Faktor Risiko Obesitas pada Pekerja Garmen Perempuan

FAKTOR RISIKO OBESITAS
PADA PEKERJA GARMEN PEREMPUAN

KARERA ARYATIKA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Faktor Risiko
Obesitas pada Pekerja Garmen Perempuan” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

.
Bogor, 15 September 2014

Karera Aryatika
NIM I14100111

ABSTRAK
KARERA ARYATIKA. Faktor Risiko Obesitas pada Pekerja Garmen
Perempuan. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan ALI KHOMSAN.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor risiko
obesitas pada pekerja perempuan di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati, Bogor.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Jumlah contoh
dalam penelitian ini yaitu 59 orang. Data yang dikumpulkan di antaranya
pengukuran status gizi, karakteristik, asupan energi dan zat gizi, kebiasaan
konsumsi makanan, serta aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kejadian obesitas yang ditemukan pada contoh sebesar 42.4%. Berdasarkan uji
Spearman, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dan
karbohidrat dengan obesitas (p18 tahun) dan sangat rentan untuk mengalami obesitas. Menurut penelitian
Chaput dan Tremblay (2009), data populasi pekerja dari negara-negara di dunia
yang perekonomiannya ditunjang oleh sektor industri yang mayoritas memiliki

jam kerja yang panjang dan aktivitas pekerja yang rendah secara signifikan dapat
mengubah berat badan pekerja yang semula normal menjadi overweight dan
obesitas. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Erliyani (2012) yang

2
menemukan prevalensi obesitas pada buruh pabrik rokok di Kudus (Jawa Tengah)
dengan usia 30-40 tahun sebesar 29.1%. Kejadian obesitas pada buruh tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup buruh yang tidak sehat antara lain buruh yang diteliti
tidak pernah berolahraga, memiliki tingkat aktivitas yang ringan dan memiliki
pola konsumsi yang tidak teratur.
Banyak penelitian mengenai faktor risiko obesitas terutama untuk golongan
umur anak-anak dan dewasa, namun masih sedikit yang menganalisis kelompok
pekerja perempuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor
risiko obesitas pada kelompok pekerja perempuan pabrik garmen. PT. Citra Abadi
Sejati yang merupakan salah satu pabrik garmen di kota Bogor dengan jumlah
pekerja perempuan cukup besar dan terbagi-bagi ke dalam berbagai lini pekerjaan.

Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor

risiko obesitas pada pekerja perempuan di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pekerja perempuan (umur, tingkat pendidikan,
ukuran keluarga, masa kerja, dan upah)
2. Menghitung dan menilai asupan energi dan zat gizi lainnya yaitu protein,
lemak, karbohidrat dan serat makanan
3. Menghitung dan menilai tingkat aktivitas fisik
4. Menilai kebiasaan konsumsi makanan, meliputi: buah, sayur, dan makanan
berlemak
5. Menilai kejadian obesitas
6. Menganalisis faktor-faktor risiko obesitas.

Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara karakteristik pekerja perempuan dengan kejadian
obesitas
2. Terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi dengan kejadian obesitas
pada pekerja perempuan
3. Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
pekerja perempuan
4. Terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan dengan kejadian

obesitas pada pekerja perempuan
5. Karakteristik contoh, asupan energi dan zat gizi, tingkat aktifitas fisik, serta
kebiasaan konsumsi makanan merupakan faktor risiko obesitas pada pekerja
perempuan

3

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi umum
mengenai faktor–faktor yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan risiko
obesitas sehingga menjadi masukan dalam usaha memperkecil kejadian obesitas
terutama pada pekerja perempuan. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat
membantu dalam upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan pekerja sehingga
dapat mencegah kerugian ekonomi akibat penurunan produktivitas. Bagi
pemerintah, hal ini dapat menjadi sumbangan dalam membantu program
penurunan prevalensi penyakit tidak menular terutama yang disebabkan oleh
obesitas di kalangan pekerja perempuan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi

lemak dalam jaringan adiposa. Obesitas dapat ditentukan dengan melihat indeks
massa tubuh (IMT). Standar batas seseorang dikatakan obesitas untuk penduduk
Indonesia adalah IMT≥27 kg/m2 atau lingkar perut >90 cm pada pria dan >80 cm
pada perempuan. Obesitas merupakan salah satu dari sekelompok faktor risiko
sindrom metabolik yang berdampak pada timbulnya penyakit degeneratif seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Obesitas merupakan penyakit dengan etiologi yang sangat kompleks dan
belum sepenuhnya diketahui. Obesitas dapat disebabkan oleh banyak faktor antara
lain faktor herediter (keturunan), keadaan sosial ekonomi individu, pola
(kebiasaan) makan, konsumsi pangan, dan aktivitas fisik.
Faktor herediter berpengaruh pada obesitas. Pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Whitaker et al. (1998), dapat dilihat kecenderungan untuk obesitas
pada seseorang meningkat dua kali lebih besar pada orang yang memiliki orang
tua yang obesitas. Namun, pada penelitian ini tidak diteliti mengenai faktor
herediter pekerja perempuan melainkan faktor-faktor yang berkaitan langsung
dengan pekerjaannya sebagai buruh pabrik seperti kebiasaan makan, konsumsi
pangan serta aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi status gizinya. Hal ini
disebabkan oleh pada penelitian sebelumnya tidak dilakukan uji variabel tersebut.
Kelas sosial dan status sosial ekonomi mempengaruhi prevalensi terjadinya
overweight (Parengkuan et al. 2010). Sejalan dengan pendapatan keluarga yang

tinggi, kecenderungan pola makan pun berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam
asupan lemak dan protein hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan
protein nabati serta karbohidrat. Pendapatan keluarga juga berhubungan dengan
frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000). Selain
itu tingkat pendidikan juga menentukan status gizi seseorang. Berdasarkan
penelitian Tan (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan kecenderungan obesitas
semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya pendidikan
diidentikkan dengan semakin tingginya tingkat pendapatan.
Konsumsi pangan menjadi salah satu faktor penentu terjadinya obesitas.
Konsumsi pangan dengan jumlah berlebih (diet tinggi kalori) dapat berpotensi
menimbulkan obesitas terutama yang berasal dari lemak dan karbohidrat karena

4
kelebihan dari zat gizi ini akan disimpan di dalam tubuh dalam sel-sel lemak. Jika
hal ini terus menerus berlangsung tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi
yang sesuai akan mengakibatkan terjadi obesitas yang selanjutnya akan
berdampak terjadi peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Peningkatan
konsumsi protein hewani juga perlu diwaspadai, sesuai dengan penelitian Colidzt
et al. (2003) yang menyatakan bahwa peningkatan berat badan berhubungan
positif terhadap konsumsi protein hewani. Konsumsi serat makanan juga dapat

berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Konsumsi serat makanan dapat menunda
pengosongan lambung dan absorpsi usus sehingga menekan rasa lapar. Hal ini
dapat berpengaruh terhadap penurunan berat badan sehingga dapat mencegah
terjadinya obesitas.
Pola atau kebiasaan makan seseorang berpengaruh terhadap risiko
kegemukan. Salah satu kebiasaan baik yang perlu dikembangkan adalah kebiasaan
mengonsumsi buah dan sayur. Konsumsi sayur dan buah 2.5 gelas per hari sesuai
dengan anjuran Pedoman Gizi Seimbang 2014 dapat mencegah obesitas. Buah dan
sayur mengandung serat makanan larut yang akan membantu penyerapan gula
lebih lambat dan menjaga peningkatan kadar gula agar tidak berlebihan dan juga
tidak menurun drastis. Kebiasaan konsumsi lemak khususnya lemak hewani yang
berlebihan juga tidak baik untuk tubuh. Makanan sumber asam lemak jenuh
umumnya berasal dari hewan. Mengonsumsi lemak hewani secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan berat badan disertai dengan penyempitan
pembuluh darah arteri dan Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Aktivitas fisik memegang peranan penting terhadap timbulnya obesitas.
Penelitian Hadi (2003) menunjukkan bahwa penurunan aktivitas fisik atau
peningkatan perilaku hidup kurang gerak mempunyai peranan penting dalam
peningkatan berat badan dan terjadinya obesitas. Padahal pekerja buruh pabrik
mayoritas memiliki jam kerja yang panjang dengan waktu istirahat sedikit dan

makan siang yang tidak memadai (WRI 2011). Sebagian besar aktivitas pekerja
garmen dihabiskan hanya dengan duduk di prebelakang mesin pemintal benang
(mesin jahit) hingga pekerjaannya selesai. Aktivitas fisik yang sedenter ditambah
dengan menu makan siang yang kurang memadai menyebabkan kecenderungan
terjadinya obesitas pada pekerja perempuan cukup besar. Berikut disajikan
gambaran dari kerangka pemikiran penelitian (Gambar 1).

