PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII
SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016
Oleh :
Dhina Juliana Damanik
NIM 4113311008
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
RIWAYAT HIDUP
Dhina Juliana Damanik dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1992 di
Sarimatondang, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penulis dibesarkan oleh
Ayah tercinta yang bernama Darwis Damanik dan Ibu tercinta yang bernama
Hilderia Sidabutar dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun
1998 penulis masuk SD Negeri 091441 Sidamanik, dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Sidamanik dan
lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 1
Sidamanik dan selesai pada tahun 2010.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan sampai sekarang.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP
NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016
Dhina Juliana Damanik (NIM 411311008)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) Kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) lebih
tinggi dari pembelajaran konvensional. (2) Proses jawaban siswa dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif melalui
model Problem Based Learning (PBL) dan pembelajaran konvensional.. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Medan Tahun
Pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 300 siswa yang tersebar dalam 12 kelas.
Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu
kelas VII-H sebanyak 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-G
sebanyak 25 siswa sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara random sampling
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dimana pretest dan posttest
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data merupakan
instrumen tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam bentuk tes uraian pada
materi bilangan bulat dan pecahan sebanyak masing-masing 4 soal yang telah
dinyatakan valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas
data tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data tes dengan
menggunakan uji F. Dari kedua pengujian tersebut diperoleh bahwa kedua sampel
berdistribusi normal dan homogen.
Rata-rata nilai pretest dikelas eksperimen adalah sebesar 24, dan rata-rata
dikelas kontrol sebesar 29,25. Rata-rata nilai posttest dikelas eksperimen adalah
sebesar 76,25, dan rata-rata dikelas kontrol sebesar 67,25. Berdasarkan
perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t satu pihak (pihak kanan) diperoleh
t hitung = 1,788 dan t tabel = 1,676 maka t hitung > t tabel dengan dk = 48 dan taraf nyata α
= 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada
kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada
materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P 2015/2016, (2) proses
jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan
keaslian (originality) yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan menerapkan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar model
Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
penyertaan dan limpahan kasih karunia yang diberikan kepada penulis sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh model Problem Based Learning (PBL)terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri
10 Medan T.P 2015/2016” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Rektor UNIMED yaitu Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Wakil
Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan
FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED,
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan
terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran
kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, dan Bapak Dr.
Edy Surya, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku dosen
pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf
pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Drs. H. Rajo
Batubara, M.Pd), guru matematika (Bapak K. Simorangkir) dan staf pegawai tata
usaha di SMP Negeri 10 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian
ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih banyak kepada Ayahanda
Darwis Damanik dan Ibunda Hilderia Sidabutar, serta adik perempuan penulis
yaitu Novelia Damanik juga sahabat terbaik penulis yaitu Amon Andreas
Tarihoran dan semua saudara serta keluarga yang selalu mendukung penulis
dalam perkuliahan dan telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat,
dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan
baik.
Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada penghuni kos
Berdikari 26 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang tidak pernah lupa
mendoakan penulis. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan 2011 jurusan
Matematika mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi, Non Dik dan teman-teman
PPLT 2014 SMA Negeri 1 Dolok Panribuan terkhususnya teman seperjuangan
Elpa Rusmayani Padang S.Pd, Susi Susanti Solin S.Pd, Helda Gustiari Haloho
S.T, Riani Wulandari juga Adinda Nafizah Zai yang selalu ada buat penulis disaat
suka dan duka . Terima kasih juga kepada siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 10
Medan yang berpartisipasi dalam penelitian ini dan kepada seluruh orang yang
telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam
usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan,
Penulis
Januari 2016
Dhina Juliana Damanik
NIM. 411311008
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Identifikasi Masalah
9
1.3.
Batasan Masalah
9
1.4.
Rumusan Masalah
9
1.5.
Tujuan Penelitian
10
1.6.
Manfaat Penelitian
10
1.7.
Defenisi Operasional
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
13
2.1.
Berpikir Kreatif
13
2.2.
Kemampuan Berpikir Kreatif
19
2.3.
Model Problem Based Learning ( PBL )
21
2.4.
Karakteristik Model Problem Based Learning ( PBL )
23
2.5.
Keunggulan dan Kelemahan
Model Problem Based Learning ( PBL )
25
2.6.
Langkah-langkah Model Problem Based Learning ( PBL )
26
2.7.
Pembelajaran Konvensional
29
2.8.
Teori Belajar Pendukung
2.9.
Model Problem Based Learning (PBL)
32
Materi Pecahan
34
2.10.
Hasil Penelitian yang Relevan
58
2.11.
Kerangka Konseptual
59
2.12.
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Menerapkan
Model Problem Based Learning (PBL) Lebih Baik
dibanding dengan Pembelajaran Konvensional
60
2.13. Proses Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah
Berkaitan Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui
2.14.
Model Problem Based Learning (PBL)
61
Hipotesis Penelitian
63
BAB III METODE PENELITIAN
64
3.1
Jenis Penelitian
64
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
64
3.3
Populasi dan Sampel
64
3.4
Prosedur Penelitian
65
3.5
Desain Penelitian
67
3.6
Variabel Penelitian
67
3.7
Instrumen Penelitian
68
3.8
Teknik Analisis Data
73
3.9
Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis
74
3.10
Ujian Hipotesis Penelitian
77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
79
4.1
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
79
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
83
4.3
Analisis Deskripsi Data Penelitian
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
83
4.4
Analisis Data Hasil Penelitian
88
4.5
Analisis Proses Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
90
4.6
Analisis Hasil Observasi
97
4.7
Pembahasan Hasil Penelitian
98
4.8
Keterbatasan Penelitian
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102
5.1
Kesimpulan
102
5.2
Saran
102
DAFTAR PUSTAKA
104
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Jawaban siswa pada soal no.1
5
Gambar 1.2. Jawaban siswa pada soal no.2
5
Gambar 1.3. Jawaban siswa pada soal no.3
6
Gambar 1.4. Jawaban siswa pada soal no.4
6
Gambar 2.1. Kue Ulang Tahun
34
Gambar 2.2. Kue Lapis Legit
35
Gambar 2.3. Satu dari lima kotak bentuk persegi diarsir
35
Gambar 2.4. Satu dari lima kotak bentuk persegi panjang diarsir
36
Gambar 2.5. Dua dari lima kotak bentuk persegi diarsir
37
Gambar 2.6. Dua dari empat segitiga diarsir
37
Gambar 2.7. Seorang reporter berita memceritakan pemilihan
Kepala Desa suatu daerah
38
Gambar 2.8. Bank BRI
42
Gambar 2.9. Dua puluh dari seratus kotak bentuk persegi diarsir
43
Gambar 2.10. Dua dari lima kotak berbentuk persegi panjang diarsir
43
Gambar 2.11. Persegi
44
Gambar 2.12. Seratus kotak pesegi
44
Gamabr 2.13. Warung Pak Jaya
45
Gambar 2.14. Beberapa cara ibu membagi kue
47
Gambar 2.15. Gula Pasir
48
Gambar 2.16. Daging sapi segar
51
Gambar 2.17. Papan kayu
53
Gambar 2.18. Kantong bubuk kopi
56
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
66
Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen
84
Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Kontrol
85
Gambar 4.3. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen
87
Gambar 4.4. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Kontrol
87
Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 1
91
Gambar 4.6. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 1
91
Gambar 4.7. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 2
92
Gambar 4.8. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 2
93
Gambar 4.9. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 3
93
Gambar 4.10. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 3
94
Gambar 4.11. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 4
95
Gambar 4.12. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 4
