Identifikasi Rencana Pembentukan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi
IDENTIFIKASI RENCANA PEMBENTUKAN MASYARAKAT
PEDULI API DI HUTAN PENDIDIKAN HOLCIM CIBADAK
SUKABUMI
MUHAMMAD IKBAL PUTERA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Rencana
Pembentukan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Muhammad Ikbal Putera
NIM E44090047
ABSTRAK
MUHAMMAD IKBAL PUTERA. Identifikasi Rencana Pembentukan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi.
Dibimbing oleh BAMBANG HERO SAHARJO.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak merupakan lahan pasca tambang pasir
silika PT. Holcim Indonesia yang kini bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dialihfungsikan menjadi hutan pendidikan. Masyarakat
Peduli Api merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (Dephut 2009).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis respon dan sikap masyarakat terhadap
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api, dan mengetahui jumlah data
partisipasi masyarakat terhadap Masyarakat Peduli. Hasil penelitian menunjukan
bahwa respon yang diperoleh positif sebanyak 47 responden atau 67.14% dari 70
responden menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam kelembagaan
Masyarakat Peduli Api. Hal ini diduga karena kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan serta keinginan masyarakat untuk bekerja sama dengan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan rekomendasi
program jangka panjang pemberdayaan masyarakat yang sesuai.
Kata kunci: Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, Masyarakat Peduli Api,
partisipasi masyarakat, upaya pengendalian kebakaran hutan
ABSTRACT
MUHAMMAD IKBAL PUTERA. Plan Identification of Community Care Fire at
Holcim Educational Forest Cibadak Sukabumi. Supervised by BAMBANG
HERO SAHARJO.
Holcim Educational Forest Cibadak is an ex-mining land of silica sand PT.
Holcim Indonesia which recently cooperates with Faculty of Forestry Bogor
Agricultural University in order to create educational forest. Community Care Fire
is a well trained community which is willingly care toward forest fires and land
control (Dephut 2009). The purposes of this research are to analyze community’s
respond and decision toward establishment of Community Care Fire also to
collect community’s participation data toward Community Care Fire
establishment. The result of this research indicates that positive respond is got that
for about 47 respondents or 67.14% of 70 respondents declared that they are
willing to participate in Community Care Fire establishment. The reason for their
participation might be caused that the community have a high value of
environmental awareness and desire to cooperate with Holcim Educational Forest
Cibadak, thereby it may become an appropriate long term program
recommendation toward people empowerment.
Keywords: Community Care Fire, Community’s participation, forest fires control
effort, Holcim Educational Forest Cibadak
IDENTIFIKASI RENCANA PEMBENTUKAN MASYARAKAT
PEDULI API DI HUTAN PENDIDIKAN HOLCIM CIBADAK
SUKABUMI
MUHAMMAD IKBAL PUTERA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Identifikasi Rencana Pembentukan Masyarakat Peduli Api di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi
Nama
: Muhammad Ikbal Putera
NIM
: E44090047
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo, MAgr
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan serta pembuatan proposal penelitian
dengan judul Pembentukan Masyarakat Peduli Api sebagai Strategi Pengendalian
Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi Jawa Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo,
MAgr yang bertindak selaku pembimbing skripsi penulis yang telah banyak
memberikan semangat dan motivasi yang membangun dalam pelaksanaan
penelitian ini. Apresiasi yang tinggi penulis sampaikan kepada PT. Holcim
Indonesia Tbk beserta staff managament Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang
telah membantu mengarahkan penulis selama di lokasi penelitian. Penghargaan
terbesar penulis sampaikan kepada kedua orangtua dan keluarga tercinta penulis
Prof Dr Ir Kedi Suradisastra dan Siti Nurhasanah, Adik tersayang Astrid Marisha
Puteri mahasiswi Budidaya Perikanan IPB’50 dan Sepupu terdekat Marisky Nur
Adnin sarjana Teknologi Hasil Perikanan IPB’46 atas segala bantuan, motivasi
dan semangat yang tak henti kepada penulis. Apresiasi yang tinggi penulis
sampaikan teruntuk Fildah Amalina, Triary Casuarina dan Gunawan Rukmana
yang telah memberikan semangat dan selalu menemani penulis selama menyusun
dan melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga tak lupa penulis
sampaikan kepada teman-teman penulis Fredy Marojaya, Rangga Husein, Fajar
Rinata, Indriani Puspita, Nurhartinah, Lastiti Sanubari, Rian Pamujianto, Hannum
Wulan Febrianingrum, Lia Fauziah, Risna Silfiana, Teguh Artha, dan temanteman Silvikultur 46 yang telah menghibur dan mendorong penulis untuk maju
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Besar harapan penulis bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bogor, Maret 2014
Muhammad Ikbal Putera
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
METODE PENELITIAN
3
Lokasi dan Waktu
3
Alat dan Bahan
3
Prosedur
3
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
6
Profil Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
6
Profil Desa Lokasi Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Pemahaman Masyarakat terhadap Hutan
9
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Sikap Masyarakat terhadap Pembentukan Masyarakat Peduli Api
10
11
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Masyarakat Peduli Api
13
14
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL
1 Pemahaman masyarakat terhadap hutan
2 Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
3 Sikap masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat
Peduli Api
4 Korelasi antara partisipasi responden terhadap jenis mata pencaharian
responden
5 Korelasi antara partisipasi responden terhadap usia responden
9
10
12
15
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Prinsip tri-angulasi
Diagram tulang ikan
Peta wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Papan nama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Persentase partisipasi kelembagaan Masyarakat Peduli Api
Kegiatan wawancara dengan (a) masyarakat dan (b) pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak
5
6
7
11
12
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI
No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Indonesia memiliki hamparan hutan yang
luas sebesar 99.6 juta hektar atau sebesar 52.3% dari luas wilayah daratan
Indonesia (Dephut 2011) namun hutan Indonesia telah mengalami kerusakan
dalam waktu yang lama. Berdasarkan catatan Departemen Kehutanan (2006a),
laju deforestasi Indonesia pada awal tahun 2000-an telah meningkat menjadi 2.83
juta hektar per tahun (Syaufina 2008). Bentuk kerusakan hutan di Indonesia yang
sering terjadi adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian,
pembukaan areal tambang, dan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan adalah salah satu penyebab kerusakan hutan terbesar di
Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dapat terjadi di berbagai tipe
tempat seperti lahan pasca tambang, hutan tanamanindustri maupun hutan alam
yang terdegradasi. Penyebab kebakaran hutan di Indonesia didominasi oleh
kegiatan manusia di sekitar hutan yang lebih berperan dibandingkan dengan faktor
alam dalam memicu terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. Faktor sosial
ekonomi dan ketidaktahuan masyarakat merupakan pendorong utama atas
terjadinya kebakaran hutan (Mangandar 2000). Permasalahan mengenai
kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia perlu dicegah dan dikendalikan di
berbagai kondisi hutan Indonesia baik oleh pemerintah maupun masyarakat agar
laju deforestasi di Indonesia tidak semakin meningkat.
Pengendalian kebakaran hutan adalah semua aktivitas untuk melindungi
hutan dari kebakaran liar maupun penggunaan api secara sengaja, dalam upaya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan hutan (ITTO
1999). Pengendalian kebakaran hutan maupun lahan perlu diketahui dan dipelajari
oleh masyarakat Indonesia pada umumnya terlebih lagi oleh masyarakat yang
tinggal berbatasan langsung dengan hutan, sehingga diperlukan strategi untuk
mendukung kegiatan pengendalian kebakaran hutan di Indonesia.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah suatu bentuk kegiatan yang
dilakukan di atas lahan pasca tambang pasir silica PT. Holcim yang berada di
Sukabumi. Kegiatan rehabilitasi dan reforestasi telah direncanakan dan dilakukan
di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2011, sehingga dibutuhkan kegiatan
pembinaan hutan serta pengawasan terkait penanaman pohon maupun
perlindungan hutan yang intensif. Kebakaran masih sering terjadi dikarenakan
adanya pengaruh cuaca, jumlah bahan bakar yang tersedia serta aktivitas manusia
di sekitar area. Strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan untuk jangka
waktu yang panjang diperlukan, walaupun luas areal yang mengalami kebakaran
relatif kecil.
Strategi yang mungkin dilakukan dalam upaya pengendalian kebakaran
hutan dan lahan adalah pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang
independen, implementasi pelaksanaan kegiatan tanpa intervensi, upaya
2
pengendalian bersama masyarakat, dan political will pemerintah (Saharjo 2002).
Pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang independen dan upaya
pengendalian bersama masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena
melibatkan stakeholder serta peran masyarakat. Masyarakat Peduli Api
merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap pengendalian
kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (PP Menhut-II No.12 Tahun 2009
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan). Permasalahan yang terjadi di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dipercaya dapat diatasi dengan merencanakan
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Pembentukan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang bekerja sama
dengan masyarakat diharapkan dapat mendukung kegiatan rehabilitasi lahan dan
reforestasi yang intensif serta menciptakan hubungan yang baik dengan
masyarakat.
Perumusan Masalah
Aktivitas manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran
hutan dan lahan di berbagai tempat di Indonesia. Salah satu tempat yang rentan
terhadap kebakaran adalah lahan pasca tambang yang sedang direhabilitasi dan
reforestasi. Hal in dikarenakan melimphanya bahan bakar kering, tidak adanya
vegetasi penutup lahan sehingga menyebabkan suhu lingkungan tinggi, dan
banyaknya aktivitas manusia di sekitar area lahan.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak sebagai lahan pasca tambang yang
sedang merehabiltasi dan mereforestasi lahannya,seringkali mengalami kebakaran
dalam skala kecil yang intensitasnya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan masih
adanya aktivitas manusia yang memicu terjadinya kebakaran, sehingga diperlukan
sebuah strategi pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat sekitar lahan.
Masyarakat Peduli Api dapat dijadikan sebagai alternati solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Namun, dibutuhkan partisipasi dan keinginan masyarakat
maupun stakeholder untuk mewujudkan kelembagaan tersebut.
Berdasarkan pemikiran tersebut, perumusan masalah yang dapat diuraikan
antara lain:
1 Mengapa kelembagaan Masyarakat Peduli Api perlu dibentuk di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak?
2 Apa respon masyarakat mengenai rencana pembentukan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
3 Apakah masyarakat bersedia berpartisipasi dalam kelembagaan Masyarakat
Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
4 Apakah rencana pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api ini dapat
dijadikan rekomendasi bagi program Corporate Social Responsibility (CSR)
jangka panjang Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
Tujuan Penelitian
1 Menganalisis respon masyarakat terkait pembentukan Masyarakat Peduli Api
di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
3
2
3
Mengetahui jumlah data partisipasi masyarakat yang bersedia untuk menjadi
anggota kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
Memberikan rekomendasi program jangka panjang melalui pembentukan
Masyarakat Peduli Api untuk kegiatan perlindungan hutan dan pemberdayaan
masyarakat desa hutan kepada pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi dalam
implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) jangka panjang
untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan serta dapat dijadikan sebagai
solusi untuk mengatasi masalah kebakaran dan gangguan lainnya yang terjadi di
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari
2014 berlokasi di Desa Sekarwangi RW 11, 13, serta 17 dan Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, alat tulis dan daftar
kuisioner terstruktur serta semi struktur. Bahan yang digunakan dalam penelitian,
yaitu data kondisi umum Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, company profile
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, data monografi Desa Sekarwangi Kecamatan
Cibadak Kabupaten Sukabumi dan pustaka pendukung yang berkaitan dengan
penelitian.