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu pengambilan data
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel
independen maupun variabel dependen. Lokasi penelitian dilakukan di pabrik
garmen PT. Citra Abadi Sejati, Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan sebagian
data baseline penelitian utama yang berjudul “Efikasi Suplementasi Vitamin D,
Kalsium dan Susu terhadap Perbaikan Serum 25 (OH) dan Sindrom Metabolik
Pekerja Garmen Perempuan Usia Subur” (Briawan et al. 2013). Penelitian
dilakukan pada bulan September 2013.

5


Karakteristik contoh
-

Umur
Ukuran keluarga
Tingkat pendidikan
Masa kerja
Gaji

Kebiasaan
konsumsi
makanan
- Buah
- Sayur
- Makanan
berlemak

Aktivitas Fisik


Obesitas (Obese)

Faktor
Herediter

Asupan Energi dan Zat Gizi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat makanan

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko obesitas

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan pekerja berumur 25-50

tahun di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati. Contoh penelitian dipilih secara
acak dengan kriteria inklusi: 1) tidak sedang hamil atau menyusui; 2) tidak
mengalami cacat fisik; 3) bersedia berpartisipasi dan menandatangani informed
consent.
Penentuan jumlah contoh minimal pada penelitian ini menggunakan rumus
sebagai berikut (Sujarweni 2012):

Keterangan :
n
= jumlah sampel minimal yang diperlukan
α
= derajat kepercayaan
p
= proporsi sindrom metabolik pada pekerja wanita = 80%
(Dwipayana et al. 2011)
1-p
= proporsi pekerja wanita yang tidak mengalami sindrom
metabolik sebesar = 20%
d
= limit dari error atau presisi absolut = 10%

6
Dari rumus tersebut, didapatkan n (jumlah contoh) sebesar 61.46 ~ 62
orang. Pada saat penelitian, terdapat 3 contoh yang di drop out, satu contoh drop
out karena tidak memenuhi kriteria inklusi, dan dua orang drop out karena tidak
dapat mengikuti pengambilan sampel darah pada pengambilan data hari kedua
dikarenakan kewajiban kerja yang tidak dapat ditinggalkan, sehingga jumlah
contoh dalam penelitian ini sebanyak 59 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut mencakup karakteristik contoh (umur, tingkat pendidikan, besar
keluarga, masa kerja, gaji), asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, karbohidrat
dan serat makanan), aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi makanan (sayur, buah,
makanan berlemak), status gizi (Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, dan
Rasio Lingkar Pinggang Panggul). Secara keseluruhan jenis dan cara pengambilan
data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
N
Cara pengumpulan
Variabel
Jenis data
data
1
Karakteristik
contoh
 Umur
Metode
 Besar keluarga
wawancara
 Tingkat pendidikan
menggunakan
>
 Masa kerja
kuesioner
 Gaji
3
Asupan zat gizi
 Asupan energi dan zat
Food recall 2 x
gizi (protein, lemak,
24 jam
karbohidrat dan serat
makanan)

5






6Aktivitas fisik

 Jenis dan lama kegiatan

Kuesioner
aktivitas fisik

7 ebiasaan konsumsi
K
makanan

 Konsumsi buah dan
sayur
 Kebiasaan makan
makanan berlemak

FFQ
Semiquantitative

Status gizi

Berat badan
Tinggi badan
Lingkar pinggang
Lingkar panggul

Pemeriksaan
fisik

Pengumpulan data karakteristik contoh diperoleh dengan metode
wawancara menggunakan kuesioner. Data asupan energi, karbohidrat, protein,
lemak, dan serat makanan contoh dikumpulkan dengan 2 x 24 hours food recall.

