Respon Sorghum bicolor (Linn.) terhadap Perbaikan Tanah Masam PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi

RESPON Sorghum bicolor (Linn.) TERHADAP PERBAIKAN
TANAH MASAM PT HOLCIM Tbk, CIBADAK,
KABUPATEN SUKABUMI

NOVITA YANTI SIDABUTAR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Sorghum
bicolor (Linn.) terhadap Perbaikan Tanah Masam PT Holcim Tbk, Cibadak,
Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang terbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Novita Yanti Sidabutar
NIM E44100093

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar
IPB berdasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

ABSTRAK
NOVITA YANTI SIDABUTAR. Respon Sorghum bicolor (Linn.) terhadap
Perbaikan Tanah Masam PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Dibimbing oleh YADI SETIADI.
Kegiatan pertambangan memiliki beberapa kendala seperti lahan masam
dimana pH tanah rendah, kejenuhan Al tinggi, miskinnya kandungan hara makro,
terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Tujuan dari
penelitian ini adalah menentukan perlakuan perbaikan tanah masam yang tepat
pada lahan pasca tambang PT Holcim dan melihat dampaknya masam pada
pertumbuhan tanaman Sorghum bicolor. Penelitian ini terdiri dari 2 faktor
perlakuan yaitu perlakuan media tanah masam (tanah berwarna abu-abu, coklat

kemerahan, coklat) dan perlakuan larutan HSC (Humate Substance Complex)
dengan konsentrasi 1L:400L, 1L:800L, dan tanpa larutan HSC (kontrol).
Perlakuan yang tepat untuk perbaikan tanah masam yang berwarna abu-abu, dan
coklat adalah pemberian larutan HSC dengan konsentrasi 1L:800L. Sedangkan
tanah berwarna coklat kemerahan larutan HSC dngan konsentrasi 1L:400L.
Perbaikan tanah masam dengan pemberian larutan HSC berdampak pada
peningkatan peforma akar seperti bertambahnya panjang akar, panjang akar apikal,
jumlah akar lateral, panjang akar lateral, dan warna daun
Kata kunci: HSC, Sorghum bicolor, tanah masam, toksisitas

ABSTRACT
NOVITA YANTI SIDABUTAR. The Response of Sorghum bicolor (Linn.) on
Soil Amendment of Acid Soil PT Holcim Tbk, Cibadak, Sukabumi District.
Supervised by YADI SETIADI.
Mining activities have some obstacles such as acid soil where soil pH is
low, high Al saturation, less of macro nutrients content, especially P, K, Ca, and
Mg, and low organic content. The purpose of this research was to determine the
right treatment of acid soil reparation in the post-mining land and see the impact
of acid soils reparation in Sorghum bicolor plants. The research consisted of two
factors, namely the treatment of medium acid soil (soil color is gray, reddish

brown, brown) and the HSC (Humate Substance Complex) treatment in
concentration 1L: 400L, 1L: 800L, and without HSC (control). The appropriate
treatment for grey and brown acid soil reparation is adding HSC with a
concentration of 1L: 800L, while reddish brown soil with a concentration of
1L:400L. The reparation acid soil with HSC has some impacts on the performance
improvement such as increased root length, apical root length, quantity of lateral
roots, and lateral root length and leaf color.
Keywords: acid soil, HSC, Sorghum bicolor, toxicity

RESPON Sorghum bicolor (Linn.) TERHADAP PERBAIKAN
TANAH MASAM PT HOLCIM Tbk, CIBADAK,
KABUPATEN SUKABUMI

NOVITA YANTI SIDABUTAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Respon Sorghum bicolor (Linn.) terhadap Perbaikan Tanah Masam
PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi
Nama
: Novita Yanti Sidabutar
NIM
: E44100093

Disetujui oleh

Dr Ir Yadi Setiadi, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya
sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Februari–April 2014 ini ialah Respon Sorghum
bicolor (Linn.) terhadap Perbaikan Tanah Masam PT Holcim Tbk, Cibadak,
Kabupaten Sukabumi. Penulis berterima kasih kepada:
1.
Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, solusi, dan seluruh bantuannya
dalam penyelesaian skripsi.
2.
Bapak Drs Kilon Sidabutar, Ibu Martalena Silaen, MPdK, Rizki Porman
Sidabutar, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a, kasih sayang
dan dukungan secara moral dan spiritual dalam penyusunan skripsi.

3.
Bapak Dr Erianto Indra Putra SHut, MSi selaku pimpinan HEF yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian.
4.
Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana, Ms Bapak Dr Ir Djuang Raja Matangaran
MSc dan Bapak Dr Ir Omo Rusdiana MSc yang telah memberikan masukan
dalam penulisan skripsi.
5.
Holcim Education Forest (HEF) dan PT Holcim Tbk, Cibadak dan asisten
HEF Kak Ikhsan, Kak Nunu, Kak Fidel dan Bapak viktor yang telah
membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan penelitian ini.
6.
Staff Departemen Silvikultur dan Laboratorium Ekologi Hutan yaitu Ibu
Aliyah, Pak Ismail, Pak Dedi, Pak Zainal dan Ibu Yani serta Staff
Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB yaitu Ibu Nana,
Bang Jalu, dan Bang Asep yang telah bersedia membantu dalam penyediaan
beberapa alat dan bahan penelitian.
7.
Yosep Andrew T Silitonga atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan
selama penelitian hingga penulisan skripsi dan teman satu bimbingan

Yahdiyani Silmi, Dea Dinda H, Ludyah Annisah, Gunawan Rukmana, Aip
Heryana yang tidak pernah bosan memberikan semangat, bantuan dan
sharing ilmunya.
8.
Seluruh angkatan Silvikultur 47 terima kasih buat kebersamaannya,
9.
Sahabat saya Tjiufen Viin M, Rani E, Try Yesi S, Dwi Wahyuni, Anisah
Fitri A, Nur Eliya F dan sahabat setia dari asrama sampai kosan Ruth
Apricilia Erta, Susi Hasrat Alfisyah, dan Tria Komala Dewi atas bantuan,
semangat, dan keceriaan yang diberikan dalam penyusunan skripsi.
10. Kak Nuri, Mimi, Bayu, Dimas, Susi yang telah mengajari cara pengolahan
data.
11. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Novita Yanti Sidabutar
NIM E44100093


