Analisis kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang (Solanum tuberosum L.) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)
KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

RUWANTI EKA RAHAYU

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan
dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum
L.) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Ruwanti Eka Rahayu
NIM H24110131

ABSTRAK
RUWANTI EKA RAHAYU. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya
Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.
Kenaikan volume impor dan penurunan volume ekspor sayuran menuntut
adanya upaya peningkatan daya saing terhadap produk sayuran lokal. Kentang
merupakan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan nasional dan daerah yang
potensial untuk dikembangkan. Salah satu sentra produksi kentang di Jawa Tengah
adalah Kabupaten Banjarnegara. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi
dan Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk meningkatkan daya saing komoditas
kentang di Kabupaten Banjarnegara. Sumber data primer diperoleh melalui
wawancara dan data sekunder diperoleh melalui kajian literatur. Data dianalisis
dengan analisis deskriptif, analisis TOWS, The House Model dan Pairwise

Comparison. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas
dalam peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah
penyediaan koperasi pada indikator jumlah petani yang memasarkan produk di
koperasi, peningkatan mutu hasil produksi kentang melalui penyediaan benih kentang
bersertifikat bagi petani pada indikator peningkatan jumlah benih bersertifikat, dan
peningkatan proteksi terhadap petani pada indikator regulasi dan kebijakan
pemerintah.
Kata kunci: Daya Saing, Kentang, The House Model, Indikator Kinerja Utama,
Strategi

ABSTRACT
RUWANTI EKA RAHAYU. Institutional Analysis and Strategy to Improve the
Competitiveness of Potatoes (Solanum tuberosum L.) Commodity at Banjarnegara
Regency, Center Java. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
The increase of import volume and the decrease of export volume of vegetables
require the efforts to improve the competitiveness of local vegetable products. Potato
is the core of highland vegetable commodities in national and regional areas that
potential to be developed. One of the potatoes production centers in Central Java is
Banjarnegara regency. The purpose of this study are to formulate strategy and Key
Performance Indicators (KPIs) that will improve the competitiveness of potato in

Banjarnegara. The source of primary data obtained from interviews and secondary
data obtained from study of literature. Data have been analyzed by descriptive
analysis, TOWS analysis, The House Model, and Pairwise Comparison. The results
of this study indicate that the strategies that become the priorities to improve the
competitiveness of potato in Banjarnegara are the provision of cooperation in
indicator of the number of farmers who distribute their products in cooperative,
quality improvement of potatoes production in indicator of increasing the number of
certified seed potatoes that meet farmers needs, and increased protection against
farmers in indicator of regulation and government policy.
Keywords: Competitiveness, The House Model, Key Performance Indicators (KPIs),
Potatoes, Strategy

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)
KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

RUWANTI EKA RAHAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
merupakan hibah kompetitif penelitian strategis nasional. Tema yang dipilih pada
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah ketahanan
dan keamanan pangan dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi
Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang Kabupaten Banjarnegara. Bagian
dari penelitian ini dipublikasikan dalam paper dengan judul Partnership
Institutional Analysis of Potatoes Commodity Supply Chain in Framework For
Enhancing Competitiveness of Holticulture Product in Indonesia (Case Study:

Banjarnegara District). Paper ini dipresentasikan dalam International Seminar on
Agriculture Finance for Rural Development and Sustainability di IPB
International Convention Center, Bogor pada tanggal 20-21 November 2014.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Hibah Kompetitif Penelitian
Strategis Nasional yang berjudul Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen
Rantai Pasok dan Risiko Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia Nomor:
046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu
Lindawati Kartika, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini, Bapak Dr. Eko
Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM, dan Bapak M. Syaefudin Andrianto, STP, M.Si,
selaku dosen penguji yang banyak memberi masukan. Di samping itu, terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Dintankannak Ibu Herrina Indri Hastuti, SPt, M.Si. Bapak Sukamto, SP. selaku
Koordinator Petugas Pertanian, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan
Batur, Bapak Amin Didik Hartoji selaku Ketua Asosiasi Penangkaran Benih
Kabupaten Banjarnegara, Bapak Dawam Raharjo selaku pedagang kentang di
Desa Sumberejo, Bapak Ibraim selaku ketua kelompok tani Gri Lestari Desa
Sumberejo, dan anggota petani dari Kelompok Tani Gri Lestari, Kecamatan Batur,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bapak Dr. Ir. Agus Purwito,

M.Sc.Agr, serta Ayah dan Bunda dari Septina Candra Ariani yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak, Ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan
dukungan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Ruwanti Eka Rahayu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian


4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Manajemen Rantai Pasok

5

Kelembagaan

5

Manajemen Strategi


5

Daya saing

6

Penelitian Terdahulu

6

METODE PENELITIAN

6

Kerangka Pemikiran

6

Tahapan Penelitian


8

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Jenis dan Sumber Data Penelitian

10

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

11

HASIL DAN PEMBAHASAN


13

Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara

13

Analisis Rantai Pasok Komoditas Kentang

14

Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kentang

18

Analisis TOWS

21

The House Model Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan Kabupaten
Banjarnegara
23
Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Banjarnegara

25

Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang

27

Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN

28
29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Produksi kentang Kabupaten Banjarnegara
Matriks TOWS
Skala pada pairwise comparison
Wilayah sentra produksi sayuran dataran tinggi di Kabupaten
Banjarnegara
Produktivitas kentang di Kabupaten Banjarnegara
Grade Kentang di Kabupaten Banjarnegara
Analisis kondisi rantai pasok kentang
Analisis kelembagaan pertanian komoditas kentang di Kabupaten
Banjarnegara
Analisis TOWS komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara
Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang
Hasil prioritas dan bobot variabel Indikator Kinerja Utama
Bobot strategi peningkatan daya saing komoditas kentang
Implikasi Manajerial

4
11
13
14
14
15
15
19
21
25
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Volume ekspor-impor komoditas cabai dan kentang di Indonesia
Persentase share kumulatif produksi kentang nasional
Jumlah produksi kentang di Jawa Tengah
Struktur rantai pasok sederhana
Kerangka pemikiran penelitian
Tahapan penelitian
Kerangka The House Model
Struktur rantai pasok komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara
The House Model peningkatan daya saing komoditas kentang
Kabupaten Banjarnegara

1
2
2
5
7
9
12
15
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Instrumen Wawancara
2 Kuesioner pembobotan IKU peningkatan daya saing komoditas kentang
di Kabupaten Banjarnegara
3 Rangkuman Hasil Wawancara

33
35
41

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai
nilai ekonomis dan permintaan pasar tinggi di Indonesia. Berdasarkan kekuatan
pasar dan prioritas kebijakan di pusat dan daerah, Direktorat Jendral Hortikultura
pada Rencana Strategis (Renstra) untuk periode tahun 2010-2014 menetapkan
sepuluh komoditas utama hortikultura nasional yang terdiri dari: Cabai, Bawang
Merah, Kentang, Mangga, Manggis, Jeruk, Salak, Jambu Biji Kristal, Anggrek,
dan Krisan.
Sejak perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang
diberlakukan secara penuh pada tahun 2010, Indonesia dibanjiri produk-produk
Cina tidak terkecuali produk-produk hortikultura. Kentang dan Cabai adalah
komoditas sayuran dataran tinggi unggulan nasional dan daerah yang turut
mengalami peningkatan impor. Adapun volume ekspor-impor kentang dan cabai
pada tahun 2009 - 2013 disajikan pada Gambar 1.
140000

120412

116081
107900

Volume (Ton)

120000
100000
80000
60000

63987
51418

40000
20000

10979

9376

8366

6922

6089

0
2009

2010

2011

2012

2013

Tahun
Ekspor Cabai

Impor Cabai

Ekspor Kentang

Impor Kentang

Gambar 1 Volume ekspor dan impor komoditas kentang dan cabai di Indonesia
Sumber: Laporan Data Kinerja, Kementerian Pertanian 2013

Berdasarkan grafik pada Gambar 1, volume ekspor kentang cenderung
terus menurun sejak tahun 2009 sedangkan volume impor menunjukkan kenaikan
yang cukup tinggi terutama dari tahum 2010 ke tahun 2011 sejak perjanjian
ACFTA resmi diberlakukan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas kentang
lokal belum mampu bersaing dengan produk kentang impor baik dari segi kualitas
maupun harga. Sejak perjanjian ini diberlakukan, pengawasan produk ekspor ke
negara ASEAN diperketat, salah satu penyebab produk pertanian Indonesia
khususnya komoditas kentang kesulitan memasuki pasar ekspor karena
kandungan pestisida yang tinggi. Permasalahan pada komoditas kentang ini harus

2
mendapat perhatian yang serius. Ketidakmampuan kentang lokal dalam bersaing
perlu diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan daya
saing pada masing-masing sentra produksi kentang.
Berdasarkan rata-rata produksi kentang nasional tahun 2008-2012, sentra
produksi kentang di Indonesia tersebar di enam provinsi dengan share kumulatif
produksi nasional sebesar 92.81%. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi
kentang di Indonesia di Indonesia disajikan pada Gambar 2.

Jambi
7.70%

Lainnya
7.19%
Jawa Barat
25.57%

Jawa Timur
11.08%

Sumatera
Utara
11.91%

Jawa Tengah
24.63%

Sulawesi
Utara 11.91%

Gambar 2 Persentase share kumulatif produksi kentang nasional
Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2013

Diagram pada Gambar 2 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi sentra produksi kentang
dengan share kumulatif terbesar kedua setelah Jawa Barat. Jawa Tengah menjadi
sentra produksi kentang dengan luas panen 17.635 Ha dan produktivitas sebesar
15.5 ton/ha. Adapun produksi kentang di Jawa Tengah disajikan pada Gambar 3.

Jumlah Produksi (Ton)

1400000
1200000
1000000
800000

Banjarnegara

600000

Brebes

400000

Wonosobo

200000

Batang

0
2010

2011

2012

2013

Tahun
Gambar 3 Jumlah produksi kentang di Jawa Tengah
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2014

3
Gambar 3 menunjukkan bahwa Banjarnegara merupakan daerah yang
memproduksi kentang paling tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya di
Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara merupakan sentra produksi kentang terluas
yaitu 8.278 ha dari luas panen kentang di Jawa Tengah 17.635 ha pada tahun 2013.
Adapun produksi kentang di beberapa wilayah sentra produksi kentang di
Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi kentang di Kabupaten Banjarnegara
Produksi (Kw)
Wilayah
Kecamatan
2011
2012
Pejawaran
408270
275600
Batur
573328
760182
Wanayasa
15135
27744
Kalibening
440
1874

2013
365200
787736
26690
2562

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sentra produksi kentang
di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Pajawaran, Kecamatan Batur,
Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Kalibening. Adapun kecamatan dengan
produksi tertinggi yaitu Kecamatan Batur. Peningkatan produksi kentang di
Banjarnegara sejak tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan bahwa potensi
Kabupaten Banjarnegara khususnya Kecamatan Batur menjadi peluang bagi
Indonesia untuk meningkatkan ekspor sayuran hortikultura ke pasar luar negeri.
Namun fenomena peningkatan impor mengindikasikan bahwa produk kentang
lokal kalah bersaing dengan kentang impor yang menawarkan harga lebih murah
sehingga menurunkan harga jual petani.
Peningkatan daya saing komoditas kentang menjadi faktor kunci untuk
mengembangkan usaha hortikultura Indonesia serta mengurangi dampak kerugian
akibat perjanjian ACFTA maupun perdagangan bebas lainnya. Menurut
Anantanyu (2011), upaya peningkatan daya saing petani perlu dilakukan dengan
penguatan sistem kelembagaan terintegrasi. Pembangunan sistem kelembagaan
terintegrasi dapat mengefisienkan rantai pasok yang akan mengurangi margin
harga sehingga harga produk sayuran Indonesia bisa lebih murah dan berdaya
saing. Selain itu, peningkatan daya saing dilakukan dengan menerapkan strategi
yang tepat melalui analisis faktor internal dan eksternal pada usaha komoditas
kentang sebagai sayuran dataran tinggi unggulan di Kabupaten Banjarnegara.