7

Data kebiasaan konsumsi makanan berlemak, kebiasaan konsumsi buah dan sayur,
diperoleh dengan metode semi-quantitative food frequency questionnaire. Data
tingkat dan lama aktivitas fisik contoh diperoleh dari pencatatan kuesioner dengan
metode wawancara.
Berat badan diukur menggunakan timbangan injak digital merk Camry
(ketelitian 0.1 kg). Contoh diukur dalam posisi berdiri tanpa isi kantong maupun
alas kaki. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm).
Microtoise digantungkan pada dinding yang rata dengan ketinggian 2 meter dari
dasar lantai. Pada saat pengukuran, contoh berdiri tegak tanpa alas kaki dan tutup
kepala, pandangan lurus ke depan dengan tumit, punggung, dan kepala bagian
belakang menempel pada dinding. Microtoise kemudian diturunkan sampai
menyentuh kepala contoh. Lingkar pinggang dan lingkar panggul diukur
menggunakan pita pengukur (ketelitian 0.1 cm). Pengukuran dilakukan dengan
posisi contoh berdiri nyaman dengan berat badan tersebar merata dan jarak antara
kedua kaki 25-30 cm. Pita ditarik secukupnya agar tidak menekan jaringan lunak
dengan posisi pita berada di antara ujung bawah tulang rusuk dan puncak tulang
iliac (panggul).

Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan
analisis. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program komputer
Microsoft Excel 2007, Nutrisurvey versi Indonesia tahun 2007 dan SPSS
(Statistical Programme for Social Science) version 16 for Windows. Dilakukan
analisis statistik deskriptif dan statistik inferensia yang meliputi uji normalitas
Kolmogorov Smirnov, kemudian analisis bivariate dengan uji korelasi Pearson
dan Spearman, serta multivariate dengan uji binary logistic regression.
Obesitas
Data hasil pemeriksaan status gizi yang dikumpulkan kemudian dihitung
menurut kelompoknya yaitu indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang (LP),
dan rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP). Pengkategorian tersebut
disesuaikan dengan standar (cut off) status gizi untuk orang Indonesia berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Secara umum contoh dikatakan obesitas
jika IMT ≥27 kg/m2 atau memiliki lingkar pinggang >80 cm, sedangkan untuk
RLPP contoh dikatakan berisiko obesitas jika rasio antara lingkar pinggang dan
panggul >0.85 cm. Berikut disajikan tabel penggolongan status gizi menurut IMT,
LP, dan RLPP.

8
Tabel 2 Penggolongan status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT),
lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul
(RLPP)
Cut off
Kategori
IMT (kg /m2)
< 18.5
Kurus
18.5-24.9
Normal
25-26.9
Lebih
≥ 27
Obesitas
LP (cm)
≤80
Normal
>80
Obesitas
RLPP
≤0.85
Normal
>0.85
Obesitas
Sumber : Riskesdas 2013

Karakteristik contoh
Data karakteristik contoh yang dikumpulkan meliputi umur, besar keluarga,
tingkat pendidikan, masa kerja, dan gaji dikelompokkan dan dianalisis secara
deskriptif. Secara keseluruhan data disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3 Pengelompokan karakteristik contoh
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Umur
 ≤ 40 tahun
Modifikasi dari
 > 40 tahun
UU RI No. 13 tahun
2013
Tingkat pendidikan
 Tinggi (≥ SMA)
Kemenkes 2010
 Rendah (< SMA)
Besar keluarga
 Kecil (≤ 4 orang)
Modifikasi dari
 Besar (> 4 orang)
Hurlock (1998)
Masa kerja
 Baru (≤ 20 tahun)
Modifikasi dari Patil
 Lama (> 20 tahun)
(2009)
Gaji
 Tinggi
Upah Minimum
(≥ Rp 2 242 240)
Regional (UMR)
 Rendah
Kota Bogor 2014
(< Rp 2 242 240)
Asupan energi dan zat gizi
Data jumlah pangan yang dikonsumsi didapatkan dengan metode food recall
2 x 24 jam dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal), karbohidrat (g), protein
(g), lemak (g) dan serat makanan (g) dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan Indonesia 2010. Kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi
dihitung menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

