Perbandingan Bahasa Seksis dalam Novel Resurrection Karya Tucker Malarkey dan Terjemahannya ‘Kebangkitan’ Karya Arif Subiyanto
! "#
$$
Universitas Sumatera Utara
%&'()&* +&,&% & & &-( .&/&- (*-() 01 /2 (0&*%2/& 4& &0 /2,/&0 -(4% %*,(%3-%) 1&4& )2 &
*%6 /3%-&3 (0&- /& -&/&
&/ &,%3- / &35&3&/'&*&
! "#
$$
Universitas Sumatera Utara
(4( 3%3
7
&0& & &3%38& 7
202/ 2)2) 7
/2,/&0 -(4% 7
2*3 *-/&3%
7
%-/& /&-%8% !"
%*,(%3-%) &'%&* /' 0& &*
*. -('(% 20%3% 0+%0+%*,
9 /: 238%-& % & & %; %1: -(&
; : (0:< 9 /: ( %=&/ (5 -&/; : :< *,,2-&
-(& /2,/&0 -(4%;
%/ )-(/;
9 /2>: : % 6&*& %*&/; : :; : :< 9 /2>: /: /: : & %0 &-2*4&*,;
:<
&*,,& ( (37 " (*% $ $
Universitas Sumatera Utara
& 4%('% 1&4& &*,,& " (*% $ $
7
-(& *,,2-&
7 /: 238%-& % & & %; %1:
; : (0:
7 : /: ( %=&/ (5 -&/; : :
$: /: 30.-& (/+&)-%; : %:
": /: %3*&8&-.; : (0:
Universitas Sumatera Utara
(4( 3%3
/+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) .
4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksisanksi lainnya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2012
Citra Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? !" # $ %" $ #)
" &' # $ ( #
!" #
$
"
% $ ! &$
'"
' $$
(
)
*& #
"+
&" "
(
! ,-
!
&" $ $
&
,- !"
*& #
&
.'
,/- ! !$
' $ ! &! $ $
(!
&! 0
$ $$
"
$
(
"$
($ !
)
*& #
!
!# "
&'
(
0
! 0"
0
!
&
1$ $
(
!
,-
&"
" $$
&
,- & ' " '
"1
$!
""
"
#"
$ ! $$
"
!"
" $"
,/-
2 !$
'
* !" 3 '
(
$
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? /+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) . 4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2) 3%3 Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2012.
Novel sebagai salah satu bagian dari karya sastra mencerminkan keadaan
sosial yang terjadi dalam masyarakat asal pengarang. Sedangkan proses
penerjemahan seringkali tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya asal penerjemah.
Akibatnya gambaran konteks sosial yang muncul dalam novel asli berbeda dengan
novel terjemahan. Hal ini pulalah yang terjadi dalam novel )
dan
terjemahannya, Kebangkitan. Terlebih lagi ada perbedaan jender antara pengarang
dan penerjemah juga menyebabkan perbedaan diksi yang digunakan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui diksi-diksi yang digunakan antar pelibat
dalam kedua novel, (2) mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis, dan (3) untuk mengetahui jenis bahasa seksis
yang ditunjukkan oleh pelibat dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan berorientasi pada produk terjemahan. Data
penelitian merupakan bahasa tulisan baik berbentuk kata, frasa, klausa maupun
kalimat. Sumber data primer berupa novel )
dan terjemahannya yang
berjudul Kebangkitan, sedangkan sumber data sekunder berupa sumber-sumber
tertulis tentang seksisme dalam bahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumenter dan teknik analisis datanya menggunakan hermeneutika Gadamer.
Temuan penelitian adalah (1) adanya pembedaan diksi yang digunakan oleh pelibat
lelaki dan perempuan dalam kedua novel, (2) terdapat beberapa teks yang
menunjukkan bahasa seksis yang berhubungan dengan peran dan kepribadian
perempuan, antara lain perempuan dan wanita, perempuan dan lelaki, perempuan dan
pengambilan keputusan, perempuan dan fisik, perempuan dan rumah tangga,
perempuan dan kesopanan, serta perempuan dan sikap menerima, dan (3) jenis bahasa
seksis yang digunakan mayoritas bersifat dialogis.
Kata kunci: Bahasa Seksis, Terjemahan, Diksi, Pelibat
Universitas Sumatera Utara
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya tesis yang berjudul: Perbandingan Bahasa Seksis
dalam Novel )
Karya Tucker Malarkey dan Terjemahannya
‘Kebangkitan’ Karya Arif Subiyanto dapat terselesaikan. Tesis ini ditulis guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Master Humaniora pada
Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa
dukungan dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karenanya, saya menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen Pembimbing I, Dr. Roswita Silalahi, Dip. TESOL,
M.Hum., yang selalu dengan kesungguhan hati membimbing, mendukung dan
mengarahkan saya serta atas segala kesabaran yang telah diberikan selama masa
bimbingan. Ucapan serupa juga saya haturkan kepada Dosen Pembimbing II Dr.
Muhizar Muchtar, M.S. yang banyak membantu dengan memberikan masukan-
masukan yang berharga dalam penulisan tesis. Saya juga menyampaikan rasa terima
kasih kepada para Dosen Penguji, Dr. Asmyta Surbakti, M.Si., dan Dr. Risnawaty,
M.Hum., yang telah memberikan penilaian dan koreksi demi kesempurnaan penulisan
tesis.
Selain itu, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor USU, Prof
Dr dr Syahril Pasaribu DTM&H MSc(CTM) SpA(K), Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
USU, Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE., beserta segenap jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada Program Pascasarjana USU sehingga memperlancar proses pengurusan administrasi tesis. Ucapan yang sama juga saya tujukan pada Ketua Program Studi Linguistik, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. beserta jajaran Program Studi Linguistik serta kepada seluruh dosen dan staf adminitrasi SPs USU, termasuk rekan-rekan mahasiswa yang telah menaruh simpati dan bantuan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar.
Rasa terima kasih sedalam-dalamnya juga saya sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Drs. Zulkarnain, MBA., M.T. dan Lia Karlia Rossa, M.Pd. atas semua cinta kasih yang tak pernah putus dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu dan memenuhi mimpi mereka berdua. Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan pada kakak tersayang, Diana Sari Unie Nesia, M.Sc. atas semua penghiburan yang membuat saya tidak merasakan jenuh selama penulisan tesis.
Ucapan terima kasih khusus juga saya sampaikan pada sahabat-sahabat tersayang, Yanurisma Sugianto S.S., Fitriyah Ainy, S.S., Retno Maharani, S.S. atas persahabatan abadi serta semua dukungan dan untaian semangat yang tiada henti, serta pada Ikmi Nur Oktavianti, M.A. dan Rita Damayanti, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan banyak waktu demi mencarikan berbagai literatur yang menunjang penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga saya haturkan pada dosen sekaligus sahabat, Drs. Arif Subiyanto, M.A., yang setia mendukung saya bahkan sejak awal menjejakkan kaki sebagai mahasiswi S2 serta dengan berbesar hati merelakan hasil
Universitas Sumatera Utara
karyanya menjadi bahan penelitian saya. Rasa terima kasih juga saya haturkan bagi staf Balai Bahasa Medan yang telah meminjamkan literatur guna mendukung penelitian ini.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah membantu saya baik moril maupun materiil selama saya mengikuti pendidikan sampai selesai. Pada kesempatan ini saya juga memohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin terjadi selama menjalani pendidikan S2. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kebaikan dan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.
Medan, Juni 2012
Citra Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Nama
: Citra Pratiwi
Tempat/ Tanggal lahir: Bandung / 6 Januari 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Alue Raya. Gang Melati No 1.
Buket Rata- Lhokseumawe
Aceh Utara, Provinsi Aceh
Hp : 081333168987
%8&.&- *4%4%)&*
SD : SDN Bertingkat, Lhokseumawe – Aceh Utara (1994- 1998)
SMP
: SMPN 2, Lhokseumawe – Aceh Utara (1998-2001)
SMA
: SMAN 1, Sidoarjo – Jawa Timur (2003-2004)
Universitas
- S1
: Brawijaya, Malang. Jurusan Sastra Inggris (2004-2008)
- S2
: Sumatera Utara, Medan. Jurusan Kajian Terjemahan (2010-2012)
%8&.&- &3%38& § Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional
dalam program Beasiswa Unggulan Aktivis se-Indonesia (2006-2007) § Universitas Brawijaya, Beasiswa Pembebasan SPP (2005-2008)
Universitas Sumatera Utara
%8&.&- /'& § Pemandu Wisata di Sunrise Tours and Travels, Malang (2007) § Music Event Organizer di Kharisma Event Organizer, Malang (2004-2008) § Pengajar Bahasa Inggris di LP3I Langsa (Februari 2009-Juli 2009) § Instruktur Bahasa Inggris di D ‘n D Educational Center Langsa (Maret 2009-Juli
2009) § Instruktur Bahasa Inggris di ILC (Inixindo Language Center) Langsa (Juni 2009-
Juli 2009) § Reporter di Waspada Online, Medan (Desember 2009-April 2010) § Staff Program di Radio Delta FM, Medan (Januari 2011-Mei 2011) § English Trainer di Primagama English Syailendra, Medan (September 2011-April
2012)
%8&.&- /,&*%3&3% § Unit Aktivitas Band Universitas Brawijaya § BEM Bahasa & Sastra Universitas Brawijaya § IPPMA (Ikatan Pelajar Pemuda Mahasiswa Aceh) Malang § Sanggar Tari Aceh Cakradonya § Paduan Suara Bahasa & Sastra, E-Lite Voice
Universitas Sumatera Utara
&
........................................................................................................ i
......................................................................................................... ii
...................................................................................... iii
.......................................................................................... vi
..................................................................................................... viii
............................................................................................. xi
............................................................................................ xii
.................................................................................. xiii
............................................................................... 01
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 01
1.2 Pembatasan Masalah ....................................................................... 09
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
1.5.1 Manfaat Teoritis..................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 11
1.5.2.1 Manfaat Umum .......................................................... 11
1.5.2.2 Manfaat Khusus ......................................................... 11
;;
......... 12
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................ 12
2.1.1 Perilaku Seksis dalam Budaya Humor................................... 12
2.1.2 Paham dan Perilaku Seksis dalam Berbahasa........................ 14
2.1.3 Penggambaran Perempuan dalam Bahasa Terjemahan ......... 15
2.1.4 Studi Jender dalam Penerjemahan ......................................... 15
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep ............................................................................................ 16
2.2.1 Jender ..................................................................................... 16
2.2.2 Seksisme ................................................................................ 18
2.2.3 Hermeneutika Gadamer ......................................................... 20
2.2.4 Perempuan dalam Budaya Jawa............................................. 22
2.2.5 Pelibat .................................................................................... 25
2.3 Landasan Teori................................................................................ 26
2.3.1 Teori
( ....................................... 26
2.3.2 Teori Bahasa dan Jender ........................................................ 31
................................................................. 34
3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................... 34
3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 35
3.2.1 Data ........................................................................................ 35
3.2.2 Sumber Data Primer............................................................... 35
3.2.3 Sumber Data Sekunder .......................................................... 36
3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 36
3.4 Teknik Analisis Data....................................................................... 37
3.5 Keabsahan Penelitian ...................................................................... 40
................................................................................. 43
4.1 Analisis Diksi.................................................................................. 44
4.1.1 Diksi antar Pelibat.................................................................. 44
4.1.2 Diksi Bahasa Perempuan ....................................................... 52
4.2 Analisis Bahasa Seksis.................................................................... 125
4.2.1 Perempuan dan Wanita .......................................................... 128
4.2.2 Perempuan dan Lelaki............................................................ 132
4.2.3 Perempuan dan Pengambilan Keputusan............................... 134
4.2.4 Perempuan dan Fisik.............................................................. 136
4.2.5 Perempuan dan Rumah Tangga ............................................. 141
4.2.6 Perempuan dan Kesopanan .................................................... 142
Universitas Sumatera Utara
4.2.7 Perempuan dan Sikap Menerima ........................................... 144 4.3 Analisis Jenis Bahasa Seksis........................................................... 147
........................................................... 149 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 149 5.2 Saran ............................................................................................... 150
....................................................................................... 152 ...................................................................................................... 158 Lampiran 1 Sinopsis Novel................................................................... 158 Lampiran 2 Serat Candrarini Ranggawarsitan ...................................... 161
Universitas Sumatera Utara
&
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
: Data Penggunaan Bahasa Sopan ................................................. 53
: Data Penggunaan Bahasa Standar ............................................... 70
: Data Penggunaan Bahasa Halus ................................................. 97
: Data Penggunaan 4
(
105
: Data Penggunaan Intonasi Tinggi ............................................... 108
: Data Penggunaan Adjektiva Tanpa Makna ............................... 113
: Data Penggunaan Istilah Warna ................................................. 116
: Data Bahasa Keragu-raguan ...................................................... 119
Universitas Sumatera Utara
& Bagan 2.1 : Proses Penerjemahan Nida............................................................. 28 Bagan 3.1 : Model Aplikasi Teknik Analisis Data Hermeneutika Gadamer .... 38 Bagan 3.2 : Silogisme-Piramida Duduk Bungin ............................................... 41
Universitas Sumatera Utara
BSa : Bahasa Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
GIT :
(
LIT :
(
P : Penafsir (Peneliti)
PP : Perubahan Peran
PR : Perubahan Rasa
TSu : Teks Sumber
TSa : Teks Sasaran
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? !" # $ %" $ #)
" &' # $ ( #
!" #
$
"
% $ ! &$
'"
' $$
(
)
*& #
"+
&" "
(
! ,-
!