95
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Problem Based Learning (PBL)
26
Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional
30
Tabel 2.3. Jenis-jenis pecahan
39
Tabel 2.4. Beberapa bentuk pecahan
42
Tabel 2.5. Beberapa bentuk pecahan senilai
45
Tabel 3.1. Desain Penelitian Pretest – Posttest Control Group Design
67
Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas
70
Tabel 3.3. Kriteria Indeks Kesukaran
71
Tabel 3.4. Klasifikasi daya Pembeda
73
Tabel 3.5. Pedoman Pengklasifikasian Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa
73
Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Validasi Soal Pretest dan Posttest
oleh Validator
79
Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Validitas Pretest
79
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Posttest
80
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas TKBKS
80
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Pretest
81
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Posttest
81
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Awal ( Pretest )
Kemampuan Berpikir Kreatif
82
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Akhir ( Posttest )
Kemampuan Berpikir Kreatif
82
Tabel 4.9. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
84
Tabel 4.10. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
86
Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Normalitas Data
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
88
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
89
Tabel 4.13. Hasil Uji-t
90
Tabel 4.14. Rangkuman Proses Jawaban Siswa di
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
96
Tabel 4.15. Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran
pada Kelas Eksperimen
97
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I
108
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II
116
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III
123
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I
131
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II
141
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III
144
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LAS I
147
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II
156
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS III
158
Lampiran 10. Kisi-kisi Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
160
Lampiran 11. Kisi-kisi Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
161
Lampiran 12. Pedoman Penskoran Indikator Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif
Lampiran 13. Butir Soal Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
162
163
Lampiran 14. Alternatif Jawaban Pretest
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian
Lampiran 15. Butir Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
165
169
Lampiran 16. Alternatif Jawaban Posttest
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian
170
Lampiran 17. Perhitungan Validitas Pretest dengan Uji Coba
173
Lampiran 18. Perhitungan Validitas Posttest dengan Uji Coba
174
Lampiran 19. Lembar Validasi Soal Pretest Berpikir Kreatif
175
Lampiran 20. Lembar Validasi Soal Posttest Berpikir Kreatif
177
Lampiran 21. Perhitungan Reliabilitas Pretest dengan Uji Coba
179
Lampiran 22. Perhitungan Reliabilitas Posttest dengan Uji Coba
180
Lampiran 23. Perhitungan Validitas Pretest TKBK
181
Lampiran 24. Perhitungan Validitas Posttest TKBK
183
Lampiran 25. Perhitungan Reliabilitas Pretest TKBK
185
Lampiran 26. Perhitungan Reliabilitas Posttest TKBK
187
Lampiran 27. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pretest
189
Lampiran 28. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Posttest
190
Lampiran 29. Perhitungan Daya Beda Soal Pretest
191
Lampiran 30. Perhitungan Daya Beda Soal Posttest
193
Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan I
195
Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan II
197
Lampiran 33. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan III
199
Lampiran 34. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Eksperimen
201
Lampiran 35. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Kontrol
202
Lampiran 36. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan
Standar Deviasi Kelas Eksperimen
203
Lampiran 37. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan
Standar Deviasi Kelas Kontrol
205
Lampiran 38. Perhitungan Uji Normalitas
207
Lampiran 39. Perhitungan Uji Homogenitas Data
211
Lampiran 40. Perhitungan Uji Hipotesis
213
Lampiran 41. Dokumentasi
215
Lampiran 42. Tabel F
223
Lampiran 43. Tabel Nilai Kristis Untuk Uji Liliefors
224
Lampiran 44. Tabel t α = 5%
225
Lampiran 45. Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal
226
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang melaju
begitu cepat di era globalisasi ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Dengan begitu perkembangan IPTEK yang ada dapat dikuasai,
dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
Pendidikan merupakan proses atau perbuatan mendidik yang sangat baik di dalam
pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana yang dikemukakan Munandar
(2012:6) tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyakarat. Setiap orang
mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu
membutuhkan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung jawab
untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu
meningkatkan dan mengembangkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang
berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted
and talented). Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan,
dan prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan.
Dalam hal ini pendidikan dapat diperbaiki melalui kurikulum yang secara tahap
demi tahap telah dilaksanakan pemerintah. Kurikulum yang saat ini diterapkan di
beberapa sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan
nasional guna mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan
diri dengan kemajuan zaman serta untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat
di KTSP yang harus ditanamkan pada siswa sejak dini.
Perkembangan IPTEK menuntut seseorang menjadi kreatif. Tanpa
kreativitas, seseorang tidak bisa menjadi kompetitor bagi yang lain dan selalu
tertinggal. Menurut Pehkonen (dalam Mahmudi, 2010:3) kreativitas tidak hanya
terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga
ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pada
matematika ini, kreativitas merupakan produk dari berpikir kreatif dan lebih
ditekankan pada prosesnya. Mann (2006:239) menyatakan, The essence of
mathematics is thinking creatively, not simply arrivingat the right answer. Esensi
dari matematika adalah berpikir kreatif, tidak sekedar hanya sampai pada jawaban
benar. Artinya, selain dari jawaban yang benar, matematika juga menuntut proses
jawaban yang benar pula.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Berbagai penemuan-penemuan baru dan teknologi baru merupakan sumbangan
kreativitas dari masyarakat. Munandar (2012:31) menyatakan: “Secara pribadi,
maupun kelompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk caracara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar kita dapat “survive”
dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antarbangsa dan negara.”
Lebih lanjut Munandar (2012:31) menyatakan:
“Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak.
Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam
hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat
anak menjadi lancar, dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat
suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan
banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat,
kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.”
Melalui pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
atau kemampuan berpikir kreatif telah menjadi faktor kemajuan suatu negara,
karena dengan manusia yang kreatif diharapkan mampu mengantisipasi dan
merespon secara efektif ketidakmenentuan perubahan di dunia saat ini. Kreativitas
individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan melalui
pembelajaran. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh ini
khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan pengembangan
kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian kepada
pengembangan bakat kreatif peserta didik. Munandar (2012) mengemukakan
bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai
dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan
kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia. Munandar
(2012:223) menyatakan bahwa :
“Dalam upaya membantu
menggunakan cara paksaan
kekerasan tidak saja berarti
memaksakan aturan-aturan,
pujian secara berlebih.”
anak merealisasikan potensinya, sering
agar mereka belajar. Penggunaan paksaan
bahwa kita mengancam dengan hukuman
tetapi juga bila kita memberikan hadiah
kita
atau
atau
atau
Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (dalam
Munandar, 2012:150) yang menyatakan tidak jarang matematika diajarkan dengan
cara yang kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi sehingga siswa tidak
memiliki getaran jiwa berpikir secara “matematisi”. Maka dari itu, guru sebagai
fasilitator matematika harus memperhatikan permasalahan ini, dimana matematika
sangat membutuhkan kreativitas yang menyangkut akal budi, imajinasi, estetika,
dan intuisi mengenai hal-hal benar.
Amin (dalam Husamah dan Yanur, 2013:174) menyatakan bahwa : “Berpikir
kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaiakan persoalan,
mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu
persoalan atau gagasan lama”. Berpikir kreatif merupakan suatu proses
memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah
yang menghasilkan suatu produk yang disebut kreativitas. Dalam belajar
matematika, siswa akan menemukan masalah yang menuntut penyelesaian siswa.
Munandar (2012:31) menyatakan seseorang yang kreatif dapat melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Bishop (dalam
Mahmudi, 2010:3) menyatakan bahwa dalam belajar matematika, siswa
memerlukan dua keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang
sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitis yang
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Berdasarkan paparan tersebut,
jelaslah bahwa dalam belajar matematika, siswa memerlukan kemampuan berpikir
kreatif.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini tidak relevan dengan
kenyataan yang ada. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan ungkapan Guilford
(dalam Munandar, 2012:7) dalam pidatonya yang mengatakan bahwa:
“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan
tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas
yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun
mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang
memerlukan cara-cara yang baru.”
Berdasarkan hal tersebut, salah satu kemampuan berpikir yang harus
dilatih dalam kajian pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir tinggi (kreatif) tidak akan mengalami kesulitan dalam
memahami dan memecahkan masalah matematika, sebaliknya siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir rendah (tidak kreatif) mungkin akan mengalami
kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika dapat juga dilihat dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal. Soal
ini diberikan kepada 25 siswa SMP Negeri 10 Medan. Berikut soal yang diberikan
untuk melihat kemampuan berpikir kreatif siswa:
Pendapatan suatu toko pakaian dan sepatu dalam satu minggu adalah
sebagai berikut:
Hari Senin Rp 5.575.000,-, hari Selasa Rp 3.050.000,-, hari Rabu Rp
4.500.000,-, hari Kamis Rp 2.775.000,-, hari Jum’at Rp 5.600.000,-, hari
Sabtu Rp 6.500.000,- dan hari Minggu Rp 7.775.000,Pertanyaan:
1. Berapa banyak selisih penurunan atau peningkatan pendapatan toko di
atas dalam 1 minggu?
2. Pada hari apa pendapatan di toko tersebut paling rendah dan paling
tinggi? dan berapa selisihnya?
3. Berdasarkan jawaban pada soal (2) menurut Anda apa yang menjadi
penyebabnya?
4. Menurut Anda bagaimana cara menyajikan data yang baik dan benar
agar pemilik toko dapat membaca serta menganalisis pendapatannya
dalam satu minggu tersebut dengan mudah?
Berikut beberapa jawaban dan letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal tersebut :
Gambar 1.1 Jawaban siswa pada soal no 1
Pada soal no 1 yang diukur adalah keluwesan siswa dimana siswa dapat
menjawab soal dengan memberikan ragam jawaban benar yang tak ketat aturan.
Namun, kebanyakan siswa menjawab seperti jawaban di atas dan tidak teliti
dalam menyelesaikan soal yang diberi sehingga terdapat kesalahan dari hasil yang
diperoleh.
Gambar 1.2 Jawaban siswa pada soal no 2
Pada soal no 2 yang diukur elaborasi dimana siswa diharapkan dapat
menjawab soal dengan rinci dan hasil benar. Banyak siswa tidak memberikan
jawaban yang rinci dengan tidak mencantumkan hal-hal yang diketahui dan
ditanya serta tidak mencantumkan jumlah harga yang tertinggi dan harga terendah
ini mengakibatkan ketidakjelasan hasil yang diperoleh.
Gambar 1.3 Jawaban siswa pada soal no 3
Pada soal no 3 orisinil dimana siswa diharapkan dapat menjawab soal
dengan cara penyelesaian yang berbeda dan unik dari yang lainnya. Kebanyakan
siswa hanya memberikan satu alasan saja dan terdapat banyak jawaban yang sama
persis. Ini menjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk memberikan
jawaban yang membutuhkan hasil pemikiran sendiri.
Gambar 1.4 Jawaban siswa pada soal no 4
Pada soal no 4 yang diukur kelancaran dimana siswa diharapkan dapat
menjawab soal dengan memberikan banyak cara penyelesaian. Kebanyakan siswa
hanya menjawab 1 cara saja seperti jawaban di atas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masih kurangnya unsur kelancaran siswa dalam menyelesaikan soal yang
diberikan.
Dilihat
dari
banyak
ragam
jawaban
dan
metode
penyelesaian,
menunjukkan kelancaran dan keluwesan siswa dalam menyelesaikan soal masih
kurang. Karena tidak ada ditemukannya jawaban dan penyelesaian unik dan
berbeda dan dapat disimpulkan elaborasi siswa dalam menyelesaikan masalah
masih lemah serta dengan adanya siswa yang memiliki jawaban yang persis sama
dengan temannya dapat juga disimpulkan bahwa keaslian dari pengerjaan siswa
masih rendah .
Salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini
guru menggunakan model pembelajaran yang konvensional dalam proses belajar
mengajar dan kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan
sesuai pada proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi sebatas yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa
kurang diperhatikan. Selain itu ketika siswa diberi permasalahan siswa
cenderung memberikan jawaban yang sama, dan terkadang hanya mengikuti
langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada. Belum tampak
adanya penemuan ide baru maupun mengaitkan materi dengan dunia
nyata yang dilakukan oleh siswa, dikatakan ada namun jarang sekali. Selain itu
guru
kurang
mengarahkan
dan
memotivasi
siswa
untuk
mengaitkan
permasalahan yang dihadapi dengan kehidupan sehari-hari dan memunculkan
ide-ide kreatif melalui pembuatan suatu karya. Hal ini menyebabkan rendahnya
kreativitas siswa dalam belajar matematika, karena siswa tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.
Pada kenyataannya guru-guru banyak yang menyatakan penyebab
rendahnya berpikir kreatif siswa di Indonesia ini adalah siswa kurang mampu
memahami soal yang membutuhkan berpikir kreatif, siswa kurang mampu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, hal tersebut mengakibatkan
siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran matematika. Kondisi
tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan meningkatkan
kualitas
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Dapat dilihat,
rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses dengan adanya anggapan
bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh guru
dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu
pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mampu
mengembangkan kreativitas siswa.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam
kegiatan pendidikan secara umum. Oleh karena itu, pembelajaran haruslah
berpusat kepada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh
kreativitas mungkin bila dalam proses pembelajaran merangsang terciptanya
partisipasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah
Model Problem Based Learning (PBL) atau sering disebut juga dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Ratumanan (dalam Trianto, 2011:92)
menyatakan bahwa:
“Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.”