9

Keterangan:
KGij : Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B gram
Bj
: Berat bahan pangan j (gram)
Gij
: Kandungan zat gizi i dalam 100g BDD pangan j
BDDj : % bahan pangan j yang dapat dimakan (%BDD)
Penghitungan kecukupan energi dan zat gizi contoh yang dikoreksi dengan
berat badan aktual sehat (dari setiap kelompok usia) digunakan rumus sebagai
berikut:
AKGi = (Ba/Bs) X AKG
Keterangan:
AKGi : Angka kecukupan energi dan zat gizi yang sudah dikoreksi dengan berat
badan aktual
Ba
: Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
: Berat badan standar yang tercantum dalam AKG
AKG : Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan oleh Surat
Keputusan (SK) Menteri Kesehatan (Menkes) tahun 2013
Rumus di atas hanya diberlakukan pada contoh dengan status gizi normal
sedangkan untuk contoh dengan status gizi underweight, overweight dan obesitas
digunakan angka kecukupan gizi di tabel AKG tanpa perlu koreksi berat badan.
Setelah didapatkan zat-zat gizi dari sejumlah pangan yang dikonsumsi
contoh, maka selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi (%AKG)
dengan membandingkan kandungan zat gizi dari semua makanan yang
dikonsumsi pekerja perempuan selama 2 x 24 jam dengan Tabel Angka
Kecukupan Gizi 2013 dalam persen. Tingkat kecukupan gizi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):
TKGi = (Ki/AKGi) x 100%
Keterangan:
TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki
: Total konsumsi zat gizi i selama 24 jam
AKGi : Angka kecukupan zat gizi i yang sudah dikoreksi dengan BB aktual
Kemudian selanjutnya tiap contoh dikelompokkan menurut tingkat
kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat makanan. Berikut tabel
pengelompokannya.

10
Tabel 4 Pengelompokan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Energi
Cukup (≤ 90% AKG)
Lebih (> 90% AKG)
Modifikasi
Depkes 1996
Protein
Cukup (≤ 90% AKG)
Lebih (> 90% AKG)
Lemak
Cukup (≤ 25% AKG)
Lebih (< 25% AKG)
Karbohidrat
Cukup (≤ 60% AKG)
Modifikasi
Lebih (> 60% AKG)
WNPG 2014
Serat makanan
Cukup (≥ 30 g/hari)
Kurang (< 30 g/hari)
Aktivitas fisik
Data aktivitas fisik dianalisis menggunakan physical activity level (PAL)
dengan cara menghitung aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam.
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam (FAO/WHO/UN 2001). PAL ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :

PAL =

Keterangan:
PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Physical Activity Rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu)
Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikategorikan berdasarkan nilai PAL
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 5 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori
Nilai PAL
Sumber pustaka
Ringan
≤1.69
Modifikasi
Sedang
1.70-1.99
FAO/WHO/UNO
Berat
>1.99
(2001)
Kebiasaan konsumsi makanan
Variabel kebiasaan konsumsi makanan meliputi konsumsi buah dan sayur,
serta makanan berlemak. Berikut tabel pengelompokan kebiasaan konsumsi
makanan contoh.

