Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Mahasiwa Fakultas Kedokteran USU
FAKTOR RISIKO PENYEBAB KEJADIAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2011
T E S I S
Oleh
SRI LESTARI 077032005/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE RISK FACTORS OF OBESITY IN MEDICAL SCHOOL STUDENTS UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
2011
THESIS
By
SRI LESTARI 077032005/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
FAKTOR RISIKO PENYEBAB KEJADIAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2011
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI LESTARI 077032005/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : FAKTOR RISIKO PENYEBAB KEJADIAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TAHUN 2011
Nama Mahasiswa : Sri Lestari Nomor Induk Mahasiswa : 077032005
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si) (
Ketua Anggota
Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 24 Oktober 2012
PANITIA PENGUJI
Ketua Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Anggota 1. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes
2. Ir. Etty Sudaryati, M.K.M, Ph.D 3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes
(6)
PERNYATAAN
FAKTOR RISIKO PENYEBAB KEJADIAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2011
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2012
Sri Lestari 077032005/IKM
(7)
ABSTRAK
Prevalensi berat badan berlebih dan obesitas telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir dan dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di Indonesia prevalensi obesitas terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 21,7%, sedangkan di Sumatera Utara mencapai 25,4%. Prevalensi overweight dan obesitas pada orang dewasa di Kota Medan mencapai 24,6% (Rikesdas, 2007). Obesitas pada usia dewasa muda berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan gangguan metabolik (Kumanyika, 2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat), aktivitas fisik dan uang saku terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian mahasiswa FK USU yang masuk kuliah tahun 2008, 2009, 2010 yang berusia 18-26 tahun sebanyak 150 sampel yang terdiri dari 75 kasus dan 75 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data anthopometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, data asupan gizi menggunakan food recall 1 x 24 jam, dan recall aktivitas fisik. Analisis dengan uji regresi logistik ganda dilakukan untuk menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap obesitas..
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi overwight dan obesitas di FK USU menapai 20,1%, asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok tidak obesitas. Asupan serat kelompok obesitas lebih rendah daripada tidak obesitas, uang saku kelompok obesitas lebih besar dibanding tidak obesitas. Aktivitas fisik kelompok obesitas dan tidak obesitas tergolong kategori ringan. Faktor yang domian berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah asupan energi, lemak, dan karbohidrat (p<0,001).
Disarankan kepada pihak Fakultas Kedokteran untuk menyediakan sarana olahraga, dan menerapkan konseling gizi sebagai upaya menurunkan prevalensi obesitas. Mahasiswa perlu meningkatkan aktivitas fisik dan memperbaiki pola makan.
(8)
ABSTRACT
Prevalence of overweight and obesity has significantly increased during the last decades and is considered an important public health problem. In Indonesia, the prevalence of obesity has also increased. Based on data Riskesdas in 2010 the prevalence of overweight and obesity in adults in Indonesia reached 21.7%, while in North Sumatra the rate is 25.4%. Prevalence of overweight and obesity on adult in City of Medan reached 24.6%(Riskesdas, 2007). Obesity in young adults is associated with increased risk of incident coronary heart disease, hypertension, hypercholesterolemia, diabetes mellitus and metabolic disorders (Kumanyika, 2008)
This study aimed to determine the effect of nutrients intakes (energy, protein, fat, carbohydrate and fiber), physical activity and monetary allowances on the incidence of obesity in students of the Faculty of Medicine USU. The study was a case-control study with a sample of Faculty of Medicine students with academic year of 2008, 2009, 2010 were aged 18-26 years, 150 samples consisting of 75 cases and 75 controls. Sampling was done by proportional random sampling. Data collected includes data anthopometri through measurement of weight and height, the data of nutrient intake using 1 x 24-hour food recall and physical activity questionnaires. Analysis by multiple logistic regression to determine the dominant factors that influence obesity.
The results showed that prevalence of overweight n obesity in this study is 20.1%. The nutrient intake, protein, fat, carbohydrate in the obesity group are higher compared to the non-obese group. The fiber intake in the obesity group is lower, while the monetary allowance is higher. Both group's physical activity are categorized as mild activity. Factors that significantly influence the incidence of obesity is the intake of energy, fat, and carbohydrates (p <0.001).
It is recommended to the Faculty of Medicine to provide sports facilities, and implement nutrition counseling as a way of reducing the prevalence of obesity. Students need to increase physical activity and improve diet.
Keywords : Obesity, Nutrients Intake, Physical Activity, Monetary Allowances, Student
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat dan limpahan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Mahasiwa Fakultas Kedokteran USU “
Selama proses penyusunan tesis ini, saya telah banyak menerima bantuan, nasehat dan bimbingan demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen pembimbing I yang meluangkan waktu, memberikan sumbangan pikiran, petunjuk, saran dan bimbingan kepada saya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.telah banyak memberikan kritikan dan saran demi perbaikan tesis ini.
5. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini.
(10)
6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak telah banyak memberikan kritikan dan saran demi perbaikan tesis ini.
7. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak memberikan kritikan dan saran demi perbaikan tesis ini.
8. Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan hormati, kakak dan adik-adikku serta mertua saya yang selalu mendoakan saya.
9. Suami tercinta, Onrizal, S.Hut, M.Si, terima kasih atas kesabaran, dukungan, dan doa untuk saya.
10.Anak-anakku tersayang dan tercinta Syamilah Mustaqimah Onrizal, Najwa Syifa Habibillah, dan Ibadurrahman Kenzie motivator terhebat bagi saya.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
Medan, Desember 2012 Penulis
Sri Lestari 077032005/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sri Lestari yang dilahirkan di Medan pada tanggal dua puluh enam bulan empat tahun sembilan belas tujuh puluh satu, beragama Islam dan sudah menikah yang beralamat di Jalan Setia Budi Pasar 1 Gang Adi No. 7 Tanjung Sari Medan.
Penulis menamatkan pendidikan, SD di SD Negeri IV Sragen tahun 1984. Tahun 1987 menamatkan SLTP di SMP Negeri 1 Sragen, dan Tahun 1990 menamatkan SLTA di SMA Negeri 1 Sragen, kemudian tahun 1997 menamatkan S-1 Program Studi Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga (GMSK) di IPB Bogor.
Penulis memulai karir sebagai Asisten Dosen di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB Bogor sejak tahun 1994-1997 dan menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Fakultas Kedokteran USU sejak tahun 2005 – sekarang.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Hipotesis ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Obesitas ... 8
2.2. Pengukuran dan Klasifikasi Obesitas ... 9
2.3. Penyebab Obesitas ... 11
2.4. Konsekuensi Obesitas terhadap Kesehatan ... 13
2.5. Pencegahan Obesitas ... 14
2.6. Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 16
2.7. Serat Makanan (Dietary Fiber) ... 20
2.8. Aktivitas Fisik ... 28
2.9. Uang Saku ... 26
2.10. Pengaruh Konsumsi Energi dan Lemak terhadap Obesitas ... 27
2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Obesitas ... 29
2.12. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas ... 30
2.13. Landasan Teori ... 32
2.14. Kerangka Konsep ... 34
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Populasi dan Sampel ... 35
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37
(13)
3.6. Metode Pengukuran ... 40
3.7. Metode Analisis Data ... 43
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
4.2. Karakteristik Responden ... 46
4.3. Gambaran Pola Makan dan Konsumsi Zat Gizi ... 48
4.4. Hubungan Konsumsi Zat Gizi dengan Obesitas ... 53
4.5. Hubungan Status Tinggal, Uang Saku dan Aktivitas Fisik ... 55
4.6. Faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap Obesitas ... 56
BAB 5. PEMBAHASAN ... 60
5.1. Pengaruh Konsumsi Gizi dan Pola Makan terhadap Obesitas ... 60
5.2. Pengaruh Uang Saku, Status Tinggal dan Aktivitas Fisik terhadap Obesitas ... 67
5.3. Faktor Resiko yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap Kejadian Obesitas... 70
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
6.1. Kesimpulan ... 74
6.2. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan BMI Menurut
WHO ... 10
2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan BMI Menurut WHO Untuk Orang Asia ... 10
2.3. Resiko Relative (RR) terjadinya Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan Obesitas ... 13
2.4. Angka Kecukupan Energi dan Protein untuk Mahasiswa ... 17
2.5. Angka Kebutuhan Serat yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) ... 24
3.1. Distribusi Pengambilan Sampel secara Proportional Random Sampling ... 37
3.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen ... 43
4.1. Distribusi Karakteristik pada Kasus dan Kontrol ... 41
4.2. Rata-rata Berat badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh pada Kasus dan Kontrol ... 48
4.3. Gambaran Pola Makan pada Kasus Kontrol ... 50
4.4. Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dibandingkan Angka Kecukupan Gizi 2004 ... 51
4.5. Rata-rata Asupan Energi Protein, Lemak dan Karbohidrat pada Kasus dan Kontrol ... 52
4.6. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Obesitas ... 53
4.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas ... 56
4.8. Rata-rata Uang Saku pada Kasus dan Kontrol ... 57
(15)
4.10. Hasil Analisis Pengaruh Konsumsi Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, Uang Saku dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Mahasiswa FK USU ... 58 4.11. Hasil Akhir Uji Multivariat Pengaruh Konsumsi Energi, Protein, Lemak,
Karbohidrat, Serat dan Uang Saku terhadap Kejadian Obesitas pada Mahasiswa FK USU ... 59
(16)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Mekanisme Terjadinya Obesitas ... 33 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 34
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 79 2. Hasil Analisis Statistik ... 85 3. Master Data Penelitian ... 119
(18)
ABSTRAK
Prevalensi berat badan berlebih dan obesitas telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir dan dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di Indonesia prevalensi obesitas terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa di Indonesia mencapai 21,7%, sedangkan di Sumatera Utara mencapai 25,4%. Prevalensi overweight dan obesitas pada orang dewasa di Kota Medan mencapai 24,6% (Rikesdas, 2007). Obesitas pada usia dewasa muda berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan gangguan metabolik (Kumanyika, 2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat), aktivitas fisik dan uang saku terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Jenis penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan sampel penelitian mahasiswa FK USU yang masuk kuliah tahun 2008, 2009, 2010 yang berusia 18-26 tahun sebanyak 150 sampel yang terdiri dari 75 kasus dan 75 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data anthopometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, data asupan gizi menggunakan food recall 1 x 24 jam, dan recall aktivitas fisik. Analisis dengan uji regresi logistik ganda dilakukan untuk menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap obesitas..
