. Manfaat Ekonomi Reklamasi Tambang Holcim Educational Forest Bagi Masyarakat (Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat)

(1)

MANFAAT EKONOMI REKLAMASI TAMBANG

HOLCIM EDUCATIONAL FOREST BAGI MASYARAKAT

(Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat)

VIDIA NIDAUL MUFIDAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Ekonomi Reklamasi Tambang Holcim Educational Forest bagi Masyarakat (Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Vidia Nidaul Mufidah H44110011


(4)

(5)

ABSTRAK

VIDIA NIDAUL MUFIDAH. Manfaat Ekonomi Reklamasi Tambang Holcim Educational Forest bagi Masyarakat (Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

PT Holcim Indonesia Tbk telah melakukan pertambangan silika selama 35 tahun di Desa Sekarwangi Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan melakukan reklamasi setelah tutup tambang. Holcim Educational Forest (HEF) adalah program dari reklamasi tersebut. HEF merupakan kolaborasi antara PT Holcim Indonesia Tbk dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Adanya HEF merupakan pelaksanaan kewajiban dari pemerintah dan juga menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat dan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kerugian masyarakat akibat pertambangan, mengidentifikasi langkah-langkah program HEF dan mengestimasi manfaat ekonomi. Metode penelitian ini adalah replacement cost, contingent valuation method, analisis deskriptif dan benefit transfer. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata masyarakat di RW 13 dan RW 17 harus mengeluarkan Rp. 43.703,7/bulan untuk mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan nilai total ekonomi untuk reklamasi ini adalah Rp. 729.554.543 /tahun. Kata kunci : Contingent Valuation Method, Holcim Educational Forest,

Reklamasi Tambang, Replacement cost

ABSTRACT

VIDIA NIDAUL MUFIDAH. Benefits Economy of Reclamation Holcim Educational Forest for Local Community (Case study:Sekarwangi Village Cibadak, Kabupaten Sukabumi West Java). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.

PT Holcim Indonesia go public has done mined of silica for 35 years in Sekarwangi village, Kabupaten Sukabumi, West Java and doing reclamation after mine has closure. Holcim Educational Forest (HEF) is a programme from reclamation. This programme is collaboration between PT Holcim Indonesia Tbk and The Faculty of Forestry Bogor Agricultural University. HEF is a way to execute duty from government and also have a function to empowering local community and education. The purposes of this research are to estimate loss because of the mine, to identify the steps of programme HEF and to estimate economic benefits of HEF. Methodes of this research are replacement cost, descriptive analysis, contingent valuation method and benefit transfer. The result shows average of people in RW 13 and RW 17 must expense IDR 43.703, 7/months to get clean waters for their daily needs and total economic values of this reclamation is IDR.729.554.543 /year.

Key words : Contingent Valuation Method,Holcim Educational Forest, Reclamation, Replacement Cost


(6)


(7)

MANFAAT EKONOMI REKLAMASI TAMBANG

HOLCIM EDUCATIONAL FOREST BAGI MASYARAKAT

(Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat)

VIDIA NIDAUL MUFIDAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi: Manfaat Ekonomi Reklamasi Tambang Holcim Educational Forest Bagi Masyarakat (Studi Kasus: Desa Sekarwangi Cibadak

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat) Nama : Vidia Nidaul Mufidah

NIM : H44110011

Disetujui oleh

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada:

1. Kedua orang tua (Bapak: Jani Rosadi dan Mamah: Tati Lisnawati), Adik (Syarah Sahidatun Nisa dan Jihan Kamila) dan segenap keluarga besar di Sukabumi, Jakarta dan Depok atas segala dukungan, doa yang tulus dan kasih sayang yang diberikan.

2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, bantuan dan waktu yang telah diberikan. Terima kasih atas kesabaran, nasihat, ilmu dan motivasi yang berharga bagi penulis.

3. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Dr. Fifi Diana Thamrin, S.P, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan.

4. Fakultas Kehutanan IPB, PT Holcim Indonesia Tbk, Staf dan Manajemen HEF (Kak Fidel, Kak Ikhsan, Kak Nadia, Pak Victor, Pak Dedi dan Pak Heri) dan Dosen Fahutan IPB (Dr. Soni Trison, S.Hut, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Juang R. Matangaran, MS) atas bantuan, nasihat dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.

5. Staf, dosen, mahasiswa dan seluruh civitas akademika Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajeman IPB atas ilmu, arahan dan motivasi yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

6. Ketua RT dan ketua RW 13 dan 17 Desa Sekarwangi Cibadak dan segenap warga atas bantuan dalam pengumpulan data dalam penelitian.

7. ESL angkatan 48 dan rekan satu bimbingan (Rizki Aminah, Rinda Dewi A, Eva Andreana S, Aisha Ayu, Rayyan Firdaus, Brilliyan Panji, dan Farda S). 8. Sahabat tersayang : Fairus Heroine (Adik-adik fairus, Mutia, Dewi, Pupu,

Frida, Emje, Kak Beti dan Ella), Pejuang Skripsi (Rizki, Iin, Cici, Umi, Sefi, Erlin, Sara dan Tika), TINESLicious (Mba Chacha, Campina, Ana, Munawaroh, Kiki dan Novry), Badan Internal dan BEM KM IPB 2014 atas kebersamaan, semangat, bantuan dan motivasinya.


(12)

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan penelitian 4

1.4 Manfaat penelitian 5

1.5 Ruang Lingkup Penilaian 5

II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Pertambangan 7

2.2 Reklamasi Tambang 7

2.3 Eksternalitas 9

2.4 Holcim Educational Forest 10

2.4.1 Pemberdayaan Masyarakat dengan Program HEF 11

2.4.2 Manfaat Ekonomi HEF 11

2.5 Nilai Total Ekonomi 12

2.6 Contingent Valuation Method 12

2.7 Penelitian Terdahulu 13

III KERANGKA PEMIKIRAN 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 17

3.1.1 Replacement Cost 17

3.1.2 Willingness To Pay (WTP) 17

3.1.3 Model Regresi Linier Berganda 20

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional 21

IV METODE PENELITIAN 25

4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu 25

4.2 Jenis dan Sumber Data 25

4.3 Metode Pengumpulan Data 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 26

4.4.1 Estimasi Kerugian Akibat Pertambangan 26

4.4.2 Identifikasi Langkah-Langkah Reklamasi

Holcim Educational Forest 27

4.4.3 Estimasi Manfaat Ekonomi Holcim Educational Forest 27

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN 39

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

5.2 Kondisi Responden Willingness to pay (WTP) Fungsi Hidrologis 40

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 45

6.1 Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat

Akibat Pertambangan 45

6.2 Langkah-Langkah Reklamasi Tambang dengan


(14)

6.3 Estimasi Manfaat Ekonomi Holcim Educational Forest 53

6.3.1 Nilai Guna Langsung Holcim Educational Forest 53

6.3.2 Nilai Guna Tidak Langsung Holcim Educational Forest 57

6.4Total Manfaat Ekonomi HEF 66

6.5 Implikasi dan Rekomendasi 67

VII. SIMPULAN DAN SARAN 69

7.1 Simpulan 69

7.2 Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks Penelitian Terdahulu 15

2. Matriks Tujuan Penelitian 26

3. Indikator Pengukuran WTP 34

4. Sumber air bersih responden 46

5. Biaya Pengganti air bersih 47

6. Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat Holcim Educational Forest 49

7. Total Penghasilan yang Terlibat dalam HEF 2014 50

8. Total Aktivitas Pendidikan Holcim Educational Forest 52

9. Alasan Responden Tidak Bersedia Membayar 59

10. Distribusi nilai WTP responden 60

11. Faktor–faktor yang mempengaruhi WTP Responden 63

12. Total Manfaat Ekonomi HEF 66

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1 Kurva Eksternalitas Negatif 10

2. Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Berpikir 23

3. Gambar 3 Sebaran Usia Responden 41

4. Gambar 4 Sebaran Jenis Kelamin Responden 41

5. Gambar 5 Sebaran Pendidikan Formal Responden 42

6. Gambar 6 Sebaran Jenis Pekerjaan Responden 43

7. Gambar 7 Sebaran pendapatan responden 43

8. Gambar 8 Perubahan pendapatan masyarakat 50

9. Gambar 9 Langkah-langkah dan Model Pengelolaan HEF 53

10.Gambar 10 Perubahan debit ketersediaan air bersih 57

11.Gambar 11 Kesediaan membayar WTP responden 58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Kuesioner Responden 74

2. Lampiran 2 Kuesioner Key Person 78

3. Lampiran 3 Biaya Pengganti Air Bersih Responden 80

4. Lampiran 4 Uji Asumsi Statistik 81

5. Lampiran 5 Uji Multikolinearitas 82

6. Lampiran 6 Uji Normalitas 83

7. Lampiran 7 Uji Autokolerasi 83

8. Lampiran 8 Uji Heterokedastisitas 84

9. Lampiran 9 Biaya Pengeluaran Air Bersih Responden 85


(16)

(17)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, memiliki risiko yang tinggi dan memiliki jangka waktu panjang. Kegiatan ini melibatkan teknologi tinggi, padat modal dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa sektor yang berkaitan (Suprapto 2008). Pertambangan juga mempunyai daya ubah lingkungan yang besar. Rahmawati (2002) menyatakan bahwa adanya pertambangan menyebabkan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah akibat tidak adanya penutupan tajuk yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, pertambangan juga mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati (gene pool), terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, terjadinya peningkatan erosi, perubahan bentuk lahan dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan.

