Faktor Risiko Hipertensi pada Pekerja Garmen Wanita
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA
PEKERJA GARMEN WANITA
NOER HERLINA HANUM
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Faktor Risiko
Hipertensi pada Pekerja Garmen Wanita” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Noer Herlina Hanum
NIM I14090096
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
NOER HERLINA HANUM. Faktor Risiko Hipertensi pada Pekerja Garmen
Wanita. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan IKEU EKAYANTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko hipertensi pada
pekerja garmen wanita di PT Citra Abadi Sejati, Bogor. Desain penelitian yang
digunakan yaitu cross sectional study. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 59
orang. Data yang dikumpulkan diantaranya pengukuran tekanan darah,
karakteristik, gaya hidup, asupan gizi, status gizi, serta riwayat hipertensi
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang
ditemukan sebesar 22.1%. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, terdapat hubungan
yang signifikan antara frekuensi penambahan bumbu ketika makan, Indeks Massa
Tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) dengan hipertensi
(p 3 cangkir per hari (OR 0.54 95% CI:
0.31−0.92).
Banyak penelitian mengenai faktor risiko hipertensi namun masih sedikit
yang menganalisis suatu kelompok tertentu, seperti kelompok pekerja wanita.
Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai faktor risiko hipertensi di
kelompok pekerja wanita pabrik garmen. PT. Citra Abadi Sejati merupakan salah
satu pabrik garmen dimana jumlah pekerja wanitanya cukup besar dan terbagibagi ke dalam berbagai lini pekerjaan.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui berbagai faktor risiko
hipertensi pada pekerja wanita di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kejadian hipertensi
2. Mengidentifikasi karakteristik pekerja wanita, meliputi: umur, besar
keluarga, status pernikahan, tingkat pendidikan, gaji dan masa kerja.
3. Mengidentifikasi gaya hidup, meliputi: kebiasaan merokok, kebiasaan
minum minuman beralkohol, kebiasaan minum kopi, kebiasaan olahraga,
serta kebiasaan makan yang berkaitan dengan risiko hipertensi.
4. Mengidentifikasi asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, dan natrium)
5. Mengidentifikasi status gizi serta riwayat kesehatan, meliputi riwayat
penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga.
6. Menganalisis faktor risiko hipertensi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu dapat memberikan sejumlah informasi
mengenai faktor risiko hipertensi bagi pekerja wanita. Informasi ini dapat berguna
untuk PT. Citra Abadi Sejati dalam upaya peningkatan kesehatan dan gizi pekerja
wanita sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang
dapat memicu hipertensi dan yang dapat menghambatnya sehingga dapat menjadi
saran untuk pembentukan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
diupayakan agar kemunculan kejadian hipertensi pada pekerja wanita dapat
diminimalkan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Rutinitas pekerjaan di industri khususnya yang mempekerjakan wanita tidak
jarang membawa dampak bagi pekerjanya. Jam kerja yang panjang demi
mencapai target produksi, upah yang minim dibandingkan pekerja laki-laki,
kurangnya jam istirahat serta tidak ditunjang dengan penyediaan kebutuhan akan
asupan gizi yang memadai dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan
berpengaruh pada gangguan kesehatan pekerjanya. Salah satu gangguan kesehatan
yang dialami yaitu hipertensi.
Penyebab hipertensi belum dapat diketahui secara pasti dan tidak bersumber
dari satu penyebab yang tunggal. Adanya gangguan pada organ tubuh lainnya
seperti ginjal, jantung maupun pembuluh darah diduga dapat menimbulkan risiko
hipertensi. Selain itu, faktor keturunan/genetik, ras, kelainan hormonal,
4
penggunaan obat tertentu, dan intoleransi glukosa diduga pula memiliki kontribusi
dalam timbulnya kejadian hipertensi.
Perilaku tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas gerak, obesitas,
konsumsi alkohol, hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, stres dan konsumsi garam
berlebih sangat erat berhubungan dengan kejadian hipertensi yang dapat diubah.
Selain itu, semakin tua umur seseorang maka akan lebih berisiko mengalami
hipertensi. Masa kerja juga dapat dihubungkan dengan kejadian hipertensi. Hal ini
dapat menjelaskan apakah pekerja yang sudah lama bekerja disana lebih besar
risiko mengalami hipertensi atau tidak. Selain itu umumnya besaran gaji juga
mempengaruhi pola konsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi
konsumsinya. Besar keluarga dan status pernikahan kemungkinan mempengaruhi
kejadian hipertensi. Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Riwayat Kesehatan
-Riwayat penyakit dahulu
-Riwayat penyakit keluarga
(ayah dan ibu)
Karakteristik Subyek dan
Keluarga
-Umur
-Besar keluarga
-Status pernikahan
-Tingkat pendidikan
-Gaji
-Masa kerja
Status Gizi
-IMT
-RLPP
Hipertensi
Gaya Hidup
-Kebiasaan merokok
-Kebiasaan minum kopi
-Kebiasaan minum alkohol
-Kebiasaan olahraga
-Kebiasaan konsumsi makanan
berisiko (makanan asin, awetan,
makanan berlemak)
Keterangan :
Asupan Energi dan
Zat Gizi
-Protein
-Lemak
-Natrium
Faktor lain
-Stres
-Gangguan organ lain : ginjal, jantung,
dan pembuluh darah
-Ras
-Hiperkolesterolemia
-Intoleransi glukosa
-Penggunaan obat-obatan tertentu
-Kelainan hormonal
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko hipertensi pada pekerja wanita
di pabrik garmen kota Bogor
5
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian
dilakukan di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati yang berlokasi di
Kedunghalang, Bogor. Penelitian ini merupakan baseline data penelitian
mengenai “Efikasi Suplementasi Vitamin D, Kalsium dan Susu terhadap
Perbaikan Serum 25(OH) dan Sindrom Metabolik Pekerja Wanita Usia Subur”
(Briawan et al. 2013). Penelitian dilakukan pada bulan September 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja berusia 30−50 tahun
yang bekerja di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati. Subjek penelitian dipilih
secara acak dengan kriteria inklusi: 1) tidak sedang hamil atau menyusui; 2) tidak
mengalami cacat fisik; 3) bersedia berpartisipasi dan menandatangani formulir
persetujuan etik. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebesar 59 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dimana peneliti terlibat dalam pengumpulan data. Data sekunder tersebut
mencakup karakteristik subjek (umur, besar keluarga, status pernikahan, tingkat
pendidikan, gaji, dan masa kerja), gaya hidup (kebiasaan merokok, kebiasaan
minum kopi, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan makan
makanan berisiko), asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, dan natrium),
riwayat kesehatan (riwayat penyakit subjek dan keluarga), status gizi (IMT dan
RLPP), serta tekanan darah.
Pengumpulan data karakteristik subjek, riwayat kesehatan, kebiasaan
merokok, minum kopi, dan alkohol diperoleh dari kuesioner yang mengacu pada
WHO STEPS Instrument for Chronic Disease Risk Factor Surveillance.
Kebiasaan makan makanan berisiko dikumpulkan dengan semi-quantitave food
frequency questionnaire (FFQ) dengan data makanan yang dikonsumsi selama
sebulan terakhir. Kuesioner yang digunakan dalam menilai bumbu-bumbu diacu
dari WHO STEPS Dietary Salt Module. Data asupan energi, protein, lemak, dan
natrium dikumpulkan dengan 2x 24 hours food recall. Data antropometri
dikumpulkan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan
lingkar panggul. Kebiasaan olahraga subjek diambil dari sebagian data aktivitas
fisik seminggu terakhir.
6
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Tekanan darah
Karakteristik
subjek
Gaya hidup
Asupan gizi
Antropometri
Riwayat
kesehatan
Jenis data
Sistolik dan diastolik
Umur
Besar keluarga
Status pernikahan
Tingkat pendidikan
Gaji
Masa kerja
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum minuman
beralkohol
Kebiasaan minum kopi
Kebiasaan olahraga
Kebiasaan makan makanan berisiko
(makanan asin dan awetan, bumbubumbu serta makanan berlemak)
Asupan energi dan zat gizi (protein,
lemak, natrium)
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar pinggang dan lingkar
panggul
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Cara pengumpulan
data
Pengukuran
tekanan darah
dengan alat
pengukur tekanan
darah digital pada
lengan atas.
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Wawancara
menggunakan
kuesioner dan FFQ
Food recall 2x 24
jam
Pemeriksaan fisik
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Berat badan pekerja diukur dengan menggunakan timbangan injak yang
telah dikalibrasi dengan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Lingkar pinggang dan
panggul diukur dengan menggunakan pita pengukur dengan ketelitian 0.1 cm.
Pengukuran dilakukan dengan posisi subjek berdiri nyaman dengan berat badan
tersebar merata dan jarak antara kedua kaki 25-30 cm. Pita ditarik secukupnya
agar tidak menekan jaringan lunak dengan posisi pita berada di antara ujung
bawah tulang rusuk dan puncak tulang iliac (panggul).
Pengumpulan data tekanan darah dilakukan oleh paramedis. Tekanan darah
diukur menggunakan OMRON automatic blood pressure monitor Sem 1 model
setelah sebelumnya subjek diistirahatkan selama 5 menit.
7
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, pemasukan data,
pengeditan kembali, penyusunan variabel, dan pengolahan data. Pengolahan dan
analisis data dilakukan dengan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS
(Statistical Progrrame for Social Science) version 16 for Windows.