Prosedur
Penelitian ini terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu, penentuan lokasi,
penentuan responden, pengumpulan data penelitian, pengolahan data penelitian
dan analisis data.
Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan melalui metode purposive sampling berlokasi
di lahan rehabilitasi pasca tambang silica PT. Holcim Sukabumi yaitu Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak yang merupakan kerjasama rehabilitasi lahan antara
PT. Holcim dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Lokasi tersebut
4
ditentukan sebagai lokasi penelitian dengan alasan bahwa belum adanya tim
pengendalian kebakaran hutan dan perlindungan hutan di lokasi penelitian serta
belum adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkaitan
dengan pengendalian kebakaran hutan dan perlindungan hutan antara pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dengan masyarakat sekitar.
Penentuan Responden
Responden pertamaditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan tujuan bahwaresponden pertama dianggap dapat memberikan
informasi untuk menentukan responden selanjutnya. Penentuan responden kedua
dan seterusnya dengan menggunakan metode snowball sampling. Responden
adalah rekomendasi dari responden pertama, yang meliputi pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dan masyarakat Desa Sekarwangi yang tinggal
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yaitu masyarakat RW 11, RW 13
dan RW 17 dengan jumlah populasi sebesar lebih kurang 700 jiwa. Jumlah
responden penelitian adalah sebesar 10% dari jumlah populasi ketiga RW yaitu
sebanyak 70 orang dengan alasan responden homogen berdasarkan kesamaan
wilayah tempat tinggal responden. Jumlah responden yang telah ditentukan
disebar merata berdasarkan RW tempat tinggal.
Pengumpulan Data
Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang mengacu kepada prinsip
tri-angulasi (Bailey 1978) yaitu dengan menggabungkan tiga metode survey yang
meliputi studi literatur, wawancara terstruktur, dan observasi lapang. Metode
wawancara semi struktur turut digunakan untuk memperdalam data primer yang
dikaji.
1 Studi Literatur
Studi literatur diperlukan untuk mempelajari mengenai keadaan umum lokasi
penelitian, kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi penelitian serta untuk
mendukung persiapan kegiatan wawancara yang akan dilakukan di lapangan.
Literatur pendukung diperoleh dari pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak,
media internet, dan buku-buku kehutanan.
2 Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur terdiri atas pertanyaan tertutup berupa kuisioner.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang variasi jawabannya sudah
ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai
kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang sudah diberikan (Singarimbun
dan Effendi 1989). Materi yang terdapat dalam kuisioner terdiri atas
pemahaman responden terhadap hutan, persepsi masyarakat terhadap
keberadaan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, dan sikap responden terhadap
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
3 Observasi Lapang
Metode observasi lapang merupakan teknik utama untuk pengumpulan data
yang mengacu kepada kebiasaan sehari-hari (nonverbal behavior). Walaupun
pengumpulan data pada kegiatan observasi pada umumnya menggunakan
penglihatan secara langsung (sight or visual data collection), tetapi juga dapat
menggunakan indera lainnya seperti pendengaran, sentuhan, maupun dari
5
aroma (Bailey 1978). Metode observasi lapang yang dilakukan pada penelitian
ini adalah non-participant observer yang berarti peneliti tidak berpartisipasi
dalam aktivitas masyarakat dan tidak berpura-pura menjadi bagian dari
masyarakat. Kegiatan observasi dilakukan di wilayah Desa Sekarwangi yang
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yaitu RW 11, RW 13, dan RW 17.
4 Wawancara Semi Struktur
Wawancara semi struktur dilakukan untuk memperdalam data yang dikaji
melalui pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang variasi
jawabannya belum ditentukan sehingga responden memiliki kebebasan untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan (Singarimbun dan Effendi 1989). Metode
ini dilakukan tanpa membawa kuisioner, hanya dengan mengingat pertanyaan
kunci yang akan ditanyakan.
Studi Literatur
Wawancara
Terstruktur
Observasi
Lapang
Wawancara
Semi Struktur
Gambar 1 Prinsip tri-angulasi (Bailey 1978)
Pengolahan Data dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah metode
diagram tulang ikan (fish bone diagram), tabulasi langsung, serta analisis secara
deskriptif. Diagram tulang ikan adalah grafik yang menyerupai tulang ikan yang
digunakan untuk menggambarkan faktor sebab dan akibat dari suatu masalah
(Haq 2008). Diagram tulang ikan digunakan untuk menganalisis proses
pengambilan keputusan responden terkait dengan pertanyaan yang diberikan.
6
b
b
b
b
b
a
c
KKeterangan:
a. Pertanyaan Kunci
b. Parameter Pendukung
c. Respon yang Diinginkan
Gambar 2 Diagram tulang ikan (fish bone diagram)
Tabulasi langsung adalah suatu cara sederhana dalam pengumpulan data.
Hasil dari kuisioner langsung disusun ke dalam kerangka tabel yang telah
disiapkan (Singarimbun dan Effendi 1989). Frekuensi data yang telah disusun ke
dalam tabel kemudian di analisis secara deskriptif dalam bentuk narasi dengan
menerangkan informasi yang telah didapatkan pada saat kegiataan lapangan.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sejarah
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak merupakan lahan pasca tambang pasir
silika yang dikelola oleh PT. Holcim Sukabumi. Kegiatan pertambangan telah
selesai dilaksanakan hingga tahun 2010 dan dialih fungsikan menjadi hutan
pendidikan untuk di rehabilitasi dan di resforestasi. Pembentukan hutan
pendidikan dan kegiatan rehabilitasi serta reforestasi dilakukan oleh PT. Holcim
bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penandatangan
Memorandum of Understanding (MoU) antara Manufacturing Director Holcim
Indonesia, Lilik Unggul Rahardjo dengan Rektor Institut Pertanian Bogor yang
diwakili oleh Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor telah
dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2011 di kampus IPB Dramaga (Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2014). Kegiatan pembinaan hutan di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak mulai dilakukan pada tahun 2011.
Luas dan Letak
Luas wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah sebesar 76 hektar.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak terletak di Kecamatan Cibadak Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Hutan Pendidikan Holcim Cibadak secara
geografis terletak pada koordinat 6o54’55’’ LS sampai 106o46’39’’ BT.
Batas administratif wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah
sebagai berikut:
Batas barat : Perkampungan Cibatu Hilir
7
Batas utara : Perkampungan Tanjung Sari
Batas timur : Perkampungan Kebon Bera
Batas selatan : Persawahan dan Perkebunan
Tahun Tanam 2010
Batas SIPD
Tahun Tanam 2011
Batas Tanah
idikan Holcim Cibadak
Tahun Tanam 2012
Tahun Tanam 2013
Area Yang Belum Terbuka
Dan Belum Ditanami
Batas Area Bukaan
Tambang
Area Bukaan Tambang
Yang Belum Ditanami
Gambar 3 Peta Wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sumber: Company profile Hutan Pendidikan Holcim Cibadak 2013
Iklim dan Topografi
Topografi daerah di sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak berupa
perbukitan bergelombang yang mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi
antara 40%-60% dengan ketinggian 380–521 mdpl (Lestari 2012).
Kondisi iklim di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak memiliki tipe iklim B
berdasarkan klasifikasi iklim Schimidt dan Fergusson dengan rata-rata suhu lebih
dari 18 oC. Rata-rata suhu pada bulan basah sekitar 21 oC sampai dengan 29.9 oC,
sementara suhu pada bulan kering berkisar antara 21.6 oC sampai dengan 30.8 oC.
Rata-rata kelembaban adalah 85.25% dimana kelembaban terendah terjadi pada
bulan September sekitar 79% dan tertinggi pada bulan Desember dan Januari
sekitar 89% (Lestari 2012).
Profil Desa Lokasi Penelitian
Luas dan Letak Desa Penelitian
Desa Sekarwangi berdiri pada tahun 1982 dan merupakan pemekaran dari
Desa Cibadak. Desa Sekarwangi merupakan salah satu Desa yang berada di
8
Kecamatan Cibadak dan terletak di kaki Gunung Walat. Luas wilayah Desa
Sekarwangi adalah 567.75 hektar. Jarak dari Desa Sekarwangi ke pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah 125 Km, sedangkan jarak ke pusat
pemerintahan Kabupaten Sukabumi adalah 45 Km, serta jarak ke pusat
pemerintahan Kecamatan Cibadak adalah 3 Km (Monografi Desa Sekarwangi
2009). Batas Administratif Desa Sekarwangi adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Cibadak Kecamatan Cibadak
Sebelah timur : Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan
Sebelah selatan: Desa Sukamulya Kecamatan Cikembar
Sebelah barat : Desa Tenjojaya Kecamatan Cibadak
Desa Sekarwangi terdiri dari atas banyak Rukun Warga (RW) maupun
Rukun Tangga (RT). Wilayah RW yang dijadikan lokasi penelitian adalah bagian
desa yang berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, yaitu
terdiri atas tiga RW antara lain, RW 11, RW 13 dan RW 17.
Iklim dan Topografi Desa Lokasi Penelitian
Suhu maksimum di wilayah Desa Sekarwangi berkisar antara 28 oC
sampai dengan 30 oC, sedangkan suhu mininum berkisar antara 20 oC sampai
dengan 22 oC. Ketinggian tempat adalah 500–700 meter di atas permukaan laut.
Rata-rata curah hujan adalah sebesar 3 000–4 000 mm/tahun (Monografi Desa
Sekarwangi 2009).
Kondisi Sosial Ekonomi Desa Lokasi Penelitian
Jumlah penduduk di Desa Sekarwangi tahun 2008 adalah sebesar 10 603
jiwa, jumah penduduk laki-laki sebayak 5 411 jiwa dan wanita sebanyak 5 192
jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2 986 KK. Pada tahun 2008 dari
jumlah penduduk usia 7 sampai 15 tahun sebanyak 1 989 jiwa, yang menjalani
pendidikan selama 9 tahun adalah sebesar 1 982 jiwa (Monografi Desa
Sekarwangi 2009).