Hal penting lainnya dari pertambangan adalah adanya eksternalitas yang akan diterima oleh masyarakat di sekitar daerah tambang, baik negatif maupun positif. Eksternalitas adalah tindakan seseorang yang mempunyai dampak terhadap orang lain (atau segolongan orang lain) tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi (Mangkoesobroto 2000). Salah satu contoh dari eksternalitas negatif adalah adanya potensi pencemaran atas aktivitas pertambangan tersebut. Eksternalitas negatif yang didapatkan masyarakat merupakan hal yang perlu dihindari. Oleh karena adanya dampak terhadap lingkungan dan masyarakat atas adanya pertambangan maka diperlukan reklamasi sebagai kegiatan pasca tambang.

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Peraturan Menteri ESDM no. 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang). Reklamasi ini diatur dalam beberapa regulasi pemerintah dan salah satunya adalah Peraturan Pemerintah no. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri ESDM no. 18 tahun 2008.


(18)

Reklamasi di Indonesia sendiri belum berjalan optimal, masih banyak pelaku usaha pertambangan yang tidak melakukan kewajiban setelah melakukan adanya pertambangan. Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis jumlah bekas tambang yang belum direklamasi di Indonesia sebanyak 50% atau sekitar 56.000 ha dari total luas area sebesar 130.000 ha. Luasan tersebut hanya untuk 47 perusahaan pemegang izin Perjanjian Karya Penguasahan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang dikeluarkan pemerintah pusat. 1 Selain itu, Data Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Timur mencatat hingga 2011, jumlah izin untuk eksplorasi di Kaltim berjumlah 1051 izin dengan total luas 3,372 juta ha, sedangkan izin eksploitasi (produksi) sebanyak 293 izin dengan luasan total 526 ribu ha. Total keseluruhan izin eksplorasi dan eksploitasi sebanyak 3,8 juta ha. Sedangkan, luas lahan yang sudah direklamasi hanya sebanyak 27 ribu hektar yang memiliki rentang perbedaan yang sangat jauh.2 Lebih lanjut lagi, dari ribuan izin usaha penambangan yang ada di Kaltim hanya ada 4 perusahaan yang melakukan pelaporan dan reklamasi secara baik. 3

Banyaknya perusahaan yang tidak melakukan reklamasi, akan berakibat pada kondisi lingkungan yang rusak dan masyarakat yang berada di sekitarnya yang merasakan dampak adanya pertambangan tersebut. Pemerintah sendiri memiliki perhatian khusus pada masyarakat yang ditetapkan pada regulasi reklamasi. Adanya reklamasi diharapkan tidak saja mengembalikan jasa lingkungan dan kondisi alam yang rusak tetapi juga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Pada Peraturan Pemerintah (PP) no. 76 tahun 2008 pasal 4 ayat 2, ditetapkan adanya prinsip pemberdayaan masyarakat dan kapasitas kelembagaan dalam melakukan reklamasi. Pada ayat selanjutnya yaitu pasal 4 ayat 3 terdapat pernyataan mengenai pendekatan yang digunakan dalam rehabilitasi dan reklamasi hutan memuat pendekatan sosial ekonomi. Prinsip yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dan kapasitas kelembagaan pada pasal 4 ayat

1

http://www.tribunnews.com. Inspektur pertambangan tak sebanding dengan jumlah IUP. Diakses tanggal 01 Agustus 2015

2

http://nasional.tempo.co. Hanya Empat Perusahaan Tambang Laporkan Reklamasi. Diakses tanggal 01 Agustus 2015

3


(19)

2 adalah penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan harus mampu memberikan manfaat sumber daya hutan kepada masyarakat secara optimal dan adil, melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Pendekatan sosial ekonomi yang dimaksud adalah adanya rehabilitasi hutan dan lahan diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peningkatan ekonomi bagi masyarakat.

PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen yang besar di Indonesia. PT Holcim Indonesia Tbk telah melakukan pertambangan sebagai bagian dari produksi semen yang dihasilkannya, salah satunya adalah pertambangan pasir silika di Desa Sekarwangi Cibadak. Masyarakat Desa Sekarwangi di Cibadak Kabupaten Sukabumi telah merasakan eksternalitas adanya pertambangan silika yang dilakukan oleh PT Holcim Indonesia Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk kemudian melakukan reklamasi lahan pasca tambang sebagai bagian dari tanggung jawab atas pertambangan yang dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

PT Holcim Indonesia Tbk melakukan pertambangan silika di Desa Sekarwangi selama 35 tahun dan masyarakat Desa Sekarwangi Cibadak adalah pihak yang mendapatkan eksternalitas. Awalnya lahan yang ditambang tersebut merupakan lahan kebun milik masyarakat. Selama dilakukannya pertambangan tersebut masyarakat mendapatkan eksternalitas negatif berupa kebisingan, pencemaran udara dan pencemaran air yang membuat air tidak layak konsumsi. PT Holcim Indonesia Tbk (HOLCIM) kemudian melakukan reklamasi yang bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB). Reklamasi yang ingin dilakukan oleh HOLCIM memuat unsur pendidikan di dalamnya, sehingga program reklamasi yang dilakukan dinamakan Holcim Educational Forest (HEF). HEF memiliki tujuan utama yaitu mengelola lahan pasca tambang yang tidak sekedar melaksanakan sebuah mandatory/kewajiban untuk mereklamasi lahan pasca tambang tetapi lebih dari itu ingin mendedikasikan pengelolaan lahan tersebut untuk memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Terdapat tiga misi yang ingin dicapai oleh reklamasi HEF ini, yaitu 1) meningkatkan kualitas lingkungan pasca tambang, 2) kepentingan pendidikan, penelitian dan


(20)

pengabdian masyarakat dan 3) model kolaborasi pengelolaan hutan lestari (HOLCIM dan Fahutan IPB 2012).

Berdasarkan PP no. 76 Tahun 2008 pasal 4 ayat 2 dan 3 yang mensyaratkan perlu adanya pemberdayaan masyarakat dan pendekatan sosial ekonomi memiliki persamaan dengan misi kedua yang ingin dicapai oleh HEF. Persamaan tersebut yaitu adanya reklamasi yang dilakukan dapat berdampak positif pada masyarakat dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Adanya revegetasi dalam reklamasi sehingga menjadikan hutan diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat baik berupa manfaat tangible atau manfaat yang berwujud atau manfaat intangible yaitu manfaat yang tidak berwujud. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian tertuang dalam rumusan masalah berikut ini:

1. Berapa nilai estimasi kerugian akibat adanya pertambangan yang dilakukan PT Holcim?

2. Apa langkah-langkah reklamasi yang dilakukan oleh HOLCIM dan Fahutan IPB dengan menggunakan program Holcim Educational Forest? 3. Apa manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat atas adanya Holcim

Educational Forest?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang sudah diuraikan, tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghitung manfaat ekonomi adanya HEF yang didapatkan oleh masyarakat sehingga didapatkan nilai ekonomi. Jika diidentifikasi nilai tersebut adalah use value berupa direct dan indirect value. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menghitung berapa kerugian yang didapat oleh masyarakat atas adanya pertambangan.

2. Mengetahui langkah-langkah reklamasi tambang dengan menggunakan program Holcim Educational Forest.

3. Mengestimasi manfaat ekonomi adanya Holcim Educational Forest bagi masyarakat.


(21)

1.4 Manfaat penelitian Manfaat dari adanya penelitian ini adalah:

1. Manajemen Holcim Educational Forest (HEF): Adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai reklamasi yang telah dilakukan dan manfaat ekonomi yang dihasilkan.

2. Masyarakat: Bagi masyarakat lokal yang mendapatkan program dari perusahaan diharapkan dapat lebih memahami manfaat ekonomi baik manfaat tangible dan manfaat intangible.

3. Pemerintah: Penelitian ini dapat menjadi acuan program yang digulirkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Sekarwangi.

4. Peneliti lain: Penelitan ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya atas adanya program HEF Cibadak Sukabumi.

1.5 Ruang Lingkup Penilaian

Penelitian ini hanya menghitung kerugian akibat reklamasi tambang yang masih berlangsung sampai saat ini. Penelitian ini juga menghitung manfaat ekonomi baik tangible dan intangible. Manfaat ekonomi tersebut menggunakan nilai use value yang merupakan nilai guna yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk menduga manfaat ekonomi tersebut digunakan nilai sebagai berikut: 1. Menghitung nilai guna langsung dari Holcim Educational Forest (HEF) yang diestimasi berupa nilai ekonomi potensi kayu bakar dan nilai ekonomi dari kayu log.

2. Menghitung nilai guna tidak langsung yang diestimasi adalah nilai fungsi jasa hidrologis dan nilai penyimpanan karbon.

3. Dalam menentukan TEV (Total Economic Value) tersebut tidak dihitung nilai pilihan, nilai warisan dan nilai keberadaan dikarenakan nilai tersebut tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.

4. Penelitian dilakukan hanya kepada dua RW yaitu RW 13 dan RW 17 yang merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Holcim Educational Forest.


