STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELA

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh Ika Puspita Sari

Melihat hasil belajar yang belum optimal, maka perubahan dalam proses pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan seharusnya mulai diterapkan disekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan tipe PBL jika dikaitkan kemampuan berpikir kreatif. Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimental design). Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 126 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikcluster random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen.

Hasil penelitian menunjukaan (1) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS Terpadu melalui model pembelajaran GI dan tipe PBL; (2) rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan dengan tipe PBL; (3) rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih rendah dibandingkan dengan tipe PBL; (4) ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif siswa.


(2)

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

OLEH: Ika Puspita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016 (SKRIPSI)

Oleh Ika Puspita Sari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

Gambar Halaman

1. Kerangka Dasar KTSP ... 3

2. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuian Sosial ... 26

3. Kerangka Pikir Perbandingan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI(Group Investigation)dan Tipe PBL(Problem Based Learning)dengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 52

4. Desain Penelitian... 57

5. Estimated Marginal Mean ofHasil Belajar IPS Terpadu ... 106


(5)

Grafik Halaman

1. Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen... 84 2. Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 86 3. Kategori Hasil Belajar Siswa Berkemampuan Berpikir Kreatif

Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen... 88 4. Kategori Hasil Belajar Siswa Berkemampuan Berpikir Kreatif

Tinggi dan Rendah di Kelas Kontrol ... 91 5. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan


(6)

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 15

C. Pembatasan Masalah ... 15

D. Rumusan Masalah ... 16

E. Tujuan Penelitian ... 17

F. Kegunaan Penelitian ... 18

G. Ruang Lingkup Penelitian... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 21

1. Belajar ... 21

2. Hasil Belajar ... 24

3. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... 25

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigasi) ... 32

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL (Problem based learning) ... 37


(7)

D. Hipotesis ... 55

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 56

1. Desain Eksperimen ... 57

2. Prosedur Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel ... 59

1. Populasi ... 59

2. Sampel ... 60

C. Variabel Penelitian ... 60

1. Variabel bebas (Independent Variable) ... 61

2. Variabel terikat (Dependent Variable) ... 61

3. Variabel moderator ... 61

D. Definisi Operasional Variabel ... 62

E. Teknik Pengumpulan Data ... 63

1. Observasi ... 63

2. Dokumentasi ... 63

3. Teknik Tes ... 63

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 64

1. Uji Validitas Instrumen ... 65

2. Uji Realibilitas Instrumen ... 66

3. Uji Taraf Kesukaran ... 66

4. Uji Daya Beda ... 67

G. Uji Persyaratan Analisis Data ... 68

1. Uji Normalitas ... 68

2. Uji Homogenitas ... 69

H. Teknik Analisis Data ... 69

1. T-Test DuaSampel Independent ... 69

2. Analisis varians dua jalur ... 71

3. Pengujian hipotesis ... 73

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 76

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 22 ... 76

2. Visi SMP Negeri 22 ... 77

3. Misi SMP Negeri 22... 77

4. Tujuan SMP Negeri 22 ... 78

5. Strategi Sekolah... 79

6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 22... 79

B. Deskripsi Data ... 83

1. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 83


(8)

D. Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 95

E. Pengujian Hipotesis ... 98

1. Pengujian hipotesis 1 ... 99

2. Pengujian hipotesis 2 ... 100

3. Pengujian hipotesis 3 ... 102

4. Pengujian hipotesis 4 ... 104

F. Pembahasan ... 108

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. Saran... 122 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Mid Semester Ganjil Siswa kelas VIII SMP Negeri

22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016...6

2. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia... 27

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

4. Enam Tahap Kamajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Model GI (Group Investigation)...36

5. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah... 40

6. Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif (TKBK) ... 45

7. Penelitian yang Relevan ... 46

8. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016...59

9. Definisi Operasional Variabel ... 62

10. Tingkat Besarnya Realibilitas ... 66

11. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan... 72

12. Daftar Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri 22 Bandar Lampung...76

13. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 22 Bandar Lampung ... 80

14. Jumlah Siswa, Guru, dan Pegawai Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 81

15. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemamapuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ...84

16. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemamapuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ...86

17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 88

18. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 91

19. Uji Normalitas Data ... 93

20. Rekapitulasi Uji Normalitas ... 94

21. Hasil Uji Homogenitas ... 94

22. Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...96

23. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 99

24. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 101

25. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 102


(10)

(11)

(12)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S Al Insyiroh: 6)

Barang siapa berjalan menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan jalan ke syurga.

(HR. Muslim)

Bersikaplah sabar dan menjaga solat adalah kunci untuk meraih kemenangan yang nyata dan pertolongan yang dekat.

