PEMAHAMAN SISWA SMA TENTANG KESADARAN HUKUM BERLALU LINTAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (STUDI KASUS SMA NEGERI 1 BUNTU PANE KABUPATEN ASAHAN).

(1)

iv

ABSTRAK

Legino Alek Sandra. NIM. 3131111018. “Pemahaman Siswa SMA Tentang Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa SMA tentang kesadaran hukum berlalu lintas dengan baik dan benar berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan Tahun Pembelajaran 2016/2017 yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan indikator atau kriteria lain yaitu siswa yang memiliki umur 17 tahun ke atasdan yang menggunakan kendaraan sepeda motor ke sekolah dan kepada pimpinan SMA Negeri 1 Buntu Pane dengan menggunakan teknik sampel purposif.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan mengenai pemahaman siswa tentang kesadaran hukum berlalu lintas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih rendah. Siswa-siswa kelas XII yang menggunakan kendaraan sepeda motor ke sekolah selalu melanggar peraturan lalu lintas. Bentuk-bentuk pelanggaran yang selalu dilakukan adalah tidak memakai helm, tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK, tidak memasang kaca spion, tidak menghidupkan lampu dan dirazia oleh pihak kepolisian Polsek Prapat Janji.Dapat disimpulkan, bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa kelas XII SMA Negeri 1 Buntu Pane yang menggunakan kendaraan sepeda motor ke sekolah masih rendah sehingga tidak memiliki kesadaran hukum berlalu lintas.


(2)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teori ... 7

1. Pemahaman Siswa ... 7

1.1 Pengertian Pemahaman Siswa ... 7

2.Kesadaran Hukum ... 7

2.1 Pengertian Kesadaran Hukum ... 7

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum ... 10

3. Pelanggaran Lalu Lintas ... 11

3.1 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas ... 13

3.2 Ketentuan Pidana Pelanggaran Lalu Lintas ... 13

4. Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ... 21

4.1 Perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ... 21


(3)

x

4.2 Disiplin dalam Berlalu Lintas ... 26

4.3 Sikap Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ... 27

4. 4 Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ... 28

B. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

1. Definisi Lokasi Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 35

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

2. Definisi Operasional... 37

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 37

1. Jenis Data ... 37

2.Sumber Data ... 38

E. Teknik Pengumpulan data ... 39

1.Observasi ... 39

2.Wawancara ... 40

3. Dokumentasi ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 44

1. Sejarah Singkat... 44

2. Identitas Sekolah ... 46

3. Keadaan Tanah Bangunan... 47

4. Data Keadaan Siswa Dan Kelas ... 48

5. Status Umur Siswa ... 49


(4)

xi

1. Gambaran Umum Kondisi Ketertiban Berlalu Lintas di SMA

Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan ... 51

2. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Buntu Pane ... 52

3. Pemahaman Kesadaran Hukum Berlalu Lintas dan Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas Berdasarkan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ... 54

3.1 Tingkat pengetahuan siswa ... 54

3.2 Sosialisasi Hukum Berlalu Lintas ... 56

3.3 Bentuk-Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas ... 57

3.4 Pengembangan Disiplin dan Etika Berlalu Lintas ... 59

3.6 Pengetahuan tentang Surat Izin Mengemudi (SIM) ... 64

3.7 Pengetahuan tentang Surat Tanda Nomor Kendaraan(STNK). 67 3.8 Kewajiban Memakai Helm Berlalu Lintas ... 68

3. 9 Kewajiban Pasang Kaca Spion dan Menghidupkan Lampu di Siang Hari ... 70

3.10 Penyebab Terjadi Pelanggaran Lalu Lintas Pada Siswa... 72

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

1. Penegakan Hukum Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan, potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Potensi dan peranan lalu lintas harus dikembangkan agar terwujud kedisiplinan dalam berlalu lintas berdasarkan pertimbangan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 pengganti dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang. SertaUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tidak sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan berlalu lintas di jalan raya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 dianggap tidak relevan lagi karena banyak peraturan lalu lintas yang tidak diatur secara lengkap dalam undang-undang tersebut. Selanjutnya tidak adanya efek jera atau hukuman yang berat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 terhadap para pelanggar lalu lintas.


