Pandangan Hukum Islam Tentang Jual Beli Online e-commerce

mengabaikan prinsip keadilan dalam bermuamalah. 31 Apabila rukun dan syarat semuanya telah terpenuhi, maka jual beli as-salam itu dinyatakan sah dan masing- masing pihak terikat dengan ketentuan yang mereka sepakati. 32

E. Pandangan Hukum Islam Tentang Jual Beli Online e-commerce

Pada umumnya transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model bisnis era global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat maya data intercange via internet, yang mana kedua belah pihak, antara originator dan adresse penjual dan pembeli, atau menembus batas sistem pemasaran dan bisnis online dengan menggunakan sentral shop, sentral shop merupakan sebuah rancangan web e-commerce smart dan sekaligus sebagai Business Intelligent yang sangat stabil untuk digunakan dalam memulai, menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol bisnis. Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak jauh, dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to face, akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan mencari keuntungan. 33 Ada dua hal utama yang biasa dilakukan oleh customers di dunia maya. Pertama adalah melihat produk-produk atau jasa-jasa yang diiklankan oleh perusahaan terkait melalui website-nya online ads. Kedua adalah mencari data atau informasi tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi jual beli 31 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, hal. 109 32 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, hal. 146 33 http:rumahmakalah.wordpress.com20081108transaksi-jual-beli-secara-online-akad- salam-secara-e-commerce, diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 12:13 WIB. 35 yang akan dilakukan. Jika tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan, konsumen dapat melakukan transaksi perdagangan dengan cara melakukan pemesanan secara elektronik online orders, yaitu dengan menggunakan perangkat komputer dan jaringan internet. Berdasarkan pesanan tersebut, merchant akan mendistribusikan barangnya kepada customer melalui dua jalur. Bagi perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesan berada. Jalur kedua adalah jalur yang menarik karena disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitalisasi diubah menjadi sinyal digital. Produk- produk yang semacam teks, gambar, video dan audio secara fisik tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan melalui jalur internet, contohnya electronic newspapers, digital library, virtual school dan sebagainya. 34 Dalam Islam dituntut untuk lebih jelas dalam memberikan suatu landasan hukum, maka dari itu Islam melampirkan sebuah dasar hukum yang terlampir dalam al-Qur’an, Hadis ataupun Ijma’. Perlu diketahui sebelumnya mengenai jual beli online ini secara khusus dalam al-Qur’an tidak ada ayat yang menjelaskan, yang selama ini dijadikan landasan hukum adalah transaksi jual beli secara global. 35 Pelaksanaan transaksi bisnis e-commerce, secara sekilas hampir serupa dengan transaksi as-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan komoditi yang dijadikan sebagai obyek transaksi. Oleh karena itu, untuk menganalisis dengan jelas 34 http:www.msiuii.netbaca.asp?katagori=rubrikmenu=ekonomibaca=artikelid=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB. 35 http:rumahmakalah.wordpress.com20081108transaksi-jual-beli-secara-online-akad- salam-secara-e-commerce, diakses pada tanggal 16 Februari 2010, pukul 12:13 WIB. 36 apakah transaksi dalam e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi as-salam maka masing- masing dapat dicermati melalui pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi, proses pernyataan kesepakatan transaksi dan melalui obyek transaksi. 36 Dalam transaksi e-commerce melalui internet perintah pembayaran payment instruction melibatkan beberapa pihak selain dari pembeli cardholder dan penjual merchant. Para pihak itu adalah payment gateway, acquirer dan issuer. Dalam hal ini payment gateway dapat dianggap seperti saksi dalam transaksi yang melakukan otorisasi terhadap instruksi pembayaran dan memonitor proses transaksi online. Payment gateway ini diperlukan oleh acquirer untuk mendukung berlangsungnya proses otorisasi dan memonitor proses transaksi yang berlangsung. Payment gateway biasanya dioperasikan oleh acquirer atau bisa juga oleh pihak ketiga lain yang berfungsi untuk memproses instruksi pembayaran. Selain payment gateway, adanya acquirer dan issuer juga merupakan suatu keharusan. Acquirer adalah sebuah institusi finansial dalam hal ini bank yang dipercaya oleh merchant untuk memproses dan menerima pembayaran secara online dari pihak consumer. Dan issuer merupakan suatu institusi finansial atau bank yang mengeluarkan kartu bank kartu kredit maupun kartu debit yang dipercaya oleh consumer untuk melakukan pembayaran 36 http:www.msiuii.netbaca.asp?katagori=rubrikmenu=ekonomibaca=artikelid=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB. 37 dalam transaksi online. Masing-masing dari acquirer dan issuer merupakan wakil dari merchant dan consumer dalam melakukan pembayaran secara online. 