Perumusan Masalah
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah komoditas sayuran dataran tinggi
yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan nasional dan daerah. Kabupaten
Banjarnegara merupakan salah satu sentra produksi komoditas kentang terbesar di
provinsi Jawa Tengah yang menetapkan kentang sebagai komoditas unggulan
daerah. Peningkatan impor kentang yang tinggi di tahun 2011 menyebabkan
petani kentang mengalami banyak kerugian karena harga jual kentang menurun
drastis. Upaya peningkatan daya saing kentang perlu dilakukan melalui strategi
yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini

4
adalah: (1) Bagaimana rantai pasok kentang unggulan di Banjarnegara? (2)
Bagaimana sistem kelembagaan pertanian komoditas kentang di Banjarnegara (3)
Bagaimana rumusan strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di
Kabupaten Banjarnegara? (4) Bagaimana Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk
meningkatkan daya saing komoditas kentang di Banjarnegara? (5) Bagaimana
strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di
Kabupaten Banjarnegara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi struktur
rantai pasok sayuran unggulan di Banjarnegara, (2) Menganalisis sistem
kelembagaan pertanian untuk komoditas kentang di Banjarnegara, (3) Merancang
strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di Kabupaten Banjarnegara
melalui analisis TOWS dan konsep The House Model, (4) Merumuskan Indikator
Kinerja Utama untuk meningkatkan daya saing komoditas sayuran unggulan di
Banjarnegara, (5) Menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing
komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi yang dapat
digunakan oleh berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain: (1) Bagi Petani di
wilayah Banjarnegara, penelitian dapat memberikan masukan dalam penetapan
strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten
Banjarnegara; (2) Bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Dinas
Pertanian, Perikanan,dan Peternakan (Dintankannak), penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan, strategi, dan
program-program untuk meningkatkan daya saing petani serta sayuran unggulan
di Kabupaten Banjarnegara, serta mampu mengoptimalkan peran
kelembagaan/mitra usaha pertanian; (3) Bagi Masyarakat Ilmiah, penelitian ini
dapat menjadi referensi dalam membuat program-program pertanian yang terkait
dengan upaya peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi unggulan
daerah, serta menambah pengetahuan dan wawasan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan peningkatan daya saing komoditas sayuran.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada kajian terhadap peningkatan
daya saing komoditas kentang sebagai komoditas sayuran dataran tinggi unggulan
di Kabupaten Banjarnegara. Pengkajian dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap struktur rantai pasok dengan teori Van der Vorst (2006), pelaku pada
kelembagaan rantai pasok dengan teori Quadruple Helix (Arnkil et al. 2010), dan
perumusan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang dengan analisis
TOWS, The House Model, dan IKU pada kelompok tani Gri Lestari, Gabungan
Kelompok Tani Bumi Mulyo di Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara sebagai objek penelitian.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Rantai Pasok
Menurut Marimin dan Magfiroh (2010), manajemen rantai pasok
merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan
pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien.
Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat, dan waktu
yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan pelanggan.
Prinsip manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi
dan koordinasi aktivitas-aktivitas terkait dengan aliran material/produk. Model
Rantai pasok sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.

Pemasok

Manufaktur

Pusat
Distribusi

Pedagang
Besar

Pedagang
Pengecer

Konsumen

Gambar 4 Struktur rantai pasok sederhana (Anatan dan Ellitan, 2008).
Berdasarkan gambar tersebut, sebuah rantai pasokan sederhana memiliki
komponen yang disebut channel. Channel terdiri atas pemasok, manufaktur, pusat
distribusi, pedagang besar, dan pedagang pengecer yang semuanya bekerja untuk
memenuhi kebutuhan konsumen akhir.
Kelembagaan
Menurut Uphoff (1986) dalam Elizabeth dan Anugrah (2010), tiga pilar
kelembagaan yang menopang kehidupan suatu masyarakat, yaitu: Private Sector
(kelembagaan pasar), voluntary sector (kelembagaan komunitas), dan public
sector (kelembagaan pemerintahan). Menurut Arifin (2005), hal yang terpenting
dalam jaringan kelembagaan adalah industri hilir dalam pertanian dan instrumen
kebijakan mampu mendukung kebekerjaan pasar, khususnya pada komoditas
pertanian.
Manajemen Strategi
Menurut Pears dan Robinson (2008), Strategi merupakan rencana
permainan perusahaan yang berorientasi masa depan, guna berinteraksi dengan
kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Suatu organisasi atau
perusahaan melakukan strategi-strategi dengan memanfaatkan peluang dan
kekuatan, menetralkan ancaman, dan menghindari kelemahan berdasarkan hasil
analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan (Heizer dan
Render 2008).

6
Daya saing
Menurut Zuhal (2010), daya saing menjadi perhatian serius bagi para
pengambil kebijakan ekonomi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk meningkatkan kemakmuran suatu negara. Karaketristik usaha pertanian
yang berdaya saing menurut Nainggolan (2005) adalah berorientasi pasar,
meningkatkan pangsa pasar khususnya di pasar Internasional dan mengandalkan
produktivitas serta nilai tambah melalui pemanfaatan modal, inovasi teknologi,
dan keterampilan sumber daya manusia.
Penelitian Terdahulu
Sani (2014), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kebutuhan dan
Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive
Structural Modeling menyatakan bahwa rantai pasok kentang berdasarkan tujuan
akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar
tradisional, pasar modern, dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan
merupakan pelaku yang paling berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan
kebutuhan penyediaan infrastruktur, peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit
untuk modal. Kendala para pelaku yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu
iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan dan modal petani yang
terbatas.
Pujiharto (2011), dalam jurnalnya yang berjudul Kajian Potensi
Pengembangan Agribisinis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara,
Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa permasalahan pokok dalam
pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara
meliputi aspek teknis produksi, kelembagaan , dan pemasaran. Pola kemitraan
usaha sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara adalah pola dagang
umum dan pola kemitraan pembinaan-kredit bibit kentang antara petani dengan
PT Indofood Fritolay Makmur. Konsep pengembangan agribisnis sayuran dataran
tinggi di Kabupaten Banjarnegara harus dilaksanakan secara komprehensif dengan
memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu ke hilir dan
perangkat penunjangnya.
Pada penelitian ini dilakukan perancangan indikator kinerja utama dalam
upaya peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara
berdasarkan hasil analisis melalui analisis TOWS dan The House Model.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Komoditas kentang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional
dan daerah yang berpotensi dalam peningkatan pasar ekspor. Oleh karena itu,
perlu adanya penelitian dan pengkajian terkait peningkatan daya saing kentang di
Kabupaten Banjarnegara. Kerangka pemikiran pada penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 5.

7

Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan Nasional
(Ketetapan Ditjen Hortikultura periode 2010-2014)

Kentang

Jawa Barat

Cabai

Jawa Tengah

Sulawesi Utara

Sumatera Utara

Kabupaten Banjarnegara

Identifikasi Struktur Rantai
Pasok Komoditas Kentang
(Van der Vorst 2006)

Analisis pelaku dalam
kelembagaan dengan Teori
Quadruple Helix (Arnkil et al.
2010) yang terdiri dari:
Academic, Business,
Government, Community.

Perumusan strategi peningkatan daya saing
komoditas kentang dengan Analisis TOWS

Perancangan model peningkatan daya saing komoditas
kentang dengan The House Model

Perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Analisis IKU prioritas utama dengan metode
Pairwise Comparison

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi
Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang
Berkelanjutan

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian

8
Gambar 5 menjelaskan alur dari penelitian ini. Penelitian diawali dengan
menentukan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan berdasarkan dokumen
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura periode 2010-2014. Sayuran
dataran tinggi unggulan yang ditetapkan oleh Ditjen Hortikultura adalah kentang
dan cabai. Sayuran dataran tinggi terpilih pada penelitian ini adalah kentang.
Salah satu sentra produksi kentang di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah produksi tertinggi di Kabupaten Banjarnegara.
Kabupaten Banjarnegara menjadikan kentang sebagai komoditas sayuran
unggulan daerah. Langkah pertama adalah mengidentifikasi rantai pasok (Van der
Vorst 2006) dan sistem kelembagaan dengan teori Quadruple Helix (Arnkil et al.
2010). Analisis selanjutnya adalah analisis lingkungan internal dan eksternal
dengan analisis TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength) dan The House
Model untuk merumuskan dan merancang model strategi peningkatan daya saing.
Kemudian merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan dilakukan
pembobotan menggunakan metode pairwise comparison terhadap setiap IKU
untuk menentukan IKU prioritas. Selanjutnya, menetapkan tindakan dalam
meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara sebagai
implikasi manajerial yang direkomendasikan kepada Dinas Pertanian, Perikanan
dan Peterakan (Dintankannak) dan seluruh pelaku rantai pasok kentang di
Kabupaten Banjarnegara.
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

9

Penentuan Topik Penelitian melalui grand
design rancang bangun sayuran dataran tinggi

P
r
a
P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

1.
2.
3.
4.
5.

Perumusan Masalah
Bagaimana rantai pasok sayuran unggulan di Banjarnegara?
Bagaimana sistem kelembagaan pertanian untuk komoditas kentang di Banjarnegara?
Bagaimana rumusan strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di Kabupaten
Banjarnegara?
Bagaimana Indikator Kinerja Utama untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di
Banjarnegara?
Bagaimana strategi yang tepat untuk meingkatkan daya saing komoditas kentang di
Kabupaten Banjarnegara?

Rancangan Pengumpulan data
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis

1. Studi pendahuluan
2. Studi pustaka

P
e
n
g
u
m
p
u
l
a
n

Penyusunan desain penelitian

Pengumpulan data lapangan

Data Sekunder
a. Buku, jurnal, tesis, disertasi
b. Artikel dan data dariInternet
c. Dokumen instansi terkait

Data Primer
a. Observasi dan wawancara
b. Pengisian Kuesioner

d
a
t
a

A
n
a
l
i
s
i
s
d
a
t
a

1.
2.
3.
4.
5.

Pengolahan Data
Tabulasi data dan informasi
Identifikasi sayuran unggulan
Identifikasi model rantai pasok
Identifikasi model kelembagaan
Perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU)

1. Analisis rantai pasok --- analisis deskriptif
2. Analisis kelembagaan---analisis deskriptif
3. Analisis Strategi----Analisis TOWS dan The House Model
4. Pemilihan IKU prioritas – Pairwise Comparison