(6)

2

Gambaran umum masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sebagai alat transportasi tidak memberikan cerminan sikap berlalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan peraturan lalu lintas. Sehingga masyarakat menggunakan kendaraansepeda motor tidak seimbang dengan sikap disiplin dan patuhterhadap hukum lalu lintas.

Dalam Pasal 258 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dinyatakan ‘Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana jalan, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas, dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan’. Peranan masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sebagai alat transportasi seharusnya memberikan cerminan sikap budaya disiplinlalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan peraturan lalu lintas. Tapi, sebaliknya masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sama sekali tidak menunjukkan etikadisiplin berlalu lintas yang patuh terhadap hukum lalu lintas.

Safitri dan Rahman (2013: 01) berpendapat bahwa:

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap etika berlalu lintas dapat dikatakan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari banyak pengguna kendaraan sepeda motor yang menyalip kendaraan tanpa mengindahkan rambu-rambu atau marka jalan, mengemudikan kendaraan bermotor tidak dengan penuh konsentrasi karena sambil mengoperasikan telepon seluler, mendesain sepeda motornya tidak sesuai dengan standar pabrik bahkan tidak melengkapi diri dengan Surat Izin Mengemudi (SIM). Padahal SIM merupakan bukti kompetensi bagi seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dengan benar sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).


(7)

3

Budaya tidak disiplin berlalu lintas tidak hanya terjadi pada masyarakat tetapi juga pada kalangan pelajarkhususnya pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Budaya tidak disiplin lalu lintas ini bisa dilihat pada siswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor saat berlalu lintas seperti tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), tidak memakai helm, tidak memakai kaca spion, tidak menghidupkan lampu pada siang hari dan perlengkapan lalu lintas yang lainnya. Bahkan ada yang belum cukup umur sudah berani menggunakan transportasi kendaraan sepeda motor saat pergi ke sekolah.

Sadono (2015: 62) menyatakan bahwa:

Peraturan berlalu lintas terlihat dari rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara, sehingga melahirkan budaya tidak disiplin pada masyarakat. Kurang sadarnya masyarakat dalam hukum berlalu-lintas dapat dilihat dalam perilaku seperti semakin meningkatnya pelanggaran lalu lintas oleh pengendara motor. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya pelanggaran rambu lalu lintas. Perilaku ketidakdisiplinan masyarakat dalam berlalu-lintas seperti mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan, menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helm, spion dan lampu-lampu kendaraan’.

Budaya tidak disiplin hukum lalu lintas terjadi pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Buntu Pane kabupaten Asahan. Siswa yang pergi ke sekolah menggunakan kendaaran sepeda motormelintasi simpang tiga kantor Polsek Prapat Janji yang beralamat di Dusun II Pekan Desa Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane arah menuju ke SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan. Setiap siswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor yang tidak mentaati peraturan lalu lintas saat melintasi simpang tiga kantor Polsek Prapat Janji akan di tangkap atau di razia oleh Polisi Prapat Janji tersebut.


(8)

4

Pemahaman tentang kesadaran hukum berlalu lintas bagi siswa SMA sangat pentinguntuk mengetahui peraturan lalu lintas yang baik dan benar. Tetapi sebaliknya siswa-siswa SMA sekarang sangat minim dengan pengetahuan dan pemahaman hukum berlalu lintas sehingga berdampak pada budaya tidak disiplin berlalu lintas. Karena dengan ketidaktahuantersebut mengakibatkan pelanggaran-pelanggaran berlalu lintas saat menggunakan kendaraan.