11

Tabel 6 Pengelompokan kebiasaan konsumsi makanan contoh
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Konsumsi buah
 Tinggi (≥ 150 g/hari)
Pedoman Gizi Seimbang
per hari
 Rendah (< 150 g/hari)
(PGS ) (2014)
Konsumsi sayur
 Tinggi (≥ 250 g/hari)
Pedoman Gizi Seimbang
per hari
 Rendah (< 250 g/hari)
(PGS) (2014)
Kebiasaan makan
 Sering
Gibson (2005)
makanan berlemak
(≥ 7 kali/minggu)
 Tidak sering
(< 7 kali/minggu)
Kebiasaan konsumsi makanan berlemak diolah menjadi frekuensi
(kali/minggu) dan jumlah konsumsi (gram/minggu). Frekuensi dihitung dengan
menjumlahkan frekuensi dari kelompok makanan yang dikonsumsi seluruh contoh
per minggunya kemudian dibagi dengan jumlah contoh. Hal yang sama dilakukan
untuk mendapatkan jumlah konsumsinya sehingga didapatkan jenis-jenis
makanan yang paling sering dan paling banyak dikonsumsi seluruh contoh dalam
seminggu. Penilaian kebiasaan konsumsi makanan berlemak setiap contoh maka
dijumlahkan dari kelompok makanan yang dikonsumsi contoh per minggunya
kemudian dikelompokkan menjadi sering dan tidak sering.
Analisis data
Penganalisisan data dilakukan dengan univariat, bivariat, dan multivariat.
Analisis univariat merupakan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral, atau grafik (Saryono 2011). Pada
penelitian ini tujuan digunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel
secara keseluruhan. Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan serta
melihat nilai korelasi antara 2 variabel. Analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui nilai faktor risiko atau odds ratio (OR) variabel independen terhadap
variabel dependen. Seluruh variabel independen yang berhubungan dengan
obesitas dan diduga menjadi faktor risiko obesitas dianalisis bersama-sama untuk
mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel
dependen. Analisis ini menggunakan model binary logistic regression dengan
metode enter. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:
л (x)
= Peluang terjadinya obesitas (0 = obesitas, 1 = tidak obesitas)
e
= eksponensial
β0 - β1 = koefisien regresi
x1
= umur
x2
= tingkat pendidikan
x3
= ukuran keluarga
x4
= masa kerja
x5
= gaji contoh

12
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12
x13
x14

= tingkat kecukupan energi
= tingkat kecukupan protein
= persen asupan lemak
= persen asupan karbohidrat
= Asupan serat makanan
= konsumsi buah per hari
= konsumsi sayur per hari
= kebiasaan konsumsi makanan berlemak
= tingkat aktivitas fisik

Definisi Operasional
Contoh adalah pekerja perempuan umur 25-50 tahun yang bekerja di PT. Citra
Abadi Sejati.
Obesitas adalah kondisi seseorang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
≥27 kg/m2. Pemilihan IMT sebagai parameter ini disebabkan ketika
dilakukan uji korelasi antara Pearson antara indeks massa tubuh (IMT),
lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) hasilnya
adalah signifikan (p0.7) sehingga
apabila contoh sudah melakukan pengukuran menggunakan IMT dan
dinyatakan obesitas maka contoh tersebut tidak perlu untuk mengukur lagi
dengan metode lingkar pinggang atau rasio lingkar pinggang panggul karena
dapat dipastikan hasilnya tidak akan jauh berbeda (terdapat korelasi positif
yang kuat antara IMT, LP, dan RLPP). .
Umur adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihitung dari tahun
kelahiran hingga tahun penelitian.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan sumber perolehan makanan yang sama yang dikategorikan menjadi
kecil (≤ 4 orang) dan besar (≥ 4 orang).
Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh
oleh contoh.
Gaji adalah jumlah upah yang diterima contoh per bulannya.
Masa Kerja adalah lamanya contoh bekerja di pabrik tersebut terhitung dari
mulai masuk bekerja hingga tanggal penelitian, dinyatakan dalam tahun.
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang ditimbang
menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg.
Tinggi badan adalah hasil pengukuran tinggi badan sampel dalam posisi berdiri
tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur
dengan menggunakan microtoise ketelitian 0.1 cm.
Indeks Massa Tubuh adalah hasil pembagian antara berat badan (kg) dengan
tinggi badan yang dikuadratkan (m2).
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) adalah hasil pembagian antara
lingkar pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm).
Kecukupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, lemak,
karbohidrat dan serat makanan yang sebaiknya dipenuhi oleh contoh
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi.