Desa Sekarwangi memiliki berbagai komoditi yang berpotensi di bidang
ekonomi yaitu, pasir kuarsa maupun silica di Kampung Tanjungsari, tanah liat di
Kampung Batu Asih, batu bara di Kampung Bintang RW 16, batu-batu karang di
Kampung Gunung Karang, pasir tembok yang berlokasi Kampung Cibatu Girang
dan batu kali yang berlokasi di Kampung Cibatu Hilir (Monografi Desa
Sekarwangi 2009). Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Sekarwangi
adalah sebagai buruh pabrik dan supir angkutan umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan metode wawancara terstruktur telah didapatkan data
yang disajikan berdasarkan pemahaman masyarakat terhadap hutan, persepsi
masyarakat mengenai keberadaan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, dan sikap
masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
9
Pemahaman Masyarakat Terhadap Hutan
Pemahaman masyarakat terhadap hutan perlu diketahui agar kegiatan
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api dapat dipahami dan
diimplementasikan dengan baik. Hasil dari wawancara dengan responden
mengenai pemahaman masyarakat terhadap hutan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pemahaman masyarakat terhadap hutan
Kategori
No
1
2
Pertanyaan
Apakah saudara mengetahui pengertian dari hutan?
Apakah saudara mengetahui manfaat dari hutan?
Ya
(%)
Tidak
(%)
Total
(N/%)
100
0
70/100
94.30
5.70
70/100
3
Apakah saudara pernah
pengamanan hutan?
kegiatan 42.86
57.14
70/100
4
Apakah saudara bersedia berpartisipasi dalam kegiatan 84.29
pengamanan dan perlindungan hutan?
15.71
70/100
terlibat
dalam
Berdasarkan total responden yang telah ditentukan menunjukkan bahwa
seluruh responden mengetahui apa yang dimaksud dengan hutan secara umum.
Responden sebesar 94.30 % atau sebanyak 66 orang mengetahui manfaat hutan
secara umum. Sebesar 42.86% dari responden menyatakan pernah mengikuti
kegiatan pengamanan dan pengelolaan hutan, sedangkan sebesar 57.14%
responden menyatakan belum pernah mengikuti kegiatan pengamanan dan
pengelolaan hutan. Sebesar 84.29% dari responden menyatakan bersedia untuk
berpatisipasi dalam kegiatan pengamanan.
Responden dapat mengetahui dan memahami peran serta pengertian hutan
dikarenakan responden tinggal disekitar hutan yang kehidupan sehari-hari masih
menggunakan sumberdaya hutan, sehingga jelas bagi responden segala sesuatu
yang berhubungan dengan hutan secara umum. Jumlah responden yang
menyatakan pernah mengikuti kegiatan pengamanan hutan tidak mencapai
setengah dari populasi dikarenakan keberagaman mata pencaharian masyarakat
yang tidak selalu berada di wilayah tempat tinggal. Responden dengan mata
pencaharian sebagai buruh pabrik sebagian besar tidak pernah mengikuti kegiatan
pengamanan hutan karena jam kerja yang penuh dalam satu hari kerja, sedangkan
responden yang tidak memiliki mata pencaharian dan petani hampir semua masih
melakukan kegiatan pengamanan hutan. Tabel 1 menunjukkan sebesar 84.29%
responden menyatakan bersedia mengikuti kegiatan pengamanan hutan, karena
adanya kesadaran lingkungan (environmental awareness) masyarakat atas
kelestarian hutan cukup tinggi.
10
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai keberadaan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak perlu diketahui untuk menciptakan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api bersama masyarakat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak dan masyarakat saling memahami
pemikiran kedua pihak dan menghindari munculnya salah persepsi (miss
communication).
Tabel 2 Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Kategori
Tidak
(%)
No
Pertanyaan
1
Apakah saudara mengetahui Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak?
100
0
70/100
2
Apakah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
pernah
mengadakan
kegiatan
dengan
masyarakat secara berkelanjutan?
41.43
58.57
70/100
3
Apakah keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak memberikan
keuntungan
bagi
kehidupan saudara?
12.86
87.14
70/100
Ya
(%)
Total
(N/%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui keberadaan
dari Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, namun sebesar 41.43% dari total
responden mengatakan tidak mengetahui adanya kegiatan kemasyarakatan yang
berkelanjutan antara Hutan Pendidikan Holcim Cibadak dengan masyarakat serta
masyarakat belum merasakan keuntungan secara langsung dengan adanya Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak di dekat tempat tinggal masyarakat.
Hal yang diduga menjadi alasan keterangan tersebut adalah adalah Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak masih sangat muda untuk melakukan kegiatan
bersama masyarakat secara berkelanjutan. Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
baru saja dialih fungsikan dari lahan pasca tambang pasir silica menjadi hutan
pendidikan pada tahun 2010 sehingga masyarakat belum merasakan kegiatan
kemasyarakatan berkelanjutan secara langsung. Berdasarkan informasi yang
dijelaskan oleh pegawai Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, kegiatan
kemasyarakatan yang pernah dilakukan bersama masyarakat antara lain ikut
merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, melakukan beberapa kegiatan pelatihan
serta pembinaan hutan dengan masyarakat serta kegiatan penanaman pohon
dengan masyarakat. Kegiatan kesiswaan dari pelajar di sekolah sekitar Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak pun sering dilakukan di dalam area lahan.
Ketidaktahuan masyarakat atas kegiatan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak disebabkan oleh intensitas kegiatan
kemasyarakatan belum cukup dan diperlukan kegiatan yang berkelanjutan dengan
masyarakat agar pencitraan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak semakin baik serta
11
masyarakat dapat merasakan manfaat langsung dengan keberadaan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak di wilayahnya.
Gambar 4 Papan nama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sikap Masyarakat Terhadap Pembentukan Masyarakat Peduli Api
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebesar 82.86% dari total responden atau
sebanyak 58 orang meyatakan mengetahui pengertian dari kelembagaan ataupun
organisasi sedangkan 17.14 % atau sebanyak 12 orang menyatakan tidak
mengetahui pengertian dari kelembagaan ataupun organisasi. Sebanyak 31.43%
atau sebanyak 22 orang menyatakan pernah mengikuti organisasi, sedangkan
sebesar 68.57% atau sebanyak 48 orang dari total responden menyatakan tidak
pernah mengikuti organisasi sebelumnya. Kerjasama antara masyarakat dengan
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak sangat diharapkan oleh masyarakat, hal ini
dibuktikan bahwa sebesar 95.71% atau sebanyak 67 orang dari total responden
mengharapkan adanya peluang kerjasama dengan masyarakat di sekitar Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak, hanya sebanyak 3 orang responden atau sebesar
4.29% menyatakan tidak mengharapkan adanya kerjasama dengan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak. Informasi menyatakan bahwa sebesar 100% atau
dari total seluruh responden menyatakan tidak pernah mendengar istilah
kelembagaan Masyarakat Peduli Api dikarenakan istilah kelembagaan Masyarakat
Peduli Api belum diketahui oleh masyarakat umum, sehingga perlu dilakukan
pengenalan terlebih dahulu mengenai kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
12
Tabel 3 Sikap masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli
Api
No
Pertanyaan
1
Apakah saudara mengetahui pengertian dari
organisasi?
2
3
4
5
Ya
(%)
Apakah saudara pernah mengikuti/membentuk
organisasi
mengenai
pengeloaan
dan
perlindungan hutan?
Apakah
saudara
mengharapkan
adanya
kerjasama antara Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak dengan masyarakat?
Apakah saudara pernah mendengar mengenai
kelembagaan Masyarakat Peduli Api?
Apakah saudara bersedia untuk berpartisipasi
apabila dikemudian hari dibentuk kelembagaan
Masyarakat Peduli Api oleh Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak?
Kategori
Tidak
(%)
Total
(N/%)
82.86
17.14
70/100
31.43
68.57
70/100
95.71
4.29
70/100
0
100
70/100
67.14
32.86
70/100
Setelah responden mendapatkan informasi mengenai kelembagaan
Masyarakat Peduli Api, sebesar 67.14% atau sebanyak 47 orang dari total
responden menyatakan bersedia untuk berpartisipasi apabila kelembagaan
Masyarakat Peduli Api dibentuk oleh pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Ikut Berpartisipasi
32.86%
Tidak Ikut
Berpartisipasi
67.14%
Gambar 5 Persentase partisipasi kelembagaan Masyarakat Peduli Api
13
Gambar 6 Kegiatan wawancara dengan (a) masyarakat dan (b) pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Kebakaran hutan merupakan kejadian alam yang bermula dari proses
reaksi secara cepat dengan oksigen, sumber penyulutan, dan bahan bakar hutan
yang ditandai dengan panas serta habisnya bahan bakar hutan (Brown dan Davis
1973). Kebakaran hutan perlu ditangani dengan baik dan cermat agar tidak terjadi
kebakaran dalam skala besar yang merugikan banyak pihak, sehingga dibutuhkan
suatu strategi dalam pengendalian kebakaran hutan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut.
Kegiatan pengendalian kebakaran hutan mencakup tiga komponen
kegiatan antara lain: pencegahan kebakaran hutan, pra-pemadaman kebakaran
hutan, dan pemadaman kebakaran hutan. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mendukung upaya pengendalian kebakaran hutan (Saharjo 2002) yaitu:
1 Pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang independen
Diperlukan lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap upaya
pengendalian kebakaran hutan pada tingkat nasional, provinsi, dan kota serta
kabupaten.
2 Implementasi pelaksanaan kegiatan tanpa intervensi
Kegiatan ini dilakukan untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan dari
kebakaran hutan ataupun lahan.
3 Upaya pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat
Pembentukan kerjasama dengan masyakarakat dengan tujuan untuk
melakukan kegiatan perlindungan hutan khususnya kegiatan pengendalian
kebakaran hutan.
4 Political will pemerintah
Pemerintah pusat diharapkan memiliki political will berupa upaya penegakan
hukum dan penerapan sanksi terhadap pelanggaran permasalahan
perlindungan hutan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan.
Pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api merupakan strategi
dalam pengendalian kebakaran hutan dengan menggunakan salah satu upaya
pengendalian kebakaran hutan berdasarkan Saharjo (2002) yaitu upaya
14
pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat. Berdasarkan keterangan
pegawai Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, kebakaran skala kecil dengan ukuran
2 m x 3 m (2013) masih sering terjadi di lokasi konsesi dengan intensitas yang
cukup tinggi. Penyebab kebakaran diduga dari cuaca yang panas yang membuat
bahan bakar hutan di lokasi menjadi kering dan rentan atas kebakaran serta masih
adanya perilaku masyarakat yang menggunakan api untuk kegiatan sehari-hari di
sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak. Masyarakat RW 11, RW 13 dan RW
17 Desa Sekarwangi yang tinggal berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak menganggap bahwa hutan adalah bagian hidup dan lapangan
mata pencaharian yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Rasa kepedulian
yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang
tinggi membuat masyarakat tersebut termotivasi memiliki keharusan untuk ikut
serta menjaga hutan di sekitar tempat tinggalnya. Rasa kepedulian lingkungan
masyarakat Desa Sekarwangi merupakan kriteria yang sesuai untuk menciptakan
suatu strategi pengendalian kebakaran hutan dalam bentuk kelembagaan bersama
dengan masyarakat.