Seperti yang dilakukan siswa-siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane akibat tidak tahu pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan hukum berlalu lintas akhirnya melanggar peraturan-peraturan lalu lintas seperti tidak memakai helm, tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK, tidak memasang kacang spion, tidak menghidupkan lampu di siang hari dan ada yang belum cukup umur saat menggunakan kendaraan sepeda motor.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu dilakukan

penelitian yang berjudul “Pemahaman Siswa SMA Tentang Kesadaran

Hukum Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar penelitian menjadi terarah dan jelas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Adanya bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane.


(9)

5

2) Kurangnya pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

3) Minimnya peran kepolisian dalam menanggulangi pelanggaran berlalu lintas oleh Siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane.

4) Kurangnya implementasi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 belum terlaksana secara maksimal.

C. Batasan Masalah

Setiawan (2014: 20) menjelaskan bahwa pembatasan masalah berisi batasan masalah sehingga dari beberapa masalah yang diidentifikasi hanya sebagaian saja yang diteliti”. Berdasarkan pendapat tersebut maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adanya bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan.

2. Kurangnya pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apa bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMANegeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan?

2) Bagaimana pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009?


(10)

6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMAN 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan.

2) Untuk mengetahui pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMAN 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang nyata yaitu:

1) Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan berpikir serta bersikap kritis khususnya dalam bidang kajian ilmu hukum. 2) Bagi kalangan mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran

khususnya pada pemahaman hukum berlalu lintas serta dapat melakukan penelitian secara mendalam dan sebagai mahasiswa mampu untuk bersikap kritis dalam menanggapi masalah tentang peraturan lalu lintas .

3) Bagi masyarakat, diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang baru sehingga lebih memahami dan menerapkannya guna pentingnya pemahaman hukum berlalu lintas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.


(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan, potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Potensi dan peranan lalu lintas harus dikembangkan agar terwujud kedisiplinan dalam berlalu lintas berdasarkan pertimbangan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 pengganti dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang. SertaUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tidak sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan berlalu lintas di jalan raya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 dianggap tidak relevan lagi karena banyak peraturan lalu lintas yang tidak diatur secara lengkap dalam undang-undang tersebut. Selanjutnya tidak adanya efek jera atau hukuman yang berat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 terhadap para pelanggar lalu lintas.


(2)

Gambaran umum masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sebagai alat transportasi tidak memberikan cerminan sikap berlalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan peraturan lalu lintas. Sehingga masyarakat menggunakan kendaraansepeda motor tidak seimbang dengan sikap disiplin dan patuhterhadap hukum lalu lintas.

Dalam Pasal 258 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dinyatakan ‘Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana jalan, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas, dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan’. Peranan masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sebagai alat transportasi seharusnya memberikan cerminan sikap budaya disiplinlalu lintas yang baik dan benar sesuai dengan peraturan lalu lintas. Tapi, sebaliknya masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor sama sekali tidak menunjukkan etikadisiplin berlalu lintas yang patuh terhadap hukum lalu lintas.

Safitri dan Rahman (2013: 01) berpendapat bahwa:

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap etika berlalu lintas dapat dikatakan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari banyak pengguna kendaraan sepeda motor yang menyalip kendaraan tanpa mengindahkan rambu-rambu atau marka jalan, mengemudikan kendaraan bermotor tidak dengan penuh konsentrasi karena sambil mengoperasikan telepon seluler, mendesain sepeda motornya tidak sesuai dengan standar pabrik bahkan tidak melengkapi diri dengan Surat Izin Mengemudi (SIM). Padahal SIM merupakan bukti kompetensi bagi seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan keterampilan untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan dengan benar sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).


(3)

Budaya tidak disiplin berlalu lintas tidak hanya terjadi pada masyarakat tetapi juga pada kalangan pelajarkhususnya pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Budaya tidak disiplin lalu lintas ini bisa dilihat pada siswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor saat berlalu lintas seperti tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), tidak memakai helm, tidak memakai kaca spion, tidak menghidupkan lampu pada siang hari dan perlengkapan lalu lintas yang lainnya. Bahkan ada yang belum cukup umur sudah berani menggunakan transportasi kendaraan sepeda motor saat pergi ke sekolah.