&" $ $
&
,- !"
*& #
&
.'
,/- ! !$
' $ ! &! $ $
(!
&! 0
$ $$
"
$
(
"$
($ !
)
*& #
!
!# "
&'
(
0
! 0"
0
!
&
1$ $
(
!
,-
&"
" $$
&
,- & ' " '
"1
$!
""
"
#"
$ ! $$
"
!"
" $"
,/-
2 !$
'
* !" 3 '
(
$
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? /+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) . 4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2) 3%3 Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2012.
Novel sebagai salah satu bagian dari karya sastra mencerminkan keadaan
sosial yang terjadi dalam masyarakat asal pengarang. Sedangkan proses
penerjemahan seringkali tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya asal penerjemah.
Akibatnya gambaran konteks sosial yang muncul dalam novel asli berbeda dengan
novel terjemahan. Hal ini pulalah yang terjadi dalam novel )
dan
terjemahannya, Kebangkitan. Terlebih lagi ada perbedaan jender antara pengarang
dan penerjemah juga menyebabkan perbedaan diksi yang digunakan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui diksi-diksi yang digunakan antar pelibat
dalam kedua novel, (2) mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis, dan (3) untuk mengetahui jenis bahasa seksis
yang ditunjukkan oleh pelibat dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan berorientasi pada produk terjemahan. Data
penelitian merupakan bahasa tulisan baik berbentuk kata, frasa, klausa maupun
kalimat. Sumber data primer berupa novel )
dan terjemahannya yang
berjudul Kebangkitan, sedangkan sumber data sekunder berupa sumber-sumber
tertulis tentang seksisme dalam bahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumenter dan teknik analisis datanya menggunakan hermeneutika Gadamer.
Temuan penelitian adalah (1) adanya pembedaan diksi yang digunakan oleh pelibat
lelaki dan perempuan dalam kedua novel, (2) terdapat beberapa teks yang
menunjukkan bahasa seksis yang berhubungan dengan peran dan kepribadian
perempuan, antara lain perempuan dan wanita, perempuan dan lelaki, perempuan dan
pengambilan keputusan, perempuan dan fisik, perempuan dan rumah tangga,
perempuan dan kesopanan, serta perempuan dan sikap menerima, dan (3) jenis bahasa
seksis yang digunakan mayoritas bersifat dialogis.
Kata kunci: Bahasa Seksis, Terjemahan, Diksi, Pelibat
Universitas Sumatera Utara
: &-&/ &)&*,
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar
belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Menurut Catford (dalam Machali,
2009:25) penerjemahan adalah “ $
'
&! 0
'
” atau mengganti bahan teks dalam
bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Di sisi lain,
Newmark (dalam Machali, 2009: 25) memandang penerjemahan sebagai “
' " ! '”
atau menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain yang dimaksudkan
penulis TSu.
Dari dua definisi terjemahan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerjemahan adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan
dalam bahasa sasaran dan yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang
dimaksudkan penulis TSu. Penerjemahan tentulah tidak bisa dilepaskan begitu saja
dari bahasa yang dengan keanekaragamannya, berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyatakan perasaan dan emosi dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
juga sebagai alat transmisi budaya (Aitchison dalam Netra, 2009:1).
Universitas Sumatera Utara
Apa yang dikemukakan oleh Aitchison tersebut sesuai dengan problema yang sering terjadi dalam dunia penerjemahan. Hal ini dikarenakan penerjemahan bukan hanya berkaitan dengan penggantian bahasa semata, melainkan terjadinya kegiatan komunikasi baru melalui hasil komunikasi yang sudah ada (yakni dalam bentuk teks), tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial dimana teks baru tersebut akan dibaca dan dikomunikasikan kembali.
Kegiatan komunikasi dalam penerjemahan yang diibaratkan sebagai jembatan makna antara produsen bahasa sumber dan produsen bahasa sasaran tak jarang mengakibatkan distorsi makna yang disebabkan oleh keikutsertaan ideologi penerjemah. Secara umum, ideologi dapat diartikan sebagai sistem kepercayaan atau sistem nilai serta representasinya dalam berbagai media dan tindakan sosial (Hasanuddin, 2006:36). Jika ditilik lebih jauh, penerjemahan akan selalu berujung pada pengambilan keputusan oleh seorang penerjemah, apakah produk terjemahan yang dihasilkan lebih condong ke bahasa sumber atau akan mengikuti ideologi penerjemah sendiri, dalam hal ini condong ke bahasa sasaran.
Ideologi penerjemah, ideologi dalam penerjemahan serta penerjemahan ideologi merupakan tiga hal yang secara nyata berbeda. Ideologi penerjemah adalah seperti apa yang telah dipaparkan di paragraf sebelumnya, yakni ideologi yang dianut oleh penerjemah. Ideologi tersebut dapat dengan sadar ataupun tidak dapat terefleksikan dalam segala aktivitas sosial yang dilakukan oleh penerjemah, termasuk dalam hal menerjemahkan sebuah teks.
Universitas Sumatera Utara
Ideologi penerjemahan menurut Amalia (2007: 20) adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang menggeluti dunia penerjemahan, termasuk juga kemampuan lain seperti prosedur, metode, dan teknik penerjemahan. Sementara menurut Hoed (dalam Silalahi, 2009: 10), ideologi penerjemahan merupakan gagasan, mitos, dan prinsip yang dipercayai kebenarannya oleh kelompok masyarakat. Dalam bidang penerjemahan, ideologi diartikan sebagai prinsip tentang ‘benar’ atau ‘salah’ –nya sebuah penerjemahan. Ideologi penerjemahan terbagi atas dua kutub polar yaitu foreignisasi dan domestikasi. Foreignisasi lebih berorientasi pada bahasa sumber sehingga penerjemah berupaya untuk mempertahankan apa yang asing dan tidak lazim bagi pembaca sasaran, namun merupakan hal yang lazim, khas, dan unik dalam budaya bahasa sumber (MaziLeskovar, 2003: 5). Sedangkan ideologi domestikasi adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada kaidah, norma, dan budaya bahasa sasaran. Di sisi lain, penerjemahan ideologi adalah sebuah penerjemahan yang ditujukan untuk menerjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan ideologi.
Penelitian ini akan mendekatkan analisis pada ideologi penerjemah yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda dengan penulis TSu. Perbedaan yang muncul dalam bahasa tulisan akan dikaitkan dengan latar belakang budaya penerjemah.
Bentuk produk terjemahan dapat sangat bervariasi, namun hampir keseluruhannya berbentuk teks, baik lisan maupun tulisan. Salah satu bentuk produk terjemahan muncul dalam karya sastra. Bahasa-bahasa yang digunakan dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
karya sastra diyakini oleh masyarakat sebagai media untuk menyampaikan informasi,
menyatakan rasa senang, marah, jengkel, dan simpati.
Dalam bahasa Jerman istilah novel dikenal dengan
yang secara harfiah
berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai sebuah cerita
pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:9). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 969) novel adalah karangan prosa yang
panjang serta mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Beberapa unsur
instrinsik novel adalah tema, alur atau plot, latar atau
, sudut pandang dan gaya
bahasa. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi di
masyarakat dan dituangkan dengan bahasa yang menarik serta dapat mempengaruhi
jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalam cerita
tersebut.
Penelitian dalam tesis memfokuskan analisis pada bahasa novel fiksi yang
berjudul )
dan novel terjemahannya yang berjudul Kebangkitan yang
diterjemahkan oleh Arif Subiyanto.
Berawal dari inti cerita yang mengungkap fakta perjalanan sejarah agama
Kristiani, novel )
menjadi sebagai salah satu novel yang memberikan
5 di beberapa negara seperti Brazil, Prancis, Italia, Polandia,
Spanyol, Belanda, Republik Slovakia, Kroasia, dan Serbia. Novel tersebut juga
pernah menjadi salah satu buku yang direkomendasikan oleh berbagai klub buku
di berbagai negara termasuk Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Novel )
yang merupakan hasil karya seorang novelis perempuan,
Tucker Malarkey, dapat dikatakan sebagai sebuah novel yang cukup feminis. Asumsi
ini bukan hanya melihat dari jender penulisnya sebagai seorang individu, melainkan
melalui penokohan, alur cerita, bahkan pengemasan novel. Tokoh utama dan
beberapa tokoh pendukung dalam novel ini merupakan perempuan dan digambarkan
sebagai sosok dengan karakter yang cukup kuat. Alur cerita mengisahkan tentang
pencarian seorang arkeolog akan situs sosok perempuan yang sengaja dihilangkan
oleh sejarah agama Kristiani akibat ketidaksetaraan jender yang berkembang di
sistem gereja-gereja Inggris saat itu. Selain itu, sampul depan novel ini juga
menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. Pada novel aslinya, sampul depan
mengilustrasikan gambar seorang perempuan setengah badan yang menutupi
kepalanya dengan sehelai selendang dan berlatar belakang piramida Mesir.
Sedangkan di sampul depan novel terjemahannya, gambar yang tampak hanyalah
patung $! ' dan piramida di tengah-tengah gurun pasir. Tentu saja, tidak akan ada
pembahasan mengenai sampul novel dalam penelitian ini, hanya saja hal tersebut
akan menjadi penguatan tersendiri mengapa memilih novel tersebut sebagai sumber
data utama.
Setelah melakukan pembacaan terhadap kedua novel, muncul hipotesa bahwa
ada perbedaan makna dari bahasa yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
ideologi dan jender antara penulis dan penerjemah. Oleh karena itu baik secara
tersurat dan tersirat terdapat suatu fenomena perubahan gambaran perempuan yang
cukup signifikan dalam kedua novel tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
sistem patrilineal yang dianut oleh sebagian besar penutur asli bahasa Indonesia yang menempatkan kaum laki-laki dengan kedudukan yang dianggap lebih tinggi daripada kaum perempuan. Demikian pula halnya dengan fungsi kaum laki-laki dalam masyarakat yang dianggap lebih dominan dan unggul dibandingkan dengan kaum perempuan, atau dengan kata lain kaum perempuan ditempatkan pada posisi subordinat.
Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai bentuk bahasa seksis yang yang dimaksud, berikut adalah contoh bahasa seksis dalam terjemahan yang mengalami distorsi makna dari segi budaya:
TSu: Bila seorang gadis berkenan di hati seorang pemuda, maka ia memberi tahu orang tuanya untuk melamar pujaan hatinya itu. (Ragam Budaya Daerah dalam Machali, 2009: 166) Dari penggalan TSu di atas, dapat dilihat sikap pria yang lebih ‘aktif’ dan berbanding terbalik dengan wanita yang seolah-olah hanya bisa ‘menunggu’. Masih menurut Machali, teks tersebut diberikan kepada beberapa mahasiswa Australia dalam kelas penerjemahan yang sudah ditatar mengenai adat dan budaya suku di Indonesia dan secara umum sudah memahami budaya Indonesia dan aspekaspek patriarkat dalam budaya tersebut. TSa:
%!
"!
$&
$$
(Ragam Budaya Daerah dalam Machali, 2009: 167)
Universitas Sumatera Utara
Hasil terjemahan pertama menunjukkan bahwa pihak perempuan dalam TSu yang
terkesan pasif berubah menjadi aktif. Konsep liberalisasi dalam budaya barat
tercermin kuat di sini, dan mengabaikan budaya Indonesia yang sebelumnya muncul
pada TSu.
Selanjutnya adalah contoh yang diambil dari kedua sumber data dalam
penelitian ini:
TSu:
“( $ 5 ”.
(Malarkey, 2006: 71)
6 !$ "
!" &
Dalam novel aslinya “)
”, pengarang menggunakan kata “ ” untuk
menunjukkan kepemilikan dari “6 !$ " ”.
TSa:
“Nabi orang Islam itu kawin dengan perempuan Mesir anak seorang Koptik, satu-satunya istri yang memberinya keturunan laki-laki”. (Malarkey, 2007: 91)
Namun yang muncul pada novel terjemahan “Kebangkitan”, penerjemah
memilih menggunakan verba ‘kawin’ yang menggantikan verba . Secara
etimologi, kata kawin berasal dari bahasa Sankskerta 7 yang kemudian diturunkan
menjadi kata 8 " 9 " dalam bahasa Jawa Kuno yang bermakna: dibawa, dipikul,
dipanggil, diemban dan diboyong (www.pondokbahasa.worpress.com). Jelas bahwa
tidak ada unsur seksual dalam pengertian kata kawin. Namun, dalam TSa
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan &
, yang berarti terjadi hubungan seksual yang
menyebabkan lahirnya seorang anak.
Berbeda dengan kata kawin, kata nikah yang berasal dari bahasa Arab
memiliki makna:
a. perkumpulan/perhimpunan
b. hubungan seksual/persetubuhan
c. perjanjian antara pria dan wanita untuk hidup sebagai suami istri dalam
perkawinan yang sah menurut agama
Apabila merunut kepada asal muasal kata nikah, maka tersirat makna
mengenai hubungan seksual (www.pondokbahasa.wordpress.com).
Perubahan arti terjadi dalam bahasa Indonesia, kawin memiliki arti:
a. Membentuk keluarga dengan lawan jenis
b. Bersuami atau beristri
c. Melakukan hubungan kelamin (untuk hewan)
d. Bersetubuh
Sedangkan nikah memiliki pengertian ikatan (akad) perkawinan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama, hidup sebagai suami
istri tanpa melakukan pelanggaran terhadap agama.
Terjadi penyimpangan yang tidak terlacak secara etimologi dan berkembang
di masyarakat. Nikah memiliki konotasi yang positif, berbanding dengan kawin yang
memiliki konotasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas menyangkut bahasa
penerjemahan secara makro, dirasakan perlu adanya pendekatan terhadap bahasa dan
jender terhadap masalah tersebut. Adapun topik pembahasannya, dipayungi oleh
konsep bahasa seksis dalam karya sastra novel yang dikaji dari perspektif bahasa dan
jender.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini akan mengkombinasikan teori-teori
dari ranah bahasa terjemahan dan juga jender. (
$
menurut pemikiran Eugene Jacques Nida dianggap sesuai untuk
membantu menganalisis perubahan bahasa dari bahasa sumber kepada bahasa
terjemahannya terutama dari segi makna. Untuk teori jender dalam perspektif bahasa,
akan digunakan teori dari Robin Lakoff yang mengklasifikasikan bahasa sesuai
jender. Mengenai penjelasan tentang masing-masing teori akan diuraikan dalam bab
berikutnya.
:$ 0+&-&3&* &3& &
Penelitian ini hanya dibatasi pada pokok permasalahan refleksi seksisme yang
muncul dalam tataran bahasa novel )
dan novel terjemahannya,
Kebangkitan.
:" (0(3&* &3& & Guna memperoleh hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan adanya
perumusan masalah dari berbagai masalah yang telah berhasil diidentifikasi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimanakah diksi yang digunakan oleh pelibat laki-laki dan perempuan
dalam novel )
dan novel terjemahannya?
2. Apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat dikategorikan sebagai bahasa
seksis?
3. Bagaimanakah jenis bahasa seksis yang ditunjukkan oleh pelibat dalam novel
) dan novel terjemahannya?
:@ ('(&* * %-%&*
Tujuan penelitan dalam tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui diksi yang digunakan oleh pelibat laki-laki dan perempuan
dalam novel )
dan novel terjemahannya.
2. Untuk mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis.
3. Untuk mengetahui jenis bahasa seksis yang ditunjukkan oleh pelibat dalam
novel )
dan novel terjemahannya.
:A &*>&&- * %-%&* :A: &*>&&- 2/%-%3
Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi manfaat sebagai salah satu rujukan untuk merangsang penelitian lain
di bidang penerjemahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Salah satu sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang perkembangan kajian bidang terjemahan.
:A:$ &*>&&- /&)-%3 :A:$: &*>&&- 0(0
Adapun manfaat umum dari penelitian ini adalah untuk membantu masyarakat untuk dapat memahami akan kajian terjemahan sebagai bidang ilmu yang memiliki ruang lingkup yang cukup luas. :A:$:$ &*>&&- (3(3
Sedangkan manfaat khusus dari penelitian ini adalah dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat mengenai seksisme dan permasalahannya.
Universitas Sumatera Utara
;;
$: &'%&* (3-&)& Kajian pustaka memuat penelusuran atas penelitian-penelitian sebelumnya
yang dianggap bisa menjadi masukan dalam melakukan analisis penelitian. Secara garis besar, beberapa penelitian sebelumnya yang dicantumkan dalam bab ini, memiliki persamaan dari segi objek penelitian yaitu mengenai bahasa dan jender. Perbedaannya muncul dari sisi teori siapa yang digunakan dalam penelitian dan objek penelitiannya.
$: : /% &)( )3%3 4& &0 & &3& (02/
I Made Netra dalam
##
:
2 ## )
8 * $ (2009) menjelaskan bahwa humor tergolong dalam bahasa
seksis yang berbentuk monologis dan atau dialogis psikoanalitis, sosial, dan persepsi
kognitif. Jika dilihat dari sasarannya, bahasa humor dapat berbentuk humor etnis,
humor seksual dan humor politik. Bentuk dan jenis bahasa humor seperti itu dipakai
untuk tujuan-tujuan atau fungsi untuk mengabaikan, merendahkan perempuan, dan
sejenisnya.
Adapun teori yang digunakan adalah formulasi dari teori humor dan linguistik
humor serta teori bahasa dan jender. Teori humor dan linguistik humor yang mengacu
Universitas Sumatera Utara
pada Wilson mengartikan bahwa humor adalah bentuk bahasa yang mengandung kebebasan yang dapat dijelaskan dari sudut dampak emosionalnya; di samping itu humor juga mengandung konflik, yang dapat diartikan dengan adanya dorongan untuk saling bertentangan antara dua pelaku, dan ketidakselarasan yang merujuk pada penjelasan kognitif.
Sedangkan teori bahasa dan jender mengacu pada Wolfram yang beranggapan bahwa jender digunakan untuk menangkap dan menjelaskan fenomena-fenomena kompleks sosial, budaya dan psikologi yang melekat pada seks atau jenis kelamin. Dengan demikian, variasi bahasa yang dibangun tidak berkaitan dengan fonologi, tata bahasa, dan leksikon, tetapi lebih berkaitan dengan semantik atau makna yang terkandung pada bahasa yang sudah mengarah pada kepada konvensi penggunaan variasi bahasa tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh I Made Netra tersebut pada akhirnya menyimpulkan bahwa berdasarkan jenis komunikasinya, bahasa seksis ditemukan dan digunakan dalam buku humor adalah komunikasi monologis dan dialogis. Selain itu, bahasa seksis yang digunakan dalam humor antara jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu dimaksudkan untuk menjadikan perempuan sebagai objek atau merendahkan, menyepelekan, dan mengesampingkan perempuan yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tidak langsung dengan pengandaian, dan secara langsung antara jenis kelamin tertentu, seperti antara perempuan dengan perempuan, antara laki-laki dengan laki-laki adalah dan antara laki-laki dengan perempuan. Sebaliknya, secara implisit perempuan pun bisa berperilaku seksis di
Universitas Sumatera Utara
depan kaumnya sendiri dan terhadap laki-laki sehingga laki-laki tersebut diabaikan, dilecehkan, dan disepelekannya.
$: :$ & &0 4&* /% &)( )3%3 4& &0 /+& &3&
Nababan (2004) melakukan penelitian mengenai wujud paham seksis dengan
judul
##
: & . Aspek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah aspek kata generik yang seksis, dan paham atau perilaku seksis
dalam berbahasa. Teori yang diterapkan adalah teori seksisme yang dipelopori oleh
Cameron (1994), Vetterling-Braggin (1982), dan Persing (1978). Untuk menunjang
penelitian ini, data yang diambil adalah data tulis yang diperoleh dari berbagai
sumber, seperti buku pelajaran bahasa Inggris SMP dan SMA, dan bahasa lisan dalam
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hasil analisis atau temuannya adalah sebagai berikut: Kata generik
merujuk pada manusia pada umumnya, dan oleh karena itu, kata gantinya
seharusnya atau . Sebaliknya kata dalam “A man was arrested yesterday.
He was accused of stealing money from the bank”, bukan kata generik. Oleh sebab
itu, penggunaan kata ganti yang merujuk pada kata , bukanlah kata seksis.
Demikian pula, “The women were talkative”, bukan kalimat seksis karena "
yang dimaksudkan adalah wanita tertentu. Sebaliknya “women are talkative” adalah
kalimat yang seksis karena kata "
dalam kalimat tersebut merujuk pada
perempuan pada umumnya. Padahal tidak semua wanita mempunyai sifat seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
$: :" *,,&0+&/&* / 01(&* 4& &0 /' 0& &* Bo li dalam penelitiannya yang berjudul ( 5
%
(
8*;
"$ $
6 ! ("
; !3 ;
!
(;
(
:
* < ":
, = >? = @- berusaha menggali paradoks kesalahan penerjemahan dan interpretasi
pada terjemahan antarbudaya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk
menuliskan kembali gambaran perempuan dalam cerita detektif Inggris yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan mengetahui alasan sosial yang
melatarbelakanginya.
Surat kabar harian < " : diprakarsai oleh seorang pria bernama
Zheng Guangong di Hong Kong pada tahun 1905 dan mendapatkan perhatian sangat
besar dari para peneliti karena peranannya dalam proses revolusi dinasti Qing. Surat
kabar tersebut terbagi atas dua bagian yaitu, bagian berita dan tulisan-tulisan humor.