Masyarakat Peduli Api
Kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan perlu dilakukan sebagai
wadah untuk mencurahkan rasa kepedulian masyarakat mengenai lingkungan.
Masyarakat Peduli Api merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli
terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (PP No 12
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun 2009). Kegiatan pembentukan
Masyarakat Peduli Api merupakan upaya pencegahan kebakaran hutan bersama
masyarakat di tingkat nasional yang perlu dilakukan dengan adanya upaya
penguatan kelembagaan dalam hal pemberdayaan masyarakat desa hutan (PP No
12 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun 2009). Penguatan kelembagaan,
pengetahuan atas respon masyarakat serta tingkat partisipasi masyarakat atas
kegiatan pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api perlu diketahui agar
strategi pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat dapat diwujudkan.
Kegiatan wawancara baik terstruktur maupun semi struktur serta observasi lapang
telah dilakukan untuk mengetahui respon dan tingkat partisipasi masyarakat atas
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api diduga dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian. Hal ini
ditunjukan oleh tabulasi langsung yang disajikan pada Tabel 4.
15
Tabel 4 Korelasi antara partisipasi responden terhadap jenis mata pencaharian
responden
Mata pencaharian
Petani
Supir Angkutan Umum
Buruh Pabrik
Pekerja HEF
Ibu Rumah Tangga
Pedagang
Pengusaha Warteg
Pengangguran
Total Responden
Jumlah responden (orang)
7
11
22
8
7
2
1
12
70
Kategori jawaban partisipasi
Ya
Tidak
4
10
10
8
4
1
1
9
47
3
1
12
0
3
1
0
3
23
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 4 didapatkan hubungan
antara jenis mata pencaharian responden dengan partisipasi kelembagaan
Masyarakat Peduli Api, dimana responden yang memiliki mata pencaharian
sebagai pekerja Hutan Pendidikan Holcim Cibadak memiliki tingkat partisipasi
yang tinggi. Tingkat partisipasi yang tinggi diduga dikarenakan adanya hubungan
keterikatan mata pencaharian antara responden dengan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak sebagai tempat mata pencaharian. Responden yang memiliki mata
pencaharian sebagai supir angkutan umum juga memiliki tingkat partisipasi yang
cukup tinggi dimana sebesar 10 dari 11 responden yang memilih mata
pencaharian sebagai supir angkutan umum bersedia mengikuti kelembagaan
Masyarakat Peduli Api. Responden yang tidak memiliki mata pencaharian juga
memiliki tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebanyak 9 dari 12 responden yang
tidak memiliki mata pencaharian bersedia mengikuti kelembagaan Masyarakat
Peduli Api. Responden yang bermata pencaharian sebagai buruh pabrik turut
bersedia untuk berpartisipasi yaitu sebanyak 10 orang dari 22 responden yang
bermata pencaharian serupa. Jumlah jam kerja dari mata pencaharian responden
yang beragam mempengaruhi keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Sebagian responden yang menyatakan tidak
bersedia untuk berpartisipasi menyatakan kesulitan untuk mengatur waktu
dikarenakan waktu luang yang dimiliki tidak cukup apabila ikut serta dalam
kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Berdasarkan mata pencaharian responden
yang beragam dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian tidak mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat
Peduli Api secara umum. Hal ini dikarenakan dari seluruh mata pencaharian
responden memiliki perwakilan yang bersedia mengikuti kegiatan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api bersama dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dan memahami kegiatan
kemasyarakatan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal dari kebakaran hutan
dan lahan maupun gangguan lainnya mempermudah stakeholder untuk melakukan
kegiatan kerjasama bersama masyarakat.
Faktor usia dari responden turut dianalisis pengaruhnya atas keikutsertaan
masyarakat terhadap kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Berdasarkan tabulasi
16
korelasi antara partisipasi terhadap usia responden didapatkan informasi yang
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Korelasi antara partisipasi responden terhadap usia responden
Usia (tahun)
Jumlah responden
(orang)
18-30
31-50
50>
Jumlah Total
41
21
8
70
Keterangan partisipasi
Tidak ikut
Ikut
27
15
5
47
14
6
3
23
Masing-masing perwakilan usia dari responden memiliki keinginan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan Masyarakat Peduli Api bersama
dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak. Usia responden 18–30 tahun
berjumlah 41 orang dengan keterangan 27 orang responden menyatakan bersedia
mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Pernyataan bersedia didapatkan
pula dari responden dengan kisaran antara usia 31 tahun hingga 50 tahun ke atas
dengan jumlah 20 orang. Usia tidak mempengaruhi semangat serta keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kelembagaan Masyarakat Peduli Api
bersama dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah seluruh responden
penelitian sebanyak 47 dari 70 responden atau sebesar 67.14% menyatakan
bersedia mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Hal ini dikarenakan
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta keinginan masyarakat untuk
melakukan kegiatan bersama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak cukup tinggi.
Sebanyak 23 dari 70 responden atau sebesar 32.86% menyatakan tidak bersedia
mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Hal ini dikarenakan adanya
pengaruh dari jam kerja mata pencaharian responden yang berbeda-beda sehingga
responden yang tidak memiliki waktu cukup luang merasa kesulitan untuk
berpartisipasi terhadap kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Secara umum respon
masyarakat mengenai pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak adalah positif yaitu responden menerima dan
berusaha memahami informasi yang diberikan mengenai kelembagaan
Masyarakat Peduli Api.
17
Saran
1
2
3
Diperlukan informasi lebih lanjut mengenai prosedur pembentukan
Masyarakat Peduli Api serta pemberian fasilitas untuk kegiatan
perlindungan hutan khususnya kebakaran hutan dan lahan kepada
Masyarakat Peduli Api oleh Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Perlu dilakukan pembinaan serta pelatihan mengenai perlindungan hutan
khususnya kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat sehingga kegiatan
kelembagaan Masyarakat Peduli Api dapat terlaksana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Perlu ditingkatkan hubungan yang lebih baikdalam kegiatan
kemasyarakatan antara masyarakat dengan pihak Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda F. 2009. Peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalian
kebakaran hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bailey KD. 1978. Methods of Social Research. New York (US): Macmillan.
Brown AA, Davis KP. 1973. Forest Fires Control and Use. Canada (CA):
McGraw-Hill.
Desa Sekarwangi. 2009. Data Monografi Desa Sekarwangi. Sukabumi (ID):
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2014. Nota Kesepahaman PT.
Holcim Indonesia Tbk dengan Fakultas Kehutanan IPB [terhubung
berkala]http://www.fahutan.ipb.ac.id/id/utilities/berita/74-notakesepahaman-pt-holcim-indonesia-tbk-dengan-fakultas-kehutanan-ipb(15
Februari 2014)
Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh et
de Vriese) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca
tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Mangandar. 2000. Keterkaitan sosial masyarakat di sekitar hutan dengan
kebakaran hutan: Studi kasus di Provinsi Daerah Tingkat I Riau [Tesis].
Bogor (ID): Program Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009.Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID): Sekretariat Jendral
Departemen Kehutanan.
Saharjo BH. 2002. Strategi pengendalian limbah vegetasi dan kebakaran hutan di
Indonesia. Di dalam: semiloka penegakan hokum kebakaran hutan dan
lahan, Pekanbaru, 27-28 September 2000. P: 30-40.
Singarimbun M dan Effendi S. 1989.Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID):
LP3S Indonesia.
18
Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan `Penerbit
Fakultas Kehutanan.
Sulinda L. 2003. Strategi pengendalian kebakaran hutan secara terpadu di KPH
Semarang PT Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang (ID):
Bayumedia.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 November 1991. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Dalyuzar Jasin dan
Siti Nurhasanah Sarkaya. Penulis menjalani masa pendidikan dimulai di Taman
Kanak-Kanak (TK) Akbar Kota Bogor (1996–1997) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) Polisi 4 Kota
Bogor (1997–2003) lalu penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kota Bogor (2003–2006) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Atas Negerti (SMAN) 7
Kota Bogor (2006–2009). Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Institut
Pertanian Bogor (2009) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Departemen Silvikutur Fakultas Kehutanan.
Penulis aktif dalam organisasi kesiswaan dan prestasi akademik. Penulis
berkesempatan menjadi siswa teladan SMPN 2 Kota Bogor (2005), penulis
terpilih sebagai anggota Paskibraka Kota Bogor (2007), penulis berkesempatan
menjadi siswa teladan SMAN 7 Kota Bogor (2008), penulis terpilih menjadi
perwakilan Kota Bogor dalam Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di
Kanada (2009), penulis berkesempatan mendapatkan pendidikan Bela Negara
Purna Paskibraka Indonesia (PPI) di Cimahi tahun 2010, penulis berkesempatan
menjadi bagian dari Mojang Jajaka Kota Bogor (2013) penulis terpilih menjadi
Wakil 2 Putra dalam Pemilihan Putra Putri Bahari Indonesia (2013) dengan
mewakili provinsi Nusa Tenggara Timur serta menjadi ketua pelaksana Pemilihan
Putra Putri Bahari Indonesia Tahun 2014.
Penulis aktif dalam sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kegiatan
selama menempuh pendidikan di IPB, diantaranya aktif sebagai Head of Public
Relation Department of International Forestry Students Association (IFSA) 2011–
2012, UKM Panahan, UKM IPB Debating Club (IDC), Himpunan Mahasiswa
Departemen Silvikultur IPB Tree Growwer Community (TGC), aktif dalam
kegiatan South East Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM), penulis terpilih
menjadi salah satu perwakilan IFSA Local Commitee IPB untuk hadir dalam
International Forestry Students Symposium (2012) di Turki, dan aktif sebagai
asisten praktikum berbagai mata kuliah di Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB.
Kegiatan lapang yang penulis pernah ikuti yaitu Praktek Pengelolaan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang (2011), Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat IPB (2012), Praktek Kerja
Profesi (PKP) di Hutan Tanaman Industri PT. Wana Subur Lestari Provinsi
Kalimantan Barat (2013) dan berpartisipasi sebagai asisten praktikum PPH IPB
angkatan 47 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) serta berpartisipasi
sebagai asisten praktikum PPH Universitas Riau di Hutan Pendidikan Gunung
Walat IPB (2013).
Penelitian berjudul Rencana Pembentukan Masyarakat Peduli Api Sebagai
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sukabumi dilakukan penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan, dibawah bimbingan Bapak Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo,
MAgr.
PEDULI API DI HUTAN PENDIDIKAN HOLCIM CIBADAK
SUKABUMI
MUHAMMAD IKBAL PUTERA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Rencana
Pembentukan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Muhammad Ikbal Putera
NIM E44090047
ABSTRAK
MUHAMMAD IKBAL PUTERA. Identifikasi Rencana Pembentukan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi.