13

Tingkat Kecukupan Energi adalah perbandingan antara jumlah asupan energi
contoh sehari dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tingkat
Kecukupan Energi dikatakan cukup (≤ 90% AKG) dan kurang (>90%
AKG).
Tingkat Kecukupan Protein adalah perbandingan antara jumlah asupan energi
contoh sehari dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tingkat
Kecukupan Protein dikatakan cukup (≤ 90% AKG) dan kurang (>90%
AKG).
Aktivitas fisik adalah seluruh aktivitas pekerja yang dilakukan di perusahaan
ditambah dengan aktivitas pekerja di luar perusahaan.
Kebiasaan konsumsi buah dan sayur adalah kebiasaan konsumsi buah dan
sayur contoh yang meliputi jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi per
hari.
Kebiasaan makanan berlemak adalah frekuensi konsumsi makanan berlemak
contoh per minggu. Contoh dikatakan memiliki frekuensi sering jika
mengonsumsi (≥ 7 kali/minggu) dan tidak sering (< 7 kali/minggu).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Kisaran umur contoh antara 29 hingga 48 tahun dengan rata-rata umur
41±4.5, menurut UU RI No. 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan
bahwa syarat umur pekerja dewasa adalah di atas 18 tahun, sehingga contoh
termasuk dalam kategori pekerja dewasa menurut UU RI No. 13 tahun 2013.
Selain itu, dapat diketahui bahwa PT. Citra Abadi Sejati tidak mempekerjakan
buruh dengan kategori di bawah umur.
Tingkat pendidikan contoh tergolong baik. Sebagian besar contoh
berpendidikan di atas SMA/Sederajat (81.4%) dan contoh yang berpendidikan di
bawah SMA/Sederajat sebesar (18.6%) (Tabel 7). Tidak ada contoh yang tidak
sekolah atau tidak tamat SD. Pendidikan tertinggi yang ditempuh contoh adalah
sarjana (S1). Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku konsumsi pangan seseorang yaitu
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi
seseorang dengan demikian pemilihan pangan akan lebih baik.
Kisaran jumlah anggota keluarga contoh 1-7 orang. Lebih dari sebagian
contoh (68.4%) memiliki ukuran keluarga kecil dan hanya 18.6% contoh yang
memiliki keluarga besar. Secara umum, rata-rata ukuran keluarga contoh adalah
3.3±1.3 orang (Tabel 7). Penelitian Sumarwan (2004), mengemukakan jumlah
anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan pola konsumsi barang dan
jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan
mengonsumsi beras, daging, sayuran, dan buah-buahan yang lebih banyak
dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit.
Masa kerja contoh yang paling baru di pabrik yaitu 5 tahun, sedangkan masa
kerja terlama contoh adalah 27 tahun. Rata-rata contoh bekerja selama
19±6 tahun. Sebagian besar contoh (50.8%) berada pada masa kerja kurang dari

14
sama dengan 20 tahun dan tergolong pekerja yang masih baru (Tabel 7). Semakin
lama masa kerja diduga dapat meningkatkan epidemik kegemukan sebab aktivitas
fisik pekerja garmen perempuan yang terbiasa rendah.
Gaji contoh berhubungan dengan tingkat penghasilan. Menurut SK
Gubernur Jawa Barat No 561, UMR Kota Bogor pada tahun 2014 yaitu
Rp 2 242 240. Kisaran gaji contoh berada pada Rp 1 000 000-Rp 9 500 000 per
bulan. Rata-rata gaji contoh Rp 2 929 627±1 772 787 per bulan. Sebanyak 52.5%
contoh memiliki gaji di bawah UMR kota Bogor dan 47.5% contoh memiliki
UMR di atas standar Kota Bogor. Riskesdas (2010), menunjukkan bahwa masalah
obesitas lebih banyak terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dan
pada kelompok status ekonomi yang tertinggi pula.
Tabel 7 Sebaran berdasarkan karakteristik contoh
Karakteristik contoh
Jumlah (n)
Persentase (%)
Umur
≤ 40 tahun
22
37.3
>40 tahun
37
62.7
Tingkat Pendidikan
Rendah (< SMA)
11
18.6
Tinggi (≥ SMA)
48
81.4
Ukuran keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
51
86.4
Besar (> 4orang )
8
13.6
Masa kerja
Baru (≤ 20 tahun)
30
50.8
Lama (> 20 tahun)
29
49.2
Upah (gaji)
Rendah
31
52.5
Tinggi
28
47.5

