Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI DI DESA
KOTABATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR

NURUL FITRIYANTI

DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi
Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri di Desa
Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Nurul Fitriyanti
NIM I34100137

ABSTRAK
NURUL FITRIYANTI. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan DWI SADONO.
Penelitian ini berfokus pada partisipasi masyarakat dalam Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri di Desa Kotabatu, Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
metode survey dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 45 orang dan dipilih dengan metode sampel acak.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalis hubungan faktor internal yang ada
di masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri, 2)
Menganalisis hubungan faktor eksternal yang ada di masyarakat dengan tingkat

partisipasi dalam program PNPM-Mandiri, dan 3) Menganalisis hubungan tingkat
partisipasi masyarakat dengan tingkat pencapaian yang diperoleh masyarakat
dalam program PNPM-Mandiri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
faktor internal yang berpengaruh adalah usia dan faktor eksternal yang sangat
berpengaruh adalah intensitas komunikasi. Pada program ini masyarakat kurang
berpartisipasi tetapi masyarakat tetap merasakan tingkat pencapaian yang tinggi.
Kata kunci: Partisipasi, faktor internal, faktor eksternal, dan pencapaian.

ABSTRACT
NURUL FITRIYANTI. Community Participation In Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Rural, Ciomas subdistrict, Bogor
regency. Supervised by DWI SADONO.
This research focuses on community participation in the Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Rural, District Ciomas, Bogor
Regency. This study uses quantitative with survey methods and qualitative
methods with in-depth interviews. Respondents in this study amounted to 45
people and are selected by random sampling method. The purposes of this study
are 1) to analyze the correlation of internal factors in the community with the level
of participation in PNPM-Mandiri, 2) to analyze the correlation of external factors
that exist in the community with the level of participation in PNPM-Mandiri, and

3) to analyze the correlation between community participation the level of
achievement gained in the community-PNPM Mandiri program. Based on the
research results to internal factors that influence is age and external factors that
influence is intensity of communication. In this program, people participate less,
but people still feel a high level of achievement.
Keywords: Participation, internal factors, external factors, and achievement.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI DI
DESA KOTABATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN
BOGOR

NURUL FITRIYANTI

Skripsi
sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul

Nama
NIM

: Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat-Mandiri Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas,
Kabupaten Bogor
: Nurul Fitriyanti
: I34100137

Disetujui oleh


Dr Ir Dwi Sadono MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: _______________

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor”. Skripsi ini
dibuat sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Dalam skripsi ini, penulis menjelaskan tentang program pinjaman bergulir
yang merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat dari PNPMMandiri, menganalisis hubungan faktor internal dan hubungan faktor eksternal
yang ada di masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri,

menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam program PNPM-Mandiri dan
menganalisis tingkat pencapaian yang diperoleh masyarakat dalam program
PNPM-Mandiri.
Skripsi ini terbagi menjadi sembilan bab, terdiri dari Bab I yang berisi
latar belakang penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam Program
Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Bab
II yang memaparkan pendekatan teoritis yang menjadi landasan dalam melakukan
penelitian. Bab III menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan
untuk menyusun skripsi. Penulis menguraikan situasi serta kondisi lokasi
penelitian dalam Bab IV. Deskripsi mengenai Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu dituliskan pada Bab V. Pembahasan skripsi ini dimulai pada Bab VI
yang berisi hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat. Bab
VII membahas mengenai hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi
masyarakat dan Bab VIII membahas mengenai hubungan tingkat partisipasi
masyarakat dengan tingkat pencapaiannya dalam Program Pinjaman Bergulir. Bab
IX adalah bab yang terdiri dari simpulan dan saran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Dwi Sadono MSi
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan,
informasi, waktu serta curahan pikiran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan terimakasih dan hormat kepada orang tua tercinta Djayadi dan

Yanti, adik tersayang Annisa dan keluarga besar yang selalu sabar memberikan
doa, semangat, dukungan, materi dan semua pengorbanannya dengan penuh ikhlas
kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Gumanti
Muhamad Subagja, Dwi Rahayu, Putri Rodiah Sumantapura, Sarah Isaura
Viandini, Rima Febrina, Ratu Anna Rufaida, Pia Adelia, Shita Renita I, Umi
Athiah, Chyntya Wijaya dan Fifi Fergi yang telah memberikan banyak
pengalaman belajar, memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama
kuliah, kepada teman-teman SKPM 47 yang tidak dapat disebutkan satu per satu
dan responden dan informan yang telah membantu dalam penelitian ini. Kiranya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR


vi
ix
x
x

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penelitian

1
4
4
5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Partisipasi
Pengertian Partisipasi

