Analisis Kelembagaan Dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)
DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

HANNA SILVIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan
dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum
L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 24 Maret 2015
Hanna Silvia
H24110061

ABSTRAK
HANNA SILVIA. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing
Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan LINDAWATI KARTIKA.
Asean Economic Community (AEC) telah memberikan suatu tantangan baru bagi
Indonesia dalam mempertahankan produknya, termasuk komoditas hortikultura,
seperti kentang. Salah satu sentra produksi kentang adalah Kabupaten Karo,
Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur
rantai pasok, analisis kelembagaan serta strategi peningkatan daya saing kentang
di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis deskriptif, SWOT, The House Model, dan pairwised comparison. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat strategi prioritas, yaitu : (1)
Meningkatkan pelatihan petani untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian
dan kesejahteraan kelembagaan petani melalui pengadaan Desa Percontohan; (2)

Meningkatkan penanggulangan penyakit tanaman melalui pengoptimalan klinik
pertanian; (3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan kelompok tani dalam
menjalin kerjasama dengan mitra usaha melalui promosi hasil-hasil pertanian; dan
(4) Meningkatkan upaya pengembangan bibit unggul komoditas kentang.
Kata kunci: Daya Saing, Kabupaten Karo, Kentang

ABSTRACT
HANNA SILVIA. Institutional Analysis and Strategy for Increasing
Competitiveness of Potato Commodity (Solanum tuberosum L.) in Karo Regency,
North Sumatera. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and LINDAWATI
KARTIKA.
Asean Economic Community (AEC) has given a new challenges to Indonesia to
maintain its products, include horticulture commodities, such as potato. One of
potatoes production centers in Indonesia is Karo Regency, North Sumatera. The
purposes of this study are to identify supply chain’s structures, analyze the
institution and strategies in order to increase potato competitiveness in Karo
Regency. Data Analyzed by Descriptive Analysis, TOWS, House Model, and
Pairwise Comparison. The results of this study are four priority strategies, such as:
(1) Training farmers to improve farmer’s ability, independence and institutional
welfare through the establishment of Desa Percontohan; (2) Increasing the plant

diseases treatment through the optimalization of agriculture clinic; (3) Improve
farmer’s ability to work in collaboration with bussines partner through promotion
of agricultural products; (4) Increasing the development of potatoes’s superior
seeds.
Keywords: Competitiveness, Karo Regency, Potato

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)
DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

HANNA SILVIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

: Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing
Komoditas Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara

Nama

: Hanna Silvia

NIM

:H24110061

Disetujui oleh




\

Lindawati Kartika, SE, M.Si
Pembimbing II

Pembimbing I

Diketahui oleh

MM

Tanggal Lulus

1 3 AP� 2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
peningkatan daya saing, dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi
Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas program Hibah Kompetitif
Penelitian Strategis Nasional Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012 Tahun
Ketiga 2014 dengan tema “Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen Rantai
Pasok dan Risiko Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia”. Tulisan ini telah
dipublikasikan dalam bentuk paper dan prosiding pada FEM International
Seminar on Agricultural Finance for Rular Development and Sustainability
dengan judul “Implementation of House Model for Potato Commodity in
Supporting of National Agricultural Productivity (Case Study : Gurusinga
Village, Berastagi, Karo District, North Sumatera)”. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Lindawati
Kartika, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak
bimbingan dan ilmu selama penelitian berlangsung, serta kepada Ibu Dr. Ir.
Anggraini Sukmawati, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan untuk skripsi ini. Disamping itu, terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak Rony Tarigan, Ibu Ir. Berti Tarigan sebagai Ketua Seksi

Pengumpulan Data, Penggolongan dan Pelaporan Dinas Petanian dan Perkebunan
Kabupaten Karo, Bapak Proklamasi dan Bapak Timotius sebagai petani kentang
dan pengumpul, Bapak Aliang sebagai pemilik gudang eksportir PT. POSNI, serta
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bapak Dr. Ir. Agus Purwito,
M.Sc.Agr. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Mama (Enni
Sumihar), adik-adik (Grisella Monica Gultom, Gatricia Michelly Gultom, Dennito
Gilbert Gultom), Arbin Saran, dan teman-teman lainnya untuk setiap kasih
sayang, doa dan dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 24 Maret 2015
Hanna Silvia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

