Substitusi Jagung dengan Dedak Gandum Kasar dan Tepung Daun Mengkudu pada Ransum Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap Hematologi

SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN DEDAK GANDUM KASAR
DAN TEPUNG DAUN MENGKUDU PADA RANSUM PUYUH
(Coturnix-coturnix japonica) TERHADAP HEMATOLOGI

NURSASIH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Substitusi
Jagung dengan Dedak Gandum Kasar dan Tepung Daun Mengkudu pada Ransum
Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap Hematologi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Nursasih
NIM D24090053

ABSTRAK
NURSASIH. Substitusi Jagung dengan Dedak Gandum Kasar dan Tepung Daun
Mengkudu pada Ransum Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap
Hematologi. Dibimbing oleh WIDYA HERMANA dan DEWI APRI ASTUTI.
Dedak gandum kasar merupakan salah satu hasil samping atau limbah
proses penggilingan gandum. Dedak gandum kasar dapat digunakan untuk
mengurangi penggunaan jagung, namun kurang dapat mensuplemen sumber
karoten. Penambahan tepung daun mengkudu dapat mensuplemen kekurangan
beta karoten yang tidak terdapat pada dedak gandum kasar. Penelitian dilakukan
untuk mempelajari pengaruh pemberian dedak gandum kasar yang
dikombinasikan dengan tepung daun mengkudu sebagai substitusi jagung dalam
ransum terhadap hematologi darah puyuh. Rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. R0 ransum

kontrol (tanpa dedak gandum kasar dan tepung daun mengkudu), R1 (substitusi
5% dedak gandum kasar + 6% tepung daun mengkudu), R2 (substitusi 10% dedak
gandum kasar + 6% tepung daun mengkudu), dan R3 (substitusi 15% dedak
gandum kasar + 6% tepung daun mengkudu). Penambahan 15% dedak gandum
kasar dan 6% tepung daun mengkudu tidak mempengaruhi profil darah secara
keseluruhan namun memiliki pengaruh yang nyata terhadap peningkatan rataan
konsumsi ransum, protein dan mineral Fe.
Kata kunci: dedak gandum kasar, hematologi, puyuh jepang, tepung daun
mengkudu.

ABSTRACT
NURSASIH. The substitution of yellow corn with wheat bran and Morinda
citrifolia leaves meal in quail ration to evaluate hematology. Supervised by
WIDYA HERMANA and DEWI APRI ASTUTI.
Wheat bran is one of byproduct from grain milling process. Wheat bran
can be used to reduce the utilization of corn, but lack of beta-carotene content.
Suplementation of Morinda citrifolia leaves meal can replace the lack of betacarotene. The experimental design in this research was Completely Randomized
Design (RAL) with 4 treatments and 4 replications. The control ration without
wheat bran and Morinda citrifolia leaves meal (R0), R1 (substitution the corn
with 5% wheat bran and 6% Morinda citrifolia leaves meal), R2 (substitution the

corn with 10% wheat bran and 6% Morinda citrifolia leaves meal) and R3
(substitution the corn with 15% wheat bran and 6% Morinda citrifolia leaves
meal). It was concluded that substitution of 15% wheat bran and 6% Morinda
citrifolia leaves meal resulted normal blood hematology profile but could increase
significantly to the feed intake, protein intake and Fe intake.
Keywords: hematology, Japanese quail, Morinda citrifolia leaves meal, wheat
bran.

SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN DEDAK GANDUM KASAR
DAN TEPUNG DAUN MENGKUDU PADA RANSUM PUYUH
(Coturnix-coturnix japonica) TERHADAP HEMATOLOGI

NURSASIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Dedak Gandum Kasar dan Tepung Daun
Mengkudu pada Ransum Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)
terhadap Hematologi
Nama
: Nursasih
NIM
: D24090053