(22)

(23)

7

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan

Manusia memiliki ketertarikan dengan bahan galian yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sektor pertambangan akan selalu ada sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan. Suprapto (2008) menyatakan bahwa adanya mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan bumi jauh dibawah permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting. Dampak yang sangat besar dan bersifat penting memiliki definisi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup).

Pertambangan memiliki berbagai macam teknik yaitu teknik pertambangan terbuka yaitu dan pertambangan tertutup. Pertambangan terbuka tersebut memiliki berbagai macam cara yaitu open-pit mining, strip mining, dan quarrying. Teknik quarrying digunakan untuk pertambangan yang bertujuan mangambil batuan ornamen dan bahan bangunan (Suprapto 2008). Oleh karena itu, untuk mendapatkan silika sebagai bahan baku semen di Desa Sekarwangi, PT Holcim Indonesia Tbk melakukan pertambangan terbuka.

Teknik yang digunakan dalam melakukan pertambangan sangat berhubungan dengan reklamasi yang akan dilakukan setelah lahan tambang. Pertambangan sistem terbuka membuat terjadinya perubahan bentang lahan dan keseimbangan ekosistem permukaan tanah, menurunkan produktivitas tanah dan mutu lingkungan (G Subowo 2011).

2.2 Reklamasi Tambang

Pemerintah telah menetapkan aturan terkait kewajiban melakukan reklamasi dan sebagai bagian yang harus dilakukan dalam melakukan pertambangan. Peraturan salah satunya diatur secara lebih detail dalam PerMen


(24)

ESDM no. 18 tahun 2008 dan PP no. 76 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.

Reklamasi yang dilakukan setelah adanya pertambangan tentu akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan relatif besar termasuk didalamnya pertambangan dengan sistem terbuka. Haryati et al (1989) dalam G Subowo (2011) menyatakan bahwa upaya reklamasi lahan bekas penambangan terbuka dilakukan dengan menutup kembali kolong yang terbuka dengan tanah penutup (overburden) hasil galian dari blok tersebut. Tanah penutup diratakan dan dipadatkan dengan sistem teras bangku datar. Pengaturan bentuk lahan dengan membentuk teras bangku bertingkat. Jumlah bangku teras disesuaikan dengan volume tanah penutup dan ruang yang tersedia di areal penimbunan. Teras bangku merupakan teknik konservasi yang paling efektif mencegah erosi pada tanah yang mempunyai solum dalam dan berstruktur baik, namun dengan biaya konstruksi lebih mahal

Jika proses reklamasi tersebut telah mulai dilaksanakan dan telah berhasil dilaksanakan, suasana dan permasalahan yang terjadi yang ditimbulkan akibat adanya pertambangan akan membaik. Lahan yang dipakai tersebut dapat digunakan kembali sesuai dengan kegunaan sebelumnya.

Latifah (2003) menyatakan bahwa sasaran dari reklamasi ini terdiri dari dua kegiatan reklamasi. Pekerjaan pertama yang harus dilakukan yaitu pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.

Pemanfaatan lahan tambang menjadi hutan yang telah sebelumnya di reklamasi menjadi kegunaan lain adalah yang akan dilakukan oleh Holcim Educational Forest (HEF) yang memuat unsur pendidikan didalamnya. Lahan reklamasi tersebut tidak akan dilakukan revegetasi di semua tempat tetapi hanya sebagian saja, hal ini dikarenakan beberapa lahan lainnya akan dibiarkan terbuka (HOLCIM dan Fahutan IPB 2012). Lahan terbuka ini akan menjadi sebuah lahan edukasi yang bisa digunakan oleh pihak yang ingin melakukan penelitian di lahan tambang. Selain lahan tambang yang dibiarkan tidak direklamasi, keseluruhan area reklamasi ini diharapkan menjadi wisata edukasi. Wisata


(25)

edukasi ini masih belum dapat berjalan optimal meskipun HEF sudah banyak dikunjungi baik oleh pelajar, mahasiswa dan instansi pendidikan lainnya.

2.3 Eksternalitas

Ditinjau dari dampaknya terdapat dua macam eksternalitas yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan (Mangkoesobroto 2000). Eksternalitas dalam bahasa formal ekonomi disebut sebagai net cost atau benefit dari tindakan satu ke tindakan lain (Fauzi 2006).

Adanya eksternalitas ini menyebabkan suatu pihak yang tidak melakukan produksi atau konsumi terkena dampak adanya kegiatan tersebut. Eksternalitas dapat terjadi pada siapa saja, termasuk masyarakat.

Secara umum, adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan dimasukkan kedalam perhitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksikan (Mangkoesobroto, 2000). Dalam hal ini akan tercapai apabila:

MSC = PMC + MEC...(1) MSB = MPB + MEB...(2) Keterangan:

MEC = marginal external cost PMC = marginal private cost MEB = marginal external benefit MPB = marginal private benefit MSC = marginal social cost MSB = marginal social benefit

Adapun eksternalitas negatif akan terjadi ketika PMC<MSC, sehingga ada kecenderungan pengusaha berproduksi tingkat yang terlalu besar karena perhitungan biayanya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat. Jadi disini kita lihat bahwa pada kasus eksternalitas yang negatif MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi haruslah dikurangi agar efisiensi produksi ditinjau dari seluruh masyarakat untuk mencapai optimum (Mangkoesobroto 2000). Eskternalitas negatif akan terjadi pada MEC > 0 dan MEB = 0, kurva eksternalitas negatif dapat dilihat pada Gambar 1:


(26)

Rp

H1

H

MSB

Q1 Q2 Jumlah Produksi Sumber: Mangkoesobroto. 2000

Gambar 1 Kurva eksternalitas negatif

Gambar 1 memperlihatkan bahwa terdapat tingkat output yang optimum terjadi pada tingkat produksi Q1 sedangkan pengusaha akan cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar Q2. Tingkat produksi sebesar Q2 adalah titik kurva permintaan (MSB) memotong kurva PMC sehingga dapat dilihat bahwa jumlah yang diproduksi terlalu banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum.

2.4 Holcim Educational Forest

Holcim Educational Forest (HEF) atau Hutan Pendidikan Holcim Cibadak merupakan daerah reklamasi tambang pasir silika yang telah dilakukan penambangan selama 35 tahun. Pertambangan ini bertempat di Desa Sekarwangi Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penamaan ini disesuaikan dengan fungsi yang akan dikembangkan, yakni sebagai monumen pembelajaran pengelolaan lahan pasca pertambangan yang dilakukan (HOLCIM dan Fahutan IPB 2012).

MSB MSC = PMC + MEC

PMC


(27)

Proses perubahan lahan tambang menjadi hutan pendidikan ini, PT Holcim bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dikarenakan IPB telah berhasil merubah lahan kritis Gunung Walat Cibadak menjadi Hutan Pendidikan. Holcim berupaya melibatkan masyarakat sekitar ke dalam program reklamasinya.

2.4.1 Pemberdayaan Masyarakat dengan Program HEF

Sumodiningrat (1999) memberikan definisi dari pemberdayaan masyarakat yaitu pemberdayaan senantiasa menyangkut dua kelompok yang berkaitan yaitu kelompok yang belum berkembang sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Upaya–upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha maupun pihak yang peduli kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan paling tidak harus memuat lima hal pokok yaitu bantuan dana sebagai modal usaha, pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi rakyat, penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat, pelatihan bagi masyarakat dan aparat dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat.

Prinsip HEF dalam melakukan reklamasi memuat beberapa pokok penting pemberdayaan masyarakat sekitar yaitu Desa Sekarwangi. Beberapa program telah dicoba dikembangkan oleh PT Holcim, beberapa hal yang sudah ditingkatkan adalah meningkatnya pendapatan beberapa warga terutama yang berpartisipasi dalam program revegetasi dan reklamasi. Beberapa program pemberdayaan masyarakat lain yang dilakukan oleh PT Holcim masih dalam tahapan awal dan akan memberikan manfaat di kemudian hari.

2.4.2 Manfaat Ekonomi HEF

Iqbal et al (2014) menyatakan klasifikasi tentang manfaat tangible dan manfaat intangible melalui pendekatan nilai manfaat hutan bambu. Nilai manfaat hutan berdasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:

1. Nilai manfaat berwujud (tangible benefits) adalah manfaat yang diperoleh dari barang dan jasa yang dapat secara nyata diukur, karena berlaku mekanisme pasar secara baik.


(28)

2. Nilai manfaat tidak berwujud (Intangible benefits) adalah kebalikan dari manfaat berwujud, yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar tidak berjalan atau non market sehingga manfaat sumber daya tersebut belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi.

2.5 Nilai Total Ekonomi

Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa Total Economic Value (TEV) terdiri dari nilai guna dan nilai non guna. Nilai guna terbagi kembali menjadi nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat diambil dari sumberdaya seperti pengambilan ikan dan ekstraksi kayu sedangkan nilai guna tidak langsung merupakan manfaat yang diturunkan dari fungsi ekosistem seperti fungsi hutan sebagai pelindung daerah aliran sungai. Nilai guna langsung dapat dilihat juga pada fungsi hutan sebagai pelindung daerah aliran sungai dan perikanan dan penyimpanan karbon pada pepohonan (Bishop 1998).