Dibimbing oleh BAMBANG HERO SAHARJO.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak merupakan lahan pasca tambang pasir
silika PT. Holcim Indonesia yang kini bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dialihfungsikan menjadi hutan pendidikan. Masyarakat
Peduli Api merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (Dephut 2009).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis respon dan sikap masyarakat terhadap
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api, dan mengetahui jumlah data
partisipasi masyarakat terhadap Masyarakat Peduli. Hasil penelitian menunjukan
bahwa respon yang diperoleh positif sebanyak 47 responden atau 67.14% dari 70
responden menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam kelembagaan
Masyarakat Peduli Api. Hal ini diduga karena kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan serta keinginan masyarakat untuk bekerja sama dengan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan rekomendasi
program jangka panjang pemberdayaan masyarakat yang sesuai.
Kata kunci: Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, Masyarakat Peduli Api,
partisipasi masyarakat, upaya pengendalian kebakaran hutan
ABSTRACT
MUHAMMAD IKBAL PUTERA. Plan Identification of Community Care Fire at
Holcim Educational Forest Cibadak Sukabumi. Supervised by BAMBANG
HERO SAHARJO.
Holcim Educational Forest Cibadak is an ex-mining land of silica sand PT.
Holcim Indonesia which recently cooperates with Faculty of Forestry Bogor
Agricultural University in order to create educational forest. Community Care Fire
is a well trained community which is willingly care toward forest fires and land
control (Dephut 2009). The purposes of this research are to analyze community’s
respond and decision toward establishment of Community Care Fire also to
collect community’s participation data toward Community Care Fire
establishment. The result of this research indicates that positive respond is got that
for about 47 respondents or 67.14% of 70 respondents declared that they are
willing to participate in Community Care Fire establishment. The reason for their
participation might be caused that the community have a high value of
environmental awareness and desire to cooperate with Holcim Educational Forest
Cibadak, thereby it may become an appropriate long term program
recommendation toward people empowerment.
Keywords: Community Care Fire, Community’s participation, forest fires control
effort, Holcim Educational Forest Cibadak
IDENTIFIKASI RENCANA PEMBENTUKAN MASYARAKAT
PEDULI API DI HUTAN PENDIDIKAN HOLCIM CIBADAK
SUKABUMI
MUHAMMAD IKBAL PUTERA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Identifikasi Rencana Pembentukan Masyarakat Peduli Api di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi
Nama
: Muhammad Ikbal Putera
NIM
: E44090047
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo, MAgr
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan serta pembuatan proposal penelitian
dengan judul Pembentukan Masyarakat Peduli Api sebagai Strategi Pengendalian
Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak Sukabumi Jawa Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo,
MAgr yang bertindak selaku pembimbing skripsi penulis yang telah banyak
memberikan semangat dan motivasi yang membangun dalam pelaksanaan
penelitian ini. Apresiasi yang tinggi penulis sampaikan kepada PT. Holcim
Indonesia Tbk beserta staff managament Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang
telah membantu mengarahkan penulis selama di lokasi penelitian. Penghargaan
terbesar penulis sampaikan kepada kedua orangtua dan keluarga tercinta penulis
Prof Dr Ir Kedi Suradisastra dan Siti Nurhasanah, Adik tersayang Astrid Marisha
Puteri mahasiswi Budidaya Perikanan IPB’50 dan Sepupu terdekat Marisky Nur
Adnin sarjana Teknologi Hasil Perikanan IPB’46 atas segala bantuan, motivasi
dan semangat yang tak henti kepada penulis. Apresiasi yang tinggi penulis
sampaikan teruntuk Fildah Amalina, Triary Casuarina dan Gunawan Rukmana
yang telah memberikan semangat dan selalu menemani penulis selama menyusun
dan melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga tak lupa penulis
sampaikan kepada teman-teman penulis Fredy Marojaya, Rangga Husein, Fajar
Rinata, Indriani Puspita, Nurhartinah, Lastiti Sanubari, Rian Pamujianto, Hannum
Wulan Febrianingrum, Lia Fauziah, Risna Silfiana, Teguh Artha, dan temanteman Silvikultur 46 yang telah menghibur dan mendorong penulis untuk maju
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Besar harapan penulis bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bogor, Maret 2014
Muhammad Ikbal Putera
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
METODE PENELITIAN
3
Lokasi dan Waktu
3
Alat dan Bahan
3
Prosedur
3
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
6
Profil Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
6
Profil Desa Lokasi Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Pemahaman Masyarakat terhadap Hutan
9
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Sikap Masyarakat terhadap Pembentukan Masyarakat Peduli Api
10
11
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Masyarakat Peduli Api
13
14
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL
1 Pemahaman masyarakat terhadap hutan
2 Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
3 Sikap masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat
Peduli Api
4 Korelasi antara partisipasi responden terhadap jenis mata pencaharian
responden
5 Korelasi antara partisipasi responden terhadap usia responden
9
10
12
15
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Prinsip tri-angulasi
Diagram tulang ikan
Peta wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Papan nama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Persentase partisipasi kelembagaan Masyarakat Peduli Api
Kegiatan wawancara dengan (a) masyarakat dan (b) pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak
5
6
7
11
12
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI
No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Indonesia memiliki hamparan hutan yang
luas sebesar 99.6 juta hektar atau sebesar 52.3% dari luas wilayah daratan
Indonesia (Dephut 2011) namun hutan Indonesia telah mengalami kerusakan
dalam waktu yang lama. Berdasarkan catatan Departemen Kehutanan (2006a),
laju deforestasi Indonesia pada awal tahun 2000-an telah meningkat menjadi 2.83
juta hektar per tahun (Syaufina 2008). Bentuk kerusakan hutan di Indonesia yang
sering terjadi adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian,
pembukaan areal tambang, dan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan adalah salah satu penyebab kerusakan hutan terbesar di
Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dapat terjadi di berbagai tipe
tempat seperti lahan pasca tambang, hutan tanamanindustri maupun hutan alam
yang terdegradasi. Penyebab kebakaran hutan di Indonesia didominasi oleh
kegiatan manusia di sekitar hutan yang lebih berperan dibandingkan dengan faktor
alam dalam memicu terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. Faktor sosial
ekonomi dan ketidaktahuan masyarakat merupakan pendorong utama atas
terjadinya kebakaran hutan (Mangandar 2000). Permasalahan mengenai
kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia perlu dicegah dan dikendalikan di
berbagai kondisi hutan Indonesia baik oleh pemerintah maupun masyarakat agar
laju deforestasi di Indonesia tidak semakin meningkat.
Pengendalian kebakaran hutan adalah semua aktivitas untuk melindungi
hutan dari kebakaran liar maupun penggunaan api secara sengaja, dalam upaya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan hutan (ITTO
1999). Pengendalian kebakaran hutan maupun lahan perlu diketahui dan dipelajari
oleh masyarakat Indonesia pada umumnya terlebih lagi oleh masyarakat yang
tinggal berbatasan langsung dengan hutan, sehingga diperlukan strategi untuk
mendukung kegiatan pengendalian kebakaran hutan di Indonesia.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah suatu bentuk kegiatan yang
dilakukan di atas lahan pasca tambang pasir silica PT. Holcim yang berada di
Sukabumi. Kegiatan rehabilitasi dan reforestasi telah direncanakan dan dilakukan
di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2011, sehingga dibutuhkan kegiatan
pembinaan hutan serta pengawasan terkait penanaman pohon maupun
perlindungan hutan yang intensif. Kebakaran masih sering terjadi dikarenakan
adanya pengaruh cuaca, jumlah bahan bakar yang tersedia serta aktivitas manusia
di sekitar area. Strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan untuk jangka
waktu yang panjang diperlukan, walaupun luas areal yang mengalami kebakaran
relatif kecil.
Strategi yang mungkin dilakukan dalam upaya pengendalian kebakaran
hutan dan lahan adalah pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang
independen, implementasi pelaksanaan kegiatan tanpa intervensi, upaya
2
pengendalian bersama masyarakat, dan political will pemerintah (Saharjo 2002).
Pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang independen dan upaya
pengendalian bersama masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena
melibatkan stakeholder serta peran masyarakat. Masyarakat Peduli Api
merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap pengendalian
kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (PP Menhut-II No.12 Tahun 2009
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan). Permasalahan yang terjadi di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dipercaya dapat diatasi dengan merencanakan
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Pembentukan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang bekerja sama
dengan masyarakat diharapkan dapat mendukung kegiatan rehabilitasi lahan dan
reforestasi yang intensif serta menciptakan hubungan yang baik dengan
masyarakat.
Perumusan Masalah
Aktivitas manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran
hutan dan lahan di berbagai tempat di Indonesia. Salah satu tempat yang rentan
terhadap kebakaran adalah lahan pasca tambang yang sedang direhabilitasi dan
reforestasi. Hal in dikarenakan melimphanya bahan bakar kering, tidak adanya
vegetasi penutup lahan sehingga menyebabkan suhu lingkungan tinggi, dan
banyaknya aktivitas manusia di sekitar area lahan.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak sebagai lahan pasca tambang yang
sedang merehabiltasi dan mereforestasi lahannya,seringkali mengalami kebakaran
dalam skala kecil yang intensitasnya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan masih
adanya aktivitas manusia yang memicu terjadinya kebakaran, sehingga diperlukan
sebuah strategi pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat sekitar lahan.
Masyarakat Peduli Api dapat dijadikan sebagai alternati solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Namun, dibutuhkan partisipasi dan keinginan masyarakat
maupun stakeholder untuk mewujudkan kelembagaan tersebut.
Berdasarkan pemikiran tersebut, perumusan masalah yang dapat diuraikan
antara lain:
1 Mengapa kelembagaan Masyarakat Peduli Api perlu dibentuk di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak?
2 Apa respon masyarakat mengenai rencana pembentukan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
3 Apakah masyarakat bersedia berpartisipasi dalam kelembagaan Masyarakat
Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
4 Apakah rencana pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api ini dapat
dijadikan rekomendasi bagi program Corporate Social Responsibility (CSR)
jangka panjang Hutan Pendidikan Holcim Cibadak?
Tujuan Penelitian
1 Menganalisis respon masyarakat terkait pembentukan Masyarakat Peduli Api
di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
3
2
3
Mengetahui jumlah data partisipasi masyarakat yang bersedia untuk menjadi
anggota kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
Memberikan rekomendasi program jangka panjang melalui pembentukan
Masyarakat Peduli Api untuk kegiatan perlindungan hutan dan pemberdayaan
masyarakat desa hutan kepada pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi dalam
implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) jangka panjang
untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan serta dapat dijadikan sebagai
solusi untuk mengatasi masalah kebakaran dan gangguan lainnya yang terjadi di
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari
2014 berlokasi di Desa Sekarwangi RW 11, 13, serta 17 dan Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, alat tulis dan daftar
kuisioner terstruktur serta semi struktur. Bahan yang digunakan dalam penelitian,
yaitu data kondisi umum Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, company profile
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, data monografi Desa Sekarwangi Kecamatan
Cibadak Kabupaten Sukabumi dan pustaka pendukung yang berkaitan dengan
penelitian.
