Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

1

PEMBERIAN MINUMAN KOPI DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) PADA
TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN

NUR FITRIYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Minuman
Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada
Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Nur Fitriyani
NIM I14100132

3

ABSTRAK
NUR FITRIYANI. Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan.
Di bawah bimbingan AHMAD SULAEMAN.
Penyakit degeneratif seperti diabetes membutuhkan pengobatan yang aman dan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari status glukosa darah dan glikogen hati tikus Wistar yang diinduksi
aloksan sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: (1) kelompok

kopi mahoni diberikan minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni,
(2) kelompok kopi diberikan minuman kopi tanpa penambahan ekstrak biji
mahoni, dan (3) kelompok kontrol tidak diberikan minuman kopi apapun.
Kelompok kontrol menunjukkan perubahan kadar glukosa darah yang positif
sedangkan kelompok kopi dan kopi mahoni menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Intervensi yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata (p0.05) terhadap kadar glikogen hati tikus.
Kata kunci : kopi, ekstrak biji mahoni, kadar glukosa darah, kadar glikogen hati

ABSTRACT
Degenerative disease such as diabetics requires safe and long-term medical
treatments. The aim of this study was to measure blood glucose and liver glycogen
status of 15 alloxan-induced Wistar rats which allocated into three groups,
namely: (1) mahagony coffee group which had an intervention of coffee beverage
with addition of mahogany seed extract, (2) coffee group which had an
intervention of coffee beverage without addition of mahogany seed extract, and
(3) control group which had no intervention of any coffee beverage. After 21 days
of intervention, blood glucose level of control group changed positively, whereas
blood glucose level of coffee group and mahagony coffee group changed
otherwise. The intervention had an significant difference (p0.05) to liver glycogen level.
Keywords: coffee, mahogany seed extract, blood glucose level, liver glicogen

level

4

PEMBERIAN MINUMAN KOPI DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) PADA
TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN

NUR FITRIYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

5

Judul Skripsi : Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang
Diinduksi Aloksan
Nama
: Nur Fitriyani
NIM
: I141000132

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal disetujui:

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu wata‘ala atas
limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini
adalah uji in vivo minuman fungsional, dengan judul Pemberian Minuman Kopi
dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus
Wistar yang Diinduksi Aloksan.
Banyak sekali bimbingan dan dukungan yang diterima penulis selama
penelitian ini berlangsung sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan selama penulis berkuliah di Gizi Masyarakat
IPB.
3. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji
sidang yang telah membantu dan memberikan banyak masukan serta saran
dalam penulisan skripsi ini.
4. Kedua orangtua tercinta (H. Ramli, MPd dan Sri Mulyati), adik-adik
tersayang, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan yang
tidak henti selama penulis berkuliah hingga selesai.
5. Bapak Mashudi, Teh Santi, Ibu Titi, Ibu Rizki dan Mba Ine atas bantuannya
selama proses penelitian di laboratorium Gizi Masyarakat, serta Bapak
Subangkit dan Bapak Endang atas bantuannya selama proses pengamatan dan
analisis tikus di Fakultas Kedokteran Hewan.
6. Para dosen pengawas PKM yang telah memberikan masukan dan perbaikan
selama proses penelitian ini.
7. Mohammad Fajrin Aziz yang telah menemani, memberi dukungan serta
semangat dalam semua proses penyelesaian tugas akhir ini.
8. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan bantuan dan motivasinya:
Nandika Hidayati, Novi Luthfiana, Dessi Amelia, Marsitha Dewi, dan

Miftachur Rizqi.
9. Rekan-rekan Gizi Masyarakat 47 atas bantuan, dukungan dan semangatnya,
serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah
membalas keikhlasan dan kebaikan mereka semua.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, Januari 2015
Nur Fitriyani
I14100132

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Minuman Kopi Fungsional
Induksi Aloksan Tikus Percobaan
Pengukuran Glukosa Darah
Analisis Glikogen Hati
Histopatologi Pankreas
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Glukosa Darah
Kadar Glikogen Hati
Gambaran Hispatologi Pankreas
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
5
5
7

8
8
8
10
12
14
14
14
15

viii

DAFTAR TABEL
1 Kadar glukosa darah sewaktu ketiga kelompok

10

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva standar glukosa
2 Grafik perubahan kadar glukosa darah sewaktu (GDS)

3 Grafik delta perubahan kadar glukosa darah
4 Hasil pengukuran kadar glikogen hati
5 Hispatologi pankreas tikus normal
6 Hispatologi pankreas tikus kelompok kontrol
7 Hispatologi pankreas tikus kelompok kopi mahoni

7
9
9
11
12
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus
2 Delta perubahan kadar glukosa darah sewaktu tikus
3 Hasil pengukuran kadar glikogen hati tikus
4 Contoh perhitungan kadar glikogen hati
5 Contoh perhitungan dosis yang diberikan
6 Pengolahan data kadar glukosa darah tikus
7 Pengolahan data delta kadar glukosa darah sewaktu tikus
8 Pengolahan data kadar glikogen hati tikus
9 Dokumentasi penelitian