Setelah adanya nilai guna terdapat nilai pilihan dan nilai non guna. Nilai pilihan berhubungan dengan penggunaan di masa depan sedangkan nilai non guna ini adanya manfaat intangible seperti keberlanjutan keberadaan spesies, adanya nilai kebudayaan dan warisan. Nilai – nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar (Bishop 1998).

2.6 Contingent Valuation Method

CVM (Contingent Valuation Method) dikembangkan oleh Bowen (1943) dan Ciriacy-Wantrup (1947) yang menggunakan metode survey sebagai instrumen untuk menilai barang publik. CVM merupakan pendapatan yang paling populer diantara pendekatan Stated Preference lainnya. Kepopulerannya mencapai puncaknya kerika metode ini digunakan untuk menghitung kerugian ekonomi akibat tumpahan minyak Exon – Valdez di Alaska pada akhir tahun 1900an (Hoyos dan Mariel 2010 dalam Fauzi 2014).

NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan + Nilai Keberadaan + Nilai Warisan


(29)

Secara umum, analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama, yakni 1) identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi, 2) konstruksi skenario hipotetik, dan 3) elisitasi nilai moneter. Identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi merupakan tahapan yang paling krusial dalam analisis CVM. Pada tahap ini peneliti harus terlebih dahulu memiliki program yang jelas tentang apa yang akan divaluasi (Pearce et al 2006).

Tahap kedua yaitu konstruksi skenario hipotetik akan sangat bergantung dari konteks yang dianalisis. Ada tiga elemen esensial dalam tahap kedua ini yaitu deskripsi perubahan kebijakan yang akan dievaluasi, deskripsi pasar yang akan dikembangkan dan deskripsi metode pembayaran. Tahapan selanjutnya dalam metode CVM adalah metode elisitasi. Metode elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu, metode elisitasi yang digunakan adalah bidding game. Metode ini menggunakan teknik bid pada responden yang ditanyakan, jika responden menjawan Ya, maka enumerator akan menaikan bid sampai responden mengatakan tidak (Fauzi 2014).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sardi (2004). Penelitian ini menganalisis Manfaat Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir bagi Masyarakat Di Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui manfaat apa yang dirasakan oleh masyarakat sebelum kemudian diuji dengan uji T dan didapatkan hasil bahwa program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) berhasil meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat.

Penelitian kedua yang menjadi tinjauan dilakukan oleh Sutowo (2013) dengan judul penelitian Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat dan Manfaat Ekonomi Program CSR Chevron Geothermal Salak (CGS), Ltd. Bidang Ekonomi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif, Indeks Kepuasan Masyarakat dan Importance Performance Analysis (IPA) dan didapatkan hasil yang baik


(30)

yaitu nilai IKM 68,75%, nilai mutu pelayanan CGS dengan B dan nilai kepuasan masyarakat yang tinggi yaitu sebesar 78,37 %.

Penelitian selanjutnya yang menjadi tinjauan dilakukan oleh Firdaus (2013) dengan judul Nilai Ekonomi Total dan Analisis Multistakeholder Hutan Rakyat di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif, Total Economic Value (TEV), analisis tata kelola dan kelembagaan dan analisis Importance performance analysis (IPA). Hasil yang didapatkan adalah nilai ekonomi total sebesar Rp. 17.622.296.40/tahun, kelembagaan yang baik berkat adanya KPHR (Kumpulan Pelestari Hutan Rakyat) dan Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) dan berdasarkan analisis IPA terdapat beberapa atribut yang menjadi prioritas utama perlu ditingkatkan.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan tinjauan adalah penelitian oleh Ahmeer (2014) dengan judul penelitian Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, valuasi ekonomi, averting behaviour method, cost of illness, contingent valuation method dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan masyarakat terkait dengan adanya pencemaran industri keramik adalah Rp. 125.716,67 dan nilai WTA masyarakat adalah Rp. 497.672,42 per rumah tangga per bulan.

Penelitian terakhir yang menjadi tinjauan adalah penelitian yang dilakukan oleh Adirianto (2012) dengan judul penelitian Potensi Nilai Ekonomi Total Hutan Pendidikan Guung Walat Sukabumi Jawa Barat yang menggunakan pendekatan harga pasar, CVM dan pendekatan biaya pengganti. Hasil yang didapat adalah adanya manfaat langsung dari HPGW adalah manfaat kayu, getah, kayu bakar, air dan pendidikan lingkungan. Manfaat tidak langsung adalah manfaat penyerap karbon, pencegah erosi, dan manfaat keanekaragaman hayati. Manfaat bukan keggunaan adalah adanya manfaat keberadaan dan manfaat warisan. Total Nilai Ekonomi tersebut adalah Rp. 54.853.911.503/tahun.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya perbedaan lokasi dan kondisi penelitian. Perbedaan lainnya adalah program yang dilaksanakan untuk dinilai manfaatnya. Selain itu, dalam penelitian ini


(31)

digunakan gabungan metode replacement cost dan perhitungan manfaat ekonomi dari adanya HEF. Penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1 Matriks penelitian terdahulu

Nama Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Rini Sardi

(2004)

Manfaat program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir bagi masyarakat di kecamatan ranah pesisir, kabupaten pesisir selatan, provinsi sumbar

Analisis deskriptif dan perhitungan uji T

Peningkatan jumlah lapangan pekerjaan bagi peningkatan pendapatan

maksimum hingga mencapai 99,15%

Irpan Ripa’i

Sutowo (2013)

Analisis indeks kepuasan masyarakat dan manfaat ekonomi CSR Chevron Geotermal Slak, LTD. bidang ekonomi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

Analisis deskriptif dan kuantitatif, Indeks Kepuasan Masyarakat, IPA

IKM dengan nilai 68,75 dan nilai mutu pelayanan program CSR CGS adalah B, kepuasan 78,37%

Hilman Firdaus (2013)

Nilai ekonomi total dan analisis multistakeholder hutan rakyat di kecamatan giriwoyo, Kabupaten wonogiri, jawa tengah

Analisis deskriptif, TEV, Analisis Tata Kelola

kelembagaan, IPA

Nilai ekonomi total sebesar Rp. 17.622.296.40/tahun, kelembagaan sudah baik dan terdapat beberapa atribut yang perlu ditingkatkan Sheanie Tyas

Ahmeer (2014)

Estimasi nilai kerugian masyarakat Akibat pencemaran air tanah Di sekitar kawasan industri (studi kasus industri keramik di kelurahan nanggewer, kabupaten bogor)

Analisis deskriptif, valuasi ekonomi, averting behaviour method, cost of illness, CVMdan Analisis Linear Berganda

Biaya yang dikeluarkan masyarakat Rp. 125.716,67 dan nilai WTA Rp.

497.672,42 per rumah tangga per bulan

Bayu Adirianto (2012)

Potensi Nilai Ekonomi Total Hutan Pendidiakn Gunung Walat

Sukabumi Jawa Barat

Pendekatan harga pasar, CVM dan biaya pengganti

Total nilai ekonomi Rp 54.853.911.503/ tahun


(32)

(33)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Replacement Cost

Replacement cost adalah metode valuasi sumberdaya alam menggunakan pendekatan seberapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan sumberdaya setelah mengalami kerusakan. Metode ini diadopsi oleh Comprehensive Environmental Response, Compensation and Liability Act (CERCLA) (1980)di Amerika Serikat. (Garrod and Willis 1999).

Syarat-syarat untuk memenuhi teknik biaya penggantian yaitu: a.) suatu fungsi SDALH sedapat mungkin diganti sama atau hampir sama, b.) penggantian yang dilakukan harus dapat mengganti manfaat yang hilang sebagai akibat dari SDALH yang terganggu, bukan manfaat yang hilang karena penggunaan yang dilakukan secara normal dan c.) pendekatan ini mengasumsikan bahwa manfaat dari pengganti nilainya melampaui biaya yang dikeluarkan, kalau tidak demikian biaya tersebut dianggap tidak dikeluarkan (PerMen LH no. 15 tahun 2012).

Oleh karena itu, biaya pengganti hanya menunjukkan pendugaan nilai paling rendah dari manfaat SDALH. Tahapan dari pelaksanaan Replacement Cost yang lebih jelas dapat dilihat dibawah ini:

a) Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan kualitas lingkungan.

b) Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang/terganggu.

c) Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing – masing komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsi pengganti.

d) Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semua fungsi dan manfaat yang diganti.

3.1.2 Willingness To Pay (WTP)

WTP merupakan suatu kemampuan membayar seseorang. Contoh dari WTP ini adalah adanya seseorang yang berkeinginan membayar dengan harga sangat tinggi untuk hidup di lingkungan yang tenang. Adanya kekayaan seseorang mempengaruhi keinginan untuk berkorban, dan semakin kaya


(34)

seseorang maka orang tersebut sanggup membeli berbagai macam jasa dan barang yang lebih baik (Field and Field 1994). WTP merupakan bagian dari metode Contingent Valuation Method (WTP) yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode CVM merupakan metode langsung penilaian ekonomi melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang (Fauzi 2014).