Sadono (2015: 62) menyatakan bahwa:

Peraturan berlalu lintas terlihat dari rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara, sehingga melahirkan budaya tidak disiplin pada masyarakat. Kurang sadarnya masyarakat dalam hukum berlalu-lintas dapat dilihat dalam perilaku seperti semakin meningkatnya pelanggaran lalu lintas oleh pengendara motor. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya pelanggaran rambu lalu lintas. Perilaku ketidakdisiplinan masyarakat dalam berlalu-lintas seperti mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan, menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helm, spion dan lampu-lampu kendaraan’.

Budaya tidak disiplin hukum lalu lintas terjadi pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Buntu Pane kabupaten Asahan. Siswa yang pergi ke sekolah menggunakan kendaaran sepeda motormelintasi simpang tiga kantor Polsek Prapat Janji yang beralamat di Dusun II Pekan Desa Prapat Janji Kecamatan Buntu Pane arah menuju ke SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan. Setiap siswa yang menggunakan kendaraan sepeda motor yang tidak mentaati peraturan lalu lintas saat melintasi simpang tiga kantor Polsek Prapat Janji akan di tangkap atau di razia oleh Polisi Prapat Janji tersebut.


(4)

Pemahaman tentang kesadaran hukum berlalu lintas bagi siswa SMA sangat pentinguntuk mengetahui peraturan lalu lintas yang baik dan benar. Tetapi sebaliknya siswa-siswa SMA sekarang sangat minim dengan pengetahuan dan pemahaman hukum berlalu lintas sehingga berdampak pada budaya tidak disiplin berlalu lintas. Karena dengan ketidaktahuantersebut mengakibatkan pelanggaran-pelanggaran berlalu lintas saat menggunakan kendaraan.

Seperti yang dilakukan siswa-siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane akibat tidak tahu pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan hukum berlalu lintas akhirnya melanggar peraturan-peraturan lalu lintas seperti tidak memakai helm, tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK, tidak memasang kacang spion, tidak menghidupkan lampu di siang hari dan ada yang belum cukup umur saat menggunakan kendaraan sepeda motor.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pemahaman Siswa SMA Tentang Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus SMA Negeri 1 Buntu

Pane Kabupaten Asahan)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar penelitian menjadi terarah dan jelas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Adanya bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane.


(5)

2) Kurangnya pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

3) Minimnya peran kepolisian dalam menanggulangi pelanggaran berlalu lintas oleh Siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane.

4) Kurangnya implementasi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 belum terlaksana secara maksimal.

C. Batasan Masalah

Setiawan (2014: 20) menjelaskan bahwa pembatasan masalah berisi batasan masalah sehingga dari beberapa masalah yang diidentifikasi hanya sebagaian saja yang diteliti”. Berdasarkan pendapat tersebut maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adanya bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan.

2. Kurangnya pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apa bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMANegeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan?

2) Bagaimana pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009?


(6)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan siswa SMAN 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan.

2) Untuk mengetahui pemahaman hukum berlalu lintas siswa SMAN 1 Buntu Pane Kabupaten Asahan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang nyata yaitu:

1) Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan berpikir serta bersikap kritis khususnya dalam bidang kajian ilmu hukum. 2) Bagi kalangan mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran

khususnya pada pemahaman hukum berlalu lintas serta dapat melakukan penelitian secara mendalam dan sebagai mahasiswa mampu untuk bersikap kritis dalam menanggapi masalah tentang peraturan lalu lintas .

3) Bagi masyarakat, diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang baru sehingga lebih memahami dan menerapkannya guna pentingnya pemahaman hukum berlalu lintas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.