18
19
19
20
20
21
21
22
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes merupakan penyakit kronis tidak menular yang terus meningkat
prevalensinya setiap tahun di seluruh dunia. Sebanyak 171 juta orang (2.8%
penduduk dunia) mengidap diabetes pada tahun 2000 (Wild et al. 2004).
Prevalensi diabetes melitus di dunia kini sudah mencapai 387 juta penduduk
(International Diabetes Federation 2014). Prevalensi Diabetes, khususnya diabetes
melitus, di Indonesia mencapai 2.1% dari 200 juta penduduk (Riskedas 2013) dan
menjadikan Indonesia sebagai negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes
tertinggi di dunia. Daerah yang mempunyai penderita penyakit ini paling banyak
di Indonesia adalah DI Yogyakarta dengan prevalensi mencapai 2,6% (Riskesdas
2013). Diet tinggi kalori, obesitas dan gaya hidup yang salah diduga menjadi
penyebab meningkatnya angka prevalensi di seluruh dunia, demikian juga di
wilayah Asia (Klein et al. 2007).
Diabetes ditandai dengan kondisi hiperglikemia yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya kerusakan pembuluh darah pada berbagai organ tubuh. Selain
hiperglikemia, diabetes dapat disebabkan oleh kelainan genetik, faktor
lingkungan, gangguan sistem imunitas, dan kelainan aktivitas insulin. Diabetes
dapat menimbulkan komplikasi metabolik akut dan jangka panjang. Komplikasi
jangka panjang dapat merusak pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun
pembuluh darah besar (makroangiopati) (Price dan Wilson 2002). Penyakit ini
juga dapat menurunkan harapan hidup, meningkatkan morbiditas secara
signifikan, serta memperburuk kualitas hidup seseorang (WHO 2006).
Penyakit degeneratif seperti diabetes membutuhkan pengobatan yang
aman dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Beberapa obat oral
yang bersifat hipoglikemik seperti sulfonylurea dan biguanida, mempunyai efek
samping yang signifikan dan tidak efektif dalam mengobati penderita diabetes
kronis (Pari dan Saravanan 2004). Berbagai penelitian mengenai kandungan
fitokimia di dalam beberapa tanaman menunjukkan bahwa zat-zat fitokimia
tersebut mempunyai efek antidiabetes dan tidak menimbulkan efek samping yang
signifikan (Rao et al. 2003).
Salah satu tanaman yang mempunyai potensi tersebut adalah Swietenia
mahagoni atau dikenal sebagai pohon mahoni. Biji dari pohon mahoni ini
memiliki banyak khasiat dan kegunaan, di antaranya adalah antiinflamasi,
antitumor, dan antimalaria. Di Indonesia dan India, biji mahoni sering digunakan
untuk pengobatan diabetes secara tradisional (Joshi 2000). Ekstrak biji mahoni
juga terbukti dapat memperbaiki nilai urea serum, asam urat, kreatinin, kolesterol,
trigliserida, dan lipoprotein pada tikus percobaan. Karenanya, ekstrak biji mahoni
berpotensi sebagai treatment diabetes alami yang aman dan menjanjikan karena
dapat menekan stress oksidatif dan hiperlipidemia (De et al. 2011). Penelitian
terbaru oleh Febriyany (2014) juga membuktikan ektrak etanol biji mahoni
mempunyai efek hipoglikemik pada tikus percobaan.
Kopi merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia.
Indonesia sebagai salah satu negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di
dunia (AEKI 2005) mempunyai potensi dalam mengembangkan berbagai produk

2

berbahan dasar kopi. Van Dam dan Hu (2005) menyatakan bahwa mengonsumsi
kopi secara rutin dapat menurunkan resiko diabetes tipe 2. Resiko tersebut dapat
diturunkan sebanyak 29% dengan meminum kopi 4-6 cangkir sehari. Anugrahati
et al. (2010) juga melaporkan bahwa kopi dapat menghambat penyerapan glukosa
karena mengandung asam klorogenik.
Penggunaan ekstrak biji mahoni sebagai tambahan dalam minuman kopi
belum dikembangkan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
Hidayati (2014) telah mengembangkan produk minuman kopi dengan
penambahan ekstrak etanol biji mahoni. Uji organoleptik kepada 30 panelis
menunjukkan bahwa panelis dapat menerima minuman kopi dengan penambahan
100 mg serbuk ekstrak biji mahoni. Minuman tersebut mempunyai odor, warna,
aroma kopi, aroma asing, rasa manis dan rasa just about right meskipun rasa pahit,
mouthfeel, flavour dan after taste minuman kopi ini agak kuat.
Berbagai kesimpulan di atas diharapkan dapat meningkat dan tidak
memiliki efek samping yang signifikan seperti penelitian-penelitian sebelumnya.
Oleh karena itu, minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni menarik
untuk diteliti, terutama melalui metode in vivo untuk mengetahui lebih jauh
potensi yang terdapat dalam minuman kopi tersebut.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah: apakah
minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) dapat memberikan efek terhadap status glukosa darah dan glikogen hati
pada tikus percobaan?
Tujuan Penelitian
Penelitian Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan
ini bertujuan untuk mempelajari penurunan kadar glukosa darah dan penelitian
glikogen hati tikus percobaan yang diberi minuman kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. mengetahui penurunan kadar glukosa darah sewaktu tikus percobaan;
2. mengetahui peningkatan kadar glikogen hati tikus percobaan; dan
3. mengetahui gambaran histopatologi pankreas tikus percobaan secara
kualitatif.
Hipotesis
Terdapat penurunan glukosa darah dan peningkatan glikogen hati pada
tikus percobaan yang diberi perlakuan minuman kopi dengan penambahan ekstrak
biji mahoni dibandingkan dengan tikus Wistar yang diberi minuman kopi tanpa
penambahan ekstrak biji mahoni.