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Toksisitas Aluminium

2

Sorgum bicolor

3


METODE PENELITIAN

4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Alat dan Bahan

4

Prosedur Penelitian

4

Rancangan Percobaan

7


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Persentase Hidup (%)

10

Daun

10

Perkembangan Akar

11

Peforma Akar

12

Pertumbuhan Tinggi

15

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Kombinasi HSC dan tanah sebagai perlakuan percobaan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan media tanah masam,
perlakuan larutan HSC, dan interaksi media tanah masam dan larutan
HSC terhadap pertumbuhan tanaman S. bicolor
3 Hasil pengukuran pH tanah sebelum dan sesudah pemberian kapur
4 Persentase hidup (%) S. bicolor di berbagai tanah masam dan adanya
pemberian larutan HSC
5 Pengaruh perlakuan media tanah masam dan larutan HSC terhadap
jumlah daun
6 Pengaruh perlakuan media tanah masam dan larutan HSC terhadap
perkembangan akar
7 Pengaruh interaksi perlakuan media tanah masam dan larutan HSC
terhadap pertumbuhan tinggi

7

8
9
10
11
11
15

DAFTAR GAMBAR
1 Teknik pengambilan sampel tanah: (a) titik pengambilan sampel tanah,
(b) cara pengambilan sampel tanah
2 Persiapan media: (a) pencampuran sampel tanah, (b) sampel tanah
berwarna abu-abu, (c) sampel tanah berwarna coklat kemerahan, (d)
sampel tanah berwarna coklat
3 Kondisi sekitar pengambilan sampel tanah: (a) tanah coklat, (b) tanah
coklat kemerahan
4 Perkecambahan benih
5 Perubahan warna daun tanaman S. bicolor tanpa perlakuan HSC: (a)
tanah abu-abu, (b) tanah coklat kemerahan, (c) tanah coklat
6 Pengamatan awal dan akhir akar S. bicolor pada tanah abu-abu
7 Pengamatan awal dan akhir akar S. bicolor pada tanah coklat
kemerahan
8 Pengamatan awal dan akhir akar S. bicolor pada tanah coklat

5

5
9
10
11
12
13
14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan akibat kegiatan pertambangan ketika akan di rehabilitasi memiliki
beberapa kendala seperti tanah masam (pH tanah rendah), kejenuhan Al tinggi,
miskin kandungan hara makro, terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan
organik rendah. Menurut Setiadi (2012) tanah bermasalah ditandai adanya
toksisitas pada tanaman apabila pH tanah 3 me/100 gr dan Fe >1000 ppm maka akan
mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman bahkan menyebabkan kematian.
Menurut Setiadi (2012) kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT Holcim
menyebabkan beberapa kendala seperti adanya pemadatan tanah (soil compaction)
dan pH tanah rendah yang menyebabkan peningkatan unsur Al. Kondisi tanah
seperti ini menyebabkan akar tanaman tidak dapat berkembang dengan sempurna
dan fungsi mengabsorpsi unsur hara menjadi terganggu sehingga tanaman tidak
tumbuh dengan normal .
Permenhut No P.4/MENHUT–II/2011 bagian keempat tentang revegetasi
(pasal 43) menyebutkan revegetasi terdiri dari 4 tahapan kegiatan yaitu persiapan
lapangan, persemaian dan/atau pengadaan bibit, pelaksanaan penanaman, dan
pemeliharaan tanaman. Pada pasal 44 kegiatan persiapan lapangan terdiri dari
kegiatan pembersihan lahan, pengelolahan tanah dan perbaikan tanah. Perbaikan
tanah dilakukan agar kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman
dapat perhatian khusus seperti adanya penggunaan gypsum, kapur, mulsa dan
pupuk. Dalam hal ini dibutuhkan teknik perbaikan tanah yang tepat.
Penelitian ini diterapkan untuk melihat pengaruh penerapan teknik
perbaikan tanah menggunakan HSC (Humate Substance Complex) pada tanah
masam (pH tanah rendah) dan tanah padat di PT Holcim terhadap pertumbuhan
Sorghum bicolor. Perlakuan ini diharapkan dapat menentukan teknik perbaikan
tanah yang tepat dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman di PT Holcim
Tbk, Cibadak, kabupaten Sukabumi.

Tujuan Penelitian
1.
2.

Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu:
Menentukan perlakuan perbaikan tanah masam yang tepat pada lahan pasca
tambang PT Holcim, dan
Melihat respon pertumbuhan tanaman S. bicolor terhadap perbaikan tanah
masam menggunakan larutan HSC.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pihak pengelola mengenai penentuan tanah toxic menggunakan tanaman

2

bioindikator dan menentukan perbaikan tanah yang tepat pada tanah masam
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan revegetasi di PT Holcim.

