Uji Lapang Pemanfaatan Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita pada Bibit Tanaman Acacia decurrens Wendl.

UJI LAPANG PEMANFAATAN Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita PADA BIBIT TANAMAN Acacia decurrens
Wendl.

ARIEF BUDI SETIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Uji Lapang Pemanfaatan
Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita pada Bibit Tanaman Acacia
decurrens Wendl. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Arief Budi Setiawan
NIM E451130111

RINGKASAN
ARIEF BUDI SETIAWAN. Uji Lapang Pemanfaatan Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita pada Bibit Tanaman Acacia decurrens Wendl. Dibimbing
oleh SRI WILARSO BUDI R dan CAHYO WIBOWO.
Penggunaan mikoriza diketahui dapat mendukung program rehabilitasi
lahan kritis dan meningkatkan produksi pertanian maupun kehutanan. Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) diketahui tersebar sangat luas, sehingga dapat
ditemukan hampir di semua tipe ekosistem, bahkan pada lahan kritis dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Umumnya, kunci utama optimalisasi
pemanfaatan FMA ditentukan oleh hasil kajian efektivitas simbiosis antara
tanaman inang dan FMA. G. etunicatum, G. margarita dan A. decurrens dapat
dikembangkan untuk mendukung program rehabilitasi lahan kritis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita terhadap pertumbuhan bibit Acacia decurrens. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 bagian, bagian pertama di rumah kaca selanjutnya ditanam

di lapangan pada saat musim kemarau dengan menggunakan rancangan acak
lengkap. Bagian kedua dari penelitian ini dilakukan dilapangan tercekam
aluminium dengan rancangan acak kelompok. Hasil penelitian bagian pertama di
rumah kaca menunjukkan bahwa simbiosis mikoriza meningkatkan kemampuan
transpirasi bibit serta memiliki hubungan yang kuat dengan meningkatnya
pertambahan dimensi bibit. Laju transpirasi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
M1 (G. etunicatum) yaitu sebesar 0.002863 mol m-2 s-1, kemampuan fotosintesis
terbaik ditunjukkan oleh bibit dengan perlakuan M1 yaitu sebesar 23.856271 mol
m-2 s-1. Hasil uji lapang menunjukkan bahwa bibit yang telah terinokulasi G.
etunicatum (M1) dan G. margarita (M2) memiliki kemampuan bertahan yang
lebih baik saat ditanam pada musim kemarau. Hasil penelitian bagian kedua
menunjukkan bahwa kemampuan survival tanaman dan pertumbuhan tanaman
dengan perlakuan FMA lebih baik dibandingkan kontrol. Tanaman pada blok I
memiliki persen tumbuh sebesar 23.33% sedangkan tanaman pada blok II
memiliki persen tumbuh 10%. Rata-rata laju fotosintesis M1 sebesar 30.3334 µm
m-² s-¹ dan M2 sebesar 30.1658 µm m-² s-¹, sedangkan tanaman kontrol rata-rata
sebesar 19.4114 µm m-² s-¹. Nilai P daun tanaman yang diberi perlakuan FMA dan
tanaman kontrol tidak berbeda nyata. Nilai K daun M1= 0.94% dan M2= 0.95%,
sedangkan tanaman kontrol= 0.68%. Total glomalin rata-rata M1= 2 ml dan M2=
2.25 ml, sedangkan tanaman kontrol yang rata-rata sebesar 0.4 ml. Aplikasi G.

etunicatum (M1) dan G. margarita (M2) pada tanaman A. decurrens secara
efektif berperan meningkatan pertumbuhan pada lahan tercekam Al 5.71-12.46.
Kata kunci: A. decurrens, aluminium, fotosintesis, G. etunicatum, G. margarita,
kemarau