METODE

6

Kerangka Pemikiran Penelitian


6

Tahapan Penelitian

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Jenis dan Sumber Data Penelitian

9

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel

9

Metode Pengolahan dan Analisis Data


10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Identifikasi Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Karo

11

Identifikasi Kelembagaan Kemitraan Komoditas Kentang Kabupaten Karo

14

Analisis Faktor Internal dan Eksternal Komoditas Kentang Kabupaten Karo 19
Perumusan Strategi Peningkatan Daya Saing Kentang melalui
implementasi The House Model

20

Implikasi Manajerial

24

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1 Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditas Kentang di
Kabupaten Karo tahun 2009-2013
2 Identifikasi Kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas, dan
Kelembagaan Ekonomi/Pasar di Kabupaten Karo
3 Matriks SWOT
4 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Kabupaten Karo
5 Hasil Prioritas dan Bobot Indikator Kinerja Utama

1
16
20
22
23

DAFTAR GAMBAR
1 Target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo
Tahun 2009-2013
2 Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Ellitan, 2008)
3 Kerangka Pemikiran Penelitian
4 Tahapan Penelitian
5 The House Model (Horovitz dan Ohlsson-Corboz 2007)
6 Aliran distribusi komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan
Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
7 The House Model Komoditas Kentang Kabupaten Karo

2
4
7
8
10
12
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Instrumen Wawancara Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan
Daya Saing Sayuran Dataran Tinggi Unggulan di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara
2 Kuesioner pembobotan IKU peningkatan daya saing komoditas
Kentang di Kabupaten Karo

28
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sektor pertanian terbesar di
dunia. Letak geografis Indonesia yang strategis turut mendukung bertumbuhnya
sektor pertanian di Indonesia. Tantangannya adalah pada tahun 2015 mendatang
Indonesia akan turut serta dalam program Asean Economic Community (AEC).
Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih produk-produk luar
negeri menjadi suatu hal yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia dalam
mempertahankan produk-produk dalam negeri, termasuk produk-produk pertanian
seperti komoditas hortikultura.
Salah satu komoditas hortikultura unggulan di Indonesia adalah kentang.
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu bahan pangan sumber
utama karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat
yang dimiliki kentang menyebabkan komoditas ini berpotensi menjadi bahan
pangan yang dapat mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia. Selain
itu, komoditas kentang juga telah menjadi salah satu komoditas unggulan sayuran
semusim pada daerah-daerah dataran tinggi di Indonesia. Rubatzky dan
Yamaguchi (1998) menyatakan bahwa kentang adalah tanaman yang bermanfaat
karena ditanam di berbagai wilayah dan menghasilkan pangan per unit lahan
dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang
banyak membudidayakan kentang. Kabupaten ini terletak pada ketinggian 280–
1.420 Meter di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo
berkisar antara 16,4oC - 23,9oC, dengan kelembaban udara pada tahun 2010 ratarata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8 persen sampai dengan 87,8 persen.
Kondisi geografis Kabupaten Karo ini sangat baik bagi pengembangan budidaya
pertanian. Sektor Pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian
Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2013 sekitar
60,54 persen untuk harga berlaku. Data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Karo menunjukkan bahwa komoditas hortikultura unggulan di
Kabupaten Karo adalah Kentang. Jumlah produksi, luas lahan dan produktivitas
komoditas kentang di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditas Kentang di
Kabupaten Karo tahun 2009-2013

Produksi Kentang (Kw)
Luas Lahan (Ha)
Produktivitas (Kw/Ha)

