguhnya jatuh bangunnya lembaga zakat terletak pada kreativitas divisi pendayagunaan.
Boleh-boleh saja lembaga zakat memiliki struktur organisasi yang lengkap. Serta boleh juga lembaga zakat ditunjang dengan fasilitas lengkap. Bahkan
6
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat, h. 47
7
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda.
8
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
9
Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 297
10
Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, h. 25
bisa saja lembaga zakat tiba-tiba memilki dana yang besar karena mendapat kepercayaan dari beberapa perusahaan besar. Tetapi pada akhirnya, toh
kembali juga pada kreativitas, program pendayagunaan apa yang bisa dikembangkan untuk mustahik. Sekali lagi, sesungguhnya program
pemberdayaan mustahik, merupakan inti dari penghimpunan zakat. Dari program ini masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana performance
lembaga zakat. Pada program pemberdayaan mustahik ini, jatuh bangunnya lembaga zakat dipertaruhkan.
Yang tampak di masyarakat, program pengelolaan zakat cenderung terpaku pada yang sifatnya charity murni. Program yang bersifat sosial ini,
dicirikan dengan kegiatan yang dikelola secara kepanitiaan, dalam waktu singkat dan habis setelah program itu dilaksanakan. Program charity murni tak
butuh pendampingan dan pembinaan dan tanpa pemantauan perkembangan bantuan. Prinsipnya usai kegiatan, selesai juga programnya.
11
Pembicaraan tentang sistem pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam
menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu disyariatkan. Dalam pendekatan fikih,
dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surah At-taubah ayat 60 sebagai berikut:
12
☺ ☺
☺
11
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, h. 218
12
Masdar F. Mas’udi dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta : Pirac, 2004, h. 8
⌧ ⌧
☺
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Q.S. At-Thaubah:
60.
13
Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam
perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah Barat pun dahulu, zakat, terutama bagian sabilillah-nya, merupakan sumber dana perjuangan.
14
Ketika satu persatu tanah air kita dikuasai oleh penjajah Belanda, Pemerintah
Kolonial itu mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 agustus 1893 yang berisi kebijaksanaan Pemerintah Kolonial yakni mencegah terjadinya
penyelewengan keuangan zakat oleh para penguasa atau naib bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan Pemerintah Belanda, tapi tidak diberi
gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan kehidupan mereka beserta keluarganya. Dan untuk melemahkan dana kekuatan rakyat yang bersumber
dari zakat itu Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat.
15
Zakat merupakan rukun Islam ke tiga yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi umat. Pembayaran zakat
13
Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 288
14
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : UI-Press,1988, h. 32
15
Ibid, h. 33
bukan hanya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh aghniya, orang yang dipandang kaya
menurut aturan syara’ wajib membayar zakat muzakki kepada orang-orang miskin sesuai pedoman syar’i fuqaraa yang dikategorisasikan dalam 8
delapan golongan penerima mustahik. Zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat level bawah.
16
Sedangkan dari aspek keadilan sosial al-adalah al-ijtima’iyyah, perintah zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak
terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan
pendapatan antara orang kaya dan miskin. Di samping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian, baik pada
level individu maupun pada level sosial masyarakat.
17
Pada dasarnya zakat bukan hanya sebagai bagian dari ibadah wajib yang harus ditunaikan umat Islam yang telah memenuhi syarat, tetapi
merupakan salah satu instrument yang sangat penting bagi program pengentasan kemiskinan dan perkembangan ekonomi masyarakat Islam level
bawah, sesuai dengan salah satu tujuan zakat yaitu pemerataan rezeki untuk mencapai keadilan sosial.
Oleh sebab itu penulis memandang perlu adanya kajian sesuai dengan pernyataan di atas mengenai penghimpunan dan pendayagunaan ZIS, akhirnya
penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “STRATEGI
16
Lili Bariadi,dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 1
17
Nurudin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, cet ke-1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 1-2.
FUNDRAISING MELALUI SURAT KUASA DAN PENDAYAGUNAAN DANA ZIS MELALUI AGEN SOSIAL PADA YAYASAN BAITUL
MAAL BANK RAKYAT INDONESIA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah