Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI
KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN
KERJA

UZMAN HILVAN MAHANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan
Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 5 Maret 2014

Uzman Hilvan Mahani
H24100095

ABSTRAK
UZMAN HILVAN MAHANI. Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas
Kentang Melalui Analisis Beban Kerja. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, memiliki letak geografis yang sangat
mendukung terhadap pengembangan budidaya tanaman sayuran dataran tinggi.
Salah satu komoditas unggulan pada daerah ini yaitu kentang. Akan tetapi,
produksi kentang mengalami ketidakstabilan pencapaian target produksi pada
kurun waktu tujuh tahun terakhir ini. Berdasarkan permasalahan ini, terdapat daya
tarik penelitian terutama pada bidang pengelolaan sumberdaya petani. Adapun
tujuan dilakukan penelitian ini yaitu (1) menganalisis waktu kerja petani
komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja individu, (2) menganalisis
situasi problematis petani kentang, (3) menganalisis pendapat ahli mengenai
keterkaitan elemen penciptaan petani kentang berdaya saing tinggi. Hasil

penelitian ini mengindikasikan bahwa beban kerja aktivitas petani kentang pada
musim tanam lebih padat dibandingkan dengan beban kerja aktivitas petani pada
musim panen. keadaan ini memperlukan pengelolaan waktu tanam dan waktu
panen yang lebih sistematis agar tercapai kestabilan hasil produksi pertanian.
Selain itu, peran aktif antar stakeholder dalam memajukan kegiatan pertanian juga
perlu dikembangkan guna peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan.
Kata kunci : analisis beban kerja, daya saing, petani komoditas kentang

ABSTRACT
UZMAN HILVAN MAHANI. Strategy for Improving Vegetable Farmers
competitiveness In highland Potato Commodities Through The Analysis Of The
Workload. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
Karo Regency, North Sumatera, has a high geographical potential through
the development of vegetable cultivation. One of the leading commodities in this
region is potato. However, the achievement of potato target production has been
facing instability since seven years ago. Based on the problem, there are several
factors related with human resource management that will be analyzed in the
research. The objectives of this research are (1) to analyze farmers working time
based on individual analysis workload, (2) to analyze farmers problematic
situation, (3) to analyze experts opinion about elements relationship that influence

high competitive farmer. The research indicates that farmers workload is more
intensive on planting season activity rather than harvesting season activity. This
conditions need the systematic time management in order to achieve the
agricultural production stability. In addition, The stakeholders play critical factors
in increasing farmer competitiveness.
Keywords: competitiveness, the farmers, workload analysis

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PETANI
KOMODITAS KENTANG MELALUI ANALISIS BEBAN
KERJA

UZMAN HILVAN MAHANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul skripsi : Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang
Nama
NIM

Melalui Analisis Beban Kerja
: Uzman Hilvan Mahani
: H24100095

Disetujui Oleh

Lindawati Kartika, SE, M.Si
Pembimbing

Diketahui Oleh


Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah peningkatan daya saing berkelanjutan, dengan judul Strategi
Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban
Kerja.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE. M.Si
selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Bapak
Dr. Eko Rudi Cahyadi, S.Hut, MM selaku penguji yang telah memberikan banyak
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ir. Muhammad
Syamsun, MSc., PhD dan Bapak R. Dikky Indrawan, MM yang telah membantu
dan mengarahkan selama pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat
dekat atas doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, 5 Maret 2013

Uzman Hilvan Mahani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

ii
ii
ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian


1
1
3
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA

4

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode dan Penetuan Ukuran Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data

6

6
7
8
8
8
8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karo
Profil Desa Ujung Sampun
Profil Responden Penelitian
Analisis Beban Kerja Individu Petani Komoditas Kentang
Analisis CATWOE
Analisis Keterkaitan Intepretative Structural Modeling (ISM)
Implikasi Manajerial

10
10
10
11

12
14
16
20

SIMPULAN DAN SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA

23

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1. Nilai FTE stakeholder komoditas kentang Kabupaten Karo
2. Format perhitungan waktu kerja efektif

3. Profil responden penelitian
4. Perhitungan nilai FTE individu petani kentang
5. Hasil analisa CATWOE

1
10
11
13
15

DAFTAR GAMBAR
1. Daerah produksi komoditas kentang di Sumatera Utara tahun 2012
2. Target dan realisasi produksi kentang Kabupaten Karo 2007-2013
3. Kerangka pemikiran penelitian
4. Rich picture aktivitas individu petani komoditas kentang
5. Keterkaitan antar elemen pelanggan dan aktor
6. Keterkaitan antar elemen transformasi
7. Keterkaitan antar elemen kerangka pikir
8. Keterkaitan antar elemen pemilik
9. Keterkaitan antar elemen kendala Lingkungan

10. Bagan Alir Implikasi manajerial peningkatan daya saing petani

1
2
7
12
16
17
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Kuesioner analisis beban kerja
Kuesioner Interpretive Structural Modeling (ISM)
Denah lahan pertanian di Desa Ujung Sampun
Final reachability matrix (FRM) pada setiap elemen CATWOE
Diagram pengelompokan elemen CATWOE

25
29
33
34
36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kegiatan bisnis mempengaruhi keadaan pasar yang semakin
bebas atas arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja sebagai keunggulan daya
saing yang dimiliki suatu negara. Kegiatan ini akan terus mengalami persaingan
yang semakin ketat, tak terkecuali pada bisnis sektor pertanian hortikultura. Hal
ini turut menjadi tantangan bangsa dalam membangun Indonesia yang mampu
bersaing pada bisnis hortikultura yang dinamis.
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan salah satu wilayah potensial
terhadap pengembangan bisnis hortikultura. Salah satu komoditas hortikultura
unggulan wilayah ini adalah kentang. Potensi wilayah ini terhadap pengembangan
tanaman kentang cukup besar ditinjau dari jumlah produksi dan luas panen yang
tersedia. Kabupaten Karo pada tahun 2012 berhasil menyumbangkan produksi
kentang sebesar 53.958 ton atau 41.48 % dari produksi kentang di Sumatera Utara
dengan produktivitas wilayah sebesar 164.92 kw/ha (BPS Prov. Sumut 2012). Hal
ini menjadikan Kabupaten Karo sebagai penghasil komoditas kentang terbesar
pada tahun 2012 diikuti Kabupaten Simalungun sebesar 35.94 % dan Samosir
sebesar 11.74 % yang tersajikan pada Gambar 1

.
.

%

.

%

.

%

%
.
.

%

%

Gambar 1 Daerah produksi komoditas kentang di Sumatera Utara tahun 2012
(Sumber: Statistik tanaman hortikultura Sumatera Utara 2012)
Sebagai wilayah pemasok komoditas kentang terbesar di Sumatera Utara,
Kabupaten Karo menjadi obyek penelitian terhadap aspek peningkatan daya saing
komoditas kentang. Aspek daya saing ini dapat ditinjau melalui pencapaian
produksi komoditas kentang dengan target produksi setiap tahunnya. Adapun data
target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo tahun 2007
sampai 2013 disajikan pada Gambar 2

Gambar 2 Target dan realisasi produksi kentang Kabupaten Karo 2007-2013
(Sumber: BPS Karo 2013)
Pencapaian target produksi kentang Kabupaten Karo tahun 2007 sampai
2011 belum mencapai target yang ditentukan. Akan tetapi pada tahun 2012,
produksi kentang pada wilayah ini menggambarkan kondisi perkembangannya.
produksi kentang sebesar 53.958 ton berhasil mencapai target produksi sebesar
53.350 ton. Kemudian pada tahun 2013, produksi dan pencapaian target produksi
kembali menurun dibandingkan dengan tahun 2012 dengan hasil produksi sebesar
40.420 ton dan target produksi sebesar 45.237 ton. Hal ini masih menggambarkan
ketidakstabilan pencapaian produksi komoditas kentang dalam kurun tujuh tahun
terakhir.
Potensi pencapaian target produksi komoditas kentang dapat ditingkatkan
melalui peningkatan daya saing produksi komoditas kentang. Salah satu hal utama
yang mendukung peningkatan daya saing produksi komoditas kentang adalah
aspek kualitas sumber daya petani. Aspek ini dapat ditinjau melalui analisis beban
kerja individu petani berdasarkan penggunaan total jam efektif bekerja (Full Time
Equivalent-FTE). Petani memiliki total jam efektif bekerja dengan nilai paling
tinggi pada setiap pelaku rantai pasok (Stakeholder) pertanian komoditas kentang
di Kabupaten Karo yang tersaji pada Tabel 1
Tabel 1 Nilai FTE stakeholder komoditas kentang Kabupaten Karo
Aspek Perbandingan
Nilai FTE yang dihasilkan
Sumber: Putri (2013)

Petani
0,039

Pengumpul
0,0008

Eksportir
0,00924

Total Nilai FTE
0,04905

Penggunaan total jam efektif bekerja petani yang paling tinggi menjadikan
petani sebagai pemeran utama terhadap keberlangsungan aktivitas pertanian

komoditas kentang. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut terkait penggunaan waktu
kerja petani dan situasi problematisnya guna membangun strategi daya saing
petani yang berkelanjutan.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan
waktu kerja individu petani komoditas kentang melalui analisis beban kerja ?, (2)
Bagaimana penggambaran situasi problematis petani komoditas kentang di
Kabupaten Karo ?, (3) Bagaimana keterkaitan elemen penciptaan petani
komoditas kentang berdaya saing tinggi ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis aktivitas petani komoditas
kentang berdasarkan analisis beban kerja individu, (2) Menganalisis situasi
problematis petani komoditas kentang pada Kabupaten Karo, (3) Menganalisis
keterkaitan elemen penciptaan petani komoditas kentang berdaya saing tinggi.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah (1) Bagi pelaku usaha pertanian, hasil
penelitian ini diharapkan menjadi referensi agar para petani dapat menjalankan
aktivitas bertani lebih terorganisir dalam pencapaian petani berdaya saing tinggi,
(2) Bagi pemerintah dan stakeholder terkait, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi referensi dalam berkontribusi pembangunan kegiatan pertanian yang
lebih baik, (3) Bagi umum, diharapkan menjadi referensi terkait analisis beban
kerja yang diterapkan pada aktivitas petani serta menjadikan acuan terhadap
penyusunan penelitian pada bidang yang berhubungan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada perencanaan sumber daya
manusia, khususnya menganalisis beban kerja aktivitas individu petani dan
kondisi sosial petani pada lokasi penelitian di Desa Ujung Sampun, Kecamatan
Dolat Rayat, Kabupaten Karo. Data yang digunakan merupakan data penggunaan
waktu aktivitas bertani serta kondisi sosial yang terjadi terhadap pengembangan
potensi pertanian wilayah setempat.

TINJUAN PUSTAKA
Strategi
Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan
gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Argyris, Mintzberg,
Steiner, dan Miner seperti yang dikutip dalam Rangkuti (1998) menyatakan
bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap
peluang dan ancaman (eksternal) serta kekuatan dan kelemahan (internal) yang
dapat mempengaruhi organisasi.

Daya Saing
Daya saing menurut Michael Porter (1990) adalah produktivitas yang
didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Menurut Michael
Porter (1990), pada dasarnya ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi daya saing
suatu negara, yaitu:
1. Strategi, struktur, dan tingkat persaingan perusahaan, yaitu bagaimana unitunit usaha di dalam suatu negara terbentuk, diorganisasikan, dan dikelola,
serta bagaimana tingkat persaingan dalam negerinya.
2. Sumber daya di suatu negara, yaitu bagaimana ketersediaan sumber daya di
suatu negara, yakni sumber daya manusia, bahan baku, pengetahuan, modal,
dan infrastruktur. Ketersediaan tersebut menjadi penentu perkembangan
industri di suatu negara. Ketika terjadi kelangkaan pada salah satu jenis faktor
tersebut maka investasi industri di suatu negara menjadi investasi yang mahal.
3. Permintaan domestik, yaitu bagaimana permintaan di dalam negeri terhadap
produk atau layanan industri di negara tersebut. Permintaan hasil industri,
terutama permintaan dalam negeri, merupakan aspek yang mempengaruhi arah
pengembangan faktor awalan keunggulan kompetitif sektor industri. Inovasi
dan kemajuan teknologi dapat terinspirasi oleh kebutuhan dan keinginan
konsumen.
4. Keberadaan industri terkait dan pendukung, yaitu keberadaan industri
pemasok atau industri pendukung yang mampu bersaing secara internasional.
Faktor ini menggambarkan hubungan dan dukungan antar industri, dimana
ketika suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, maka industriindustri pendukungnya juga akan memiliki keunggulan kompetitif.

Beban Kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan formasi pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan melalui programprogram unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk
setiap jabatan (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Menurut
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot
pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan

norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan
pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektifitas dan
efisiensi kerja organisasi. Sedangkan tujuan dari analisis beban kerja adalah
mendapatkan informasi kebutuhan pegawai, tingkat efisiensi kerja dan prestasi
kerja (unit/jabatan) yang dilaksanakan secara sistematis, dan bermanfaat dalam
penataan/penyempurnaan struktur organisasi, penilaian prestasi kerja, evaluasi
pelaksanaan tugas, dan penataan pegawai. Dalam melaksanakan analisis beban
kerja diperlukan beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan di
lapangan, dan tahap penetapan hasil akhir.

Waktu Kerja
Menurut (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004), waktu kerja
yang dimaksud disini adalah waktu kerja efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu
kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas
hari kerja efektif dan jam kerja efektif.
a.
Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan
cuti. Adapun rincian perhitungan hari kerja efektif sebagai berikut:
Jumlah hari menurut kalender
.... Hari
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun
.... Hari
Jumlah hari libur dalam 1 tahun
.... Hari
Jumlah cuti dalam 1 tahun
.... Hari
Hari libur dan cuti
.... Hari
Hari kerja efektif
.... Hari
b.
Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu
kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air,
melepas lelah, istirahat, makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan
rata-rata 30% dari jumlah jam kerja formal. Dalam menghitung jam kerja
efektif sebaiknya digunakan ukuran 1 minggu.

Studi Penelitian Terdahulu
Fitrianti (2012), dalam disertasinya yang berjudul Rekontruksi Daya Saing
UMKM Industri Kreatif Berbasis Tiga Tingkat Kerangka Kelembagaan (Sebuah
Aplikasi Riset Tindakan berbasis Soft Systems Methodology) menjelaskan bahwa
sentra-sentra UMKM industri kreatif dengan komoditas unggulannya dapat
memberikan pengaruh terhadap pengembangan struktur kebijakan dan pembinaan
yang perlu disediakan untuk mendukung peningkatan daya saing UMKM di
sentra-sentra tersebut. Hubungan timbal balik ini menunjukkan bahwa mekanisme
decoupling, compliance dan embeddedness dalam pengembangan daya saing
UMKM. Untuk UMKM Industri Kreatif di Kota Depok, hubungan timbal balik di
antara tiga tataran sebenarnya sudah berjalan, meskipun masih perlu dioptimalkan.
Variabel penunjang dalam analisis ini yaitu peran pemangku kepentingan pada
UMKM serta aspek perkembangan UMKM di kota Depok. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisa pengembangan daya saing UMKM
melalui metode Soft System Methodology (SSM).
Putri (2013), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Beban Kerja
Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Berastagi,
Sumatera Utara, menjelaskan bahwa waktu kerja yang digunakan dalam rantai
pasok stakeholders komoditas kentang melalui perhitungan Full Time Equilvalent
(FTE) pada Desa Gurusinga, Sumatera Utara masih belum optimal. Hal ini
dikarenakan oleh penggunaan cara-cara yang masih tradisional sehingga beberapa
aktivitas yang ada pada petani masih memakan waktu yang cukup lama.
Berdasarkan business process mapping, kondisi eksisting aktivitas rantai pasok
stakeholders pada komoditas kentang dalam rangka meningkatkan daya saing
petani dari segi harga dan kualitas masih belum efektif dan efisien. Variabel
penunjang dalam analisis berupa beban kerja, waktu (produtif, tidak produktif,
dan pribadi), kebutuhan petani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja (Kep.Men. PAN
Nomor: KEP/75/M. PAN/7/2004) dan perhitungan FTE (Full Time Equivalent)
serta pendekatan metode business process mapping.
Raeesi et al. (2013), pada jurnalnya yang berjudul Understanding the
Interactions among the Barriers to Entrepreneurship Using Interpretive
Structural Modeling menjelaskan bahwa interaksi rintangan dalam bisnis terbagi
menjadi rintangan internal dan ekstenal. Kedua rintangan ini secara tidak langsung
dapat mempengaruhi keadaan bisnis yang sedang dijalankan oleh suatu pihak.
Salah satu kunci utama dalam pengembangan bisnis masih dipengaruhi oleh
pengaturan dari pemerintah. Peran pemerintah yang adil dan tegas mampu
mendongkrak kepada keadaan bisnis yang lebih baik. Variabel penunjang pada
penelitian ini adalah bisnis, rintangan, dan konsep berpikir serba sistem lunak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa pengembangan
rancangan strategi melalui pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM).

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Ketidakstabilan hasil produksi komoditas kentang di Sumatera Utara, turut
memberikan dampak terhadap produktivitas komoditas kentang pada lahan
potensial daerah di Kabupaten Karo. Salah satu hal utama yang perlu dikaji dalam
mengatasi permasalahan ini adalah peningkatan kualitas sumber daya petani.
Peningkatan kualitas sumber daya petani dapat ditinjau pada berbagai aspek salah
satunya adalah analisis beban kerja petani.
Penelitian ini mendefinisikan permasalahan melalui pendekatan analisis
beban kerja petani dan pendekatan model Interpretive Structural Modeling (ISM)
dengan konsep berpikir serba sistem lunak. Model yang sudah terbentuk akan
dibandingkan dengan situasi probematis yang terjadi hingga membangun
perumusan aksi nyata yang dapat dijadikan strategi peningkatan daya saing petani
secara berkelanjutan sebagaimana kerangka penelitian tersaji pada Gambar 3

Penetapan situasi problematis
Ketidakstabilan pencapaian target produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo
Situasi problematis yang muncul
Penurunan hasil produksi komoditas kentang secara tidak menentu dalam kurun tiga tahun
terakhir di Kabupaten Karo

Sistem aktivitas yang relevan dengan situasi problematis yang terjadi
Indentifikasi permasalahan melalui pendekatan analisis beban kerja dengan konsep
berpikir serba sistem lunak
Model konseptual berdasarkan pendefinisian permasalahan problematis
Pembentukan model keterkaitan antar elemen penciptaan petani berdaya saing tinggi
melalui analisis Interpretive Structural Modeling (ISM)

Perbandingan situasi dunia nyata dengan model konseptual
Perbandingan model ISM dengan situasi problematis yang terjadi di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara

Perumusan aksi nyata untuk perbaikan
Membentuk sinergisitas stakeholder pertanian untuk membangun program pengembangan
dan pengelolaan aktivitas petani

Perubahan situasi problematis
Implikasi manajerial yang mengacu kepada pembentukan strategi peningkatan daya saing
petani komoditas kentang berkelanjutan

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian warga setempat, Desa Ujung
Sampun, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan selama enam bulan sejak bulan September 2013 sampai Februari 2014.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan
wawancara mendalam kepada responden petani kentang dan ahli akademisi IPB
sebagai reponden penentu hubungan elemen daya saing petani. Adapun data
sekunder diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, penelitian terdahulu,

informasi melalui internet, serta data-data dari instansi-instansi terkait mengenai
data pertanian dan komponen pendukungnya.

Metode dan Penetuan Ukuran Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Gay. teknik
penentuan ukuran sampel Gay yaitu teknik pengkuruan sampel yang diambil dari
populasi relatif kecil sebesar 20% dari populasi obyek penelitian (Umar 2005).
Responden yang diteliti pada penelitian ini berjumlah tiga petani kentang dari dua
lahan pertanian yang berbeda. Pada lahan satu berjumlah tujuh petani pengelola
sehingga diambil dua petani sebagai responden. Sedangkan pada lahan dua
berjumlah empat petani pengelola sehingga diambil satu petani sebagai responden
penelitian. Responden ahli yang diteliti pada penelitian ini menggunakan
pendekatan purposive sampling yang bertujuan untuk menetukan keterkaitan
elemen daya saing petani. Responden ahli yang diteliti berjumlah tiga akademisi
Institut Pertanian Bogor (IPB).

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer mengenai penggunaan waktu kerja petani
diperoleh melalui metode work sampling. Metode work sampling tersebut
dilakukan melalui pengamatan pada aktivitas petani. Hasil pengamatan akan
dicatat dalam kuesioner work sampling yang terlampir pada Lampiran 1. Selain
itu, pengumpulan data mengenai analisis keterkaitan elemen daya saing petani
dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden ahli sebagaimana
kuesioner terlampir pada Lampiran 2. Adapun data sekunder dikumpulkan melalui
studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mengutip informasi
dari buku, penelitian terdahulu, informasi melalui internet, dan dokumendokumen yang dimiliki oleh institusi.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mendefinisikan permasalahan melalui pendekatan analisis
beban kerja petani dan pendekatan model Interpretive Structural Modeling (ISM)
dengan konsep berpikir serba sistem lunak. Siklus baku dalam proses berpikir
serba sistem lunak terdiri dari 7 (tujuh) tahap kegiatan yang dikelompokkan
kedalam dua ranah yaitu ranah dunia nyata dan ranah berpikir serba sistem
(Hardjosoekarto 2012). Tahapan siklus ini terangkum pada kerangka pemikiran
yang terbentuk. Tahap pertama, problem situation considered problematic yaitu
proses penetapan situasi dunia nyata yang dianggap problematis. Masalah
problematis ini berhubungan dengan tindakan perubahan, perbaikan, atau
penyempurnaan atas situasi probelamtis yang dikaji. Tahap kedua, problem
situation expressed. Tahap ini adalah tahap penuangan situasi masalah yang
dianggap problematis ke dalam bentuk penyajian tertentu, yang lazim disebut
dengan rich picture. Tahap ketiga, root definition of relevant purposeful activity
systems. Ini adalah tahap pemilihan dan penamaan root definition dari sistem

relevan. Tahap keempat, conceptuals model of the system named in the root
defintion. Ini adalah tahap pembuatan model konseptual berdasarkan root
definition yang sudah dipilih dan diberi nama pada tahap sebelumnya. Tahap
kelima, comparison of model and real world. Ini adalah tahap pembanding antara
situasi nyata dengan model konseptual. Tahap keenam, change systemically,
desirable cullturally feasible. Ini adalah tahap perumusan saran tindak untuk
perbaikan penyempurnaan dan perubahan situasi dunia nyata. Tahap ketujuh,
action to improve the situation. Ini adalah langkah tindakan untuk perbaikan
penyempurnaan dan perubahan situasi problematis.
1.Analisis Beban Kerja
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban
kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai berdasarkan Beban Kerja dalam
rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut:
a. Menetapkan Waktu Kerja
Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja
yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari
kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam
kalender dikurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Hari Kerja Efektif = (A – (B + C + D)) ……………………………

(1)

Keterangan (1) :
A = jumlah hari menurut kalender (hari)
B = jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun (hari)
C = jumlah hari libur dalam setahun (hari)
D = jumlah cuti tahunan (hari)
b. Menganalisis Beban Kerja
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006, beban
kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikalikan pada volume kerja pegawai/unit
organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan
dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik
manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk informasi mengenai tingkat
efektifitas dan efisiensi kerja organisasi. Adapun format perhitungan waktu kerja
efektif dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Format perhitungan waktu kerja efektif
No

Uraian Tugas Pokok

F

WA

WPT

FTE

1.
Persiapan
2.
Penanaman
3.
Pemeliharaan
4.
Pemanenan
5.
Pasca panen
Keterangan: F
= Frekuensi kegiatan dilakukan
WA = Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan
WPT = Jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
FTE = Full Time Equivalent

2. Analisis keterkaitan melalui model Interpretive Structural Modeling (ISM)
Analisis keterkaitan elemen peningkatan daya saing petani melalui
pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM) dengan referensi pada
(Thakkar et al. 2008; Wang et al. 2008; Singh et al. 2008). Analisis ISM ini
dilakukan kedalam beberapa tahapan, yaitu: (1) Mengidentifikasi seluruh elemen,
faktor, kriteria, atau dimensi yang terkait pada suatu sistem. Pada penelitian ini,
elemen yang terlibat terdapat pada hasil analisis CATWOE dengan pendekatan
metode berpikir sebrba sistem lunak, (2) Membentuk hubungan kontekstual antar
elemen yang akan diuji dengan indentifikasi V, A, X atau O, (3) Mengembangkan
Structural Self Interaction Matrix (SSIM) guna menunjukkan hubungan antar
elemen dalam sistem yang telah dinotasikan dengan angka 0 atau 1, (4) Menyusun
Initial Reachability Matrix (IRM) dari SSIM dan menguji hubungan
transitivitasnya. Transitivitas yang menunjukan hubungan kontekstual bahwa
Elemen A berhubungan dengan elemen B dan elemen B berhubungan dengan
elemen C, kemudian A berhubungan dengan C, (5) Membagi matrix IRM pada
level yang berbeda dan merangkumnya pada Final Reachability Matrix (FRM),
(6) merancang grafik hubungan kontekstual berdasarkan hasil IRM yang
terbentuk, (7) Mengubah grafik yang terbentuk menjadi model ISM dengan
mengubah nomor elemen kedalam bentuk kalimat, (8) Membangun hasil analisis
pada model yang terbentuk serta membentuk modifikasi model yang memiliki
kepentingan dalam sistem. Tahapan pembentukan model ISM ini merupakan
tahapan pengolahan data untuk melihat keterkaitan elemen yang berpengaruh pada
peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karo
Kabupaten Karo terletak di Dataran Tinggi Pengunungan Bukit Barisan
dan merupakan daerah hulu sungai. Secara keseluruhan Kabupaten Karo termasuk
dalam kategori iklim musim tropis dengan curah hujan rata-rata berkisar antara
1000 - 4000 mm per tahun. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi karena
dipengaruhi oleh iklim tropis basah dengan nilai kelembaban rata-rata 82%. Suhu
udara berkisar 16-27% dengan suhu rata-rata 22°C (Karo 2010). Karakterisik
cuaca yang sejuk dan pemandangan yang indah turut mendukung wilayah ini
sebagai wilayah potensial terhadap pengembangan bidang pertanian dan
pariwisata lokal.

Profil Desa Ujung Sampun
Desa Ujung Sampun merupakan desa yang terletak pada Kecamatan Dolat
Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Desa ini memiliki karakteristik
masyarakat untuk bertani secara polikultur. Sistem budidaya ini yang menjadikan
petani dapat menghasilkan lebih dari satu produk dalam satu lahan pertanian.

Lampiran 3 menggambarkan lahan pertanian salah satu warga yang menerapakan
sistem budidaya pertanian secara polikultur.

Profil Responden Penelitian
Responden penelitian yang menjadi obyek penelitian ini yaitu petani
komoditas kentang yang mengelola sebidang lahan pertanian kentang pada Desa
Ujung Sampun, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Tabel 3 menunjukkan profil responden yang terlibat penelitian ini.
Tabel 3 Profil Responden Penelitian
No

Identitas responden

1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13

Usia
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Posisi pekerjaan
Luas lahan pertanian (ha)
Alokasi waktu (jam/hari)
Pengalaman bertani (tahun)
Pekerjaan bertani lainnya
Status
Jumlah tanggungan keluarga
Pendapatan perbulan
Asal kependudukan

Petani 1
45
Pria
S1
Petani pengelola
3
4
10
Bisnis
Menikah
5
Rp4.000.000
Kabupaten Karo

Responden petani
Petani 2
36
Pria
S1
Petani pengelola
3
9
6
Tidak ada
Menikah
5
Rp7.000.000
Kabupaten Karo

Petani 3
35
Wanita
S1
Petani pengelola
3
9
6
Tidak ada
Menikah
5
Rp7.000.000
Kabupaten Karo

Penelitian ini dilaksanakan pada dua lahan pertanian yang berbeda. Hasil
penelitian yang dilakukan tidak ada perbedaan aktivitas pertanian dalam
mengelola tanaman komoditas kentang. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada
penggunaan waktu bertani dalam satu hari. Petani 1 menghabiskan waktu sekitar 3
sampai 4 jam per hari, sedangkan petani 2 dan 3 menghabiskan waktu sekitar 9
jam per hari dalam mengelola lahan pertaniannya. Hal ini secara tidak langsung
turut mempengaruhi penghasilan yang didapatkan pada masing-masing petani.
pendapatan setiap bulan pada masing-masing petani berbeda. petani 2 dan 3
memiliki pendapatan hampir dua kali lebih besar dari pada petani 1. Hal ini
memberikan gambaran bahwa bisnis pertanian juga memberikan penghasilan yang
cukup mapan.
Analisis Beban Kerja Individu Petani Komoditas Kentang
Perhitungan nilai penggunaan watu kerja efektif (FTE) yang dilakukan
oleh petani komoditas kentang di Desa Ujung Sampun terbagi menjadi dua
penggolongan yaitu penggunaan waktu kerja pada musim tanam dan musim
panen. Penggolongan tersebut menjadi lingkup penelitian terhadap pengembangan
sumber daya petani melalui analisis beban kerja. Adapun rich picture yang
mendefinisikan lingkup analisis beban kerja yang tersaji pada Gambar 4