Mengacu pada pendapat bahwa model Problem Based Learning (PBL)
adalah model yang dapat memberi kesempatan siswa berperan aktif dan
mendorong kreativitas siswa maka dapat diperkirakan bahwa model ini dapat
menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan merangsang kretivitas siswa.
Arends (dalam Hosnan, 2014:295) menyatakan bahwa:
“Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga
siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.”
Seperti yang dinyatakan di atas bahwa salah satu cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah matematika adalah dengan pemilihan dan penggunaan
model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang mungkin
dapat digunakan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model Problem
Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan
pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyeledikikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang
nyata (Trianto, 2011:90). Asumsi bahwa dengan adanya pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan kreatif siswa
menjadi lebih tinggi dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Saragih (2013 ) yang menyatakan bahwa setelah pemberian tindakan diperoleh
rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif (TKBK) siswa sebesar 50,67
(41,67%) pada siklus I meningkat jadi 65,42 (83,33%) pada siklus II. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Selain
itu, Habeahan (2014) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik siswa
yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VII SMP Negeri 10
Medan T.P 2015/2016 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya maka timbul beberapa
masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Situasi kelas masih berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber utama
pengetahuan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika
yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Siswa cenderung memberikan jawaban yang sama dan terkadang hanya
mengikuti langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada.
4. Guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi pada proses
pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi
masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini :
1.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan.
2.
Menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan model
Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?
2.
Bagaimana proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif siswa
yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan
pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan
dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional di SMP Negeri 10 Medan.
2.
Untuk mengetahui proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif
siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan
pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa
Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai
dalam mempelajari materi matematika.
2.
Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3.
Bagi pengelola sekolah
Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
4.
Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi
yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan
dalam pembelajaran di kelas.
5.
Bagi peneiti lain
Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian penelitian
yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
1.7. Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel berikut perlu disampaikan supaya tidak
terjadi salah penafsiran dalam penelitian. Hal-hal yang perlu didefinisikan antara
lain:
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam
menciptakan sesuatu yang baru, bermakna, dan orisinil, baik berupa gagasan
atau konsep, karya maupun pengembangan dari yang sudah ada. Indikator
kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini ada 4 aspek, yaitu kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan keaslian
(originality).
2. Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning
(PBL)
merupakan
suatu kegiatan
pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model PBL juga dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maksudnya model
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui
pemecahan masalah itu siswa belajar keterampilan-keterampilan melalui
penyelesaian dan berpikir sehingga dapat memandirikan peserta didik dalam
belajar dan memecahkan masalah.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi
lisan kepada sejumlah pendengar yang berpusat kepada penceramah dan
komunikasi searah. Pembelajaran ini biasa dilakukan dalam proses belajar
mengajar (PBM) dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian selama menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) dengan menekankan pada kemampuan berpikir
kreatif siswa, diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut sebagai berikut :
1. Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) mempunyai rata-rata posttest sebesar 76,25. Sedangkan
untuk
kelas
yang
diajarkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional mempunyai rata-rata posttest sebesar 67,25. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan
dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi pecahan di
kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P. 2015/2016.
2. Proses jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning
(PBL) memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian
(elaboration) dan
keaslian
(originality)
yang lebih
baik
dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif
dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang telah dilakukan, peneliti
ingin mengemukakan beberapa saran diantaranya adalah bagi:
1.
Guru
a. Penelitian ini membuktikan bahwa model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir keatif siswa sehingga
dapat dijadikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan
dalam kelas.
b. Guru dapat memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah difasilitasi
oleh sekolah untuk menanamkan minat belajar siswa sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
c. Perlunya motivasi eksternal yang berasal dari guru sehingga para siswa
menyadari betapa pentingnya memahami konsep-konsep yang telah
diajarkan sebelumnya sebagai modal pembelajaran selanjutnya. Hal ini
diharapkan
mampu
mempermudah
siswa
dalam
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
2.
Sekolah
Pihak sekolah hendaknya mampu memberikan dukungan dalam hal
memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar para guru dapat
menerapkan berbagai jenis model pembelajaran, khususnya model Problem
Based Learning (PBL) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
3.
Bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan
Diharapkan untuk terlebihdahulu memperhatikan kelebihan dan kelemahan
dari setiap model pembelajaran, sebelum metode tersebut digunakan dalam
proses pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan mampu memberikan
hasil yang lebih maksimal.
4.
Peneliti lain
Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya terkhususnya mahasiswa
pendidikan matematika agar meneliti lebih dalam lagi tentang kemampuan
berpikir kreatif siswa. Banyak model-model pembelajaran lain yang
mungkin dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Masih banyak hal-hal menarik dalam berpikir kreatif
yang dapat dieksplore lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Bahri, S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak
dipublikasikan)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Universitas Negeri
Medan.
Habeahan, W. L. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
dan Kreativitas Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) di SMA Negeri 2 Siantar. Tesis. Medan : PPs Universitas
Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Hamzah dan Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta :
Bumi Aksara.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia
Husamah dan Y. Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis
Pencapaian Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk
Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Jumat 24
November 2008.
-------. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah
disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30
Juni – 3 Juli 2010.
Mann, E. L. 2006., Creativity: The Essence of Mathematics. Journal for The
Education of The Gifted. [Online] Vol. 30, No. 2, 2006, pp. 236-260
Avaliable: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ50778.pdf. (Diakses 20 Maret
2015, 15:46)
Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo
Prasetiyo, A. D. 2014. Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, [on-line] Vol 2, Vol 1, Maret 2014.
Avaliable: http://lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id/files/Berpikir-Kreatif-SiswaDalam-Penerapan-Model-Pembelajaran-Berdasar-MasalahMatematika.pdf.
(Dikases 13 Maret 2015, 15:37)
Rahaju, E. B., dkk. 2014. Bahan Ajar Bridging Course Matematika SMP Kelas
VII. Jakarta : Pusat Perbukuan
Roslina. 2013. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dan Motivasi Belajar
Siswa melalui Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Pada SMK Percut Sei
Tuan. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak
dipublikasikan)
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi
nya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Salsalina, P. 2015. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan
Menerapkan Pendekatan Open Ended Dengan Pembelajaran Biasa Di
SMP Nasrani I Medan T.A. 2014/2015. Skripsi. Medan : PPs Universitas
Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Saragih, D. 2013. Penerapan Pembelajaran Bebasis Masalah Untuk
Meningkatkan Emampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis.
Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Silitonga, P. M. 2011. STATISTIK Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA
UNIMED, Medan.
Simamora, Y. 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan
Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa Yang Diberi
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Sripsi.
Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Pendekatan
Kuantitatif,
Sumiati dan Asra. (2013). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
-------.
2010. Berpikir (Thinking). http://psikologi.or.id/psikologi-umumpengantar/berpikir-thinking.htm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2015,
14:18.