Implikasi manajerial

Kesimpulan dan saran

Gambar 6 Tahapan Penelitian

10
Gambar 6 menunjukkan tahapan penelitian ini yang terdiri dari tahapan
pra-penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pada
tahapan pra-penelitian yang dilakukan yaitu: (1) penentuan topik penelitian; (2)
perumusan masalah; (3) rancangan pengumpulan data. Pada tahapan pengolahan
data terdiri dari; (1) studi pendahuluan dan studi pustaka; (2) penyusunan desain
penelitian; (3) pengumpulan data lapangan. Pada tahapan pengolahan data yang
dilakukan adalah pengolahan data dan implikasi manajerial. Tahapan terahkir
adalah penarikan kesimpulan dan saran.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 di salah satu Kelompok
Tani di wilayah Banjarnegara, yaitu Kelompok Tani Gri Lestari, Gapoktan Bumi
Mulyo, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi
Jawa Tengah.
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode observasi,
yaitu berupa wawancara dengan pihak yang terlibat dalam rantai pasok kentang di
Kabupaten Banjarnegara dengan instrumen kuesioner yang dilampirkan pada
Lampiran 1, dan wawancara pakar dengan pihak yang mewakili pelaku bisnis,
pemerintah, dan akademisi bidang hortikultura dengan instrumen kuesioner yang
dilampirkan pada Lampiran 2. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, artikel ilmiah, penelitian terdahulu,
internet, dokumen-dokumen dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen publikasi
dari Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Rencana Strategis (Renstra)
Provinsi Jawa Tengah, Renstra Dintankannak Kabupaten Banjarnegara periode
2012-2016, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Kabupaten Banjarnegara tahun 2013.
Metode dan Penentuan Ukuran Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling atau penetapan
sampel dengan pertimbangan tertentu untuk menentukan pakar (Sugiyono 2010).
Peneliti menggunakan penilaian pakar atau ahli yang menguasai bidang pertanian
khususnya dalam hal peningkatan daya saing komoditas kentang. Sampel yang
dipilih pada adalah lima narasumber dalam analisis rantai pasok dan
kelembagaan; (1) Pihak Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan
(Dintankannak) Kabupaten Banjarnegara, (2) Pihak Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Kecamatan Batur, (3) Petani Penangkar benih, (4) Petani yang memiliki
dan mengolah lahan pertanian, dan (5) Pedagang besar, serta tiga narasumber
sebagai pakar; (1) Ketua Asosiasi Penangkar Benih, (2) Koordinator Petugas
Pertanian BPP Kecamatan Batur, dan (3) Dosen pakar bidang hortikultura.
Masing-masing pihak diwakilkan oleh satu narasumber.

11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif-kualitatif,
Analisis Matriks TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength), The House
Model, Analisis Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Pairwise Comparison.
Analisis Deskriptif-Kualitatif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis data bersifat kualitatif
karena didasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang
dikonstruksikan menjadi sebuah hipotesis (Sugiyono 2010). Analisis deskriptif
pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui struktur rantai pasokan dan
sistem kelembagaan. Struktur rantai pasok dianalisis menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Van der Vorst (2006) terdiri dari struktur rantai, sasaran rantai,
manajemen rantai, sumber daya rantai, dan proses bisnis rantai. Kelembagaan
dianalisis berdasarkan pelaku pada pada rantai pasok dengan teori Quadruple
Helix yang terdiri dari: akademisi (Academic), pelaku bisnis (Business),
Pemerintah (Government), dan Komunitas (Community) atau lebih dikenal dengan
konsep ABGC (Arnkil et al. 2010).
Analisis Matriks TOWS
Model Matriks TOWS dikembangkan oleh David (1989) sebagai model
komprehensif berupa diagram yang menampilkan matriks enam kotak, dua paling
atas adalah faktor internal yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
organisasi, sedangkan dua kotak paling kiri adalah peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh perusahaan (Salusu 2006). Model matriks TOWS ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Matriks TOWS

OPPORTUNITIES

THREATS

STRENGTHS

WEAKNESSES

Memakai kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

Menanggulangi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang

STRATEGI SO

STRATEGI WO

Mamakai kekuatan untuk
menghindari ancaman

Memperkecil kelemahan dan
menghindari ancaman

STRATEGI ST

STRATEGI WT

Sumber: Salusu (2006)

Berdasarkan gambar tersebut, terdapat empat strategi yang ditampilkan dari
hasil analisis TOWS, yaitu: (1) Strategi SO, digunakan untuk menarik keuntungan
dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal; (2) Strategi WO, bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari
lingkungan luar; (3) Stategi ST, digunakan untuk menghindari, paling tidak

12
memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar; (4) Strategi WT,
digunakan sebagai taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha untuk
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (Salusu
2006).
Pada penelitian ini, analisis TOWS digunakan untuk merumuskan
alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan daya saing komoditas
kentang dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi dalam peningkatan daya saing komoditas kentang.
The House Model
The House Model merupakan suatu alat yang digunakan oleh sebuah
organisasi sebagai konsep yang dibangun untuk merubah mimpi menjadi sebuah
tindakan. The House Model disajikan pada Gambar 7.

Dream with a deadline
(mimpi dengan batas waktu)
Key Way
(cara utama)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang digunakan)

Key Way
(cara utama)

Key Way
(cara utama)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang digunakan)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang digunakan)

Supporting behavior
(Tindakan Pendukung)

Gambar 7 Kerangka The House Model
Horovitz dan Corbooz (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen
untuk membangun visi yang baik dimana impian yang terletak di atap, pilar terdiri
dari cara-cara utama untuk mencapai visi tersebut, dan pondasi berupa indikator
utama peningkatan kinerja dan perilaku pendukung.
Indikator Kinerja Utama
Menurut Moeheriono (2012), Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key
Performance Indicators (KPIs) adalah indikator yang akan memberikan informasi
sejauh mana keberhasilan pencapaian kinerja terhadap sasaran strategis yang telah
ditetapkan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pembuatan IKU dapat
dibedakan menjadi dua,yaitu (1) IKU Lagging atau lag IKU adalah IKU yang
bersifat output/outcome yang mengukur hasil kinerja, dan (2) IKU leading atau
lead IKU adalah IKU yang bersifat proses, yang mendorong pencapaian lagging..
Kaplan dan Norton (1996) menganjurkan bahwa dalam penggunaan IKU tidak

13
lebih dari 25 indikator. Perumusan IKU harus memenuhi kriteria karakteristik
indikator kinerja yang baik dan ideal yaitu dengan memenuhi prinsip SMART-C
(Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bounded, Continously).
Pairwise Comparison
Metode Pairwise Comparison (Saaty 1991) digunakan untuk mengetahui
bobot tertinggi dari setiap elemen.Pada penelitian ini metode pairwise comparison
digunakan untuk menentukan prioritas pada Indikator Kinerja Utama (IKU). Skala
pada pembobotan pairwise comparison disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Skala pada Pairwise Comparison
Identitas
Kepentingan
9
7
5
3
1
2, 4, 6, 8