Gambar 4 Rich picture aktivitas individu petani komoditas kentang
Aktivitas pertanian terbagi menjadi tiga aktivitas utama yaitu aktivitas pra
tani meliputi kegiatan persiapan umbi, persiapan lahan, dan penanaman; kegiatan
saat tani meliputi kegiatan pemeliharaan tanaman dan persiapan pemanenan;
kegiatan pasca tani meliputi kegiatan pemanenan dan pengiriman komoditas
kentang yang akan di distribusikan kepada rantai pasok selanjutnya yaitu
pengumpul, perusahaan eksportir, maupun pedagang atau pasar induk. Proses ini
merupakan proses berulang mengikuti siklus kegiatan bisnis komoditas kentang.
Adapun perhitungan waktu efektif kerja (FTE) individu petani komoditas kentang
di Kabupaten Karo :
1 Tahun
=
360
Hari
Hari non tanam kentang
=
0
Hari Hari kerja
=
360
Hari
Waktu kerja dalam 1 hari
=
9
Jam
Total hari bertani
=
3240 Jam (9 Jam x 360 Hari)
Faktor efisiensi rata-rata
=
70 %
Total jam efektif bertani
=
2268 Jam/Tahun; (3240 Jam x 70 %)
189 Jam/Bulan;
47.25 Jam/Minggu;
6.7 Jam/Hari
Perhitungan nilai waktu kerja efektif petani (FTE) ditentukan oleh total waktu
efektif bertani dalam satu tahun. Total waktu efektif bertani didapatkan melalui
perkalian antara jumlah jam bertani dalam satu hari yaitu 9 jam (penggunaan
waktu maksimum responden dalam bertani selama satu hari) dengan jumlah hari
bertani dalam satu tahun yaitu 360 hari. Setelah itu, nilai tersebut dikalikan
kembali dengan waktu kelonggoran (allowance) yang ditentukan oleh (Kep. Men.
PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004) sebesar 70 %. Sehingga didapatkan total

waktu efektif bertani individu dalam satu tahun sebesar 2268 jam/tahun atau
136.080 menit/tahun. Nilai FTE diperoleh yaitu dengan membagi total waktu
bertani (menit) dengan total waktu efektif bertani (menit/tahun). Adapun analisis
beban kerja petani pada Tabel 4
Tabel 4 Perhitungan nilai FTE individu petani kentang
No

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
1
2
3
4
5
No

1
2
3
1

Aktivitas

Volume
(Kali/Tahun)

Waktu dialokasi

Musim Tanam
Persiapan Umbi
Memilah umbi hasil produksi
3
60 menit
Membelah umbi 2-4 potongan
3
90 menit
Merendam bibit dengan POC
3
620 menit
Penyimpanan umbi
3
2 Bulan
Sortir umbi yang rusak
6
90 menit
Persiapan Lahan
Mengembangbiakkan pengendali hama
3
90 menit
Membersihkan tanah
3
1080 menit
Membajak lahan yang akan ditanam
3
1440 menit
Pembuatan bedengan dan alur tanam
3
2880 menit
Membuat saluran pembuangan air
3
2160 menit
Menebarkan pengendali hama
3
360 menit
Mencampur pupuk kandang dengan tanah
3
360 menit
Pemasangan musa dan lubang nutrisi
3
1440 menit
Penanaman
Meletakkan satu umbi bibit/lubang
3
1080 menit
Pemberian pupuk buatan
3
720 menit
Pemeliharaan
Mengganti tanamaan yang tidak tumbuh
3
360 menit
Pengkontrolan tanaman
365
21900 menit
Pengaturan ketersediaan air
48
480 menit
Penyiangan
6
360 menit
Pemangkasan bunga
90
4050 menit
TOTAL FTE MUSIM TANAM
Volume
Aktivitas
Waktu dialokasi
(Kali/Tahun)
Musim Panen
Pemanenan
Mengangkat umbi dengan garuk (panen)
3
1440 menit
Memisahkan umbi rindilan dan layak
3
180 menit
Mengemas umbi kedalam karung goni
3
360 menit
Kegiatan Pasca Panen
Pengiriman kentang ke pengumpul
3
60 menit
TOTAL FTE MUSIM PANEN

Total waktu
digunakan (Menit)

FTE

20
30
206,6667
28800
15

0,0001
0,0002
0,0015
0,2116
0,0001

30
360
480
960
720
120
120
480

0,0002
0,0026
0,0035
0,0071
0,0053
0,0009
0,0009
0,0035

360
240

0,0026
0,0018

120
60
10
60
45

0,0009
0,0004
0,0001
0,0004
0,0003
0,2442

Total waktu
digunakan (Menit)

FTE

480
60
120

0,0035
0,0004
0,0009

20

0,0001
0,0050

Nilai FTE yang diperoleh individu petani ketang pada musin tanam yaitu
sebesar 0.2442. Sedangkan nilai FTE pada musim panen yaitu sebesar 0.0050.
Perhitungan nilai FTE mengindikasikan bahwa beban kerja aktivitas petani
kentang pada musim tanam memiliki beban kerja yang lebih padat dibandingkan
dengan beban kerja aktivitas petani pada musim panen. Keadaan ini dapat
dioptimalisasi melalui program-program pengembangan petani. Program
pengembangan kegiatan petani dapat dibentuk melalui penyusunan penjadwalan
aktivitas tanam yang sistematis pada saat musim tanam tiba. Hal ini meliputi
pengelolaan waktu tanam yang bersamaan pada masing-masing kecamatan.

Kemudian penggunaan waktu musim panen dengan membangun program
peningkatan keterampilan petani terhadap pengolahan produk hilir pada
kolonggaran waktu yang tersedia dalam rangka peningkatan nilai tambah produk
lokal.
Analisis CATWOE
Analisis CATWOE merupakan alat bantu pengingat (mnemotic) supaya
root definition yang dibuat benar-benar menggambarkan sebuah sistem aktivitas
manusia yang relevan. Pada penelitian ini pendekatan analisis CATWOE
dimaksudkan untuk menganalisis situasi problematis petani komoditas Kentang
pada Kabupaten Karo. Adapun pendekatan analisis CATWOE sebagai berikut:,
Yaitu :
a. C (Customers)
Customers merupakan orang yang langsung atau hampir langsung menjadi korban
atau yang akan diutungkan oleh proses transformasi di dalam sebuah organisasi.
Pada penelitian ini, Petani komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul,
pasar, konsumen, eksportir, pemerintah, dan opinion leader desa. Setiap
komponen peran terlibat sebagai customer terhadap transformasi peningkatan
daya saing petani. Peningkatan daya saing ini difokuskan kepada pengembangan
daya saing petani yang akan berpengaruh terhadap kegiatan binis kentang secara
keseluruhan melalui keadaan sosial yang terjadi pada daerah setempat.
b. A (Actors)
Actors merupakan orang yang melakukan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
proses transformasi (T). Pada penelitian ini, peran Actors dilakukan oleh petani
komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul, pasar, konsumen, eksportir,
pemerintah, dan opinion leader desa. Peran Actors ditunjukan sebagai komponen
pembangunan pertanian dalam meningkatkan produktivitas petani melalui
program-program kerja petani. Program ini dirancang agar komunikasi yang
terbentuk dalam forum dapat terimplentasi terhadap peningkatan produktifitas
petani.
c. T (Transformation)
Transformation adalah proses pengubahan input menjadi output, baik yang
bersifat kongkret maupun abstrak. Input yang terkait dalam transformasi ini yaitu
aktivitas petani dan kondisi sosialnya. Input ini akan ditransformasikan menjadi
output yang terbentuk dari yaitu berupa konsep strategi peningkatan daya saing
individu petani pada daerah setempat melalui pendekatan analisis beban kerja dan
indentifikasi lingkungan sosial.
d. W (Worldview)
Worldview merupakan sudut pandang, kerangka pikir, atau citra yang menjadikan
root definition memiliki makna berarti dalam konteks. Kabupaten Karo, Sumatera
Utara merupakan wilayah potensial terhadap pengembangan komoditas kentang
akan tetapi, pemenuhan target produksi kentang secara regional masih belum
terpenuhi. Oleh karena itu, hal ini perlu dikaji sebagai sudut pandang yang perlu
dikembangkan dalam merancang petani berdaya saing tinggi melalui penerapan
kinerja yang sistematis dan berkompeten dari segi pengetahuan dan keterampilan
petani. Hal ini bertujuan sebagai persiapan dalam menghadapi perkembangan
bisnis yang dinamis.