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi overwight dan obesitas di FK USU menapai 20,1%, asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok tidak obesitas. Asupan serat kelompok obesitas lebih rendah daripada tidak obesitas, uang saku kelompok obesitas lebih besar dibanding tidak obesitas. Aktivitas fisik kelompok obesitas dan tidak obesitas tergolong kategori ringan. Faktor yang domian berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah asupan energi, lemak, dan karbohidrat (p<0,001).
Disarankan kepada pihak Fakultas Kedokteran untuk menyediakan sarana olahraga, dan menerapkan konseling gizi sebagai upaya menurunkan prevalensi obesitas. Mahasiswa perlu meningkatkan aktivitas fisik dan memperbaiki pola makan.
(19)
ABSTRACT
Prevalence of overweight and obesity has significantly increased during the last decades and is considered an important public health problem. In Indonesia, the prevalence of obesity has also increased. Based on data Riskesdas in 2010 the prevalence of overweight and obesity in adults in Indonesia reached 21.7%, while in North Sumatra the rate is 25.4%. Prevalence of overweight and obesity on adult in City of Medan reached 24.6%(Riskesdas, 2007). Obesity in young adults is associated with increased risk of incident coronary heart disease, hypertension, hypercholesterolemia, diabetes mellitus and metabolic disorders (Kumanyika, 2008)
This study aimed to determine the effect of nutrients intakes (energy, protein, fat, carbohydrate and fiber), physical activity and monetary allowances on the incidence of obesity in students of the Faculty of Medicine USU. The study was a case-control study with a sample of Faculty of Medicine students with academic year of 2008, 2009, 2010 were aged 18-26 years, 150 samples consisting of 75 cases and 75 controls. Sampling was done by proportional random sampling. Data collected includes data anthopometri through measurement of weight and height, the data of nutrient intake using 1 x 24-hour food recall and physical activity questionnaires. Analysis by multiple logistic regression to determine the dominant factors that influence obesity.
The results showed that prevalence of overweight n obesity in this study is 20.1%. The nutrient intake, protein, fat, carbohydrate in the obesity group are higher compared to the non-obese group. The fiber intake in the obesity group is lower, while the monetary allowance is higher. Both group's physical activity are categorized as mild activity. Factors that significantly influence the incidence of obesity is the intake of energy, fat, and carbohydrates (p <0.001).
It is recommended to the Faculty of Medicine to provide sports facilities, and implement nutrition counseling as a way of reducing the prevalence of obesity. Students need to increase physical activity and improve diet.
Keywords : Obesity, Nutrients Intake, Physical Activity, Monetary Allowances, Student
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu epidemi di negara maju dan berkembang (WHO, 2003). Obesitas merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat umum dan banyak studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, gangguan metabolik dan cacat di masa dewasa (Takeshita & Morimoto, 2000; Florentino, 2002). Obesitas yang tidak ditangani secara tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memperpendek usia harapan hidup serta mengurangi produktifitas pada saat usia produktif. Bagi wanita khususnya, obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko asma, dan kanker, endometrium, usus besar, payudara, dan batu empedu
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik. Faktor perilaku dan lingkungan meliputi pola makan dan aktifitas fisik merupakan hal yang paling berpengaruh untuk terjadinya obesitas. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dari pola makan antara lain : kuantitas, porsi makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, frekuensi makan dan jenis makanan (Nugraha, 2009). Sedangkan Barasi (2007) menambahkan bahwa kebiasaan makan di luar, meningkatnya asupan makanan
(21)
jajanan, dan meningkatnya gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle) berkontribusi pada kejadian obesitas dan keseimbangan energi.
Obesitas merupakan suatu keadaan akibat terjadinya ketidakseimbangan kalori di dalam tubuh, yakni kalori yang masuk melebihi kalori yang dikeluarkan dalam bentuk energi (tenaga) dan kelebihan ini ditimbun dalam lemak tubuh dalam jangka waktu tertentu. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, dan lansia (Arisman, 2004).
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan kejadian obesitas. Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara asupan kalori, karbohidrat, protein, lemak dan pola makan lemak dengan prevalensi obesitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rata-rata asupan kalori dan lemak kelompok obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas (Yussac et al, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Frisna dan Hamid (2008) membuktikan juga bahwa asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak dan aktivitas fisik berkaitan erat dengan resiko seseorang menderita obesitas central. Seseorang yang memiliki asupan energi dan lemak lebih tinggi dari kebutuhan yang dianjurkan memiliki resiko lebih tinggi menderita obesitas sentral daripada seseorang dengan asupan energi dan lemak yang cukup.
Asupan energi yang tinggi ada kaitannya dengan kebiasaan makan fast food. Fast food umumnya mengandung kalori, lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi
(22)
tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat (Khomsan, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih dan Woro (2008) membuktikan bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian obesitas. Jumlah kalori fast food yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kejadian obesitas.
Perkembangan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor dan berbagai media elektronika memberi dampak berkurangnya aktivitas fisik yang akhirnya mengurangi keluaran energi. Peningkatan kemakmuran biasanya juga akan diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan di kota-kota besar telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan barat seperti fast food yang komposisinya banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam tetapi miskin gizi (Sjarif, 2003).
Berkurangnya aktivitas fisik sangat berhubungan dengan obesitas. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar > 5 kg. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi berhubungan dengan peningkatan obesitas (Nugraha, 2009).
Prevalensi obesitas pada orang dewasa di seluruh dunia mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada sekitar 300 juta orang dewasa obesitas dan angka ini masih terus meningkat. Di United State of America (USA), lebih 60% populasi dewasa mengalami overweight dan obesitas, pada anak remaja 20
(23)
- 25% mengalami obesitas. Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease Control (CDC), prevalensi obesitas mulai meningkat secara dramatis sejak 1980. Peningkatan prevalensi secara cepat juga dilihat pada kelompok minoritas, seperti etnis Maori di Selandia Baru, suku Indian di Inggris (UK), Malaysia dan Singapura, Australia Aborigin, populasi kepulauan di selat Torres (Hamam, 2005).