TINJAUAN PUSTAKA
Toksisitas Aluminium
Kondisi pH rendah pada lahan masam memberikan pengaruh buruk bagi
tanaman, antara lain dengan meningkatnya kandungan bahan toksik seperti
Aluminium (Al) dan defisiensi fosfor (P). Menurut Harder (2002) bahwa pada pH
dibawah 5.5 terjadi reaksi hidrolisa Aluminium dari bentuk Al(OH)3 menjadi
Al3+. Dari hasil penelitian tentang tanah masam diketahui sejumlah masalah yang
banyak ditemukan pada tanah masam antara lain: kurangnya ketersediaan unsur P,
Ca, Mg, Mo, dan meningkatnya ketersediaan unsur Al, Fe, Mn, Bo dalam jumlah
yang dapat meracuni tanaman (Sutedjo dan Kartasapoetra 2005).
Toksisitas Al menyebabkan rendahnya kemampuan tanaman dalam
menyerap unsur hara dan air. Pada tanah masam Aluminium berbentuk ion
trivalent (Al3+) yang timbul saat tanah memiliki pH rendah yaitu kurang dari 5.5.
Menurut Oktavidiati (2002) menyatakan bahwa target utama keracunan
Aluminium adalah jaringan akar tanaman. Toksisitas Al selain mengakibatkan
tanaman kekurangan nutrien juga mengubah struktur dan fungsi dari membran
plasma dan menghalangi pembelahan sel pada ujung-ujung akar. Tanaman
biasanya menunjukkan berbagai respon dari toksisitas Aluminium dengan
membangun sistem toleransi (Yamamoto et al 1992). Gejala keracunan Al yang
paling mudah untuk dilihat adalah penghambatan pertumbuhan akar.
Kondisi toksisitas Aluminium pada tanah masam dapat diperbaiki dengan
cara pembenahan atau perbaikan lahan. Salah satu cara perbaikan lahan pada
tanah masam adalah pemberian bahan organik alami seperti HSC (Humate
Substance Complex). HSC adalah suatu bahan cairan hitam yang dihasilkan dari
proses ekstraksi organik alami. Bahan ini sangat bermanfaat untuk perbaikan
lahan. Di lapangan produk HSC dapat digunakan untuk meningkatkan Kapasitas
Tukar Kation (KTK), meningkatkan keefektipan penggunaan pupuk kimia,
mengkelat logam berat dan mineral beracun, serta membantu meningkatkan
proses humifikasi.
Penelitian ini menggunakan HSC sebagai bio soil booster. Bio soil booster
adalah campuran produk akhir yang diproduksi berupa cairan hitam dari ekstraksi
alami oleh turunan HSC. Produk ini didesain untuk pembenahan berbagai
permasalahan tanah (tanah berpasir, toksik Aluminium, dan kekurangan nutrisi).
Di lapangan dapat juga diterapkan untuk meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
(KTK) tanah, efesiensi penggunaan pupuk bahan kimia dan menetralkan toksik.
Produk ini juga kompatibel untuk penanaman pohon-pohon di tepi pantai yang
berpasir (Setiadi 2014).

3

Sorghum bicolor
Tanaman sorgum memiliki kerabat sekitar 30 spesies diantara spesiesspesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan sangat populer dan menjadi
tanaman komersial di dunia adalah spesies S. bicolor (L.) Moench. S. bicolor
merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi
Ethiopia.
Tanaman sorgum merupakan tanaman sereal yang tinggi daya tahannya
terhadap kekurangan air. Disamping memiliki daya tahan tersebut, tanaman
sorghum memiliki daya penyembuhan (daya regenerasi) terhadap hama dan
kekeringan. Hierarki taksonomi tanaman sorgum adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Sub family : Panicoideae
Genus : Sorghum
Species : bicolor
Sorgum termasuk kelas Monocotyledoneae (tumbuhan biji berkeping satu)
dengan subclass: Liliopsida; ordo Poales yang dicirikan melalui bentuk tanaman
ternal dengan siklus hidup semusim; famili Poaceae atau Gramineae, yaitu
tumbuhan jenis rumput-rumputan dengan karakteristik batang berbentuk silinder
dengan buku-buku yang jelas, dan genus Sorgum (Doggett 1988).
Tanaman sorghum dapat tumbuh dengan baik di tanah yang berpasir hingga
tanah yang berat. Sorghum tidak menyukai air yang tergenang, namun menyukai
pengairan yang teratur. Sorghum dapat tumbuh ditempat yang miskin zat hara.
Rata-rata kemasaman tanah untuk sorghum adalah pH 5.5‒6.5 (Doggett 1972).
Hal ini menyebabkan sorgum menjadi unggul dikembangkan dilahan kering dan
masam. Lahan kering dan masam terdapat banyak di Indonesia yang mencapai
99.5 juta hektar (Hidayat dan Mulyani 2002).
Tanaman sorgum lebih sensitif daripada jagung tapi kurang sensitif daripada
bunga matahari, dan beberapa kultivar sorgum memiliki kepekaan yang berbedabeda terhadap toksisitas Aluminium. Pada daun sorgum dan tanaman lainnya
tidak terlihat secara spesifik gejala yang ditimbulkan oleh toksisitas aluminium,
namun gejala toksisitas aluminium telah berhasil diamati pada gangguan
pertumbuhan dan fungsi akar (Grundon et al. 1987).
Keparahan toksisitas Aluminium dapat dikaitkan dengan perkembangan
akar lateral yang baik, yang mana akar menjadi pendek dan tebal dan sering
berwarna cokelat atau hitam, hilangnya dominasi apikal ketika akar apices yang
terluka (Grundon et al. 1987). Penelitian Blamey menunjukkan konsentrasi
Aluminium 16 µM menunjukkan gejala pada akar tanaman sorgum yang
menyebabkan pengurangan substansial dalam pertumbuhan akar dan pucuk.
Pengurangan terjadi pada berat kering akar dan pucuk sekitar 72% tanpa
menunjukkan gejala yang jelas di bagian akar (Blamey 1986). Sedangkan
hambatan pertumbuhan akar pada genotipe sorgum toleran bisa mencapai 30%
(Caniato et al. 2007).

4

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari − April 2014. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Rumah Kaca Bagian Ekologi, Departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geographyc Positioning
System (GPS), tallysheet, plastik ukuran 3 kg anti panas, kertas pH, pH meter
tanah, bak kecambah, alat tulis, gelas ukur, label, penggaris, milimeter blok,
kamera, sprayer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih
tanaman S. bicolor dari Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan,
sampel tanah pasca tambang PT Holcim Tbk, Cibadak dengan berbagai warna
tanah abu-abu (pH 4.5), cokelat kemerahan (pH 6.2) dan cokelat (pH 6.5), air
aquades, zeolit, microlime, dan HSC.

Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil di beberapa lokasi pasca tambang PT Holcim Tbk,
Cibadak. Teknik pengambilan sampel tanah untuk penelitian ini, meliputi:
a.
Penentuan Lokasi
Menentukan lokasi pengambilan sampel tanah dengan menentukan lokasilokasi tanah di PT Holcim Tbk berdasarkan kondisi tanaman yang stagnasi,
kondisi tanaman yang mati, dan berdasarkan warna tanah yang dilihat secara
visual.
b.
Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan satu jenis sampel tanah dikompositkan dari 5 titik yang
berdekatan pada satu lokasi. Jarak antar titik pengambilan 3‒4 meter dan pada
titik ketiga atau titik tengah lakukan pemetaan menggunakan GPS. Selanjutnya
pengambilan sampel tanah dilakukan dengan teknik pengeboran dengan ukuran
diameter lubang kurang lebih 15 cm dan kedalaman kurang lebih 30 cm dibawah
permukaan tanah tanah pasca tambang. Kemudian sampel tanah dibungkus
dengan plastik anti panas. Selama penyimpanan tanah diupayakan plastik dibuka
untuk menghindari perubahan sifat tanah yang tidak diinginkan.

5

3‒4m
2

1

3

5

4

b

a

Gambar 1 Teknik pengambilan sampel tanah: (a) titik pengambilan
sampel tanah, (b) cara pengambilan sampel tanah
Persiapan Media
Persiapan media percobaan,dilakukan dengan cara pengadukan tiap sampel
tanah dari 5 titik yang telah diperoleh hingga sampel tanah homogen. Sampel
tanah kemudian dikering-anginkan selama 1–2 hari. Selanjutnya sampel tanah
dimasukkan ke dalam bak kecambah dengan ketebalan ±2 cm. Kemudian pada
media yang telah diberi perlakuan ditebarkan zeolit yang telah dibersihkan
terlebih dahulu dengan cara pencucian dengan tinggi 1–1.5 cm. Ukuran bak
kecambah yang digunakan adalah 24.5 cm x 4 cm x 19 cm yang telah diberi label.
Ukuran zeolit yang digunakan adalah 0.1–0.3 cm dan 0.5–0.8 cm.

a

b

c

d

Gambar 2 Persiapan media: (a) pencampuran sampel tanah, (b) sampel tanah
berwarna abu-abu, (c) sampel tanah berwarna coklat kemerahan, (d)
sampel tanah berwarna coklat
Persiapan HSC
Sebelum pembuatan larutan HSC, terlebih dahulu dilakukan uji
pendahuluan penelitian yang terdiri dari pengukuran kapasitas lapang, pengukuran
pH tiap sampel tanah, dan penentuan konsentrasi kapur.
a.
Pengukuran Kapasitas Lapang
Pengukuran kapasitas lapang dilakukan dengan cara menyediakan bak
penampung dengan ukuran 28 cm x 20.5 cm x 4 cm dan bak kecambah 24.5 cm x
4 cm x 19 cm yang akan diisi sampel tanah yang berbeda. Selanjutnya
memasukkan air sebanyak 250 ml kedalam bak kecambah dan menunggu air
berhenti menetes dari bak kecambah. Selanjutnya menghitung selisih air yang

6

dimasukkan dengan air yang tertampung, sehingga pada percobaan ini diperoleh
kapasitas lapang sampel tanah sebesar 200 ml .
b.
Pengukuran pH Tanah dan Konsentrasi Kapur
Pengukuran pH awal tiap sampel tanah dilakukan terlebih dahulu sebelum
penambahan kapur dilakukan. Kapur yang dipakai pada penelitian ini adalah
microlime. Konsentrasi larutan kapur terdiri dari 3 tingkat yaitu 1 gram kapur
dilarutkan ke 1 liter air, 2 gram kapur dilarutkan ke 1 liter air, dan 3 gram kapur
dilarutkan ke 1 liter air. Kemudian dilakukan pengukuran pH tiap sampel tanah,
dalam waktu 2 jam, 8 jam dan 24 jam. Pengukuran pH menggunakan dua alat
ukur yaitu kertas pH dan pH meter tanah. Selanjutnya konsentrasi kapur 1 gram
dilarutkan ke 1 liter air merupakan konsentrasi yang tepat untuk menaikkan pH
sampel tanah yang digunakan.
c.
Pembuatan Larutan HSC
Pemberian larutan HSC pada sampel tanah dilakukan, apabila pH tanah naik
ketika dilakukan pengapuran. Pembuatan larutan HSC dilakukan dengan cara
melarutkan HSC dengan air. Konsentrasi larutan HSC yang digunakan adalah
konsentrasi rendah 1 liter HSC dilarutkan ke 400 liter air dan konsentrasi tinggi 1
liter HSC dilarutkan ke 800 liter air.
Persiapan Benih Tanaman
Benih tanaman S. bicolor, terlebih dahulu diuji viabilitasnya. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas benih dan kebutuhan benih. Benih S. bicolor
yang dipakai telah diberi fungisida. Kemudian direndam air biasa selama 24 jam
untuk membersihkan fungisida. Benih yang tidak memakai fungisida perendaman
dapat dilakukan selama 5 menit. Selanjutnya benih ditebarkan pada bak kecambah
yang telah ditaburi zeolit ± 1–1.5 cm. Bak kecambah selanjutnya disiram untuk
menjaga kelembaban dan kecukupan air. Kemudian dilakukan perhitungan
persentase kecambah.
Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharan yang dilaksanakan meliputi penyiraman tanaman
yang dilakukan sebanyak 1–2 kali sehari dengan menggunakan sprayer.
Penyiraman tidak perlu dilakukan apabila kondisi zeolit di dalam bak kecambah
masih basah.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati adalah variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel
kuantitatif meliputi persentase hidup (%), tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm),
panjang akar apikal (cm), panjang akar lateral (cm), jumlah akar apikal (helai),
jumlah akar lateral (helai), dan jumlah daun (helai), sedangkan pada variabel
kualitatif dilakukan penilaian performa akar dan warna daun. Waktu pengamatan
dimulai setelah satu minggu dimana akar tanaman S. bicolor telah menyentuh
tanah. Akar tanaman S. bicolor mampu menyentuh tanah setelah tiga hari benih
ditabur.
Pengamatan dan pengukuran tiap variabel dilakukan tiap minggu selama 4
kali dalam sebulan.