Prosedur
Penelitian ini terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu, penentuan lokasi,
penentuan responden, pengumpulan data penelitian, pengolahan data penelitian
dan analisis data.
Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan melalui metode purposive sampling berlokasi
di lahan rehabilitasi pasca tambang silica PT. Holcim Sukabumi yaitu Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak yang merupakan kerjasama rehabilitasi lahan antara
PT. Holcim dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Lokasi tersebut
4
ditentukan sebagai lokasi penelitian dengan alasan bahwa belum adanya tim
pengendalian kebakaran hutan dan perlindungan hutan di lokasi penelitian serta
belum adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkaitan
dengan pengendalian kebakaran hutan dan perlindungan hutan antara pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dengan masyarakat sekitar.
Penentuan Responden
Responden pertamaditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan tujuan bahwaresponden pertama dianggap dapat memberikan
informasi untuk menentukan responden selanjutnya. Penentuan responden kedua
dan seterusnya dengan menggunakan metode snowball sampling. Responden
adalah rekomendasi dari responden pertama, yang meliputi pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak dan masyarakat Desa Sekarwangi yang tinggal
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yaitu masyarakat RW 11, RW 13
dan RW 17 dengan jumlah populasi sebesar lebih kurang 700 jiwa. Jumlah
responden penelitian adalah sebesar 10% dari jumlah populasi ketiga RW yaitu
sebanyak 70 orang dengan alasan responden homogen berdasarkan kesamaan
wilayah tempat tinggal responden. Jumlah responden yang telah ditentukan
disebar merata berdasarkan RW tempat tinggal.
Pengumpulan Data
Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang mengacu kepada prinsip
tri-angulasi (Bailey 1978) yaitu dengan menggabungkan tiga metode survey yang
meliputi studi literatur, wawancara terstruktur, dan observasi lapang. Metode
wawancara semi struktur turut digunakan untuk memperdalam data primer yang
dikaji.
1 Studi Literatur
Studi literatur diperlukan untuk mempelajari mengenai keadaan umum lokasi
penelitian, kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi penelitian serta untuk
mendukung persiapan kegiatan wawancara yang akan dilakukan di lapangan.
Literatur pendukung diperoleh dari pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak,
media internet, dan buku-buku kehutanan.
2 Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur terdiri atas pertanyaan tertutup berupa kuisioner.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang variasi jawabannya sudah
ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai
kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang sudah diberikan (Singarimbun
dan Effendi 1989). Materi yang terdapat dalam kuisioner terdiri atas
pemahaman responden terhadap hutan, persepsi masyarakat terhadap
keberadaan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, dan sikap responden terhadap
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
3 Observasi Lapang
Metode observasi lapang merupakan teknik utama untuk pengumpulan data
yang mengacu kepada kebiasaan sehari-hari (nonverbal behavior). Walaupun
pengumpulan data pada kegiatan observasi pada umumnya menggunakan
penglihatan secara langsung (sight or visual data collection), tetapi juga dapat
menggunakan indera lainnya seperti pendengaran, sentuhan, maupun dari
5
aroma (Bailey 1978). Metode observasi lapang yang dilakukan pada penelitian
ini adalah non-participant observer yang berarti peneliti tidak berpartisipasi
dalam aktivitas masyarakat dan tidak berpura-pura menjadi bagian dari
masyarakat. Kegiatan observasi dilakukan di wilayah Desa Sekarwangi yang
berbatasan langsung dengan lokasi penelitian yaitu RW 11, RW 13, dan RW 17.
4 Wawancara Semi Struktur
Wawancara semi struktur dilakukan untuk memperdalam data yang dikaji
melalui pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang variasi
jawabannya belum ditentukan sehingga responden memiliki kebebasan untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan (Singarimbun dan Effendi 1989). Metode
ini dilakukan tanpa membawa kuisioner, hanya dengan mengingat pertanyaan
kunci yang akan ditanyakan.
Studi Literatur
Wawancara
Terstruktur
Observasi
Lapang
Wawancara
Semi Struktur
Gambar 1 Prinsip tri-angulasi (Bailey 1978)
Pengolahan Data dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah metode
diagram tulang ikan (fish bone diagram), tabulasi langsung, serta analisis secara
deskriptif. Diagram tulang ikan adalah grafik yang menyerupai tulang ikan yang
digunakan untuk menggambarkan faktor sebab dan akibat dari suatu masalah
(Haq 2008). Diagram tulang ikan digunakan untuk menganalisis proses
pengambilan keputusan responden terkait dengan pertanyaan yang diberikan.
6
b
b
b
b
b
a
c
KKeterangan:
a. Pertanyaan Kunci
b. Parameter Pendukung
c. Respon yang Diinginkan
Gambar 2 Diagram tulang ikan (fish bone diagram)
Tabulasi langsung adalah suatu cara sederhana dalam pengumpulan data.
Hasil dari kuisioner langsung disusun ke dalam kerangka tabel yang telah
disiapkan (Singarimbun dan Effendi 1989). Frekuensi data yang telah disusun ke
dalam tabel kemudian di analisis secara deskriptif dalam bentuk narasi dengan
menerangkan informasi yang telah didapatkan pada saat kegiataan lapangan.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sejarah
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak merupakan lahan pasca tambang pasir
silika yang dikelola oleh PT. Holcim Sukabumi. Kegiatan pertambangan telah
selesai dilaksanakan hingga tahun 2010 dan dialih fungsikan menjadi hutan
pendidikan untuk di rehabilitasi dan di resforestasi. Pembentukan hutan
pendidikan dan kegiatan rehabilitasi serta reforestasi dilakukan oleh PT. Holcim
bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penandatangan
Memorandum of Understanding (MoU) antara Manufacturing Director Holcim
Indonesia, Lilik Unggul Rahardjo dengan Rektor Institut Pertanian Bogor yang
diwakili oleh Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor telah
dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2011 di kampus IPB Dramaga (Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2014). Kegiatan pembinaan hutan di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak mulai dilakukan pada tahun 2011.
Luas dan Letak
Luas wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah sebesar 76 hektar.
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak terletak di Kecamatan Cibadak Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Hutan Pendidikan Holcim Cibadak secara
geografis terletak pada koordinat 6o54’55’’ LS sampai 106o46’39’’ BT.
Batas administratif wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak adalah
sebagai berikut:
Batas barat : Perkampungan Cibatu Hilir
7
Batas utara : Perkampungan Tanjung Sari
Batas timur : Perkampungan Kebon Bera
Batas selatan : Persawahan dan Perkebunan
Tahun Tanam 2010
Batas SIPD
Tahun Tanam 2011
Batas Tanah
idikan Holcim Cibadak
Tahun Tanam 2012
Tahun Tanam 2013
Area Yang Belum Terbuka
Dan Belum Ditanami
Batas Area Bukaan
Tambang
Area Bukaan Tambang
Yang Belum Ditanami
Gambar 3 Peta Wilayah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sumber: Company profile Hutan Pendidikan Holcim Cibadak 2013
Iklim dan Topografi
Topografi daerah di sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak berupa
perbukitan bergelombang yang mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi
antara 40%-60% dengan ketinggian 380–521 mdpl (Lestari 2012).
Kondisi iklim di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak memiliki tipe iklim B
berdasarkan klasifikasi iklim Schimidt dan Fergusson dengan rata-rata suhu lebih
dari 18 oC. Rata-rata suhu pada bulan basah sekitar 21 oC sampai dengan 29.9 oC,
sementara suhu pada bulan kering berkisar antara 21.6 oC sampai dengan 30.8 oC.
Rata-rata kelembaban adalah 85.25% dimana kelembaban terendah terjadi pada
bulan September sekitar 79% dan tertinggi pada bulan Desember dan Januari
sekitar 89% (Lestari 2012).
Profil Desa Lokasi Penelitian
Luas dan Letak Desa Penelitian
Desa Sekarwangi berdiri pada tahun 1982 dan merupakan pemekaran dari
Desa Cibadak. Desa Sekarwangi merupakan salah satu Desa yang berada di
8
Kecamatan Cibadak dan terletak di kaki Gunung Walat. Luas wilayah Desa
Sekarwangi adalah 567.75 hektar. Jarak dari Desa Sekarwangi ke pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah 125 Km, sedangkan jarak ke pusat
pemerintahan Kabupaten Sukabumi adalah 45 Km, serta jarak ke pusat
pemerintahan Kecamatan Cibadak adalah 3 Km (Monografi Desa Sekarwangi
2009). Batas Administratif Desa Sekarwangi adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Cibadak Kecamatan Cibadak
Sebelah timur : Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan
Sebelah selatan: Desa Sukamulya Kecamatan Cikembar
Sebelah barat : Desa Tenjojaya Kecamatan Cibadak
Desa Sekarwangi terdiri dari atas banyak Rukun Warga (RW) maupun
Rukun Tangga (RT). Wilayah RW yang dijadikan lokasi penelitian adalah bagian
desa yang berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, yaitu
terdiri atas tiga RW antara lain, RW 11, RW 13 dan RW 17.
Iklim dan Topografi Desa Lokasi Penelitian
Suhu maksimum di wilayah Desa Sekarwangi berkisar antara 28 oC
sampai dengan 30 oC, sedangkan suhu mininum berkisar antara 20 oC sampai
dengan 22 oC. Ketinggian tempat adalah 500–700 meter di atas permukaan laut.
Rata-rata curah hujan adalah sebesar 3 000–4 000 mm/tahun (Monografi Desa
Sekarwangi 2009).
Kondisi Sosial Ekonomi Desa Lokasi Penelitian
Jumlah penduduk di Desa Sekarwangi tahun 2008 adalah sebesar 10 603
jiwa, jumah penduduk laki-laki sebayak 5 411 jiwa dan wanita sebanyak 5 192
jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2 986 KK. Pada tahun 2008 dari
jumlah penduduk usia 7 sampai 15 tahun sebanyak 1 989 jiwa, yang menjalani
pendidikan selama 9 tahun adalah sebesar 1 982 jiwa (Monografi Desa
Sekarwangi 2009).
Desa Sekarwangi memiliki berbagai komoditi yang berpotensi di bidang
ekonomi yaitu, pasir kuarsa maupun silica di Kampung Tanjungsari, tanah liat di
Kampung Batu Asih, batu bara di Kampung Bintang RW 16, batu-batu karang di
Kampung Gunung Karang, pasir tembok yang berlokasi Kampung Cibatu Girang
dan batu kali yang berlokasi di Kampung Cibatu Hilir (Monografi Desa
Sekarwangi 2009). Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Sekarwangi
adalah sebagai buruh pabrik dan supir angkutan umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan metode wawancara terstruktur telah didapatkan data
yang disajikan berdasarkan pemahaman masyarakat terhadap hutan, persepsi
masyarakat mengenai keberadaan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, dan sikap
masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
9
Pemahaman Masyarakat Terhadap Hutan
Pemahaman masyarakat terhadap hutan perlu diketahui agar kegiatan
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api dapat dipahami dan
diimplementasikan dengan baik. Hasil dari wawancara dengan responden
mengenai pemahaman masyarakat terhadap hutan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pemahaman masyarakat terhadap hutan
Kategori
No
1
2
Pertanyaan
Apakah saudara mengetahui pengertian dari hutan?