Hasil yang ditemukan adalah adanya penganiayaan terhadap gambaran wanita
yang muncul akibat manipulasi sistematis dalam proses penerjemahan yang
dilakukan oleh penerjemah. Li menggambarkan penganiayaan tersebut dalam empat
garis besar yaitu: &
,&
, & & ! $ , dan
&
$: :@ -(4% *4 / 4& &0 * /' 0& &*
Sastriyani dengan judul penelitian
A
* #?* #
( 2 mencoba mengidentifikasikan relasi antara laki-laki dan perempuan
Universitas Sumatera Utara
dalam komik-komik Prancis yang cenderung menempatkan perempuan rendah serta mengungkap bias-bias jender dalam komik-komik Prancis terjemahan.
Tokoh laki-laki dan perempuan yang muncul dibedakan dari sifat, aktivitas, dan perannya. Sifat-sifat yang diberikan kepada laki-laki dalam komik tersebut adalah cekatan dan kuat, sedangkan perempuan cenderung memiliki sifat bawel, cerewet, dan genit. Peran publik yang digambarkan dalam komik-komik terjemahan dari Prancis cenderung stereotip, bahkan bias jender, yang mana laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan.
Pengkajian penelitian tersebut dilakukan dengan metode analisis isi berdasarkan sepuluh sampel populasi komik Prancis terjemahan. Lebih lanjut, penulis menggunakan tolak ukur stereotip peran jender dan ketidakadilan jender dalam komik-komik Prancis.
$:$ 2*3 1 Konsep adalah sendi utama yang mendasari keseluruhan pemikiran dan
merupakan entitas mental yang bersifat universal dan merujuk pada kategori, kejadian atau hubungan. Pemaparan konsep diperlukan untuk memberikan pemahaman makna yang sama antara peneliti dan pembaca. $:$: *4 /
Pembedaan jender dan seks pertama dikemukakan oleh seksiologis, John Money pada tahun 1965. Menurutnya seks lebih berkaitan dengan aspek biologis, sedangkan jender sebagai peran (www.wikipedia.org/wiki/gender). Namun saat itu
Universitas Sumatera Utara
pendapat Money tidak begitu dikenal luas, baru sekitar tahun 1968 seorang
psikoanalis sastra, Robert Stoller, merincikan tiga komponen pembentuk identitas
jender:
“$
!3 &
$! $ ”. (www.enotes.com)
'& "
Jender dan kaitannya dengan ilmu sosial budaya dikembangkan pertama kali
oleh Ann Oakley pada tahun 1972 yang mengartikan jender sebagai perbedaan yang
bukan bersifat biologis melainkan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksi secara sosial atau diciptakan oleh manusia melalui proses kultural
yang panjang (dalam Fakih, 2004: 72). Sejalan dengan Oakley, Basow juga
mendefinisikan jender sebagai hasil konstruksi sosial.
“ $ &!
&! $ $
&! & !
$! $
”. (1992: 3)
Karena jender merupakan bentukan manusia, maka tidak bersifat kodrati dan
dapat berubah menurut waktu dan budaya tempat jender tersebut tumbuh dan
berkembang. Akan tetapi masih banyak yang memahami jender secara keliru, dan
mengganggapnya sebagai kodrat yang harus dijalani oleh perempuan dan laki-laki.
Misalnya saja dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki pekerjaan yang
berkaitan dengan rumah tangga seperti mengasuh dan mendidik anak, memasak serta
membersihkan rumah dianggap menjadi kodrat perempuan, sebaliknya kodrat lelaki
adalah mencari nafkah di luar rumah.
Universitas Sumatera Utara
Pembedaan peran menurut jender tersebut akan berakibat ketidakadilan jender yang menurut Fakih menyebabkan terjadinya marginalisasi (pemiskinan ekonomi) terhadap kaum perempuan, subordinasi pada salah satu jenis kelamin yang umumnya adalah kaum perempuan, pelabelan negatif (stereotip) terhadap jenis kelamin tertentu yang memicu diskriminasi ketidakadilan lainnya, kekerasan terhadap perempuan, dan kaum perempuan cenderung mendapat beban kerja domestik yang lebih banyak dan lebih lama dari lelaki (2004:72-75). $:$:$ )3%30
Salah satu aspek hubungan sosial yang penting di dalam masyarakat adalah pembagian peran berdasarkan jenis kelamin. Jika bahasa merupakan seperangkat konvensi yang mampu merefleksikan hubungan-hubungan sosial, maka diferensiasi jender tersebut akan tercermin juga di dalamnya. Hal ini dapat terjadi karena bahasa memuat istilah, konsep, ataupun label yang menandai tingkah laku mana yang pantas bagi laki-laki dan mana yang pantas bagi perempuan (Budiman dalam Susanto, 1992: 73)
Untuk menunjang pengertian seksisme, berikut dipaparkan beberapa penjelasannya: 1. Seksisme merupakan suatu paham atau sistem kepercayaan yang mempercayai
adanya fenomena yang masih menganggap jenis kelamin tertentu (laki-laki) lebih unggul dari jenis kelamin lainnya (perempuan). Hal tersebut terlihat dari bentuk bahasa yang dipakai oleh laki-laki dalam berkomunikasi atau dari monolog seorang laki-laki tentang perempuan, mengandaikan perempuan dengan binatang
Universitas Sumatera Utara
yang jelek atau dengan benda-benda yang secara pragmatis dan metaforis mengandung nilai-nilai negatif tentang perempuan (Cobuild English Dictionary, 1997: 1512). 2. Seksisme tidak hanya terbatas pada paham tetapi juga pada praktek-praktek yang meneguhkan dominasi dan diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu, yaitu kaum laki-laki terhadap kaum perempuan atau bisa juga kaum perempuan sendiri yang melakukannya terhadap kaumnya sendiri atau sesamanya (Cameron dalam Nababan, 2004:156). 3. Seksisme memandang bahwa ketidaksetaraan kaum laki-laki dan perempuan tidak saja terjadi dalam berbagai aktivitas kehidupan, namun juga terlihat melalui bahasa baik secara verbal maupun nonverbal (Persing dalam Nababan, 2004: 156).
Seksisme dalam berbahasa menjadi instrumen yang merekam asumsi-asumsi yang diyakini oleh masyarakatnya mengenai bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan memandang, bertindak dan berpikir.
Universitas Sumatera Utara
$:$:" /0 * (-%)& &4&0 /
Secara umum, dunia hermeneutika berkaitan dengan penafsiran atau
pemahaman akan sesuatu. Penafsiran tersebut tidak bisa terlepas dari teks. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa bahasa, teks, dan hermeneutika adalah satu
kesatuan. Bleicher memaparkan bahwa tugas utama hermeneutika adalah memastikan
isi dan makna sebuah kata, kalimat, teks dan sebagainya serta menemukan instruksi-
instruksi yang terdapat di dalam bentuk-bentuk simbolis (2003: 5).
Dalam pandangan klasik, hermeneutika mengingatkan pada apa yang ditulis
Aristoteles dalam 8
atau 5 $
Yaitu bahwa kata-kata
yang diucapkan oleh individu adalah simbol dari pengalaman mentalnya, dan kata-
kata yang ditulis adalah simbol dari kata-kata yang diucapkan itu 1.
Banyak tokoh yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan
hermeneutika, salah satunya adalah Hans-Gadamer. Hermeneutika yang
dikembangkan oleh Gadamer yaitu tidak memberikan pemahaman makna yang selalu
seiring sejalan sesuai yang dimaksudkan oleh pengarang. Menurutnya makna suatu
teks akan tetap terbuka dan tidak terbatas. Karenanya, interpretasi atau pemahaman
tidak bersifat reproduktif melainkan produktif.
Jika dikaitkan dengan dunia penerjemahan maka seorang penerjemah tidak
akan bisa melepaskan diri dari situasi historis tempat dia berada. Artinya suatu teks
tidak terbatas pada masa teks tersebut ditulis, tetapi memiliki keterbukaan makna
1 * 8 #. (http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2011/06/metodologi-penelitian-kualitatif-dan.html)
Universitas Sumatera Utara
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh sebab itu, pekerjaan menerjemahkan atau menginterpretasi adalah proses yang tak pernah selesai atau berkelanjutan. Menurut Hardiman (dalam Hidayat, 2010) makna teks bukanlah makna bagi pengarangnya, melainkan makna bagi siapapun yang membacanya, sehingga proses penafsiran adalah proses kreatif.
Dalam pandangan Gadamer proses pemahaman merupakan peristiwa historis, dialektika dan linguistik (Bleicher, 2003: 157-167). Historis yang dimaksud berkaitan dengan teks dan memiliki tiga kerangka waktu yang mengitarinya yaitu masa lampau tempat teks tersebut lahir dan dipublikasikan, masa kini yang meliputi prasangka penafsir, dan masa depan yang menjadi nuansa baru teks (Hidayat, 2010). Bagi Gadamer penting untuk memasukkan unsur prasangka dalam memahami atau menafsirkan teks. Yang perlu digarisbawahi adalah bukan untuk menjadikan proses pemahaman menjadi subjektif dan tidak kritis. Sehingga perlu adanya pembedaan antara prasangka yang rasional dan yang tidak, serta antara prasangka yang sah dan prasangka yang tidak sah. Selain itu, perlu mengakui keterlibatan tradisi yang akan membantu proses pemahaman.
Sementara itu dialektika mengacu pada tugas utama penafsir adalah memahami pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sebuah teks. Dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan teks tersebut, penafsir harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dirinya sendiri sehingga kemungkinankemungkinan makna yang lain akan terbuka (Bleicher, 2003: 167). Dengan kata lain, dialektika mencoba mengeluarkan teks dari alienansinya dan mengembalikannya ke
Universitas Sumatera Utara
kehidupan penafsir di masa kini. Linguistik menurut Gadamer mengandung pengertian bahwa elemen bahasa memiliki peranan sangat penting dalam proses penafsiran karena bahasa merupakan media penghubung antara konteks historis dan masa kini.
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti yang memposisikan diri sebagai penafsir berangkat dari prasangka akan adanya perbedaan visualisasi perempuan dalam teks. Untuk menemukan jawaban atas prasangka tersebut, maka perlu adanya pemahaman mengenai konteks historis yang akan didapat dengan mengaitkan produk terjemahan dengan budaya Jawa yang merupakan budaya asal penerjemah. $:$:@ / 01(&* 4& &0 (4&.& &8&
Setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan kebudayaan sebagai tuntunan yang memandu kehidupan, sesuai dengan lingkungan sosial dan fisik di wilayahnya masing-masing. Budaya sebagai tuntunan kehidupan tersebut dimanifestasikan pada aspek-aspek kehidupan sebagai perwujudan dari kesamaan budaya maupun identitas yang dimiliki sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut.
Sebagai suku bangsa terbesar di Indonesia suku Jawa tersebar di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah menghasilkan budaya Jawa. Menurut Susanto (1992) budaya Jawa sangat mengutamakan keseimbangan, keselarasan, keserasian, semua unsur hidup dan mati harus harmonis, saling berdampingan dan mencari kecocokan oleh sebab itu keluarga Jawa juga mengutamakan keselarasan yang harmonis tanpa adanya gejolak maupun konflik antar anggota keluarga di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga Jawa mendidik anak perempuan sejak kecil untuk menjadi ibu dan
istri yang berbakti pada suami. Untuk itu anak perempuan banyak dibekali
pengetahuan-pengetahuan praktis untuk mengurus rumah tangga sedangkan anak
laki-laki dipersiapkan untuk bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anaknya.