Tahapan-tahapan Partisipasi
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Pemberdayaan
Pengertian Pemberdayaan
Prinsip Pemberdayaan
PNPM Mandiri
Sejarah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Pinjaman Bergulir

7
7
8
10
11
12
13
13
16

18
18
20

Kerangka Pemikiran
Hipotesis

21
23

Definisi Operasional
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Tingkat Partisipasi
Tingkat Pencapaian

23
23
24
26

27

PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Penentuan Informan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data

29
29
29
30
30

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Kondisi Ekonomi
Kondisi Sosial
Gambaran Desa Kotabatu
Ikhtisar

33
33
35
35
36

PROGRAM PINJAMAN BERGULIR DALAM PNPM-MANDIRI
Pelatihan Program Pinjaman Bergulir
Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Pelatihan RT dan RW Sebagai Penggerak Program Pembangunan
Ikhtisar

35
35
37
38
38

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT
Faktor Internal
Usia
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Tingkat Pendapatan
Tingkat Partisipasi
Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pengambilan Keputusan
Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
Tingkat Partisipasi Pada Tahap Menikmati Hasil
Tingkat Partisipasi Pada Tahap Evaluasi
Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat

41
41
41
42
42
42
43
44
45
46
47
47
48
49
49

Ikhtisar
HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT
Faktor Eksternal
Keaktifan Pemimpin
Intensitas Komunikasi
Intensitas Sosialisasi Kegiatan
Keaktifan Fasilitator
Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Hubungan Keaktifan Pemimpin Formal/Informal dengan Tingkat
Partisipasi Masyarakat
Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Hubungan Intensitas Sosialisasi Kegiatan dengan Tingkat
Partisipasi Masyarakat
Hubungan Keaktifan Fasilitator dengan Tingkat Partisipasi
Masyarakat
Ikhtisar
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
DENGAN TINGKAT PENCAPAIANNYA
Tingkat Pencapaian
Hubungan Tingkat Partisipasi Masyarakat dengan Tingkat
Pencapaiannya
Ikhtisar

50

53
53
53
54
54
54
55
56
56
57
58

61
61
63

PENUTUP
Simpulan
Saran

65
65

DAFTAR PUSTAKA

67

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.

13.

14.
15.

16.

17.

18.

Pelaksanaan penelitian tahun 2014
Sebaran luas wilayah menurut penggunaan di Desa Kotabatu
tahun 2010
Sebaran jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa
Kotabatu tahun 2010
Sebaran angkatan kerja di Desa Kotabatu tahun 2010
Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa
Kotabatu tahun 2010
Sebaran penduduk menurut agama yang dianut di Desa
Kotabatu tahun 2010
Sebaran jumlah responden menurut faktor internal dalam
Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
Sebaran jumlah responden menurut tingkat partisipasi
dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan di
Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
Hubungan usia dengan tingkat partisipasi masyarakat
dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu
Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu
Sebaran jumlah responden menurut faktor eksternal dalam
Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
Hubungan keaktifan pemimpin dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu
Hubungan intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu
Hubungan intensitas sosialiasi kegiatan dengan tingkat
Partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di
Desa Kotabatu
Hubungan keaktifan fasilitator dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa

28
33
34
34
35
35
41
43
43
47
48

49

50

53
55

56

57

57

19.
20.