Apakah saudara mengetahui manfaat dari hutan?
Ya
(%)
Tidak
(%)
Total
(N/%)
100
0
70/100
94.30
5.70
70/100
3
Apakah saudara pernah
pengamanan hutan?
kegiatan 42.86
57.14
70/100
4
Apakah saudara bersedia berpartisipasi dalam kegiatan 84.29
pengamanan dan perlindungan hutan?
15.71
70/100
terlibat
dalam
Berdasarkan total responden yang telah ditentukan menunjukkan bahwa
seluruh responden mengetahui apa yang dimaksud dengan hutan secara umum.
Responden sebesar 94.30 % atau sebanyak 66 orang mengetahui manfaat hutan
secara umum. Sebesar 42.86% dari responden menyatakan pernah mengikuti
kegiatan pengamanan dan pengelolaan hutan, sedangkan sebesar 57.14%
responden menyatakan belum pernah mengikuti kegiatan pengamanan dan
pengelolaan hutan. Sebesar 84.29% dari responden menyatakan bersedia untuk
berpatisipasi dalam kegiatan pengamanan.
Responden dapat mengetahui dan memahami peran serta pengertian hutan
dikarenakan responden tinggal disekitar hutan yang kehidupan sehari-hari masih
menggunakan sumberdaya hutan, sehingga jelas bagi responden segala sesuatu
yang berhubungan dengan hutan secara umum. Jumlah responden yang
menyatakan pernah mengikuti kegiatan pengamanan hutan tidak mencapai
setengah dari populasi dikarenakan keberagaman mata pencaharian masyarakat
yang tidak selalu berada di wilayah tempat tinggal. Responden dengan mata
pencaharian sebagai buruh pabrik sebagian besar tidak pernah mengikuti kegiatan
pengamanan hutan karena jam kerja yang penuh dalam satu hari kerja, sedangkan
responden yang tidak memiliki mata pencaharian dan petani hampir semua masih
melakukan kegiatan pengamanan hutan. Tabel 1 menunjukkan sebesar 84.29%
responden menyatakan bersedia mengikuti kegiatan pengamanan hutan, karena
adanya kesadaran lingkungan (environmental awareness) masyarakat atas
kelestarian hutan cukup tinggi.
10
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai keberadaan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak perlu diketahui untuk menciptakan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api bersama masyarakat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak dan masyarakat saling memahami
pemikiran kedua pihak dan menghindari munculnya salah persepsi (miss
communication).
Tabel 2 Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Kategori
Tidak
(%)
No
Pertanyaan
1
Apakah saudara mengetahui Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak?
100
0
70/100
2
Apakah Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
pernah
mengadakan
kegiatan
dengan
masyarakat secara berkelanjutan?
41.43
58.57
70/100
3
Apakah keberadaan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak memberikan
keuntungan
bagi
kehidupan saudara?
12.86
87.14
70/100
Ya
(%)
Total
(N/%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui keberadaan
dari Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, namun sebesar 41.43% dari total
responden mengatakan tidak mengetahui adanya kegiatan kemasyarakatan yang
berkelanjutan antara Hutan Pendidikan Holcim Cibadak dengan masyarakat serta
masyarakat belum merasakan keuntungan secara langsung dengan adanya Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak di dekat tempat tinggal masyarakat.
Hal yang diduga menjadi alasan keterangan tersebut adalah adalah Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak masih sangat muda untuk melakukan kegiatan
bersama masyarakat secara berkelanjutan. Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
baru saja dialih fungsikan dari lahan pasca tambang pasir silica menjadi hutan
pendidikan pada tahun 2010 sehingga masyarakat belum merasakan kegiatan
kemasyarakatan berkelanjutan secara langsung. Berdasarkan informasi yang
dijelaskan oleh pegawai Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, kegiatan
kemasyarakatan yang pernah dilakukan bersama masyarakat antara lain ikut
merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, melakukan beberapa kegiatan pelatihan
serta pembinaan hutan dengan masyarakat serta kegiatan penanaman pohon
dengan masyarakat. Kegiatan kesiswaan dari pelajar di sekolah sekitar Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak pun sering dilakukan di dalam area lahan.
Ketidaktahuan masyarakat atas kegiatan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak disebabkan oleh intensitas kegiatan
kemasyarakatan belum cukup dan diperlukan kegiatan yang berkelanjutan dengan
masyarakat agar pencitraan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak semakin baik serta
11
masyarakat dapat merasakan manfaat langsung dengan keberadaan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak di wilayahnya.
Gambar 4 Papan nama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sikap Masyarakat Terhadap Pembentukan Masyarakat Peduli Api
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebesar 82.86% dari total responden atau
sebanyak 58 orang meyatakan mengetahui pengertian dari kelembagaan ataupun
organisasi sedangkan 17.14 % atau sebanyak 12 orang menyatakan tidak
mengetahui pengertian dari kelembagaan ataupun organisasi. Sebanyak 31.43%
atau sebanyak 22 orang menyatakan pernah mengikuti organisasi, sedangkan
sebesar 68.57% atau sebanyak 48 orang dari total responden menyatakan tidak
pernah mengikuti organisasi sebelumnya. Kerjasama antara masyarakat dengan
Hutan Pendidikan Holcim Cibadak sangat diharapkan oleh masyarakat, hal ini
dibuktikan bahwa sebesar 95.71% atau sebanyak 67 orang dari total responden
mengharapkan adanya peluang kerjasama dengan masyarakat di sekitar Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak, hanya sebanyak 3 orang responden atau sebesar
4.29% menyatakan tidak mengharapkan adanya kerjasama dengan Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak. Informasi menyatakan bahwa sebesar 100% atau
dari total seluruh responden menyatakan tidak pernah mendengar istilah
kelembagaan Masyarakat Peduli Api dikarenakan istilah kelembagaan Masyarakat
Peduli Api belum diketahui oleh masyarakat umum, sehingga perlu dilakukan
pengenalan terlebih dahulu mengenai kelembagaan Masyarakat Peduli Api.
12
Tabel 3 Sikap masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli
Api
No
Pertanyaan
1
Apakah saudara mengetahui pengertian dari
organisasi?
2
3
4
5
Ya
(%)
Apakah saudara pernah mengikuti/membentuk
organisasi
mengenai
pengeloaan
dan
perlindungan hutan?
Apakah
saudara
mengharapkan
adanya
kerjasama antara Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak dengan masyarakat?
Apakah saudara pernah mendengar mengenai
kelembagaan Masyarakat Peduli Api?
Apakah saudara bersedia untuk berpartisipasi
apabila dikemudian hari dibentuk kelembagaan
Masyarakat Peduli Api oleh Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak?
Kategori
Tidak
(%)
Total
(N/%)
82.86
17.14
70/100
31.43
68.57
70/100
95.71
4.29
70/100
0
100
70/100
67.14
32.86
70/100
Setelah responden mendapatkan informasi mengenai kelembagaan
Masyarakat Peduli Api, sebesar 67.14% atau sebanyak 47 orang dari total
responden menyatakan bersedia untuk berpartisipasi apabila kelembagaan
Masyarakat Peduli Api dibentuk oleh pihak Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Ikut Berpartisipasi
32.86%
Tidak Ikut
Berpartisipasi
67.14%
Gambar 5 Persentase partisipasi kelembagaan Masyarakat Peduli Api
13
Gambar 6 Kegiatan wawancara dengan (a) masyarakat dan (b) pihak Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak
Kebakaran hutan merupakan kejadian alam yang bermula dari proses
reaksi secara cepat dengan oksigen, sumber penyulutan, dan bahan bakar hutan
yang ditandai dengan panas serta habisnya bahan bakar hutan (Brown dan Davis
1973). Kebakaran hutan perlu ditangani dengan baik dan cermat agar tidak terjadi
kebakaran dalam skala besar yang merugikan banyak pihak, sehingga dibutuhkan
suatu strategi dalam pengendalian kebakaran hutan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut.
Kegiatan pengendalian kebakaran hutan mencakup tiga komponen
kegiatan antara lain: pencegahan kebakaran hutan, pra-pemadaman kebakaran
hutan, dan pemadaman kebakaran hutan. Strategi yang dapat dilakukan untuk
mendukung upaya pengendalian kebakaran hutan (Saharjo 2002) yaitu:
1 Pembentukan lembaga pengendalian kebakaran yang independen
Diperlukan lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap upaya
pengendalian kebakaran hutan pada tingkat nasional, provinsi, dan kota serta
kabupaten.
2 Implementasi pelaksanaan kegiatan tanpa intervensi
Kegiatan ini dilakukan untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan dari
kebakaran hutan ataupun lahan.
3 Upaya pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat
Pembentukan kerjasama dengan masyakarakat dengan tujuan untuk
melakukan kegiatan perlindungan hutan khususnya kegiatan pengendalian
kebakaran hutan.
4 Political will pemerintah
Pemerintah pusat diharapkan memiliki political will berupa upaya penegakan
hukum dan penerapan sanksi terhadap pelanggaran permasalahan
perlindungan hutan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan.
Pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api merupakan strategi
dalam pengendalian kebakaran hutan dengan menggunakan salah satu upaya
pengendalian kebakaran hutan berdasarkan Saharjo (2002) yaitu upaya
14
pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat. Berdasarkan keterangan
pegawai Hutan Pendidikan Holcim Cibadak, kebakaran skala kecil dengan ukuran
2 m x 3 m (2013) masih sering terjadi di lokasi konsesi dengan intensitas yang
cukup tinggi. Penyebab kebakaran diduga dari cuaca yang panas yang membuat
bahan bakar hutan di lokasi menjadi kering dan rentan atas kebakaran serta masih
adanya perilaku masyarakat yang menggunakan api untuk kegiatan sehari-hari di
sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak. Masyarakat RW 11, RW 13 dan RW
17 Desa Sekarwangi yang tinggal berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan
Holcim Cibadak menganggap bahwa hutan adalah bagian hidup dan lapangan
mata pencaharian yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Rasa kepedulian
yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Holcim Cibadak yang
tinggi membuat masyarakat tersebut termotivasi memiliki keharusan untuk ikut
serta menjaga hutan di sekitar tempat tinggalnya. Rasa kepedulian lingkungan
masyarakat Desa Sekarwangi merupakan kriteria yang sesuai untuk menciptakan
suatu strategi pengendalian kebakaran hutan dalam bentuk kelembagaan bersama
dengan masyarakat.