Tekanan Darah
Data hasil pemeriksaan tekanan darah (TD) yang dikumpulkan kemudian
dibandingkan dengan batas normal tekanan darah bagi dewasa. Tekanan darah
dikategorikan berdasarkan Joint National Commitee VII (2004) menjadi 4
kategori. Secara umum subjek dinyatakan hipertensi apabila tekanan darah
≥140/90 mmHg. Subjek digolongkan hipertensi jika tekanan darah sistolik atau
tekanan darah diastoliknya tergolong hipertensi maupun kedua-duanya. Berikut
disajikan tabel penggolongan hipertensi tersebut.
Penggolongan
Hipertensi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
(JNC VII 2004)
Tabel 2 Penggolongan hipertensi
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
4 orang)
Menikah
Status pernikahan
Tidak menikah
Tinggi (SMA ke atas)
Tingkat pendidikan
Rendah (SMA ke bawah)
Tinggi
(≥ Rp 4 484 480)
Gaji
Rendah
( 20 tahun)
Sumber pustaka
modifikasi dari
Hurlock (1998)
2 x UMR
Kabupaten Bogor
2014
modifikasi dari
Patil (2009)
8
Gaya hidup
Variabel gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, minum kopi, minum
alkohol, olahraga, dan kebiasaan makan makanan berisiko. Berikut tabel
pengelompokkan gaya hidup subjek.
Tabel 4 Pengelompokan gaya hidup subjek
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Jumlah kopi yang
< 1 gelas/hari
dikonsumsi
≥ 1 gelas/hari
Sering (≥ 3 kali/minggu)
Cade et al.
Frekuensi olahraga
Tidak sering
(1984)
(< 3 kali/minggu)
Cade et al.
Rendah (< 30 menit)
Durasi olahraga
(1984)
Tinggi (≥ 30 menit)
Kebiasaan makan
Tidak sering
makanan asin dan
(< 7 kali/minggu)
awetan
Sering (≥ 7 kali/minggu)
Tidak sering
Frekuensi penambahan
(≤ 2 kali/minggu)
bumbu ketika makan
Sering (> 2 kali/minggu)
Tidak sering
Kebiasaan makan
(< 7 kali/minggu)
makanan berlemak
Sering (≥ 7 kali/minggu)
Konsumsi pangan untuk kebiasaan makan makanan asin dan awetan serta
makanan berlemak diolah menjadi frekuensi (kali/minggu) dan jumlah konsumsi
(gram/minggu). Frekuensi dihitung dengan menjumlahkan frekuensi dari
kelompok makanan yang dikonsumsi seluruh subjek per minggunya kemudian
dibagi dengan jumlah subjek. Hal yang sama dilakukan untuk mendapatkan
jumlah konsumsinya sehingga didapatkan jenis-jenis makanan yang paling sering
dan paling banyak dikonsumsi seluruh subjek dalam seminggu. Untuk menilai
kebiasaan makan makanan asin dan awetan setiap subjek maka dijumlahkan
frekuensi dari kelompok makanan yang dikonsumsi subjek per minggunya
kemudian dikelompokkan menjadi sering dan tidak sering.
Asupan energi dan zat gizi
Data jumlah pangan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam satuan energi
(kkal), protein (g), lemak (g) dan natrium (mg) dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan Indonesia (DKBM) 2010, Tabel Komposisi Pangan
Indonesia (TKPI) dan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Singapura.
Selain itu digunakan Penuntun Diet dan label pangan produk untuk melihat
berbagai kandungan natrium dalam berbagai pangan olahan. Kandungan zat gizi
makanan yang dikonsumsi dihitung menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan
Briawan 1994):
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
9
Keterangan :
KGij
= Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B gram
Bj
= Berat bahan pangan j (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi i dalam 100 gram bahan pangan j
BDDj = % bahan pangan j yang dapat dimakan (%BDD)
Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi subjek yang dikoreksi
dengan berat badan aktual sehat (dari setiap kelompok usia) digunakan rumus
sebagai berikut dimana:
AKGi = Angka kecukupan energi dan zat gizi
Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan standar yang tercantum dalam AKG
AKG =Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012
AKGi = (Ba/Bs) x AKG
Rumus di atas hanya diberlakukan pada subjek dengan status gizi normal
sedangkan untuk subjek dengan status gizi kurang, overweight dan obese
menggunakan koreksi berat badan ideal menurut tinggi badan.
Setelah didapatkan zat-zat gizi dari sejumlah pangan yang dikonsumsi
subjek, maka selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi (% AKG)
dengan membandingkan kandungan zat gizi semua makanan yang dikonsumsi
oleh pekerja wanita selama sehari dengan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2012
dalam persen. Tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):
TKGi = (Ki/AKGi) x 100%
Keterangan ;
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki
= Konsumsi zat gizi i
AKGi = Angka kecukupan zat gizi i
Kemudian selanjutnya tiap subjek dikelompokkan menurut tingkat
kecukupan energi dan protein serta asupan lemak total dan natriumnya. Berikut
tabel pengelompokkannya.
Tabel 5 Pengelompokan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Tingkat kecukupan
Cukup (≤ 90% AKG)
energi
Lebih (> 90% AKG)
Tingkat kecukupan
Cukup (≤ 90% AKG)
protein
Lebih (> 90% AKG)
Cukup (≤ 30% total
Asupan lemak total
WNPG (2004)
energi)
Lebih (> 30% total energi)
Cukup (≤ 1500 mg)
Asupan natrium
WNPG (2012)
Lebih (> 1500 mg)
10
Status Gizi
Penentuan status gizi subjek dikategorikan berdasarkan IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan ukuran rasio lingkar pinggang panggul. Lingkar pinggang tergolong
berisiko/obese jika >90 cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita (IDF 2006 dalam
WHO 2008). Nilai RLPP dikatakan berisiko/obese jika ≥0.90 untuk pria dan
≥0.85 untuk wanita (WHO 2008).
Tabel 6 Klasifikasi IMT menurut WHO (2000) untuk Asia
Kategori
IMT (kg/m2)
Risiko morbiditas
Underweight
< 18.5
Risiko rendah (tapi risiko
masalah klinis lain
meningkat)
Normal
18.5 − 22.9
Average
Overweight:
≥ 23.0
At risk
23.0 – 24.9
Risiko meningkat
Obese I
25.0 – 29.9
Risiko sedang
Obese II
≥ 30.0
Risiko berat
(WHO 2000)
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan
multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel.
Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai
rata-rata serta frekuensi dan sebaran data. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara berbagai variabel yaitu dengan uji Chi-Square,
Spearman, dan Pearson. Setelah itu, analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui nilai faktor risiko atau Odds Ratio (OR) variabel independen terhadap
variabel dependen. Seluruh variabel independen dianalisis bersama-sama untuk
mengetahui variabel independen mana yang paling berpeluang meningkatkan atau
menghambat variabel dependen. Variabel independen merupakan seluruh variabel
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, sedangkan variabel dependen
merupakan kejadian hipertensi itu sendiri. Analisis ini menggunakan model
multiple logistic regression metode enter. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
л (x)
= peluang terjadinya hipertensi (0 = normal, 1 = hipertensi)
e
= eksponensial
β0 − β1 = koefisien regresi
x1
= umur (0 = ≤ 40 tahun, 1= > 40 tahun)
x2
= besar keluarga (0 = kecil, 1= besar)
x3
= status pernikahan (0 = menikah, 1 = tidak menikah)
x4
= tingkat pendidikan (0 = tinggi, 1= rendah)
11
x5
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12
x13
x14
x15
x16
= gaji (0 = ≥ 2 x UMR Kab.Bogor, 1 = < 2 x UMR. Kab. Bogor)
= masa kerja (0 = baru, 1= lama)
= kebiasaan minum kopi (0 = < 1 gelas/hari, 1= ≥ 1 gelas/hari)
= kebiasaan olahraga (0 = sering, 1= tidak sering)
= kebiasaan makan makanan asin dan awetan (0 = tidak
sering,1= sering)
= frekuensi penambahan bumbu ketika makan (0 = tidak
sering, 1= sering)
= kebiasaan makan makanan berlemak (0 = tidak sering,
1= sering)
= asupan lemak total (0 = cukup, 1 = lebih)
= asupan natrium (0 = cukup, 1= lebih)
= IMT (0 = normal, 1 = obese)
= RLPP (0 = normal, 1 = obese)
= riwayat hipertensi keluarga (0 = tidak ada, 1= ada)
Definisi Operasional
Subjek adalah pekerja wanita usia 30-50 tahun yang bekerja di PT. Citra Abadi
Sejati.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Umur adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihitung dari tahun
kelahiran hingga tahun saat penelitian dilakukan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan sumber perolehan makanan yang sama.
Status pernikahan adalah status responden dalam pernikahan meliputi menikah,
belum menikah, cerai hidup dan cerai mati.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh
oleh subjek.
Gaji adalah jumlah upah yang diterima subjek per bulannya.
Masa kerja adalah lamanya subjek bekerja di pabrik tersebut terhitung dari mulai
masuk bekerja hingga tanggal penelitian, dinyatakan dalam tahun.
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan subjek merokok yang meliputi status
merokok subjek, jumlah rokok yang dihisap per hari dan lama merokok.
Subjek dikatakan terbiasa jika minimal merokok satu kali/satu batang rokok
dalam sehari.
Kebiasaan minum alkohol adalah kebiasaan minum alkohol yang meliputi status
minum alkohol, jumlah alkohol yang dikonsumsi per minggu dan jenis
alkohol yang dikonsumsi. Subjek dikatakan terbiasa jika subjek minum
minuman beralkohol minimal satu kali dalam seminggu.