3

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai efek positif minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni
terhadap kadar glukosa darah. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan referensi
treatment dan minuman fungsional untuk penderita Diabetes.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa
Penelitian (PKM-P) tahun 2014 yang diketuai oleh Nur Fitriyani dan
beranggotakan Nandika Hidayati, Novi Luthfiana Putri, dan Riza Septia Ullyana.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2014. Penelitian ini terdiri
dari masa intervensi, analisis kadar glikogen hati tikus dan histopatologi pankreas
tikus. Masa intervensi pada tikus terdiri dari seminggu masa adaptasi dan tiga
minggu masa intervensi di Fasilitas dan Kandang Mencit dan Tikus, Unit
Pengelola Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan. Analisis kadar
glukosa darah dilaksanakan selama masa intervensi setiap tiga hari. Analisis
glikogen hati tikus dilaksanakan selama dua minggu di Laboratorium Biokimia
Gizi, Fakultas Ekologi Manusia. Hispatologi pankreas dilaksanakan selama satu
minggu di Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewaan, Institut
Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman kopi
dengan ekstrak biji mahoni (Hidayati 2014). Hewan uji yang digunakan untuk
intervensi adalah 15 ekor tikus wistar putih jantan lepas sapih berusia 2-3 bulan
dengan berat ± 150 g. Bahan dan alat yang digunakan untuk analisis glukosa
darah adalah pisau cutter, Blood Glucose Test Meter AGM-2100 (GlucoDr, Korea
Selatan), Blood Glucose Test Strip (GlucoDr, Korea Selatan).
Bahan pereaksi kimia yang digunakan untuk analisis kadar glikogen hati
tikus terdiri dari NaCl 0.9 g/dL, asam asetat, etanol, aquades, HCl pekat, NaOH,
tembaga alkalis, dan asam fosfomolibdat. Alat yang digunakan untuk analisis
kadar glikogen hati tikus adalah Kertas Whatman no. 40, gelas piala, penyaring
vakum, penangas, labu takar, tabung reaksi, pH meter, sentrifuge H-26F
(Kokusan, Jepang), dan spektrofotometer 6505UV/VIS (Jenvay, UK).

4

Minuman Kopi Fungsional
Bahan intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang diformulasikan oleh Hidayati
(2014). Minuman tersebut sudah melalui uji organoleptik pada 30 panelis semiterlatih dan menggunakan 3 formula kopi dengan penambahan masing-masing
100 mg, 200 mg dan 300 mg serbuk biji mahoni. Bahan penyusun minuman kopi
tersebut terdiri dari 3 gram serbuk kopi instan, 12 gram creamer nabati, 30 mg
sukralosa, 100 mg garam dan serbuk ekstrak biji mahoni. Serbuk biji mahoni yang
dipakai merupakan hasil ekstraksi dan maserasi etanol 96% biji mahoni dan
pengeringan dengan menggunakan vaccum drying. Ekstraksi biji mahoni dengan
metode maserasi etanol 96% memiliki daya hambat terhadap enzim α-glukosidase
paling baik (Febriyany 2014). Hasil dari uji organoleptik menunjukkan bahwa
formula yang terpilih adalah formula kopi dengan penambahan 100 mg ekstrak
biji mahoni. Formula kopi terpilih ini dianjurkan untuk diminum dan dilarutkan
dalam 200 ml air per takaran saji, serta hanya dikonsumsi satu kali dalam sehari.
Penyesuaian jumlah takaran saji bahan intervensi perlu dilakukan karena
adanya berbagai perbedaan metabolisme dan ukuran tubuh antara manusia dengan
tikus percobaan. Menurut Reagan-Shaw et al. (2007), luas permukaan tubuh
(Body Surface Area/BSA) merupakan parameter biologi mamalia yang paling
mendekati dengan kondisi keseluruhan tubuh mamalia. Dosis yang digunakan
pada hewan merupakan perkalian antara faktor korelasi berdasarkan berat badan
dan luas permukaan tubuh manusia (Km pada manusia = 37) dan dosis ekstrak pada
manusia dibagi dengan faktor korelasi pada tikus (Km pada tikus = 6). Dosis
minuman kopi yang diberikan pada manusia dianjurkan sejumlah 200 ml per hari
atau mengandung 0.1 gram serbuk ekstrak biji mahoni sehingga terdapat ekstrak
biji mahoni sebesar 4.452 mg/kg BB tikus dalam 1 ml minuman kopi intervensi.
Perhitungan dan keterangan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.
Induksi Aloksan Tikus Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor
tikus Wistar jantan berusia 3 bulan dan memiliki berat 150 ± 10 g. Tikus Wistar
digunakan karena mudah ditangani dan keagresifan pejantannya relatif lambat
berkembang. Tikus sudah dikondisikan sehat, bebas cacing dan mempunyai kadar
glukosa darah normal. Metode dan kriteria hewan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini menyesuaikan metode penelitian yang dilakukan oleh De et
al. (2011).
Sebelum digunakan dalam penelitian, seluruh tikus disuntik aloksan dosis
tinggi (125 mg/kg BB tikus) agar kondisinya berubah menjadi hiperglikemia
(glukosa darah sewaktu/GDS ≥ 200 mg/dl) dengan waktu yang relatif cepat. Bait
(2010) melakukan induksi aloksan sebanyak 125 mg/kg BB tikus dan setelah 2-3
hari kadar glukosa darah tikus sudah di atas 200 mg/dL. Oleh karena itu, setelah 3
hari, tikus pada penelitian ini juga dilakukan pengecekan kadar glukosa darah.
Tikus percobaan yang mengalami hiperglikemia langsung diintervensi minuman
fungsional yang disediakan. Tikus percobaan yang tidak mengalami hiperglikemia
diberikan pola penyuntikkan yang berbeda, yaitu dua kali penyuntikan dengan
dosis pertama 80 mg/kg BB tikus dan dosis kedua 60 mg/kg BB tikus. Dosis