Disetujui oleh

Dr Ir Widya Hermana, MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan
rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Sholawat
dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rosululloh SAW, para sahabatnya
dan semua yang mengikuti mereka hingga hari akhir.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
September hingga Desember 2012 ini adalah profil darah, dengan judul Substitusi
Jagung dengan Dedak Gandum Kasar dan Tepung Daun Mengkudu pada Ransum
Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) terhadap Hematologi. Penelitian ini dibawah
bimbingan Dr Ir Widya Hermana, MSi dan Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan dedak gandum kasar

dengan kombinasi tepung daun mengkudu dalam ransum serta mengkaji pengaruh
penggunaannya terhadap hematologi darah puyuh. Pengunaan dedak gandum
kasar diharapkan dapat mengurangi penggunaan jagung dalam ransum. Sedangkan
penambahan tepung daun mengkudu dimaksudkan untuk mensuplai kekurangan
beta karoten yang tidak terdapat pada dedak gandum kasar. Kandungan protein
dan Fe yang tinggi pada dedak gandum kasar dan tepung daun mengkudu
diharapkan dapat menghasilkan profil darah yang normal. Gambaran profil darah
yang baik akan mengindikasikan bahwa kondisi fisiologis ternak dalam keadaan
sehat dan toleran terhadap penyakit.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi,
wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat
diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.

Bogor, November 2013
Nursasih

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
MATERI DAN METODE
Bahan Penelitian
Ransum Perlakuan
Peralatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Rancangan dan Analisis Data
Peubah yang Diamati
Metode Penelitian
Pembuatan Ransum Perlakuan
Konsumsi Pakan
Pengambilan Sampling Darah
Perhitungan Jumlah Eritrosit
Perhitungan Kadar Hemoglobin
Perhitungan Nilai Hematokrit
Perhitungan MCV dan MCHC
Perhitungan Diferensiasi Leukosit
HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Nutrien
Konsumsi Ransum
Konsumsi Protein
Konsumsi Fe
Profil Darah
Eritrosit
Hematokrit
Hemoglobin
MCV
MCHC
Rasio Heterofil/Limfosit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi

1
2
2
2
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
7
7
7

8
8
9
10
10
11
12
12
13
14
14
14
14
16
20

DAFTAR TABEL
1. Hasil analisis proksimat dan uji kualitas fitokimia tepung daun
mengkudu
2. Ransum perlakuan

3. Kandungan nutrien ransum perlakuan
4. Rataan konsumsi nutrien umur 6-12 minggu
5. Rataan profil darah puyuh umur 15 minggu
6. Suhu dan kelembaban selama penelitian

2
3
3
7
9
13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil pengolahan data konsumsi nutrien
2. Hasil pengolahan data profil darah
3. Hasil pengolahan data diferensiasi leukosit

17
17
18

PENDAHULUAN
Puyuh jepang (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas
petelur yang tergolong produktif karena dalam kurun waktu 42 hari telah
memasuki dewasa kelamin dan dapat memproduksi telur sebanyak 250-300 butir
per tahunnya. Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah
kecukupan nutrien, tata laksana (manajemen) dan bibit (Anggorodi 1994).
Pakan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang performa dan
status kesehatan. Namun seringkali pakan yang digunakan dalam ransum
memiliki kandungan nutrien yang kurang seimbang sehingga diperlukan pakan
tambahan yang memiliki kandungan nutrien lengkap untuk pencapaian
optimalisasi performa fisiologis ternak. Pemanfaatan tanaman herbal dapat
dijadikan sebagai pakan alternatif dalam menyediakan senyawa aktif dan nutrien
untuk puyuh. Mengkudu (Morinda citrifolia) banyak digunakan untuk obat herbal
di Indonesia (Ngitung et al. 2008; Kim et al. 2010). Penggunaan daun mengkudu
dapat berpotensi sebagai pakan tambahan puyuh dalam bentuk tepung yang
dikombinasikan dengan dedak gandum kasar.
Dedak gandum kasar merupakan salah satu ikutan pabrik penggilingan
gandum (Bogasari 1999). Menurut Anggraeni (2011), dedak gandum kasar dapat
digunakan untuk mengurangi penggunaan jagung sebagai sumber energi pada
persentase tertentu. Kandungan dedak gandum kasar antara lain 1580 kkal per kg
ransum energi metabolis, 4.80% lemak dan 10.4% serat kasar (Lesson and
Summer 2005). Nutrien jagung antara lain 3300 kkal energi metabolis, 2.5% serat
kasar serta 8.5% protein kasar. Dedak gandum kasar memiliki kandungan serat
kasar yang tinggi dan energi metabolis yang rendah dibanding jagung. Namun,
dedak gandum kasar memiliki keunggulan yaitu kandungan protein kasar yang
tinggi yaitu sekitar 15.8% (Lesson and Summer 2005) dan kandungan asam amino
esensial yang lengkap, dan memiliki kandungan mineral dan vitamin B1 yang
tinggi (Maina et al. 2002) dibandingkan jagung. Penggunaan jagung yang
berkurang akan menyebabkan turunnya nilai karoten pada pakan sehingga
dibutuhkan sumber karoten lain yang hilang dari jagung. Tepung daun mengkudu
mengandung beta karoten yang cukup tinggi. Wardiny (2006) menyatakan bahwa
nilai beta karoten pada tepung daun mengkudu adalah 161 mg. Tingginya nilai
beta karoten inilah yang diharapkan dapat menjadikan tepung daun mengkudu
sebagai sumber karoten. Selain itu, tepung daun mengkudu juga mengandung
22.11% protein kasar; 10.30% Ca; 0.12% P; 35.80 ppm Zn dan 437 ppm Fe.
Kandungan nutrien yang terkandung tersebut merupakan indikator bahwa tepung
daun mengkudu dan dedak gandum kasar memiliki kualitas yang baik sebagai
pakan sumber protein dan mineral.
Penambahan tepung daun mengkudu dan dedak gandum kasar dalam
ransum ini diharapkan dapat menjadi pakan alternatif dalam menyediakan nutrien
tanpa mengganggu profil darah puyuh, mengingat keberadaan senyawa tanin
0.2%-2.0% dan asam fitat 4.46%-5.56% pada dedak gandum kasar (Sumiati 2005),
serta asam askorbat, triterpen dan flavonoid pada tepung daun mengkudu.
Evaluasi pemanfaatan pakan alternatif ini dapat ditinjau dari aspek fisiologis,
salah satunya melalui profil darah. Gambaran profil darah yang baik akan