Kotabatu
Sebaran jumlah responden menurut tingkat pencapaian
dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu
Hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat
pencapaian dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa
Kotabatu

61
62

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel pelaksanaan penelitian 2014
Sketsa wilayah Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor
Kerangka sampling
Hasil uji Rank Spearman dengan SPSS
Hasil uji Chi-Square dengan SPSS
Dokumentasi penelitian
Daftar responden

69
70
71
72
75
76
77

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran

22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan di wilayah pedesaan tentunya tidak akan terlepas dari
pelibatan masyarakat dan stakeholders yang terlibat. Pentingnya pelibatan
masyarakat dalam sebuah proses pembangunan di pedesaan dapat menjadi faktor
keberhasilan program tersebut. Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil
oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana
mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat
dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah
dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua,
partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah
mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian
mereka merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar (Nasdian 2012).
Menurut Slamet dalam Mardikanto (2010), partisipasi ini akan terwujud
dalam kegiatan nyata apabila ada kemampuan, kemauan dan kesempatan.
Kemampuan dan kemauan masyarakat dalam berpartisipasi dalam sebuah
program tertentu berasal dari dalam diri masyarakat sendiri, artinya meskipun ada
kesempatan yang diberikan oleh pemerintah atau negara untuk membangun
infrastuktur tetapi jika tidak ada kemampuan dan kemauan dari masyarakat maka
pertisipasi tidak akan terwujud. Partisipasi masyarakat merupakan perwujudan
dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap
pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka.
Artinya, melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa
kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang dilaksanakan oleh
aparat pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan
diperbaiki hidupnya.
Sebelum diluncurkannya PNPM-Mandiri pada tahun 2007, telah banyak
program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang menggunakan
konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan
operasionalnya. Dimulai dari program yang paling terkenal di masa Pemerintahan
Orde Baru adalah program IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang dimulai pada tahun
1993/1994 pada awal Repelita VI. Program IDT dilaksanakan dengan
memberikan bantuan modal usaha, pemerintah juga memberikan bantuan teknis
pendampingan. Program-program pemerintah pengentas kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat mulai dicanangkan. Mulai tahun 2007 Pemerintah
Indonesia menurut UU No 25 tahun 2004 mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri (Departemen Dalam Negeri 2008).
Berdasarkan penjelasan petunjuk teknis operasional PNPM-Mandiri
pedesaan 2008, PNPM-Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM-Mandiri dilaksanakan
melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur
program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong

2

prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang
berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Tujuan
PNPM adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja
masyarakat miskin secara mandiri, meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat,
termasuk masyarakat miskin, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
dan pemerintah dalam bersinergi dengan masyarakat untuk mengefektifkan
program-program pembangunan pedesaan yang sesuai dengan kearifan lokal yang
terdapat pada daerah tersebut.
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air, bahkan terbesar di dunia.
Pelaksanaan program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa,
pengelolaan pinjaman bergulir bagi kelompok swadaya masyarakat, kegiatan
pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah pedesaan. Ruang lingkup
PNPM-Mandiri, seluruh anggota masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap
tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan
keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling
prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat 2013).
Berdasarkan penjelasan dari Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat 2013 tentang PNPM-Mandiri perdesaan, kegiatan pembangunan
prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa prasarana di Indonesia sangat
dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses informasi dan pemasaran
terutama di daerah terpencil atau tertinggal. Meskipun demikian, kegiatan
perbaikan prasarana ini tidak hanya sebatas membangun program fisik, tetapi
lebih dimaksudkan untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik
sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengakses manfaat program
fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sejak
1998, PNPM-Mandiri telah dilaksanakan dilebih dari 58% desa di seluruh
Indonesia. Hingga tahun 2008 program ini menjangkau 42 319 desa termiskin di
Indonesia. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai
angka 28.07 juta jiwa atau sekitar 11.37% dari total penduduk Indonesia.
Meskipun mengalami penurunan sebesar 0.29% dibandingkan tahun lalu, masalah
kemiskinan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam hal
pembangunan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Desa Kota Batu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, menjadi salah
satu lokasi sasaran kegiatan pelaksanaan PNPM-Mandiri sejak tahun 2010. Batas
wilayah Desa Kotabatu yaitu kelurahan Cikaret, Suka Mantri, Desa Parakan dan
Taman sari. Desa Kotabatu memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dengan wilayah
Kotamadya Bogor. Luas wilayah Desa Kotabatu yaitu 274 ha dengan dominasi
wilayah permukiman seluas 169 ha. Potensi Sumberdaya Manusia wilayah Desa
Kotabatu sebanyak 22 880 orang. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM)-Mandiri yang dilaksanakan di Desa Kotabatu, yaitu peminjaman bergulir
untuk kegiatan usaha masyarakat dan kegiatan pembangunan atau perbaikan

