❏ I Made Netra
Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukan Ragam Humor di Kota Denpasar Kajian Bahasa dan Jender
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 1
PERILAKU SEKSIS DALAM BAHASA SENI PERTUNJUKAN RAGAM HUMOR DI KOTA DENPASAR KAJIAN BAHASA
DAN JENDER
I Made Netra
Universitas Udayana
Abstract
This paper is aimed at 1 identifying and analyzing the forms of language of humor which has been constructed and used by both male and female players on the art performances in
Denpasar; 2 describing and analyzing the functions of language of humor for the sake of marginalizing the women; and 3 describing to what extent the sexism is role-played by
both players of human art performances in Denpasar.The result of the analysis showed that 1 the language of humor, in accordance with the types of communication, was constructed
by monologues and dialogues taking the forms of free, incoherence, and conflict composition; 2 the sexist language used by the players of humor in art performances was
directly andor indirectly intended to ignore and marginalize the position of women; 3 the sexism considered that men were superior than women that pragmatically and
metaphorically contained negative values of the position of women. It was limited to practices that led to the domination and discrimination of men toward women. It also
showed that there was unfair treatment of one sex to the other sex, men to women, and women to women themselves.
Key words: language, behavior, sexism, humor, marginal
1. PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa yang terkait dengan unsur- unsur di luar bahasa dapat dilihat dalam berbagai
peristiwa tutur dan dilakukan oleh guyub tutur tertentu dengan nilai, norma budaya, dan adat
istiadatnya. Aitchison 1992:19 mengatakan bahwa penggunaan bahasa, dengan berbagai
ragamnya, sebagai alat berkomunikasi untuk menyatakan perasaan dan emosi dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan sebagai alat transmisi budaya. Salah satu contoh penggunaan bahasa
yang paling sering dilihat dalam masyarakat Bali umumnya, terutama di Kota Denpasar khususnya,
adalah penggunaan bahasa dalam seni pertunjukan ragam humor. Bahasa humor diyakini oleh
masyarakat sebagai media untuk menyampaikan informasi, menyatakan rasa senang, marah,
jengkel, dan simpati. Humor bisa berfungsi mengendorkan ketegangan atau katup penyelamat
antara dua orang yang berselisih dan bersitegang. Humor juga digunakan untuk tujuan-tujuan seksis
yang memanfaatkan perempuan sebagai objek, seperti merendahkan, menyepelekan, dan
memarjinalkan posisi perempuan Soedjatmiko 1992:69—70.
Terlepas dari dualisme fungsi humor tersebut, adakalanya humor digunakan oleh pelibat
tertentu dengan memanfaatkan perempuan sebagai objek. Humor dimaksudkan untuk memarjinalkan
posisi perempuan. Dalam peristiwa komunikasi seperti ini sering digunakan bahasa, ungkapan-
ungkapan, atau pengandaian dengan perilaku yang mengarah pada pengabaian, perendahan, dan
pelecehan terhadap kaum perempuan yang dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena itu, secara
tersurat dan tersirat terdapat satu fenomena pemakaian atau pemanfaatan kaum perempuan
sebagai objek pembicaraan yang signifikan dan sering menyakitkan perasaan oleh kaum laki-laki.
Hal ini disebabkan oleh sistem masyarakat patrilineal yang dianut oleh sebagian besar penutur
asli bahasa Indonesia. Dalam sistem ini kedudukan kaum laki-laki dianggap lebih tinggi
daripada kaum perempuan. Demikian pula halnya dengan fungsi laki-laki dalam masyarakat yang
dianggap lebih dominan dan unggul dibandingkan dengan kaum perempuan. Kaum perempuan
ditempatkan pada posisi subordinat.
Berdasarkan isu dan fenomena yang menyangkut bahasa secara makro tersebut,
pengaplikasian konsep dan pendekatan bahasa dan jender perlu diuraikan. Adapun topik
❏ I Made Netra
Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukan Ragam Humor di Kota Denpasar Kajian Bahasa dan Jender
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume V No. 1 April Tahun 2009 Halaman 2
pembahasannya dipayungi oleh konsep bahasa dan perilaku seksis dalam humor yang dikaji dari
perspektif bahasa dan jender yang terkait dengan kajian wanita. Dalam hal ini dapat diasumsikan
bahwa bahasa humor tergolong ke dalam bahasa seksis yang berbentuk monologis dan atau dialogis
psikoanalitis, sosial, dan persepsi kognitif. Dilihat dari sasarannya, bahasa humor dapat berbentuk
humor etnis, humor seksual, dan humor politik. Bentuk dan jenis bahasa humor seperti itu dipakai
untuk tujuan-tujuan atau fungsi untuk mengabaikan, merendahkan perempuan, dan
sejenisnya. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan untuk menunjang asumsi tersebut dapat
diformulasikan, yaitu 1 Bagaimanakah bentuk bahasa humor yang
dibangun dan digunakan oleh baik pelibat laki-laki maupun pelibat perempuan dalam
seni pertunjukan ragam humor di Kota Denpasar?
2 Apakah pemakaian bahasa humor dalam seni pertunjukan di Kota Denpasar tersebut
dimaksudkan untuk mengabaikan, merendahkan, dan menyepelekan perempuan
sehingga termasuk bahasa seksis?
3 Sejauh manakah perilaku seksis yang ditunjukkan oleh para pelaku atau pelibat
dalam seni pertunjukan ragam humor di Kota Denpasar?
2. KAJIAN PUSTAKA