e. O (Owners)
Orang atau sekelompok orang yang berkuasa atas sistem dan mempunyai
kewenangan untuk menghentikan atau mengubah proses trasnformasi. Pada
penelitian ini, individu yang memiliki kuasa terhadap keterbukaan infomasi yang
tesedia adalah Pemilik lahan pertanian, gapoktan, pasar, pemerintah, petani
kentang. Semua komponen ini yang merupakan orang atau sekelompok orang
yang menentukan terlaksana atau tidak implementasi atas aksi transformasi yang
terbentuk.
f. Kendala lingkungan (Enviromental Constraints)
Lingkungan yang menjadi kendala berlangsungnya proses trasnformasi, seperti
peraturan perundang-undagan, anggaran, dan peraturan lainnya. Pada penelitian
ini, Karakteristik masyarakat setempat (self concept), Birokrasi, Regulasi, dan
Faktor Alam masih berperan sebagai elemen penghambat proses transformasi
yang terbentuk.
Komponen elemen CATWOE yang terbentuk merupakan hasil analisis dari
keadaan sosial yang terjadi pada wilayah sempat. Setiap komponen yang terkait
terangkum pada Tabel 5
Tabel 5 Hasil analisa CATWOE
Elemen CATWOE

Komponen penelitian yang terkait

C (Customers)

Petani komoditas kentang, penyuluh, gapoktan, pengumpul, pasar,
konsumen, eksportir, pemerintah, opinion leader desa

A (Actors)

Petani komoditas kentang, penyuluh, Gapoktan, pengumpul, pasar,
konsumen, eksportir, pemerintah, opinion leader desa

T (Transformation)

W (World View)

O (Owner)
E(Enviromental
Constraints)

Input yang terkait dalam proses ini yaitu individu petani kentang
yang ditransformasikan menjadi Output berupa strategi peningkatan
daya saing petani komoditas kentang
Merancang aktivitas petani dengan kinerja yang optimum guna
membentuk individu petani yang kompetitif dari segi produktifitas
maupun daya saing petani menghadapi bisnis yang dinamis
Pemilik lahan pertanian, gapoktan, pasar, pemerintah, petani kentang
Karakteristik masyarakat setempat (self concept), Birokrasi,
Regulasi, dan Faktor Alam

Setiap elemen memiliki peran peting terhadap peningkatan daya saing
petani. Sinergisitas antar komponen sangat diperlukan dalam membangun ragam
program pembangunan bagi petani dan pengembangan bidang pertanian mulai
pada industri hulu sampai hilir. Elemen ini akan terlihat masing-masing perannya
dengan analisis keterkaitan melalui metode interpretive structural modelling yang
akan tersaji pada pembahasan selanjutnya.

Keterkaitan Elemen Peningkatan Daya Saing Petani Melalui Metode
Interpretive Structural Modeling (ISM)
Analisis CATWOE menghasilkan elemen pembentuk peningkatan daya
saing petani. Elemen yang sudah terbentuk selanjutnya dianalisis melalui model
Interpretive Structural Modeling (ISM) untuk diindetifikasi pengaruh dan
keterkaitannya dalam konteks peningkatan daya saing petani kentang di
Kabupaten Karo. Adapun elemen yang dianalisis sebagai berikut:
a. Model ISM pada elemen pelanggan dan aktor
Elemen pelanggan dan aktor memiliki komponen yang saling berkaitan
dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final
Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk
akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan
antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen pelanggan dan
aktor terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masingmasing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian
kata yang tersaji pada Gambar 5
Konsumen

Eksportir

Petani komoditas
kentang

Gapoktan

Pengumpul

Penyuluh
pertanian

Pemerintah

Opinon leader
desa

Pasar

Gambar 5 Keterkaitan pada elemen pelanggan dan aktor
Keterangan :
: Elemen pendukung
: Elemen saling berhubungan
Gambar 5 menujukan keterkaitan antar elemen pelanggan dan aktor dalam
melakukan proses transformasi. Pada basis pertama, terlihat hubungan antara
penyuluh pertanian, opinion leader desa, dan pemerintah. Hal ini menunjukan
adanya peranan mendasar pada pemerintah maupun penyuluh dan opinion leader
desa dalam melakukan pendekatan terhadap pengembangan pertanian. Peran
mendasar ini dapat ditunjang dengan program-program pembangunan pertanian
yang diadakan oleh pemerintah dan dimediatori oleh tim penyuluh dan opinion
leader desa sebagai mediator program secara efektif. Selanjutnya pada tingkat
kedua terlihat keterkaitan antara petani komoditas kentang, Gapoktan, dan
pengumpul sebagai pemeran selanjutnya dalam melakukan kegiatan transformasi.
elemen ini berperan sebagai pelaku pelaksana program pengembangan petani pada
dunia nyata. Pada tingkat ketiga, pasar, konsumen, dan eksportir merupakan
elemen penerima dampak atas hasil transfromasi yang telah dilaksanakan. Pasar,

konsumen,dan eksportir menjadi pemeran akhir terhadap pelaksanaan kegiatan
transformasi ini.
b. Model ISM pada Elemen Transformasi/Perubahan
Elemen transformasi atau perubahan memiliki komponen yang saling
berkaitan dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada
Final Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang
terbentuk akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan
hubungan antar elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen
perubahan terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk
masing-masing perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data
sajian kata yang tersaji pada Gambar 6
Penanganan distribusi pasca panen sesuai dengan praktik Good Material Handling