Studi yang dilakukan pada orang dewasa di Malaysia menunjukkan prevalensi overweight sebesar 25.9% (n=114) dan obesitas 17% (n=75). Masalah obesitas secara nyata ditemukan lebih tinggi pada perempuan khususnya ibu rumahtangga (Narayan dan Khan, 2007). Hal yang sama juga ditemukan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) yang mendapatkan prevalensi overweight dan obesitas pada perempuan lebih tinggi (11,4% dan 15,5% ) dibandingkan prevalensi overweight dan obesitas pada laiki-laki (8,5% dan 7,8%). Beberapa faktor yang mungkin berkaitan dengan tingginya persentase obesitas pada responden perempuan, antara lain adalah: (1) Konsumsi makanan berlemak yang mungkin lebih sering dibandingkan dengan laki-laki; (2) Aktivitas olahraga yang jarang dilakukan; (3) Status perkawinan, dimana perempuan yang sudah menikah cenderung mengalami pertambahan berat badan di kemudian hari (4) Pemakaian alat kontasepsi hormonal seperti: susuk, pil, dan suntikan dapat menimbulkan efek samping bertambahnya berat badan (Sandjaja & Sudikno, 2005) serta penggunaan alat kontrasepsi hormonal (Sugiharti, 2002)
Indonesia sendiri belum memiliki data yang lengkap untuk menggambarkan prevalensi obesitas, namun penelitian yang dilakukan oleh Soegih, et al tahun 2004
(24)
pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 s/d lebih dari 55 tahun) dapat menjadi gambaran dari jumlah penderita obesitas di Indonesia. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat 9,16% pria dan 11,02% wanita yang obesitas (IMT ≥ 30) dengan lingkar pinggang ≥ 90 cm sebanyak 41,2% pada pria dan 53,3% pada wanita. Apabila digunakan klasifikasi obesitas untuk orang Asia yang indeks massa tubuhnya lebih 25 kg/m2
Riskesdas (2007) melaporkan prevalensi obesitas di Sumatera Utara sebanyak 20,9%, yaitu pada penduduk berumur 15 tahun ke atas. Masalah overweight dan obesitaslebih banyak pada responden yang tinggal di daerah kota daripada pedesaan. Sedangkan hasil Riskesdes 2010 menemukan prevalensi obesitas di Sumatera Utara sebesar 25,4%, berarti terjadi peningkatan obesitas di Sumatera Utara sebesar 4,5%.
, maka hasilnya menjadi 48,97% pada pria dan 40,65 % pada wanita.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi overweight dan obesitas di kota Medan sebesar 24,6%. Prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU cukup tinggi. Hasil survey pendahuluan terhadap 327 mahasiswa dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan menemukan 20,1% (66) mahasiswa menderita overweigh dan obesitas (IMT ≥ 25).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(25)
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.4. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat, lemak, serat), aktivitas fisik, dan uang saku dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat, lemak, serat), dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ha : Ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(26)
Ho : Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat, lemak, serat) dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik, dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ho : Tidak ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi Fakultas Kedokteran USU menjadi bahan masukan dalam melakukan upaya promotif dan preventif masalah obesitas serta ancaman penyakit degeneratif.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan .menjadi masukan untuk menyusun program pencegahan dan promotif masalah obesitas dan ancaman penyakit degeneratif di Kota Medan.
3. Bagi pengembangan ilmu gizi dapat dijadikan bahan masukan untuk melakukan upaya promotif dan pencegahan masalah obesitas dan ancaman penyakit degeneratif.
(27)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Krisno, 2002).
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif (WHO 2000).
Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada remaja cenderung berlanjut hingga dewasa sampai 50-70%. Ukuran untuk menentukan seseorang obesitas umumnya dipakai indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kwadrat,
(28)
disebut dengan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) (WHO, 2006).
2.2. Pengukuran dan Klasifikasi Obesitas
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks pengukuran sederhana untuk kekurangan berat (underweight), kelebihan berat (overweight), dan kegemukan/obesitas dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cut off point dalam pengklasifikasian obesitas adalah IMT _ 30.00. Berdasarkan IMT, obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: obesitas tingkat I dengan IMT 30.00-34.99; obesitas tingkat II dengan IMT 35.00-39.99; dan obesitas tingkat III dengan IMT _ 40.00. Cut off point obesitas di Asia Pasifik memiliki kriteria lebih rendah daripada kriteria WHO pada umumnya. Cut off point obesitas pada penduduk Asia Pasifik adalah IMT ≥ 25.00. Berdasarkan cut off point obesitas pada penduduk Asia Pasifik, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas tingkat I dengan IMT 25.00-29.99 dan obesitas tingkat II dengan IMT ≥ 30.00. Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral dan obesitas umum (WHO 2000).
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada remmaja dan dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa. Untuk penelitian
(29)
epidemiologi digunakan IMT atau indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2
WHO 2006 mengklasifikasikan IMT sebagai berikut (Tabel 2.1):
). Saat ini IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih atau obes:
Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan BMI Menurut WHO
Klasifikasi BMI(kg/m
2 Prinsip cut-off points
)
Kurang gizi <18,50
Normal 18,50 – 24,99
Kegemukan ≥25,00
Pra-obes 25,00 – 29,99
Obes ≥30,00
Obes klas I 30,00 – 34,99
Obes klas II 35,00 – 39,99
Obes klas III ≥40,00
Sumber: diadapsi dari WHO ( 1995, 2000, 2004)
Sedangkan klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia menurut WHO sebagai berikut :
Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan BMI Menurut WHO Untuk Orang Asia
Klasifikasi BMI (kg/m
2 ) Prinsip cut-off points
Kurang gizi <18,50
Normal 18,50 – 22,99
Berat badan berlebih ≥ 23,00
Resiko obes 23,00 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30,0
(30)
2.3. Penyebab Obesitas
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energy yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain obesitas menurut Syarif (2002) adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi terus menerus:
a. Faktor Genetik
Parental fatness merupakan factor genetic yang berperanan besar. Bila kedua orangtua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orangtua tidak obesitas, kejadian obesitas 14%.
b. Faktor Lingkungan 1. Faktor Nutrisi
Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Sedangkan kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energy tinggi seperti makanan siap saji dan camilan.
(31)
2. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik anak saat ini cenderung menurun karena lebih banyak bermain di dakam rumah dibandingkan di luar rumah.
3. Sosial Ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, pperilaku dan gaya hidup serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Misnadiarly (2007) melaporkan bahwa terjadinya obesitas dapat dipengaruhi oleh faktor umur dan jenis kelamin. Meskipun sering terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obesitas pada saat remaja dan dewasa.
Jenis kelamin tampaknya ikut berperan dalam timbulnya obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat adanya perubahan hormonal tersebut di atas(Misnadiarly, 2007).
Agoes dan Maria (2003) menyatakan bahwa bila remaja mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuhnya maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya remaja dalam mengkonsumsi energi melebihi kebutuhan tubuh maka kelebihan enegi akan disimpan sebagai cadangan energi.
(32)
Cadangan energi secara berkesinambungan ditimbun setiap hari yang akhirnya menimbulkan obesitas.
Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan obesitas. Keadaan obesitas merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru akan memperberat masalah (Misnadiarly, 2007).
2.4.Konsekuensi Obesitas terhadap Kesehatan
Konsekuensi obesitas terhadap kesehatan sangat bervariasi mulai dari kematian premature sampai kualitas hidup yang rendah. Umumnya obesitas dikaitkan dengan “ Non Communicable Diseases” seperti CVD, kanker, dan berbagai gangguan psikososial. Untuk memberi gambaran yang jelas dikelompokkan sebagai berikut (Soegih, 2009):
Tabel 2.3. Resiko Relative (RR) terjadinya Masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan Obesitas
Resiko relatif meningkat tajam Resiko relatif meningkat sedang Resiko relatif meningkat ringan
RR ≥ 3 RR 2-3 RR >1-<2
- Diabetes mellitus - Resistensi insulin - Hipertensi
- Dislipidemia - Sleep apnoe - Kandung empedu
- PJK
- Osteoartritis - Hiperurisemia
- Gout
- Gangguan fertilitas - Low back pain
- Kanker
- Abnormal hormone
reproduksi
- Sindrom polikistik
ovarium
- Defek pada bayi dari ibu yang obes
(33)
Wiramihardja (2007) menyatakan, bahwa orang dewasa yang obesitas berisiko untuk mengendap bebeapa penyakit kronis non infeksi tertentu. Beresiko artinya bila dibandingkan dengan orang berbadan normal, penderita obesitas lebih berpeluang untuk mengindap penyakit non infeksi tersebut. Penyakit kronis non infeksi yang menjadi resiko kegemukan atau disebut penyakit penyerta obesitas terbagi dalam golongan yang tidak membahayakan tetapi tidak mengganggu, dan golongan yang membahayakan. Golongan penyakit ppenyerta obesitas yang tidak membahayakan tetapi menggangu adalah gangguan pernafasan, nyeri tulang, gangguan kulit, dan ketidaksuburan. Sedangkan golongan penyakit penyerta obesitas yang membahayakan adalah :
1. Gangguan jantung dan pembuluh darah (hipertensi, stroke, PJK) 2. Resisten terhadap hormone insulin (DM Tipe 2)
3. Kanker usus dan beberapa kanker yang berkaitan dengan hormone 4. Penyakit hati dan kantung empedu
2.5. Pencegahan Obesitas
Prinsip pencegahan obesitas adalah menurunkan berat badan dengan cara menciptakan defisit energi dengan mengurangi konsumsi energi atau menambah penggunaan energi melalui olahraga yang teratur (Wiramihardja, 2007).