(Q.S Al Baqoroh: 45)

Hidup harus terus berjuang, agar mencapai kesuksesan dan kebagahagiaan


(13)

Sujud syukurku kepada Allah SWT. Atas semua nikmat dan

karunia-Nya.

Sebagai ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bakti yang

tulus.

Kupersembahkan karyaku ini teruntuk:

Ayahanda Suparman dan Ibunda Maryati tercinta sebagai rasa

hormat dan baktiku yang telah memberikan kasih sayang dan

doa restunya.

Calon Imamku tercinta Setiawan Aji Darma yang selalu

memberi dukungan, kasih sayang, do a, serta semangat untuk

meraih cita-cita dengan penuh kesabaran.

Adik-adikku; Febriana Puspita, A.Md.Kep., dan Sigit Prasetyo

Nugroho.

Keluargaku yang selalu membantu dan mendukungku.

Para pendidik yang ku hormati


(14)

(15)

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 Juli 1990 dengan nama lengkap Ika Puspita Sari. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Putri dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Maryati.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SD Negeri 2 Susunan Baru diselesaikan pada tahun 2002 2. SMP Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005 3. SMA Arjuna Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri.


(16)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiini dengan baik. Salam serta shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW yang telah menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an, sebagai petunjuk jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Skripsi ini berjudul “STUDI PERBANDINGAN HASIL

BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM

BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.


(17)

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

6. Bapak Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan selaku pembimbing I yang telah membantu mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si, selaku Pembahas yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

10. Ayahanda Suparman dan Ibunda Maryati yang tiada henti memberikan doa dan restunya untuk keberhasilanku.


(18)

penuh kesabaran.

12. Adik-Adiku; Febriani Puspita, A.Md. Kep. dan Sigit Prasetyo Nugroho yang selalu menjadi pendorong semangat dalam hidupku.

13. Teman-teman seperjuangan; Ela, Meli, Osi, Cintya, Dini, Selvina, Fajaria, Nurkartika, Desi Emak Upik, dan Troy terimakasih atas kebersamaanya, canda tawa kalian memberikan kesan tersendiri dalam perjalanan hidupku 14. Sahabat KKN-PPL; Rian, Lian, Unul, Yuli, Zaki, Reza, dan Wirda

terimakasih atas kebersamaanya.

15. Terimakasih buat Dani terima kasih banyak telah memberikan masukan dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, hidayah serta kemulian-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(19)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara dikatakan telah maju dalam bidang teknologi atau pun bidang yang lainnya tidak terlepas dari bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan orang yang cerdas atau yang berpendidikan akan dapat memberikan kontribusi yang positif. Pendidikan menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003 :1). Seperti di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bermain dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


(20)

Menurut (Hamalik, 2004: 79) pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu mata pelajaran yang ada diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai menengah adalah IPS Terpadu. Mata pelajaran IPS Terpadu mewujudkan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, hukum, politik, dan sebagainya. Perpaduan ilmu sosial tersebut karena memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia. IPS Terpadu sangat penting karena setiap orang akan dan harus terjun langsung ke dalam kancah kehidupan masyarakat sehingga perlu pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

Mengingat tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Mata pelajaran ini membincangkan, membahas, dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial sehari-hari dalam kehidupan manusia hingga dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Dengan demikian, mata Pelajaran IPS Terpadu dapat mengembangkan suatu


(21)

pengetahuan, keterampilan, sikap, kepekaan dan pemahaman siswa tentang kehidupan sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangan yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya, diharapkan bahwa mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di lingkungan masyarakat. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari mata pelajaran IPS Terpadu, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program - program pelajaran IPS Terpadu diorganisasikan secara baik.

Berdasarkan kenyataannya pembelajaran IPS Terpadu masih mengalami berbagai permasalahan terutama dalam proses pembelajaran. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran sangat berpengaruh dan senantiasa harus terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS Terpadu benar - benar mampu membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan dasar untuk menjadi manusia dan warga.

Negara yang baik di masyarakat. Selama ini, dalam pembelajaran IPS Terpadu, siswa hanya menerima dan mendengarkan apa yang guru jelaskan didepan. Penekanan pembelajaran bukan hanya sebatas menuangkan atau menjelajahi siswa dengan sejumlah materi pembelajaran yang bersifat hafalan belaka dan siswa hanya sebagai pendengar yang baik. Namun, diharapkan siswa dapat berikut serta atau berperan secara aktif dalam pembelajarn sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa.


