selama masih dalam ranah yang berkaitan dengan topik penelitian.
15
Bahan non hukum yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah buku pedoman penulisan karya ilmiah yang berasal dari Fakultas Hukum dan dari
Universitas Negeri Jember juga bahan-bahan lainnya yang diakses dari internet dan sumber non hukum lainnya.
1.4.4 Analisa Bahan Hukum
Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahwa metode analisis bahan hukum merupakan proses menemukan jawaban dari pokok
permasalahan yang timbul dari fakta hukum, maka dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu berpangkal
dari prinsip-prinsip dasar yang kemudian dihadirkan objek yang hendak diteliti.
16
Maka dari itu dapat diketahui proses tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
17
a. Mengindentifikasikan fakta hukum dan mengeliminir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan permasalahan yang
hendak diajukan; b. Pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekiranya dianggap
memilki relevansi juga bahan-bahan non hukum; c. Melakukan telaah atas permasalahan yang diajukan
berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan; d. Menarik kesimpulan dalam bentuk argumentasi yang
menjawab permasalahan yang diajukan; e. Memberikan preskripsi atau hal yang sebenarnya harus
dilakukan berdasarkan argumentasi yang telah dibangun dalam kesimpulan
Selanjutnya dengan mudah dapat digunakan metode deduktif yaitu menyimpulkan pembahasan menuju ke hal-hal yang bersifat khusus dan
diharapkan memberikan preskripsi tentang apa yang seharusnya diterapkan berkaitan dengan permasalahan yang telah diangkat dalam skripsi ini
sehingga nantinya hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya.
15
Ibid. Hal. 143
16
Ibid. Hal. 42
17
Ibid. Hal. 171
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tindak Pidana Pencucian Uang 2.1.1 Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam KUHP
KUHP tidak secara eksplisit mengatur tentang Money Laundering. Dimana Money Laundering termasuk dalam tindak pidana khusus selain
korupsi dan terorisme. Tetapi KUHP sedikitnya telah mengatur korupsi dan terorisme meskipun tidak secara jelas dan terbuka dengan menyebutkan
tentang tindak pidana korupsi dan terorisme. Hanya yang dipersamakan dengan dua tindak pidana tersebut. Sama halnya dengan korupsi dan
terorisme untuk Money Laundering pakar hukum pidana menyamakan dengan tindak pidana penadahan. Adalah sebagai berikut:
Barda Nawawi Arief dan Mardjono Reksodiputro men- contohkan Pasal 480 KUHP tentang pidana penadahan sebagai
analogi dari tindak pidana pencucian uang. Dalam hal tindak penadahan terjadi maka proses hukum atas tindak pidana
penadahan tidak perlu menunggu putusan hukum yang berkekuatan tetap Inkracht dari perkara pencuriannya.
18
Tetapi pada tataran kenyataan di persidangan bahwa pasal yang tercantum dalam KUHP itu tidak dapat dipergunakan untuk menjerat pelaku
Money Laundering. Pemerintah membutuhkan peraturan yang khusus untuk menjerat pelaku Money Laundering agar dapat dihukum sesuai perbuatannya.
Lebih tepatnya mereka dapat mungkir dan mangkir dari tindak pidana tersebut. Itulah mengapa pada saat itu Money Laundering sangat sulit untuk
diproses. Disamping itu juga sangat mendukung terjadinya Money Laundering, karena Indonesia dianggap sebagai surganya Money Laundering
oleh para pelaku. Oleh karena itu pengaturan Money Laundering diatur
18
http:www.komisihukum.go.idarticle_opinion.php?mode=detilid=25Mardjono Reksodiputro, “Money Laundring, Bank Secrecy Acts”Desember 2003
diakses tanggal 30
Januari 2010, Pukul: 13.00 Wib.