Secara tradisional, aktivitas di dapur, seperti memasak dan aktivitas lain yang
terkait dengan itu dalam masyarakat Jawa dipanda
$$
Universitas Sumatera Utara
%&'()&* +&,&% & & &-( .&/&- (*-() 01 /2 (0&*%2/& 4& &0 /2,/&0 -(4% %*,(%3-%) 1&4& )2 &
*%6 /3%-&3 (0&- /& -&/&
&/ &,%3- / &35&3&/'&*&
! "#
$$
Universitas Sumatera Utara
(4( 3%3
7
&0& & &3%38& 7
202/ 2)2) 7
/2,/&0 -(4% 7
2*3 *-/&3%
7
%-/& /&-%8% !"
%*,(%3-%) &'%&* /' 0& &*
*. -('(% 20%3% 0+%0+%*,
9 /: 238%-& % & & %; %1: -(&
; : (0:< 9 /: ( %=&/ (5 -&/; : :< *,,2-&
-(& /2,/&0 -(4%;
%/ )-(/;
9 /2>: : % 6&*& %*&/; : :; : :< 9 /2>: /: /: : & %0 &-2*4&*,;
:<
&*,,& ( (37 " (*% $ $
Universitas Sumatera Utara
& 4%('% 1&4& &*,,& " (*% $ $
7
-(& *,,2-&
7 /: 238%-& % & & %; %1:
; : (0:
7 : /: ( %=&/ (5 -&/; : :
$: /: 30.-& (/+&)-%; : %:
": /: %3*&8&-.; : (0:
Universitas Sumatera Utara
(4( 3%3
/+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) .
4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksisanksi lainnya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2012
Citra Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? !" # $ %" $ #)
" &' # $ ( #
!" #
$
"
% $ ! &$
'"
' $$
(
)
*& #
"+
&" "
(
! ,-
!
&" $ $
&
,- !"
*& #
&
.'
,/- ! !$
' $ ! &! $ $
(!
&! 0
$ $$
"
$
(
"$
($ !
)
*& #
!
!# "
&'
(
0
! 0"
0
!
&
1$ $
(
!
,-
&"
" $$
&
,- & ' " '
"1
$!
""
"
#"
$ ! $$
"
!"
" $"
,/-
2 !$
'
* !" 3 '
(
$
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? /+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) . 4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2) 3%3 Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2012.
Novel sebagai salah satu bagian dari karya sastra mencerminkan keadaan
sosial yang terjadi dalam masyarakat asal pengarang. Sedangkan proses
penerjemahan seringkali tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya asal penerjemah.
Akibatnya gambaran konteks sosial yang muncul dalam novel asli berbeda dengan
novel terjemahan. Hal ini pulalah yang terjadi dalam novel )
dan
terjemahannya, Kebangkitan. Terlebih lagi ada perbedaan jender antara pengarang
dan penerjemah juga menyebabkan perbedaan diksi yang digunakan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui diksi-diksi yang digunakan antar pelibat
dalam kedua novel, (2) mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis, dan (3) untuk mengetahui jenis bahasa seksis
yang ditunjukkan oleh pelibat dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan berorientasi pada produk terjemahan. Data
penelitian merupakan bahasa tulisan baik berbentuk kata, frasa, klausa maupun
kalimat. Sumber data primer berupa novel )
dan terjemahannya yang
berjudul Kebangkitan, sedangkan sumber data sekunder berupa sumber-sumber
tertulis tentang seksisme dalam bahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumenter dan teknik analisis datanya menggunakan hermeneutika Gadamer.
Temuan penelitian adalah (1) adanya pembedaan diksi yang digunakan oleh pelibat
lelaki dan perempuan dalam kedua novel, (2) terdapat beberapa teks yang
menunjukkan bahasa seksis yang berhubungan dengan peran dan kepribadian
perempuan, antara lain perempuan dan wanita, perempuan dan lelaki, perempuan dan
pengambilan keputusan, perempuan dan fisik, perempuan dan rumah tangga,
perempuan dan kesopanan, serta perempuan dan sikap menerima, dan (3) jenis bahasa
seksis yang digunakan mayoritas bersifat dialogis.
Kata kunci: Bahasa Seksis, Terjemahan, Diksi, Pelibat
Universitas Sumatera Utara
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, akhirnya tesis yang berjudul: Perbandingan Bahasa Seksis
dalam Novel )
Karya Tucker Malarkey dan Terjemahannya
‘Kebangkitan’ Karya Arif Subiyanto dapat terselesaikan. Tesis ini ditulis guna
memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Master Humaniora pada
Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa
dukungan dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karenanya, saya menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen Pembimbing I, Dr. Roswita Silalahi, Dip. TESOL,
M.Hum., yang selalu dengan kesungguhan hati membimbing, mendukung dan
mengarahkan saya serta atas segala kesabaran yang telah diberikan selama masa
bimbingan. Ucapan serupa juga saya haturkan kepada Dosen Pembimbing II Dr.
Muhizar Muchtar, M.S. yang banyak membantu dengan memberikan masukan-
masukan yang berharga dalam penulisan tesis. Saya juga menyampaikan rasa terima
kasih kepada para Dosen Penguji, Dr. Asmyta Surbakti, M.Si., dan Dr. Risnawaty,
M.Hum., yang telah memberikan penilaian dan koreksi demi kesempurnaan penulisan
tesis.
Selain itu, ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor USU, Prof
Dr dr Syahril Pasaribu DTM&H MSc(CTM) SpA(K), Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
USU, Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE., beserta segenap jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada Program Pascasarjana USU sehingga memperlancar proses pengurusan administrasi tesis. Ucapan yang sama juga saya tujukan pada Ketua Program Studi Linguistik, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. beserta jajaran Program Studi Linguistik serta kepada seluruh dosen dan staf adminitrasi SPs USU, termasuk rekan-rekan mahasiswa yang telah menaruh simpati dan bantuan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar.
Rasa terima kasih sedalam-dalamnya juga saya sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Drs. Zulkarnain, MBA., M.T. dan Lia Karlia Rossa, M.Pd. atas semua cinta kasih yang tak pernah putus dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu dan memenuhi mimpi mereka berdua. Tak lupa ucapan terima kasih saya sampaikan pada kakak tersayang, Diana Sari Unie Nesia, M.Sc. atas semua penghiburan yang membuat saya tidak merasakan jenuh selama penulisan tesis.
Ucapan terima kasih khusus juga saya sampaikan pada sahabat-sahabat tersayang, Yanurisma Sugianto S.S., Fitriyah Ainy, S.S., Retno Maharani, S.S. atas persahabatan abadi serta semua dukungan dan untaian semangat yang tiada henti, serta pada Ikmi Nur Oktavianti, M.A. dan Rita Damayanti, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan banyak waktu demi mencarikan berbagai literatur yang menunjang penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga saya haturkan pada dosen sekaligus sahabat, Drs. Arif Subiyanto, M.A., yang setia mendukung saya bahkan sejak awal menjejakkan kaki sebagai mahasiswi S2 serta dengan berbesar hati merelakan hasil
Universitas Sumatera Utara
karyanya menjadi bahan penelitian saya. Rasa terima kasih juga saya haturkan bagi staf Balai Bahasa Medan yang telah meminjamkan literatur guna mendukung penelitian ini.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah membantu saya baik moril maupun materiil selama saya mengikuti pendidikan sampai selesai. Pada kesempatan ini saya juga memohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin terjadi selama menjalani pendidikan S2. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kebaikan dan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.
Medan, Juni 2012
Citra Pratiwi
Universitas Sumatera Utara
Nama
: Citra Pratiwi
Tempat/ Tanggal lahir: Bandung / 6 Januari 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Alue Raya. Gang Melati No 1.
Buket Rata- Lhokseumawe
Aceh Utara, Provinsi Aceh
Hp : 081333168987
%8&.&- *4%4%)&*
SD : SDN Bertingkat, Lhokseumawe – Aceh Utara (1994- 1998)
SMP
: SMPN 2, Lhokseumawe – Aceh Utara (1998-2001)
SMA
: SMAN 1, Sidoarjo – Jawa Timur (2003-2004)
Universitas
- S1
: Brawijaya, Malang. Jurusan Sastra Inggris (2004-2008)
- S2
: Sumatera Utara, Medan. Jurusan Kajian Terjemahan (2010-2012)
%8&.&- &3%38& § Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional
dalam program Beasiswa Unggulan Aktivis se-Indonesia (2006-2007) § Universitas Brawijaya, Beasiswa Pembebasan SPP (2005-2008)
Universitas Sumatera Utara
%8&.&- /'& § Pemandu Wisata di Sunrise Tours and Travels, Malang (2007) § Music Event Organizer di Kharisma Event Organizer, Malang (2004-2008) § Pengajar Bahasa Inggris di LP3I Langsa (Februari 2009-Juli 2009) § Instruktur Bahasa Inggris di D ‘n D Educational Center Langsa (Maret 2009-Juli
2009) § Instruktur Bahasa Inggris di ILC (Inixindo Language Center) Langsa (Juni 2009-
Juli 2009) § Reporter di Waspada Online, Medan (Desember 2009-April 2010) § Staff Program di Radio Delta FM, Medan (Januari 2011-Mei 2011) § English Trainer di Primagama English Syailendra, Medan (September 2011-April
2012)
%8&.&- /,&*%3&3% § Unit Aktivitas Band Universitas Brawijaya § BEM Bahasa & Sastra Universitas Brawijaya § IPPMA (Ikatan Pelajar Pemuda Mahasiswa Aceh) Malang § Sanggar Tari Aceh Cakradonya § Paduan Suara Bahasa & Sastra, E-Lite Voice
Universitas Sumatera Utara
&
........................................................................................................ i
......................................................................................................... ii
...................................................................................... iii
.......................................................................................... vi
..................................................................................................... viii
............................................................................................. xi
............................................................................................ xii
.................................................................................. xiii
............................................................................... 01
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 01
1.2 Pembatasan Masalah ....................................................................... 09
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
1.5.1 Manfaat Teoritis..................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 11
1.5.2.1 Manfaat Umum .......................................................... 11
1.5.2.2 Manfaat Khusus ......................................................... 11
;;
......... 12
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................ 12
2.1.1 Perilaku Seksis dalam Budaya Humor................................... 12
2.1.2 Paham dan Perilaku Seksis dalam Berbahasa........................ 14
2.1.3 Penggambaran Perempuan dalam Bahasa Terjemahan ......... 15
2.1.4 Studi Jender dalam Penerjemahan ......................................... 15
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep ............................................................................................ 16
2.2.1 Jender ..................................................................................... 16
2.2.2 Seksisme ................................................................................ 18
2.2.3 Hermeneutika Gadamer ......................................................... 20
2.2.4 Perempuan dalam Budaya Jawa............................................. 22
2.2.5 Pelibat .................................................................................... 25
2.3 Landasan Teori................................................................................ 26
2.3.1 Teori
( ....................................... 26
2.3.2 Teori Bahasa dan Jender ........................................................ 31
................................................................. 34
3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................... 34
3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 35
3.2.1 Data ........................................................................................ 35
3.2.2 Sumber Data Primer............................................................... 35
3.2.3 Sumber Data Sekunder .......................................................... 36
3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 36
3.4 Teknik Analisis Data....................................................................... 37
3.5 Keabsahan Penelitian ...................................................................... 40
................................................................................. 43
4.1 Analisis Diksi.................................................................................. 44
4.1.1 Diksi antar Pelibat.................................................................. 44
4.1.2 Diksi Bahasa Perempuan ....................................................... 52
4.2 Analisis Bahasa Seksis.................................................................... 125
4.2.1 Perempuan dan Wanita .......................................................... 128
4.2.2 Perempuan dan Lelaki............................................................ 132
4.2.3 Perempuan dan Pengambilan Keputusan............................... 134
4.2.4 Perempuan dan Fisik.............................................................. 136
4.2.5 Perempuan dan Rumah Tangga ............................................. 141
4.2.6 Perempuan dan Kesopanan .................................................... 142
Universitas Sumatera Utara
4.2.7 Perempuan dan Sikap Menerima ........................................... 144 4.3 Analisis Jenis Bahasa Seksis........................................................... 147
........................................................... 149 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 149 5.2 Saran ............................................................................................... 150
....................................................................................... 152 ...................................................................................................... 158 Lampiran 1 Sinopsis Novel................................................................... 158 Lampiran 2 Serat Candrarini Ranggawarsitan ...................................... 161
Universitas Sumatera Utara
&
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8
: Data Penggunaan Bahasa Sopan ................................................. 53
: Data Penggunaan Bahasa Standar ............................................... 70
: Data Penggunaan Bahasa Halus ................................................. 97
: Data Penggunaan 4
(
105
: Data Penggunaan Intonasi Tinggi ............................................... 108
: Data Penggunaan Adjektiva Tanpa Makna ............................... 113
: Data Penggunaan Istilah Warna ................................................. 116
: Data Bahasa Keragu-raguan ...................................................... 119
Universitas Sumatera Utara
& Bagan 2.1 : Proses Penerjemahan Nida............................................................. 28 Bagan 3.1 : Model Aplikasi Teknik Analisis Data Hermeneutika Gadamer .... 38 Bagan 3.2 : Silogisme-Piramida Duduk Bungin ............................................... 41
Universitas Sumatera Utara
BSa : Bahasa Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
GIT :
(
LIT :
(
P : Penafsir (Peneliti)
PP : Perubahan Peran
PR : Perubahan Rasa
TSu : Teks Sumber
TSa : Teks Sasaran
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? !" # $ %" $ #)
" &' # $ ( #
!" #
$
"
% $ ! &$
'"
' $$
(
)
*& #
"+
&" "
(
! ,-
!