Kebiasaan minum kopi adalah kebiasaan minum kopi subjek yang meliputi
status minum kopi subjek, jumlah kopi per gelas yang diminum sehari, jenis
kopi yang diminum, pertama kali minum kopi dan manfaat minum kopi.
Subjek dikatakan terbiasa jika minimal minum kopi satu kali dalam sehari.
Kebiasaan olahraga adalah kebiasaan olahraga subjek yang meliputi status
kebiasaan olahraga, jenis olahraga, durasi, dan frekuensi olahraga dalam
12
seminggu. Subjek dikatakan terbiasa jika minimal melakukan olahraga satu
kali dalam seminggu.
Durasi olahraga adalah rata-rata lamanya subjek melakukan olahraga dalam
seminggu dalam satuan menit. Jika ada beberapa jenis olahraga yang
dilakukan dalam seminggu maka durasinya dijumlahkan.
Frekuensi olahraga adalah seberapa sering subjek melakukan olahraga dalam
seminggu dalam satuan kali/minggu. Jika ada beberapa jenis olahraga yang
dilakukan dalam seminggu maka frekuensinya dijumlahkan.
Kebiasaan makan makanan berisiko adalah frekuensi makan makanan asin,
awetan, dan makanan berlemak dalam seminggu.
Penggunaan bumbu-bumbu adalah frekuensi serta jumlah penambahan bumbubumbu yang mengandung natrium ketika memasak (garam, kecap manis,
kecap asin, kaldu instan, vetsin, terasi, dan saus sambal/tomat; serta ketika
makan (garam, kecap manis, kecap asin, dan saus sambal/tomat).
Kecukupan zat gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, lemak dan
natrium yang sebaiknya dipenuhi oleh subjek berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi.
Status gizi adalah keadaan tubuh subjek berdasarkan IMT yang dibedakan
menjadi underweight, normal, overweight dan obese 1, dan obese II
Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah hasil pembagian antara lingkar
pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm).
Riwayat penyakit dahulu adalah ada tidaknya sejumlah penyakit yang pernah
diderita, pernah didiagnosis, telah sembuh, atau masih dalam masa
perawatan yang berhubungan dengan hipertensi, kolesterol, dan penyakit
jantung.
Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya keluarga subjek yang
pernah/sedang menderita diabetes, hipertensi, kolesterol dan penyakit
jantung.
Faktor risiko hipertensi adalah peubah yang diduga mempengaruhi status
hipertensi melalui analisis statistik. Faktor risiko yang hipertensi yang
dianalisis adalah karakteristik subjek, gaya hidup, tingkat kecukupan energi
dan zat gizi, status gizi, dan riwayat hipertensi keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian Hipertensi
Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan dinding pembuluh darah saat
dipompa dari jantung menuju ke seluruh jaringan tubuh. Di dalam tubuh manusia,
tekanan darah dibedakan menjadi dua bagian, yakni tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik menunjukkan besarnya tekanan
pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berkontraksi (jantung berdenyut).
Dengan kata lain, tekanan darah sistolik adalah besarnya tekanan tertinggi (saat
jantung berkontraksi) pada pembuluh darah pada saat waktu tertentu, yaitu saat
darah dipompa dari ventrikel kiri. Tekanan darah diastolik menunjukkan besarnya
13
tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat otot jantung rileks di antara dua
denyutan (Purwati et.al 2002).
Berdasarkan tekanan darah sistolik terdapat 11.9% subjek yang mengalami
hipertensi tingkat 1 dan 5.1% yang mengalami hipertensi tingkat 2. Rata-rata
tekanan darah sistolik subjek yaitu 122.05±18.71 mmHg yang artinya proporsi
terbesar subjek berada pada kategori normal untuk tekanan darah sistoliknya
(54.2%) (Tabel 7). Tekanan darah sistolik subjek berkisar antara 90−171 mmHg.
Jika berdasarkan tekanan darah diastolik terdapat 8.5% yang mengalami
hipertensi tingkat 1 dan 11.9% yang hipertensi tingkat 2. Rata-rata tekanan darah
diastoliknya 81.02±12.37 mmHg dengan kisaran 73−110 mmHg (Tabel 7).
Tekanan darah sistolik umumnya menunjukkan angka yang lebih besar
dibandingkan angka diastoliknya.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi
Variabel
n
Sistolik
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Total
Diastolik
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Total
%
32
17
7
3
59
54.2
28.8
11.9
5.1
100
30
17
5
7
59
50.8
28.8
8.5
11.9
100
Subjek dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik dan diastoliknya
dan/atau melebihi batas normal. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat
bahwa besarnya prevalensi hipertensi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu
sebesar 22.1% dimana 6.8% termasuk hipertensi tingkat 1 dan 15.3 persennya
termasuk hipertensi tingkat 2 (Gambar 2). Proporsi prehipertensi cukup besar
yaitu sebesar 37.3%. Hal ini perlu diwaspadai karena berisiko menjadi hipertensi
seiring dengan meningkatnya faktor risiko (Syofyarti 2013).
Gambar 2 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi
14
Karakteristik Subjek
Menurut UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan
bahwa pekerja dewasa jika berumur 18 tahun ke atas. Kisaran umur subjek antara
29 hingga 48 tahun dengan rata-rata umur 41.31±4.52 tahun (Tabel 7). Walaupun
penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tekanan darah tinggi biasanya terjadi
pada usia lebih tua. Pada usia antara 30−65 tahun, tekanan sistolik meningkat ratarata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun (Casey et al.
2006). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata umur subjek tergolong pada
kelompok umur yang rentan terhadap hipertensi (30−50 tahun). Sebagian besar
subjek berumur lebih dari 40 tahun (62.7%).
Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi
saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan
pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin 2006).
Faktor lain seperti status pernikahan dan besar keluarga merupakan faktor lain
yang dapat memicu stres terutama pada wanita. Semakin banyak anggota keluarga
maka diduga memicu stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang
anggotanya lebih sedikit. Seperti halnya besar keluarga, status pernikahan pun
dapat mempengaruhi tingkat stres seseorang dan secara tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah.
Kisaran besar keluarga subjek yaitu 1−7 orang. Sebagian subjek termasuk
ke dalam keluarga kecil (96.6%) dan sisanya termasuk ke dalam keluarga besar
(3.4%). Secara umum, rata-rata besar keluarga subjek adalah 3.42±1.23 orang
(Tabel 8). Sebagian besar subjek sudah menikah (83.1%), sedangkan sisanya tidak
menikah (16.9%). Subjek yang dikategorikan tidak menikah terdiri dari subjek
yang belum menikah (11.9%) dan cerai mati (5%). Subjek yang sudah menikah
umumnya sudah berkeluarga (Tabel 8).
Tingkat pendidikan berpengaruh kepada sikap dan perilaku seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka diharapkan akan semakin luas
pengetahuan serta semakin mudah dan cepat untuk menerima berbagai informasi
dari berbagai media (Notoatmodjo 2003). Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi konsumsi pangan seseorang dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tingkat pengetahuan gizi seseorang sehingga pemilihan
pangan akan lebih baik. Proporsi terbesar subjek berada di tingkat pendidikan
yang masih rendah dimana pendidikan tertinggi hanya sampai SMA (81.4%).
Hanya sebagian kecil yang melanjutkan hingga perguruan tinggi (18.6%). Tidak
ada subjek yang tidak sekolah atau tidak tamat SD dan pendidikan tertinggi yang
ditempuh subjek hingga S1 (Tabel 8).
Pekerjaan berhubungan dengan tingkat penghasilan. Sementara itu,
penghasilan berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Menurut SK Gubernur
Nomor 561, UMR Kabupaten Bogor pada tahun 2014 yaitu Rp 2 242 240.
Kisaran gaji subjek adalah Rp 1 000 000−Rp 9 500 000 per bulan. Rata-rata
subjek memiliki gaji sebesar Rp 2 929 627 ± 1 772 787 per bulan. Lebih dari
separuh subjek (78%) masih memiliki gaji yang rendah dan sisanya tergolong
memiliki gaji yang tinggi (22%) (Tabel 8).
Masa kerja subjek yang paling baru di pabrik yaitu 5 tahun, sedangkan masa
kerja terlama subjek adalah 27 tahun. Rata-rata subjek bekerja selama 18.96±5.97
tahun. Sebagian besar subjek berada pada masa kerja ≤ 20 tahun (50.8%) dan
15
tergolong masih baru (Tabel 8). Masa kerja menunjukkan lamanya subjek
beradaptasi dengan lingkungan kerjanya dan dapat melihat tingkat stres pada
pekerja yang lebih lama bekerja dibandingkan yang baru.
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek
Karakteristik subjek
n
%
Umur
≤ 40 tahun
> 40 tahun
Total
Besar keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
Besar (> 4 orang)
Total
Status pernikahan
Menikah
Tidak menikah
Total
Tingkat pendidikan
Tinggi (SMA ke atas)
Rendah (SMA ke bawah)
Total
Gaji
Tinggi
Rendah
Total
Masa kerja
Baru
Lama
Total
22
37
59
37.3
62.7
100
51
8
59
86.4
13.6
100
49
10
59
83.1
16.9
100
11
48
59
18.6
81.4
100
13
46
59
22.0
78.0
100
30
29
59
50.9
49.1
100
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya,
dan lingkungan. Perubahan kebiasaan makan menyebabkan perubahan pada gaya
hidup. Hal ini juga berarti bahwa gaya hidup dapat menentukan bentuk pola
konsumsi pangan. Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau
sekelompok orang dan akan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya
yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989).