Aktif berolah raga adalah salah satu cara menurunkan berat badan di samping berdiit mengurangi makanan berlemak dan gula. Tetapi remaja gemuk merasa malu ikut olah raga, dan sikap yang demikian akan membuat badan tetap atau
(34)
malah bertambah gemuk. Cara lain menurunkan berat badan adalah dengan cara berdiit, tetapi diit yang ketat juga berbahaya terhadap kesehatan karena selain mengurangi konsumsi energi juga mengurangi konsumsi zat-zat gizi lainnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan program diit, maka ahli gizi atau dokter perlu dimintakan nasehatnya (Depkes RI, 2000).
Barasi (2010) menambahkan bahwa pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan melalui pendekatan diet dan gaya hidup dengan mengintegrasikan : perubahan perilaku, pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik. Pencegahan dapat dilakukan pada tingkat individu dan tingkat komunitas. Adapun pencegahan obesitas pada tingkat individu antara lain :
• Mengubah pemilihan makanan menjadi lebih sehat, dan berimbang
• Menurunkan asupan energi total sehingga sebanding dengan pengeluaran energi melalui pengurangan ukuran porsi makan
• Mengatur pemilihan kudapan yang lebih sehat
• Melakukan lebih banyak aktivitas fisik.
Sedangkan pencegahan obesitas pada tingkat komunitas berupa kebijakan yang mendukung upaya pencegahan tingkat individu, diantaranya adalah :
• Kebijakan tentang pencantuman label makanan untuk memudahkan
masyarakat mendapatkan makanan sehat
• Industri makanan memperkecil ukuran hidangan
(35)
• Mendorong aktivitas berjalan, bersepeda, dan olahraga lain dengan memperhatikan keamanan/keselamatan di jalan raya dan lingkungan perkotaan.
2.6. Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Konsumsi zat gizi sehari-hari dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan dalam keluarga. Ketersediaan bahan makanan dalam rumah tangga tergantung dari pendidikan, kemampuan untuk membeli dan ketersediaan bahan makanan di pasaran dan produksi (Tabor, et al, 2000). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang dapat digunakan secara efisien (Almatsier, 2003).
Kebutuhan energi bervariasi tergantung aktivitas fisik. Seseorang yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan atau obesitas walaupun asupan energi lebih rendah dari kebutuhan energi yang direkomendasikan. Hasil penelitian di Barat menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi orang gemuk sama atau sedikit lebih kecil dari konsumsi energi rata-rata penduduk yang berbadan normal. Tetapi penggunaan energinya lebih rendah daripada rata-rata orang yang berbadan normal. Mereka lebih tidak aktif sehingga keseimbangan energinya tetap surplus (Wiramihardja, 2007).
Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang
(36)
diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004).
Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004). Angka kecukupan energi dan zat gizi untuk usia mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Angka Kecukupan Energi dan Protein untuk Mahasiswa
Usia(thn) Energi
(kkal/hr)
Protein (g/hr) Laki-Laki
16-18 2600 65
19-29 2550 60
Wanita
16-18 2200 50
19-29 1900 50
Sumber: WNPG VIII, 2004
Untuk menilai kecukupan konsumsi pangan maka didekati dengan menghitung tingkat kecukupan gizinya atau besarnya persentase angka kecukupan gizi. Pada penelitian ini tingkat kecukupan konsumsi zat gizi dinyatakan sebagai tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat. Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
(37)
hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan zat gizi (IOM 2002 dalam Muhilal & Hardinsyah 2004). Tingkat kecukupan energi dinyatakan sebagai hasil perbandingan antara konsumsi energi aktual (Susenas) dengan kecukupan energi yang direkomendasikan oleh WNPG tahun 2004, dan dinyatakan dalam persen. Demikian pula untuk menghitung tingkat kecukupan protein, dinyatakan sebagai perbandingan antara konsumsi protein aktual dengan kecukupan protein yang direkomendasikan WNPG. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut :
a. Tingkat kecukupan energi
TKE = [(Konsumsi energi aktual)/(Angka kecukupan energi)] x 100% b. Tingkat kecukupan protein
TKP : [(Konsumsi protein aktual)/(Angka kecukupan protein)] x 100% Selanjutnya dari perhitungan tersebut tingkat kecukupan energi dan protein diklasifikasikan menurut Departemen Kesehatan sebagaimana dikutip oleh Badan Ketahanan Pangan (2006) yaitu: (1) TKE: < 70% adalah defisit berat, (2) TKE: 70 - 79% adalah defisit sedang, (3) TKE: 80 – 89% adalah defisit ringan, (4) TKE: 90 -119% adalah normal, dan (5) TKE > 120% adalah kelebihan.
(38)
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sumber energi bagi tubuh. Dalam1gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori (almatsier, 2003). Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari. Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) kecukupan karbohidrat yang baik adalah setengah dari kebutuhan energi (50-60%). Jika lebih dari itu, kemungkinan zat-zat lain akan sulit terpenuhi kebutuhannya (Depkes, 2002). Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol, dan trigliserida. Sebagian besar lemak (99%) terdiri dari trigliserid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol (Hardinsyah & Tambunan 2004). Fungsi lemak dan minyak dalam makanan adalah membantu penyerapan vitamin A, D, E, K, menambah energi dan melezatkan makanan. Lemak dikelompokkan menjadi 3 menurut tingkat pencernaanya asam lemak jenuh yang sulit dicerna, asam lemak tidak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan asam lemak tidak jenuh ganda yang paling mudah dicerna (Depkes, 2002).
Lemak merupakan penyumbang energi terbesar dibandingkan zat gizi lainnya. 1 gram lemak mengandung 9 kkal, dibandingkan karbohidrat dan protein yang menghasilkan 4 kkal per gramnya. Anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 30% dari total energi yang dianjurkan (Soedjiningsih, 2004).
Penilaian jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi individu menurut Hadi (2003) dan Gibson (1990), dapat dikelompokkan menjadi :
1. Mengingat makanan (food recall) yang dimakan oleh individu selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan (food model) dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi diperkirakan atau
(39)
dihitung dengan ukuran rumah tangga yang kemudian dikonversikan ke dalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk mengukur rata- rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang jumlahnya besar. 2. Pencatatan makanan yang dimakan (food records) oleh individu dalam jangka
waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan diperkirakan dengan ukuran rumah tangga.
3. Frekuensi konsumsi makanan (food frequency questionaire) adalah recall makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka waktu tertentu.
4. Riwayat makan (dietary history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang diukur biasanya adalah selama 6 bulan atau 1 tahun yang lalu. Metode wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan kebiasaan makan.
2.7. Serat Makanan (Dietary Fiber)
Secara fisiologis serat makanan didefinisikan sebagai karbohidrat yang resisten terhadap hidrolisis oleh enzim pencernaan manusia (karena itu tidak dapat dicerna) dan lignin. Termasuk didalamnya adalah selulosa, hemiselulosa, pektin,
(40)
makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih lazim disebut karbohidrat kompleks. Karbohidrat ini terbentuk dari beberapa gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu membentuk rantai kimia panjang. Akibatnya, rantai kimia tersebut sangat sukar dicerna oleh enzim pencernaan (Arisman, 2004).
Serat makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate”, sedangkan yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan dekstrin, karena zat-zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi manusia, yang kemudian di dalam tubuh diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak (Muchtadi, 2005).
Berdasarkan kelarutannya dalam air, serat dapat diklasifikasikan menjadi
serat larut (hemiselulosa, pektin, gum, psillium, β-glukan, dan musilages) dan serat tidak larut (selulosa, hemiselulosa, dan lignin). Sifat kelarutan ini sangat menentukan pengaruh fisiologis serat pada proses-proses di dalam pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi (Arisman, 2004).