&" $ $
&
,- !"
*& #
&
.'
,/- ! !$
' $ ! &! $ $
(!
&! 0
$ $$
"
$
(
"$
($ !
)
*& #
!
!# "
&'
(
0
! 0"
0
!
&
1$ $
(
!
,-
&"
" $$
&
,- & ' " '
"1
$!
""
"
#"
$ ! $$
"
!"
" $"
,/-
2 !$
'
* !" 3 '
(
$
Universitas Sumatera Utara
Pratiwi, Citra. 107009003. ? /+&*4%*,&* & &3& )3%3 4& &0 26
&/.& (5) / & &/) . 4&* /' 0& &**.& +&*,)%-&* &/.& /%> (+%.&*-2) 3%3 Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2012.
Novel sebagai salah satu bagian dari karya sastra mencerminkan keadaan
sosial yang terjadi dalam masyarakat asal pengarang. Sedangkan proses
penerjemahan seringkali tidak bisa dilepaskan dari konteks budaya asal penerjemah.
Akibatnya gambaran konteks sosial yang muncul dalam novel asli berbeda dengan
novel terjemahan. Hal ini pulalah yang terjadi dalam novel )
dan
terjemahannya, Kebangkitan. Terlebih lagi ada perbedaan jender antara pengarang
dan penerjemah juga menyebabkan perbedaan diksi yang digunakan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui diksi-diksi yang digunakan antar pelibat
dalam kedua novel, (2) mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis, dan (3) untuk mengetahui jenis bahasa seksis
yang ditunjukkan oleh pelibat dalam kedua novel. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan berorientasi pada produk terjemahan. Data
penelitian merupakan bahasa tulisan baik berbentuk kata, frasa, klausa maupun
kalimat. Sumber data primer berupa novel )
dan terjemahannya yang
berjudul Kebangkitan, sedangkan sumber data sekunder berupa sumber-sumber
tertulis tentang seksisme dalam bahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumenter dan teknik analisis datanya menggunakan hermeneutika Gadamer.
Temuan penelitian adalah (1) adanya pembedaan diksi yang digunakan oleh pelibat
lelaki dan perempuan dalam kedua novel, (2) terdapat beberapa teks yang
menunjukkan bahasa seksis yang berhubungan dengan peran dan kepribadian
perempuan, antara lain perempuan dan wanita, perempuan dan lelaki, perempuan dan
pengambilan keputusan, perempuan dan fisik, perempuan dan rumah tangga,
perempuan dan kesopanan, serta perempuan dan sikap menerima, dan (3) jenis bahasa
seksis yang digunakan mayoritas bersifat dialogis.
Kata kunci: Bahasa Seksis, Terjemahan, Diksi, Pelibat
Universitas Sumatera Utara
: &-&/ &)&*,
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar
belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Menurut Catford (dalam Machali,
2009:25) penerjemahan adalah “ $
'
&! 0
'
” atau mengganti bahan teks dalam
bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Di sisi lain,
Newmark (dalam Machali, 2009: 25) memandang penerjemahan sebagai “
' " ! '”
atau menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain yang dimaksudkan
penulis TSu.
Dari dua definisi terjemahan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerjemahan adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan
dalam bahasa sasaran dan yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang
dimaksudkan penulis TSu. Penerjemahan tentulah tidak bisa dilepaskan begitu saja
dari bahasa yang dengan keanekaragamannya, berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyatakan perasaan dan emosi dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
juga sebagai alat transmisi budaya (Aitchison dalam Netra, 2009:1).
Universitas Sumatera Utara
Apa yang dikemukakan oleh Aitchison tersebut sesuai dengan problema yang sering terjadi dalam dunia penerjemahan. Hal ini dikarenakan penerjemahan bukan hanya berkaitan dengan penggantian bahasa semata, melainkan terjadinya kegiatan komunikasi baru melalui hasil komunikasi yang sudah ada (yakni dalam bentuk teks), tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial dimana teks baru tersebut akan dibaca dan dikomunikasikan kembali.
Kegiatan komunikasi dalam penerjemahan yang diibaratkan sebagai jembatan makna antara produsen bahasa sumber dan produsen bahasa sasaran tak jarang mengakibatkan distorsi makna yang disebabkan oleh keikutsertaan ideologi penerjemah. Secara umum, ideologi dapat diartikan sebagai sistem kepercayaan atau sistem nilai serta representasinya dalam berbagai media dan tindakan sosial (Hasanuddin, 2006:36). Jika ditilik lebih jauh, penerjemahan akan selalu berujung pada pengambilan keputusan oleh seorang penerjemah, apakah produk terjemahan yang dihasilkan lebih condong ke bahasa sumber atau akan mengikuti ideologi penerjemah sendiri, dalam hal ini condong ke bahasa sasaran.
Ideologi penerjemah, ideologi dalam penerjemahan serta penerjemahan ideologi merupakan tiga hal yang secara nyata berbeda. Ideologi penerjemah adalah seperti apa yang telah dipaparkan di paragraf sebelumnya, yakni ideologi yang dianut oleh penerjemah. Ideologi tersebut dapat dengan sadar ataupun tidak dapat terefleksikan dalam segala aktivitas sosial yang dilakukan oleh penerjemah, termasuk dalam hal menerjemahkan sebuah teks.
Universitas Sumatera Utara
Ideologi penerjemahan menurut Amalia (2007: 20) adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang menggeluti dunia penerjemahan, termasuk juga kemampuan lain seperti prosedur, metode, dan teknik penerjemahan. Sementara menurut Hoed (dalam Silalahi, 2009: 10), ideologi penerjemahan merupakan gagasan, mitos, dan prinsip yang dipercayai kebenarannya oleh kelompok masyarakat. Dalam bidang penerjemahan, ideologi diartikan sebagai prinsip tentang ‘benar’ atau ‘salah’ –nya sebuah penerjemahan. Ideologi penerjemahan terbagi atas dua kutub polar yaitu foreignisasi dan domestikasi. Foreignisasi lebih berorientasi pada bahasa sumber sehingga penerjemah berupaya untuk mempertahankan apa yang asing dan tidak lazim bagi pembaca sasaran, namun merupakan hal yang lazim, khas, dan unik dalam budaya bahasa sumber (MaziLeskovar, 2003: 5). Sedangkan ideologi domestikasi adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada kaidah, norma, dan budaya bahasa sasaran. Di sisi lain, penerjemahan ideologi adalah sebuah penerjemahan yang ditujukan untuk menerjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan ideologi.
Penelitian ini akan mendekatkan analisis pada ideologi penerjemah yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda dengan penulis TSu. Perbedaan yang muncul dalam bahasa tulisan akan dikaitkan dengan latar belakang budaya penerjemah.
Bentuk produk terjemahan dapat sangat bervariasi, namun hampir keseluruhannya berbentuk teks, baik lisan maupun tulisan. Salah satu bentuk produk terjemahan muncul dalam karya sastra. Bahasa-bahasa yang digunakan dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
karya sastra diyakini oleh masyarakat sebagai media untuk menyampaikan informasi,
menyatakan rasa senang, marah, jengkel, dan simpati.
Dalam bahasa Jerman istilah novel dikenal dengan
yang secara harfiah
berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai sebuah cerita
pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:9). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 969) novel adalah karangan prosa yang
panjang serta mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Beberapa unsur
instrinsik novel adalah tema, alur atau plot, latar atau
, sudut pandang dan gaya
bahasa. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi di
masyarakat dan dituangkan dengan bahasa yang menarik serta dapat mempengaruhi
jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalam cerita
tersebut.
Penelitian dalam tesis memfokuskan analisis pada bahasa novel fiksi yang
berjudul )
dan novel terjemahannya yang berjudul Kebangkitan yang
diterjemahkan oleh Arif Subiyanto.
Berawal dari inti cerita yang mengungkap fakta perjalanan sejarah agama
Kristiani, novel )
menjadi sebagai salah satu novel yang memberikan
5 di beberapa negara seperti Brazil, Prancis, Italia, Polandia,
Spanyol, Belanda, Republik Slovakia, Kroasia, dan Serbia. Novel tersebut juga
pernah menjadi salah satu buku yang direkomendasikan oleh berbagai klub buku
di berbagai negara termasuk Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Novel )
yang merupakan hasil karya seorang novelis perempuan,
Tucker Malarkey, dapat dikatakan sebagai sebuah novel yang cukup feminis. Asumsi
ini bukan hanya melihat dari jender penulisnya sebagai seorang individu, melainkan
melalui penokohan, alur cerita, bahkan pengemasan novel. Tokoh utama dan
beberapa tokoh pendukung dalam novel ini merupakan perempuan dan digambarkan
sebagai sosok dengan karakter yang cukup kuat. Alur cerita mengisahkan tentang
pencarian seorang arkeolog akan situs sosok perempuan yang sengaja dihilangkan
oleh sejarah agama Kristiani akibat ketidaksetaraan jender yang berkembang di
sistem gereja-gereja Inggris saat itu. Selain itu, sampul depan novel ini juga
menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. Pada novel aslinya, sampul depan
mengilustrasikan gambar seorang perempuan setengah badan yang menutupi
kepalanya dengan sehelai selendang dan berlatar belakang piramida Mesir.
Sedangkan di sampul depan novel terjemahannya, gambar yang tampak hanyalah
patung $! ' dan piramida di tengah-tengah gurun pasir. Tentu saja, tidak akan ada
pembahasan mengenai sampul novel dalam penelitian ini, hanya saja hal tersebut
akan menjadi penguatan tersendiri mengapa memilih novel tersebut sebagai sumber
data utama.
Setelah melakukan pembacaan terhadap kedua novel, muncul hipotesa bahwa
ada perbedaan makna dari bahasa yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
ideologi dan jender antara penulis dan penerjemah. Oleh karena itu baik secara
tersurat dan tersirat terdapat suatu fenomena perubahan gambaran perempuan yang
cukup signifikan dalam kedua novel tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
sistem patrilineal yang dianut oleh sebagian besar penutur asli bahasa Indonesia yang menempatkan kaum laki-laki dengan kedudukan yang dianggap lebih tinggi daripada kaum perempuan. Demikian pula halnya dengan fungsi kaum laki-laki dalam masyarakat yang dianggap lebih dominan dan unggul dibandingkan dengan kaum perempuan, atau dengan kata lain kaum perempuan ditempatkan pada posisi subordinat.
Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai bentuk bahasa seksis yang yang dimaksud, berikut adalah contoh bahasa seksis dalam terjemahan yang mengalami distorsi makna dari segi budaya:
TSu: Bila seorang gadis berkenan di hati seorang pemuda, maka ia memberi tahu orang tuanya untuk melamar pujaan hatinya itu. (Ragam Budaya Daerah dalam Machali, 2009: 166) Dari penggalan TSu di atas, dapat dilihat sikap pria yang lebih ‘aktif’ dan berbanding terbalik dengan wanita yang seolah-olah hanya bisa ‘menunggu’. Masih menurut Machali, teks tersebut diberikan kepada beberapa mahasiswa Australia dalam kelas penerjemahan yang sudah ditatar mengenai adat dan budaya suku di Indonesia dan secara umum sudah memahami budaya Indonesia dan aspekaspek patriarkat dalam budaya tersebut. TSa:
%!
"!
$&
$$
(Ragam Budaya Daerah dalam Machali, 2009: 167)
Universitas Sumatera Utara
Hasil terjemahan pertama menunjukkan bahwa pihak perempuan dalam TSu yang
terkesan pasif berubah menjadi aktif. Konsep liberalisasi dalam budaya barat
tercermin kuat di sini, dan mengabaikan budaya Indonesia yang sebelumnya muncul
pada TSu.
Selanjutnya adalah contoh yang diambil dari kedua sumber data dalam
penelitian ini:
TSu:
“( $ 5 ”.
(Malarkey, 2006: 71)
6 !$ "
!" &
Dalam novel aslinya “)
”, pengarang menggunakan kata “ ” untuk
menunjukkan kepemilikan dari “6 !$ " ”.
TSa:
“Nabi orang Islam itu kawin dengan perempuan Mesir anak seorang Koptik, satu-satunya istri yang memberinya keturunan laki-laki”. (Malarkey, 2007: 91)
Namun yang muncul pada novel terjemahan “Kebangkitan”, penerjemah
memilih menggunakan verba ‘kawin’ yang menggantikan verba . Secara
etimologi, kata kawin berasal dari bahasa Sankskerta 7 yang kemudian diturunkan
menjadi kata 8 " 9 " dalam bahasa Jawa Kuno yang bermakna: dibawa, dipikul,
dipanggil, diemban dan diboyong (www.pondokbahasa.worpress.com). Jelas bahwa
tidak ada unsur seksual dalam pengertian kata kawin. Namun, dalam TSa
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan &
, yang berarti terjadi hubungan seksual yang
menyebabkan lahirnya seorang anak.
Berbeda dengan kata kawin, kata nikah yang berasal dari bahasa Arab
memiliki makna:
a. perkumpulan/perhimpunan
b. hubungan seksual/persetubuhan
c. perjanjian antara pria dan wanita untuk hidup sebagai suami istri dalam
perkawinan yang sah menurut agama
Apabila merunut kepada asal muasal kata nikah, maka tersirat makna
mengenai hubungan seksual (www.pondokbahasa.wordpress.com).
Perubahan arti terjadi dalam bahasa Indonesia, kawin memiliki arti:
a. Membentuk keluarga dengan lawan jenis
b. Bersuami atau beristri
c. Melakukan hubungan kelamin (untuk hewan)
d. Bersetubuh
Sedangkan nikah memiliki pengertian ikatan (akad) perkawinan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama, hidup sebagai suami
istri tanpa melakukan pelanggaran terhadap agama.
Terjadi penyimpangan yang tidak terlacak secara etimologi dan berkembang
di masyarakat. Nikah memiliki konotasi yang positif, berbanding dengan kawin yang
memiliki konotasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas menyangkut bahasa
penerjemahan secara makro, dirasakan perlu adanya pendekatan terhadap bahasa dan
jender terhadap masalah tersebut. Adapun topik pembahasannya, dipayungi oleh
konsep bahasa seksis dalam karya sastra novel yang dikaji dari perspektif bahasa dan
jender.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini akan mengkombinasikan teori-teori
dari ranah bahasa terjemahan dan juga jender. (
$
menurut pemikiran Eugene Jacques Nida dianggap sesuai untuk
membantu menganalisis perubahan bahasa dari bahasa sumber kepada bahasa
terjemahannya terutama dari segi makna. Untuk teori jender dalam perspektif bahasa,
akan digunakan teori dari Robin Lakoff yang mengklasifikasikan bahasa sesuai
jender. Mengenai penjelasan tentang masing-masing teori akan diuraikan dalam bab
berikutnya.
:$ 0+&-&3&* &3& &
Penelitian ini hanya dibatasi pada pokok permasalahan refleksi seksisme yang
muncul dalam tataran bahasa novel )
dan novel terjemahannya,
Kebangkitan.
:" (0(3&* &3& & Guna memperoleh hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan adanya
perumusan masalah dari berbagai masalah yang telah berhasil diidentifikasi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimanakah diksi yang digunakan oleh pelibat laki-laki dan perempuan
dalam novel )
dan novel terjemahannya?
2. Apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat dikategorikan sebagai bahasa
seksis?
3. Bagaimanakah jenis bahasa seksis yang ditunjukkan oleh pelibat dalam novel
) dan novel terjemahannya?
:@ ('(&* * %-%&*
Tujuan penelitan dalam tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui diksi yang digunakan oleh pelibat laki-laki dan perempuan
dalam novel )
dan novel terjemahannya.
2. Untuk mengetahui apakah bahasa dalam novel terjemahan dapat
dikategorikan sebagai bahasa seksis.
3. Untuk mengetahui jenis bahasa seksis yang ditunjukkan oleh pelibat dalam
novel )
dan novel terjemahannya.
:A &*>&&- * %-%&* :A: &*>&&- 2/%-%3
Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberi manfaat sebagai salah satu rujukan untuk merangsang penelitian lain
di bidang penerjemahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Salah satu sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang perkembangan kajian bidang terjemahan.
:A:$ &*>&&- /&)-%3 :A:$: &*>&&- 0(0
Adapun manfaat umum dari penelitian ini adalah untuk membantu masyarakat untuk dapat memahami akan kajian terjemahan sebagai bidang ilmu yang memiliki ruang lingkup yang cukup luas. :A:$:$ &*>&&- (3(3
Sedangkan manfaat khusus dari penelitian ini adalah dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat mengenai seksisme dan permasalahannya.
Universitas Sumatera Utara
;;
$: &'%&* (3-&)& Kajian pustaka memuat penelusuran atas penelitian-penelitian sebelumnya
yang dianggap bisa menjadi masukan dalam melakukan analisis penelitian. Secara garis besar, beberapa penelitian sebelumnya yang dicantumkan dalam bab ini, memiliki persamaan dari segi objek penelitian yaitu mengenai bahasa dan jender. Perbedaannya muncul dari sisi teori siapa yang digunakan dalam penelitian dan objek penelitiannya.
$: : /% &)( )3%3 4& &0 & &3& (02/
I Made Netra dalam
##
:
2 ## )
8 * $ (2009) menjelaskan bahwa humor tergolong dalam bahasa
seksis yang berbentuk monologis dan atau dialogis psikoanalitis, sosial, dan persepsi
kognitif. Jika dilihat dari sasarannya, bahasa humor dapat berbentuk humor etnis,
humor seksual dan humor politik. Bentuk dan jenis bahasa humor seperti itu dipakai
untuk tujuan-tujuan atau fungsi untuk mengabaikan, merendahkan perempuan, dan
sejenisnya.
Adapun teori yang digunakan adalah formulasi dari teori humor dan linguistik
humor serta teori bahasa dan jender. Teori humor dan linguistik humor yang mengacu
Universitas Sumatera Utara
pada Wilson mengartikan bahwa humor adalah bentuk bahasa yang mengandung kebebasan yang dapat dijelaskan dari sudut dampak emosionalnya; di samping itu humor juga mengandung konflik, yang dapat diartikan dengan adanya dorongan untuk saling bertentangan antara dua pelaku, dan ketidakselarasan yang merujuk pada penjelasan kognitif.
Sedangkan teori bahasa dan jender mengacu pada Wolfram yang beranggapan bahwa jender digunakan untuk menangkap dan menjelaskan fenomena-fenomena kompleks sosial, budaya dan psikologi yang melekat pada seks atau jenis kelamin. Dengan demikian, variasi bahasa yang dibangun tidak berkaitan dengan fonologi, tata bahasa, dan leksikon, tetapi lebih berkaitan dengan semantik atau makna yang terkandung pada bahasa yang sudah mengarah pada kepada konvensi penggunaan variasi bahasa tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh I Made Netra tersebut pada akhirnya menyimpulkan bahwa berdasarkan jenis komunikasinya, bahasa seksis ditemukan dan digunakan dalam buku humor adalah komunikasi monologis dan dialogis. Selain itu, bahasa seksis yang digunakan dalam humor antara jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu dimaksudkan untuk menjadikan perempuan sebagai objek atau merendahkan, menyepelekan, dan mengesampingkan perempuan yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tidak langsung dengan pengandaian, dan secara langsung antara jenis kelamin tertentu, seperti antara perempuan dengan perempuan, antara laki-laki dengan laki-laki adalah dan antara laki-laki dengan perempuan. Sebaliknya, secara implisit perempuan pun bisa berperilaku seksis di
Universitas Sumatera Utara
depan kaumnya sendiri dan terhadap laki-laki sehingga laki-laki tersebut diabaikan, dilecehkan, dan disepelekannya.
$: :$ & &0 4&* /% &)( )3%3 4& &0 /+& &3&
Nababan (2004) melakukan penelitian mengenai wujud paham seksis dengan
judul
##
: & . Aspek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah aspek kata generik yang seksis, dan paham atau perilaku seksis
dalam berbahasa. Teori yang diterapkan adalah teori seksisme yang dipelopori oleh
Cameron (1994), Vetterling-Braggin (1982), dan Persing (1978). Untuk menunjang
penelitian ini, data yang diambil adalah data tulis yang diperoleh dari berbagai
sumber, seperti buku pelajaran bahasa Inggris SMP dan SMA, dan bahasa lisan dalam
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hasil analisis atau temuannya adalah sebagai berikut: Kata generik
merujuk pada manusia pada umumnya, dan oleh karena itu, kata gantinya
seharusnya atau . Sebaliknya kata dalam “A man was arrested yesterday.
He was accused of stealing money from the bank”, bukan kata generik. Oleh sebab
itu, penggunaan kata ganti yang merujuk pada kata , bukanlah kata seksis.
Demikian pula, “The women were talkative”, bukan kalimat seksis karena "
yang dimaksudkan adalah wanita tertentu. Sebaliknya “women are talkative” adalah
kalimat yang seksis karena kata "
dalam kalimat tersebut merujuk pada
perempuan pada umumnya. Padahal tidak semua wanita mempunyai sifat seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
$: :" *,,&0+&/&* / 01(&* 4& &0 /' 0& &* Bo li dalam penelitiannya yang berjudul ( 5
%
(
8*;
"$ $
6 ! ("
; !3 ;
!
(;
(
:
* < ":
, = >? = @- berusaha menggali paradoks kesalahan penerjemahan dan interpretasi
pada terjemahan antarbudaya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk
menuliskan kembali gambaran perempuan dalam cerita detektif Inggris yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan mengetahui alasan sosial yang
melatarbelakanginya.
Surat kabar harian < " : diprakarsai oleh seorang pria bernama
Zheng Guangong di Hong Kong pada tahun 1905 dan mendapatkan perhatian sangat
besar dari para peneliti karena peranannya dalam proses revolusi dinasti Qing. Surat
kabar tersebut terbagi atas dua bagian yaitu, bagian berita dan tulisan-tulisan humor.