2009
388.190
2.478
156,654

2010
539.880
3.457
156,170

2011
451.700
2.631
171,683

2012
539.580
3.272
164,908

2013
404.200
2.319
174,299

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa produktivitas komoditas kentang di
Kabupaten Karo mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pemerintah Kabupaten
Karo juga mencatat bahwa seringkali jumlah produksi komoditas kentang tidak

2

Jumlah Produksi
(Kw)

mencapai target yang ditentukan. Data target dan realisasi produksi kentang
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0

Target Pemerintah
Realisasi Produksi

Gambar 1

2009
588350
388190

2010
958110
539880

2011
498260
451700

2012
523500
539580

2013
452370
404200

Target dan realisasi produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo
Tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa produksi kentang di
Kabupaten Karo yang mencapai target hanya terjadi satu kali, yaitu pada tahun
2012. Pada tahun-tahun sebelum dan sesudahnya, realisasi produksi kentang di
Kabupaten Karo tidak pernah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan
pemerintah. Kesenjangan antara realisasi dan target capai yang ditetapkan
pemerintah daerah untuk produksi komoditas kentang di Kabupaten Karo
mencapai 24,44 %. Permintaan kentang yang tinggi tidak diikuti dengan
peningkatan produktivitas dan produksi, bahkan luas panen, produktivitas dan
produksi kentang terus menurun setiap tahunnya. Hal ini dapat berdampak buruk
karena dapat mempengaruhi kapabilitas komoditas kentang dalam perdagangan
nasional maupun internasional (Haloho dan Khairiah, 2008). Sehingga,
pemerintah daerah Kabupaten Karo perlu memperhatikan proses produksi dan
distribusi kentang dari hulu hingga ke hilir.
Proses produksi dan distribusi dari hulu ke hilir ini disebut sebagai aktivitas
rantai pasok. Aktivitas ini melibatkan beberapa pelaku seperti : produsen,
pemasok, pengolah, pendistribusi, pengecer atau pelanggan. Pada Kabupaten
Karo, pelaku rantai pasok yang terlibat adalah petani, pengumpul, pedagang pasar
induk, perusahaan eksportir, pasar luar negeri, dan pasar dalam negeri. Para
pelaku rantai pasok ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi komoditas
kentang untuk dapat bersaing dengan komoditas-komoditas luar negeri. Namun
pada kenyataannya di Kabupaten Karo, aktivitas rantai pasok yang terjadi
seringkali belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam mendukung
komoditas kentang yang berdaya saing. Harga yang melambung tinggi juga
menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi aktivitas rantai pasok
komoditas kentang di Kabupaten Karo.
Mengacu pada Antananyu (2011), pentingnya kelembagaan kemitraan
menjadi salah satu faktor pendukung peningkatan daya saing suatu komoditas.
Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Karo juga perlu memperhatikan
kelembagaan kemitraan yang terdapat pada komoditas kentang di Kabupaten Karo
untuk mengetahui kebutuhan setiap pelaku kelembagaan dalam menjadikan
komoditas kentang yang berdaya saing. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ini dituliskan dengan judul “Analisis Kelembagaan dan Strategi

3
Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara.”
Perumusan Masalah
Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi komoditas kentang
terbesar di Sumatera Utara yang menetapkan kentang sebagai komoditas unggulan
daerahnya. Namun, hal yang terjadi di lapangan adalah peran setiap pelaku primer
rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo belum optimal dalam
meningkatkan daya saing komoditas kentang. Oleh karena itu, pemerintah daerah
Kabupaten Karo perlu mengatasi permasalahan tersebut dan merumuskan strategi
untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang. Faktor aktivitas rantai pasok
serta kelembagaan yang baik menjadi salah satu hal yang dapat diteliti dalam
merumuskan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang tersebut.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pada
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana aliran rantai pasok
yang paling efektif untuk dijalankan di Kabupaten Karo? (2) Bagaimana sistem
kelembagaan kemitraan yang sedang berjalan saat ini? (3) Bagaimana strategi
peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui
perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah : (1) Mengidentifikasi aliran rantai pasok yang paling efektif untuk
dijalankan di Kabupaten Karo, (2) Mengidentifikasi sistem kelembagaan
kemitraan yang berjalan di Kabupaten Karo saat ini, (3) Merumuskan strategi
untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui
perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1) Anggota Primer Rantai Pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi
bagi anggota primer rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Karo agar
dapat menjalankan aktivitas rantai pasok secara efektif dan efisien.
2) Pemerintah daerah Kabupaten Karo
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pemerintah daerah Kabupaten Karo dalam meningkatkan daya saing komoditas
kentang di Kabupaten Karo.
3) Masyarakat Ilmiah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan bagi
penelitian-penelitian selanjutnya dalam program-program peningkatan daya saing.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pembahasan mengenai aktivitas
rantai pasok, kelembagaan kemitraan, serta peningkatan daya saing sayuran