A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Pay (WTP) Masyarakat

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai WTP dari setiap responden adalah :

1. responden merupakan warga RW 13 dan RW 17 dan akan merasakan adanya manfaat dari fungsi hidrologis

2. biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat akan digunakan untuk melestarikan hutan dan juga untuk operasional pengelolaan air bersih. B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Pay (Metode Elisitasi)

Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTA/WTP responden (Hanley and Spash 1993) adalah :

1. Bidding Game (Metode tawar menawar)

Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya nilai tersebut semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati.

2. Open-ended Question (Metode pertanyaan terbuka)

Menanyakan langsung kepada responden berupa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinga selain itu seringkali ditemukan responden.

3. Close-ended Question (Metode pertanyaan tertutup)

Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan open-ended question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai keinginan dan kemampuan mereka.


(35)

4. Payment Card (Metode kartu pembayaran)

Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar menawar.

C. Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Pay (WTP) Masyarakat

Besarnya nilai WTP masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan (Hanley and Spash 1993), yaitu :

1. Membangun Pasar Hipotesis

Langkah pertama adalah menentukan pasar hipotetik. Pasar hipotetik adalah alasan masyarakat melakukan pembayaran atas jasa lingkungan. Pasar hipotetik memuat penjelasan mendetail, nyata dan informatif mengenai barang dan jasa lingkungan.

2. Memperoleh Nilai Penawaran

Tahapan yang dilakukan setelah membuat instrumen survei adalah administrasi survei. Tahapan ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, surat atau perantara telepon mengenai besarnya minimum WTP yang bersedia diterima.

3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP

Ketika nilai WTP telah terkumpul, selanjutnya adalah menghitung nilai tengah dan rata-rata dari WTP. Penggunaan nilai tengah dilakukan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh.

4. Mengestimasi Kurva Bid

Kurva permintaan dapat diperkirakan dengan menggunakan WTP sebagai variabel dependent dan faktor – faktor yang mempengaruhi sebagai variabel independent. Kurva ini berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubaan sejumlah variabel independent. Kurva ini juga dapat digunakan untuk menguji sensitivitas dari jumlah WTP.


(36)

5. Menjumlahkan Data

Langkah kelima adalah penjumlahan data dimana nilai tangah atau rata – rata yang digunakan kemudian dikonversikan dengan total populasi yang dimaksud.

6. Mengevaluasi CVM

Evaluasi penggunaan CVM dapat berfungsi untuk menilai sejauh mana penerapan CVM tersebut dapat dikatakan berhasil. Penilaian tersebut dapat dilihat melalui tingkat keandalannya melalui nilai R-squares (R2) pada regresi linear berganda.

3.1.3 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi bertujuan untuk : (1.) mengestimasi suatu hubungan antara varibel–variabel ekonomi, misalnya Y=f (X), (2.) meramalkan atau memprediksi nilai variabel dependen (Y) berdasarkan nilai variabel independen (X) (Sarwako 2005). Analisis linear berganda memiliki variabel lebih dari dua variabel. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least squares (OLS). Juanda (2009) menyatakan bahwa fungsi dari regresi berganda dituliskan sebagai berikut: Y = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi ......(3) Keterangan :

Y = Peubah tak bebas β2,3....n = Parameter penduga Xi

Εi = Pengaruh sisa X εi = Pengamatan ke-i peubah bebas β = Intersep

i = No pengamatan dari 1 sampai N populasi/n(sample)

Asumsi yang digunakan dalam metode OLS adalah sebagai berikut:

1. peubah X merupakan peubah non-statistik (fixed). Artinya sudah ditentukan bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah acak X.

2. kompenen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi)=σ2

.

3. tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antara sisaan εi sehingga Cov(εi,εj)=0 untuk i≠j


(37)

4. komponen sisaan menyebar normal.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Holcim Educational Forest (HEF) merupakan suatu kawasan reklamasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengembalikan lahan pasca tambang dengan program hutan pendidikan. Manajemen Holcim Educational Forest kemudian mengembangkan HEF sebagai model pengelolaan reklamasi/rehabilitasi lahan pasca pertambangan yang berkelanjutan. Misi dari HEF menurut PT Holcim Indonesia Tbk dan Fahutan IPB (2012) adalah:

1. Meningkatkan kualitas lingkungan lahan pasca pertambangan melalui penanaman pohon – pohon / pembangunan hutan yang memberikan manfaat ganda secara berkelanjutan (multi purpose forest) baik berupa barang atau jasa lingkungan.

2. Mengembangkan pengelolaan hutan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

3. Mengembangkan model kolaborasi pengelolaan hutan lestari berbasis peran dan kepentingan multi pihak (multi stakeholder sustainable forest management).

Misi kedua dari HEF ini kemudian menjadi fokus dari penelitian ini yang sejalan dengan PP No 76 tahun 2008 yang menginginkan adanya pemberdayaan masyarakat didalamnya. Misi kedua ini juga memuat fungsi pendidikan yang mengakibatkan adanya kunjungan dari institusi kepada areal HEF.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui estimasi kerugian yang diderita oleh masyarakat yang berkaitan dengan air bersih, mengetahui proses reklamasi yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan menggunakan program HEF dan menganalisis manfaat ekonomi tangible and Intangible yang didapatkan oleh warga atas adanya Holcim Educational Forest.

Tahap pertama dalam melakukan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi aktual dari HEF. Identifikasi dilakukan dengan cara survey langsung ke lapangan yang berlokasi di RW 13 dan 17 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Setelah itu, dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada 50 responden untuk mendapatkan nilai kerugian dan manfaat ekonomi yang sudah dapat dirasakan pada saat ini. Wawancara juga dilakukan


(38)

kepada key person setempat. Wawancara kemudian dilakukan kepada tujuh pelaku usaha gula aren sebagai pemanfaat dari kayu bakar.

Nilai guna langsung yang didapatkan masyarakat dan tangible adalah nilai ekonomi kayu bakar dan nilai ekoonomi kayu log. Nilai guna tidak langsung yang didapatkan dan intangible adanya fungsi jasa hidrologis dan nilai penyimpanan karbon. Nilai tersebut kemudian dijumlahkan untuk membentuk nilai total ekonomi yang merupakan merupakan manfaat ekonomi yang sudah dapat dirasakan masyarakat. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah program dari HEF dan kegiatan dari HEF yang sudah dilaksanakan.

Semua data yang didapatkan oleh penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan mengenai sejauh mana program yang dijalankan selama ini manajemen HEF dan PT Holcim Indonesia Tbk dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar yang berbatasan langsung. Data tersebut kemudian dapat menjadi saran bagi perusahaan dan manajemen mengenai kegiatan selanjutnya yang akan dijalankan.


(39)

Gambar 2 Diagram alur kerangka berpikir Keterangan:

- - - : Ruang Lingkup Penelitian

Pertambangan Silika di Desa Sekarwangi Cibadak

Aktivitas Pertambangan Mengakibatkan Eksternalitas

Reklamasi Lahan Tambang

Hutan Pendidikan Holcim

Kepentingan

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Manfaat Ekonomi Tangible dan Intangible

Pemberdayaan Masyarakat

Saran Meningkatkan kualitas

lingkungan pasca tambang

Model Kolaborasi Pengelolaan Hutan Lestari

PT HOLCIM TBK

Estimasi Kerugian


(40)

(41)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RW 13 dan RW 17 Desa Sekarwangi Cibadak Sukabumi. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah yang memiliki jarak yang paling dekat, mendapatkan eksternalitas pada saat pertambangan dan juga mendapatkan manfaat ekonomi dari adanya reklamasi tambang dengan program Hutan Edukasi Holcim Cibadak. Pengambilan data dimulai dari bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2015.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari responden melalui observasi dan wawancara menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur. Literatur tersebut antara lain adalah data yang didapat dari dinas atau instansi yang berkaitan, pustaka yang relevan berupa buku referensi, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, artikel internet dan literatur lain. Data penting yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan tahunan. Literatur dan data tersebut bertujuan untuk membantu memperkaya data penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Jumlah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 50 KK yang didapatkan dari sample kedua RW, yaitu 25 KK yang berasal dari RW 13 dan 25 KK yang berasal dari RW 17 dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus 2002). Menurut Walpole (1992) penetapan jumlah responden ini mengikuti kaidah pengambilan sampel secara stastistika yaitu minimal 30 data atau sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal.

Identifikasi langkah-langkah HEF menggunakan key person sebanyak empat orang yaitu manajemen HEF dan tokoh masyarakat setempat. Perhitungan


(42)

manfaat kayu bakar menggunakan responden tujuh pelaku usaha gula aren yang menggunakan kayu bakar di RW 17.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dalam bentuk tabel dan gambar sedangkan data kualitatif akan dijabarkan secara luas dengan bentuk uraian deskriptif sebagai penunjang data kuantitatif. Pengolahan juga dilakukan menggunakan SPSS 14 dan Microsoft Excel 2013. Analisis data informasi yang diperoleh akan dijabarkan dalam Tabel 2:

Tabel 2 Matriks tujuan penelitian

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode

Analisis Data 1 Estimasi nilai kerugian

masyarakat akibat pertambangan

Data Primer (kuesioner, wawancara dan observasi)

Replacement Cost

2 Identifikasi langkah-langkah reklamasi dengan menggunakan program HEF

Data primer (Wawancara dengan key person) dan Data Sekunder (Data HEF dan laporan tahunan)

Analisis deskriptif

3 Estimasi manfaat ekonomi HEF

Data primer (kuesioner, wawancara dan observasi) dan data sekunder (Data HEF dan literatur)

Pendekatan harga pasar, Contingent Valuation Method, analisis regresi linier berganda dan benefit transfer 4.4.1 Estimasi Kerugian Akibat Pertambangan

Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi dampak negatif yang diterima oleh masyarakat yang berlangsung sampai saat ini. Informasi mengenai dampak yang terjadi dan biaya yang dikeluarkan menggunakan wawancara dengan bantuan kuesioner. Identifikasi eksternalitas negatif yang timbul akibat adanya pertambangan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kerugian dan akibat adanya eksternalitas tersebut. Kerugian tersebut kemudian dihitung menggunakan replacement cost. Replacement cost merupakan metode


(43)

yang mengidentifikasi pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapai atau mendekati keadaan semula (PerMen LH no 15 tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan). Biaya ini menggambarkan dari jasa lingkungan yang hilang karena adanya pertambangan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan responden dihitung dengan membagi total jumlah uang yang dikeluarkan per bulan dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya tersebut.

