1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kemiskinan menjadi suatu topik pembicaraan dari berbagai negara di dunia ini, dimana kemiskinan merupakan salah satu penyebab terjadinya
ketimpangan kesejahteraan hidup antar negara-negara maju dan negara-negara berkembang, serta menyebabkan terjadinya benturan dan ketimpangan yang
meningkat diantara orang-orang dalam suatu negara. Selain itu kemajuan teknologi juga menjadi faktor yang menyebabkan meningkatnya ketimpangan
kesejahteraan masyarakat yang tidak mempunyai akses terhadap teknologi yang melanda dunia dan semakin terpinggirkan. Melihat situasi yang terjadi tersebut
maka dibentuklah sebuah wadah yang berbasis internasional untuk memberantas atau menanggulangi kemiskinan melalui pembangunan millennium dimana salah
satu tujuan pembangunan milenium tersebut adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan. Diharapkan tahun 2015 angka kemiskinan didunia dapat dikurangi
separuhnya
1
. Indonesia masih menghadapi kemiskinan yang berkepanjangan. Kondisi
kesejahteraan rakyat Indonesia secara umum masih memperihatinkan karena jumlah rakyat miskin Indonesia masih cukup banyak walaupun ada penurunan
dari jumlah tersebut. Menurut data BPS tahun 2011, persentase kemiskinan Indonesia sebesar 13.33 persen atau berjumlah hampir 30 juta orang. Angka ini
1 httpwww..un.orgmilleniumgoals
2 masih jauh dari kategori kesejahteraan. Situasi ini belum memberikan ketenangan
mengingat Badan Perencanaan Nasional menyatakan bahwa penanggulangan kemiskinan perlu upaya yang keras dalam mengatasinya
2
. Kebijakan pembangunan Indonesia sebelum adanya era otonomi daerah
menggunakan konsep pembangunan “tradisional” atau cara lama yang melahirkan strategi pembangunan dari atas ke bawah top down strategy. Penerapan strategi
pembangunan ini dikatakan berhasil hanya di negara-negara maju, akan tetapi strategi ini kurang tepat untuk diterapkan dalam konteks pembangunan di negara
berkembang terutama Indonesia. Konsep paradigma lama tersebut tidak menekankan peran utama
masyarakat akan tetapi semua hal dilaksanakan oleh pemerintah. Ketika munculnya era otonomi daerah maka munculah suatu alternatif konsep
pembangunan baru yaitu konsep pembangunan dari bawah ke atas bottom up strategy. Seiring dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, terutama pada pasal 22 yang menyebutkan kewajiban daerah otonom maka peran pemerintah pada sistem otonomi daerah ini diharapkan
bisa memberikan dukungan luas bagi pembangunan dan pemberdayaan sehingga akan terwujud suatu pembangunan dengan peran masyarakat yang lebih nyata.
Pada dasarnya pembangunan dengan sistem seperti ini merupakan pembangunan yang dilakukan menurut aspirasi masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
kepentingan masyarakat. Tujuannya adalah masyarakat itu sendiri bisa menjadi mandiri, kualitas kehidupan dapat meningkat, berkembangnya sumber daya
2
httpwww.hariananalisa.com, edisi 04 November 2012
3 produktif, pengangguran dapat teratasi dan kemiskinan dapat ditekan. Dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJM yang ditetapkan melalui Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tertulis, kebijakan
penanggulangan kemiskinan berada di urutan ke-4 dari 11 daftar prioritas nasional. Dokumen ini pun menetapkan target untuk menurunkan tingkat
kemiskinan ke angka 8 – 10 persen di akhir 2014.