4
dataran tinggi, yaitu komoditas kentang yang dilakukan di Desa Gurusinga,
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA
Strategi
Definisi strategi mengandung dua komponen, yaitu Future Intension
(tujuan jangka panjang) dan competitive advantage (keunggulan bersaing). Future
Intension diartikan sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan
menetapkan komitmen untuk mencapainya dan competitive advantage diperoleh
dari pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan
pelanggan oleh perusahaan yang juga menunjukkan cara terbaik untuk
berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar (Dirgantoro, 2007). Mengacu pada
Porter dalam Magretta (2012), strategi merupakan sekumpulan pilihan-pilihan
terpadu yang menentukan bagaimana organisasi akan mencapai kinerja unggul
yang dapat dipertahankan dalam menghadapi persaingan.
Rantai Pasok
Pujawan (2005) menyatakan bahwa Rantai Pasok adalah jaringan
perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu rantai pasok
pada umumnya terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Aliran pertama
adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream),
seperti aliran bahan baku. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir
dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang dapat mengalir dari hulu ke
hilir ataupun sebaliknya. Ketiga aliran ini digambarkan dalam suatu aliran rantai
pasok menurut Anatan dan Ellitan (2008), dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

Pemasok

Perusahaan
Manufaktur

Pusat
Distribusi

Pedagang
Besar

Pedagang
Pengecer

Konsumen

Gambar 2 Struktur rantai pasok (Anatan dan Ellitan, 2008)
Kelembagaan Kemitraan
Saptana et all (2006) menyatakan bahwa kelembagaan kemitraan rantai
pasok komoditas hortikultura merupakan kerjasama antara usaha kecil (termasuk
petani) dengan usaha menengah atau besar dalam jaringan rantai pasok yang
diserta pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Menurut Uphoff
(1986) terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai pendukung kehidupan