4.4.2 Identifikasi Langkah-Langkah Reklamasi Holcim Educational Forest

Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi proses reklamasi yang dilakukan oleh PT Holcim dengan menggunakan program Holcim Educational Forest. Data informasi tersebut didapatkan dengan cara melakukan olah data melalui data sekunder yang didapat dari Holcim Educational Forest seperti data keuangan, laporan tahunan dan data lainnya yang berkaitan. Data tersebut kemudian diolah melalui analisis deskriptif dan diolah melalui Microsoft word dan excel. Hasil data dari pengolahan data sekunder akan ditampilkan menjadi tabel, grafik dan narasi. Wawancara juga dilakukan kepada key person dari manajemen Holcim Educational Forest dan tokoh masyarakat untuk mengetahui langkah-langkah tersebut lebih dalam.

4.4.3 Estimasi Manfaat Ekonomi Holcim Educational Forest

Manfaat ekonomi dapat berupa manfaat tangible atau manfaat yang berwujud dan manfaat intangible yaitu manfaat yang tidak berwujud. Manfaat tersebut dapat berupa nilai guna langsung manupun nilai guna tidak langsung yang kemudian tergabung menjadi nilai total ekonomi (Pearce dan Moran 1994). Perhitungan nilai tersebut dapat menggunakan rumus:

TEV = DUV + NDV + NP + NW +NK...(4) Keterangan:

TEV = Total Economic Value NP = Nilai Pilihan

DUV = Direct Use Value NW = Nilai Warisan


(44)

Oleh karena dalam penelitian ini hanya menghitung nilai total guna yaitu nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung sehinga terdapat perubahan persamaan. Nilai total ekonomi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: TEV = DUV + NDV...(5) Keterangan:

TEV = Total Economic Value DUV = Direct Use Value NDV = Non Direct Use Value

4.4.3.1 Estimasi Nilai Guna Langsung Holcim Educational Forest (HEF) Nilai guna langsung dan manfaat tangible dari adanya program HEF terdapat dua macam. Nilai ekonomi dari manfaat kayu bakar dikarenakan ada penanaman pohon kaliandra dan nilai ekonomi kayu log.

A. Nilai Ekonomi Potensi Kayu Bakar

Kayu bakar adalah hasil penanaman dari pohon Kaliandra. Pohon ini ditanam di daerah buffer zone yaitu area yang berbatasan langsung dengan masyarakat. Manfaat ini secara khusus untuk pelaku usaha gula aren meskipun tidak menutup kemungkinan masyarakat secara luas dapat mendapatkan manfaatnya. Pelaku usaha gula aren adalah salah satu dari usaha yang dijalankan sebagian RW warga 17 yang memiliki pohon aren. Penjualan gula tersebut masih seputar desa dan terkadang dibantu oleh pedagang pengumpul untuk jaringan yang lebih luas. Pelaku usaha gula aren menggunakan kayu bakar dalam proses produksinya dan membutuhkan kayu bakar dalam jumlah yang banyak.

Perhitungan dalam menghitung nilai ekonomi kayu bakar menggunakan pendekatan pasar sebagai berikut, harga kayu bakar yang digunakan adalah harga kayu bakar di pasar di sukabumi lalu dikalikan dengan pengguna kayu bakar dalam hal ini adalah masyarakat yang menjadi pelaku usaha gula aren. Hasil yang didapatkan dikali dengan jumlah yang di ambil dan frekuensi pengambilan dalam satu tahun. Perhitungan nilai ekonomi kayu bakar dalam satu tahun menggunakan persamaan dari Permen LH no 15 tahun 2012:


(45)

Ni = (P x J x Q x F)...(6) Keterangan

Ni = Nilai ekonomi dari kayu bakar (Rp/kubik) Pi = Harga kayu yang diambil (Rp/kubik)

J = Jumlah pengambil kayu bakar (pelaku usaha) Qi = Jumlah kayu yang diambil (kubik/tahun)

F = Frekuensi pengambilan kayu bakar dalam satu tahun (kali) B. Nilai Ekonomi Kayu Log

Luas areal HEF dibagi kedalam sepuluh bagian dimana terdapat satu jenis pohon yang dapat dihitung nilai ekonomi kayu log. Jenis kayu tersebut adalah Pinus yang berada di blok IV, blok VI, blok VIII dan blok IX Perhitungan nilai ekonomi tersebut menggunakan pendekatan berdasarkan harga pasar. Nilai kayu (NKL) dihitung berdasarkan harga kayu log jenis kayu (Rp/m3) dikali dengan potensi areal keseluruhan. Persamaan tersebut didapatkan dari Adirianto (2012) yang meneliti potensi kayu di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). HPGW merupakan suatu hutan pendidikan yang juga dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB yang memiliki lokasi cukup dekat dengan HEF dan dijadikan model dalam mengembangkan HEF. HPGW dan HEF memiliki kebijakan untuk tidak menebang pohon. Persamaan tersebut lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

NKL= (PKL x HKL)...(7) PKL = (PKH x LA)...(8)

Keterangan:

NKL = Nilai total kayu log (Rp)

PKL = Potensi kayu log di areal HEF (m3)

HKL = Harga kayu log per kubik di lokasi HEF (Rp/m3) PKH = Potensi kayu log per hektar di areal HEF (m3/ha) L = Luas areal HEF (ha)

4.4.3.2 Estimasi Nilai Guna Tidak Langsung Holcim Educational Forest

Setelah dilakukannya pra–survey penelitian ini didapatkan bahwa manfaat intangible dari adanya Holcim Educational Forest tersebut adalah adanya nilai


(46)

hidrologis dan nilai penyimpanan karbon. Perhitungan manfaat intangible atau manfaat yang tidak terwujud dalam penelitian ini menggunakan dua metode yang terpisah. Pendekatan metode nilai WTP digunakan untuk mengestimasi fungsi jasa hidrologis sedangkan nilai penyimpanan karbon adalah benefit transfer.

A. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis

Manfaat ekonomi fungsi jasa hidrologis seperti yang telah disebutkan sebelumnya menggunakan pendekatan Willingness to pay (WTP). Adapun tahapan estimasi manfaat ekonomi intangible ini adalah sebagai berikut:

A. Kesediaan Responden Membayar Jasa Lingkungan

Masyarakat akan diberikan pertanyaan bersedia atau tidak untuk membayar untuk menjamin ketersediaan air bersih. Jika narasumber menyatakan bersedia maka akan dilakukan teknik elisitasi bidding game dan jika narasumber menyatakan tidak bersedia melakukan pembayaran narasumber perlu menyampaikan alasannya.

B. Estimasi Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan (Willingness to Pay)

Nilai WTP dalam penelitian ini akan menggunakan teknik Contingent Valuation Method (CVM). Hanley and Spash (1993) menyatakan bahwa CVM memiliki tahap sebagai berikut:

1. Membangun Pasar Hipotesis

Pasar hipotesis pada penelitian ini dibentuk atas dasar rendahnya debit air di daerah Desa Sekarwangi akibat penggundulan hutan yang dilakukan oleh PT Holcim dalam melakukan pertambangan. Dampak yang ditimbulkan dari pertambangan ini adalah pencemaran udara, air, suara, turunnya debit air, perubahan penampakan lingkungan dan adanya kemungkinan hilangnya habitat dan biodiversitas di dalamnya. Penelitian ini hanya mengukur berkurangnya debit air seperti tertuang dalam ruang lingkup penelitian. Kondisi yang akan dibangun adalah reklamasi telah selesai dilakukan dan adanya vegetasi meningkatkan debit air bersih bagi masyarakat.