SUMMARY
ARIEF BUDI SETIAWAN. Field Trial of Glomus etunicatum and Gigaspora
margarita utilization on Acacia decurrens Wendl. Seedlings. Under academic
supervision of SRI WILARSO BUDI R and CAHYO WIBOWO.
Mycorrhizae application is known to support bare land rehabilitation and
increase agricultural production yield. Arbuscular Mycorrhizae Fungi (AMF) can
be found in many ecosystems. Generally, the main effort for optimizing AMF
utilization is through scientific research concerning their effectivity. The aim of
this study was to describe Glomus etunicatum (M1) and Gigaspora margarita
(M2) effect on the growth of Acacia decurrens seedlings. This research was
divided into two parts. The first part was conducted by completely randomized
design in green house and in the field. The second part was conducted by
randomized block design. The first part result in the green house experiment
showed that symbiosis of mycorrhizas increased transpiration ability of seedling
and had strong relation with growth of plant. Transpiration ability was superior

in M1 intervention (0.002863 mol m-2 s-1), while photosynthetic ability was
superior in M1 intervention (23.856271 mol m-2 s-1). Field experiment showed
that seedlings with mycorrhiza intervention had a better colonization than control
seedling. Seedlings which were inoculated with G. etunicatum and G. margarita
had good survival ability than the control seedlings after planting in the dry
season. The second part result showed that 23.33% plants survived at blok
number I, and 10% plants survived at blok number II. Plants with AMF
application survived better than those of control. The photosynthetic rate of M1
intervention was 30.3334 µm m-² s-¹ and that of M2 intervention was 30.1658 µm
m-² s-¹, whereas the control plants photosynthetic rate was 19.4114 µm m-² s-¹. P
leaf-content of plants with AMF intervention was not different with that of control.
The K leaf-content of M1intervention= 0.94%, M2= 0.95% and control= 0.68%.
Total glomalin average of M1= 2 ml, M2= 2.25 ml and control 0.4 ml. G.
etunicatum and G. margarita application on A. decurrens was effective for
increasing plant growth in the field which was contaminated with 5.71-12.46
aluminum.
Keywords: A. decurrens, aluminum, dry season, G. etunicatum, G. margarita,
photosintetic

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

UJI LAPANG PEMANFAATAN Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita PADA BIBIT TANAMAN Acacia decurrens
Wendl.

ARIEF BUDI SETIAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Prijanto Pamungkas, MSc

Judul Tesis : Uji Lapang Pemanfaatan Glomus etunicatum dan Gigaspora
margarita pada Bibit Tanaman Acacia decurrens Wendl.
Nama
: Arief Budi Setiawan
NIM
: E451130111

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS
Ketua


Dr Ir Cahyo Wibowo, M For Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 16 Juni 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah pemanfaatan fungi mikoriza arbuscula dan
telah dilaksanakan sejak bulan April 2014 dalam rangkaian uji mulai dari rumah
kaca hingga di lapangan.
Terima kasih dan penghargaan sedalam dalamnya, penulis ucapkan kepada
Bapak Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS dan Bapak Dr Ir Cahyo Wibowo, M For
Sc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah memberikan ijin karya
siswa sehingga penulis memperoleh kesempatan menempuh pendidikan Strata 2
di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
orang tua saya, baik yang di Palangkaraya maupun yang di Banjarbaru, semua
Guru saya baik itu Guru bidang Agama maupun Dosen di Institut Pertanian
Bogor, istri dan ananda terkasih, serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, atas segala doa, kasih sayang dan dukungannya hingga penulis
selesai menempuh pendidikan.
Akhirnya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor,


Juni 2015

Arief Budi Setiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikiran
KAJIAN PEMANFAATAN Glomus etunicatum DAN Gigaspora
margarita PADA TANAMAN Acacia decurrens Wendl. DI RUMAH
KACA DAN DI LAPANGAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
KAJIAN PEMANFAATAN Glomus etunicatum DAN Gigaspora
margarita PADA TANAMAN Acacia decurrens Wendl. DI LAHAN
DENGAN KANDUNGAN ALUMINIUM TINGGI

1
1
2
3

3
3
3

6
6
7
7
10
16

19

Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

19
20
20
22
33

PEMBAHASAN UMUM

35

SIMPULAN UMUM

36

SARAN

36

DAFTAR PUSTAKA

37

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.