5
masyarakat, yaitu kelembagaan pemerintah/publik (public sector), kelembagaan
komunitas (voluntary sector), dan kelembagaan ekonomi/pasar (private sector).
Penelitian Terdahulu
Putri (2013) meneliti tentang beban kerja Stakeholder dalam aktivitas rantai
pasok di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dalam skripsinya yang berjudul :
Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas
Kentang di Berastagi, Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis beban kerja Full Time Equivalent (FTE) yang dilakukan,
waktu kerja yang digunakan dalam aktivitas rantai pasok stakeholder di
Kabupaten Karo masih belum optimal. Selain itu, berdasarkan analisis nilai
tambah dengan metode Hayami yang dilakukan, diketahui pula bahwa distribusi
nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders masih tidak merata.
Sehingga, untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan saran dalam implikasi
manajerial untuk melakukan business process reengineering melalui pemberian
penyuluhan kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna
meningkatkan kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, trust building,
improvement, budidaya organik dan relationship building.
Hardison (2003) dalam Thesis yang berjudul Analisis Pengembangan
Komoditas Unggulan di Kabupaten Siak Provinsi Riau menggunakan teknik
scoring untuk menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Siak, Riau, yaitu
komoditas sayur-sayuran untuk sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, serta
komoditas kelapa sawit untuk sub-sektor perkebunan. Selanjutnya, peneliti
menggunakan matrik IFE, EFE dan SWOT dalam pencarian alternatif strategi
untuk pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Siak, Riau. Setelah itu
dilakukan analisis dengan menggunakan matrik QSPM yang menghasilkan urutan
prioritas strategi yang akan dilaksanakan dalam pengembangan komoditas
unggulan di Kabupaten Siak. Strategi dengan prioritas pertama adalah strategi
kemitraan dengan pihak lain, masing-masing dengan skor 6,480 untuk komoditas
unggulan sayur-sayuran dan 6,126 untuk komoditas unggulan kelapa sawit.
Dharmasetya (2014) dalam skripsi yang berjudul Strategi Peningkatan Mutu
Buah Mangga Indramayu dalam Meningkatkan Daya Saing Pasar Mangga di Kota
Bogor menganalisis faktor internal dan eksternal pada buah mangga Indramayu
untuk menghasilkan strategi yang sesuai dalam peningkatan mutu buah mangga.
Data yang diperoleh diolah menggunakan alat analisis Importance Performance
Analysis (IPA) untuk menentukan tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan
terhadap buah mangga Indramayu, kemudian faktor internal dan eksternal
diidentifikasi dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal (IE) yang
menunjukan bahwa peningkatan buah mangga Indramayu berada pada posisis sel
V yaitu sel Hold and Maintain (menjaga dan mempertahankan). Setelah itu
dilanjutkan dengan Analisis SWOT yang menghasilkan 6 macam strategi yang
kemudian diolah oleh analisis matriks QSPM yang menghasilkan Strategi
Meningkatkan kapasitas produksi, mutu produk, teknologi dan memperluas
jaringan distribusi sebagai prioritas utama.

6

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Indonesia akan bergabung dalam program Asean Economic Community
(AEC) pada tahun 2015. Hal ini tentu menjadi suatu tantangan bagi Indonesia
dalam memberikan produk-produk yang berdaya saing tinggi yang mampu
menjawab kebutuhan para konsumen, termasuk produk holtikultura, seperti
komoditas kentang. Penelitian ini memberikan rekomendasi strategi bagi
pemerintah daerah Kabupaten Karo dalam meningkatkan daya saing komoditas
kentang yang dapat diterapkan pada Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dimulai
dari pengidentifikasian komoditas sayuran unggulan nasional, yaitu Cabai,
Bawang Merah dan Kentang. Penelitian ini akan berfokus pada komoditas
pertanian yang turut serta dalam mendukung program diversifikasi pangan oleh
pemerintah, yaitu komoditas kentang. Terdapat empat provinsi dengan jumlah
produksi kentang tertinggi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera
Utara dan Sumatera Barat. Penelitian dilakukan di Sumatera Utara, tepatnya pada
Kabupaten Karo. Selanjutnya terhadap komoditas kentang dilakukan
pengidentifikasian struktur rantai pasok komoditas kentang dan kelembagaan
kemitraan. Hasil dari pengidentifikasian tersebut akan digunakan untuk
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan analisis
SWOT. Setelah itu, empat strategi yang telah diperoleh pada analisis SWOT akan
digunakan untuk menciptakan suatu konsep pewujudan visi organisasi menjadi
suatu tindakan nyata melalui The House Model yang nantinya akan memberikan
suatu Indikator Kinerja Utama yang dapat menjadi acuan peningkatan daya saing
komoditas kentang di Kabupaten Karo. Setelah itu dapat dirumuskan implikasi
manajerial dan rekomendasi strategi peningkatan daya saing terhadap sayuran
dataran tinggi, terkhusus komoditas kentang, sesuai dengan bobot prioritas yang
telah diperoleh dari tiap indikator kinerja utama.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah atau
instansi terkait serta setiap pihak yang terlibat dalam aktivitas rantai pasok
komoditas kentang dalam memberikan masukan atau informasi dalam
peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo. Model kerangka
pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