Serat makanan (fiber) terdapat di dalam bahan makanan nabati, seperti sayuran dan buah-buahan, merupakan bagian tumbuhan (dinding sel, daun, kulit buah, selaput biji-bijian, dan lain-lain) yang memiliki struktur berupa karbohidrat kompleks. Serat makanan dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan, seperti: 1. Serealia
Serealia adalah bahan pangan dari tanaman yang termasuk famili rumput-rumputan (Gramineae), diantaranya padi (Oryza sativa L.), gandum (Triticum sp.), jagung (Zea mays), dan sorgum (Sorghum vulgare L.). Serealia
(41)
memiliki dua jenis serat, yakni serat larut air dan serat tidak larut air. Kandungan serat tidak larut air, yakni selulosa dan hemiselulosa terdapat pada kulit luar biji dan endospermanya. Sedangkan serat larut air, yakni musilages dan gum terdapat pada endospermanya. Serealia yang mengandung serat, yakni oat, gandum, jagung, beras, dan beras merah (Sediaoetama, 2008).
2. Kacang-kacangan
Bahan nabati dari golongan kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi meliputi kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, serta kacang hijau (Sulistijani, 2001).
3. Sayuran
Sayuran merupakan bagian tanaman yang dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah maupun matang. Bahan nabati ini sangat dibutuhkan dan harus dikonsumsi setiap hari sesuai dengan jumlah dan komposisi yang seimbang. Selain itu, sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena kaya akan kandungan vitamin, mineral dan serat. Beberapa contoh sayuran, antara lain bayam, kangkung, daun pepaya, brokoli, tomat, paprika, bawang putih, bawang merah, asparagus dan jamur (Sulistijani, 2001).
4. Buah-buahan
Buah-buahan sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah-buahan juga dapat diolah dalam bentuk jus atau dihidangkan bersama dengan sayuran. Buah-buahan sebaiknya dikonsumsi pada saat perut sedang kosong. Tujuannya adalah agar penyerapan zat-zat tersebut
(42)
tidak terhambat oleh kehadiran makanan lain, juga untuk menghindari fermentasi di dalam kolon. Beberapa contoh buah-buahan yang mengandung serat, antara lain apel, pir, jeruk, lemon, strawberi, mangga, anggur, pepaya, dan pisang (Sediaoetama, 2008).
Konsumsi serat makanan adalah jumlah asupan dan jenis bahan pangan sumber serat yang dikonsumsi per hari (Sulistijani, 2001). Walaupun konsumsi serat makanan berpengaruh positif bagi tubuh dan sangat dianjurkan, namun harus memperhatikan nilai kecukupannya bagi tubuh. Sebab, mengkonsumsi serat makanan secara berlebihan akan berdampak negatif bagi tubuh. Tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan perut menjadi kembung. Kondisi ini terjadi akibat menumpuknya serat di dalam kolon sehingga menyebabkan fermentasi serat di dalam kolon. Fermentasi ini lalu memicu timbulnya gas, seperti gas metan, hidrogen, dan karbondioksida di dalam sekum dan kolon yang terbentuk dari kerja enzim-enzim bakteri yang memetabolisme serat. Jumlah gas yang dihasilkan tergantung dari serat makanan yang dikonsumsi dan flora bakterial (Isselbacher, 2000).
Kelebihan volume serat juga dapat mengurangi absorpsi mineral, seng, besi dan kalsium. Meskipun ada bakteri di dalam usus besar yang berangsur-angsur akan beradaptasi dengan adanya asupan serat makanan. Namun, asupan serat yang terlalu tinggi tetap tidak dapat menghilangkan rasa kembung di dalam perut. Lebih jauh Wirakusumah (2001), menambahkan bahwa konsumsi serat makanan yang terlalu banyak dapat menghalangi absorpsi vitamin B12, A, D, E, dan K, oleh karena adanya pektin. Terhalangnya absorpsi vitamin sering dijumpai pada para vegetarian. Asam
(43)
fitat di dalam lambung para vegetarian ini mampu mengikat serat. Defisiensi vitamin-vitamin itu sendiri bermula dari serat makanan yang larut air mengikat dan menyingkirkan asam empedu yang berfungsi mencerna lemak di dalam tubuh (Sulistijani, 2001).
Rekomendasi untuk Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang pasti untuk konsumsi serat makanan belum ada. Namun, untuk diet 2000 kalori pada orang dewasa, paling sedikit 1000 sampai 2000 kalori harus berasal dari karbohidrat kompleks. Diet serat yang dianjurkan adalah 25 sampai 30 gram per hari untuk orang dewasa dan 10 sampai 15 gram untuk anak-anak cukup untuk pemeliharaan tanpa efek negatif terhadap kesehatan (Baliwati et al, 2004).
Tabel 2.5. Angka Kebutuhan Serat yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)
Golongan Umur Serat (gram)
Laki-laki
14-18 tahun 38 gram
19-21 tahun 38 gram
Perempuan 25 gram
14-18 tahun 25 gram
19-21 tahun
Sumber : National Academy Sciences (2007)
2.8. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi dalam tubuh. Oleh karena itu berkurangnya aktivitas akibat dari kehidupan tang semakin modern dengan kemajuan teknologi yang mutakhir akan menimbulkan kegemukan.
(44)
Menurut Caspersen dkk, (1985) dalam PAGAC Report (2008), olahraga merupakan subkategori dari aktivitas fisik yang dirancang, berstruktur, dan diulangi serta bertujuan untuk memperbaiki satu atau lebih komponen fitness fisik. Olahraga dan latihannya sering juga dikenal sebagai aktivitas fisik waktu lapang dengan tujuan primer untuk menjaga fitness fisik, tingkat prestasi fisik atau kesehatan.
Aktivitas fisik dilaporkan merupakan 20-40% total pengeluaran energi. Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik sangat ditentukan oleh jenis aktivitas dan lama waktu melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas yang melibatkan kerja otot dan dilakukan lebih lama akan memerlukan energi lebih besar (Dwiriani, 2008).
Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik diperlukan untuk membakar energi dalam tubuh. Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang untuk menjadi gemuk (Wirakusumah, 2001).
Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric cost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatu intensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan besarnya penegeluaran kalori (Subardja, 2004).
Aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar di sekolah. Kegiatan belajar yang mereka lakukan mulai pukul 07.00- 13.00 WIB.
(45)
Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan remaja perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi dari pada perempuan. Remaja laki-laki aktivitas fisiknya lebih berat, sebab pada usia tersebut sedang memprioritaskan olah raga seperti hiking, sepak bola, tenis, dan berenang. Sedangkan untuk remaja perempuan aktivitasnya lebih ringan dari remaja laki-laki seperti megerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman, berdandan dan sebagainya (Subardja, 2004).
Peningkatan rata-rata pemakaian energi sebanyak 418,4 kJ (100 kkal) per hari oleh satu populasi akan dicapai hanya dengan meningkatkan aktivitas fisik mereka (Azwar, 2004). Aktivitas fisik tingkat sedang seperti berjalan kaki selama tiga jam seminggu, didapati sangat mengurangi insidens dan risiko terjadinya pelbagai penyakit kronik, terutama diabetes mellitus tipe 2, obesitas, hipertensi, penyakit kardivaskuler, depresi, kegelisahan dan banyak jenis kanker 2002).
2.9. Uang Saku
Pemberian uang saku kepada anak merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan, baik untuk keperluan jajan maupun keperluan lainnya, seperti untuk alat tulis, menabung dan lain-lain. Pemberian uang saku ini memberikan pengaruh kepada anak untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimilikinya (Thoha, 2003).
(46)
Salah satu alasan penting yang menyebabkan anak mengkonsumsi makanan yang lebih beragam adalah peningkatan pendapatan yang dalam hal ini adalah uang saku (Kurniawan,2000). Berdasarkan hasil penelitian Yuflida (2001) diketahui bahwa besar uang jajan berhubungan dengan frekuensi jajan. Dengan uang saku yang berlebih memberikan peluang pada seseorang untuk membeli dan mengonsumsi makanan lebih banyak ragamnya dan kuantitasnya.
2.10. Pengaruh Konsumsi Energi dan Lemak terhadap Obesitas
Obesitas disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan sehari-hari untuk memelihara dan memulihkan kesehatan, proses tumbuh kembang dan melakukan aktifitas jasmani, yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor makanan ini merupakan faktor yang terpenting untuk terjadinya kegemukan. Banyaknya pilihan jenis makanan, tersedianya makanan sepanjang hari dan metode pengawetan makanan yang semakin canggih berpengaruh terhadap tingginya asupan energy (Barasi, 2007).