(47)

“Desa Sekarwangi memiliki keterbatasan untuk mengakses air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari – hari terutama pada musim kemarau. Jika PT Holcim Indonesia Tbk dan Fakultas Kehutanan IPB telah berhasil melakukan reklamasi dan revegetasi sehingga hutan telah mulai tumbuh, maka masyarakat akan mendapatkan manfaat dengan adanya peningkatan debit air. Hutan yang telah hijau tersebut perlu diupayakan agar tetap lestari dan diatur pengelolaan airnya agar tidak terjadi konflik. Oleh karena itu, diperlukan biaya yang dianggarkan untuk melestarikan hutan dan juga untuk operasional pengelolaan air untuk dialirkan kepada masyarakat. Biaya tersebut secara tidak langsung untuk menjamin ketersediaan air bersih”

Dengan skenario ini maka diharapkan responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai kesanggupan untuk membayar air atas pemeliharaan hutan tersebut. Nilai pembayaran air bersih tersebut akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per KK per bulan.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Jika alat survey telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode bidding game.Teknik ini menawarkan kepada responden sejumlah Bid tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar. Bid tersebut akan dinaikan dan diturunkan hingga dicapai kesepakatan maksimum. Bid 0 akan diberikan apabila responden tidak mau membayar.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

WTPi dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Penggunaan nilai tengah juga dapat digunakan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh. Penelitian ini menggunakan metode nilai tengah karena adanya perbedaan rentang penawaran yang cukup jauh.

4. Memperkirakan Kurva WTP

Kurva dapat diperkirakan manggunakan nilai WTP sebagai variabel dependent dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel


(48)

independent. Kurva tersebut berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independent dan untuk menguji nilai sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan dari lingkungan. Pendugaan kurva WTP dilakukan dengan fungsi persamaan:

WTP= F(JT, PDPT, PENG, BPAB, KPD, PKT, PDK, JK, U, PKA)...(9)

Keterangan:

WTP = Nilai WTP responden (Rp)

β0 = Konstanta

β1...β8 = Koefisien regresi

JT = Jumlah Tangungan (orang) PDPT = Pendapatan (Rp)

PENG = Pengeluaran (Rp)

BPAB = Biaya pengeluaran air bersih (Rp/bulan)

KPD = Dummy Kependudukan (asli = 1, pendatang = 0) PKT = Dummy Pekerjaan Tambahan (Ya = 1, tidak = 0)

PDK = Dummy Pendidikan (tidak sekolah = 0, SD = 1, SMP = 2, SMA = 3, Kuliah=4)

JK = Jenis Kelamin (laki – laki =1, perempuan = 0)

U = Usia

PKA =Persepsi Kualitas Air

i = Responden ke-i

εi = Galat

5. Menjumlahkan WTP

Penjumlahan data adalah penjumlahan nilai tengah WTP sehingga didapatkan nilai WTP total. Nilai ini kemudian menjadi nilai ekonomi fungsi hidrologis.

6. Evaluasi CVM

Evaluasi perlu dilakukan untuk melihat model tersebut berhasil atau tidak. Model CVM tersebut dapat dilihat tingkat keberhasilannya melalui uji keandalan model Ordinary Least Square (OLS). Evaluasi ini menggunakan software SPSS 14.


(49)

Analisis fungsi WTP dapat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden. Model yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Variabel–variabel yang diduga berpengaruh positif adalah variabel jumlah tanggungan, pendapatan, pengeluaran, biaya pengeluaran air bersih, kependudukan, pendidikan, jenis kelamin dan usia. Jumlah tanggungan diduga berpengaruh positif dikarenakan semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga akan semakin menambah tinggi kebutuhan air yang harus dicukupi setiap harinya sehingga keinginan untuk mendapatkan tambahan air semakin tinggi dan keinginan untuk membayar biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi. Pendapatan diduga berpengaruh positif dikarenakan semakin tinggi jumlah pendapatan suatu rumah tangga maka akan semakin besarnya juga kemampuan dari rumah tangga tersebut membayar. Rumah tangga tersebut akan memiliki keinginan membayar tambahan air dengan nilai yang lebih tinggi.

Biaya pengeluaran air bersih juga berpengaruh positif dikarenakan semakin tinggi biaya yang selama ini dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih maka rumah tangga tersebut akan terbiasa melakukan pembayaran yang lebih tinggi nantinya. Akibatnya, keinginan membayar akan lebih tinggi. Kependudukan dan usia diduga berpengaruh positif dikarenakan semakin lama responden tinggal maka semakin lama dari responden tersebut merasakan dampak dari masalah ketersediaan air bersih sehingga keinginan membayar akan lebih tinggi. Pendidikan diduga berpengaruh positif dikarenakan semakin tinggi pendidikan dari responden maka akan semakin tinggi keinginan membayar responden. Terakhir, pekerjaan tambahan diduga berpengaruh positif dikarenakan semakin tinggi pendapatan yang dimiliki responden maka keinginan untuk membayar akan semakin tinggi.

Variabel yang diduga berpengaruh negatif adalah pengeluaran dan persepsi kualitas air, dikarenakan semakin tinggi pengeluaran yang dikeluarkan maka semakin tinggi uang yang dikeluarkan dari rumah tangga tersebut. Selain itu, semakin tidak tercemarnya air maka semakin rendah keinginan untuk membayar Akibatnya, keinginan membayar akan lebih rendah. Adapun indikator pengukuran dari fungsi WTP disajikan dalam Tabel 3.


(50)

Tabel 3 Indikator Pengukuran WTP

No Variabel Pengukuran

1 WTP Bid starting yang ditawarkan adalah Rp. 5.000

2 Jumlah Tanggungan/JT Jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga yang belum bekerja dalam satu rumah tangga

3 Tingkat Pendapatan/ PDPT (perbulan)

Dibedakan menjadi beberapa kategori berikut: a. < Rp 500.000, b. Rp 500.000 – 1.000.000, c. Rp 1.000.001

– Rp 2.500.000, d. Rp 2.500.001 – Rp. 3.500.000, e. Rp 3.500.001 – Rp 5.500.000, f. > Rp 5.500.000 4 Pengeluaran/PENG Dibedakan menjadi beberapa kategori berikut: a. < Rp

500.000, b. Rp 500.000 – 1.000.000, c. Rp 1.000.001

– Rp 2.500.000, d. Rp 2.500.001 – Rp. 3.500.000, e. Rp 3.500.001 – Rp 5.500.000, f. > Rp 5.500.000 5 Biaya pengeluaran air

bersih/BPAB

Pengeluaran yang dilakukan untuk mengganti air bersih

6 Kependudukan/KPD Dibedakan menjadi: A. Penduduk Asli B. Penduduk Pendatang 7 Pekerjaan Tambahan/PKT Dibedakan menjadi:

A. Memiliki pekerjaan tambahan B. Tidak memiliki pekerjaan tambahan 8 Pendidikan/PDK Dibedakan menjadi lima kategori:

0. Tidak lulus sekolah, 1. SD, 2. SMP, 3. SMA, 4. Kuliah

9 Jenis Kelamin / JK Merupakan variabel dummy yang dibagi menjadi laki-laki dan perempuan

10 Usia/U Dibedakan menjadi 5 kategori yaitu: a.21-30 tahun, b.31-40 tahun, c. 41-50 tahun, d. 51-60 tahun, e. 61-70 tahun

11 Persepsi Kualitas Air/PKA Dibedakan menjadi tiga kategori : 1. Tercemar 3. Tidak tercemar 2. Agak tercemar

B. Nilai Penyimpanan Karbon

Nilai manfaat dari penyimpanan karbon dapat diestimasi menggunakan metode benefit transfer dengan menggunakan transfer nilai dari penelitian dari pihak lain. Benefit transfer merupakan metode sekunder dalam melakukan valuasi. Metode ini digunakan untuk menduga nilai ekonomi SDALH (sumberdaya alam dan lingkungan hidup) dengan cara meminjam hasil studi/penelitian di tempat lain yang mempunyai karakteristik dan tipologinya sama/hampir sama (PerMen LH no. 15 tahun 2012).

Metode ini digunakan untuk menduga nilai ekonomi SDALH dengan cara meminjam hasil studi/penelitian di tempat lain yang mempunyai karakteristik


(51)

dan tipologinya sama/hampir sama. Penggunaan benefit transfer harus memperhatikan:

1) Nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung yang kadang kala nilainya di berbagai hasil studi berbeda.

2) Diperlukan deskripsi kualitatif dalam analisis yang akan disusun.

3) Proyek besar atau dengan dampak lingkungan besar atau proyek kecil dengan dampak lingkungan yang serius, memerlukan alat analisis yang lebih akurat, dan dalam hal ini lebih diperlukan metode primer dari sekedar benefit transfer.

4) Perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dikarenakan kebanyakan kajian dilakukan di negara maju. Penyesuaian yang perlu dilakukan diantaranya adalah pendapatan per orang, hak milik, harga tanah, institusi, budaya, iklim, SDA, dan lain-lain (Krupnick 1999 dalam PerMen LH no. 15 tahun 2012). Akan tetapi hambatan sering muncul untuk menentukan efek di atas pada nilai yang ada. Langkah-langkah dalam benefit transfer adalah:

1) Menyeleksi sekaligus menelaah pustaka yang nilai dan analisisnya akan digunakan dalam kajian yang sedang dilakukan, jika dimungkinkan dikaji pula lokasi dan penduduk sekitar studi kasus. Hal ini diperlukan berkaitan dengan nilai ekonomi (langsung dan tidak langsung), yang menggambarkan preferensi yang mungkin akan berbeda dengan perbedaan sosial ekonomi dan nilai-nilai lain.

2) Menyesuaikan nilai-nilai misalnya mengubah nilai moneter pada satu nilai jasa ekosistem, melakukan penyesuaian dengan tingkat sensitivitas.