Kebiasaan merokok
Pengujian tekanan darah pada seorang perokok ditemukan bahwa dalam
waktu lima menit pengisapan, tekanan sistolik subjek meningkat secara dramatis,
rata-rata lebih dari 20 mmHg, sebelum secara bertahap menurun ke tingkat asli
tekanan darah mereka setelah 30 menit. Hal ini berarti tekanan darah perokok
melonjak berkali-kali sepanjang hari. Peningkatan ini terjadi karena nikotin yang
16
dapat menyempitkan pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah
(Casey et al. 2006). Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
epinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat sehingga menyebabkan jantung
berdebar lebih cepat dan pembuluh darah berkontraksi atau menyempit (Bangun
2008).
Kelompok orang yang merokok dengan jumlah >20 batang setiap hari
memiliki risiko 1,14 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan subjek yang
merokok < 10 batang per hari (Martini dan Hendarti 2003). Kebiasaan merokok
juga dapat meningkatkan risiko prehipertensi lebih besar 1.787 kali (95% CI:
1.667−1.916) dibandingkan dengan yang tidak merokok di Sumatera Barat
(Rachmawati et al. 2009).
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok
n
Tidak pernah
57
Pernah merokok
1
Ya
1
Total
59
%
96.6
1.7
1.7
100
Tabel 9 menunjukkan bahwa subjek yang terbiasa merokok hingga sekarang
hanya 1 orang (1.7%), sisanya merupakan mantan perokok (1.7%) dan tidak
pernah merokok hingga sekarang (96.6%). Hal ini dikarenakan masih ada
anggapan tabu bagi wanita untuk merokok, karena umumnya rokok identik
dengan laki-laki.
Kebiasaan minum minuman beralkohol
Keseluruhan subjek tidak ada yang memiliki kebiasaan minum minuman
beralkohol dan tidak ada yang memiliki riwayat minum alkohol sebelumnya
(Tabel 10). Hal ini dapat diduga karena perempuan masih dianggap tabu apabila
mengonsumsi alkohol.
Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan minum minuman beralkohol
Kebiasaan minum minuman beralkohol
n
%
Tidak
59
100
Ya
0
0
Total
59
100
Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi corticotropin releasing hormone (CRH) yang berujung pada
peningkatan tekanan darah (Irza 2009). Jika dibandingkan dengan orang yang
bukan peminum alkohol, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
tingginya tekanan darah. Sebesar 5−7% penyebab hipertensi pada suatu populasi
adalah dikarenakan konsumsi alkohol (Appel et.al 2006 dalam Krummel 2004).
Konsumsi alkohol 3 kali per hari dapat menjadi pencetus meningkatnya tekanan
darah dan berhubungan dengan peningkatan 3 mmHg tekanan darah sistolik
seseorang (Krummel 2004).
17
Kebiasaan minum kopi
Kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan debar jantung dan
naiknya tekanan darah. Kafein merupakan salah satu zat yang terdapat dalam kopi
yang meningkatkan pelepasan hormon norepinefrin yang akan menyebabkan
vasokontriksi dan membatasi aliran darah (Wijayakusuma dan Dalimartha 2005).
Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebanyak 30.5% subjek terbiasa
minum kopi dalam sehari. Dari jumlah tersebut rata-rata subjek mengonsumsi
kopi sebanyak 0.97±0.32 gelas per harinya dan tidak ada subjek yang
mengonsumsi lebih dari 2 gelas per hari. (Tabel 11). Berdasarkan penelitian
Zhang et al. (2011) risiko hipertensi meningkat sampai konsumsi kopi 3
cangkir/hari (1 cangkir = 237 ml) dan kemudian akan sedikit menurun pada
jumlah konsumsi yang lebih tinggi.
Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan minum kopi
Variabel
n
Kebiasaan minum kopi
Ya
18
Tidak
41
Total
59
Jumlah kopi yang dikonsumsi
< 1 gelas/hari
44
≥ 1 gelas/hari
15
Total
59
Pertama kali minum kopi
Tidak minum kopi
41
≤ 1 tahun yang lalu
4
2−5 tahun yang lalu
6
>5 tahun yang lalu
8
Total
59
Manfaat minum kopi
Tidak tahu/tidak jawab
41
Menghilangkan kantuk
7
Menambah semangat
4
Menghilangkan pusing
2
Lain-lain
5
Total
59
*gelas = ukuran 200ml
%
30.5
69.5
100
74.6
25.4
100
69.4
6.8
10.2
13.6
100
69.5
11.9
6.8
3.4
8.5
100
Jenis kopi yang umum diminum oleh subjek yaitu kopi instan dan kopi
hitam bubuk. Berdasarkan penelitian Wahyuni (2013), kopi hitam bubuk adalah
kopi yang tidak mudah larut jika diseduh dengan air panas dan meninggalkan sisa
ampas kopi, sedangkan kopi instan adalah kopi yang bersifat mudah larut
(soluble) jika diseduh dengan air panas tanpa meninggalkan sisa ampas kopi.
Berdasarkan penuturan subjek, jenis kopi yang sering dikonsumsi subjek yaitu
kopi instan (34.5%) dengan merek Good Day, Luwak White Coffee, Nescafe, dan
ABC Susu. Namun tidak jarang subjek yang mengonsumsi kopi hitam bubuk
(65.5%) dengan merek Cap Liong, Cap Singa, dan Kapal Api. Kopi kemasan yang
dikonsumsi subjek per hari umumnya 1 sachet/1 gelas tanpa tambahan gula.
18
Untuk kopi hitam bubuk, subjek mengonsumsi rata-rata mengonsumsi sebanyak 1
sendok makan (sdm) kopi dengan tambahan gula 1 sdm untuk 1 gelas.
Kandungan kafein dalam kopi murni (250 ml) adalah 150-240 mg,
sedangkan untuk kopi instan 250 ml adalah 80-120 mg (ADF 2011). Asupan
tinggi kafein yaitu sekitar ≥400 mg per hari (Kovacs 2011). Jumlah ini setara
dengan 2-3 gelas kopi (200ml) untuk kopi murni dan 4-6 gelas kopi (200ml)
untuk kopi instan.
Sebagian besar subjek yang memiliki kebiasaan minum kopi mengaku
bahwa pertama kali minum kopi yaitu lebih dari 5 tahun yang lalu. Ada subjek
yang mengaku sudah terbiasa minum kopi sejak dahulu (usia muda) dan ada yang
baru terbiasa semenjak bekerja di pabrik. Masa minum kopi terlama subjek yaitu
sekitar 33 tahun, sedangkan yang terbaru sekitar 10 bulan terbiasa minum kopi.
Alasan subjek mengonsumsi kopi karena dirasa kopi dapat memberikan efek
sugesti yang berbeda setiap individunya. Sebagian besar subjek merasa manfaat
minum kopi yaitu untuk menghilangkan kantuk (38.9%), menambah semangat
(22.2%), serta menghilangkan pusing (11.1%). Lainnya mengatakan bahwa kopi
bermanfaat untuk menghilangkan mual, mengurangi kanker, dan membuat badan
enak (Tabel 11).
Kebiasaan olahraga
Olahraga adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan
sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani,
rohani, dan sosial (Mutohir dan Maksum 2007). Orang yang kurang aktif
berolahraga akan lebih berisiko 30-50% mengalami hipertensi dibandingkan yang
aktif. Metaanalisis menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari pengaruh
olahraga terhadap tekanan darah. Analisis pertama menunjukkan bahwa berjalan
kaki pada orang dewasa dapat mengurangi tekanan darah rata-rata sebesar 2%
(Kelley et.al 2001 dalam Krummel 2004). Analisis kedua, menunjukkan bahwa
aerobik menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 4 mmHg dan tekanan darah
diastolik 2 mmHg pada pasien dengan atau tanpa tekanan darah tinggi (Whelton et
al 2002 dalam Krummel 2004). Ketidakaktifan fisik akan meningkatkan risiko
gangguan kesehatan termasuk tekanan darah tinggi. Olahraga dapat mencegah
terbentuknya plak di arteri dengan meningkatkan High Density Lipoprotein
(HDL) dan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL). Selain itu, olahraga
dapat melindungi dinding arteri, dan menurunkan berat badan berlebih (Casey et
al. 2006).
Subjek yang memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 55.9% sedangkan yang
tidak yaitu 44.1%. Ini dapat dikatakan bahwa lebih dari separuh subjek memiliki
kebiasaan olahraga (Tabel 12). Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh
subjek yaitu jalan pagi/sore (72.7%) dan jogging (24.2%). Olahraga ini digemari
karena sangat mudah dilakukan di waktu senggang dan tidak memerlukan banyak
biaya untuk dikeluarkan. Selain itu, subjek juga ada yang terbiasa melakukan
olahraga seperti senam aerobik (18.2%), stretching (15.2%), bulutangkis (9.1%),
bersepeda (3%) dan renang (3%).