37 Dari karakteristik di atas, bisa dilihat bahwa yang membedakan bisnis online dengan bisnis offline yaitu proses transaksi akad dan media utama dalam proses tersebut. Akad merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Secara umum, bisnis dalam Islam menjelaskan adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika transaksi, atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-istishna. Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara tunaidisegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan. Sedang transaksi al-istishna merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran secara disegerakan atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan dan penyerahan barang yang ditangguhkan. 38 Dalam melakukan transaksi, consumer diminta untuk mengisi informasi pembayaran yang biasanya disertai dengan memasukkan kode rahasia pada form slip pembelian yang telah disediakan website merchant yang kemudian dilakukan otorisasi melalui payment gateway. Dari otorisasi tersebut dapat diketahui bahwa ia benar-benar pemilik yang sah dan berwenang menggunakannya. Pada pihak penjual, 37 Ibid, 38 http:www.tomdonyet.co.cc200904bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB. 38 merchant memiliki sertifikat digital dari CA yang menjamin identitas pihak tersebut bahwa ia benar-benar ada dan memiliki wewenang untuk melakukan transaksi online. Consumer dan merchant bertemu dalam dunia maya yaitu internet melalui server yang disewa dari ISP. Biasanya akan didahului oleh penawaran dari pihak merchant. Kemudian, melalui sebuah website yang dimiliki merchant, consumer dapat melihat daftar atau katalog barang yang dijual yang disertai dengan deskripsi produk yang dijual. Pernyataan kesepakatan dapat dilakukan melalui chatting, video conference, e- mail atau langsung melalui website merchant. 39 Ada dua jenis komoditi yang dijadikan objek transaksi online, yaitu barangjasa non digital dan digital. Transaksi online untuk komoditi non digital, pada dasarnya tidak memiliki perbedaan dengan transaksi as-salam dan barangnya harus sesuai dengan apa yang telah disifati ketika bertransaksi. Sedangkan komoditi digital seperti ebook, software, script, data, dll yang masih dalam bentuk file bukan CD diserahkan secara langsung kepada konsumen pada saat transaksi berlangsung, baik melalui email ataupun download. Hal ini tidak sama dengan transaksi as-salam tapi seperti transaksi jual beli biasa hanya saja semua kegiatan transaksi dilakukan melalui media internet. 40 Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram, ada yang legal ada yang ilegal. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual beli dan 39 http:www.msiuii.netbaca.asp?katagori=rubrikmenu=ekonomibaca=artikelid=383, diakses pada tanggal 02 November 2009, pukul 13:55 WIB. 40 http:www.tomdonyet.co.cc200904bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB 39 akad as-salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun keharaman bisnis online karena beberapa sebab : 1. Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram baik di darat maupun di udara online 2. Barangjasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, seperti narkoba, video porno, online sex, pelanggaran hak cipta, situs-situs yang bisa membawa pengunjung ke dalam perzinaan. 3. Karena melanggar perjanjian TOS atau mengandung unsur penipuan.Dan lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan kemudharatan. 41 Sebagaimana keterangan dan penjelasan mengenai dasar hukum hingga persyaratan transaksi as-salam dalam hukum Islam, jika dilihat secara sepintas mungkin mengarah pada ketidak dibolehkannya transaksi secara online E- commerce , disebabkan ketidakjelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak yang terlibat dalam tempat. Tapi kalo kita coba lebih telaah lagi dengan mencoba mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dengan sebuah landasan : ﻬ ﺮ ﻰ د لﺪ نا ا ﺔ ﺎ ا ﺔ ﺎ ا ﻰ ا ﺎ 42 Artinya: 41 http:www.tomdonyet.co.cc200904bisnis-online-dalam-hukum-islam.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2009 pukul 20:17 WIB. 42 A. Dzazuli, kaidah-kaidah fikih, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Cet. 2 hal. 130. 40 “Hukum asal muamalah adalah boleh, hingga ada dalil yang menunjukan akan keharamannya”. Dengan melihat keterangan di atas dijadikan sebagai pemula dan pembuka chanel keterlibatan hukum Islam terhadap permasalahan kontemporer. Karena dalam al-Qur’an permasalahn trasnsaksi online masih bersifat global, selamjutnya hanya mengarahkan pada peluncuran teks hadits yang dikolaborasikan dalam peramasalahan sekarang dengan menarik sebuah pengkiyasan. 43 Dalam permasalahan e-commerce, fiqh memandang bahwa transaksi bisnis di dunia maya diperbolehkan karena mashlahah. Mashlahah adalah mengambil manfaat dan menolak kemadaratan dalam rangka memelihara tujuan syara’. Bila e-commerce dipandang seperti layaknya perdagangan dalam Islam, maka dapat dianalogikan bahwa pertama penjualnya adalah merchant Internet Service Provider atau ISP, sedangkan pembelinya akrab dipanggil customer. Kedua, obyek adalah barang dan jasa yang ditawarkan adanya pemesanan seperti as-salam dengan berbagai informasi, profile, mencantumkan harga, terlihat gambar barang, serta resminya perusahaan. Dan ketiga, Sighat ijab-qabul dilakukan dengan payment gateway yaitu systemsoftware pendukung otoritas dan monitor bagi acquirer, serta berguna untuk service online. 44

F. Persamaan dan Perbedaan Transaksi as-Salam dan E-commerce