2
mengindikasikan bahwa kondisi fisiologis ternak dalam keadaan sehat dan toleran
terhadap penyakit.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh substitusi dedak
gandum kasar dan tepung daun mengkudu sebagai pengganti jagung kuning
sebagai sumber energi dalam ransum puyuh terhadap profil hematologi.

MATERI DAN METODE
Bahan Penelitian
Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah puyuh betina sebanyak
128 ekor berumur 3 minggu. Bahan pakan yang digunakan adalah dedak gandum
kasar (wheat bran) yang berasal dari PT.Indofood Sukses Makmur Bogasari
Flours Mills Jakarta dan daun mengkudu yang berasal dari kebun mengkudu
Fakultas Perikanan. Daun mengkudu dikeringkan dalam oven 60 oC hingga
tercapai berat kering udara yang konstan kemudian dibentuk tepung. Hasil analisis
proksimat dan uji kualitas fitokimia tepung daun mengkudu diperlihatkan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis proksimat dan uji kualitas fitokimia tepung daun mengkudu
Hasil analisa proksimat (as fed)(*)
Bahan kering (%)
92.92
Abu (%)
9.72
Protein kasar (%)
21.63
Serat kasar (%)
29.38
Lemak kasar (%)
3.06
Beta-N (%)
29.13
Kalsium (%)
2.28
Fosfor (%)
0.28
-1
Energi Bruto (kal g )
4147.00

Uji kualitas fitokimia(**)
Alkaloid
Flavonoid
++
Fenol Hidrokuinon
+
Steroid
+++
Triterpenoid
+
Tanin
+
Saponin
+

Sumber : *Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
(2012)
**Laboratorium Kimia Analitik,Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor (2012)
Keterangan :
= Negatif
+
= Positif lemah
++
= Positif
+++
= Positif kuat

Ransum Perlakuan
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu ransum
starter dan layer (komersil) serta layer perlakuan. Ransum puyuh starter diberikan
selama 2 minggu dan ransum puyuh layer (komersil) diberikan selama 10 hari
dengan maksud sebagai pakan adaptasi sebelum diberikan pakan perlakuan.

3
Ransum perlakuan disusun sesuai dengan rekomendasi Lesson and Summer
(2005).
Pemberian tepung daun mengkudu 6% didasarkan pada penelitian
sebelumnya (Wardiny 2006) yang menyatakan bahwa penggunaan tepung daun
mengkudu 6% mampu menunjang performa produksi telur ayam.
Perlakuan yang diberikan adalah :
R0: Ransum kontrol, tanpa tepung daun mengkudu (TDM) dan dedak gandum
kasar
R1: Ransum mengandung substitusi jagung dengan dedak gandum kasar 5% dan
TDM 6 %
R2: Ransum mengandung substitusi jagung dengan dedak gandum kasar 10% dan
TDM 6 %
R3: Ransum mengandung substitusi jagung dengan dedak gandum kasar 15% dan
TDM 6 %
Tabel 2 Ransum perlakuan
Bahan Pakan
Jagung kuning
Dedak gandum kasar
Tepung daun mengkudu
Tepung ikan
Bungkil kedele
CPO (Crude Palm Oil)
CaCO3
DCP
NaCl
Premix
DL-methionin
L-Lysin