7

1. Pengukuran tinggi dimulai dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang.
Pengukuran panjang akar dimulai dari pangkal batang sampai ujung akar
terpanjang.
2. Pengukuran panjang akar apikal dimulai dari pangkal batang sampai ujung
akar apikal terpanjang.
3. Pengukuran jumlah akar apikal dilakukan dengan cara menghitung banyaknya
akar apikal yang ada.
4. Pengukuran panjang akar lateral dimulai dari ditemuinya akar lateral
terpanjang pada akar apikal.
5. Pengukuran jumlah akar lateral dilakukan dengan cara menghitung jumlah
akar lateral (akar serabut) yang terdapat pada akar apikal.
6. Pengukuran jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun
yang tumbuh setiap minggu.
7. Pengamatan peforma akar dilakukan dengan cara membandingkan peforma
akar yang ditunjukkan akar dari minggu pertama hingga minggu terakhir
pengamatan.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Rancangan ini terdiri dari 2 faktor
perlakuan, yang diuraikan sebagai berikut:
Faktor M adalah faktor perlakuan media tanah masam yang terdiri dari 3
taraf, yaitu:
M0 = Tanah dengan warna abu-abu (kontrol)
M1 = Tanah dengan warna cokelat kemerahan
M2 = Tanah dengan warna cokelat
Faktor H adalah faktor perlakuan larutan HSC, yang terdiri dari 3 taraf,
yaitu:
H0 = Kontrol (tanpa larutan HSC)
H1 = HSC dan air (1L : 400L)
H2 = HSC dan air (1L : 800L)
Kombinasi HSC dan tanah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi HSC dan tanah sebagai perlakuan percobaan
Perlakuan
ulangan
H0
H1
H2
1
M0H0 1
M0H1 1
M0H2 1
Abu-abu (M0)
2
M0H0 2
M0H1 2
M0H2 2
3
M0H0 3
M0H1 3
M0H2 3
1
M1H0 1
M1H1 1
M1H2 1
2
M1H0 2
M1H1 2
M1H2 2
Coklat Kemerahan
(M1)
3
M1H0 3
M1H1 3
M1H2 3
1
M2H0 1
M2H1 1
M2H2 1
Coklat (M2)
2
M2H0 2
M2H1 2
M2H2 2
3
M2H0 3
M2H1 3
M2H2 3
Keterangan: M0H0 1:Huruf pertama dan kedua menunjukkan warna tanah
Huruf ketiga dan keempat menunjukkan konsentrasi larutan HSC
Angka menunjukkan ulangan percobaan.

8

Pengaruh pemberian HSC di berbagai media adalah menggunakan model
rancangan percobaan sebagai berikut:
Yijk = μ + Ai + Bj + ABij + Cijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan untuk pengaruh perlakuan media taraf ke-i, pengaruh
perlakuan larutan HSC taraf ke j, dan ulangan ke-k
μ
= nilai rataan umum
Ai
= pengaruh perlakuan media pada taraf ke-i
Bj
= pengaruh perlakuan larutan HSC pada taraf ke-j
ABij = pengaruh interaksi antara perlakuan media dengan perlakuan larutan
HSC
Cijk = pengaruh galat pada faktor perlakuan media taraf ke-i, faktor perlakuan
larutan HSC taraf ke-j dan ulangan ke-k
i
= taraf media tanah masam (abu-abu, coklat kemerahan, dan coklat)
j
= taraf larutan HSC (tanpa larutan HSC, 1L:400L, dan 1L:800L)
k
= ulangan (1,2,3)
Mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan
S.bicolor maka dilakukan uji F. Apabila sidik ragam memberikan hasil nyata,
selanjutnya dilakukan uji Duncan pada taraf kesalahan 5% untuk mengetahui beda
antar perlakuan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft
Office Excel 2010 dan software SAS versi 9.1 portable.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyajian Tabel 2 menunjukkan rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh
perlakuan media tanah masam, perlakuan larutan HSC, dan interaksi media tanah
masam dan larutan HSC terhadap tanaman S. bicolor
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan media tanah masam,
perlakuan larutan HSC, dan interaksi media tanah masam dan larutan
HSC terhadap pertumbuhan tanaman S. bicolor
Parameter
Media
HSC (H) Media*HSC
(M)
(M*K)
Tinggi (cm)
0.486tn
0.056 tn
0.023*
tn
tn
Panjang akar (cm)
0.888
0.729
0.669 tn
Panjang akar apikal
0.818 tn
0.561 tn
0.399 tn
(cm)
Jumlah akar apikal
0.128 tn
0.291 tn
0.849 tn
(helai)
Panjang akar lateral
0.690 tn
0.044*
0.990 tn
(cm)
Jumlah akar lateral
0.008*
0.975 tn
0.493 tn
(helai)
Jumlah daun (helai)
0.209 tn
0.209 tn
0.904 tn
tn: perlakuan tidak berbeda nyata; *: perlakuan berbeda nyata pada taraf uji 5%.