5

kedua disuntikkan 3 hari setelah dosis pertama diberikan. Induksi dengan pola
yang kedua memberikan hasil glukosa darah yang lebih stabil dibandingkan
dengan pola induksi pertama.
Tikus yang sudah mengalami kondisi hiperglikemia dapat dibagi menjadi
3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok kopi mahoni yang diberikan minuman kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni,
2. Kelompok kopi yang diberikan minuman kopi tanpa penambahan
ekstrak biji mahoni, dan
3. Kelompok kontrol tidak diberikan minuman kopi apapun.
Masing-masing kelompok tersebut berjumlah 5 ekor tikus percobaan
menurut WHO (1993). Setiap kelompok diberikan pakan khusus penelitian secara
ad libitum dan air minum tinggi gula agar kondisi hiperglikemia dapat
dipertahankan.
Pengukuran Glukosa Darah
Intervensi dilaksanakan selama 21 hari dengan pengecekan kadar glukosa
darah dilakukan setiap tiga hari selama masa intervensi. Pengukuran ini bertujuan
untuk mengetahui perubahan glukosa darah yang terjadi pada ketiga kelompok
tikus percobaan. Tahapan pengambilan darah disesuaikan dengan metode yang
dilakukan oleh paramedik, yaitu strip glukosa dibuka dari kemasan, strip glukosa
kemudian dipasangkan pada glukometer, ekor tikus dilukai sedikit dengan
menggunakan cutter, tetesan darah ditempatkan pada sensor yang terdapat pada
strip glukometer, dalam hitungan sekitar 10 detik, hasil dari pengukuran dapat
terbaca pada layar glukometer. Setelah intervensi selesai, semua tikus dimatikan
dan dilakukan pengambilan organ hati dari masing-masing tikus untuk dianalisis
lebih lanjut.
Analisis Glikogen Hati
Analisis kandungan glikogen hati tikus terdiri dari dua tahapan, yaitu
ekstraksi hati tikus dan pengukuran kadar glukosa darah cara Folin-Wu (Soewoto
et al. 2001). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan metabolisme
glukosa pada ketiga kelompok, terutama proses glikogenesis. Hati tikus yang
sudah diambil sebelumnya dimasukkan dalam NaCl 0.9 g/dL dengan suhu 4oC
untuk menjaga kesegaran hati.
Ekstraksi hati tikus
Hati tikus dikeluarkan dari larutan NaCl 0.9 g/dL dingin dan dikeringkan
sebentar di atas kertas, kemudian ditimbang serta dicatat beratnya. Hati
dilumatkan dengan menggunakan homogenizer dan ditambahkan 100 mL
akuades. Lumatan hati dimasukkan ke dalam gelas piala dan dipanaskan hingga
mendidih. Asam asetat sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam lumatan tersebut
untuk mengendapkan protein. Campuran tersebut dididihkan dan terus diaduk
hingga volume menyusut separuh dari volume semula.
Campuran lumatan hati yang masih panas disaring dengan menggunakan
penyaring vakum lalu dipindahkan ke dalam gelas piala. Alkohol 95%

6

ditambahkan ke dalam filtrat sebanyak 4 kali volume filtrat. Didiamkan selama
semalam agar glikogen mengendap. Endapan glikogen dipisahkan dari filtrat
menggunakan sentrifugator dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Endapan tersebut ditambahkan 10 ml akuades dan 10 tetes HCl pekat, lalu
dididihkan selama 10 menit untuk menghidrolisis glikogen. Setelah larutan
dingin, dinetralkan dengan NaOH dengan menggunakan pH meter sebagai
pengukur pH larutan. Setelah pH yang diinginkan tercapai, larutan tersebut
dipindahkan ke dalam labu takar dan ditambahkan akuades hingga tanda tera.
Larutan ini dianalisis dengan menggunakan metode Folin-Wu.
Pengukuran kadar glukosa dengan cara Folin-Wu
Pengukuran kadar glukosa darah dengan cara Folin-Wu membutukan tiga
jenis larutan, yaitu larutan blanko (larutan aquades), larutan standar (larutan
dengan penambahan glukosa standar) dan larutan uji (larutan filtrat hasil ekstraksi
jaringan hati). Ketiga jenis larutan tersebut dituangkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda masing-masing sebanyak 2 ml. Sebanyak 2 ml tembaga alkalis
dicampurkan dengan baik ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi berisi campuran
tersebut diletakkan di penangas air mendidih selama tepat 8 menit lalu
didinginkan dalam es selama 3 menit. Asam fosfomolibdat sebanyak 2 ml
dicampurkan dengan baik ke dalam tabung reaksi dan didiamkan selama 3 menit
untuk melarutkan Cu2O. Larutan siap dibaca dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 420 nm.
Metode di atas disesuaikan dalam penelitian ini pada penggunaan standar
glukosa. Konsentrasi larutan glukosa standar yang digunakan adalah 0.1, 0.2, 0.3,
0.4, 0.5 mg/ml. Kurva standar glukosa akan terbentuk berdasarkan hasil
absorbansi pada panjang gelombang (λ) 420 nm. Kurva standar tersebut
digunakan sebagai acuan dalam perhitungan kadar glikogen hati agar hasil yang
didapatkan sesuai dengan berbagai kondisi alat dan bahan yang dipakai selama
analisis. Berikut adalah rumus regresi linier yang terbentuk dari kurva standar
tersebut beserta kurva standar glukosa yang didapatkan.
y = ax+b
Keterangan :
y : absorbasi larutan pada λ=420 nm
x : konsentrasi larutan glukosa standar (mg/ml)
a, b : peubah bebas

7

1

Absorbansi

0.8
y = 1.720x + 0.027

0.6
0.4
0.2
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Konsentrasi (mg/dL)

Gambar 1 Kurva standar glukosa

Masing-masing hati tikus memiliki berat, volume pengenceran dan hasil
absorbansi yang berbeda. Oleh karena itu, kadar glikogen hati tikus dapat diolah
dengan menggunakan rumus berikut.
×
=
Keterangan :
G : kadar glikogen hati tikus (mg/g)
x : konsentrasi larutan uji (mg/ml)
V : volume pengenceran (ml)
M : berat hati tikus (g)