3
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu
mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan. Untuk itu upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pertama, menciptakan iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. Kedua, penguatan potensi dan daya yang dimiliki oleh masyarakat empowering. Ketiga,
pemberdayaan yang juga berarti melindungi. Pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pengaruh yang berikan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan
aparat untuk memperkuat atau memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga keberhasilan
pemberdayaan masyarakat itu dipengaruhi oleh aparat yang memiliki kompetensi di bidangnya
4
. Dalam arti luas kompetensi memuat kemampuan mentransfer
3
Perpres no.5 tahun 2010
4 Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Citra Utama
4 keahlian dan kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah kerja.
5
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dalam memberdayakan masyarakat diharuskan
memiliki kompetensi yang sesuai. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Koordinator bidang Kesejahteraan
Rakyat selaku
ketua tim
penanggulangan kemiskinan
No:25KEPMENKOKESRAVII2007 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM MANDIRI, tahun 2008
PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah PISEW untuk mengintegrasikan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh
berbagai kementerian atau sektor dan pemerintah daerah.
6
Pelaksanaan PNPM Mandiri juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal. Hal ini akan sangat
berdampak pada kemajuan daerah terutama kabupaten atau kota. Salah satu program yang digalakkan pemerintah saat ini adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM MP dengan merumuskan bentuk pemberdayaan yang menyentuh masyarakat. Berdasarkan
perkembangan tersebut, Kabupaten Kutai Timur telah melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan sejak tahun 2008 sebagai dukungan untuk mengentaskan
kemiskinan nasional dan terutama di daerah tersebut. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kabupaten Kutai Timur tahun
5 Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. Refika Aditama 6 Keputusan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25KEPMENKOKESRAVII2007 Tentang Pedoman Umum
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.
5 2012 mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM sebesar 28,65
miliar yang berasal dari APBN . Akan tetapi program yang telah berjalan ini kurang terlaksana dengan maksimal karena faktanya berdasarkan data Badan
Pusat Statistik tahun 2012, penduduk miskin di Kabupaten Kutai Timur secara jumlah dan persentase mengalami peningkatan yaitu dari 22.890 jiwa pada tahun
2009 menjadi 29.200 jiwa pada tahun 2010. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan tingkat pengangguran sebesar 12,7 persen yang menempatkan Kabupaten Kutai
Timur pada urutan 13 dari 14 kabupaten atau kota di Provinsi Kalimantan Timur
7
. Kondisi dimana masyarakat belum mampu menjalankan program tersebut secara
efektif, seharusnya program yang dijalankan dapat mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat secara berkelanjutan dalam partisipasi pengentasan
kemiskinan. Penambahan jumlah penduduk miskin dan pengangguran tersebut mengindikasikan bahwa sosialisasi yang disampaikan aparat pelaksana belum
mampu diterima dan dijalankan dengan baik oleh masyarakat. Selain itu proses pembinaan yang dilakukan oleh aparat pelaksana dalam rangka transfer of
knowledge and skill pengetahuan dan kemampuan atau keterampilan berjalan kurang efektif.
7
www.tnp2k.wapresri.go.id
6 Pelaksanaan PNPM MP yang diselenggarakan di Kabupaten Kutai Timur
harus saling mendukung antara Pemerintah Desa dan masyarakat karena masyarakat tidak bisa berjalan sendiri dalam melaksanakannya, maka perlu peran
yang maksimal dari Pemerintah Desa, sehingga program yang dijalankan dapat meningkatkan pendapatan perkapita yang imbasnya pada pengurangan angka
kemiskinan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, menyebutkan bahwa salah satu tugas umum pemerintahan
yang dilaksanakan
oleh kecamatan
yaitu mengoordinasikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Ketidakberhasilan pelaksanaan PNPM MP dalam
rangka pemberdayaan masyarakat tersebut di akibatkan oleh belum efektif pelaksanaan tugas atau masih kurangnya efektivitas Pemerintah Desa.
Didasarkan uraian diatas, penulis sangat termotivasi untuk melaksanakan
penelitian dengan judul “Peran Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Swarga
Bara, Kecamatan Sangata Utara , Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur”.
B. Rumusan Masalah