Menurut jenisnya, olahraga dibedakan menjadi olahraga aerobik dan
anaerobik. Olahraga aerobik merupakan aktivitas fisik yang dirancang untuk
meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan
19
sistem kardiovaskular (Dorland’s Medical Dictionary 2007). Olahraga aerobik
dengan durasi minimal 30 menit yang dilakukan dengan rutin (3 kali/minggu)
dengan intensitas ringan-sedang dapat menurunkan tekanan darah sebesar 15
mmHg (Cade et al. 1984). Olahraga yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan
cepat, jogging, renang, dansa, atau bersepeda sehingga dapat dikatakan bahwa
jenis olahraga yang sering dilakukan oleh subjek termasuk olahraga
PEKERJA GARMEN WANITA
NOER HERLINA HANUM
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Faktor Risiko
Hipertensi pada Pekerja Garmen Wanita” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Noer Herlina Hanum
NIM I14090096
*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
NOER HERLINA HANUM. Faktor Risiko Hipertensi pada Pekerja Garmen
Wanita. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan IKEU EKAYANTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko hipertensi pada
pekerja garmen wanita di PT Citra Abadi Sejati, Bogor. Desain penelitian yang
digunakan yaitu cross sectional study. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 59
orang. Data yang dikumpulkan diantaranya pengukuran tekanan darah,
karakteristik, gaya hidup, asupan gizi, status gizi, serta riwayat hipertensi
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang
ditemukan sebesar 22.1%. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, terdapat hubungan
yang signifikan antara frekuensi penambahan bumbu ketika makan, Indeks Massa
Tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) dengan hipertensi
(p 3 cangkir per hari (OR 0.54 95% CI:
0.31−0.92).
Banyak penelitian mengenai faktor risiko hipertensi namun masih sedikit
yang menganalisis suatu kelompok tertentu, seperti kelompok pekerja wanita.
Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai faktor risiko hipertensi di
kelompok pekerja wanita pabrik garmen. PT. Citra Abadi Sejati merupakan salah
satu pabrik garmen dimana jumlah pekerja wanitanya cukup besar dan terbagibagi ke dalam berbagai lini pekerjaan.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui berbagai faktor risiko
hipertensi pada pekerja wanita di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kejadian hipertensi
2. Mengidentifikasi karakteristik pekerja wanita, meliputi: umur, besar
keluarga, status pernikahan, tingkat pendidikan, gaji dan masa kerja.
3. Mengidentifikasi gaya hidup, meliputi: kebiasaan merokok, kebiasaan
minum minuman beralkohol, kebiasaan minum kopi, kebiasaan olahraga,
serta kebiasaan makan yang berkaitan dengan risiko hipertensi.
4. Mengidentifikasi asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, dan natrium)
5. Mengidentifikasi status gizi serta riwayat kesehatan, meliputi riwayat
penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga.
6. Menganalisis faktor risiko hipertensi.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu dapat memberikan sejumlah informasi
mengenai faktor risiko hipertensi bagi pekerja wanita. Informasi ini dapat berguna
untuk PT. Citra Abadi Sejati dalam upaya peningkatan kesehatan dan gizi pekerja
wanita sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang
dapat memicu hipertensi dan yang dapat menghambatnya sehingga dapat menjadi
saran untuk pembentukan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
diupayakan agar kemunculan kejadian hipertensi pada pekerja wanita dapat
diminimalkan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Rutinitas pekerjaan di industri khususnya yang mempekerjakan wanita tidak
jarang membawa dampak bagi pekerjanya. Jam kerja yang panjang demi
mencapai target produksi, upah yang minim dibandingkan pekerja laki-laki,
kurangnya jam istirahat serta tidak ditunjang dengan penyediaan kebutuhan akan
asupan gizi yang memadai dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan
berpengaruh pada gangguan kesehatan pekerjanya. Salah satu gangguan kesehatan
yang dialami yaitu hipertensi.
Penyebab hipertensi belum dapat diketahui secara pasti dan tidak bersumber
dari satu penyebab yang tunggal. Adanya gangguan pada organ tubuh lainnya
seperti ginjal, jantung maupun pembuluh darah diduga dapat menimbulkan risiko
hipertensi. Selain itu, faktor keturunan/genetik, ras, kelainan hormonal,
4
penggunaan obat tertentu, dan intoleransi glukosa diduga pula memiliki kontribusi
dalam timbulnya kejadian hipertensi.
Perilaku tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas gerak, obesitas,
konsumsi alkohol, hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, stres dan konsumsi garam
berlebih sangat erat berhubungan dengan kejadian hipertensi yang dapat diubah.
Selain itu, semakin tua umur seseorang maka akan lebih berisiko mengalami
hipertensi. Masa kerja juga dapat dihubungkan dengan kejadian hipertensi. Hal ini
dapat menjelaskan apakah pekerja yang sudah lama bekerja disana lebih besar
risiko mengalami hipertensi atau tidak. Selain itu umumnya besaran gaji juga
mempengaruhi pola konsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi
konsumsinya. Besar keluarga dan status pernikahan kemungkinan mempengaruhi
kejadian hipertensi. Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Riwayat Kesehatan
-Riwayat penyakit dahulu
-Riwayat penyakit keluarga
(ayah dan ibu)
Karakteristik Subyek dan
Keluarga
-Umur
-Besar keluarga
-Status pernikahan
-Tingkat pendidikan
-Gaji
-Masa kerja
Status Gizi
-IMT
-RLPP
Hipertensi
Gaya Hidup
-Kebiasaan merokok
-Kebiasaan minum kopi
-Kebiasaan minum alkohol
-Kebiasaan olahraga
-Kebiasaan konsumsi makanan
berisiko (makanan asin, awetan,
makanan berlemak)
Keterangan :
Asupan Energi dan
Zat Gizi
-Protein
-Lemak
-Natrium
Faktor lain
-Stres
-Gangguan organ lain : ginjal, jantung,
dan pembuluh darah
-Ras
-Hiperkolesterolemia
-Intoleransi glukosa
-Penggunaan obat-obatan tertentu
-Kelainan hormonal
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko hipertensi pada pekerja wanita
di pabrik garmen kota Bogor
5
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian
dilakukan di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati yang berlokasi di
Kedunghalang, Bogor. Penelitian ini merupakan baseline data penelitian
mengenai “Efikasi Suplementasi Vitamin D, Kalsium dan Susu terhadap
Perbaikan Serum 25(OH) dan Sindrom Metabolik Pekerja Wanita Usia Subur”
(Briawan et al. 2013). Penelitian dilakukan pada bulan September 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja berusia 30−50 tahun
yang bekerja di pabrik garmen PT. Citra Abadi Sejati. Subjek penelitian dipilih
secara acak dengan kriteria inklusi: 1) tidak sedang hamil atau menyusui; 2) tidak
mengalami cacat fisik; 3) bersedia berpartisipasi dan menandatangani formulir
persetujuan etik. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebesar 59 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dimana peneliti terlibat dalam pengumpulan data. Data sekunder tersebut
mencakup karakteristik subjek (umur, besar keluarga, status pernikahan, tingkat
pendidikan, gaji, dan masa kerja), gaya hidup (kebiasaan merokok, kebiasaan
minum kopi, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan makan
makanan berisiko), asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, dan natrium),
riwayat kesehatan (riwayat penyakit subjek dan keluarga), status gizi (IMT dan
RLPP), serta tekanan darah.
Pengumpulan data karakteristik subjek, riwayat kesehatan, kebiasaan
merokok, minum kopi, dan alkohol diperoleh dari kuesioner yang mengacu pada
WHO STEPS Instrument for Chronic Disease Risk Factor Surveillance.
Kebiasaan makan makanan berisiko dikumpulkan dengan semi-quantitave food
frequency questionnaire (FFQ) dengan data makanan yang dikonsumsi selama
sebulan terakhir. Kuesioner yang digunakan dalam menilai bumbu-bumbu diacu
dari WHO STEPS Dietary Salt Module. Data asupan energi, protein, lemak, dan
natrium dikumpulkan dengan 2x 24 hours food recall. Data antropometri
dikumpulkan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan
lingkar panggul. Kebiasaan olahraga subjek diambil dari sebagian data aktivitas
fisik seminggu terakhir.
6
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Tekanan darah
Karakteristik
subjek
Gaya hidup
Asupan gizi
Antropometri
Riwayat
kesehatan
Jenis data
Sistolik dan diastolik
Umur
Besar keluarga
Status pernikahan
Tingkat pendidikan
Gaji
Masa kerja
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum minuman
beralkohol
Kebiasaan minum kopi
Kebiasaan olahraga
Kebiasaan makan makanan berisiko
(makanan asin dan awetan, bumbubumbu serta makanan berlemak)
Asupan energi dan zat gizi (protein,
lemak, natrium)
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar pinggang dan lingkar
panggul
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Cara pengumpulan
data
Pengukuran
tekanan darah
dengan alat
pengukur tekanan
darah digital pada
lengan atas.
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Wawancara
menggunakan
kuesioner dan FFQ
Food recall 2x 24
jam
Pemeriksaan fisik
Wawancara
menggunakan
kuesioner
Berat badan pekerja diukur dengan menggunakan timbangan injak yang
telah dikalibrasi dengan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Lingkar pinggang dan
panggul diukur dengan menggunakan pita pengukur dengan ketelitian 0.1 cm.
Pengukuran dilakukan dengan posisi subjek berdiri nyaman dengan berat badan
tersebar merata dan jarak antara kedua kaki 25-30 cm. Pita ditarik secukupnya
agar tidak menekan jaringan lunak dengan posisi pita berada di antara ujung
bawah tulang rusuk dan puncak tulang iliac (panggul).
Pengumpulan data tekanan darah dilakukan oleh paramedis. Tekanan darah
diukur menggunakan OMRON automatic blood pressure monitor Sem 1 model
setelah sebelumnya subjek diistirahatkan selama 5 menit.
7
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, pemasukan data,
pengeditan kembali, penyusunan variabel, dan pengolahan data. Pengolahan dan
analisis data dilakukan dengan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS
(Statistical Progrrame for Social Science) version 16 for Windows.