Apabila konsumsi energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari konsumsi energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian
(47)
besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Harrison, 2003).
Penelitian Croezen (2007) menunjukkan, pola makan yang tidak teratur pada remaja seperti tidak sarapan pagi, asupan alkohol, dan rendahnya aktivitas fisik menyebabkan obesitas pada masa remaja (Indeks Massa Tubuh/IMT meningkat). Penelitian desain potong lintang tersebut mengikut sertakan 25.000 remaja laki-laki dan perempuan menemukan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan obesitas adalah tidak sarapan pagi. Toshcke (2007) menyatakan, adanya peningkatan berat badan pada masa pertumbuhan dan pubertas merupakan faktor risiko terjadinya obesitas dewasa. Penelitan kohor tersebut mengikut sertakan 505 anak laki-laki dan perempuan, menemukan obesitas usia 7 dan 11 tahun berkaitan erat dengan terjadinya obesitas setelah 23 tahun kemudian.
Almatsier (2003) menyatakan, bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal/normal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak.
Perubahan budaya makan ternyata dapat menyokong kecendrungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan di
(48)
negara berkembang. Kebiasaan makan keluarga suka ditiru olek anak anak, misalnya makan berlebihan, frekuensi makan sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu makan (Wirakusumah, 2001).
2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Obesitas
Individu dengan intake tinggi serat beresiko lebih rendah secara signifikan untuk mengembangkan penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, diabetes, obesitas, dan penyakit pencernaan tertentu. Meningkatnya asupan serat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol serum. Peningkatan asupan serat larut meningkatkan glikemia dan sensitivitas insulin pada individu non-diabetes dan diabetes. Serat suplementasi pada orang obesitas secara signifikan meningkatkan penurunan berat badan (
Peningkatan asupan serat makanan bermanfaat untuk pengobatan obesitas dan diabetes melitus. Makanan kaya serat biasanya mengenyangkan tanpa kandungan kalori yang banyak. Diet normal yang disuplementasikan dengan serat berbentuk gel, seperti guar gum meningkatkan rasa kenyang karena memperlambat waktu pengosongan lambung. Studi-studi panjang sebelumnya telah menjelaskan kegunaan. Studi jangka panjang belakangan
Anderson JW, et al 2009).
telah mengkonfirmasi manfaat dari serat kental sebagai tambahan untuk pengobatan diet reguler obesitas. Terlepas dari efek yang bermanfaat selama pembatasan kalori, serat makanan dapat meningkatkan beberapa penyimpangan metabolisme yang terlihat pada obesitas. Gel pembentuk serat sangat efektif dalam mengurangi peningkatan kolesterol LDL tanpa mengubah fraksi HDL. Efek ini mungkin berhubungan dengan bahan pembentuk gel dari serat yang
(49)
mengarah ke peningkatan viskositas dari lapisan unstirred sehingga menunda proses penyerapan (Anderson JW, et al 2009).
2.12. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Apabila melakukan aktivitas fisik, hormon dan hasil metabolisme akan meningkat di darah dan jaringan tubuh serta aktivitas otot menghasilkan panas dan peningkatan suhu inti yang juga dikenal sebagai hiperthermia akibat olahraga (exercise induced hyperthermia, EIH). Menurut Radomski (1998), banyak faktor yang mempengaruhi regulasi pelepasan hormon sewaktu berolahraga, seperti intensitas dan durasi olahraga, fitness fisik subjek, kekurangan oksigen dan ketersediaannya sewaktu olahraga, serta perubahan asidosis dan hasil metabolisme yang bersirkulasi. Namun, satu faktor yang sering kurang diperhatikan adalah EIH. Peningkatan metabolisme membakar lemak di tubuh dan membebaskan panas
Hemmingsson (2006), dalam penelitiannya melaporkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan IMT bervariasi bergantung kepada status obesitas responden. Aktivitas fisik memberi efek yang baik terhadap IMT kelompok responden yang obese berbanding kelompok responden yang bukan obes. Dimana tingkat aktivitas yang berat lebih memberi efek terhadap IMT responden yang obese dibanding tingkat aktivitas yang rendah dengan obesitas. Sedangkan menurut Petersen, L (2004), melaporkan bahwa thermogenesis dari aktivitas fisik yang ringan dan sedang memberi rintangan dalam peningkatan berat badan. Apabila seseorang itu memang sudah tergolong sebagai underweight, aktivitas fisik yang terlalu banyak
(50)
akan mengurangi penyimpanan energi pada badannya dan menyebabbkan underweight.
Satu studi yang dilakukan pada tikus yang obese akibat diet, menunjukkan bahwa olahraga memberi efek pada jaras sentral yang meregulasi homeostasis energi. Pada tikus yang obese akibat diet ini, aktivitas berlari roda mengurangi penumpukan lemak di adiposit secara selektif tanpa meningkatkan kebutuhan energi. Efek ini mungkin diakibatkan sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas olahraga seperti interleukin-6, asam lemak dan panas yang memberi efek umpan balik ke otak untuk regulasi sistem neuropeptida sentral yang berperan dalam regulasi homeostasis energi (Patterson & Levin, 2007).
Penggunaan energi setiap hari pada setiap individu bervariasi berdasarkan aktivitas yang dilakukannya. Misalnya, seorang yang duduk menggunakan energi basal yang sangat rendah, dapat meningkatkan kebutuhan kalori harian sebanyak 500 kalori dengan berenang selama satu jam. Apabila pengambilan energi harian melebihi permintaan jumlah energi, kelebihan energi itu akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan adiposa. Apabila penggunaan kalori melebihi kalori yang disediakan melalui diet, cadangan energi akan di ubah dan ini akan menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini berpengaruh dalam arti penghitungan kalori dalam program pengaturan berat badan melalui olahraga. Pada seorang yang underweight, penggunaan kalori yang meningkat akibat aktivitas fisik yang terlalu tinggi akan mula membakar otot-ototnya sebagai pengganti lemak dan akan memperparah lagi keadaannya (Martini, 2006).
(51)
2.13. Landasan Teori
Faktor penyebab terjadinya obesitas adalah faktor genetik, faktor hormonal, penyakit tertentu, faktor lingkungan, psikologi, gaya hidup, sosial ekonomi dan aktivitas fisik.
Menurut Syarif (2003) obesitas terjadi karena ketidakseimbangan asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Asupan energi yang berlebihan disebabkan oleh konsumsi yang melebihi kebutuhan. Pengeluaran energi yang rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan.
Perubahan pola makan yaitu kecenderungan mengkonsumsi makanan dengan kalori berlebihan disertai kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kejadian obesitas cenderung meningkat (Malfeis et al., 2001).
Obesitas terjadi pada individu yang mempunyai kebiasaan makan lebih banyak terutama makanan yang berlemak dan mempunyai pengeluaran energi yang lebih rendah dibandingkan pada individu yang mempunyai berat badan normal. Lemak sering dianggap sebagai faktor yang berperan besar dalam terjadinya obesitas. Lemak merupakan makronutrien paling padat energi. Jika asupan lemak tidak diatur maka akan terjadi konsumsi energi berlebihan. Asupan energi dan lemak yang berlebihan menjadi salah satu penyebab obesitas (Wahlqvist, 1997). Mekanisme yang menjelaskan terjadinya obesitas disajikan pada Gambar 2.1.
(52)
Gambar 2.1. Mekanisme Terjadinya Obesitas (Wahlqvist, 1997). Tin
gkat Pen
Sosi al
k
Asupan Energi
Tinggi
Gay a Hidup
Fak tor
Lin Psi
Asupa n lemak
Tinggi
H orm
Obesitas
kti
(53)
Kejadian Obesitas - Uang Saku
- Asupan energi - Asupan protein - Asupan karbohidrat - Asupan lemak - Asupan serat
Aktivitas Fisik
2.14. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konsep penelitian disajikan pada Gambar 2.2.