(22)

siswa. Seperti menurut (Mulyasa, 2008: 222) dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami konsep –konsep yang dipelajari secara utuh dan benar. Pembelajaran yang konvensional masih sering terjadi, dalam hal ini peneliti meneliti hasil dari proses pembelajaran yang diadakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya di SMP Negeri 22 Bandar Lampung masih memakai pembelajaran konvensional. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi yang sering dilakukan tetapi penerapanya masih kurang baik.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah menjalani serangkaian proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dapat digambarkan secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas dinyatakan dengan angka antara 0 sampai 100. Sedangkan secara kualitas digambarkan dengan katagori sangat baik , baik, sedang dan kurang. Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila telah mencapai syarat kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan secara kualitas dikatakan baik apabila sudah mencapai katagori minimal baik. Pola ini berlaku universal untuk lembaga sekolah. Hasil belajar IPS Terpadu siswa masih kurang maksimal. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 1, lebih banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70. KKM ini diperoleh dari guru bidang studi IPS Terpadu pada jumlah kelas VIII adalah 4 kelas dengan banyak siswa 126 siswa pada tahun (2014 - 2015).


(23)

Tabel 1. Hasil UTS Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016

No. Kelas Interval Jumlah

< 70 70

1. VIII A 17 15 32

2. VIII B 20 11 31

3. VIII C 18 13 31

4. VIII D 19 13 32

Jumlah Siswa 74 52 126

Presentase 58,73% 41,26% 100%

Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 22 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku di SMP Negeri 22 Bandar Lampung yaitu sebesar 70 hanya 52 siswa dari 126 siswa atau hanya 41,26%. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar dari 74 siswa atau mencapai 58,73%. Ini berarti hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 22 Bandar Lampung tergolong rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang baik, kriteria tingkat keberhasilan tersebut seperti pendapat Djamarah dan Zain.

“Djamarah dan Zain (2006:107) sebagai berikut: Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa, Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d.75% saja dikuasai oleh siswa, Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang Dari 60% dikuasai oleh siswa.”

Kurangnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung dimungkinkan karena masih kurangnya


(24)

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Jika dilihat pada saat penelitian pendahuluan kondisi dan situasi saat proses pembelajaran bisa dikatakan kurang baik. Para siswa terlihat pasif saat belajar di kelas, siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di depan. Siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta kepada siswa untuk bertanya bila ada hal yang sulit atau belum jelas dan siswa jarang memiliki keberanian untuk menjawab pertanyaan. Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memperhatikan proses pembelajaran yang terjadi, guru sebaiknya menetapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Melihat hasil belajar yang belum optimal, maka perubahan dalam proses pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang aktif dan


(25)

menyenangkan seharusnya mulai diterapkan di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran kooperatif.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan cara merubah paradikma pembelajaran yakni orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa (student centered). Perubahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan ditemukannya dan diterapkannya model-model pembelajaran yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara kongkrit dan mandiri. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilannya kepada peserta didik yang membutuhkan dan peserta didik yang merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.


(26)

Model pembelajaran kooperatif lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya. Hal ini lebih memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta didik. Menurut (Rusman, 2012: 201) model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu Numbered Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS), Teams Games Tournament (TGT), Two Stay Two Stray (TETS), Problem Based Learning (PBL), dan sebagainya. Tiap-tiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, kelebihan-kelebihan, dan kekurangan-kekurangannya masing-masing. Guru hendaknya dapat memilah-milah model pembelajaran mana yang paling tepat diterapkan dalam pembelajaran, tentunya penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang sudah banyak dikembangkan, dipilih yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipe Problem Based Learning (PBL). Kedua model pembelajaran kooperatif tersebut memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda namun tetap dalam satu jalur yakni pembelajaran dalam kelompok yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.

Alasan menggunakan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran ini dapat meningkatkan interaksi sosial sekaligus meningkatkan pengetahuan pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui


(27)

bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran ini siswa lebih aktif dalam menemukan sendiri permasalahan yang ada dalam materi pelajaran yang dihadapi.

Model pembelajaran kooperatif selanjutnya adalah model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) yang merupakan model pembelajaran dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan kontekstual. Dalam pembelajaran ini siswa diberikan topik permasalahan oleh guru, kemudian siswa bersama kelompoknya memecahkan masalah yang ada dengan merumuskan hipotesis permasalahan yang ada dengan membaca buku, mencari di internet dan dari media apa saja yang dapat mendukung atau untuk memperkuat hipotesis jawaban masalah yang ada. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(28)

proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Oleh karena itu untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada setiap kondisi siswa di kelas dan untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, penulis berkeinginan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dikelas penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kedua model pembelajaran tersebut menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Namun, ada beberapa perbedaan diantara kedua model pembelajaran tersebut, Group Investigation (GI) menekankan siswa mencari sendiri permasalahan yang bersifat penemuan. Kemudian setiap kelompok membahas bersama-sama permasalahan yang sudah ditemukan, dan juru bicara dari kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompoknya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) siswa dimotivasi untuk ikut terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih oleh guru dan merumuskan hipotesis permasalahan yang diberikan oleh guru.

Hal berikutnya yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan


(29)

kemampuan berpikir kreatif. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum optimal, rendahnya kemampuan siswa berpikir kreatif diduga karena selama ini guru tidak berusaha menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang berpikir kreatif. Guru jarang menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran bahkan belum menerapkan langkah-langkah pembelajaran untuk siswa berpikir kreatif, sehingga anak tidak termotivasi untuk belajar mandiri. Model pembelajaran yang dilakukan belum mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kreatif.

Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, adalah indikator hasil belajar yang dinginkan dapat dicapai oleh siswa (Trianto, 2009: 17). Maka dari itu guru harus mengubah sistem pengajarannya dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif. Sesuai dengan kriteria kemampua berpikir kreatif (Munandar, 2009: 43) yaitu kelancaran dalam berpikir, kelenturan dalam berpikir, keaslian dalam berpikir dan elaborasi atau keterperincian dalam mengembangkan gagasan.

Pendekatan yang dapat dijadika alternatif agar siswa aktif dan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan pendekatan


(30)

konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme menuntut siswa untuk aktif mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikaitkan dengan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPS Terpadu dengan dapat mengkonstruksikan materi sesuai dengan konsep yang diberikan.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme yaitu : (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu suatu penelitian yang bersifat reflektif yaitu tidakan-tidakan yang direncanakan. Tindakan-tindakan melalui penelitian dalam pembelajaran IPS adalah dikembangkannya suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan dengan melihat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Bertolak dari rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 maka peneliti memilih kemampuan berpikir kreatif sebagai moderator dan memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)


(31)

dan tipeProblem Based Learning(PBL).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul. ‘‘Studi

Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Problem Based Learning (PBL) Dengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016’’.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Mutu proses dan hasil belajar IPS Terpadu masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan sekolah.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Peran guru menjadi sangat dominan.

3. Guru masih menggunakan metode langsung dalam pembelajaran sehingga siswa kurang terlibat dalam pembelajaran, guru menjelaskan kemudian siswa mendengarkan sambil mencatat materi pelajaran. 4. Suasana belajar yang tidak menggunakan unsur belajar sambil

bermain membuat siswa jenuh dan kurang memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung.

5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa tidak dapat menggali potensi diri.


(32)

6. Belum digunakannya model pembelajaran dalam pembelajaran IPS. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah di paparkan, terlihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun ekstren individu siswa. Model pembelajaran dengan berbagai tipe yang merupakan faktor ekstren dan kemampuan berpikir kreatif, motivasi, minat belajar sebagai faktor intern. Penelitian ini dibatasi pada berbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dan Tipe Problem Based Learning (PBL) Dengan Memperhatikan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning(PBL) ?


(33)

kemampuan berpikir kreatif tinggi yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) ?

3. Apakah rata-rata belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning(PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation(GI) ? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan

kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui.

1. Mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning(PBL).

2. Mengetahui apakah rata-rata belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation


(34)

(GI) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning(PBL).

3. Mengetahui apakah rata-rata belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation(GI).

4. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

a. Menyajikan sesuatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu.

b. Memperkaya ilmu pendidikan bagi peneliti khususnya dan masyarakat pada umumnya.

c. Sebagai referensi bagi semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi secara teoritis, dan memberikan sumbangan pemikiran dalam memperluas kajian ilmu pendidikan khususnya bagi guru bidang studi IPS Terpadu


(35)

dalam meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi sekolah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di sekolah. Serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran.

b. Bagi Guru

Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran tentang pemilihan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini sebagai tambahan wawasan dan nuansa baru tentang model pembelajaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang lebih baik dan optimal serta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif pada diri siswa.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipe Problem Based Learning (PBL) serta sebagai calon guru agar siap melaksanakan tugas dilapangan.


(36)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu.

1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan tipeProblem Based Learning(PBL), hasil belajar IPS Terpadu dan kemampuan berpikir kreatif.

2. Subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap.

3. Tempat penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

4. Waktu penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

5. Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian adalah ilmu kependidikan, khususnya bidang IPS Terpadu.


(37)

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar

Berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran menurut Rusman (2011: 34) yaitu.

a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

1) Teori belajar menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.

2) Teori belajar menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur.

b. Aliran Kognitif

Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang.