9

Berdasarkan menyajikan Tabel 2 diperoleh hasil beberapa variabel yang
pengaruh nyata, seperti perlakuan media tanah masam berpengaruh nyata pada
parameter jumlah akar lateral, perlakuan larutan HSC berpengaruh nyata pada
parameter panjang akar lateral dan interaksi media tanah masam dan larutan HSC
berpengaruh nyata pada parameter tinggi.
Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan dengan cara
melihat kondisi pertumbuhan tanaman disekitarnya. Tanah coklat dipilih sebagai
media kontrol percobaan dikarenakan pertumbuhan tanaman sekitarnya sangat
baik dan banyak ditumbuhi pepohonan, sedangkan tanah abu-abu kondisi
pertumbuhan tanaman sekitarnya mati seperti menggosong dan tidak ada tanaman
yang tumbuh, dan tanah coklat kemerahan kondisi pertumbuhan tanaman
sekitarnya kerdil dan mati. Kondisi tanaman disekitar pengambilan sampel tanah
dapat dilihat pada Gambar 3.

a

b

Gambar 3 Kondisi sekitar pengambilan sampel tanah:
(a) tanah coklat, (b) tanah coklat kemerahan
Berdasarkan Tabel 3 pemberian kapur selama 24 jam menunjukkan
kenaikan pH tanah ditiap media tanah masam, sehingga pemberian larutan HSC
dapat dilakukan.
Tabel 3 Hasil pengukuran pH tanah sebelum dan sesudah pemberian kapur
Jenis tanah
Sebelum
Setelah
Abu-abu (M0)
4,5
5,9
Coklat Kemerahan (M1)
6,2
7
Coklat (M2)
6,5
7
Persentase Hidup (%)
Persentase kecambah tanaman S. bicolor di berbagai tanah masam dan tanah
masam yang diberi perlakuan HSC ditunjukkan pada Tabel 3. Biji-biji yang
tumbuh berhasil hidup hingga akhir penelitian, sedangkan biji yang tidak
berkecambah dikarenakan kualitas biji yang kurang baik. Perkecambahan benih
dapat dilihat pada Gambar 4.

10

Tabel 4 Persentase hidup (%) S. bicolor di berbagai tanah masam dan adanya
pemberian larutan HSC
Persentase kecambah (%)
Larutan HSC
Media tanah masam
Kontrol (H0) 1L:400L (H1) 1L:800L (H2)
Abu-abu (M0)
51
47
51
Coklat kemerahan (M1)
54
43
40
Coklat (M2)
54
45
47

Gambar 4 Perkecambahan benih: (a) M0H0, (b) M0H1, (c) M0H2, (d)
M1H0, (e) M1H1, (f) M1H2, (g) M2H0, (h) M2H1, (i) M2H2
Respon pertumbuhan tanaman S. bicolor terhadap tanah masam dan
perlakuan HSC dapat dilihat pada beberapa parameter seperti jumlah daun (helai),
peforma akar, perkembangan akar (cm) dan pertumbuhan tinggi (cm) yang
diuraikan sebagai berikut:
Daun
Respon tanaman S. bicolor terhadap toksik tanah masam dan pemberian
larutan HSC telah berdampak pada warna daun pada 4 minggu pengamatan.
Perubahan warna daun yang terjadi ditemukan pada media tanah berwarna abuabu, coklat kemerahan, dan coklat tanpa pemberian larutan HSC (kontrol),
sedangkan pada tanah masam dengan perlakuan larutan HSC tidak memiliki
perubahan warna seperti kontrol. Perubahan warna daun mulai terjadi pada
minggu kedua dibagian daun pertama dan kedua didekat pangkal batang, yang
mana warna ujung daun menjadi coklat (menggosong) dan menguning seperti
terlihat pada Gambar 5. Perubahan warna yang terjadi pada daun diduga akibat
adanya toksisitas pada tanah.

11

a

c

b

Gambar 5 Perubahan warna daun tanaman S. bicolor tanpa perlakuan HSC: (a)
tanah abu-abu, (b) tanah coklat kemerahan, (c) tanah coklat
Berdasarkan penyajian Tabel 5 pengaruh perlakuan media tanah masam dan
perlakuan larutan HSC tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan media tanah masam dan perlakuan larutan HSC
terhadap jumlah daun
Perameter
Media (M)
HSC (H)
Perlakuan
Jumlah
daun (helai)

M0
1.11a

M1
1.08a

M2
1.07a

H0
1.11a

H1
1.07a

H2
1.08a

*: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Perkembangan Akar
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan media tanah masam
berpengaruh nyata pada parameter jumlah akar lateral dan adanya perlakuan
larutan HSC berpengaruh nyata pada parameter panjang akar lateral.
Tabel 6 Pengaruh perlakuan media tanah masam dan larutan HSC terhadap
perkembangan akar
Parameter
Media (M)
HSC (H)
Perlakuan
Panjang
akar lateral
(cm)
Jumlah
akar lateral
(helai)

M0
2.16a

M1
2.22a

M2
2.27a

H0
2.02b

H1
2.31a

H2
2.32a

3.06b

3.06b

3.57a

3.23a

3.21a

3.25a

*: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Jumlah akar lateral tertinggi ditunjukkan pada tanah coklat. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah coklat tidak memiliki masalah seperti pada tanah abuabu dan coklat kemerahan. Peningkatan panjang akar lateral dan jumlah akar
lateral terbesar hingga terkecil ditunjukkan pada tanah coklat, coklat kemerahan

12

dan abu-abu. Hasil ini menunjukkan bahwa tanah abu-abu dan tanah coklat
kemerahan adalah tanah bermasalah. Perlakuan larutan HSC menunjukkan
pengaruh nyata terhadap panjang akar lateral. Nilai peningkatan panjang akar
pada larutan HSC 1L:400L sebesar 14.3% dan 1L:800L sebesar 14.8%
dibandingkan dengan kontrol. Maka perlakuan larutan HSC dengan konsentrasi
1L:800L dipilih sebagai perlakuan yang tepat.
Performa Akar
Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada proses
perkecambahan benih yang berkembang dari radikula, berfungsi sebagai alat
transportasi air dan nutrisi bagi kecambah dalam tanah. Seiring dengan proses
pertumbuhan tanaman pada saat muncul akar sekunder pada ruas pertama,
fungsinya segera digantikan oleh akar sekunder. Akar sekunder berkembang di
ruas pertama pada mesokotil di bawah tanah yang kemudian berkembang secara
ekstensif yang diikuti oleh matinya akar primer. Akar sekunder berukuran kecil,
seragam, dan hanya sebagian kecil dari sistem perakaran sorgum. Pada tanah yang
gembur, akar sekunder mampu tumbuh hingga 1 m ke samping dan 2 m ke dalam
tanah untuk menyerap nutrisi (du Plessis 2008).