Peningkatan ketepatan waktu tanam
dengan penjadwalan waktu tanam
yang tepat

Peningkatan kegiatan waktu
panen melalui aktivitas industri
hilir

Peran aktif petani terhadap program yang diselenggarakan oleh Gapoktan

Penyuluh pertanian berperan aktif dalam mengayomi dan memberikan informasi
kepada petani setempat

Gambar 6 Keterkaitan pada elemen transformasi
Keterangan:
: Elemen pendukung
: Elemen saling berhubungan
Gambar 6 menujukan keterkaitan antar elemen transformasi yang menjadi
langkah dalam mengelola aktivitas petani yang efektif dan efisien. Tingkat
mendasar berada pada elemen penyuluh pertanian yang berperan aktif dalam
mengayomi dan memberikan informasi kepada petani setempat. Pada elemen ini,
penyuluh memiliki peran sebagai mediator pembangunan informasi atas program
pengembangan pertanian. Elemen penyuluh diharapkan mampu memberikan
stimulasi kepada petani dalam meningkatkan peran aktifnya terhadap program
yang diselanggarakan oleh Gapoktan. Gapoktan dapat menjadi wadah bagi petani
dalam memahami dan mengelola setiap isu pertanian yang berlangsung. Dalam
hal ini, pengadaan program dari Gapoktan dapat berupa peningkatan ketepatan
waktu tanam dengan penjadwalan waktu tanam yang tepat dan peningkatan
kegiatan waktu panen melalui aktivitas industri hilir menjadi hal yang saling
berhubungan dalam pengelolaan beban kerja petani yang efektif dan efisien serta
didukung oleh penanganan distribusi pasca panen sesuai dengan praktik GMH
(Good Material Handling).
c.Model ISM pada Elemen Kerangka Pikir
Elemen kerangka pikir memiliki komponen yang saling berkaitan dengan
setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final Reachability

Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk akan
memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar
elemen yang ada. Adapun diagram pengelompokan elemen kerangka pikir
terlampir pada Lampiran 5. Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing
perannya akan ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang
tersaji pada Gambar 7
Siap menghadapi perkembangan bisnis yang dinamis

Peningkatan kesejahteraan petani
Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar bagi petani

Peningkatan kualitas komoditas kentang
Peningkatan kreativitas dan inovasi pada petani

Peningkatan kualitas SDM petani

Gambar 7 Keterkaitan pada elemen kerangka pikir
Keterangan:
: Elemen pendukung
: Elemen saling berhubungan
Pada model optimasi elemen kerangka pikir ini, terdapat serangkaian
rancangan pemikiran dalam mendukung pencapaian petani berdaya saing secara
berkelanjutan. Peningkatan kualitas SDM menjadi hal utama dalam meningkatkan
daya saing petani terhadap perkembangan bisnis pertanian. Peningkatan kualitas
SDM dapat didukung melalui program-program pemerintah maupun swadaya
untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi pada petani. Kreativitas dan inovasi
petani akan memberikan pengaruh kepada peningkatan kualitas dan nilai tambah
komoditas kentang yang dihasilkan. Hal ini juga memberikan kemudahan
terhadap akses pemanfaatan sumber daya dan pasar bagi petani. Kemudahan
tersebut secara tidak langsung telah memberikan nilai lebih bagi petani dalam
berkontribusi terhadap pembangunan pertanian wilayah setempat dan peningkatan
kesejahteraan petani. kesejahteraan ini menjadi potret bahwa petani telah siap
menghadapi tantangan bisnis mendatang. Hal ini juga didukung oleh program
pengembangan kemampuan petani dan peran stakeholder sesuai dengan
perkembangan bisnis yang terjadi.
d.Model ISM pada Elemen Pemilik
Elemen pemilik memiliki komponen yang saling berkaitan dengan setiap
komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final Reachability Matrix
(FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk akan memberikan
informasi penempatan level pada setiap elemen dan hubungan antar elemen yang

ada. Adapun diagram pengelompokan elemen pemilik terlampir pada Lampiran 5.
Setiap elemen yang sudah terbentuk masing-masing perannya akan
ditransformasikan dari data numerik menjadi data sajian kata yang tersaji pada
Gambar 8
Petani kentang
(petani penggarap)

Pasar

Pemerintah

Anggota Gapoktan

Pemilik lahan pertanian (Petani Pemilik)

Gambar 8 Keterkaitan antar elemen pemilik
Keterangan:
: Elemen pendukung
: Elemen saling berhubungan
Pada gambar 8, pemilik lahan pertanian memiliki peran dalam menentukan
kewanangan atas implementasi suatu transformasi. pemilik lahan pertanian
memiliki hubungan pada keanggotaan Gapoktan. Gapoktan menjadi wadah bagi
para pemilik lahan untuk berdiskusi bersama dan menentukan suatu kesepakatan
bersama. Selain itu, peran Gapoktan juga turut memiliki kekuatan suara karena
berhubungan dengan kumpulan antar pemilik lahan pertanian. Keputusan yang
disepakati besama dapat memberikan dampak kepada petani penggarap, pasar,
atau bahkan pemerintah jika memang keputusan ini memiliki kepentingan yang
baik dalam memajukan pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.
e.Model ISM pada Elemen Kendala Lingkungan
Elemen kendala lingkungan memiliki komponen yang saling berkaitan
dengan setiap komponen yang terbentuk, sebagaimana terlihat pada Final
Reachability Matrix (FRM) yang tersaji pada Lampiran 4. FRM yang terbentuk
akan memberikan informasi penempatan level pada setiap elemen dan