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII
SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016
Oleh :
Dhina Juliana Damanik
NIM 4113311008
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
RIWAYAT HIDUP
Dhina Juliana Damanik dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1992 di
Sarimatondang, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penulis dibesarkan oleh
Ayah tercinta yang bernama Darwis Damanik dan Ibu tercinta yang bernama
Hilderia Sidabutar dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun
1998 penulis masuk SD Negeri 091441 Sidamanik, dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Sidamanik dan
lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 1
Sidamanik dan selesai pada tahun 2010.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan sampai sekarang.
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP
NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016
Dhina Juliana Damanik (NIM 411311008)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) Kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) lebih
tinggi dari pembelajaran konvensional. (2) Proses jawaban siswa dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif melalui
model Problem Based Learning (PBL) dan pembelajaran konvensional.. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Medan Tahun
Pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 300 siswa yang tersebar dalam 12 kelas.
Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu
kelas VII-H sebanyak 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-G
sebanyak 25 siswa sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara random sampling
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dimana pretest dan posttest
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data merupakan
instrumen tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam bentuk tes uraian pada
materi bilangan bulat dan pecahan sebanyak masing-masing 4 soal yang telah
dinyatakan valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas
data tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data tes dengan
menggunakan uji F. Dari kedua pengujian tersebut diperoleh bahwa kedua sampel
berdistribusi normal dan homogen.
Rata-rata nilai pretest dikelas eksperimen adalah sebesar 24, dan rata-rata
dikelas kontrol sebesar 29,25. Rata-rata nilai posttest dikelas eksperimen adalah
sebesar 76,25, dan rata-rata dikelas kontrol sebesar 67,25. Berdasarkan
perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t satu pihak (pihak kanan) diperoleh
t hitung = 1,788 dan t tabel = 1,676 maka t hitung > t tabel dengan dk = 48 dan taraf nyata α
= 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada
kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada
materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P 2015/2016, (2) proses
jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan
keaslian (originality) yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah berkaitan
dengan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan menerapkan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar model
Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
penyertaan dan limpahan kasih karunia yang diberikan kepada penulis sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh model Problem Based Learning (PBL)terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri
10 Medan T.P 2015/2016” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Rektor UNIMED yaitu Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Wakil
Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan
FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED,
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan
Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan
terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran
kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, dan Bapak Dr.
Edy Surya, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku dosen
pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf
pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Drs. H. Rajo
Batubara, M.Pd), guru matematika (Bapak K. Simorangkir) dan staf pegawai tata
usaha di SMP Negeri 10 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian
ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih banyak kepada Ayahanda
Darwis Damanik dan Ibunda Hilderia Sidabutar, serta adik perempuan penulis
yaitu Novelia Damanik juga sahabat terbaik penulis yaitu Amon Andreas
Tarihoran dan semua saudara serta keluarga yang selalu mendukung penulis
dalam perkuliahan dan telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat,
dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan
baik.
Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada penghuni kos
Berdikari 26 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang tidak pernah lupa
mendoakan penulis. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan 2011 jurusan
Matematika mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi, Non Dik dan teman-teman
PPLT 2014 SMA Negeri 1 Dolok Panribuan terkhususnya teman seperjuangan
Elpa Rusmayani Padang S.Pd, Susi Susanti Solin S.Pd, Helda Gustiari Haloho
S.T, Riani Wulandari juga Adinda Nafizah Zai yang selalu ada buat penulis disaat
suka dan duka . Terima kasih juga kepada siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 10
Medan yang berpartisipasi dalam penelitian ini dan kepada seluruh orang yang
telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam
usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan,
Penulis
Januari 2016
Dhina Juliana Damanik
NIM. 411311008
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
xi
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Identifikasi Masalah
9
1.3.
Batasan Masalah
9
1.4.
Rumusan Masalah
9
1.5.
Tujuan Penelitian
10
1.6.
Manfaat Penelitian
10
1.7.
Defenisi Operasional
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
13
2.1.
Berpikir Kreatif
13
2.2.
Kemampuan Berpikir Kreatif
19
2.3.
Model Problem Based Learning ( PBL )
21
2.4.
Karakteristik Model Problem Based Learning ( PBL )
23
2.5.
Keunggulan dan Kelemahan
Model Problem Based Learning ( PBL )
25
2.6.
Langkah-langkah Model Problem Based Learning ( PBL )
26
2.7.
Pembelajaran Konvensional
29
2.8.
Teori Belajar Pendukung
2.9.
Model Problem Based Learning (PBL)
32
Materi Pecahan
34
2.10.
Hasil Penelitian yang Relevan
58
2.11.
Kerangka Konseptual
59
2.12.
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Menerapkan
Model Problem Based Learning (PBL) Lebih Baik
dibanding dengan Pembelajaran Konvensional
60
2.13. Proses Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah
Berkaitan Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui
2.14.
Model Problem Based Learning (PBL)
61
Hipotesis Penelitian
63
BAB III METODE PENELITIAN
64
3.1
Jenis Penelitian
64
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
64
3.3
Populasi dan Sampel
64
3.4
Prosedur Penelitian
65
3.5
Desain Penelitian
67
3.6
Variabel Penelitian
67
3.7
Instrumen Penelitian
68
3.8
Teknik Analisis Data
73
3.9
Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis
74
3.10
Ujian Hipotesis Penelitian
77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
79
4.1
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
79
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
83
4.3
Analisis Deskripsi Data Penelitian
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
83
4.4
Analisis Data Hasil Penelitian
88
4.5
Analisis Proses Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
90
4.6
Analisis Hasil Observasi
97
4.7
Pembahasan Hasil Penelitian
98
4.8
Keterbatasan Penelitian
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102
5.1
Kesimpulan
102
5.2
Saran
102
DAFTAR PUSTAKA
104
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Jawaban siswa pada soal no.1
5
Gambar 1.2. Jawaban siswa pada soal no.2
5
Gambar 1.3. Jawaban siswa pada soal no.3
6
Gambar 1.4. Jawaban siswa pada soal no.4
6
Gambar 2.1. Kue Ulang Tahun
34
Gambar 2.2. Kue Lapis Legit
35
Gambar 2.3. Satu dari lima kotak bentuk persegi diarsir
35
Gambar 2.4. Satu dari lima kotak bentuk persegi panjang diarsir
36
Gambar 2.5. Dua dari lima kotak bentuk persegi diarsir
37
Gambar 2.6. Dua dari empat segitiga diarsir
37
Gambar 2.7. Seorang reporter berita memceritakan pemilihan
Kepala Desa suatu daerah
38
Gambar 2.8. Bank BRI
42
Gambar 2.9. Dua puluh dari seratus kotak bentuk persegi diarsir
43
Gambar 2.10. Dua dari lima kotak berbentuk persegi panjang diarsir
43
Gambar 2.11. Persegi
44
Gambar 2.12. Seratus kotak pesegi
44
Gamabr 2.13. Warung Pak Jaya
45
Gambar 2.14. Beberapa cara ibu membagi kue
47
Gambar 2.15. Gula Pasir
48
Gambar 2.16. Daging sapi segar
51
Gambar 2.17. Papan kayu
53
Gambar 2.18. Kantong bubuk kopi
56
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
66
Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen
84
Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Kontrol
85
Gambar 4.3. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen
87
Gambar 4.4. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Kontrol
87
Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 1
91
Gambar 4.6. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 1
91
Gambar 4.7. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 2
92
Gambar 4.8. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 2
93
Gambar 4.9. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 3
93
Gambar 4.10. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 3
94
Gambar 4.11. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Untuk Butir Soal no. 4