a

b

c

d

e

f

Gambar 6 Pengamatan awal dan akhir Akar S. bicolor pada tanah abu-abu:
(a) M0H0, (b) M0H1, (c) M0H2, (d) M1H0, (e) M1H1, (f) M1H2,
(g) M2H0, (h) M2H1, (i) M2H2

13

Pengamatan peforma akar tanaman sorgum pada tanah abu-abu dapat
dilihat pada Gambar 6. Gambar ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peforma
akar pada kontrol dan pemberian larutan HSC. Perbedaan ini terlihat dari
banyak dan panjangnya akar lateral dan akar apikal. Pada kontrol, awalnya tidak
memiliki akar lateral dan pada akhir pengamatan menunjukkan akar lateral
sedikit, pendek, dan menebal, sedangkan pada akar apikal banyak, pendek, dan
menebal. Berdasarkan pengamatan peforma akar, pemberian larutan HSC
dengan konsentrasi 1L:800L lebih tepat diterapkan untuk perbaikan tanah abuabu.
Pemberian larutan HSC 1L:800L pada tanah abu-abu dapat meningkatkan
peforma akar tanaman sorgum, hal ini ditunjukkan dengan adanya jumlah akar
lateral yang lebih banyak, tidak ada penebalan pada akar apikal maupun akar
lateral, panjang akar lateral dan panjang akar apikal lebih panjang dari pada
kontrol. Pemberian larutan HSC pada tanah abu-abu menyebabkan tanah-tanah
keras menjadi lembut menyerupai lumpur, sehingga peforma akar yang diberi
larutan HSC terlihat lebih baik dari pada tanpa pemberian larutan HSC.

a

b

c

d

e

f

Gambar 7 Pengamatan awal dan akhir Akar S. bicolor pada tanah coklat
kemerahan: (a) M0H0, (b) M0H1, (c) M0H2, (d) M1H0, (e)
M1H1, (f) M1H2, (g) M2H0, (h) M2H1, (i) M2H2
Pengamatan akar tanaman sorgum pada tanah coklat kemerahan dapat
dilihat pada Gambar 7. Gambar ini menunjukkan bahwa terlihat perbedaan

14

peforma akar pada kontrol dan pemberian larutan HSC. Perbedaan ini terlihat dari
panjangnya dan jumlah pada akar lateral dan apikal. Pada kontrol, peforma akar
sorgum menunjukkan ukuran akar apikal dan akar lateral yang pendek dan
menebal. Perkembangan akar pada tanah kontrol dominan membentuk akar apikal
dari pada akar lateral. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara
tanaman sorgum. Pada penelitian ini pengaruh terhadap pertumbuhan di atas akar
seperti pertumbuhan tinggi belum menunjukkan dampak yang jelas, agar
perlakuan terlihat berpengaruh maka diperlukan waktu pengamatan yang lebih
lama.
Perlakuan larutan HSC yang tepat pada tanah coklat kemerahan adalah
konsentrasi larutan HSC 1L:400L. Gambar 7 menunjukkan bahwa perkembangan
akar tanaman sorgum lebih baik, ini terlihat dari jumlah akar apikal dan lateral
lebih banyak, dan ukurannya lebih panjang, tidak ada penebalan pada akar, dan
penyebaran akar lateralnya hampir merata bila dibandingkan dengan larutan HSC
1L:800L.

a

b

c

d

e

f

Gambar 8 Pengamatan awal dan akhir Akar S. bicolor pada tanah coklat: (a)
M0H0, (b) M0H1, (c) M0H2, (d) M1H0, (e) M1H1, (f) M1H2,
(g) M2H0, (h) M2H1, (i) M2H2
Pengamatan akar tanaman sorgum pada tanah coklat dapat dilihat pada
Gambar 8. Peforma akar di minggu pertama menunjukkan peforma yang hampir

15

sama pada kontrol dan adanya perlakuan larutan HSC, namun diakhir pengamatan
peforma akar pada kontrol berbeda dengan peforma akar yang diberi larutan HSC.
Peforma akar pada dua konsentrasi pemberian larutan HSC hampir terlihat
memiliki peforma akar yang sama sehingga diperlukan waktu pengamatan yang
lebih lama untuk melihat perbedaanya. Pemberian larutan HSC 1L:800L
menunjukkan bahwa panjang akar apikal, jumlah akar apikal, panjang akar apikal,
dan jumlah akar apikal lebih banyak dari pada konsentrasi larutan HSC 1L:400L
dan kontrol. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan peforma akar pemberian
larutan HSC yang tepat untuk kegiatan perbaikan tanah berwarna coklat adalah
pemberian larutan HSC dengan konsentrasi 1L:800L.
Pertumbuhan Tinggi
Penyajian Tabel 7 menunjukkan pengaruh interaksi terhadap pertumbuhan
tinggi pada media tanah masam dengan larutan HSC. Faktor pertumbuhan tinggi
pada penelitian ini diduga karena adanya faktor eksternal seperti cahaya, sehingga
tinggi tanaman sorgum pada tanah kontrol tidak berbeda jauh dengan adanya
pemberian larutan HSC. Selain itu waktu pengamatan yang singkat tidak
menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi yang nyata sehingga dibutuhkan
waktu pengamatan lebih lama untuk melihat pengaruhnya.
Tabel 7 Pengaruh interaksi perlakuan media tanah masam dan larutan HSC
terhadap pertumbuhan tinggi
Media tanah masam (M)
Larutan HSC (H)
Kontrol (H0) 1L:400L (H1) 1L:800L (H2)
Abu-abu (M0)
45.76a
39.97bc
39.37bc
Coklat kemerahan (M1)
39.60bc
38.40bc
43.17ab
Coklat (M2))
42.70abc
40.77bc
37.60c
*: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Berdasarkan seluruh variabel yang diukur, pemberian larutan HSC pada
tanah masam memiliki pengaruh pada peforma akar dan perubahan warna daun.
Sedangkan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tidak berpengaruh. Berdasarkan
hasil penelitian pemberian larutan HSC yang tepat pada tanah berwana abu-abu
dan coklat adalah larutan HSC dengan konsentrasi 1 L:800L dan pada warna
coklat kemerahan adalah 1L:400L.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengamatan yang dilakukan selama 4 minggu telah menunjukkan respon
pada variabel perkembangan akar dan warna daun. Pendeteksian toksisitas pada
tanah masam dapat dilihat dari adanya perubahan warna daun serta peforma akar
tanaman S. bicolor. Perlakuan yang tepat untuk perbaikan tanah masam pada
tanah berwarna abu-abu dan coklat adalah pemberian larutan HSC dengan