Tekanan Darah
Data hasil pemeriksaan tekanan darah (TD) yang dikumpulkan kemudian
dibandingkan dengan batas normal tekanan darah bagi dewasa. Tekanan darah
dikategorikan berdasarkan Joint National Commitee VII (2004) menjadi 4
kategori. Secara umum subjek dinyatakan hipertensi apabila tekanan darah
≥140/90 mmHg. Subjek digolongkan hipertensi jika tekanan darah sistolik atau
tekanan darah diastoliknya tergolong hipertensi maupun kedua-duanya. Berikut
disajikan tabel penggolongan hipertensi tersebut.
Penggolongan
Hipertensi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
(JNC VII 2004)
Tabel 2 Penggolongan hipertensi
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
4 orang)
Menikah
Status pernikahan
Tidak menikah
Tinggi (SMA ke atas)
Tingkat pendidikan
Rendah (SMA ke bawah)
Tinggi
(≥ Rp 4 484 480)
Gaji
Rendah
( 20 tahun)
Sumber pustaka
modifikasi dari
Hurlock (1998)
2 x UMR
Kabupaten Bogor
2014
modifikasi dari
Patil (2009)
8
Gaya hidup
Variabel gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, minum kopi, minum
alkohol, olahraga, dan kebiasaan makan makanan berisiko. Berikut tabel
pengelompokkan gaya hidup subjek.
Tabel 4 Pengelompokan gaya hidup subjek
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Jumlah kopi yang
< 1 gelas/hari
dikonsumsi
≥ 1 gelas/hari
Sering (≥ 3 kali/minggu)
Cade et al.
Frekuensi olahraga
Tidak sering
(1984)
(< 3 kali/minggu)
Cade et al.
Rendah (< 30 menit)
Durasi olahraga
(1984)
Tinggi (≥ 30 menit)
Kebiasaan makan
Tidak sering
makanan asin dan
(< 7 kali/minggu)
awetan
Sering (≥ 7 kali/minggu)
Tidak sering
Frekuensi penambahan
(≤ 2 kali/minggu)
bumbu ketika makan
Sering (> 2 kali/minggu)
Tidak sering
Kebiasaan makan
(< 7 kali/minggu)
makanan berlemak
Sering (≥ 7 kali/minggu)
Konsumsi pangan untuk kebiasaan makan makanan asin dan awetan serta
makanan berlemak diolah menjadi frekuensi (kali/minggu) dan jumlah konsumsi
(gram/minggu). Frekuensi dihitung dengan menjumlahkan frekuensi dari
kelompok makanan yang dikonsumsi seluruh subjek per minggunya kemudian
dibagi dengan jumlah subjek. Hal yang sama dilakukan untuk mendapatkan
jumlah konsumsinya sehingga didapatkan jenis-jenis makanan yang paling sering
dan paling banyak dikonsumsi seluruh subjek dalam seminggu. Untuk menilai
kebiasaan makan makanan asin dan awetan setiap subjek maka dijumlahkan
frekuensi dari kelompok makanan yang dikonsumsi subjek per minggunya
kemudian dikelompokkan menjadi sering dan tidak sering.
Asupan energi dan zat gizi
Data jumlah pangan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam satuan energi
(kkal), protein (g), lemak (g) dan natrium (mg) dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan Indonesia (DKBM) 2010, Tabel Komposisi Pangan
Indonesia (TKPI) dan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Singapura.
Selain itu digunakan Penuntun Diet dan label pangan produk untuk melihat
berbagai kandungan natrium dalam berbagai pangan olahan. Kandungan zat gizi
makanan yang dikonsumsi dihitung menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan
Briawan 1994):
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
9
Keterangan :
KGij
= Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B gram
Bj
= Berat bahan pangan j (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi i dalam 100 gram bahan pangan j
BDDj = % bahan pangan j yang dapat dimakan (%BDD)
Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi subjek yang dikoreksi
dengan berat badan aktual sehat (dari setiap kelompok usia) digunakan rumus
sebagai berikut dimana:
AKGi = Angka kecukupan energi dan zat gizi
Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan standar yang tercantum dalam AKG
AKG =Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012
AKGi = (Ba/Bs) x AKG
Rumus di atas hanya diberlakukan pada subjek dengan status gizi normal
sedangkan untuk subjek dengan status gizi kurang, overweight dan obese
menggunakan koreksi berat badan ideal menurut tinggi badan.
Setelah didapatkan zat-zat gizi dari sejumlah pangan yang dikonsumsi
subjek, maka selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi (% AKG)
dengan membandingkan kandungan zat gizi semua makanan yang dikonsumsi
oleh pekerja wanita selama sehari dengan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2012
dalam persen. Tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):
TKGi = (Ki/AKGi) x 100%
Keterangan ;
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki
= Konsumsi zat gizi i
AKGi = Angka kecukupan zat gizi i
Kemudian selanjutnya tiap subjek dikelompokkan menurut tingkat
kecukupan energi dan protein serta asupan lemak total dan natriumnya. Berikut
tabel pengelompokkannya.
Tabel 5 Pengelompokan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi
Variabel
Kelompok
Sumber pustaka
Tingkat kecukupan
Cukup (≤ 90% AKG)
energi
Lebih (> 90% AKG)
Tingkat kecukupan
Cukup (≤ 90% AKG)
protein
Lebih (> 90% AKG)
Cukup (≤ 30% total
Asupan lemak total
WNPG (2004)
energi)
Lebih (> 30% total energi)
Cukup (≤ 1500 mg)
Asupan natrium
WNPG (2012)
Lebih (> 1500 mg)
10
Status Gizi
Penentuan status gizi subjek dikategorikan berdasarkan IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan ukuran rasio lingkar pinggang panggul. Lingkar pinggang tergolong
berisiko/obese jika >90 cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita (IDF 2006 dalam
WHO 2008). Nilai RLPP dikatakan berisiko/obese jika ≥0.90 untuk pria dan
≥0.85 untuk wanita (WHO 2008).
Tabel 6 Klasifikasi IMT menurut WHO (2000) untuk Asia
Kategori
IMT (kg/m2)
Risiko morbiditas
Underweight
< 18.5
Risiko rendah (tapi risiko
masalah klinis lain
meningkat)
Normal
18.5 − 22.9
Average
Overweight:
≥ 23.0
At risk
23.0 – 24.9
Risiko meningkat
Obese I
25.0 – 29.9
Risiko sedang
Obese II
≥ 30.0
Risiko berat
(WHO 2000)
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan
multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel.
Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai
rata-rata serta frekuensi dan sebaran data. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara berbagai variabel yaitu dengan uji Chi-Square,
Spearman, dan Pearson. Setelah itu, analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui nilai faktor risiko atau Odds Ratio (OR) variabel independen terhadap
variabel dependen. Seluruh variabel independen dianalisis bersama-sama untuk
mengetahui variabel independen mana yang paling berpeluang meningkatkan atau
menghambat variabel dependen. Variabel independen merupakan seluruh variabel
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, sedangkan variabel dependen
merupakan kejadian hipertensi itu sendiri. Analisis ini menggunakan model
multiple logistic regression metode enter. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
л (x)
= peluang terjadinya hipertensi (0 = normal, 1 = hipertensi)
e
= eksponensial
β0 − β1 = koefisien regresi
x1
= umur (0 = ≤ 40 tahun, 1= > 40 tahun)
x2
= besar keluarga (0 = kecil, 1= besar)
x3
= status pernikahan (0 = menikah, 1 = tidak menikah)
x4
= tingkat pendidikan (0 = tinggi, 1= rendah)
11
x5
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12
x13
x14
x15
x16
= gaji (0 = ≥ 2 x UMR Kab.Bogor, 1 = < 2 x UMR. Kab. Bogor)
= masa kerja (0 = baru, 1= lama)
= kebiasaan minum kopi (0 = < 1 gelas/hari, 1= ≥ 1 gelas/hari)
= kebiasaan olahraga (0 = sering, 1= tidak sering)
= kebiasaan makan makanan asin dan awetan (0 = tidak
sering,1= sering)
= frekuensi penambahan bumbu ketika makan (0 = tidak
sering, 1= sering)
= kebiasaan makan makanan berlemak (0 = tidak sering,
1= sering)
= asupan lemak total (0 = cukup, 1 = lebih)
= asupan natrium (0 = cukup, 1= lebih)
= IMT (0 = normal, 1 = obese)
= RLPP (0 = normal, 1 = obese)
= riwayat hipertensi keluarga (0 = tidak ada, 1= ada)
Definisi Operasional
Subjek adalah pekerja wanita usia 30-50 tahun yang bekerja di PT. Citra Abadi
Sejati.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Umur adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihitung dari tahun
kelahiran hingga tahun saat penelitian dilakukan.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dengan sumber perolehan makanan yang sama.
Status pernikahan adalah status responden dalam pernikahan meliputi menikah,
belum menikah, cerai hidup dan cerai mati.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh
oleh subjek.
Gaji adalah jumlah upah yang diterima subjek per bulannya.
Masa kerja adalah lamanya subjek bekerja di pabrik tersebut terhitung dari mulai
masuk bekerja hingga tanggal penelitian, dinyatakan dalam tahun.
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan subjek merokok yang meliputi status
merokok subjek, jumlah rokok yang dihisap per hari dan lama merokok.
Subjek dikatakan terbiasa jika minimal merokok satu kali/satu batang rokok
dalam sehari.
Kebiasaan minum alkohol adalah kebiasaan minum alkohol yang meliputi status
minum alkohol, jumlah alkohol yang dikonsumsi per minggu dan jenis
alkohol yang dikonsumsi. Subjek dikatakan terbiasa jika subjek minum
minuman beralkohol minimal satu kali dalam seminggu.