1) Teori belajar menurut Piaget

Menurut Jean Piaget salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni (1). Asimilasi, (2). Akomodasi, dan (3). Equilibrasi (penyeimbangan).


(38)

Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

c. Aliran Humanistik

Dalam teori belajar humanistik, belajar merupakan berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

1) Teori belajar menurut Bloom dan Krathowl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut. (a) Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: Pengetahuan (mengingat, menghafal), pemahaman (menginterprestasikan), aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) dan evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)

(b) Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: Peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak, ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar) dan naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

(c) Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan.

1. Pengenalan (inginmenerima, sadar akan adanyasesuatu) 2. Merespons (aktifberpartisipasi)

3. Penghargaan (menerimanilai-nilai, setiapadanilai-nilaitertentu)

4. Pengorganisasisan (menghubung-hubungkannilai-nilai yang dipercayai)

5. Pengamalan (menjadikannilai-nilaisebagai bagian dari polahidup).

Berdasarkan pemaparan macam-macam teori belajar diatas, dapat diartikan bahwa penelitian ini menggunakan teori belajarbehavioristik, Humanisistic, danKognitif karena teori beharvioristik ini berpandangan bahwa perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi anatara stimulus dan respon, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya, dan teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si


(39)

pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Siswa mengalami perubahan dalam hal kemampuaunnya untuk bertingkah laku yang dapat berwujud sesuatu yang konkret atau yang nonkonkret dengan cara-cara yang baru sebagai hasil dari interaksi belajarnya. Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari terjadi proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Dengan belajar manusia dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat umumnya. Belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 2005: 28).

Diperkuat dengan pendapat Hamalik (2001: 27), yang mengatakan bahwa: “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan yang bersifat kontinyu dan interaktif. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingatkan, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.”

Menurut pendapat Slameto (2003: 34) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri, karena lebih menarik, lebih memuaskan, lebih menyenangkan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang tercermin dalam hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui definisi belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar yang dialami oleh siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun


(40)

psikomotorik yang tercermin dalam hasil belajar siswa. Melalui belajar orang akan memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh dari interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar dalam pembelajaran. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut.

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.


(41)

berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

3. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang sudah diterapkan dari jenjang SD, sampai tingkat sekolah menengah baik SMP maupun SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumantri (2001: 93) bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, derta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.

“Menurut Trianto (2010: 71) bahwa Ilmu Pengetahuan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial yang dimaksud seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik, dan pesikologi. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tertentu.”


(42)

Sejarah Ilmu Politik

Geografi Ekonomi

Ilmu Pengetahuan Sosiologi

sosial

Psikologi Sosial

Antropologi Filsafat

Gambar 2. Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuian Sosial

Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama dari IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, geografi bersumber dari masyarakat.

Tabel 2. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia Dimensi Dalam

Kehidupan Ruang Waktu Nilai/Norma

Manusia

Area dan Alam sebagai Alam dan Kaidah atau aturan substansi tempat dan kehidupan yang yang menjadi perekat pembelajaran penyedia selalu berproses, dan penjamin

potensi masa lalu, saat keharmonisan sumber daya ini, dan yang kehidupan manusia

akan datang dan alam

Contoh Adaptasi Berpikir Konsisten dengan

Kompetensi spasial dan kronologis, aturan yang disepakati Dasar yang eksploratif prospektif, dan kaidah alamiah

dikembang-kan antisipatif masing-masing

disiplin ilmu

Alternatif Geografi Sejarah Ekonomi,

penyajian dalam Sosiologi/Antropologi

mata pelajaran


(43)

Mata pelajaran IPS di SMP/MTS memiliki beberapa karakteristik antara lain: a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut peristiwa dan perunahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolahan lingkungan, struktur, proses dan masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan. (Trianto, 2014: 174).

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakal program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisir secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakir, dalam Puskur, 2006: 4).

a. Memilki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial kemudia dapat digunakan untuk memecahkan masala-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta memebuat keputusan untuk meneyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang


(44)

tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survei yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

f. Memotovasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. (Trianto, 2014: 177)

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Setiap siswa anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

“Menurut Sukmadinata (2006: 204), model-model dalam pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran peningkatan prestasi tim, pembelajaran permainan tim, dan pembelajaran keahlian tim. Sedangkan menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 201), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.”

Terdapat unsur penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson dan (dalam Trianto, 2009: 60) adalah sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa (Positive interdependence).

b. Adanya interaksi tatap muka langsung (Face to face promotive interaction). c. Adanya tanggung jawab individual (Personal responsibility).

d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal (Iterpersonal skill). e. Proses kelompok (Group processing) terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.