16

konsentrasi 1L:800L, sedangkan tanah berwarna coklat kemerahan adalah larutan
HSC dengan konsentrasi 1L:400L. Perbaikan tanah masam dengan pemberian
larutan HSC berdampak pada peningkatan peforma akar seperti bertambahnya
panjang akar, panjang akar apikal, jumlah akar lateral, panjang akar lateral, dan
perubahan warna daun. Sedangkan dampak terhadap pertumbuhan tinggi belum
terlihat jelas dalam waktu 4 minggu pengamatan.

Saran
Kegiatan perbaikan tanah pada PT Holcim Tbk, Cibadak disarankan
menggunakan bahan organik alami seperti HSC (Humate Substance Complex)
seperti bio soil booster dengan konsentrasi larutan 1L:800L pada tanah berwarna
abu-abu dan coklat, sedangkan tanah berwarna merah diberikan larutan HSC
dengan konsentrasi 1L:400L. Waktu pengamatan penelitian ini disarankan lebih
lama dari waktu pengamatan yang telah dilakukan, supaya pengaruh pemberian
larutan HSC lebih jelas terlihat terhadap pertumbuhan tanaman sorgum dan perlu
adanya penambahan variabel pengukuran seperti biomassa akar dan kerusakan
akar. Serta perlu adanya penelitian lanjutan yang menggunakan jenis tanaman lain
selain S. bicolor.

DAFTAR PUSTAKA
Blamey FPC, Grundon NJ, Asher CJ, Edwards DC. 1986. Aluminium toxicity in
sorghum and sunflower. In: Foale MA dan Henzell, RC, eds, Proceedings
of the First Australian Sorghum Conference, February 1986, Gatton,
Australia, 6.11-6.18.
Caniato FF, Guimaraes CT, Schaffert RE, Alves VMC, Kochian LV, Borem A,
Klein PE, Magalhaes JV. 2007. Genetic diversity for aluminum tolerance
in sorghum. Theor Appl Genet 114:863-876.
Doggett H. 1988. Sorghum, 2nd ed. Longman Scientific & Technical, Burnt Mill,
Harlow, Essex, England. New York: John Wiley & Sons.
Doggett H, Darre SM. 1972. Crop Production. New York: MacMillan Coy.
du Plessis J. 2008. Sorghum production. South Africa: Republic of South Africa
Department of Agriculture.
Grundon NJ, Edwards DG, Takkar PN, Asher CJ, Clark RB. 1987. Nutritional
Disorders of Grain Sorghum. Australian (AU): Inprint Ltd.
Harder R.D., 2002, Acid soils of the tropics. An Echo Technical Note.
Hidayat, A, Mulyani A. 2002. Lahan kering untuk pertanian. Dalam: Teknologi
pengelolaan lahan kering. Puslibang Tanah dan Agroklimat, Badan
Litbang Deptan, Bogor (ID). Hlm 1-34.
Oktavidiati E. 2002. Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Stres Aluminium.
Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

17

[MENHUT] Menteri Kehutanan. 2011. Permenhut (Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia) No P.4/MENHUT–II/2011 tentang
Pedoman
Reklamasi Hutan. Jakarta (ID).
Setiadi Y. 2012. Pembenahan Lahan Pasca Tambang (Soil Amendment Post
Mined Land). Post Mining Restoration Technical Note. Tidak Diterbitkan.
Setiadi Y. 2014. HSC (Humate Substance Complex) [komunikasi pribadi]. Bogor
(ID).
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG. 2005. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya
Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit Rineka Cipta. Hlm:
134.
Yamamoto Y, Matsumo H, Kasai M. 1992. Changes of some properties of the
plasma membrane enriched fraction of barley roots related to aluminum
stress; membrane associated ATPase, aluminum and calcium. Soil Sci.
Plant Nutr. 38 (3): 411 – 419.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 24 November 1992 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs Kilon Sidabutar dan Ibu
Martalena Silaen, MPdK. Penulis merupakan lulusan SMA Negeri 7 Medan
(2010) dan pada tahun yang sama penulis masuk IPB melalui Ujian Talenta
Mandiri (UTM) IPB di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan yakni Himpunan Profesi Tree Grower Community (TGC) sebagai
bendahara KOMINFO (2012-2013) dan anggota Tree Species Group (TSG),
anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dan Komisi Pelayanan Anak
(KPA) IPB (2010-2014), dan anggota Persekutuan Kristen Fakultas Kehutanan
(2011-2013). Penulis aktif diberbagai kegiatan kepanitiaan, panitia orientasi
mahasiswa tingkat Fakultas (2012-2013) dan Departemen (2012), Kebaktian
Awal Tahun (KATA) PMK (2012), panitia Natal Sylva (2011-2012), dan panitia
Tree Grower Community in action (2013). Penulis juga pernah mengikuti
program magang mandiri di Cagar Alam Pangandaran (2013). Penulis mengikuti
kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Nasional
Gunung Ciremai dan Indramayu (2012), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) dan Praktek Kerja Profesi di Persemaian
Permanen BPDAS Citarum-Ciliwung (2014).
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Respon Sorghum bicolor (Linn.) terhadap Perbaikan Tanah
Masam PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi, di bawah bimbingan
Dr Ir Yadi Setiadi, MSc.