Rata-rata hasil pengukuran parameter tumbuh
Hubungan antara kemampuan transpirasi dan dimensi tumbuh
Data cuaca selama masa tanam
Pertumbuhan bibit hingga usia 4 minggu
Hasil uji kimia tanah
Hasil uji kimia tanah
Hasil uji kadar air, bulk density, porositas dan permeabilitas tanah
Hasil anova pertumbuhan tanaman
Hasil anova fotosintesis, transpirasi, CO2 internal dan konduktansi
stomata
Hasil anova P daun, K daun, berat kering tanaman dan nisbah
pucuk akar
Hasil anova akumulasi Al pada bagian tubuh tanaman
Jumlah kandungan Al pada bagian tubuh tanaman berdasarkan
perlakuan yang diberikan
Hasil anova kolonisasi akar tanaman
Hasil anova total glomalin disekitar akar tanaman
Persen tumbuh tanaman pada minggu ke 20

10
12
14
15
16
21
22
23
24
26
29
29
30
31
32

DAFTAR GAMBAR
1.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
2.11.
2.12.
2.13.
2.14.
2.15.
2.16.
2.17.
2.18.
2.19.
2.20.

Kerangka Pemikiran
Perbandingan pertumbuhan bibit
Pertumbuhan diameter bibit
Pertumbuhan tinggi bibit
Pertambahan jumlah daun bibit
Rata-rata fotosintesis
Rata-rata transpirasi
Rata-rata suhu permukaan daun
Spora mikoriza indigenous
Jumlah tanaman hidup berdasarkan waktu pengamatan
Kondisi tanaman pada usia 6 minggu
Kolonisasi akar
Pengukuran kadar air, bulk density, porositas dan permeabilitas
tanah
Spora indigenous
Rata-rata tinggi tanaman berdasarkan perlakuan
Rata-rata diameter tanaman berdasarkan blok tanam
Laju fotosintesis berdasarkan blok tanam
Laju fotosintesis berdasarkan perlakuan yang diberikan
Laju transpirasi
CO2 internal daun
Konduktansi stomata
Nilai K daun berdasarkan perlakuan yang diberikan
Berat kering tanaman berdasarkan perlakuan yang diberikan
Nisbah pucuk akar tanaman berdasarkan perlakuan yang diberikan
Perbandingan pucuk dan akar tanaman
Hasil pewarnaan hematoxilin pada akar tanaman
Kolonisasi akar
Kolonisasi akar berdasarkan perlakuan
Kolonisasi akar berdasarkan blok tanam
Total glomalin di sekitar akar tanaman
Rata-rata glomalin tanah di sekitar akar tanaman berdasarkan
perlakuan yang diberikan
Kemampuan survival tanaman