3

sarana dan prasarana dan kegiatan pembangunan atau perbaikan drainase (saluran
air).
Pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada Program Pinjaman
Bergulir di Desa Kotabatu yang dapat memberikan manfaat jangka pendek
maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah
tangga miskin serta sasaran dari kegiatan tersebut. Program Pinjaman Bergulir
adalah salah satu bentuk program pemberdayaan ekonomi dari beberapa program
dari PNPM-Mandiri yang ada di Desa Kotabatu. Pelaksanaan kegiatan pinjaman
bergulir bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah
tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar dengan kegiatan yang
menghasilkan pendapatan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber
pinjaman lainnya, untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan kegiatan yang
mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro disamping itu membelajarkan
mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Program Pinjaman Bergulir tersebut sudah berjalan sejak tahun 2010 sampai
sekarang. Salah satu prinsip dasar PNPM-Mandiri adalah partisipasi. Pengertian
prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur
tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pelestarian kegiatan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azimi (2013) menjelaskan
bahwa tingkat partisipasi masyarakat masih berada pada tingkatan yang sedang
karena dalam tahap perencanaan pengambilan keputusan masih berada pada pihak
yang memiliki kekuasaan lebih tinggi dari masyarakat. Tahap pelaksanaan dan
tahap evaluasi masyarakat masih memiliki keterlibatan yang sangat rendah.
Pernyataan tersebut menunjukan pentingnya pelibatan masyarakat dari mulai
tahap perencanaan hingga tahap evaluasi, yang ditujukan agar masyarakat mampu
menjalankan program pemberdayaan dengan baik dan merasa memperoleh
peningkatan taraf hidup dari program yang dilaksanakan. Selain itu, Nasdian
(2012) juga menjelaskan bahwa masyarakat yang menghadiri rapat pun kurang
terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, kritikan dan banyaknya
masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses evaluasi cukup dilakukan oleh
tokoh-tokoh masyarakat saja. Hal ini menunjukkan bahwa anggota komunitas
karena terjerat dalam berbagai macam kekurangan sehingga warga komunitas
terlihat tidak memiliki inisiatif, gairah dan tidak dinamis untuk mengubah hidup
mereka yang kurang baik.
Secara umum, PNPM-Mandiri merupakan program yang memiliki
prinsip bottom up, dimana kegiatan tersebut bertumpu pada masyarakat dan
membutuhkan partisipasi masyarakat. Tujuan peminjaman bergulir untuk
kelompok swadaya masyarakat adalah pengembangan kemandirian masyarakat
melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dan penyelenggaraan
pembangunan desa dan antar-desa, serta peningkatan penyediaan modal secara
ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, menjadi penting
untuk dilihat bagaimana partisipasi masyarakat (pelibatan dari tahap
pengambilan keputusan hingga tahap evaluasi) dalam sebuah program besar
pemerintah yaitu PNPM-Mandiri?

4

Rumusan Masalah
Faktor-faktor yang dapat menghambat pemberdayaan dan partisipasi serta
menjadi penyebab permasalahan masyarakat lapisan bawah di tingkat komunitas
tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih kuat perlu dicermati dan
diperhatikan dengan baik. Salah satunya adalah faktor internal. Faktor internal
berasal dari dalam diri atau karakteristik individu yang mempengaruhi
pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas. Faktor internal yang
berhubungan yaitu usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat
pendapatan. Oleh karena itu, menjadi lebih menarik dalam penelitian ini untuk
dibahas bagaimana hubungan faktor internal yang ada di masyarakat dengan
tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri?
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang menghambat pemberdayaan dan
partisipasi serta menjadi penyebab permasalahan masyarakat di tingkat komunitas
menjadi tidak berdaya. Faktor eksternal yang berhubungan yaitu keaktifan
pemimpin formal/informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan
dan keaktifan fasilitator. Oleh karena itu, menjadi lebih menarik dalam penelitian
ini untuk dibahas bagaimana hubungan faktor eksternal yang ada di
masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri?
Hasil sebuah program pemberdayaan dapat dinilai oleh keberhasilan
program yang dilaksanakan secara partisipasi. Keberhasilan suatu program
pembangunan akan sangat efektif dan efisien jika dapat dinikmati atau
dimanfaatkan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat. Tingkat
pencapaian yang diperoleh yaitu peningkatan fasilitas sarana sosial dan ekonomi,
peningkatan peluang usaha, peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
ekonomi pedesaan, peningkatan pendapatan rumahtangga dan peningkatan
kemandirian warga dalam menunjang kebutuhan hidup. Oleh karena itu, menjadi
lebih menarik dalam penelitian ini untuk dibahas bagaimana hubungan tingkat
partisipasi dengan tingkat pencapaian yang diperoleh masyarakat dalam
program PNPM-Mandiri?

Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk mengetahui
“Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM)-Mandiri di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor” dan
secara khusus bertujuan untuk:
1. Menganalisis hubungan faktor internal yang ada di masyarakat dengan
tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri.
2. Menganalisis hubungan faktor eksternal yang ada di masyarakat dengan
tingkat partisipasi dalam program PNPM-Mandiri.
3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat
pencapaian yang diperoleh masyarakat dalam program PNPM-Mandiri.

5

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai media aplikasi teori dan penerapan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan, sekaligus menambah wawasan dan
pengetahuan, khususnya dalam memahami penerapan program pemerintah
kepada masyarakat desa.
2. Pemerintah, memberikan informasi bagi pemerintah tentang pelaksanaan
PNPM di lapangan dan menjadi evaluasi serta bahan kajian bagi pemerintah
dalam pelaksanaan program-program selanjutnya.
3. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri
di wilayah Pedesaan. Melalui informasi ini, diharapkan bagi masyarakat
yang belum mengikuti program PNPM mandiri tersebut untuk lebih aktif
dalam mengikuti program-program yang akan dilaksanakan selanjutnya.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Partisipasi
Pengertian Partisipasi
Secara etimologi arti kata partisipasi berasal dari bahasa latin, pars artinya
bagian dan capare berarti mengambil bagian atau dapat juga disebut peran serta
atau keikutsertaan. Jadi partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan secara
sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri (Supriyadi
2001 dalam Wibowo 2011).
Kamus sosiologi yang dikutip oleh Mardikanto (2010), partisipasi
merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelompok sosial untuk mengambil
bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.
Partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian
serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi
yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan
bukanlah sekedar kewajiban yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah sendiri,
tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki hidupnya.
Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas
sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana
dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol
secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas
dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain
dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan
kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah
memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut pada
subjek yang sadar (Nasdian 2012).
Slamet dalam Mardikanto (2010), menyatakan bahwa tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan
tiga unsur pokok yaitu:
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
berpartisipasi
2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi; dan
3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

untuk

Menurut Wibowo (2011), partisipasi rakyat merupakan prasyarat utama
untuk keberhasilan proses pembangunan di Indonesia. Namun hal ini belum
menjadi perhatian utama karena di lapangan masih terdapat hambatan yaitu belum
dipahaminya konsep partisipasi yang sebenarnya oleh pihak perencana dan pihak
pembangunan.
Kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi menurut Ife dan Tesoriero (2008):
1. Mereka akan ikut berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau
aktivitas tersebut penting.
2. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.