(45)

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 63) adalah sebagai berikut.

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini berfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Model pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya. Arends (dalam Trianto, 2009: 65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenus kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Menurut Rusman (2011: 209), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mecapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.


(46)

Aspek-aspek pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 78) adalah sebagai berikut.

a. Tujuan: semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan slaing memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

b. Level kooperasi: kerja sama ditetapkan dalam level kelas (semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang di tugaskan) dan level sekolah (semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secra akademik).

c. Pola interaksi: setiap siswa saling saling mendorong kesuksesan antara satu sama lain. Siswa mempelajari mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara-cara menyelesaikan tugas pembelajaran masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik.

d. Evaluasi: sistem evaluasi berdasarkan pada kriteria tertentu.

Terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pelajaran yang enggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut dijelaskan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaranyang Menyampaikan tujuan dan ingin di capai pada mata pelajaran tersebut dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar

Tahap-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Tahap-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan kedalam kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan kooperatif transisi secara efesien

Tahap-4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka bekerja dan belajar

Tahap-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempersentasikan hasil kerjanya Tahap-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok Sumber : Rusman (2012 : 21


(47)

“Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan bila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual; (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar; (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri; (4) guru menghendaki adanya perataan partisipasi aktif siswa; (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah (Sanjaya dalam Isjoni, 2013: 206).”

Berdasarkan uraian tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif ini, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusi belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting., sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung keberhasilan individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mecapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI(Group Investigation)

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 221-222), menjelaskan bahwa dalam GI (Group Investigation), para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik. b) Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik

yang mereka pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasidan memfasilitasi pengaturan.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari


(48)

bagaimana mempelajarinya dan pembagian tugas. 3. Melaksanakan investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

4. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

5. Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan

bagaimana mereka membuat presentasinya.

c) Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

6. Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk . b) Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif .

c) Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

7. Evaluasi

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

“Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001: 75).”

Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman


(49)

belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.

Slavin (2005: 28), mengemukakan hal penting untuk melakukan model pembelajaran GI (Group Investigation) adalah.

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2. Rencana Kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran Guru

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI (Group Investigation) umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Selain langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) Sutikno akan mendeskripsikan mengenai tujuan atau misi model GI (Group Investigation). Berikut ini akan dideskripsikan lebih jelas mengenai tujuan dan misi dari model GI (Group Investigation).

“ Tujuan atau misi dari model GI (Group Investigation) adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar- personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari pengembangan yang utama dari model ini (Sutikno, 2003: 27).”


(50)

Setiap metode atau model pembelajaran pasti mempunyai ciri khas sendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation): Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut.

1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar

2. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana

3. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat

4. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi

5. Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka

6. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam

7. Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.

Selain kelebihan ada pada model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation), ada juga kekuranganya. Karena semua model pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing. Kekurangan


(51)

model kooperatif tipe GI (Group Investigation) sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI (Group Investigation) hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI (Group Investigation) memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi

2. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan

3. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah

4. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman

5. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan baik

Tabel 4. Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Model GI (Group Investigation)

Tahap-tahap Perilaku Guru

Tahap I Guru memberikan kesempatan bagi siswa

Mengidentifikasi topik dalam untuk memberi kontribusi apa yang akan membagi siswa ke dalam mereka selidiki. Kelompok dibentuk kelompok. berdasarkan heterogenitas.

Tahap II Kelompok akan membagi sub topik kepada

Merencanakan tugas. seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.

Tahap III Siswa mengumpulkan, menganalisis dan

Membuat penyelidikan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir Mempersiapkan tugas akhir. yang akan dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.

Mempresentasikan tugas Kelompok lain tetap mengikuti. akhir.

Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang Evaluasi. telah diselidiki dan dipresentasikan.


(52)

Tabel 4 mengenai tahap – tahap kemajuan siswa di dalam pembelajaran kooperatif dengan model GI (Group Investigation) telah dijelaskan di atas, selain model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation). Peneliti juga meneliti mengenai model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning).

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning)

Menurut Tan dalam (Rusman, 2012: 229) PBL (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL (Problem Based Learning)kemampuan berpikir siswa betul –betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

“ Menurut Trianto (2010: 90), model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.”

Pendapat lain yang memberikan pengertian mengenai PBL (Problem Based Learning) selain Tan adalah Boud dan Feletti (dalam Rusman, 2012: 230), bahwaProblem Based Learningmerupakan kemampuan berpikir siswa betul– betul dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan dan PBL (Problem Based Learning)


(53)

adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.

Menurut Mohamad Nur (dalam Rusmono, 2014: 82) PBL (Problem Based Learning)memiliki beberapa karakteristik yakni.