4
11
11
11
11
12
12
13
13
14
14
15
22
22
24
24
25
25
25
25
26
27
27
28
28
29
30
31
31
31
32
32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tekanan yang diterima hutan sebagai suatu ekosistem menyebabkan luas
hutan dunia terus berkurang. Laju deforestasi hutan tropis dunia antara tahun 1996
hingga tahun 2010 adalah sebesar 5.2 - 7 juta hektar per tahun, meskipun kegiatan
rehabilitasi semakin gencar dilaksanakan (FAO 2012). Rusaknya hutan berakibat
hilangnya kemampuan lahan menyimpan air dan turunnya produktifitas lahan
yang pada akhirnya meningkatnya jumlah lahan kritis. Lahan kritis yang ada di
Indonesia hingga tahun 2013 adalah 52.5 juta hektar (Kemendagri, 2013), kondisi
ini diperparah dengan laju deforestasi sebesar 650 000 Ha/Th atau meningkat 200
000 Ha/Th dari data tahun 2009-2011(Menhut RI 2014).
Penetapan sebuah lahan sebagai lahan kritis umumnya mengacu pada
terganggunya fungsi sebuah lahan. Barrow (1994) menjelaskan bahwa yang
dikatakan lahan kritis adalah lahan yang telah hilang kegunaan serta potensinya
bagi kehidupan organisme atau berubahnya fungsi lahan akibat hilangnya
organisme diatasnya. Goodman (1984) menerangkan bahwa lahan yang telah
terganggu kualitasnya sehingga kehilangan fungsi dan daya dukungnya bagi
lingkungan atau manusia, dapat dikatakan sebagai lahan kritis. Arsyad (2010)
berpendapat bahwa lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami peristiwa
degradasi secara terus menerus sehingga terganggunya kualitas tanah dan
organisme di lahan tersebut, baik itu bersifat sementara maupun bersifat tetap.
Penanggulangan lahan kritis dapat dilakukan dengan cara rehabilitasi dan
atau dengan cara konservasi (Menhut 2013). Rehabilitasi merupakan suatu cara
untuk memperbaiki kondisi lahan dengan meningkatkan kualitas fisik, kimia
maupun biologisnya, sedangkan konservasi merupakan suatu cara untuk
melindungi lahan dari proses degradasi yang berkelanjutan. Subardja (1994)
menjelaskan bahwa secara umum pemulihan lahan kritis ditujukan untuk
memulihkan fungsi yang ada pada lahan serta melindungi lingkungan sekitarnya
yang berpotensi menjadi area dampak dari lahan kritis (Subardja 1994).
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan sering mengalami kendala karena
tanaman sukar tumbuh dan atau memiliki daya hidup yang rendah (Setiadi 2002),
sehingga program rehabilitasi hutan dan lahan harus diimbangi dengan
meningkatkan kualitas tumbuh dari tanaman yang digunakan sehingga potensi
keberhasilan tanaman dalam mengatasi faktor pembatas tumbuh selama
dilapangan menjadi meningkat. Hal ini sejalan dengan hukum toleransi (law of
tolerance) yang diperkenalkan oleh Victor Ernest Shelford pada tahun 1911 yang
menjelaskan bahwa, kehadiran dan keberhasilan suatu organisme sangat
dipengaruhi oleh kemampuan organisme tersebut mengatasi kompleksitas faktor
pembatas yang ada (Samingan 1980). Peningkatan kualitas tumbuh dapat tercapai
apabila didukung oleh optimalnya kondisi fisik, kimia dan biologis yang ada.
Salah satu bentuk optimalisasi kondisi biologis ialah pemanfaatan sumberdaya
hayati yang tersedia secara tepat guna, contohnya pemanfaatan spesies yang tepat
dan atau memanfaatkan simbiosis mikoriza.