Kebiasaan minum kopi adalah kebiasaan minum kopi subjek yang meliputi
status minum kopi subjek, jumlah kopi per gelas yang diminum sehari, jenis
kopi yang diminum, pertama kali minum kopi dan manfaat minum kopi.
Subjek dikatakan terbiasa jika minimal minum kopi satu kali dalam sehari.
Kebiasaan olahraga adalah kebiasaan olahraga subjek yang meliputi status
kebiasaan olahraga, jenis olahraga, durasi, dan frekuensi olahraga dalam
12
seminggu. Subjek dikatakan terbiasa jika minimal melakukan olahraga satu
kali dalam seminggu.
Durasi olahraga adalah rata-rata lamanya subjek melakukan olahraga dalam
seminggu dalam satuan menit. Jika ada beberapa jenis olahraga yang
dilakukan dalam seminggu maka durasinya dijumlahkan.
Frekuensi olahraga adalah seberapa sering subjek melakukan olahraga dalam
seminggu dalam satuan kali/minggu. Jika ada beberapa jenis olahraga yang
dilakukan dalam seminggu maka frekuensinya dijumlahkan.
Kebiasaan makan makanan berisiko adalah frekuensi makan makanan asin,
awetan, dan makanan berlemak dalam seminggu.
Penggunaan bumbu-bumbu adalah frekuensi serta jumlah penambahan bumbubumbu yang mengandung natrium ketika memasak (garam, kecap manis,
kecap asin, kaldu instan, vetsin, terasi, dan saus sambal/tomat; serta ketika
makan (garam, kecap manis, kecap asin, dan saus sambal/tomat).
Kecukupan zat gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, lemak dan
natrium yang sebaiknya dipenuhi oleh subjek berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi.
Status gizi adalah keadaan tubuh subjek berdasarkan IMT yang dibedakan
menjadi underweight, normal, overweight dan obese 1, dan obese II
Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah hasil pembagian antara lingkar
pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm).
Riwayat penyakit dahulu adalah ada tidaknya sejumlah penyakit yang pernah
diderita, pernah didiagnosis, telah sembuh, atau masih dalam masa
perawatan yang berhubungan dengan hipertensi, kolesterol, dan penyakit
jantung.
Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya keluarga subjek yang
pernah/sedang menderita diabetes, hipertensi, kolesterol dan penyakit
jantung.
Faktor risiko hipertensi adalah peubah yang diduga mempengaruhi status
hipertensi melalui analisis statistik. Faktor risiko yang hipertensi yang
dianalisis adalah karakteristik subjek, gaya hidup, tingkat kecukupan energi
dan zat gizi, status gizi, dan riwayat hipertensi keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian Hipertensi
Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan dinding pembuluh darah saat
dipompa dari jantung menuju ke seluruh jaringan tubuh. Di dalam tubuh manusia,
tekanan darah dibedakan menjadi dua bagian, yakni tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik menunjukkan besarnya tekanan
pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berkontraksi (jantung berdenyut).
Dengan kata lain, tekanan darah sistolik adalah besarnya tekanan tertinggi (saat
jantung berkontraksi) pada pembuluh darah pada saat waktu tertentu, yaitu saat
darah dipompa dari ventrikel kiri. Tekanan darah diastolik menunjukkan besarnya
13
tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat otot jantung rileks di antara dua
denyutan (Purwati et.al 2002).
Berdasarkan tekanan darah sistolik terdapat 11.9% subjek yang mengalami
hipertensi tingkat 1 dan 5.1% yang mengalami hipertensi tingkat 2. Rata-rata
tekanan darah sistolik subjek yaitu 122.05±18.71 mmHg yang artinya proporsi
terbesar subjek berada pada kategori normal untuk tekanan darah sistoliknya
(54.2%) (Tabel 7). Tekanan darah sistolik subjek berkisar antara 90−171 mmHg.
Jika berdasarkan tekanan darah diastolik terdapat 8.5% yang mengalami
hipertensi tingkat 1 dan 11.9% yang hipertensi tingkat 2. Rata-rata tekanan darah
diastoliknya 81.02±12.37 mmHg dengan kisaran 73−110 mmHg (Tabel 7).
Tekanan darah sistolik umumnya menunjukkan angka yang lebih besar
dibandingkan angka diastoliknya.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi
Variabel
n
Sistolik
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Total
Diastolik
Normal
Prehipertensi
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Total
%
32
17
7
3
59
54.2
28.8
11.9
5.1
100
30
17
5
7
59
50.8
28.8
8.5
11.9
100
Subjek dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik dan diastoliknya
dan/atau melebihi batas normal. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat
bahwa besarnya prevalensi hipertensi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu
sebesar 22.1% dimana 6.8% termasuk hipertensi tingkat 1 dan 15.3 persennya
termasuk hipertensi tingkat 2 (Gambar 2). Proporsi prehipertensi cukup besar
yaitu sebesar 37.3%. Hal ini perlu diwaspadai karena berisiko menjadi hipertensi
seiring dengan meningkatnya faktor risiko (Syofyarti 2013).
Gambar 2 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi
14
Karakteristik Subjek
Menurut UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan
bahwa pekerja dewasa jika berumur 18 tahun ke atas. Kisaran umur subjek antara
29 hingga 48 tahun dengan rata-rata umur 41.31±4.52 tahun (Tabel 7). Walaupun
penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tekanan darah tinggi biasanya terjadi
pada usia lebih tua. Pada usia antara 30−65 tahun, tekanan sistolik meningkat ratarata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun (Casey et al.
2006). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata umur subjek tergolong pada
kelompok umur yang rentan terhadap hipertensi (30−50 tahun). Sebagian besar
subjek berumur lebih dari 40 tahun (62.7%).
Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi
saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan
pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin 2006).
Faktor lain seperti status pernikahan dan besar keluarga merupakan faktor lain
yang dapat memicu stres terutama pada wanita. Semakin banyak anggota keluarga
maka diduga memicu stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang
anggotanya lebih sedikit. Seperti halnya besar keluarga, status pernikahan pun
dapat mempengaruhi tingkat stres seseorang dan secara tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah.
Kisaran besar keluarga subjek yaitu 1−7 orang. Sebagian subjek termasuk
ke dalam keluarga kecil (96.6%) dan sisanya termasuk ke dalam keluarga besar
(3.4%). Secara umum, rata-rata besar keluarga subjek adalah 3.42±1.23 orang
(Tabel 8). Sebagian besar subjek sudah menikah (83.1%), sedangkan sisanya tidak
menikah (16.9%). Subjek yang dikategorikan tidak menikah terdiri dari subjek
yang belum menikah (11.9%) dan cerai mati (5%). Subjek yang sudah menikah
umumnya sudah berkeluarga (Tabel 8).
Tingkat pendidikan berpengaruh kepada sikap dan perilaku seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka diharapkan akan semakin luas
pengetahuan serta semakin mudah dan cepat untuk menerima berbagai informasi
dari berbagai media (Notoatmodjo 2003). Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi konsumsi pangan seseorang dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tingkat pengetahuan gizi seseorang sehingga pemilihan
pangan akan lebih baik. Proporsi terbesar subjek berada di tingkat pendidikan
yang masih rendah dimana pendidikan tertinggi hanya sampai SMA (81.4%).
Hanya sebagian kecil yang melanjutkan hingga perguruan tinggi (18.6%). Tidak
ada subjek yang tidak sekolah atau tidak tamat SD dan pendidikan tertinggi yang
ditempuh subjek hingga S1 (Tabel 8).
Pekerjaan berhubungan dengan tingkat penghasilan. Sementara itu,
penghasilan berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Menurut SK Gubernur
Nomor 561, UMR Kabupaten Bogor pada tahun 2014 yaitu Rp 2 242 240.
Kisaran gaji subjek adalah Rp 1 000 000−Rp 9 500 000 per bulan. Rata-rata
subjek memiliki gaji sebesar Rp 2 929 627 ± 1 772 787 per bulan. Lebih dari
separuh subjek (78%) masih memiliki gaji yang rendah dan sisanya tergolong
memiliki gaji yang tinggi (22%) (Tabel 8).
Masa kerja subjek yang paling baru di pabrik yaitu 5 tahun, sedangkan masa
kerja terlama subjek adalah 27 tahun. Rata-rata subjek bekerja selama 18.96±5.97
tahun. Sebagian besar subjek berada pada masa kerja ≤ 20 tahun (50.8%) dan
15
tergolong masih baru (Tabel 8). Masa kerja menunjukkan lamanya subjek
beradaptasi dengan lingkungan kerjanya dan dapat melihat tingkat stres pada
pekerja yang lebih lama bekerja dibandingkan yang baru.
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek
Karakteristik subjek
n
%
Umur
≤ 40 tahun
> 40 tahun
Total
Besar keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
Besar (> 4 orang)
Total
Status pernikahan
Menikah
Tidak menikah
Total
Tingkat pendidikan
Tinggi (SMA ke atas)
Rendah (SMA ke bawah)
Total
Gaji
Tinggi
Rendah
Total
Masa kerja
Baru
Lama
Total
22
37
59
37.3
62.7
100
51
8
59
86.4
13.6
100
49
10
59
83.1
16.9
100
11
48
59
18.6
81.4
100
13
46
59
22.0
78.0
100
30
29
59
50.9
49.1
100
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya,
dan lingkungan. Perubahan kebiasaan makan menyebabkan perubahan pada gaya
hidup. Hal ini juga berarti bahwa gaya hidup dapat menentukan bentuk pola
konsumsi pangan. Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau
sekelompok orang dan akan berdampak tertentu (positif atau negatif) khususnya
yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo 1989).