95
Gambar 4.12. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Untuk Butir Soal no. 4
95
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Problem Based Learning (PBL)
26
Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional
30
Tabel 2.3. Jenis-jenis pecahan
39
Tabel 2.4. Beberapa bentuk pecahan
42
Tabel 2.5. Beberapa bentuk pecahan senilai
45
Tabel 3.1. Desain Penelitian Pretest – Posttest Control Group Design
67
Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas
70
Tabel 3.3. Kriteria Indeks Kesukaran
71
Tabel 3.4. Klasifikasi daya Pembeda
73
Tabel 3.5. Pedoman Pengklasifikasian Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa
73
Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Validasi Soal Pretest dan Posttest
oleh Validator
79
Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Validitas Pretest
79
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Posttest
80
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas TKBKS
80
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Pretest
81
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Posttest
81
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Awal ( Pretest )
Kemampuan Berpikir Kreatif
82
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Akhir ( Posttest )
Kemampuan Berpikir Kreatif
82
Tabel 4.9. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
84
Tabel 4.10. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
86
Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Normalitas Data
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
88
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
89
Tabel 4.13. Hasil Uji-t
90
Tabel 4.14. Rangkuman Proses Jawaban Siswa di
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
96
Tabel 4.15. Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran
pada Kelas Eksperimen
97
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I
108
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II
116
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III
123
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I
131
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II
141
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III
144
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LAS I
147
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II
156
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS III
158
Lampiran 10. Kisi-kisi Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
160
Lampiran 11. Kisi-kisi Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
161
Lampiran 12. Pedoman Penskoran Indikator Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif
Lampiran 13. Butir Soal Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
162
163
Lampiran 14. Alternatif Jawaban Pretest
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian
Lampiran 15. Butir Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
165
169
Lampiran 16. Alternatif Jawaban Posttest
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian
170
Lampiran 17. Perhitungan Validitas Pretest dengan Uji Coba
173
Lampiran 18. Perhitungan Validitas Posttest dengan Uji Coba
174
Lampiran 19. Lembar Validasi Soal Pretest Berpikir Kreatif
175
Lampiran 20. Lembar Validasi Soal Posttest Berpikir Kreatif
177
Lampiran 21. Perhitungan Reliabilitas Pretest dengan Uji Coba
179
Lampiran 22. Perhitungan Reliabilitas Posttest dengan Uji Coba
180
Lampiran 23. Perhitungan Validitas Pretest TKBK
181
Lampiran 24. Perhitungan Validitas Posttest TKBK
183
Lampiran 25. Perhitungan Reliabilitas Pretest TKBK
185
Lampiran 26. Perhitungan Reliabilitas Posttest TKBK
187
Lampiran 27. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pretest
189
Lampiran 28. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Posttest
190
Lampiran 29. Perhitungan Daya Beda Soal Pretest
191
Lampiran 30. Perhitungan Daya Beda Soal Posttest
193
Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan I
195
Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan II
197
Lampiran 33. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Pertemuan III
199
Lampiran 34. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Eksperimen
201
Lampiran 35. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Kontrol
202
Lampiran 36. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan
Standar Deviasi Kelas Eksperimen
203
Lampiran 37. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan
Standar Deviasi Kelas Kontrol
205
Lampiran 38. Perhitungan Uji Normalitas
207
Lampiran 39. Perhitungan Uji Homogenitas Data
211
Lampiran 40. Perhitungan Uji Hipotesis
213
Lampiran 41. Dokumentasi
215
Lampiran 42. Tabel F
223
Lampiran 43. Tabel Nilai Kristis Untuk Uji Liliefors
224
Lampiran 44. Tabel t α = 5%
225
Lampiran 45. Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal
226
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang melaju
begitu cepat di era globalisasi ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Dengan begitu perkembangan IPTEK yang ada dapat dikuasai,
dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
Pendidikan merupakan proses atau perbuatan mendidik yang sangat baik di dalam
pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana yang dikemukakan Munandar
(2012:6) tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyakarat. Setiap orang
mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu
membutuhkan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung jawab
untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu
meningkatkan dan mengembangkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang
berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted
and talented). Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan,
dan prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan.
Dalam hal ini pendidikan dapat diperbaiki melalui kurikulum yang secara tahap
demi tahap telah dilaksanakan pemerintah. Kurikulum yang saat ini diterapkan di
beberapa sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan
nasional guna mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan
diri dengan kemajuan zaman serta untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat
di KTSP yang harus ditanamkan pada siswa sejak dini.
Perkembangan IPTEK menuntut seseorang menjadi kreatif. Tanpa
kreativitas, seseorang tidak bisa menjadi kompetitor bagi yang lain dan selalu
tertinggal. Menurut Pehkonen (dalam Mahmudi, 2010:3) kreativitas tidak hanya
terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga
ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pada
matematika ini, kreativitas merupakan produk dari berpikir kreatif dan lebih
ditekankan pada prosesnya. Mann (2006:239) menyatakan, The essence of
mathematics is thinking creatively, not simply arrivingat the right answer. Esensi
dari matematika adalah berpikir kreatif, tidak sekedar hanya sampai pada jawaban
benar. Artinya, selain dari jawaban yang benar, matematika juga menuntut proses
jawaban yang benar pula.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Berbagai penemuan-penemuan baru dan teknologi baru merupakan sumbangan
kreativitas dari masyarakat. Munandar (2012:31) menyatakan: “Secara pribadi,
maupun kelompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk caracara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar kita dapat “survive”
dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antarbangsa dan negara.”
Lebih lanjut Munandar (2012:31) menyatakan:
“Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak.
Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan
dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam
hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat
anak menjadi lancar, dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat
suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan
banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat,
kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.”
Melalui pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
atau kemampuan berpikir kreatif telah menjadi faktor kemajuan suatu negara,
karena dengan manusia yang kreatif diharapkan mampu mengantisipasi dan
merespon secara efektif ketidakmenentuan perubahan di dunia saat ini. Kreativitas
individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan melalui
pembelajaran. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh ini
khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan pengembangan
kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian kepada
pengembangan bakat kreatif peserta didik. Munandar (2012) mengemukakan
bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai
dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan
kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia. Munandar
(2012:223) menyatakan bahwa :
“Dalam upaya membantu
menggunakan cara paksaan
kekerasan tidak saja berarti
memaksakan aturan-aturan,
pujian secara berlebih.”
anak merealisasikan potensinya, sering
agar mereka belajar. Penggunaan paksaan
bahwa kita mengancam dengan hukuman
tetapi juga bila kita memberikan hadiah
kita
atau
atau
atau
Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (dalam
Munandar, 2012:150) yang menyatakan tidak jarang matematika diajarkan dengan
cara yang kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi sehingga siswa tidak
memiliki getaran jiwa berpikir secara “matematisi”. Maka dari itu, guru sebagai
fasilitator matematika harus memperhatikan permasalahan ini, dimana matematika
sangat membutuhkan kreativitas yang menyangkut akal budi, imajinasi, estetika,
dan intuisi mengenai hal-hal benar.