2
Acacia decurrens merupakan salah satu jenis dalam genus Acacia yang
terkenal memiliki range sebaran yang cukup luas, mulai ketinggian 0 hingga 2
500 mdpl (Lemmens et al. 1995), sehingga dapat dijadikan alternatif sebagai
tanaman pioner untuk penutupan lahan kritis. Acacia decurrens dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang dipenuhi dengan gulma serta kondisi curah hujan
rendah (Lemmens et al. 1995), namun belum ada penelitian yang dilakukan
khusus untuk menguji pemanfaatan Acacia decurrens pada tanah dengan kondisi
khusus misalnya kandungan logam tinggi, miskin hara serta pH rendah.
Produktivitas tanaman yang berasosiasi dengan Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) pada lahan kritis umumnya lebih baik dibandingkan tanaman yang tidak
berasosiasi dengan FMA (Herrera et al. 1993), karena pemberian inokulan FMA pada
bibit meningkatkan ketahanan bibit terhadap cekaman hayati dan nir-hayati (Koltai &
Kapulnik 2010). Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita merupakan salah
satu spesies dalam kelompok mikoriza arbuskular, serta temasuk dalam genus
yang umum di jumpai di Indonesia. Brundrett et al. (1996) menyebutkan bahwa
genus Glomus dan Gigaspora termasuk genus yang memiliki sifat adaptif
terhadap berbagai tanaman inang, sehingga memiliki potensi yang sangat bagus
dikembangkan dalam rangka menyokong kemampuan bertahan hidup tumbuhan
dengan peruntukan khusus. Sayangnya penelitian FMA yang dilakukan terhadap
tanaman kehutanan lebih banyak dilakukan hingga level rumah kaca saja, masih
jarang penelitian yang dilanjutkan dengan uji lapang.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis melakukan uji lapang pemanfaatan
Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita pada bibit tanaman Acacia
decurrens pada beberapa kondisi lahan. Penelitian ini diharapkan memperoleh
informasi yang dapat menjadi salah satu rujukan bagi pelaksana program
pemulihan lahan kritis dalam pemilihan species dan metode yang tepat untuk
digunakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Perumusan Masalah
Hasil uji simbiosis fungi mikoriza arbuskular di laboratorium dan
persemaian, terhadap pertumbuhan beberapa jenis tanaman telah menunjukkan
pengaruh yang positif. Penelitian yang dilakukan di persemaian terhadap
simbiosis G. margarita pada bibit jabon (Budi & Christina 2012) dan bibit mindi
(Budi et al. 2012) diketahui dapat meningkatkan diameter, tinggi, berat kering
pucuk dan akar secara signifikan dibandingkan bibit tanpa perlakuan, sedangkan
uji lapang simbiosis mikoriza arbuscular G. etunicatum, diketahui dapat
meningkatkan suplai unsur P bagi padi gogo (Adriani 2008) dan tanaman jagung
(Huang et al. 2009) pada tanah dengan kondisi P tersedia rendah.
Penelitian dan kajian lapang terhadap simbiosis FMA pada tanaman
kehutanan masih belum begitu banyak, sehingga data yang diperoleh saat ini
sebagian besar masih terbatas pada data yang diperoleh di laboratorium dan rumah
kaca saja, padahal pada prinsipnya tidak semua host cocok digunakan sebagai
tanaman inang, di samping itu, belum ada penelitian yang secara khusus meneliti
kemampuan kedua species FMA tersebut pada A. decurens dan mengujikannya di
lapangan. Berangkat dari hal tersebut di atas, harapannya penelitian ini akan
memberi jawaban atas beberapa pertanyaan, yaitu:

3
1. Apakah Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita dapat berkembang
dengan baik pada bibit Acacia decurrens sebagai tanaman inang ?
2. Apakah bibit tanaman Acacia decurrens yang terinokulasi Glomus etunicatum
dan Gigaspora margarita dapat tumbuh lebih baik di rumah kaca dan pada
kondisi lapangan yang berbeda ?

Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Mengkaji perkembangan G. etunicatum dan G. margarita pada bibit Acacia
decurrens.
2. Mengkaji pengaruh G. etunicatum dan G. margarita terhadap pertumbuhan A.
decurrens di rumah kaca.
3. Menganalisis pengaruh G. etunicatum dan G. margarita terhadap
pertumbuhan A. decurrens diberbagai kondisi lapang yang berbeda.

Hipotesis
Hipotesis Penelitian ini adalah :
1. Fungi Mikoriza Arbuskula G. etunicatum dan G. margarita dapat berkembang
dan berasosiasi dengan bibit A. decurrens.
2. Bibit A. decurrens yang diberi perlakuan G. etunicatum dan G. margarita
dapat tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman kontrol selama dirumah kaca.
3. Tanaman A. decurrens yang diberi perlakuan G. etunicatum dan G. margarita
dapat tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman kontrol selama dilapangan.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah untuk memberikan informasi tentang
kemampuan G. etunicatum dan G. margarita dalam mengolonisasi bibit A.
decurrens serta mengetahui kemampuan bibit terkolonisasinya untuk bertahan
tumbuh pada 3 (tiga) tipe lahan yang berbeda.