Histopatologi Pankreas
Pankreas salah satu tikus pada kelompok kontrol dan kopi mahoni diambil
secara acak untuk analisis histopatologi pankreas dengan metode embedding
paraffin (Sainte-Marie 1962) dan pewarnaan Gomori Krom Alum Hematoksilin
(Bencosme dan Liepa 1955). Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
pankreas pada kedua kelompok tersebut.
Jaringan pankreas yang telah diambil langsung difiksasi dalam larutan
Buffered Neutral Formalin (BNF) 10% kemudian dilakukan grossing jaringan
setebal 2 cm. Jaringan didehidrasi dengan alkohol bertingkat dari 70%, 80%, 90%
96% dan absolut masing masing 2 jam dengan automatic tissue processor. Setelah
itu, dilakukan clearing dengan xylene sebanyak 3 kali masing masing 40 menit
dan dilanjutkan embedding paraffin selama 2 jam.
Jaringan yang telah di-embedding dalam blok parafin dipotong dengan
mikrotom. Ketebalan potongan sebesar 4-5 mikrometer dan ditempelkan dalam
glass object. Selanjutnya, disimpan dalam inkubator untuk deparafinisasi.
Jaringan diclearing kembali dengan xylene 3 kali masing-masing selama 5 menit
dan rehidrasi pada alkohol abolut, 96%, 80% dan 70 % masing-masing selama 3
menit. Kaca preparat direndam dalam DW selama 5 menit dan dilakukan
pewarnaan krom alum hematoksilin selama 30 menit, safranin selama 15 menit
dan orange G selama 5 menit. Setelah selesai, dilakukan dehidrasi kembali dengan

8

alkohol bertingkat dari 70%, 80%, 96% dan absolut. Clearing dilakukan kembali
dengan xylene 3 kali masing-masing 5 menit. Glass object ditutup dengan
permount/entellan dan cover glass. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali secara kualitatif.
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pengambilan data kadar glukosa darah dan glikogen hati diolah
dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS ver. 16 For Windows. Kedua
data tersebut dianalisis secara deskriptif dan statistik melalui sidik ragam ANOVA
dan uji lanjut LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.
Perbedaan data dilihat dari signifikansi pada P0.05)

Hasil rata-rata pengukuran kadar GDS pada hari ketiga dan keenam
intervensi terlihat mengalami penurunan pada kelompok kopi dan kelompok kopi
mahoni. Penurunan ini juga terlihat pada penelitian Li et al. (2005). Intervensi
ekstrak biji mahoni hari keempat dan keenam menunjukkan perbedaan yang
signifikan terhadap kelompok kontrol yang diamati.
Hasil uji lanjut (LSD) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sewaktu
kelompok kontrol berbeda nyata dengan kelompok kopi (p0.05)

Rata-rata dari kelompok kontrol, kopi dan kopi mahoni masing-masing
adalah 1.063 mg/g, 0.967 mg/g, 2.318 mg/g. Kelompok kopi mahoni
memperlihatkan sedikit peningkatan kadar glikogen hati. Peningkatan kadar
glikogen hati ini diduga karena adanya penambahan ekstrak biji mahoni. Ekstrak
biji mahoni juga meningkatkan kadar glikogen hati tikus secara signifikan dalam
penelitian Maiti et al. (2008). De et al. (2011) juga menyebutkan bahwa
regenerasi sel beta pankreas dapat meningkatkan kinerja insulin serum sehingga
dapat menekan stress oksidatif, memperbaiki profil lipid, metabolisme protein dan
meningkatkan kadar glikogen hati.
Hasil uji statistik data ketiga kelompok menggunakan ANOVA pada
penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar glikogen hati (p>0.05). Hasil ini tidak
sejalan dengan van Dam dan Hu (2005) yang menyebutkan bahwa asam
klorogenik juga dapat menurunkan pelepasan glukosa hati dengan menghambat
pembentukan glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat memicu terjadinya glikogenolisis
atau pelepasan glikogen hati dan otot menjadi glukosa darah. Penghambatan
glukosa-6-fosfat dapat mempertahankan kadar glikogen hati maupun otot dengan
tidak mengubah glikogen tersebut menjadi glukosa darah. Kondisi ini juga tidak
sesuai dengan penelitian Shearer et al. (2003) yang menyebutkan bahwa quinida
dalam kopi dapat meningkatkan sensitifitas insulin.
Hidayati (2014) melaporkan bahwa serbuk biji mahoni menagandung
asam erusat sebanyak 43.26%. Asam erusat adalah 22-karbon asam lemak tak
jenuh tunggal dengan ikatan rangkap tunggal pada posisi omega 9. Asam erusat,
sebagai asam lemak, dicerna, diserap dan dimetabolisme, untuk sebagian besar,
seperti asam lemak lainnya. Setelah diserap, asam lemak didistribusikan ke
jaringan terikat pada albumin serum. Dalam hati, kehadiran asam erusat
tampaknya menginduksi sistem β-oksidasi peroxisomal, yang mengarah ke
penurunan bertahap akumulasi asam erusat sehingga memiliki efek negatif
terhadap metabolisme lemak (lipidosis) pada jaringan hati tikus percobaan
(FSANZ 2003). Hal ini diduga dapat mempengaruhi kinerja maksimal dari hati
tikus pada penelitian ini.

12

Gambaran Histopatologi Pankreas
Pankreas adalah organ kelenjar yang mempunyai fungsi eksokrin maupun
endokrin. Salah satu fungsi endokrinnya adalah memproduksi hormon insulin
pada sel beta pulau Langerhans. Insulin adalah hormon polipeptida yang
mempunyai efek anabolik pada jaringan perifer serta meningkatkan uptake dari
glukosa, sintesis protein, lipogenesis, sintesis glikogen dan pertumbuhan. Oleh
karena itu, kerusakan pada sel beta pankreas dapat mempengaruhi fungsi insulin
dan metabolisme zat gizi (Canagaratnam 2004). Preparat pankreas yang telah
diamati menunjukkan gambaran hispatologi pada beberapa gambar berikut ini.