7

Komoditas Unggulan Sayuran Dataran Tinggi Nasional

Jawa Barat

Bawang
Merah

Kentang

Cabai

Sumatera
Utara

Jawa Tengah

Sumatera
Barat

Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

Identifikasi Struktur
Rantai Pasok Komoditas
Kentang

Analisis Kelembagaan
(Uphoff 1986)
1. Kelembagaan Pemerintah
2. Kelembagaan Komunitas
3. Kelembagaan Ekonomi

Analisis Faktor Internal dan Eksternal dengan analisis
SWOT

Perancangan model peningkatan daya saing komoditas
kentang dengan The House Model

Perumusan Indikator Kinerja Utama dengan metode
pairwised comparison sebagai penentu bobot prioritas

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi Strategi Peningkatan
Daya Saing Kentang di kabupaten Karo

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan
: Alur Penelitian
: Ruang Lingkup Penelitian

Ruang
Lingkup
Penelitian

8
Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup tiga tahapan, yaitu
tahap pra penelitian, pengumpulan data dan analisis data hingga menghasilkan
implikasi manajerial. Tahapan penelitian ini secara lebih rinci dapat dilihat pada
Gambar 4 :
Identifikasi minat penelitian dan
pemilihan topik penelitian

Studi Pustaka dan diskusi

Pra Penelitian
Penentuan topik penelitian

Penentuan rumusan masalah
1.
2.
3.

Bagaimana aliran rantai pasok yang paling efektif untuk dijalankan di Kabupaten Karo?
Bagaimana sistem kelembagaan kemitraan yang sedang berjalan saat ini?
Bagaimana strategi peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Karo melalui
perancangan The House Model dan perumusan indikator kinerja utama?

Rancangan Pengumpulan data
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data dan pemilihan analisis data

Studi Pendahuluan dan Studi Pustaka

Pengumpulan data lapangan

Data Primer :
1. Observasi Lapang
2. Wawancara
3. Kuisioner

1.
2.
3.
4.

Pengumpulan
Data

Data Sekunder :
1. Studi Literatur
2. Internet
3. Dokumen Instansi Terkait

Pengolahan Data
Tabulasi data dan informasi
Identifikasi model rantai pasok
Identifikasi model kelembagaan
Perumusan Indikator Kinerja Utama

Analisis Data
1.
2.
3.
4.

Identifikasi Rantai Pasok – Deskriptif
Identifikasi Kelembagaan – Deskriptif
Analisis Strategi – Analisis SWOT dan The House Model
Perumusan IKU Prioritas – Pairwise Comparison

Implikasi Manajerial

Gambar 4 Tahapan Penelitian

9
Gambar 4 menunjukkan penelitian diawali dengan tahap pra penelitian
dengan mengidentifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian serta
melakukan studi pustaka dan diskusi. Kemudian menentukan topik penelitian,
merumuskan masalah, dan menyusun rancangan pengumpulan data. Setelah itu,
dilanjutkan dengan tahap pengumpulan data dengan melakukan studi pendahuluan
dan studi pustaka untuk mendukung proses pengumpulan data. Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Selanjutnya pada tahap
analisis data, dilakukan pengolahan data untuk mengidentifikasi rantai pasok
komoditas kentang, sistem kelembagaan pada rantai pasok komoditas kentang dan
faktor internal dan eksternal komoditas kentang Kabupaten Karo. Faktor internal
dan eksternal kemudian dirumuskan dalam suatu matriks SWOT yang
memperlihatkan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai organisasi melalui
penyusunan The House Model. Konsep The House Model akan menghasilkan
suatu Indikator Kinerja Utama yang dapat menjadi acuan bagi Kabupaten Karo
dan setiap anggota primer rantai pasok untuk meningkatkan daya saing komoditas
kentang.
.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Waktu
pelaksanaa penelitian adalah pada bulan September – November 2014.
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian menggunakan dua jenis sumber data
yaitu data primer yang secara langsung memberikan data pada pengumpul data
dan data sekunder yang secara tidak langsung memberikan data pada pengumpul
data, misalnya lewat dokumen (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, data primer
diperoleh melalui observasi langsung ke lapang, serta wawancara dengan pihakpihak yang terkait dengan komoditas kentang seperti, petani kentang dan
Gabungan Kelompok Tani Juma Raja Gunung dengan instrumen wawancara yang
terdapat pada Lampiran 1. Wawancara juga dilakukan dengan pakar pertanian di
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Karo, Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Karo, serta Dosen Ahli Bidang Hortikultura dengan
menggunakan instrumen kuisioner pakar pada Lampiran 2 untuk pembobotan
Indikator Kinerja Utama. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui studi
literatur dari buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu, internet, serta dari data
internal instansi terkait, yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo.
Metode dan Penentuan Ukuran Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling atau penetapan
sampel dengan pertimbangan tertentu untuk menentukan pakar (Sugiyono, 2010).