Variabel Independen Variabel Dependen
(54)
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan case-control yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel penelitian melalui pengujian hipotesis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pemilihan tempat dilakukan dengan pertimbangan pada survei pendahuluan didapati prevalensi berat badan berlebih dan obesitas (IMT ≥ 25) sebesar 20,1%. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009 dan 2010 sebanyak 1334 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi. Sampel terdiri dari kasus dan kontrol. Kasus adalah mahasiswa FK USU yang memiliki IMT ≥ 25, sedangkan kontrol adalah mahasiswa FK USU yang memiliki IMT < 25. Untuk mengurangi kemungkinan adanya bias, maka kasus dan kontrol diambil dalam satu populasi dengan kriteria :
(55)
1. Kasus adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2008, 2009 dan 2010 umur 18 – 26 tahun yang mengalami overweight dan obesitas (IMT ≥ 25) baik laki-laki maupun perempuan.
2. Kontrol adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2008, 2009 dan 2010 umur 18 – 26 tahun yang tidak menderita obesitas (IMT < 25) baik laki-laki maupun perempuan.
Adapun besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus di bawah ini (Sastroasmoro, 2002) :
n1= n2= Zα/2+β√ P.Q 2 ; P = R (P−1/2) 1+R
; dan Q =1− p
Keterangan:
R = Perkiraan Odds Ratio = 2
α = 0,05 Z α = 1,96; β = 0,20 Z β P = 2/1 + 2 = 0,66; Q = 1 - 0,66 = 0,34
= 0,842
n1= n2 = 1,96/2+ 0,84√ 0,66 x 0,34 2 (0,66 − 0,5)
n1= n2 = 1,5816 2 0,16
n1= n2 = 74,20 = 75
Maka berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat jumlah sampel minimal untuk kasus = 75 mahasiswa FK USU dan kontrol 75 mahasiswa FK USU, dengan perbandingan kasus : kontrol adalah 1 : 1. Sehingga jumlah total sampel 150 orang.
(56)
3.3.1 Metode Pengambilan Sampel
Untuk mengambil 75 kasus dan 75 kontrol, dilakukan :
1. Sampel diambil secara proportional random sampling berdasarkan angkatan yaitu angkatan 2008, 2009 dan 2010.
2. Penentuan kasus dan kontrol dilakukan penyesuaian terhadap umur, jenis kelamin, dan angkatan yang sama. Apabila kasus yang diambil adalah mahasiswa dengan IMT ≥ 25 berasal dari angkatan 2008, jenis kelamin perempuan dan berusia 23 tahun maka kontrol yang diambil adalah mahasiswa dengan IMT < 25, berasal dari angkatan 2008, jenis kelamin perempuan dan berusia 23 tahun.
Tabel 3.1. Distribusi Pengambilan Sampel secara proportional random sampling
Angkatan Jumlah Mahasiswa
Obesitas Jumlah sampel
2008 66 66/195 x 75 = 25
2009 59 59/195 x 75 = 23
2010 70 70/195 x 75 = 27
Jumlah 195 Mahasiswa 75 Mahasiswa
3.4Metode Pengumpulan Data
Data primer meliputi karakteristik sosial demografi responden meliputi umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan besar uang saku diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
(57)
Data antropometri mahasiswa dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat badan ditimbang dengan menggunakan timbangan secca dengan kapasitas 130 kg, tingkat ketelitian 0,1 kg. Selanjutnya, hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan dengan klasifikasi IMT untuk orang Asia berdasarkan kriteria WHO 2004.
Data asupan gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat) diperoleh melalui cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian berupa Food Frequency Questionaire (FFQ) dan melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 1 x 24 jam yang dilakukan selama 2 kali yaitu 1 kali pada hari-hari biasa dan 1 kali pada hari libur/minggu.
Data sekunder meliputi data daftar nama mahasiswa, umur, angkatan, dan alamat diperoleh dari bagian kependidikan Fakultas Kedokteran USU dan Poliklinik USU.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variable terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: karakteristik individu, konsumsi gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat), aktivitas fisik dan besar uang saku. Sedangkan variabel terikat adalah kejadian obesitas.
(58)
Adapun definisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut:
1. Kasus adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang mengalami obesitas (IMT ≥ 25), berumur 17-25 tahun dan bersedia diteliti.
2. Kontrol adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang tidak obesitas (IMT<25), berumur 17-25 tahun dan bersedia diteliti.
3. Asupan energi adalah jumlah energi yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan kkal/hari.
4. Asupan protein adalah jumlah protein yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan gram/hari
5. Asupan karbohidrat adalah jumlah karbohidrat yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan gram/hari.
6. Konsumsi lemak adalah jumlah lemak yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan gram/hari.
7. Konsumsi serat adalah jumlah serat yang dikonsumsi mahasiswa dari makanan dengan satuan gram/hari.
8. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa setiap hari selama 24 jam.
9. Uang saku adalah rata-rata jumlah uang yang diberikan orang tua kepada mahasiswa untuk membeli makanan/jajanan per hari dalam satuan rupiah.
10. Kejadian obesitas adalah suatu keadaan akibat timbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang diukur dengan melakukan penimbangan berat badan dan tinggi
(59)
badan, kemudian dihitung nilai IMT (BB/TB2). Disebut obesitas apabila Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 dan tidak obes apabila IMT < 25.
3.6. Metode Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel bebas meliputi: karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, uang saku, agama, suku), konsumsi energi, lemak, serat serta aktivitas fisik dan variabel terikat yaitu obesitas dilakukan dengan metode sebagai berikut :
1. Asupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam. Recall 24 jam dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada recall 24 jam pada hari biasa dan recall 24 jam pada hari libur. Pertimbangan dilakukan recall pada hari biasa dan libur adalah untuk melihat gambaran kebiasaan makan dan konsumsi gizi responden pada hari-hari biasa di kampus dan pada waktu libur di rumah/indekost. Jumlah makanan dinyatakan dalam satuan URT (Ukuran Rumah Tangga) selanjutnya dikonversi dalam satuan gram dan dihitung konsumsi zat gizinya dengan menggunakan software NutriSurvey. Tingkat konsumsi gizi dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat (WNPG 2004).
Tingkat konsumsi energi dan protein dapat diketahui dengan cara membandingkan total konsumsi energi dan protein dengan Angka Kecukupan
(60)
Gizi yang dianjurkan (AKG). Tingkat konsumsi energi dan protein dikategorikan menjadi (Hardinsyah & Tambunan, 2004) :
1. Lebih : ≥ 110% AKG
2. Baik : 90-109% AKG
3. Defisit ringan : 80-90% AKG 4. Defisit sedang : 70-80 % AKG
Kategori untuk tingkat konsumsi karbohidrat (Depkes, 2002). 1. Lebih : > 65% dari total energi
2. Baik : 50- 65% dari total energi 3. Kurang : < 50% dari total energi
Kategori untuk tingkat konsumsi lemak (Soedjiningsih, 2004) : 1. Lebih : > 30% dari total energi
2. Baik : 20- 30% dari total energi 3. Kurang : < 20% dari total energi
Kategori untuk konsumsi serat (National Academy Sciences, 2007): 1. Baik : ≥ 25 gram/hari
2. Kurang : ≤ 25 gram/hari
2. Aktivitas fisik diukur dengan Physical Activity Level (PAL) dalam FAO/WHO/UNU (2001). Aktivitas fisik dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori WHO/FAO/UNU (2001) menjadi:
1. Ringan : 1,40 ≤ PAL ≤ 1,69 2. Sedang : 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99
(61)
3. Berat : 2,00 ≤ PAL ≤ 2,40
Perkiraan BMR dihitung dengan menggunakan rumus Harris-Bennedict : BMR (laki-laki) = 66,42 + (13,75 BB) + (5 TB) – (6,78 U)
BMR (perempuan) = 65,51 + (9,65 BB) + (1,85 TB) – (4,68 U) Keterangan:
BMR = Basal Metabolic Rate (kkal) BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi Badan (meter) U = Usia (tahun)