Gambar 5 Histopatologi pankreas tikus normal.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda
dan sel delta berwarna ungu.

Gambar 6 Histopatologi pankreas tikus kelompok kontrol.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda
dan sel delta berwarna ungu.

Gambar 7 Histopatologi pankreas tikus kelompok kopi mahoni.

Keterangan : warna cokelat menunjukkan sel beta (panah hitam), sel alfa berwarna merah muda
dan sel delta berwarna ungu.

Berdasarkan ketiga gambar di atas, terlihat bahwa tikus normal
mempunyai sel beta yang tersusun rapi membentuk lingkaran. Kelompok tikus
kontrol mengalami kerusakan dan penyusutan jumlah sel beta terlihat dari sebaran
warna cokelat pada gambar. Suarsana et al. (2010) melaporkan bahwa sel beta

13

pankreas tikus yang diinduksi aloksan mengalami kerusakan dan dikarakterisasi
dengan kondisi hiperglikemia. Kelompok tikus kopi mahoni mengalami
regenerasi sel beta namun masih mengalami kerusakan pada pulau Langerhans
yang membuat sebaran regenerasi sel beta tidak merata. Gambaran histopatologis
pankreas ini juga ditemukan pada penelitian Suryani et al. (2013) dan De et al.
(2011).
Suryani et al. (2013) membuktikan bahwa tikus yang diinduksi MLD-STZ
dan diberikan ekstrak biji mahoni berbagai dosis menunjukkan adanya perbaikan
gambaran histologis jaringan pankreas. Ekstrak biji mahoni dapat menekan
ekspresi TNF-α. TNF-α merupakan salah satu agen inflamatori yang merusak sel
beta pankreas pada diabetes tipe 1 sehingga sel-sel tersebut tidak dapat
menghasilkan insulin secara optimal.
Jaringan pankreas yang membaik membuat produksi insulin meningkat.
Insulin mengontrol kondisi glukosa melalui tiga mekanisme aksi kerja.
Mekanisme pertama, insulin mengirimkan sinyal kepada sel jaringan perifer yang
sensitif terhadap insulin, khususnya otot untuk meningkatkan pengambilan
glukosa ke dalam jaringan. Mekanisme kedua, insulin akan bekerja di organ untuk
melakukan proses glikogenesis (konversi glukosa menjadi simpanan glikogen).
Mekanisme ketiga, insulin secara simultan akan menghambat sekresi glukagon
dari sel alpha pankreas, sehingga akan memberikan sinyal kepada organ hati
untuk memberhentikan proses produksi glukosa melalui jalur glikogenolisis
(konversi glikogen menjadi glukosa) dan glukoneogenesis (konversi asam amino
dan laktat menjadi glukosa) (Aronoff et al. 2004).
Ekstrak biji mahoni mengandung saponin, flavonoid, tetranortriterpenoid
atau limonoid bernama Swietinine, Swietenolida, 8,30-epoxy-swietenine asetat,
Swietenolide diasetat (Dutta et al. 2011). Sianturi (2001) juga melaporkan bahwa
senyawa bioaktif ekstrak biji mahoni melalui tingkat toksisitas dengan media
larva udang berpotensi sebagai obat. Dosis yang tinggi atau semakin banyak
campuran bahan alami yang diintervensikan dapat memberikan efek yang tidak
spesifik pada tikus percobaan karena komponen aktif di dalamnya dapat
berinteraksi secara sinergis, aditif maupun antagonis. Hidayati (2014) melaporkan
bahwa produk kopi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat
toksisitas yang cukup tinggi yaitu 347.097 ppm. Tingkat toksisitas yang diukur
dengan menggunakan media larva udang tersebut berkaitan dengan senyawa yang
terdapat dalam produk kopi ini yaitu fenolik, flavonoid, terpenoid, triterpenoid
dan kafein, dimana pada kadar tertentu senyawa-senyawa tersebut memiliki
potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva.
Berbagai penelitian telah melaporkan bahwa minuman kopi juga memiliki
manfaat dalam metabolisme glukosa darah. Tingginya kadar antioksidan dalam
kopi dapat menekan reaksi oksidatif dalam tubuh serta timbulnya berbagai
penyakit degeneratif seperti Diabetes tipe 2. Salah satu senyawa yang berperan
sebagai antioksidan dalam kopi adalah asam klorogenik. Asam klorogenik telah
diteliti dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus, serta quinida, senyawa
turunan dari asam klorogenik, dapat meningkatkan sensitifitas insulin. Selain itu,
asam klorogenik dapat menjadi penghambat kompetitif dalam penyerapan glukosa
pada usus (van Dam dan Hu 2005). Anugrahati (2010) membuktikan bahwa
kandungan asam klorogenik pada kopi robusta asal Indonesia dapat menghambat
enzim α-glukosidase. Enzim α-glukosidase menghidrolisis pati menjadi glukosa