Hasil yang ditemukan adalah adanya penganiayaan terhadap gambaran wanita
yang muncul akibat manipulasi sistematis dalam proses penerjemahan yang
dilakukan oleh penerjemah. Li menggambarkan penganiayaan tersebut dalam empat
garis besar yaitu: &
,&
, & & ! $ , dan
&
$: :@ -(4% *4 / 4& &0 * /' 0& &*
Sastriyani dengan judul penelitian
A
* #?* #
( 2 mencoba mengidentifikasikan relasi antara laki-laki dan perempuan
Universitas Sumatera Utara
dalam komik-komik Prancis yang cenderung menempatkan perempuan rendah serta mengungkap bias-bias jender dalam komik-komik Prancis terjemahan.
Tokoh laki-laki dan perempuan yang muncul dibedakan dari sifat, aktivitas, dan perannya. Sifat-sifat yang diberikan kepada laki-laki dalam komik tersebut adalah cekatan dan kuat, sedangkan perempuan cenderung memiliki sifat bawel, cerewet, dan genit. Peran publik yang digambarkan dalam komik-komik terjemahan dari Prancis cenderung stereotip, bahkan bias jender, yang mana laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan.
Pengkajian penelitian tersebut dilakukan dengan metode analisis isi berdasarkan sepuluh sampel populasi komik Prancis terjemahan. Lebih lanjut, penulis menggunakan tolak ukur stereotip peran jender dan ketidakadilan jender dalam komik-komik Prancis.
$:$ 2*3 1 Konsep adalah sendi utama yang mendasari keseluruhan pemikiran dan
merupakan entitas mental yang bersifat universal dan merujuk pada kategori, kejadian atau hubungan. Pemaparan konsep diperlukan untuk memberikan pemahaman makna yang sama antara peneliti dan pembaca. $:$: *4 /
Pembedaan jender dan seks pertama dikemukakan oleh seksiologis, John Money pada tahun 1965. Menurutnya seks lebih berkaitan dengan aspek biologis, sedangkan jender sebagai peran (www.wikipedia.org/wiki/gender). Namun saat itu
Universitas Sumatera Utara
pendapat Money tidak begitu dikenal luas, baru sekitar tahun 1968 seorang
psikoanalis sastra, Robert Stoller, merincikan tiga komponen pembentuk identitas
jender:
“$
!3 &
$! $ ”. (www.enotes.com)
'& "
Jender dan kaitannya dengan ilmu sosial budaya dikembangkan pertama kali
oleh Ann Oakley pada tahun 1972 yang mengartikan jender sebagai perbedaan yang
bukan bersifat biologis melainkan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksi secara sosial atau diciptakan oleh manusia melalui proses kultural
yang panjang (dalam Fakih, 2004: 72). Sejalan dengan Oakley, Basow juga
mendefinisikan jender sebagai hasil konstruksi sosial.
“ $ &!
&! $ $
&! & !
$! $
”. (1992: 3)
Karena jender merupakan bentukan manusia, maka tidak bersifat kodrati dan
dapat berubah menurut waktu dan budaya tempat jender tersebut tumbuh dan
berkembang. Akan tetapi masih banyak yang memahami jender secara keliru, dan
mengganggapnya sebagai kodrat yang harus dijalani oleh perempuan dan laki-laki.
Misalnya saja dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki pekerjaan yang
berkaitan dengan rumah tangga seperti mengasuh dan mendidik anak, memasak serta
membersihkan rumah dianggap menjadi kodrat perempuan, sebaliknya kodrat lelaki
adalah mencari nafkah di luar rumah.
Universitas Sumatera Utara
Pembedaan peran menurut jender tersebut akan berakibat ketidakadilan jender yang menurut Fakih menyebabkan terjadinya marginalisasi (pemiskinan ekonomi) terhadap kaum perempuan, subordinasi pada salah satu jenis kelamin yang umumnya adalah kaum perempuan, pelabelan negatif (stereotip) terhadap jenis kelamin tertentu yang memicu diskriminasi ketidakadilan lainnya, kekerasan terhadap perempuan, dan kaum perempuan cenderung mendapat beban kerja domestik yang lebih banyak dan lebih lama dari lelaki (2004:72-75). $:$:$ )3%30
Salah satu aspek hubungan sosial yang penting di dalam masyarakat adalah pembagian peran berdasarkan jenis kelamin. Jika bahasa merupakan seperangkat konvensi yang mampu merefleksikan hubungan-hubungan sosial, maka diferensiasi jender tersebut akan tercermin juga di dalamnya. Hal ini dapat terjadi karena bahasa memuat istilah, konsep, ataupun label yang menandai tingkah laku mana yang pantas bagi laki-laki dan mana yang pantas bagi perempuan (Budiman dalam Susanto, 1992: 73)
Untuk menunjang pengertian seksisme, berikut dipaparkan beberapa penjelasannya: 1. Seksisme merupakan suatu paham atau sistem kepercayaan yang mempercayai
adanya fenomena yang masih menganggap jenis kelamin tertentu (laki-laki) lebih unggul dari jenis kelamin lainnya (perempuan). Hal tersebut terlihat dari bentuk bahasa yang dipakai oleh laki-laki dalam berkomunikasi atau dari monolog seorang laki-laki tentang perempuan, mengandaikan perempuan dengan binatang
Universitas Sumatera Utara
yang jelek atau dengan benda-benda yang secara pragmatis dan metaforis mengandung nilai-nilai negatif tentang perempuan (Cobuild English Dictionary, 1997: 1512). 2. Seksisme tidak hanya terbatas pada paham tetapi juga pada praktek-praktek yang meneguhkan dominasi dan diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu, yaitu kaum laki-laki terhadap kaum perempuan atau bisa juga kaum perempuan sendiri yang melakukannya terhadap kaumnya sendiri atau sesamanya (Cameron dalam Nababan, 2004:156). 3. Seksisme memandang bahwa ketidaksetaraan kaum laki-laki dan perempuan tidak saja terjadi dalam berbagai aktivitas kehidupan, namun juga terlihat melalui bahasa baik secara verbal maupun nonverbal (Persing dalam Nababan, 2004: 156).
Seksisme dalam berbahasa menjadi instrumen yang merekam asumsi-asumsi yang diyakini oleh masyarakatnya mengenai bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan memandang, bertindak dan berpikir.
Universitas Sumatera Utara
$:$:" /0 * (-%)& &4&0 /
Secara umum, dunia hermeneutika berkaitan dengan penafsiran atau
pemahaman akan sesuatu. Penafsiran tersebut tidak bisa terlepas dari teks. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa bahasa, teks, dan hermeneutika adalah satu
kesatuan. Bleicher memaparkan bahwa tugas utama hermeneutika adalah memastikan
isi dan makna sebuah kata, kalimat, teks dan sebagainya serta menemukan instruksi-
instruksi yang terdapat di dalam bentuk-bentuk simbolis (2003: 5).
Dalam pandangan klasik, hermeneutika mengingatkan pada apa yang ditulis
Aristoteles dalam 8
atau 5 $
Yaitu bahwa kata-kata
yang diucapkan oleh individu adalah simbol dari pengalaman mentalnya, dan kata-
kata yang ditulis adalah simbol dari kata-kata yang diucapkan itu 1.
Banyak tokoh yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan
hermeneutika, salah satunya adalah Hans-Gadamer. Hermeneutika yang
dikembangkan oleh Gadamer yaitu tidak memberikan pemahaman makna yang selalu
seiring sejalan sesuai yang dimaksudkan oleh pengarang. Menurutnya makna suatu
teks akan tetap terbuka dan tidak terbatas. Karenanya, interpretasi atau pemahaman
tidak bersifat reproduktif melainkan produktif.
Jika dikaitkan dengan dunia penerjemahan maka seorang penerjemah tidak
akan bisa melepaskan diri dari situasi historis tempat dia berada. Artinya suatu teks
tidak terbatas pada masa teks tersebut ditulis, tetapi memiliki keterbukaan makna
1 * 8 #. (http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2011/06/metodologi-penelitian-kualitatif-dan.html)
Universitas Sumatera Utara
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh sebab itu, pekerjaan menerjemahkan atau menginterpretasi adalah proses yang tak pernah selesai atau berkelanjutan. Menurut Hardiman (dalam Hidayat, 2010) makna teks bukanlah makna bagi pengarangnya, melainkan makna bagi siapapun yang membacanya, sehingga proses penafsiran adalah proses kreatif.
Dalam pandangan Gadamer proses pemahaman merupakan peristiwa historis, dialektika dan linguistik (Bleicher, 2003: 157-167). Historis yang dimaksud berkaitan dengan teks dan memiliki tiga kerangka waktu yang mengitarinya yaitu masa lampau tempat teks tersebut lahir dan dipublikasikan, masa kini yang meliputi prasangka penafsir, dan masa depan yang menjadi nuansa baru teks (Hidayat, 2010). Bagi Gadamer penting untuk memasukkan unsur prasangka dalam memahami atau menafsirkan teks. Yang perlu digarisbawahi adalah bukan untuk menjadikan proses pemahaman menjadi subjektif dan tidak kritis. Sehingga perlu adanya pembedaan antara prasangka yang rasional dan yang tidak, serta antara prasangka yang sah dan prasangka yang tidak sah. Selain itu, perlu mengakui keterlibatan tradisi yang akan membantu proses pemahaman.
Sementara itu dialektika mengacu pada tugas utama penafsir adalah memahami pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sebuah teks. Dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan teks tersebut, penafsir harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dirinya sendiri sehingga kemungkinankemungkinan makna yang lain akan terbuka (Bleicher, 2003: 167). Dengan kata lain, dialektika mencoba mengeluarkan teks dari alienansinya dan mengembalikannya ke
Universitas Sumatera Utara
kehidupan penafsir di masa kini. Linguistik menurut Gadamer mengandung pengertian bahwa elemen bahasa memiliki peranan sangat penting dalam proses penafsiran karena bahasa merupakan media penghubung antara konteks historis dan masa kini.
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti yang memposisikan diri sebagai penafsir berangkat dari prasangka akan adanya perbedaan visualisasi perempuan dalam teks. Untuk menemukan jawaban atas prasangka tersebut, maka perlu adanya pemahaman mengenai konteks historis yang akan didapat dengan mengaitkan produk terjemahan dengan budaya Jawa yang merupakan budaya asal penerjemah. $:$:@ / 01(&* 4& &0 (4&.& &8&
Setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan kebudayaan sebagai tuntunan yang memandu kehidupan, sesuai dengan lingkungan sosial dan fisik di wilayahnya masing-masing. Budaya sebagai tuntunan kehidupan tersebut dimanifestasikan pada aspek-aspek kehidupan sebagai perwujudan dari kesamaan budaya maupun identitas yang dimiliki sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut.
Sebagai suku bangsa terbesar di Indonesia suku Jawa tersebar di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah menghasilkan budaya Jawa. Menurut Susanto (1992) budaya Jawa sangat mengutamakan keseimbangan, keselarasan, keserasian, semua unsur hidup dan mati harus harmonis, saling berdampingan dan mencari kecocokan oleh sebab itu keluarga Jawa juga mengutamakan keselarasan yang harmonis tanpa adanya gejolak maupun konflik antar anggota keluarga di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga Jawa mendidik anak perempuan sejak kecil untuk menjadi ibu dan
istri yang berbakti pada suami. Untuk itu anak perempuan banyak dibekali
pengetahuan-pengetahuan praktis untuk mengurus rumah tangga sedangkan anak
laki-laki dipersiapkan untuk bertanggung jawab terhadap isteri dan anak-anaknya.
Secara tradisional, aktivitas di dapur, seperti memasak dan aktivitas lain yang
terkait dengan itu dalam masyarakat Jawa dipanda