Definisi Nilai
Mutlak lebih penting
Sangat jelas lebih penting
Jelas lebih penting
Sedikit lebih penting
Sama penting
Apabila terdapat sedikit saja perbedaan atau keragu-raguan antar dua nilai
faktor yang berdekatan

Sumber: Saaty, 1991

Bobot prioritas diperoleh berdasarkan pendapat pakar yang bertindak
sebagai responden melalui pengisian kuesioner yang terlampir pada Lampiran 2.
Hasil dari jawaban responden diolah dengan bantuan software expert choice 11
sehingga menghasilkan bobot pada setiap sasaran strategis dan IKU. Rasio
inkonsistensi harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, informasi harus ditinjau
kembali dan diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di bagian barat
provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 106.970,99 hektar atau 3,1 persen dari
luas provinsi Jawa Tengah. Potensi utamanya adalah sayuran dataran tinggi yang
terdiri dari: kentang, kubis, bawang daun, wortel, dan tomat yang merupakan
sayuran paling dominan ditanam di wilayah ini. Diantara komoditas sayuran
dataran tinggi potensial tersebut, pemerintah daerah (Dintankannak) Kabupaten
Banjarnegara menetapkan kentang sebagai komoditas sayuran unggulannya.
Adapun sentra produksi sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara
meliputi lima kecamatan yang disajikan pada Tabel 4.

14
Tabel 4 Wilayah sentra produksi sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara
Wilayah Kecamatan
Kecamatan
Batur

Kentang
Kubis
Komoditas Bawang
Daun
Sayuran
Wortel

Kecamatan
Pejawaran

Kecamatan
Wanayasa

Kecamatan
Karang
Kobar

Kecamatan
Kalibening

Kentang
Kubis
Bawang
daun
Wortel
Tomat

Kentang
Kubis
Bawang
Daun
Wortel
Tomat

Kubis
Bawang
Daun
Tomat

Bawang
Daun
Kentang
Tomat

Sumber: Pujiharto, 2011

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi sentra komoditas
kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Batur, Kecamatan
Pajawaran, Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Kalibening. Produktivitas
kentang pada keempat wilayah tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Produktivitas kentang Kabupaten Banjarnegara
Produktivitas (Kw/Ha)
Wilayah
Kecamatan
2011
2012
Pejawaran
120.08
107.66
Batur
148.07
171.52
Wanayasa
64.13
134.03
Kalibening
146.67
110.24

2013
107.73
168.07
144.27
160.13

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 5, kecamatan Batur merupakan wilayah
penghasil kentang terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Batur
menjadi satu-satunya wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang distribusi
kentangnya sampai masuk pasar ekspor ke Singapura. Saat ini di Kecamatan
Batur tercatat delapan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), 79 Kelompok Tani,
13 Kelompok Wanita Tani, dan 16 Kelompok Tani Penangkar Benih.
Analisis Rantai Pasok Komoditas Kentang
Pada studi kasus di Kabupaten Banjarnegara. jenis kentang yang di
budidaya adalah jenis kentang granola untuk konsumsi (sayur), jenis atlantik dan
jenis agria (belum tersertifikasi) untuk industri pengolahan. Jenis kentang yang
paling banyak diproduksi adalah kentang jenis granola untuk konsumsi sayur.
Kentang jenis granola yang akan didistribusikan, disortir terlebih dahulu
kemudian dilakukan grading agar sesuai dengan permintaan di masing-masing
tempat tujuan distribusi. Adapun grade kentang granola yang dihasilkan di
Banjarnegara secara umum dapat dilihat pada Tabel 6.

15
Tabel 6 Grade kentang di Kabupaten Banjarnegara
Grade

Ukuran Diameter

AL
AB
ABC
PL
DN
TO
Rindil

≥ 6 cm
5.5 cm – 6 cm
5 cm -5.5 cm
4 cm – 4.5 cm
3 cm - 4 cm
2.5 cm – 3 cm
< 2,5 cm

Jumlah/kg
2-3 buah/kg
4-6 buah/kg
6-8 buah/kg
10 - 12 buah/kg
15 - 20 buah/kg
20 - 30 buah/kg
30 - 50 buah/kg

Harga dari
Petani
7000 – 10000
6500 – 9000
6000 – 7000
4500 – 5000
3500 – 4000
2000 – 3000
1500 – 2000

Kentang yang didistribusikan disesuaikan dengan grade dari kentang
tersebut. Biasanya grade AL, AB, ABC dan PL didistribusikan ke pasar induk,
supermarket dan ekspor. Sedangkan DN, TO, dan rindil dijual ke pasar tradisional
setempat atau diambil petani sebagai umbi untuk ditanam selanjutnya. Adapun
rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara secara umum dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Struktur rantai pasok komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara

16
Berdasarkan Gambar 8, rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara
memiliki lima jalur yaitu, Pasar induk, Pasar luar negeri, supermarket, pasar lokal,
dan industri pengolahan. Aliran komoditas kentang di Banjarnegara pada model
rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:
1. Struktur Rantai 1
Kebanyakan petani di Banjarnegara khususnya di Kecamatan Batur
menjual kentangnya kepada pedagang besar yang langsung datang ke petani
untuk membeli kentang. Pedagang langsung mendistribusikan kentang jenis
granola ke seluruh pasar induk di Indonesia setiap hari. Pasar induk yang
menjadi tujuan distribusi kentang Banjarnegara adalah Pasar Keramat Jati dan
Kemayoran (Jakarta), Pasar Caringin (Bandung), Pasar Johar (Semarang),
Pasar Keputren (Surabaya), dan Pasar Tulungagung (Blitar).
2. Struktur Rantai 2
Kentang granola di Banjarnegara sudah menembus ekspor ke Singapura
melalui perusahaan eksportir PT Anugerah Mandiri. Eksportir ini
menyalurkan kentang dari daerah Batur salah satunya ke supermarket di
Singapura. Kentang granola yang diekspor ke Singapura adalah grade PL.
3. Struktur Rantai 3
Distribusi kentang ke supermarket dilakukan melalui supplier yang telah
ditunjuk berdasarkan kontrak. Supplier yang sudah bekerja sama dengan
pedagang di wilayah Banjarnegara adalah PT Anugerah Mandiri. Supplier ini
menyalurkan distribusi kentang dari pedagang besar ke supermarket dan ke
pasar luar negeri. Untuk supermarket dalam negeri produk diidstribusikan ke
Hero, Giant, Carrefour, dan Lotte Mart.
4. Struktur Rantai 4
Pedagang mendistribusikan produk kentang pada pasar lokal apabila
kentang yang dikirim baik untuk ekspor maupun ke supermarket mengalami
rejected maka pengumpul akan menjual kentangnya ke Pasar induk atau pasar
tradisional di wilayah Banjarnegara.
5. Struktur Rantai 5
Rata-rata petani di wilayah Banjarnegara menjual kentang langsung pada
pedagang besar. Akan tetapi masih ada pula petani yang menjual produknya
langsung ke pasar tradisional setempat. Biasanya kentang yang dijual ini
adalah kentang yang ukurannya kecil dan tidak dibeli oleh pedagang besar.
6. Struktur Rantai 6
Pada beberapa wilayah di Banjarnegara ditanam kentang jenis atlantik dan
jenis agria untuk dioalah menjadi keripik kentang. Kentang jenis atlantik
adalah jenis bibit kentang yang dipasok oleh PT Indofood Fritolay Makmur
(PT IFM) untuk petani yang menjadi mitranya dan kemudian kentang akan
dijual kembali ke PT IFM untuk diolah menjadi keripik. Sedangkan jenis
kentang agria langsung diolah sendiri oleh petani atau didistribusikan ke
industri pengolahan keripik di sekitar Kabupaten Banjarnegara seperti Albaeta, La Rizo, dan Tri Sakti.
Hasil identifikasi terhadap struktur rantai pasok kentang di Kabupaten
Banjarnegara menunjukkan bahwa terdapat dua pola kemitraan yaitu pola dagang
umum dan contract farming (Pujiharto 2011). Pola dagang umum dapat

17
ditemukan pada struktur rantai 1, 2, 3, 4, dan 5 yang merupakan struktur rantai
pasok pada jenis kentang granola. Pola dagang umum bersifat informal dan
fleksibel. Petani di wilayah Batur umumnya didatangi banyak pedagang besar
yang langsung datang untuk membeli kentang. Petani akan memberikan kentang
tersebut kepada pedagang yang memberikan harga penawaran paling tinggi dan
membayar dalam kurun waktu tidak lebih dari seminggu
Pola Contract farming terjadi pada struktur rantai 6 yang merupakan bentuk
kemitraan antara petani dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) yang
menyediakan benih atlantik untuk dibudidayakan oleh petani dan petani
menjualnya ke perusahaan. Namun, pola kemitraan ini sudah berhenti di
Kecamatan Batur dan hanya sebagian kecil yang masih menerapkan pola
kemitraan ini karena petani merasa lebih banyak dirugikan.
Struktur rantai pasok dan pola kemitraan yang terjalin pada komoditas
kentang di Kabupaten Banjarnegara dianalisis dengan metode deskriptif-kualitatif
yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006) berdasarkan aspek-aspek pada
struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan proses
bisnis rantai pasoknya. Analisis kondisi rantai pasok kentang secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis kondisi rantai pasok kentang
Analisis Deskriptif
Struktur Rantai

Sasaran Rantai

Manajemen Rantai

Sumber Daya Rantai
Proses Bisnis Rantai

Komoditas Kentang
Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok
tani), distributor (pedagang, dan eksportir yaitu PT Anugerah
Mandiri), pasar tradisional, supermarket, dan industri
makanan (Home industry keripik kentang seperti Al-Baeta
dan perusahaan besar seperti PT Indofood Fritolay Makmur)
1 Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk (grade) dan
jenis bibit. Grade AB dan AL didistribusikan ke pasar
induk, supermarket, dan ekspor. Sedangkan DN, TO,
dan Rindil dijual ke pasar lokal. Untuk kentang granola
merupakan kentang sayur untuk konsumsi masyarakat.
Sedangkan bibit atlantik atau agria digunakan untuk
industri pengolahan keripik kentang
2 Sasaran pengembangan rantai pasok adalah penambahan
mitra bisnis, dan memberdayakan koperasi sebagai
institusi pelayanan pemasaran
1 Kerja sama antar pelaku rantai masih didasarkan pada
kepercayaan yang bersifat informal dan fleksibel.
Pembayaran dilakukan antara 7-14 hari.
2 Kesepakatan antara petani dan perusahaan didasarkan
pada perjanjian yang dibayar setelah panen.
Luas panen kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah
8.278 ha dengan produksi sebesar 1.182.188 ton (2013).
Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor
storage with package carrier delivery (produk dikirim
kepada konsumen melalui jasa distributor)

Berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi struktur rantai pasok, hasil
penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok yang paling dominan digunakan oleh
petani kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Struktur Rantai 1 yaitu petani