R0
61.0
0.0
0.0
5.0
22.0
3.2
6.5
1.0
0.3
0.3
0.5
0.2

R1
R2
-------%------53.4
45.5
5.0
10.0
6.0
6.0
7.0
5.0
17.4
19.0
4.1
6.6
6.1
6.0
0.2
1.0
0.3
0.3
0.3
0.3
0.2
0.3
0.0
0.0

R3
41.5
15.0
6.0
7.0
15.3
7.7
5.6
1.0
0.3
0.3
0.3
0.0

Keterangan : Iso protein-iso energi mengacu Lesson and Summer (2005). R0 (ransum
kontrol), R1 (daun mengkudu 6% + dedak gandum kasar 5%), R2 (daun
mengkudu 6% + dedak gandum kasar 10%), R3 (daun mengkudu 6% +
dedak gandum kasar 15%)

Tabel 3 Kandungan nutrien ransum perlakuan
Nutrien
Bahan kering (%)
Abu (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak kasar (%)
Beta-N (%)
Energi bruto (kal gram-1)
Fe (ppm)

R0
87.40
8.44
18.63
5.68
3.86
50.79
3802.00
14.47

R1
87.44
8.06
19.07
5.81
4.17
50.33
3827.00
114.33

R2
87.60
8.32
18.87
5.15
7.74
47.52
3830.00
123.05

R3
87.17
8.87
19.27
5.52
5.52
47.87
3609.00
162.74

Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor (2012)

4
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang batere
dengan alas dan dinding kawat sebanyak 16 petak. Setiap petak kandang
dilengkapi dengan satu tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan
yaitu timbangan puyuh dan ransum, termometer, dan higrometer.
Peralatan untuk sampling darah adalah syringe, tabung heparin, box es batu
dan rak tabung reaksi. Peralatan yang digunakan untuk analisis profil darah
berupa Sahli, mikroskop, pipet, hemoglobinometer, microcapillary hematocrit
reader dan hemocytometer. Peralatan yang digunakan untuk analisis kandungan
Fe pada pakan dan serum diantaranya micropipet, Ependorf, hot plate, oven 60 °C,
vortex, sentrifuse dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan September sampai
Desember 2012 di kandang unggas blok C Fakultas Peternakan, IPB. Pembuatan
ransum dilakukan di PT.Indofeed Bogor dan analisis profil darah (eritrosit,
hemoglobin, hematokrit dan diferensiasi leukosit) dilakukan di Laboratorium Ilmu
Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Dengan menggunakan model
matematik sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij
= Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Eror (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j
i
= Pengaruh periode
j
= Pengaruh pakan

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika
didapatkan hasil berbeda nyata maka dilakukan uji dengan Kontras Ortogonal.

Peubah yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu konsumsi ransum,
konsumsi protein kasar, konsumsi mineral Fe dan hematologi darah yang terdiri
dari hemoglobin, hematokrit, jumlah benda darah merah (eritrosit), Mean
Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
(MCHC), dan diferensiasi leukosit.

5
Metode Penelitian
Pembuatan Ransum Perlakuan
Dedak gandum kasar dan tepung daun mengkudu yang sudah halus
dicampur dengan bahan-bahan lain (jagung, bungkil kedele, tepung ikan, CPO,
DCP, CaCO3, NaCl, Premix, L-Lysin dan DL-Methionin) menggunakan mixer
hingga homogen. Ransum dimasukkan ke dalam karung sesuai dengan perlakuan.

Konsumsi Pakan
Konsumsi ransum dihitung dengan mengurangi pemberian ransum awal
dengan sisa. Konsumsi protein kasar dan mineral Fe dihitung dari konsumsi bahan
kering pakan dikalikan kandungan protein kasar dan mineral Fe ransum.