Kebiasaan merokok
Pengujian tekanan darah pada seorang perokok ditemukan bahwa dalam
waktu lima menit pengisapan, tekanan sistolik subjek meningkat secara dramatis,
rata-rata lebih dari 20 mmHg, sebelum secara bertahap menurun ke tingkat asli
tekanan darah mereka setelah 30 menit. Hal ini berarti tekanan darah perokok
melonjak berkali-kali sepanjang hari. Peningkatan ini terjadi karena nikotin yang
16
dapat menyempitkan pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah
(Casey et al. 2006). Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
epinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat sehingga menyebabkan jantung
berdebar lebih cepat dan pembuluh darah berkontraksi atau menyempit (Bangun
2008).
Kelompok orang yang merokok dengan jumlah >20 batang setiap hari
memiliki risiko 1,14 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan subjek yang
merokok < 10 batang per hari (Martini dan Hendarti 2003). Kebiasaan merokok
juga dapat meningkatkan risiko prehipertensi lebih besar 1.787 kali (95% CI:
1.667−1.916) dibandingkan dengan yang tidak merokok di Sumatera Barat
(Rachmawati et al. 2009).
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok
n
Tidak pernah
57
Pernah merokok
1
Ya
1
Total
59
%
96.6
1.7
1.7
100
Tabel 9 menunjukkan bahwa subjek yang terbiasa merokok hingga sekarang
hanya 1 orang (1.7%), sisanya merupakan mantan perokok (1.7%) dan tidak
pernah merokok hingga sekarang (96.6%). Hal ini dikarenakan masih ada
anggapan tabu bagi wanita untuk merokok, karena umumnya rokok identik
dengan laki-laki.
Kebiasaan minum minuman beralkohol
Keseluruhan subjek tidak ada yang memiliki kebiasaan minum minuman
beralkohol dan tidak ada yang memiliki riwayat minum alkohol sebelumnya
(Tabel 10). Hal ini dapat diduga karena perempuan masih dianggap tabu apabila
mengonsumsi alkohol.
Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan minum minuman beralkohol
Kebiasaan minum minuman beralkohol
n
%
Tidak
59
100
Ya
0
0
Total
59
100
Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi corticotropin releasing hormone (CRH) yang berujung pada
peningkatan tekanan darah (Irza 2009). Jika dibandingkan dengan orang yang
bukan peminum alkohol, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
tingginya tekanan darah. Sebesar 5−7% penyebab hipertensi pada suatu populasi
adalah dikarenakan konsumsi alkohol (Appel et.al 2006 dalam Krummel 2004).
Konsumsi alkohol 3 kali per hari dapat menjadi pencetus meningkatnya tekanan
darah dan berhubungan dengan peningkatan 3 mmHg tekanan darah sistolik
seseorang (Krummel 2004).
17
Kebiasaan minum kopi
Kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan debar jantung dan
naiknya tekanan darah. Kafein merupakan salah satu zat yang terdapat dalam kopi
yang meningkatkan pelepasan hormon norepinefrin yang akan menyebabkan
vasokontriksi dan membatasi aliran darah (Wijayakusuma dan Dalimartha 2005).
Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebanyak 30.5% subjek terbiasa
minum kopi dalam sehari. Dari jumlah tersebut rata-rata subjek mengonsumsi
kopi sebanyak 0.97±0.32 gelas per harinya dan tidak ada subjek yang
mengonsumsi lebih dari 2 gelas per hari. (Tabel 11). Berdasarkan penelitian
Zhang et al. (2011) risiko hipertensi meningkat sampai konsumsi kopi 3
cangkir/hari (1 cangkir = 237 ml) dan kemudian akan sedikit menurun pada
jumlah konsumsi yang lebih tinggi.
Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan minum kopi
Variabel
n
Kebiasaan minum kopi
Ya
18
Tidak
41
Total
59
Jumlah kopi yang dikonsumsi
< 1 gelas/hari
44
≥ 1 gelas/hari
15
Total
59
Pertama kali minum kopi
Tidak minum kopi
41
≤ 1 tahun yang lalu
4
2−5 tahun yang lalu
6
>5 tahun yang lalu
8
Total
59
Manfaat minum kopi
Tidak tahu/tidak jawab
41
Menghilangkan kantuk
7
Menambah semangat
4
Menghilangkan pusing
2
Lain-lain
5
Total
59
*gelas = ukuran 200ml
%
30.5
69.5
100
74.6
25.4
100
69.4
6.8
10.2
13.6
100
69.5
11.9
6.8
3.4
8.5
100
Jenis kopi yang umum diminum oleh subjek yaitu kopi instan dan kopi
hitam bubuk. Berdasarkan penelitian Wahyuni (2013), kopi hitam bubuk adalah
kopi yang tidak mudah larut jika diseduh dengan air panas dan meninggalkan sisa
ampas kopi, sedangkan kopi instan adalah kopi yang bersifat mudah larut
(soluble) jika diseduh dengan air panas tanpa meninggalkan sisa ampas kopi.
Berdasarkan penuturan subjek, jenis kopi yang sering dikonsumsi subjek yaitu
kopi instan (34.5%) dengan merek Good Day, Luwak White Coffee, Nescafe, dan
ABC Susu. Namun tidak jarang subjek yang mengonsumsi kopi hitam bubuk
(65.5%) dengan merek Cap Liong, Cap Singa, dan Kapal Api. Kopi kemasan yang
dikonsumsi subjek per hari umumnya 1 sachet/1 gelas tanpa tambahan gula.
18
Untuk kopi hitam bubuk, subjek mengonsumsi rata-rata mengonsumsi sebanyak 1
sendok makan (sdm) kopi dengan tambahan gula 1 sdm untuk 1 gelas.
Kandungan kafein dalam kopi murni (250 ml) adalah 150-240 mg,
sedangkan untuk kopi instan 250 ml adalah 80-120 mg (ADF 2011). Asupan
tinggi kafein yaitu sekitar ≥400 mg per hari (Kovacs 2011). Jumlah ini setara
dengan 2-3 gelas kopi (200ml) untuk kopi murni dan 4-6 gelas kopi (200ml)
untuk kopi instan.
Sebagian besar subjek yang memiliki kebiasaan minum kopi mengaku
bahwa pertama kali minum kopi yaitu lebih dari 5 tahun yang lalu. Ada subjek
yang mengaku sudah terbiasa minum kopi sejak dahulu (usia muda) dan ada yang
baru terbiasa semenjak bekerja di pabrik. Masa minum kopi terlama subjek yaitu
sekitar 33 tahun, sedangkan yang terbaru sekitar 10 bulan terbiasa minum kopi.
Alasan subjek mengonsumsi kopi karena dirasa kopi dapat memberikan efek
sugesti yang berbeda setiap individunya. Sebagian besar subjek merasa manfaat
minum kopi yaitu untuk menghilangkan kantuk (38.9%), menambah semangat
(22.2%), serta menghilangkan pusing (11.1%). Lainnya mengatakan bahwa kopi
bermanfaat untuk menghilangkan mual, mengurangi kanker, dan membuat badan
enak (Tabel 11).
Kebiasaan olahraga
Olahraga adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan
sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani,
rohani, dan sosial (Mutohir dan Maksum 2007). Orang yang kurang aktif
berolahraga akan lebih berisiko 30-50% mengalami hipertensi dibandingkan yang
aktif. Metaanalisis menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari pengaruh
olahraga terhadap tekanan darah. Analisis pertama menunjukkan bahwa berjalan
kaki pada orang dewasa dapat mengurangi tekanan darah rata-rata sebesar 2%
(Kelley et.al 2001 dalam Krummel 2004). Analisis kedua, menunjukkan bahwa
aerobik menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 4 mmHg dan tekanan darah
diastolik 2 mmHg pada pasien dengan atau tanpa tekanan darah tinggi (Whelton et
al 2002 dalam Krummel 2004). Ketidakaktifan fisik akan meningkatkan risiko
gangguan kesehatan termasuk tekanan darah tinggi. Olahraga dapat mencegah
terbentuknya plak di arteri dengan meningkatkan High Density Lipoprotein
(HDL) dan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL). Selain itu, olahraga
dapat melindungi dinding arteri, dan menurunkan berat badan berlebih (Casey et
al. 2006).
Subjek yang memiliki kebiasaan olahraga sebanyak 55.9% sedangkan yang
tidak yaitu 44.1%. Ini dapat dikatakan bahwa lebih dari separuh subjek memiliki
kebiasaan olahraga (Tabel 12). Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh
subjek yaitu jalan pagi/sore (72.7%) dan jogging (24.2%). Olahraga ini digemari
karena sangat mudah dilakukan di waktu senggang dan tidak memerlukan banyak
biaya untuk dikeluarkan. Selain itu, subjek juga ada yang terbiasa melakukan
olahraga seperti senam aerobik (18.2%), stretching (15.2%), bulutangkis (9.1%),
bersepeda (3%) dan renang (3%).
Menurut jenisnya, olahraga dibedakan menjadi olahraga aerobik dan
anaerobik. Olahraga aerobik merupakan aktivitas fisik yang dirancang untuk
meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan
19
sistem kardiovaskular (Dorland’s Medical Dictionary 2007). Olahraga aerobik
dengan durasi minimal 30 menit yang dilakukan dengan rutin (3 kali/minggu)
dengan intensitas ringan-sedang dapat menurunkan tekanan darah sebesar 15
mmHg (Cade et al. 1984). Olahraga yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan
cepat, jogging, renang, dansa, atau bersepeda sehingga dapat dikatakan bahwa
jenis olahraga yang sering dilakukan oleh subjek termasuk olahraga