3. Uang saku harian dihitung berdasarkan jumlah uang yang diterima oleh mahasiswa setiap hari dalam satuan rupiah.
4. Kejadian obesitas diukur dengan menggunakan metode antropometri
berdasarkan IMT, yang diperoleh dengan membandingkan berat badan (kg) dengan tinggi badan kuadrat (m). Selanjutkan nilai IMT dikategorikan menjadi obesitas = IMT ≥ 25, tidak obesitas = IMT < 25
(62)
Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen
No Variabel Kategori Range Skala
Ukur
1 Obesitas 1. obesitas
2. tidak obesitas
IMT ≥ 25 IMT < 25
Ordinal 2. Konsumsi energi
(kkal/hari)
1. lebih 2. baik
3. defisit ringan 4. defisit sedang
≥110% AKG
90-109% AKG 80-90% AKG 70-80% AKG
Ordinal
3 Konsumsi protein (gram/hari)
1. lebih 2. baik
3. defisit ringan 4. defisit sedang
110% AKG 90-109% AKG 80-90% AKG 70-80% AKG
Ordinal
4 Konsumsi karbohidrat (gram/hari)
1. lebih 2. baik 3. kurang
> 65% dari total energi 50 - 65% total energi ≤ 50% total energi
ordinal 5 Konsumsi lemak
(gram/hari)
1. lebih 2. baik 3. kurang
> 30% dari total energi 20-30% total energi
≤ 20% total energi ordinal
6 Konsumsi serat (gram/hari)
1. baik 2. kurang
≥ 25 gram/hari
< 25 gram/hari ordinal
7 Aktivitas Fisik 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat
1,40 ≤ PAL ≤ 1,69 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99 2,00 ≤ PAL ≤ 2,44
ordinal
8 Uang Saku 1. ≥ rata-rata
2. < rata-rata
ordinal
3.7 Metode Analisis Data
Pengolahan data untuk masing-masing variable sebagai berikut :
a. Data obesitas ditentukan dengan cara pengukuran anthropometri dengan menggunakan indeks BB/TB2 dengan penilaian IMT berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2006 untuk orang Asia
(63)
b. Data konsumsi zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat) diperoleh melalui recall 24 jam diolah dengan menggunakan program nutrisurvey.
Analisis data dilakukan dengan cara:
a. Analisis univariat untuk menganalisis variabel penelitian secara deskriptif berupa nilai rata-rata, median, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum. akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, proporsi, dn grafik.
b. Analisis bivariat untuk melihat hubungan dua variabel yakni hubungan variabel terikat dengan variabel bebas.
c. Analisa multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang dominan secara bersama-sama dengan memperhitungkan variabel luar yang dianggap perlu.
Uji statistik pada analisis bivariat dengan perhitungan chi-square dan uji–t, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistic berganda. Derajat
(64)
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Fakultas Kedokteran USU merupakan Fakultas yang tertua di Universitas Sumatera Utara dan beralamat di Jalan dr. Mansur no 5 Padang Bulan Medan. Jumlah seluruh mahasiswa yang aktif sampai saat ini sebanyak 1403 orang, terdiri dari 569 orang laki-laki dan 834 orang perempuan. Saat ini Fakultas Kedokteran USU memiliki 318 orang staf pengajar tetap dan 325 orang staf pengajar luar biasa, yang berkualifikasi S-1 sampai S-3.
Sarana dan prasarana yang tersedia antara lain ruangan kuliah kelas besar yang ada di Fakultas Kedokteran USU ada 8 buah. Ruangan yang berbentuk theater untuk pleno pakar sebanyak 2 buah. Tersedia juga laboratorium komputer, ruangan kelas kecil yang digunakan untuk proses tutorial sebanyak 30 buah dan ruangan skill lab sebanyak 30 buah. Fasilitas pendukung lain adalah gedung perpustakaan, kantin mahasiswa dan mushola. Kantin yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran USU ada tiga buah dan mulai buka jam 07.00 sampai jam 17.00 WIB. Jenis makanan yang di jual dalam kantin antara lain makanan berat yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak seperti : nasi lemak lengkap dengan rendang, lontong Medan, soto bersantan, ayam goreng tepung, nasi goreng, lontong pecel, mie tiaw, risol, bakwan, dan gorengan. Minuman yang tersedia di kantin antara lain teh manis dingin, aneka juice, teh botol, milo dingin, dan minuman bersoda.
(1)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 42,857a 1 ,000
Continuity Correctionb 40,509 1 ,000
Likelihood Ratio 48,842 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 42,571 1 ,000
N of Valid Cases 150
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for serat group12 (>= 23,85 gram/hr / < 23,85 gram/hr)
,038 ,011 ,133
For cohort group obesitas = Obesitas
,107 ,036 ,321
For cohort group obesitas = Tidak obesitas
2,786 2,106 3,684
N of Valid Cases 150
Crosstab
group obesitas
Total Obesitas Tidak obesitas
uang saku group12 >= Rp 24.600 Count 60 27 87
% within group obesitas 80,0% 36,0% 58,0%
% of Total 40,0% 18,0% 58,0%
< Rp 24.600 Count 15 48 63
% within group obesitas 20,0% 64,0% 42,0%
% of Total 10,0% 32,0% 42,0%
Total Count 75 75 150
% within group obesitas 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 29,803a 1 ,000
Continuity Correctionb 28,024 1 ,000
Likelihood Ratio 31,015 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 29,604 1 ,000
N of Valid Cases 150
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31,50. b. Computed only for a 2x2 table
(2)
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for uang saku group12 (>= Rp 24.600 / < Rp 24.600)
7,111 3,405 14,852
For cohort group obesitas = Obesitas
2,897 1,822 4,605
For cohort group obesitas = Tidak obesitas
,407 ,289 ,574
N of Valid Cases 150
Crosstab
group obesitas
Total Obesitas Tidak obesitas
kategori PAL ringan Count 74 57 131
% within group obesitas 98,7% 76,0% 87,3%
% of Total 49,3% 38,0% 87,3%
sedang Count 1 18 19
% within group obesitas 1,3% 24,0% 12,7%
% of Total ,7% 12,0% 12,7%
Total Count 75 75 150
% within group obesitas 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 17,417a 1 ,000
Continuity Correctionb 15,428 1 ,000
Likelihood Ratio 20,717 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 17,301 1 ,000
N of Valid Cases 150
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kategori PAL (ringan / sedang)
23,368 3,029 180,272
For cohort group obesitas = Obesitas
10,733 1,584 72,741
For cohort group obesitas = Tidak obesitas
,459 ,368 ,573
(3)
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 150 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 150 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 150 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimensio n0
0 0
1 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
keadaan tubuh berdasar imt Percentage Correct
0 1
Step 0 keadaan tubuh berdasar imt
0 0 75 ,0
1 0 75 100,0
Overall Percentage 50,0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
(4)
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables KatPAL 17,417 1 ,000
Protein 11,333 1 ,001
Energi 64,000 1 ,000
Lemak 49,271 1 ,000
Uangsaku 29,803 1 ,000
Serat 29,684 1 ,000
Karbohidrat 42,762 1 ,000
Overall Statistics 96,665 7 ,000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 141,392 7 ,000
Block 141,392 7 ,000
Model 141,392 7 ,000
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 66,552a ,610 ,814
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
keadaan tubuh berdasar imt Percentage Correct
0 1
Step 1 keadaan tubuh berdasar imt
0 67 8 89,3
1 4 71 94,7
Overall Percentage 92,0
(5)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KatPAL -3,723 1,779 4,379 1 ,036 ,024 ,001 ,790
protein 1,389 ,804 2,985 1 ,084 4,011 ,830 19,387
Energi 3,721 ,822 20,500 1 ,000 41,317 8,252 206,880
Lemak 2,484 ,754 10,854 1 ,001 11,988 2,735 52,538
Uangsaku -,946 ,686 1,902 1 ,168 ,388 ,101 1,490
Serat -1,365 1,189 1,318 1 ,251 ,255 ,025 2,626
Karbohidrat 1,257 ,503 6,230 1 ,013 3,513 1,310 9,423
Constant -10,307 4,165 6,125 1 ,013 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: KatPAL, protein, energi, lemak, uangsaku, Serat,Karbohidrat.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 150 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 150 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 150 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
keadaan tubuh berdasar imt Percentage Correct
0 1
Step 0 keadaan tubuh berdasar imt
0 0 75 ,0
1 0 75 100,0
Overall Percentage 50,0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
(6)
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Energi 64,000 1 ,000
Lemak 49,271 1 ,000
Klasifikasi 42,762 1 ,000
Overall Statistics 89,955 3 ,000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 120,541 3 ,000
Block 120,541 3 ,000
Model 120,541 3 ,000
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 87,404a ,552 ,736
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
keadaan tubuh berdasar imt Percentage Correct
0 1
Step 1 keadaan tubuh berdasar imt
0 62 13 82,7
1 8 67 89,3
Overall Percentage 86,0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1 energil a 3,536 ,688 26,405 1 ,000 34,313 8,908 132,164
Lemak 2,531 ,617 16,844 1 ,000 12,571 3,753 42,108
Karbohidrat 1,496 ,423 12,516 1 ,000 4,466 1,949 10,232
Constant -14,719 2,480 35,217 1 ,000 ,000