8

3. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.
4. Orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya.
5. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.
Adanya keaktifan warga dalam pemberian ide-ide pada tahap perencanaan
dinilai sangat penting, selain itu adanya kesadaran dan rasa kepemilikan yang
tinggi dari masyarakat dibutuhkan dalam tahap pelaksanaan, adanya manfaat yang
dirasakan masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam menilai hasil kerja
pada tahap evaluasi merupakan hal terpenting yang harus ada dalam tahapan
partisipasi (Girsang 2011).
Mendorong dan mendukung partisipasi adalah suatu proses yang
membutuhkan keterampilan dan melibatkan pemantauan terus menerus tentang
dampaknya terhadap rakyat mengenai partisipasi mereka dalam kegiatan-kegiatan
pengembangan masyarakat. Partisipasi harus menghasilkan keluaran positif, baik
dari segi membangun kepercayaan pribadi dan dalam segi kontrol terhadap
lingkungan seseorang dan kemampuan untuk memengaruhi keputusan yang akan
memberi dampak pada kehidupan seseorang. Hal-hal tersebut bukanlah keluaran
yang secara otomatis mengalir dari partisipasi.
Pelibatan masyarakat dalam sebuah program sangatlah penting, tetapi
dalam mendefinisikan partisipasi masyarakat haruslah berhati-hati. Hal ini
dikarenakan adanya berbagai kepentingan yang ada dalam pelaksanaan partisipasi.
Ada beberapa unsur yang perlu dipertimbangkan dalam partisipasi masyarakat
adalah insiatif dan proses pengambilan keputusan yang berasal dari bawah, yaitu
komunitas. Masyarakat memiliki pengalaman tersendiri akibat adanya proses
interaksi yang berlangsung secara terus menerus dengan lingkungannya (Susantyo
2007).
Tahapan-tahapan Partisipasi
Menurut Cohen dan Uphoff seperti yang dikutip Girsang (2011),
menjelaskan pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.
Cohen dan Uphoff juga membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.
Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan
materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti
proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

9

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Yadav dalam Mardikanto (2010), mengemukakan tentang adanya empat
macam kegiatan pembangunan, yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, serta partisipasi dan pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan.
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui
dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi langsung
didalam proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja,
uang-tunai, dan atau berbentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan
manfaat yang diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang
bersangkutan.
3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan
sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang
diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang
masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan
pembangunan yang bersangkutan.
4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan sering terlupakan.
Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup
masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan
tujuan utama. Partisipasi sering kurang mendapat perhatian pemerintah
dan administrasi pembangunan pada umumnya, yang seringkali
menganggap bahwa dengan selesainya pelaksanaan pembangunan itu
otomatis manfaatnya pasti dapat dirasakan oleh masyarakat sasarannya.
Menurut Wilcox dalam Mardikanto (2010) ada lima tahapan partisipasi yaitu:
1. Memberikan informasi (Information)
2. Konsultasi (Consultation): menawarkan pendapat sebagai pendengar yang
baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak terlibat dalam
implementasi ide dan gagasan tersebut.
3. Pengambilan keputusan bersama (Deciding together): memberikan
dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan, serta mengembangkan
pekuang yang diperlukan guna pengambilan keputusan.

10

4. Bertindak bersama (Acting together): dalam arti tidak sekedar ikut dalam
pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dalam menjalin kemitraan
dalam pelaksanaan kegiatan.
5. Memberikan dukungan (Supporting independent community interest) yaitu
dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat, dan
dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan.
Azimi (2013) juga menjelaskan bahwa dalam tahap pelaksanaan dan tahap
evaluasi masyarakat masih memiliki keterlibatan yang sangat rendah. Hal ini
dikarenakan partisipasi yang berasal dari stakeholders yaitu pihak swasta masih
sangat tinggi, sehingga hal ini membuat masyarakat kurang membuat taraf hidup
masyarakat menjadi lebih baik dan tidak ada rasa memiliki dalam menjalankan
program pemberdayaan. Pernyataan tersebut menunjukan pentingnya pelibatan
masyarakat dari mulai tahap perencanaan hingga tahap evaluasi, yang ditujukan
agar masyarakat mampu menjalankan program pemberdayaan dengan baik dan
merasa memperoleh peningkatan taraf hidup dari program yang dilaksanakan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi
Menurut Nasdian (2012) faktor-faktor yang menghambat pemberdayaan
dan partisipasi serta menjadi penyebab mengapa masyarakat lapisan bawah di
tingkat komunitas tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih kuat perlu
dicermati dan diperhatikan dengan baik. Kendala upaya pemberdayaan dan
meningkatkan partisipasi warga komunitas pada dasarnya dapat ditelaah dari
dimensi struktural-kultural. Dimensi struktural bersumber terutama pada struktur
sosial yang berlaku dalam suatu komunitas. Dimensi kultural adalah sikap pasrah
dari anggota komunitas karena terjerat dalam berbagai macam kekurangan
sehingga warga komunitas terlihat tidak memiliki inisiatif, gairah dan tidak
dinamis untuk mengubah hidup mereka yang kurang baik. Dimensi strukturalkultural mengandung makna berlakunya hubungan-hubungan sosial dan interaksi
sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan berlangsungnya suatu
kebiasaan yang dapat “membius” dan membatasi inisiatif dan semangat warga
komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap pasrah, kurang kreatif,
inisiatif dan berani dalam masyarakat secara langsung atau tidak langsung dapat
mengkekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas dalam
komunitas.
Tingkat partisipasi masyarakat dapat dikatakan tergolong rendah karena
adanya kendala yang berasa dari dimensi kutural masyarakat yang lebih memilih
tidak yang pada saat kegiatan rapat, dengan alasan kesibukan pekerjaan dan tidak
punya akses menuju tempat rapat. Selain itu, masyarakat yang menghadiri rapat
pun kurang terlibat dalam memberikan ide, pendapat, masukan, kritikan, dan
banyaknya masyarakat yang kurang tertarik dan merasa proses evaluasi cukup
dilakukan oleh Ketua RT dan tokoh-tokoh masyarakat saja. Hal ini menunjukkan
bahwa anggota komunitas karena terjerat dalam berbagai macam kekurangan
sehingga warga komunitas terlihat tidak memiliki inisiatif, gairah dan tidak
dinamis untuk mengubah hidup mereka yang kurang baik.
Achnes et al. (2012) juga menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakberhasilan implementasi PNPM dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dipengaruhi oleh komunikasi yang kurang dipahami oleh masyarakat,
ketidakjelasan dan ketidakkonsistenan petugas dalam menyampaikan informasi-