Kerangka Pemikiran
Landasan awal kerangka pemikiran yang menjadi dasar dalam penelitian ini
adalah luas lahan kritis Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya. Bagian
akhir dari kerangka pemikiran ini harapnnya dapat memberikan informasi yang
berguna untuk meningkatkan kualitas tumbuh tanaman yang akan digunakan pada
kegiatan rehabilitasi dan konservasi lahan kritis. Gambaran lengkap dari
kerangkan pemikiran ini dapat di lihat pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Kerangka pemikiran

5

6
KAJIAN PEMANFAATAN Glomus etunicatum DAN Gigaspora
margarita PADA TANAMAN Acacia decurrens Wendl. DI RUMAH KACA
DAN DI LAPANGAN
(The Examine Utilization of Glomus etunicatum and Gigaspora margarita on
Acacia decurrens Wendl. Seedling at Green House and The Field)
ABSTRAK
Penggunaan mikoriza diketahui dapat mendukung program rehabilitasi lahan
kritis dan meningkatkan produksi pertanian maupun kehutanan. Umumnya,
kunci utama optimalisasi pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuscula (FMA)
ditentukan oleh hasil kajian efektivitas simbiosis antara tanaman inang dan FMA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Glomus etunicatum
(M1) dan Gigaspora margarita (M2) terhadap pertumbuhan bibit Acacia
decurrens. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca serta di lapangan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian di rumah kaca
menunjukkan bahwa simbiosis mikoriza meningkatkan kemampuan tanspirasi
bibit serta memiliki hubungan yang kuat dengan meningkatnya pertambahan
dimensi bibit. Laju Transpirasi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan M1 yaitu
sebesar 0.002863 mol m-2 s-1, kemampuan fotosintesis terbaik ditunjukkan oleh
bibit dengan perlakuan M1 yaitu sebesar 23.856271 mol m-2 s-1. Hasil uji lapang
menunjukkan bahwa bibit yang telah terinokulasi G. etunicatum dan G.
margarita memiliki kemampuan bertahan yang lebih baik saat ditanam pada
musim kemarau.
Kata kunci:

Acacia decurrens, Gigaspora margarita, Glomus etunicatum,
simbiosis
ABSTRACT

Mycorrhizae application is known to support bare land rehabilitation and
increase agricultural production yield. Generally, the main effort for optimizing
Arbuscular Mycorrhizae Fungi (AMF) utilization is through scientific research
concerning their effectivity. The aim of this study was to describe Glomus
etunicatum (M1) and Gigaspora margarita (M2) effect on the growth of Acacia
decurrens seedlings. This research was conducted using completely randomized
design in green house and in the field. Green house experiment showed that
symbiosis of mycorrhizas increased transpiration ability of seedlings and had
strong relation with growth of plants. Transpiration ability was superior in M1
intervention (0.002863 mol m-2 s-1), while photosynthetic ability was superior in
M1 intervention (23.856271 mol m-2 s-1). Field experiment showed that seedlings
with mycorrhiza intervention had a better colonization than those of control
seedlings. Seedlings which were inoculated with G. etunicatum and G. margarita
had good survival ability than the control intervention after planting in the dry
season.
Keywords:

Acacia decurrens, Gigaspora margarita, Glomus etunicatum,
symbiosis

7
PENDAHULUAN
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) diyakini telah bersimbiosis dengan
tumbuhan sejak jaman purba sebagai fasilitator serapan hara (Simon et al. 1993).
Simbiosis antara tumbuhan dengan FMA berpengaruh positif meningkatkan serapan
hara makro (Govindarajulu et al. 2005) dan mikro (Nogueira & Cardoso 2002)
serta meningkatkan produksi metabolit sekunder pada tanaman (Fester & Hause
2007). Kehadiran FMA diketahui juga terlibat dalam peningkatan kandungan
substrat karbon pada tanah sehingga meningkatkan aktivitas hayati tanah (Rillig et
al. 2001) dan memperbaiki agregat tanah dengan memproduksi glomalin (Wright
& Upadhyaya. 1999).
Kunci penting dalam rangka optimalisasi pemanfaatan FMA secara luas
adalah penelitian serta kajian efektivitas simbiosis antara FMA dengan tanaman
inangnya. Penelitian FMA telah banyak dilakukan di laboratorium dan di rumah
kaca, namun jarang sekali dilanjutkan hingga uji lapang, terutama yang
berhubungan dengan tanaman kehutanan. Hasil uji lapang pemanfaatan FMA
dapat menjadi gambaran terhadap konsistensi fungsi FMA dalam meningkatkan
kualitas tumbuh tanaman. Peningkatan kualitas tumbuh tanaman merupakan salah
satu cara untuk menjamin keberhasilan tanaman dalam mengatasi faktor pembatas
tumbuh selama ditanam di lapangan. Hukum toleransi (law of tolerance) yang
diperkenalkan oleh Victor Ernest Shelford pada tahun 1911, menjelaskan bahwa
kehadiran dan keberhasilan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh kemampuan
organisme tersebut mengatasi kompleksitas faktor pembatas yang ada (Samingan
1980).
G. etunicatum dan G. margarita termasuk dalam kelompok mikoriza
arbuskular. Brundrett et al. (1996) menyebutkan bahwa genus Glomus dan
Gigaspora termasuk genus yang memiliki sifat adaptif terhadap berbagai tanaman
inang. Tumbuhan A. decurrens merupakan salah satu jenis tumbuhan dalam genus
Acacia yang terkenal memiliki range sebaran yang cukup luas, mulai ketinggian 0
hingga 2 500 mdpl (Lemmens et al. 1995). Karakteristik khas yang dimiliki oleh
G. etunicatum, G. margarita dan A. decurrens merupakan potensi untuk
dikembangkan dalam rangka menyokong program rehabilitasi lahan kritis.
Aplikasi mikoriza diketahui dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan
meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada
lahan-lahan marginal dan pakan ternak (Syah et al. 2007).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aplikasi G. etunicatum
dan G. margarita terhadap pertumbuhan bibit tanaman A. decurrens selama
dirumah kaca dan di lapangan. Penelitian ini diharapkan memperoleh data dan
informasi yang dapat menjadi salah satu rujukan bagi pelaksana program
pemulihan lahan kritis, khususnya dalam pemilihan jenis serta metode yang tepat,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikoriza dan Mutu Bibit
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, Rumah Kaca Departemen

8
Silvikultur dan hutan penelitian IPB Cikabayan pada koordinat S.06˚32’57,77”
E.106˚43’08,25” di ketinggian 181 mdpl, penelitian dilaksanakan selama 10
(sepuluh) bulan mulai bulan April 2014-Pebruari 2015.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan antara lain fungi G. etunicatum (M1) dan
G. margarita (M2), aquades, KOH 200 gram, HCL 0.1 M, lactid acid, trypan blue,
gliserin, sodium sitrat 20 mM, tanah sampel blok tanam, benih A. decurrens,
media tanah, kertas merang, gas 3 kg dan glukosa.
Alat yang digunakan antara lain licor 6400Xt, autoclave, oven, mikroskop
compound dan dissecting, centrifuge, centrifuge tube 15 ml, micro pipet, preparat
glass set, scapel set, saringan (500 µ, 125 µ, 63 µ), labu erlenmayer, gelas takar,
timbangan analitik, bor tanah, gunting, plastik crap, kertas label, GPS, kamera
optilab, tally sheet, cawan petri diameter 9 cm, pengaduk, sprayer, kompor gas,
kertas lakmus 4 warna, kamera digital dan alat tulis.
Pembuatan Bibit Bermikoriza
Pembuatan bibit dilaksanakan di rumah kaca Departemen Silvikultur. Bibit
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 batang, yang terdiri atas
20 tanaman kontrol (CT), 20 tanaman dengan perlakuan G. etunicatum (M1) dan
20 tanaman diberi perlakuan G. margarita. Benih A. decurrens disemaikan dalam
bak semai dan diamati selama ± 4 minggu. Semai disapih ke polybag berukuran
10 x 15 cm yang berisi media tanah dengan kelas tekstur sandy clay loam. Media
tanah yang digunakan telah melalui proses sterilisasi, yaitu dengan cara disangrai.
Penyapihan dilakukan dengan membuat lubang berdiameter 1.5 cm dan
kedalaman 8-10 cm pada media tanah. Fungi dimasukkan ke dalam lubang
terlebih dahulu, setelah itu ditanam semai di atasnya. Semai ditanam hingga
sedalam ± 5 cm dari ujung akar. Setiap tanaman di inokulasi dengan fungi
mikoriza arbuskula sebanyak 50 spora. Bibit ditempatkan di rumah kaca untuk
diamati pertumbuhannya selama 4 bulan. Pengamatan yang dilakukan terhadap
bibit, meliputi diameter batang, tinggi bibit, jumlah daun, serta fotosintesis
menggunakan alat licor 6400Xt. Pengamatan ini perlu dilakukan untuk
membandingkan kemampuan tumbuh kembang bibit selama di persemaian.
Uji Lapang
Pengumpulan informasi pendahuluan terhadap kondisi lahan sebelum penanaman
meliputi:
1. Informasi kondisi tanah diperoleh dari hasil pengujian kimia tanah di
laboratorium tanah Seameo Biotrop Bogor. Sampel tanah yang diuji
merupakan komposit yang diambil dari masing-masing calon blok tanam
menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm.
2. Informasi kondisi cuaca lokasi tanam diperoleh dari BMKG.
Bibit hasil penelitian di rumah kaca yang berumur 4 bulan, disiapkan untuk
ditanam di lapangan. Satu minggu sebelum penanaman, dilakukan pembersihan