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah), 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin,

3) Penyelidikan autentik,

4) Menghasilkan produk atau karya kemudian memamerkannya, dan 5) Kerja sama.

Karakteristik yang dimiliki oleh PBL (Problem Based Learning) selain yang disebutkan oleh Ibrahim dan Nur lebih di spesifikasikan oleh Sanjaya, yaitu dari 5 karakter menjadi 3 karakter utama pada model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning). Menurut Ibrahim dan Nur karakteristik PBL (Problem Based Learning) yakni dari pengajuan pertanyaan hingga kerjasama, atau dari tahap yang mendasar hingga tahap kerjasama. Sedangkan Sanjaya dari kegiatan yang umum hingga ke kegiatan yang khusus. Berikut ciri utama dari PBL menurut Sanjaya sebagai berikut.

Menurut Sanjaya (2006: 212) ada tiga ciri utama PBL (Problem Based Learning) yakni.

1) PBL (Problem Based Learning) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, 2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, artinya tanpa

masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran atau masalah merupakan kata kunci dari proses pembelajaran,

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah yang dilakukan secara sistmatis (tahapan-tahapan) dan empiris


(54)

(berdasarkan data dan fakta yang jelas).

Tujuan pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) salah satunya yaitu untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Untuk lebih jelas akan dideskripsikan sebagai berikut.

“ Menurut Rusmono (2014: 78) tujuan pembelajaran berdasarkan masalah yang pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.”

Model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) selain memiliki karakter, dan ciri utama. PBL (Problem Based Learning)juga memiliki prinsip. Prinsip dalam PBL (Problem Based Learning) yaitu dalam ruang belajar guru merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan masalah, menyajikan pemecahan masalah dengan menggunakan latihan dan penggunanaan alat peraga untuk mendukung proses pembelajaran. PBL (Problem Based Learning) melibatkan siswa dalam penyelidikan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pehamanya tentang fenomena itu. Ibrahim, Nur, Ismail (dalam Rusman, 2012: 243) mengemukakan bahwa langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut.


(55)

Tabel 5. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah-langkah Perilaku Guru

Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,

Orientasi siswa pada masalah. menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

Fase II Membantu siswa mendefinisikan dan

Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang belajar. berhubungan dengan masalah tersebut

Fase III Mendorong siswa untuk mengumpulkan

Membimbing pengalaman informasi yang sesuai, melaksanakan individu / kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

Fase IV Membantu siswa dalam merencanakan dan

Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti menyajikan hasil karya. laporan, dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temanya.

Fase V Membantu siswa untuk melakukan refleksi

Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidikan mengevaluasi proses mereka dan proses yang mereka gunakan. pemecahan masalah.

Sumber : (Rusman : 2012:243)

Berdasarkan Tabel 5, Ibrahim dan Nur dalam (Rusman,2012: 242) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci, yaitu: Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, balajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, menjadi para siswa yang otonom. Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif telah dijelaskan pada Tabel 5, dalam pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan dan kelebihan. Salah satu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif adalah membuat siswa lebih aktif, namun


(56)

selain mempunyai kelebihan juga memiliki kelemahan yaitu siswa menjadi semakin malas yang awalnya sudah memiliki sifat malas karena pembelajaranya dilakukan secara berkelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning) memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran ini, adalah. a. Membuat siswa lebih aktif,

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,

c. Menimbulkan ide-ide baru,

d. Dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama,

e. Pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

Kekurangan pada model pembelajaran ini, adalah.

a. Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas, b. Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model

pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif, c. Membutuhkan banyak waktu dan pendanaan,

d. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir anak,

e. Pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

7. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, di mana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi orang kreatif padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam kenyataan ada orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan ide – ide baru dengan cepat dan beragam namun kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang dengan mengembangkan serta


(57)

memberikan kesempatan seseorang dalam berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap orang, tinggal bagaimana orang tersebut mampu mengeluarkan atau mengaktualisasikan diri sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang tersebut.

Setiap individu memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan. Potensi dasar itu berupa minat, dorongan ingin tahu, dorongan membuktikan kenyataan, dorongan ingin menyelidiki, dan dorongan ingin menemukan sendiri. Kenyataan ini menunjukan bahwa setiap orang memiliki kemampuan berpikir kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda.

Menurut Hassoubah (dalam Noer 2010: 34) kemampuan berfikir kreatif merupakan pola pikir yang didasarakan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk yang kreatif. Hal ini senada dengan pendapat Rawlinson yang mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak berkembang. Pola berfikir kreatif membutuhkan imajinasi dan akan membawa kita kepada kemungkinan jawaban atau ide-ide yang banyak, bersifat divergen, diawali dari suatu uraian permasalahan kemudian menyebar untuk dapat menghasilkan berbagai macam ide untuk memecahkan permasalahan tersebut atau menyediakan berbagai kemungkinan jawaban untuk masalah itu.