11

informasi. Struktur birokrasi yang sulit untuk dipahami dan kurang sistematis.
Kemudian aspek fragmentasi dari luar yang terlalu ikut campur dalam
pelaksanaan. Wibowo (2011) juga mengemukakan bahwa hambatan yang sering
dihadapi di lapangan ketika mewujudkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan keberhasilan pembangunan adalah karena belum dipahaminya
makna atau konsep yang sebenarnya dari partisipasi oleh pihak perencana dan
pihak pembangunan.
Faktor Internal
Pangestu dalam Girsang (2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor internal
yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam suatu program adalah segala
sesuatu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu
tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu
mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga dan jumlah serta
pengalaman berkelompok.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari
faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan
masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal)
yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan
berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan
Zanden dalam Yulianti (2012) mengemukakan pandangan multidimensional
tentang stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi adanya tiga komponen di
dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise) dan kekuasaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut. Faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam
kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok
didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri
sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan
(Slamet dalam Yulianti 2012). Slamet dalam Yulianti (2012) juga mengemukakan
secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat
partisipasi seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi.
Menurut Plumer dalam Yulianti (2012), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini
membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan
bentuk dari partisipasi yang ada.
2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu
akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun
waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali
alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara
komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi.
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk
memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.

12

4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih
menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki
dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda
terhadap suatu pokok permasalahan.
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan
menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan
konsep-konsep yang ada.
Faktor Eksternal
Menurut Sunarti dalam Yulianti (2012), faktor-faktor eksternal ini dapat
dikatakan petaruh (stakeholders), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan
mempunyai pengaruh terhadap program ini. Petaruh kunci adalah siapa yang
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting
guna kesuksesan program. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Yulianti (2012) yang menjelaskan peran pemerintah, pengurus kelurahan
(RT/RW), tokoh masyarakat dan peran fasilitator yang merupakan faktor eksternal
mempengaruhi seluruh bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat.
Selain itu, Tjokroamidjojo dalam Girsang (2011) mengungkapkan faktorfaktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah
1. Faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat
diperlukan adanya pimpinan dan kualitas; dan
2. Faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan, dan rencanarencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti
oleh masyarakat.
Faktor kepemimpinan juga disinggung dalam hasil penelitian yang
dilakukan oleh Susantyo (2007) yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan
lokal juga merupakan faktor strategis dari partisipasi masyarakat. Hal ini
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu kelembagaan
ekonomi dan saluran pendapatan publik terhadap kebijaksanaan pembangunan.
Kita tidak hanya cukup meyakinkan diri bahwa pemimpin lokal lebih mempunyai
pengaruh secara informal dari pada pemimpin formal terhadap anggota
masyarakat. Oleh karena itu, dengan menggunakan pengaruh ini masyarakat dapat
dilibatkan dalam program ekonomi dan memberi dukungan terhadap suatu
kebijakan. Hal yang paling mendasar adalah ketaatan masyarakat terhadap adat
yang menyatukan mereka, dimana pemimpin sebagai simbol adat dari kaidahkaidah tersendiri dalam memutuskan masalah yang dihadapi anggota masyarakat.
Girsang (2011) juga menyebutkan faktor eksternal yang mempengaruhi
partisipasi adalah kepemimpinan desa, intensitas sosialisasi kegiatan dan
keaktifan tim pendamping kegiatan. Tetapi faktor yang paling berpengaruh adalah
keaktifan tim pendamping dalam mendampingi masyarakat.