Pengambilan Sample Darah
Pengambilan darah dilakukan pada puyuh umur 15 minggu (layer) yang
sebelumnya dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Darah diambil dari vena
jugularis atau vena axilaris sebanyak 1 ml menggunakan syringe dan dimasukkan
ke dalam tabung berheparin, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Penghitungan Jumlah Eritrosit
Sampel darah dihisap menggunakan pipet eritrosit untuk butir darah merah
tanda tera 0.5 dengan aspirator, lalu larutan pengencer Hayem dihisap hingga
tanda 101. Larutan dan darah dihomogenkan dengan memutar pipet membentuk
angka 8 selama 3 menit, kemudian diteteskan satu tetes ke dalam counting
chamber yang sudah ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop
dengan perbesaran 45 x 10. Perhitungan eritrosit dalam counting chamber,
menggunakan kotak yang berjumlah 25 buah dengan mengambil satu kotak pojok
kanan atas, pojok kiri atas, di tengah, pojok kanan bawah, pojok kiri bawah. Butir
darah merah yang telah dihitung tersebut disimbolkan dengan a dan untuk
mengetahui jumlah sel darah merah dalam 1 mm3 darah dihitung dengan
menggunakan rumus menurut Sastradiprajadja et al. (1989).
a x 104

Penghitungan Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)
Larutan HCl 0.1 N dimasukkan dalam tabung Sahli sampai tanda angka 10
pada garis batas bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet Sahli

6
hingga mencapai tanda tera atas (0.02 ml). Sampel darah segera dimasukkan ke
dalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah menjadi warna
cokelat. Setelah itu larutan ditambah dengan aquades, yang di teteskan sedikit
demi sedikit sambil diaduk hingga warna larutan sama dengan warna standar
hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dilihat di kolom gram% yang tertera pada
tabung hemoglobin (Sastradiprajadja et al.1989).

Penghitungan Nilai Hematokrit
Penentuan hematokrit dilakukan dengan cara pipet mikrohematokrit diisi
dengan darah yang mengandung antikoagulan sebanyak 4/5 bagian pipet dan
ujung masuknya darah ditutup dengan sumbat berupa malam atau sabun. Pipet
kemudian disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. Setelah
terbentuk lapisan eritrosit, buffy coat, dan plasma, nilai hematokrit (%) dibaca
dengan mikrohematokrit reader.

Perhitungan MCV dan MCHC
Nilai MCV dan MCHC dapat dihitung dari kadar hematokrit, hemoglobin,
dan eritrosit yang didapat. MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah rata-rata dari
ukuran sel darah merah. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
adalah konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah atau terhadap ukuran sel
darah merah. MCV dan MCHC dihitung dengan rumus:
MCV =

(%) x 10
Jumlah sel darah merah

MCHC =

(g%) x 100
Hematokrit (%)

Perhitungan Diferensiasi Leukosit
Gelas objek disiapkan sebanyak 2 buah untuk satu sampel darah. Darah
puyuh diteteskan pada gelas objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas objek
kedua ditempatkan pada bagian yang berlawanan dengan letak tetes darah
membentuk sudut 30 ° lalu digeserkan sehingga darah menyebar sepanjang garis
kontak antara kedua gelas objek. Ulasan darah tersebut dikeringkan di udara
kemudian difiksasi dalam larutan methanol selama 5 menit lalu dimasukkan
dalam pewarna Giemsa selama 30 menit. Preparat dibilas dengan air mengalir
kemudian dikeringkan di udara dan diteteskan minyak emersi untuk selanjutnya
dihitung benda darah putih tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
x 10. Jumlah deferensiasi leukosit (%) dihitung dari tiap 100 butir leukosit.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Nutrien
Ransum dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila ternak dapat
berproduksi normal dan memiliki performa yang baik pula. Performa puyuh pada
penelitian ini dinilai agar dapat membuktikan bahwa ransum yang diberikan tidak
memberikan efek negatif pada ternak. Konsumsi nutrien yang diamati pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan konsumsi nutrien umur 6-12 minggu
Parameter
Konsumsi Ransum
(g ekor-1hari-1)
Konsumsi Protein
(g ekor-1hari-1)
Konsumsi Mineral
Fe (mg ekor-1hari-1)
Quail Day
Production (%)

R0
20.77±1.27a

Perlakuan
R1
R2
23.10±0.10b
22.71±1.16b

R3
23.70±0.72b

4.43±0.27a

5.04±0.02bc

4.89±0.25b

5.24±0.19c

0.43±0.04a

3.46±0.05b

3.59±0.10b

5.07±0.15c

71.92±5.22

63.25±6.50

67.27±13.11 72.17±9.31

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata tiap perlakuan
dengan (P