18
menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang
mendistribusikannya ke pasar-pasar induk di luar Kabupaten Banjarnegara. Petani
lebih menyukai struktur rantai yang melalui pedagang karena biaya penyortiran
dan pengangkutan ditanggung oleh pedagang. Sedangkan pedagang lebih banyak
mendistribusikan produk kentang ke pasar induk karena tidak ada standar khusus
untuk bisa masuk ke pasar induk. Berbeda dengan supermarket dan pasar luar
negeri yang menuntut standar tertentu sehingga sulit untuk memasuki pasar
tersebut karena kentang yang dihasilkan masih berkualitas rendah.
Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kentang
Pengembangan kelembagaan secara terintegratif akan meningkatkan daya
saing agribisnis hortikultura yang bersifat relatif berkelanjutan (Saptana et al.
2006). Pembangunan kelembagaan kemitraan menjadi pertimbangan penting
dalam memberikan jaminan pasar dan kepastian harga yang akan mengurangi
risiko petani terutama dalam menghadapi fluktuasi harga dan menjamin
keberlanjutan kemitraan usaha (Saptana et al. 2010).
Analisis pada penelitian ini dilakukan terhadap pelaku rantai pasok
komoditas kentang pada masing-masing pilar kelembagaan (kelembagaan pasar,
kelembagaan komunitas, dan kelembagaan pemerintahan) dengan model
Quadruple Helix yang terdiri dari: akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan
komunitas. Model ini merupakan kerangka sistem inovasi yang menunjukkan
keterkaitan antar aktor dan bersifat jangka panjang (Arnkil et al. 2010).
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka maupun kajian di lapangan menunjukkan
bahwa pada semua pola kelembagaan kemitraan baik pada pola dagang umum
maupun contract farming masih menempatkan petani pada posisi tawar terendah
serta bentuk transaksi yang masih belum transparan terutama pada informasi
harga pasar bagi para petani (Pujiharto 2011). Menurut Zulkarnain (2009),
pengembangan kelembagaan di tingkat petani perlu diarahkan sebagai upaya
peningkatan posisi tawar petani sebagai pelaku usaha. Adapun hasil analisis
kelembagaan rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara disajikan pada
Tabel 8.

Tabel 8 Analisis Kelembagaan Pertanian Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara
Pelaku Rantai Pasok
Akademisi

Sebelum Budidaya
Perguruan tinggi, Litbang pertanian, LIPI
melakukan kegiatan pengumpulan plasma
nutfah, pemuliaan, perlindungan varietas
tanaman, dan penemuan varietas unggul

Selama Budidaya

Setelah Budidaya

Penciptaan inovasi teknologi alat
mesin pertanian yang ramah
lingkungan

Melakukan analisis pasar dan nilai tambah
produk dalam meningktakan daya saing
1.

1.

2.

Pelaku Bisnis
3.
4.

1.

Pemerintah

2.
3.

1.

2.

Komunitas
3.

4.

Lembaga non formal penyediaan modal
dengan sistem Yarnen (dibayar setelah
panen) dalam bentuk barang
Lembaga keuangan formal swasta
penyedia modal uang Bank Surya
Yudha
Penangkar Benih swasta (BP Bronco
dan BP Diva)
Toko-toko penyedia sarana produksi
pertanian

Lembaga formal penyedia modal uang
bagi petani kentang oleh pemerintah
Bank BRI dan BKK
Penyuluhan budidaya tanaman kentang
sesuai dengan SOP oleh PPL
Penyediaan subsidi benih, kultivator
dan pupuk organik
Adanya Asosisasi penangkar benih di
Kabupaten Banjarnegara yang
menyediakan benih bersertifikat
Adanya Asosiasi Petani Kentang Dieng
yang memberikan pembinaan untuk
peningkatan kompetenesi petani dan
memberikan informasi pasar
Petani/kelompok tani yang melakukan
persiapan lahan, benih, pupuk, untuk
penanaman
Kelompok tani yang melakukan
penangkaran benih bersertifikat

2.

3.

4.

Pada pola contract Farming, kentang dibeli
oleh Indofood
Pada pola dagang umum kentang dibeli
oleh pedagang besar dan di grading serta
di bungkus untuk dikirim ke pasar induk,
pasar lokal, supermarket, dan ekspor
Kentang diekspor dan disuplai ke
supermarket melalui PT Anugerah Mandiri
dan Caraka
Kentang masuk ke industri pengolahan
untuk diolah menjadi keripik kentang oleh
industry keripik kentang seperti Al-baeta,
La Rizo, dan Tri Sakti

Permasalahan
Hasil penelitian yang telah dilakukan
tidak diimplementasikan secara
berkelanjutan hanya sebatas laporan saja

1.
2.
3.

1.
Pengawasan terhadap pelaksanaan
budidaya kentang sesuai SOP oleh PPL
(Petugas Penyuluh Lapang)

Kebijakan pemerintah daerah dalam
penyediaan sarana pemasaran produk
kentang

2.

1.
2.
Petani melakukan penanaman hingga
kentang di panen dan dijual ke
pedagang.

Petani memasukkan hasil panennya ke
dalam karung untuk dijual ke pedagang
pengumpul

3.
4.

Kemitraan dengan perusahaan
tidak berjalan
Banyak pedagang tidak membayar
sesuai kesepakatan
Pedagang sulit memilih petani
yang produknya memenuhi standar
ekspor sehingga eksportir kesulitan
untuk memenuhi permintaan
kentang di luar negeri

Akses informasi pasar masih
terbatas sehingga melemahkan
posisi petani dalam rantai pasok
Keterbatasan akses terhadap sarana
pemasaran produk kentang

Jumlah petani kompeten masih
sangat sedikit
Jumlah benih kentang bersertifikat
yang tersedia belum memenuhi
kebutuhan ekspor
Penggunaan pestisida dalam
jumlah melebihi batas
Sulitnya mengarahkan petani untuk
melakukan budidaya dengan Good
Agriculture Practice

19

20
Berdasarkan hasil analisis kelembagaan, permasalahan yang terjadi pada
masing-masing pelaku rantai pasok adalah: (1) Jumlah petani kompeten masih
sangat sedikit; (2) Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum
memenuhi kebutuhan ekspor; (3) Penggunaan pestisida dalam jumlah melebihi
batas; (4) Sulitnya mengarahkan petani untuk melakukan budidaya dengan Good
Agriculture Practice; (5) Akses informasi pasar masih terbatas sehingga
melemahkan posisi petani dalam rantai pasok; (6) Keterbatasan akses terhadap
sarana pemasaran produk kentang; (7) Kemitraan dengan perusahaan tidak
berjalan; (8) Banyak pedagang tidak membayar sesuai kesepakatan; (9) Pedagang
sulit memilih petani yang produkny