13

Pemberdayaan
Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)
berasal dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan
kekuasaan dapat berubah. Pemahaman kekuasaan seperti ini pemberdayaan
sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna,
dengan kata lain kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung
pada dua hal (Suharto 2010):
1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam a)
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan; b) menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan dan
c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Suharto (2010) mengemukakan pendapat beberapa ahli
yang mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan caracara pemberdayaan:
1.
2.

3.
4.

Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung (Ife 1995).
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya (Parsons et.al 1994).
Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin 1987).
Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport 1984).

Setiap perencanaan pembangunan yang diarahkan pada pemberdayaan
masyarakat paling tidak harus memuat unsur-unsur pokok yaitu pertama, strategi
dasar pemberdayaan masyarakat yang merupakan acuan dari seluruh upaya
pemberdayaan masyarakat. Kedua, kerangka makro pemberdayaan masyarakat

14

yang memuat berbagai besaran yang harus dicapai. Ketiga, sumber anggaran
pembangunan sebagi perkiraan sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
Keempat, kerangka dan perangkat kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Kelima, program-program pemberdayaan masyarakat yang secara konsisten
diarahkan pada pengembangan kapasitas masyarakat. Keenam, indikator
keberhasilan program yang memuat perangkat pencatatan sebagai dasar
pemantauan evaluasi program dan penyempurnaan program serta kebijaksanaan
yang menyangkut kelangsungan program.
Pemberdayaan menurut Ife dan Tesoriero (2008) memuat dua pengertian
kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan
hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan penguasaan
atau penguasaan klien atas:
1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup:
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya
hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.
2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya.
3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa
tekanan.
4. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal dan kemasyarakatan.
6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mengetahui
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.
Menurut Sumodiningrat (1999) pemberdayaan masyarakat memerlukan
kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah
maju dengan pihak yang belum berkembang. Pemberdayaan merupakan suatu
proses perubahan ketergantungan menjadi kemandirian. Sumodiningrat (1999)
juga menjelaskan bahwa segenap program pemberdayaan masyarakat yang
dirancang untuk menanggulangi ketertinggalan merupakan bagian dari upaya
mempercepat proses perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang masih

15

tertinggal. Keterkaitan antar program pemberdayaan masyarakat mencangkup
keterkaitan misi, tujuan, dan pendekatan lintas sektor. Proses perubahan itu hanya
dapat lestari dan berkelanjutan jika mampu digerakkan oleh masyarakat. Aparat
dan pihak luar adalah fasilitator yang melakukan campur tangan minimum jika
masyarakat belum mampu melakukan proses tersebut.
World Bank dalam Mardikanto (2010), mengartikan pemberdayaan
sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok
masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani menyuarakan pendapat, ide, atau
gagasan-gagasannya serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice)
sesuai dengan (konsep, metoda, produk, tindakan dan lain-lain) yang terbaik bagi
pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan
proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat
dalam berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan dan mempengaruhi kejadiankejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons et al. 1994 dalam
Mardikanto 2010). Upaya memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
menumbuhkan potensi yang terpendam dalam masyarakat yang mengharuskan
adanya fasilitator untuk membangun kapasitas produktif masyarakat
(Indrianingrum 2011).
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya persepsi mereka sen

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

Tingkat keberlanjutan program nasional pemberdayaan masyarakat pinjaman bergulir di Desa Kotabatu Kabupaten Bogor

0 3 85

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 0 16

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 1 17