3) Kalkulasi nilai per unit dari waktu. Kalkulasi total nilai yang didiskonto, selama jangka waktu manfaat proyek tersebut akan ada.

Benefit transfer digunakan untuk mendapatkan nilai stok karbon yang didapatkan dari transfer nilai dari maksimum cadangan karbon hutan tanaman untuk bioregion jawa (Rochmayanto et al 2014). Dalam menentukan nilai ekonomi penyimpanan karbon menurut Iqbal et al (2014) melalui penelitian tentang stok karbon bambu, digunakan pendekatan harga pasar. Persamaan nilai tersebut adalah:


(52)

NSK = Skb X HK X LA...(10) Keterangan:

NEK = Nilai stock karbon (Rp/ha//tahun) Skb = Stok karbon (Rp/tC)

HK = Harga karbon(RP/ ton Carbon) LA = Luas areal HEF (ha)

4.4.4 Pengujian Paremeter Regresi

Pengujian secara statistik terhadap model dapat dilakukan dengan cara : 1. Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai squares (R²) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP. Koefisien determinasi adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2011). 2. Uji Statistik t

Uji t adalah uji yang biasanya digunakan oleh para ahli ekonomterika untuk menguji hipotesis tentang koefisien-koefisien slope regresi secara individual (Sarwako 2005). Prosedur pengujian statistik t adalah (Ramanathan 1997):

Ho :

1 = 0 atau variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Ho :

1 ≠ 0 atau variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Fhit (n – k) = ...(11)

Jika thit (n-k) < ta/n maka H0 diterima, artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika t hit (n-k) > ta/2 maka terima H1 yang berarti variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Y).

3. Uji Statistik F

Uji F adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Prosedur pengujian menurut Sarwako (2011) adalah:


(53)

HI =

1 =

2 =

3 = ...

≠ 0

F = ...(12) Jika F hit<F tabel maka terima H0 yang artinya secara serentak variabel (Xi)

tidak berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika F hit < F tabel maka terima H1 yang berarti variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap Y.

4. Uji Terhadap Kolinear Ganda

Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah tersebut dapat dilihat langsung melalui hasil komputer, dimana apabila Varian Inflation Factor (VIF)<10 tidak ada masalah multikolinier.

5. Uji Homoskedastisitas

Homoskedastisitas adalah apabila variasi dari faktor penganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Penyimpangan terhadap faktor pengganggu ini disebut heterokedastisitas (Firdaus, 2011). Deteksi ada atau tidaknya heterkedstisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis uji heterkedastisitas (Ghozali 2006):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit), maka mengindisikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 6. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini untuk mengetahui apakah error term dari data yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Penelitian ini menggunakan lebih dari 30 responden


(54)

sehingga diperlukan uji untuk membuktikan data tersebut normal. Uji yang digunakan adalah uji Kolmogrov Smirnov.

7. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2011).


(1)

2. Uji T

Variabel B T Sig. Tolerance VIF

(Constant) 7,470 ,523 ,604

Jumlah tanggungan (JT) ,910 ,492 ,626 ,711 1,406 Pendapatan (PDPT) ,006 2,992 ,005 ,647 1,545 Pengeluaran (PENG) -,008 -2,677 ,011 ,817 1,225 Biaya pengeluaran air

bersih (BPAB) ,268 4,638 ,000 ,771 1,296

Kependudukan (KPD) 1,271 ,235 ,815 ,700 1,428 Pekerjaan Tambahan

(PKT) 2,269 ,343 ,734 ,805 1,242

Pendidikan (PDK) 1,905 ,806 ,425 ,665 1,504 Jenis Kelamin (JK) 2,698 ,526 ,602 ,825 1,213

Usia (U) ,047 ,264 ,793 ,802 1,247

Persepsi Kualitas Air

(PKA) -6,358 -1,254 ,217 ,795 1,258

R-Square 60,5%

Adjusted R-Square 50%

Durbin Watson 2,136

Ket: * **

Nyata pada taraf α = 1% Nyata pada taraf α = 15%

Hipotesis

H0: β = 0 (X tidak berpengaruh nyata terhadap Y) H1: β ≠ 0 (X berpengaruh nyata terhadap Y)

a. Nilai-p (0,005) < α=1% artinya tolak Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan berpengaruh nyata terhadap besar WTP pada taraf nyata 1%.

b. Nilai-p (0,011) < α=15% artinya tolak Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengeluaran berpengaruh nyata terhadap besar WTP pada taraf nyata 15%. c. Nilai-p (0.000) < α=1% artinya tolak Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya pengeluaran air bersih berpengaruh nyata terhadap besar WTP pada taraf nyata 1%

Lampiran 5 Uji Multikolinearitas

Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3, tolerance menunjukkan tidak ada variabel X (independen) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10, artinya tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Pada tabel tersebut dapat dilihat juga bahwa semua nilai VIF < 10 sehingga model ini tidak mengalami masalah multikolinearitas


(2)

Lampiran 6 Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parameters(a,b)

Mean Normal

Parameters(a,b)

Std. Deviation

Most Extreme Differences Absolute Most Extreme

Differences

Positive

Negative

Kolmogorov-Smirnov Z ,540

Asymp. Sig. (2-tailed) ,932

a. Test distribution is Normal. Uji Kolmogrov-Smirnov

Hipotesis:

H0: data residual berdistribusi normal H1: data residual berdistribusi normal

Asymp. Sig (2-tailed) sebesar (0,985) > taraf nyata 0,15 artinya data residual mnyebar normal pada taraf nyata 15 %.

Lampiran 7 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,778(a) ,605 ,503 13,64639 2,136

a. Predictors: (Constant), Usia, Pendapatan, Jenis Kelamin, Pekerjaan Tambahan, Kependudukan, Biaya pengeluaran air bersih, Jumlah Tanggungan, Pendidikan, Pengeluaran

b. Dependent Variable: Willingness to pay

Nilai Durbin Watson adalah 2.036 (berada pada selang 1,55-2,46) sehingga tidak terjadi autokorelasi


(3)

Lampiran 8. Uji Heterokedastisitas

3 2

1 0

-1 -2

Regression Standardized Predicted Value

2.5

0.0

-2.5

R

egres

sio

n

St

uden

ti

ze

d

R

esi

dual

Scatterplot

Dependent Variable: Willingness to pay

Berdasarkan grafik scatterplot (Y=SRESID dan X=ZPRED) di atas terlihat bawa grafik scatter plot tidak memiliki pola dan tersebar secara acak. Hal ini mengindikasikan tidak adanya pelanggaran heterokedastisitas.


(4)

Lampiran 9 Biaya Pengeluaran air responden

Lampiran 10 Dokumentasi

No responden Biaya yang dikeluarkan Tujuan Pengeluaran Biaya 1 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 2 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 3 3000 Biaya membayar andir (petugas air) 4 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 5 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 6 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 7 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 8 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 9 5000 Biaya membayar andir (petugas air) 10 20000 4 kali membayar pikul air

11 5000 Biaya membayar andir (petugas air) Sumur warga, aliran air cibatu dan air galon

No responden Biaya yang dikeluarkan Tujuan Pengeluaran Biaya 12 17000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 13 17000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 14 17000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 15 12000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 16 71000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 17 71000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 18 71000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 19 119000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 20 94000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 21 132000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 22 53000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 23 71000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 24 21000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon 25 132000 Biaya membayar andir (petugas air) dan air galon

Sungai

26-29 0 -

Sungai dan Sumur Pribadi

30 10000 Pengangkutan air

31 0

32 21000 Biaya listrik air

33-37 0

Sungai dan Air Galon

38 12000 Pembelian air galon

39 32000 Pembelian air galon

40 32000 Pembelian air galon

41 64000 Pembelian air galon

42 84000 Pembelian air galon

43 64000 Pembelian air galon

44 64000 Pembelian air galon

45 12000 Pembelian air galon

Sungai, sumur pribadi dan air galon

46 24000 Pembelian air galon

47 12000 Pembelian air galon 48 128000 Pembelian air galon

49 8000 Pembelian air galon


(5)

a) Lokasi Penelitian Skripsi

b) Sumur warga dan Kondisi Air

c) Proses Wawancara


(6)

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 26 Oktober 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Jani Rosadi dan Tati Lisnawati. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pakujajar CBM Kota Sukabumi pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Kota Sukabumi dan lulus pada tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Sukabumi dan dinyatakan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur Undangan (SNMPTN Undangan).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Ekonomi Umum TPB pada tahun ajaran 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga aktif mengajar di Bimbingan Belajar Global Excellence dan Quantum First. Penulis juga aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai staf Komunikasi dan Informasi Rumah Harapan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada tahun 2011-2012, staf Kajian Budaya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman pada tahun 2012-201, Bendahara Departemen Kesejahteraan Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) pada tahun 2012-2013, dan staf Badan Internal BEM KM IPB pada tahun 2013-2014.

Penulis juga aktif mengikuti lomba yang diadakan di kampus. Beberapa prestasi yang diraih adalah semifinalis lomba karya tulis ilmiah GSC (Green Science Competition) 2015 dan finalis duta lingkungan IPB 2014. Selain itu, penulis aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan mahasiswa dan peserta berbagai kegiatan seminar terkait bidang ilmu maupun di luar bidang ilmu penulis.