9
dan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dengan
jarak 3 m x 3 m. Bibit diangkut ke lapangan menggunakan pick up disusun tidak
bertumpuk dan diangkut pada pagi hari. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kesegaran bibit serta menghindari bibit dari stress yang berakibat pada rendahnya
keberhasilan penanaman akibat menurunnya kesehatan bibit akibat pengangkutan
(DNR.Pub. 2006). Rancangan penelitian selama di lapangan berbentuk RAL
dengan 3 perlakuan masing masing diulang 20 kali. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan setiap 1 (satu) minggu sekali hingga usia tanam di lapangan 12 (dua
belas) minggu, variabel yang diamati adalah persen hidup, tinggi, diameter,
jumlah daun dan volume. Volume dihitung dengan menggunakan cara Brereton
(Deptan 1970) dan angka bentuk menggunakan nilai yang disarankan oleh
Siswanto dan Imanuddin (2008) yaitu sebesar 0.60. Rumus matematikanya adalah
sebagai berikut:
V = ¼ . π . d2 . h . f
dimana
V = Volume
d = diameter
h = tinggi
f = angka bentuk
Pengamatan intensitas kolonisasi akar dilakukan pada akhir penelitian.
Intensitas kolonisasi FMA dilakukan dengan pewarnaan pada sampel akar
menggunakan metode Clapp et al. (1996).
Uji Tekstur Tanah dan Kandungan Glomalin
Tekstur tanah diamati dengan finger assesment metode S. Nortcliff (Lal
2006) pada media tanam sebelum proses penyapihan dan pada sampel tanah
sebelum penanaman di lapangan. Sampel tanah merupakan komposit dari 3 titik
pengambilan sampel sepanjang blok tanam pada kedalaman 0-20 cm. Kandungan
glomalin tanah diukur dengan menggunakan metode Total Glomalin Extraction
(Wright & Upadhyaya 1998).
Analisis Data
Analisis sidik ragam (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% sesuai
dengan model rancangan percobaan masing-masing mengacu pada Mattjik dan
Sumertajaya (2002). Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan
uji lanjut Tukey. Pengolahan data statistik menggunakan bantuan software
MiniTab 16.

10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Bibit di Rumah Kaca
Bibit dengan perlakuan M1 memiliki rata-rata jumlah daun dan diameter
terbesar, yaitu sebanyak 12.75 helai untuk jumlah daun serta 0.33 cm untuk
diameter batang. Hasil pengukuran parameter tinggi menunjukkan bahwa
performa terbaik ada pada bibit dengan perlakuan M2, yaitu dengan tinggi ratarata mencapai 9.7 cm (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Rata-rata hasil pengukuran parameter tumbuh
Σ Daun (Helai)

Tinggi (cm)

Diameter (cm)

CT

10.850b

8.400b

0.28c

M2

12.750a

9.500a

0.30b

M1

11.850ab

9.700a

0.33a

Ket. Huruf disamping angka menunjukkan perbandingan nilai tengah berdasarkan uji Tukey
pada taraf nyata