14

agar dapat diserap oleh usus. Senyawa bioaktif dalam ektrak biji mahoni juga
mempunyai daya hambat terhadap α-glukosidase (Febriyany 2014).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan kadar glukosa darah
kelompok tikus yang diberi kopi dengan ekstrak biji mahoni tidak berbeda nyata
dengan kelompok tikus yang diberi kopi saja. Selain itu, kadar glikogen hati tikus
percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok.
Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak biji mahoni yang ditambahkan hanya
sebanyak 4.452 mg/kg BB tikus per hari. Menurut Suryani et al. (2013), dosis
ekstrak metanol sebanyak 250 mg/kg BB tikus memberikan pengaruh optimal
terhadap kadar insulin, ekspresi TNF-α dan kerusakan jaringan pankreas tikus
hasil induksi MLD-STZ. Dosis 100 mg/kg BB tikus juga menunjukkan perbaikan
jaringan pankreas tikus walaupun hasilnya kurang optimal.
Dosis ekstrak etanol 100 mg/kg BB tikus juga sudah mempunyai efek
hipoglikemik pada tikus percobaan (Febriyany 2014). Penambahan ekstrak yang
jauh lebih sedikit ini diduga mempengaruhi efek terhadap kadar glukosa darah
tikus percobaan. Meskipun demikian, dosis ekstrak etanol biji mahoni di atas 250
mg/kg BB tikus mempunyai potensi nefrotoksik (Rasyad et al. 2012).
Penambahan ekstrak biji mahoni ke dalam makanan dan minuman fungsional
harus diperhatikan lebih lanjut agar tidak menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan serta memiliki cita rasa dan penampilan yang baik secara organoleptik.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kadar glukosa darah tikus percobaan pada ketiga kelompok memiliki
perubahan yang berbeda setelah 21 hari intervensi. Kelompok kontrol
menunjukkan perubahan kadar glukosa darah yang positif sedangkan kelompok
kopi dan kopi mahoni menunjukkan hasil yang sebaliknya. Intervensi yang
diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa darah
sewaktu tikus. Kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol berbeda nyata
dengan kelompok kopi maupun kelompok kopi mahoni. Kelompok kopi tidak
berbeda nyata dengan kelompok kopi mahoni. Perlakuan yang diberikan selama
21 hari tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glikogen hati.
Saran
Formulasi minuman kopi fungsional harus lebih disempurnakan lagi
dengan penggunaan bahan ekstrak yang lebih banyak jumlahnya atau
menggunakan ektrak tumbuhan lain yang mempunyai potensi yang sama dengan
ekstrak biji mahoni.

15

DAFTAR PUSTAKA
[AEKI] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2005. Statistik Kopi 1998-2005.
Jakarta (ID): Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia.
Anugrahati NA, Golden L, Kardono B. 2010. Potensi beberapa kopi lokal
indonesia sebagai inhibitor alfa-glukosidase. JITP 8: 11-16.
Aronoff SL, Berkowitz K, Shreiner B, Want L. 2004. Glucose metabolism and
regulation: Beyond insulin and glukagon. Diabetes Spectrum 17:183-190.
Bait Y. 2010. Efektivitas pemberian seduhan teh hitam, teh hijau (Camelia
sinensis var. assamica), teh daun murbei (Morus kanva) dan campurannya
dalam aktivitas hipoglikemik pada tikus (Rattus norvegicus) diabetes
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bencosme SA, Liepa E. 1955. Regional differences of the pancreatic islet. J
Endocrinology 57:588-593.
Boggs DA, Rosenberg L, Ruiz-Narvaez EA, Palmer JR. 2010. Coffee, tea, and
alcohol intake in relation to risk of type 2 diabetes in african american
women. AJCN 92:960–966.
Canagaratnam M. 2004. One Stop Doc Gastrointestinal System. London (UK):
Arnold.
De D, Chatterjee K, Ali KM, Bera TK, Ghosh D. 2011. Antidiabetic potentiality
of the aqueous-methanolic extract of seed of Swietenia mahagoni (l.) jacq.
in streptozotocin-induced diabetic male albino rat: a correlative and
evidence-based approach with antioxidative and antihyperlipidemic
activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine
2011:1-11
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dutta M, Raychaudhuri, Chakroborty R, Maji D. 2011. Role of diet and plants on
diabetic patients: a critical appraisal. Sci Cult 77:115-122.
Febriyany V. 2014. Uji potensi inhibitor alfa-glukosidase dan hipoglikemik
ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai kandidat obat
antidiabetes [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2003. Erucic Acid In Food: a
Toxicological Review and Risk Assessment. Technical Report Series No.
21. [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada:
http://www.foodstandards.gov.au
Hidayati N. 2014. Pengembangan produk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai alternatif minuman fungsional
diabetisi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[IDF] International Diabetes Federation. 2014. Diabetes: facts and figures
[Internet].
[diunduh
2015
Januari
3].
Tersedia
pada:
http://www.idf.org/diabetesatlas/worlddiabetesday/toolkit/gp/facts-figures
Joshi S. 2000. Medical Plants. New Delhi (IN): Oxford and IBH Publishing.
Klein G, Kim J, Himmeldirk K, Cao Y, Chen X. 2007. Antidiabetes and antiobesity activity of Lagerstroemia speciosa.
Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine 4: 401–407.