Amin (dalam Husamah dan Yanur, 2013:174) menyatakan bahwa : “Berpikir
kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaiakan persoalan,
mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu
persoalan atau gagasan lama”. Berpikir kreatif merupakan suatu proses
memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah
yang menghasilkan suatu produk yang disebut kreativitas. Dalam belajar
matematika, siswa akan menemukan masalah yang menuntut penyelesaian siswa.
Munandar (2012:31) menyatakan seseorang yang kreatif dapat melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Bishop (dalam
Mahmudi, 2010:3) menyatakan bahwa dalam belajar matematika, siswa
memerlukan dua keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang
sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitis yang
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Berdasarkan paparan tersebut,
jelaslah bahwa dalam belajar matematika, siswa memerlukan kemampuan berpikir
kreatif.
Pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini tidak relevan dengan
kenyataan yang ada. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan ungkapan Guilford
(dalam Munandar, 2012:7) dalam pidatonya yang mengatakan bahwa:
“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan
tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas
yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun
mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang
memerlukan cara-cara yang baru.”
Berdasarkan hal tersebut, salah satu kemampuan berpikir yang harus
dilatih dalam kajian pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir tinggi (kreatif) tidak akan mengalami kesulitan dalam
memahami dan memecahkan masalah matematika, sebaliknya siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir rendah (tidak kreatif) mungkin akan mengalami
kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika dapat juga dilihat dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal. Soal
ini diberikan kepada 25 siswa SMP Negeri 10 Medan. Berikut soal yang diberikan
untuk melihat kemampuan berpikir kreatif siswa:
Pendapatan suatu toko pakaian dan sepatu dalam satu minggu adalah
sebagai berikut:
Hari Senin Rp 5.575.000,-, hari Selasa Rp 3.050.000,-, hari Rabu Rp
4.500.000,-, hari Kamis Rp 2.775.000,-, hari Jum’at Rp 5.600.000,-, hari
Sabtu Rp 6.500.000,- dan hari Minggu Rp 7.775.000,Pertanyaan:
1. Berapa banyak selisih penurunan atau peningkatan pendapatan toko di
atas dalam 1 minggu?
2. Pada hari apa pendapatan di toko tersebut paling rendah dan paling
tinggi? dan berapa selisihnya?
3. Berdasarkan jawaban pada soal (2) menurut Anda apa yang menjadi
penyebabnya?
4. Menurut Anda bagaimana cara menyajikan data yang baik dan benar
agar pemilik toko dapat membaca serta menganalisis pendapatannya
dalam satu minggu tersebut dengan mudah?
Berikut beberapa jawaban dan letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal tersebut :
Gambar 1.1 Jawaban siswa pada soal no 1
Pada soal no 1 yang diukur adalah keluwesan siswa dimana siswa dapat
menjawab soal dengan memberikan ragam jawaban benar yang tak ketat aturan.
Namun, kebanyakan siswa menjawab seperti jawaban di atas dan tidak teliti
dalam menyelesaikan soal yang diberi sehingga terdapat kesalahan dari hasil yang
diperoleh.
Gambar 1.2 Jawaban siswa pada soal no 2
Pada soal no 2 yang diukur elaborasi dimana siswa diharapkan dapat
menjawab soal dengan rinci dan hasil benar. Banyak siswa tidak memberikan
jawaban yang rinci dengan tidak mencantumkan hal-hal yang diketahui dan
ditanya serta tidak mencantumkan jumlah harga yang tertinggi dan harga terendah
ini mengakibatkan ketidakjelasan hasil yang diperoleh.
Gambar 1.3 Jawaban siswa pada soal no 3
Pada soal no 3 orisinil dimana siswa diharapkan dapat menjawab soal
dengan cara penyelesaian yang berbeda dan unik dari yang lainnya. Kebanyakan
siswa hanya memberikan satu alasan saja dan terdapat banyak jawaban yang sama
persis. Ini menjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk memberikan
jawaban yang membutuhkan hasil pemikiran sendiri.
Gambar 1.4 Jawaban siswa pada soal no 4
Pada soal no 4 yang diukur kelancaran dimana siswa diharapkan dapat
menjawab soal dengan memberikan banyak cara penyelesaian. Kebanyakan siswa
hanya menjawab 1 cara saja seperti jawaban di atas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masih kurangnya unsur kelancaran siswa dalam menyelesaikan soal yang
diberikan.
Dilihat
dari
banyak
ragam
jawaban
dan
metode
penyelesaian,
menunjukkan kelancaran dan keluwesan siswa dalam menyelesaikan soal masih
kurang. Karena tidak ada ditemukannya jawaban dan penyelesaian unik dan
berbeda dan dapat disimpulkan elaborasi siswa dalam menyelesaikan masalah
masih lemah serta dengan adanya siswa yang memiliki jawaban yang persis sama
dengan temannya dapat juga disimpulkan bahwa keaslian dari pengerjaan siswa
masih rendah .
Salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini
guru menggunakan model pembelajaran yang konvensional dalam proses belajar
mengajar dan kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan
sesuai pada proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi sebatas yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa
kurang diperhatikan. Selain itu ketika siswa diberi permasalahan siswa
cenderung memberikan jawaban yang sama, dan terkadang hanya mengikuti
langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada. Belum tampak
adanya penemuan ide baru maupun mengaitkan materi dengan dunia
nyata yang dilakukan oleh siswa, dikatakan ada namun jarang sekali. Selain itu
guru
kurang
mengarahkan
dan
memotivasi
siswa
untuk
mengaitkan
permasalahan yang dihadapi dengan kehidupan sehari-hari dan memunculkan
ide-ide kreatif melalui pembuatan suatu karya. Hal ini menyebabkan rendahnya
kreativitas siswa dalam belajar matematika, karena siswa tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.
Pada kenyataannya guru-guru banyak yang menyatakan penyebab
rendahnya berpikir kreatif siswa di Indonesia ini adalah siswa kurang mampu
memahami soal yang membutuhkan berpikir kreatif, siswa kurang mampu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, hal tersebut mengakibatkan
siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran matematika. Kondisi
tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan meningkatkan
kualitas
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Dapat dilihat,
rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses dengan adanya anggapan
bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh guru
dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu
pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mampu
mengembangkan kreativitas siswa.
Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam
kegiatan pendidikan secara umum. Oleh karena itu, pembelajaran haruslah
berpusat kepada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh
kreativitas mungkin bila dalam proses pembelajaran merangsang terciptanya
partisipasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah
Model Problem Based Learning (PBL) atau sering disebut juga dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Ratumanan (dalam Trianto, 2011:92)
menyatakan bahwa:
“Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.”