(1)

121

memiliki kemampuan berfikir kreatif tinggi terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaranGroup Investigation(GI) maka akan sangat antusias dan senang dalam mengikuti pembelajaran dikelas, dikarenakan dalam modelGroup Investigation(GI) ini siswa dituntuk untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari, maka siswa yang memiliki kemampuan berfikir kreatif tinggi terhadap mata pelajaran akan selalu ingin tampil terbaik saat menyampaikan materi kepada peserta didik lainnya, ia akan belajar dengan sungguh- sungguh sehingga hasil belajarnya pun meningkat.

3) Hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan model kooperatif tipeGroup Investigation(GI) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, yang berarti hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranProblem Based Learning(PBL) lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipeGroup Investigation(GI) pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, hal ini dikarenakan pada model pembelajaranProblem Based Learning (PBL) siswa secara individu terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya. Model pembelajaranProblem Based Learning(PBL) adalah model pembelajaran dimana siswa secara kelompok untuk mengembangkan kemampuan


(2)

122

berpikir dan memecahkan masalah, sehingga siswa yang awalnya malas-malasan dalam pembelajaran dengan sendirinya akan lebih aktif dalam belajar dikarnakan dia mempunyai tugas untuk bisa menjelaskan kepada kelompok lainnya, hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri.

4) Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu, hal ini berarti terdapat pengaruh bersama antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu pada siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation (GI) danProblem Based Learning(PBL) Dengan Memperhatikan

Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar LampungTahun Pelajaran 2014/2015’’, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation(GI) karena model ini dapat meningkatkan interaksi dan sekaligus meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu. 2. Setiap memulai standar kompetensi yang baru hendaknya guru melakukan

tes kemampuan berpikir kreatif di awal sebelum memulai pembelajaran, agar guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan


(3)

123

siswa mengenai materi yang akan dipelajari sehingga guru dapat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Namun, penerapannya harus disesuaiakan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Jika sebagian besar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi pada materi yang akan dipelajari, maka guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation(GI), karena dengan model ini siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan

kecakapan individu maupun kelompk dalam memecahkan masalah dan dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Namun, penerapannya harus disesuaiakan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

4. Jika sebagian besar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah pada materi yang akan dipelajari, maka guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeProblem Based Learning(PBL), karena dengan model ini siswa lebih aktif, meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

menimbulkan ide-ide baru, serta dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama dalam kelompk. Namun, penerapannya harus disesuaiakan dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Kedua: Jakarta : Bumi Aksara.

Departemen agama. UU no 20 tahun 2003.Sistem Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2006.Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Dimyanti Dan Mudjiono. 2006.Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan asswan Zain. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar, 2001.Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar, 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margono, S. 2005.Metodologi Penelitian Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta.

Mulyasa.2008.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara : Jakarta.

Munandar, S.C.U. 2009.Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


(5)

Nida, Mumarisa. 2014.Studi perbandingan hasil belajar IPS melalui penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas VIII MTS Negeri 1 Tanjung Karang Tahun Pelajaran 2013/2014. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila Panen, P, Mustafa, D, dan Sekarwinahyu, M. 2005.Kontruktivisme

Dalam Pembelajaran. Depdiknas: Jakarta.

Rusman. 2011.ModelModel Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo: Jakarta.

Rusman. 2012.ModelModel Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo: Jakarta.

Rusmono. 2014.Strategi Pembelajaran dengan Project Based Learning Itu Perlu. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sanjaya, W. 2006.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sanjaya, W. 2013.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandng: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2005.Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2009.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


(6)

Sumantri, Muhammad Nurman. 2001.Menggagas Pembaharusn Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutikno, Sobry. 2003.Model Pembelajaran Interaksi Sosial Pembelajaran Efektif dan Retorika. Nusa Tenggara Pratama Press: Mataram. Trianto, 2010.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2009.Mendesign Model Pembelajaran Inovativ Progresif.Jakarta : Kencana.

Trianto. 2014.Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Perbededaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi antara Siswa yang Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dan Group Investigation (GI)

0 3 435

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI ) DAN TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI SMA NEGERI 1 KALIREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 79

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar Tahun

3 28 175

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NEGARA BATIN TAHUN PE

1 15 101

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARA

0 5 122

Perbandingan Kemampuan Pemahaman Matematis Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dan Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Jalaksana

0 0 8