Masyarakat Peduli Api
Kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan perlu dilakukan sebagai
wadah untuk mencurahkan rasa kepedulian masyarakat mengenai lingkungan.
Masyarakat Peduli Api merupakan masyarakat yang secara sukarela peduli
terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih (PP No 12
Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun 2009). Kegiatan pembentukan
Masyarakat Peduli Api merupakan upaya pencegahan kebakaran hutan bersama
masyarakat di tingkat nasional yang perlu dilakukan dengan adanya upaya
penguatan kelembagaan dalam hal pemberdayaan masyarakat desa hutan (PP No
12 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun 2009). Penguatan kelembagaan,
pengetahuan atas respon masyarakat serta tingkat partisipasi masyarakat atas
kegiatan pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api perlu diketahui agar
strategi pengendalian kebakaran hutan bersama masyarakat dapat diwujudkan.
Kegiatan wawancara baik terstruktur maupun semi struktur serta observasi lapang
telah dilakukan untuk mengetahui respon dan tingkat partisipasi masyarakat atas
pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api diduga dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian. Hal ini
ditunjukan oleh tabulasi langsung yang disajikan pada Tabel 4.
15
Tabel 4 Korelasi antara partisipasi responden terhadap jenis mata pencaharian
responden
Mata pencaharian
Petani
Supir Angkutan Umum
Buruh Pabrik
Pekerja HEF
Ibu Rumah Tangga
Pedagang
Pengusaha Warteg
Pengangguran
Total Responden
Jumlah responden (orang)
7
11
22
8
7
2
1
12
70
Kategori jawaban partisipasi
Ya
Tidak
4
10
10
8
4
1
1
9
47
3
1
12
0
3
1
0
3
23
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 4 didapatkan hubungan
antara jenis mata pencaharian responden dengan partisipasi kelembagaan
Masyarakat Peduli Api, dimana responden yang memiliki mata pencaharian
sebagai pekerja Hutan Pendidikan Holcim Cibadak memiliki tingkat partisipasi
yang tinggi. Tingkat partisipasi yang tinggi diduga dikarenakan adanya hubungan
keterikatan mata pencaharian antara responden dengan Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak sebagai tempat mata pencaharian. Responden yang memiliki mata
pencaharian sebagai supir angkutan umum juga memiliki tingkat partisipasi yang
cukup tinggi dimana sebesar 10 dari 11 responden yang memilih mata
pencaharian sebagai supir angkutan umum bersedia mengikuti kelembagaan
Masyarakat Peduli Api. Responden yang tidak memiliki mata pencaharian juga
memiliki tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebanyak 9 dari 12 responden yang
tidak memiliki mata pencaharian bersedia mengikuti kelembagaan Masyarakat
Peduli Api. Responden yang bermata pencaharian sebagai buruh pabrik turut
bersedia untuk berpartisipasi yaitu sebanyak 10 orang dari 22 responden yang
bermata pencaharian serupa. Jumlah jam kerja dari mata pencaharian responden
yang beragam mempengaruhi keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Sebagian responden yang menyatakan tidak
bersedia untuk berpartisipasi menyatakan kesulitan untuk mengatur waktu
dikarenakan waktu luang yang dimiliki tidak cukup apabila ikut serta dalam
kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Berdasarkan mata pencaharian responden
yang beragam dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian tidak mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembentukan kelembagaan Masyarakat
Peduli Api secara umum. Hal ini dikarenakan dari seluruh mata pencaharian
responden memiliki perwakilan yang bersedia mengikuti kegiatan kelembagaan
Masyarakat Peduli Api bersama dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dan memahami kegiatan
kemasyarakatan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal dari kebakaran hutan
dan lahan maupun gangguan lainnya mempermudah stakeholder untuk melakukan
kegiatan kerjasama bersama masyarakat.
Faktor usia dari responden turut dianalisis pengaruhnya atas keikutsertaan
masyarakat terhadap kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Berdasarkan tabulasi
16
korelasi antara partisipasi terhadap usia responden didapatkan informasi yang
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Korelasi antara partisipasi responden terhadap usia responden
Usia (tahun)
Jumlah responden
(orang)
18-30
31-50
50>
Jumlah Total
41
21
8
70
Keterangan partisipasi
Tidak ikut
Ikut
27
15
5
47
14
6
3
23
Masing-masing perwakilan usia dari responden memiliki keinginan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan Masyarakat Peduli Api bersama
dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak. Usia responden 18–30 tahun
berjumlah 41 orang dengan keterangan 27 orang responden menyatakan bersedia
mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Pernyataan bersedia didapatkan
pula dari responden dengan kisaran antara usia 31 tahun hingga 50 tahun ke atas
dengan jumlah 20 orang. Usia tidak mempengaruhi semangat serta keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kelembagaan Masyarakat Peduli Api
bersama dengan Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah seluruh responden
penelitian sebanyak 47 dari 70 responden atau sebesar 67.14% menyatakan
bersedia mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Hal ini dikarenakan
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta keinginan masyarakat untuk
melakukan kegiatan bersama Hutan Pendidikan Holcim Cibadak cukup tinggi.
Sebanyak 23 dari 70 responden atau sebesar 32.86% menyatakan tidak bersedia
mengikuti kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Hal ini dikarenakan adanya
pengaruh dari jam kerja mata pencaharian responden yang berbeda-beda sehingga
responden yang tidak memiliki waktu cukup luang merasa kesulitan untuk
berpartisipasi terhadap kelembagaan Masyarakat Peduli Api. Secara umum respon
masyarakat mengenai pembentukan kelembagaan Masyarakat Peduli Api di Hutan
Pendidikan Holcim Cibadak adalah positif yaitu responden menerima dan
berusaha memahami informasi yang diberikan mengenai kelembagaan
Masyarakat Peduli Api.
17
Saran
1
2
3
Diperlukan informasi lebih lanjut mengenai prosedur pembentukan
Masyarakat Peduli Api serta pemberian fasilitas untuk kegiatan
perlindungan hutan khususnya kebakaran hutan dan lahan kepada
Masyarakat Peduli Api oleh Hutan Pendidikan Holcim Cibadak.
Perlu dilakukan pembinaan serta pelatihan mengenai perlindungan hutan
khususnya kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat sehingga kegiatan
kelembagaan Masyarakat Peduli Api dapat terlaksana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Perlu ditingkatkan hubungan yang lebih baikdalam kegiatan
kemasyarakatan antara masyarakat dengan pihak Hutan Pendidikan Holcim
Cibadak.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda F. 2009. Peningkatan peran masyarakat dalam upaya pengendalian
kebakaran hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bailey KD. 1978. Methods of Social Research. New York (US): Macmillan.
Brown AA, Davis KP. 1973. Forest Fires Control and Use. Canada (CA):
McGraw-Hill.
Desa Sekarwangi. 2009. Data Monografi Desa Sekarwangi. Sukabumi (ID):
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 2014. Nota Kesepahaman PT.
Holcim Indonesia Tbk dengan Fakultas Kehutanan IPB [terhubung
berkala]http://www.fahutan.ipb.ac.id/id/utilities/berita/74-notakesepahaman-pt-holcim-indonesia-tbk-dengan-fakultas-kehutanan-ipb(15
Februari 2014)
Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh et
de Vriese) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca
tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Mangandar. 2000. Keterkaitan sosial masyarakat di sekitar hutan dengan
kebakaran hutan: Studi kasus di Provinsi Daerah Tingkat I Riau [Tesis].
Bogor (ID): Program Pasca Sarjana Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009.Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID): Sekretariat Jendral
Departemen Kehutanan.
Saharjo BH. 2002. Strategi pengendalian limbah vegetasi dan kebakaran hutan di
Indonesia. Di dalam: semiloka penegakan hokum kebakaran hutan dan
lahan, Pekanbaru, 27-28 September 2000. P: 30-40.
Singarimbun M dan Effendi S. 1989.Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID):
LP3S Indonesia.
18
Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan `Penerbit
Fakultas Kehutanan.
Sulinda L. 2003. Strategi pengendalian kebakaran hutan secara terpadu di KPH
Semarang PT Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Malang (ID):
Bayumedia.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 November 1991. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Dalyuzar Jasin dan
Siti Nurhasanah Sarkaya. Penulis menjalani masa pendidikan dimulai di Taman
Kanak-Kanak (TK) Akbar Kota Bogor (1996–1997) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) Polisi 4 Kota
Bogor (1997–2003) lalu penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Kota Bogor (2003–2006) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Atas Negerti (SMAN) 7
Kota Bogor (2006–2009). Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Institut
Pertanian Bogor (2009) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Departemen Silvikutur Fakultas Kehutanan.
Penulis aktif dalam organisasi kesiswaan dan prestasi akademik. Penulis
berkesempatan menjadi siswa teladan SMPN 2 Kota Bogor (2005), penulis
terpilih sebagai anggota Paskibraka Kota Bogor (2007), penulis berkesempatan
menjadi siswa teladan SMAN 7 Kota Bogor (2008), penulis terpilih menjadi
perwakilan Kota Bogor dalam Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) di
Kanada (2009), penulis berkesempatan mendapatkan pendidikan Bela Negara
Purna Paskibraka Indonesia (PPI) di Cimahi tahun 2010, penulis berkesempatan
menjadi bagian dari Mojang Jajaka Kota Bogor (2013) penulis terpilih menjadi
Wakil 2 Putra dalam Pemilihan Putra Putri Bahari Indonesia (2013) dengan
mewakili provinsi Nusa Tenggara Timur serta menjadi ketua pelaksana Pemilihan
Putra Putri Bahari Indonesia Tahun 2014.
Penulis aktif dalam sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kegiatan
selama menempuh pendidikan di IPB, diantaranya aktif sebagai Head of Public
Relation Department of International Forestry Students Association (IFSA) 2011–
2012, UKM Panahan, UKM IPB Debating Club (IDC), Himpunan Mahasiswa
Departemen Silvikultur IPB Tree Growwer Community (TGC), aktif dalam
kegiatan South East Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM), penulis terpilih
menjadi salah satu perwakilan IFSA Local Commitee IPB untuk hadir dalam
International Forestry Students Symposium (2012) di Turki, dan aktif sebagai
asisten praktikum berbagai mata kuliah di Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan IPB.
Kegiatan lapang yang penulis pernah ikuti yaitu Praktek Pengelolaan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang (2011), Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat IPB (2012), Praktek Kerja
Profesi (PKP) di Hutan Tanaman Industri PT. Wana Subur Lestari Provinsi
Kalimantan Barat (2013) dan berpartisipasi sebagai asisten praktikum PPH IPB
angkatan 47 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) serta berpartisipasi
sebagai asisten praktikum PPH Universitas Riau di Hutan Pendidikan Gunung
Walat IPB (2013).
Penelitian berjudul Rencana Pembentukan Masyarakat Peduli Api Sebagai
Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Hutan Pendidikan Holcim Cibadak
Sukabumi dilakukan penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan, dibawah bimbingan Bapak Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo,
MAgr.