Mengacu pada pendapat bahwa model Problem Based Learning (PBL)
adalah model yang dapat memberi kesempatan siswa berperan aktif dan
mendorong kreativitas siswa maka dapat diperkirakan bahwa model ini dapat
menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan merangsang kretivitas siswa.
Arends (dalam Hosnan, 2014:295) menyatakan bahwa:
“Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga
siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.”
Seperti yang dinyatakan di atas bahwa salah satu cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
memecahkan masalah matematika adalah dengan pemilihan dan penggunaan
model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang mungkin
dapat digunakan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model Problem
Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan
pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyeledikikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang
nyata (Trianto, 2011:90). Asumsi bahwa dengan adanya pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan kreatif siswa
menjadi lebih tinggi dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Saragih (2013 ) yang menyatakan bahwa setelah pemberian tindakan diperoleh
rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif (TKBK) siswa sebesar 50,67
(41,67%) pada siklus I meningkat jadi 65,42 (83,33%) pada siklus II. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Selain
itu, Habeahan (2014) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik siswa
yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VII SMP Negeri 10
Medan T.P 2015/2016 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya maka timbul beberapa
masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Situasi kelas masih berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber utama
pengetahuan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika
yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Siswa cenderung memberikan jawaban yang sama dan terkadang hanya
mengikuti langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada.
4. Guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi pada proses
pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi
masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini :
1.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan.
2.
Menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan model
Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?
2.
Bagaimana proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif siswa
yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan
pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan
dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional di SMP Negeri 10 Medan.
2.
Untuk mengetahui proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif
siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan
pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa
Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai
dalam mempelajari materi matematika.
2.
Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3.
Bagi pengelola sekolah
Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model
pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.
4.
Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi
yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan
dalam pembelajaran di kelas.
5.
Bagi peneiti lain
Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian penelitian
yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.
1.7. Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel berikut perlu disampaikan supaya tidak
terjadi salah penafsiran dalam penelitian. Hal-hal yang perlu didefinisikan antara
lain:
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam
menciptakan sesuatu yang baru, bermakna, dan orisinil, baik berupa gagasan
atau konsep, karya maupun pengembangan dari yang sudah ada. Indikator
kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini ada 4 aspek, yaitu kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan keaslian
(originality).
2. Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning
(PBL)
merupakan
suatu kegiatan
pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model PBL juga dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maksudnya model
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui
pemecahan masalah itu siswa belajar keterampilan-keterampilan melalui
penyelesaian dan berpikir sehingga dapat memandirikan peserta didik dalam
belajar dan memecahkan masalah.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi
lisan kepada sejumlah pendengar yang berpusat kepada penceramah dan
komunikasi searah. Pembelajaran ini biasa dilakukan dalam proses belajar
mengajar (PBM) dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian selama menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) dengan menekankan pada kemampuan berpikir
kreatif siswa, diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut sebagai berikut :
1. Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) mempunyai rata-rata posttest sebesar 76,25. Sedangkan
untuk
kelas
yang
diajarkan
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional mempunyai rata-rata posttest sebesar 67,25. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan
dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi pecahan di
kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P. 2015/2016.
2. Proses jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning
(PBL) memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian
(elaboration) dan
keaslian
(originality)
yang lebih
baik
dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif
dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang telah dilakukan, peneliti
ingin mengemukakan beberapa saran diantaranya adalah bagi:
1.
Guru
a. Penelitian ini membuktikan bahwa model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir keatif siswa sehingga
dapat dijadikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan
dalam kelas.
b. Guru dapat memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah difasilitasi
oleh sekolah untuk menanamkan minat belajar siswa sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik
c. Perlunya motivasi eksternal yang berasal dari guru sehingga para siswa
menyadari betapa pentingnya memahami konsep-konsep yang telah
diajarkan sebelumnya sebagai modal pembelajaran selanjutnya. Hal ini
diharapkan
mampu
mempermudah
siswa
dalam
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
2.
Sekolah
Pihak sekolah hendaknya mampu memberikan dukungan dalam hal
memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar para guru dapat
menerapkan berbagai jenis model pembelajaran, khususnya model Problem
Based Learning (PBL) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
3.
Bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan
Diharapkan untuk terlebihdahulu memperhatikan kelebihan dan kelemahan
dari setiap model pembelajaran, sebelum metode tersebut digunakan dalam
proses pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan mampu memberikan
hasil yang lebih maksimal.
4.
Peneliti lain
Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya terkhususnya mahasiswa
pendidikan matematika agar meneliti lebih dalam lagi tentang kemampuan
berpikir kreatif siswa. Banyak model-model pembelajaran lain yang
mungkin dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Masih banyak hal-hal menarik dalam berpikir kreatif
yang dapat dieksplore lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Bahri, S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak
dipublikasikan)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Universitas Negeri
Medan.
Habeahan, W. L. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
dan Kreativitas Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) di SMA Negeri 2 Siantar. Tesis. Medan : PPs Universitas
Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Hamzah dan Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta :
Bumi Aksara.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia
Husamah dan Y. Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis
Pencapaian Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk
Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Jumat 24
November 2008.
-------. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah
disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30
Juni – 3 Juli 2010.
Mann, E. L. 2006., Creativity: The Essence of Mathematics. Journal for The
Education of The Gifted. [Online] Vol. 30, No. 2, 2006, pp. 236-260
Avaliable: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ50778.pdf. (Diakses 20 Maret
2015, 15:46)
Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo
Prasetiyo, A. D. 2014. Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model
Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, [on-line] Vol 2, Vol 1, Maret 2014.
Avaliable: http://lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id/files/Berpikir-Kreatif-SiswaDalam-Penerapan-Model-Pembelajaran-Berdasar-MasalahMatematika.pdf.
(Dikases 13 Maret 2015, 15:37)
Rahaju, E. B., dkk. 2014. Bahan Ajar Bridging Course Matematika SMP Kelas
VII. Jakarta : Pusat Perbukuan
Roslina. 2013. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dan Motivasi Belajar
Siswa melalui Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Pada SMK Percut Sei
Tuan. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak
dipublikasikan)
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi
nya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Salsalina, P. 2015. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan
Menerapkan Pendekatan Open Ended Dengan Pembelajaran Biasa Di
SMP Nasrani I Medan T.A. 2014/2015. Skripsi. Medan : PPs Universitas
Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Saragih, D. 2013. Penerapan Pembelajaran Bebasis Masalah Untuk
Meningkatkan Emampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis.
Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Silitonga, P. M. 2011. STATISTIK Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA
UNIMED, Medan.
Simamora, Y. 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan
Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa Yang Diberi
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Sripsi.
Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Pendekatan
Kuantitatif,
Sumiati dan Asra. (2013). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
-------.
2010. Berpikir (Thinking). http://psikologi.or.id/psikologi-umumpengantar/berpikir-thinking.htm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2015,
14:18.