16

Li DD, Chen JH, Chen Q. 2005. Swetenia mahagony extract shows agonistic
avtivity to PPARγ and gives ameliorative effects on diabetic db/db mice.
Acta Pharmacol Sinica 26: 220-222.
Maiti AS, Dewanjee. 2008. Hipoglycemic effect of Swietenia macrophylla seeds
againts type II diabetes. Internal Journal of Green Pharmacy 2: 224-227.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Harper’s Illustrated
Biochemistry. New York (US): McGraw-Hill
Nelms MN, Sucher K, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy and
Pathophysiology. Wadsworth (US): Cengage Learning.
Pari L, Saravanan R. 2004. Antidiabetic effect of diasulin, a herbal drug, on blood
glucose, plasma insulin and hepatic enzymes of glucose metabolism
hyperglycaemic rats. Diabetes, Obesity and Metabolism 6:286-292.
Price SA, Wilson LM. 2002. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease
Processes. Missouri (US): Mosby, Inc.
Rao BK, Sudarshan PR, Rajasekhar MD, Nagaraju N, Rao CA. 2003. Antidiabetic
activity of Terminalia pallida fruit in alloxan induced diabetic rats. J
Ethnopharmacol 85:169-172.
Rasyad AA, Mahendra P, Hamdani Y. 2012. Uji nefrotoksik dari ekstrak etanol
biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap tikus putih jantan galur
wistar. Jurnal Penelitian Sains 15: 79-82.
Reagan-Shaw S, Nihal M, Ahmad N. 2007. Dose translation from animal to
human studies. FASEB J. 22 : 659-661.
Sainte-Marie G. 1962. A paraffin embedding technique for studies employing
immunofluorescence. J Histochem Cytochem 10:250-256.
Shearer J, Farah A, de Paulis T, et al. 2003. Quinides of roasted coffee enhance
insulin action in conscious rats. J Nutr 133:3529-3532.
Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan fraksinasi senyawa bioaktif dari biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jaq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soewoto H, Sadikin M, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, Prijanti AR, Harahap IP,
Jusman SWA. 2001. Biokimia: Eksperimen Laboratorium. Jakarta (ID):
Widya Medika.
Suarsana IN, Priosoeryanto BP, Bintang M, Wresdiyati T. 2010. Profil glukosa
darah dan ultrastruktur sel beta pankreas tikus yang diinduksi senyawa
aloksan. JITV 15:118-123.
Suryani N, Endang T, Aulanni'am. 2013. Pengaruh ekstrak metanol biji mahoni
terhadap peningkatan kadar insulin, penurunan ekspresi TNF-A dan
perbaikan jaringan pankreas tikus diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya
3:137-145.
Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B
cells of the rat pancreas : minireview. Physiol Res 50:536-546.
van Dam RM, Hu FB. 2005. Coffee consumption and risk of type 2 diabetes: a
systematic review. JAMA 294:97-104.
[WHO] World Health Organization. 1993. Research Guidelines for Evaluating
the Safety and Efficacy of Herbal Medicines. Manila (PH): Regional
Office for The Western Pacific.
[WHO] World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes
Melitus and Intermediate Hyperglycemia: Report of a WHO/IDF
Consultation. Geneva (CH): WHO Press.

17

Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. 2004. Global prevalence of
diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes
Care 27:1047-1053.

18

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus
Tanggal

27 Juni 2014

1 Juli 2014

3 Juli 2014

6 Juli 2014

9 Juli 2014

12 Juli 2014

15 Juli 2014

Kelompok
Kontrol
354
366
398
345
387
354
367
387
365
346
389
387
398
377
376
368
389
412
387
487
388
498
389
388
465
389
376
388
428
434
600
365
388
398
433

Kelompok Kopi
459
340
374
589
350
79
127
72
74
83
90
60
134
100
89
134
600
185
145
600
114
120
145
600
284
110
79
112
395
126
600
183
178
168
452

Kelompok Kopi
mahoni
600
600
484
600
600
79
32
251
103
297
389
75
81
75
127
255
157
600
137
297
600
418
120
123
144
114
148
105
371
93
118
600
99
351
154

19

Tanggal

18 Juli 2014

Kelompok
Kontrol
387
389
398
443
463

Kelompok Kopi
161
132
138
162
126

Kelompok Kopi
mahoni
133
134
136
212
510

Lampiran 2. Delta perubahan kadar glukosa darah sewaktu tikus
Delta

Kontrol

Kopi

1
2
3
4
5
6
7

-6.2
21.6
23.2
17
-22.6
33.8
-20.8

-335.4
7.6
238.2
-80.2
-88.2
151.8
-172.4

Kopi
mahoni
-424.4
-3
139.8
-8.2
-114.8
98.2
-39.4

Lampiran 3. Hasil pengukuran kadar glikogen hati tikus
Kode
1A
2A
3A
4A
5A
1B
2B
3B
4B
5B
1C
2C
3C
4C
5C

Berat
hati (g)
3.641
5.454
3.717
4.341
4.315
8.078
7.910
8.607
6.999
6.730
6.046
5.433
4.540
6.232
5.269

Volume
Volume
pengenceran Analisis
(ml)
(ml)
50
50
50
50
50
50
50
100
50
50
25
50
50
100
50

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Absorbansi
1
0.072
0.107
0.065
0.053
0.068
0.080
0.105
0.072
0.154
0.145
0.090
0.103
0.272
0.126
0.082

2
0.059
0.119
0.095
0.086
0.077
0.047
0.105
0.060
0.108
0.140
0.062
0.155
0.297
0.185
0.100

Kadar glikogen hati (mg/g)
1
1.078
1.279
0.892
0.522
0.829
0.572
0.860
0.912
1.583
1.529
0.454
1.220
4.706
2.771
0.910

2
0.766
1.471
1.595
1.185
1.011
0.216
0.860
0.669
1.009
1.464
0.252
2.055
5.186
4.422
1.208

Rata-rata
0.922
1.375
1.243
0.854
0.920
0.394
0.860
0.790
1.296
1.497
0.353
1.637
4.946
3.596
1.059

20

Lampiran 4. Contoh perhitungan kad

Dokumen yang terkait

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahogani Jacq)

11 84 62

Pengembangan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Alternatif Minuman Fungsional Diabetisi

3 8 80

Gambaran Histopatologi Organ Hati Dan Ginjal Pada Tikus Model Diabetes Dengan Pemberian Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq.).

0 3 30

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yan

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yang Diinduksi Asetaminofen.

0 1 4

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yang

0 0 15

POTENSI FLAVONOID EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI 8-OHdG PADA URIN TIKUS WISTAR JANTAN YANG TERPAPAR ETANOL.

6 26 39

Efek Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq.) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 27

Efek Proteksi Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap Kerusakan Hepar Mencit yang Diinduksi Parasetamol.

0 1 1

SKRIPSI UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK KERING BIJI MAHONI TERSTANDAR (Swietenia mahagoni Jacq) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 0 101