Asupan Energi dan Zat Gizi
Konsumsi pangan merupakan jenis dan jumlah pangan secara tunggal atau
beragam yang dikonsumsi seseorang maupun sekelompok orang yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis (Sediaoetama
1991). Tujuan lain dari mengonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk
memperoleh sejumlah zat gizi tertentu yang diperlukan oleh tubuh. Penghitungan
asupan gizi seseorang dapat mengacu pada angka kecukupan gizi (AKG) yaitu
angka-angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat
Indonesia yang disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, serta keadaan fisiologis
tubuh.
Asupan energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Asupan energi yang baik adalah bila perbandingan komposisi energi dari
karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-65%, 10-20% dan 20-30% (WNPG
2014). Komposisi ini tentunya dapat bervariasi, tergantung umur, ukuran tubuh,

15

keadaan fisiologis dan mutu protein makanan yang dikonsumsi. Pengaturan
komposisi zat gizi dari asupan energi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi dan menghindari efek bulky pada perut setelah seseorang mengonsumsi
makanan khususnya makanan berlemak yang merupakan concentrated energy.
Kisaran asupan energi contoh adalah 582-2 577 kkal per hari dengan ratarata asupan energi sebesar 1 304±442 kkal per hari. Lebih dari sebagian contoh
(92%) memiliki tingkat kecukupan energi kategori cukup dan hanya 8% contoh
yang memiliki tingkat kecukupan energi kategori lebih. Rata-rata angka
kecukupan energi (AKE) nasional pada tingkat konsumsi adalah sebesar 2150
kkal, sementara AKE pada tingkat persediaan adalah 2 400 kkal (WNPG 2014).
Hal ini menunjukkan apabila asupan energi contoh masih rendah di bawah AKE
baik untuk tingkat konsumsi maupun pada tingkat persediaan. Kecenderungan
overestimated pada penduduk Indonesia disebabkan oleh nilai Recommended
Dietary Allowance (RDA) yang disamakan dengan Estimated Average
Requirement (EAR). Padahal kebutuhan energi dan zat gizi masing – masing
individu cenderung tidak sama serta lebih rendah dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi pada populasi 97.5% penduduk sehat di Indonesia sehingga
kategori status gizi kurang masih banyak terdapat di Indonesia.
120
Jumlah (%)

100

98.3

92
78

80

86.4

66.1

60
20

Kurang

33.9

40

22
8

Cukup

13.6
1.7

Lebih

0

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein, lemak,
karbohidrat, serta serat makanan
Asupan protein
Asupan protein contoh berkisar antara 18-136 gram per hari. Rata-rata
asupan contoh sebesar 47.1±25 gram per hari, sedangkan angka kecukupan gizi
(AKG) 2013 menyebutkan bahwa kecukupan protein untuk perempuan dengan
golongan umur 30-49 tahun sebesar 57 gram per hari, dengan demikian asupan
protein contoh masih rendah dibawah anjuran AKG. Sebanyak 66.1% contoh
termasuk dalam kategori cukup dan 33.9% contoh tergolong dalam kategori
berlebih. Asupan protein berlebih yang berasal dari protein hewani, terutama susu
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan pembentukan komposisi
tubuh yang kurang baik dan berdampak pada kejadian obesitas di kemudian hari.
Selain itu, pembentukan body fatness dipengaruhi oleh asupan protein hewani
berlebih dan berhubungan secara signifikan (Buyken et al. 2007).

16

Asupan lemak
Asupan lemak contoh berkisar antara 12.2-104.1 gram per hari dengan ratarata konsumsi per hari sebesar 43±22.4 gram per hari. Rata-rata asupan lemak
contoh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kecukupan lemak pada AKG
yang sebesar 60 gram per hari. Persen asupan lemak contoh sebagian besar
tergolong cukup (78%) dan sebanyak 22% contoh yang memiliki persen asupan
lemak yang lebih. Iqbal (2013), menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
(p80 cm).
Kejadian obesitas pada contoh selain dapat dihitung menggunakan
parameter IMT juga dapat dinilai melalui lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar
pinggang panggul (RLPP). Ukuran lingkar pinggang contoh berkisar antara 62102 cm dengan rata-rata 79.1±8.68 cm. Sebagian besar contoh (66.1%) termasuk
kedalam kategori nomal untuk lingkar pinggangnya ≤80 cm, sedangkan untuk
RLPP lebih dari sebagian con