10
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode
analisis, antara lain analisis deskriptif, analisis SWOT, The House Model, serta
Pairwised Comparison.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini, aliran
distribusi rantai pasok serta sistem kelembagaan komoditas kentang dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif.
Analisis SWOT
Rangkuti (2003) menyatakan bahwa lingkungan organisasi atau
perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness), sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari peluang (Opportunity)
dan Ancaman (Threat). Pengidentifikasian kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang pada suatu organisasi dilakukan dengan mengamati kekuatan serta
kelemahan lingkungan makro yang utama dan faktor lingkungan mikro yang
signifikan (Kotler dan Keller, 2008). Analisis SWOT direpresentasikan dalam
suatu bentuk matriks yang dapat digunakan untuk menyusun faktor-faktor rencana
strategis organisasi.
The House Model
The House Model merupakan suatu konsep yang dibangun dalam
menggambarkan usaha organisasi dalam mengubah mimpi menjadi suatu tindakan.
Horovitz dan Anne-Valerie Ohlsson-Corboz (2007) menyatakan bahwa terdapat
tiga komponen utama yang dibutuhkan organisasi dalam mengubah mimpi
menjadi suatu tindakan, yaitu atap sebagai visi yang ingin dicapai, pilar sebagai
kunci utama untuk mencapai visi tersebut serta pondasi yang merupakan perilaku
pendukung dalam pencapaian visi. The House Model tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5 The House Model (Horovitz dan Ohlsson-Corboz 2007)

11
Pairwised Comparison
Pairwised Comparison merupakan suatu matriks berpasangan yang
digunakan untuk memberikan bobot alternatif untuk beberapa kriteria yang
diperbandingkan. Menurut Saaty (1991), pada perbandingan berpasangan yang
digunakan dalam penilaian setiap level hierarki, skala satu sampai sembilan
adalah skala terbaik dalam mengekpresikan pendapat. Pairwised Comparison
diimplementasikan sebagai berikut :
1. Menentukan secara kualitatif kriteria mana yang lebih penting
2. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribuasi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau
kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan
suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Melakukan perbandingan
berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [n-1/2]
buah, dengan n adalah banyaknya kriteria yang dibandingkan.
3. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
4. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai
vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini dilakukan untuk
mensintesiskan judgement dalam penentuan prioritas elemen – elemen pada
tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
5. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka
penilaian data judgment harus diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Karo
Kabupaten Karo merupakan salah dataran tinggi di Indonesia yang
memproduksi kentang sebagai komoditas unggulannya. Pada tahun 2013, kentang
yang diproduksi di Kabupaten Karo tercatat sebanyak 404.200 kw, lebih banyak
daripada komoditas hortikultura lainnya. Kentang yang pada umumnya diproduksi
di Kabupaten Karo adalah kentang jenis Granola yang biasa dikonsumsi sebagai
sayur. Proses budidaya kentang dimulai dari persiapan lahan hingga pemanenan
yang memerlukan waktu sekitar 100 hari. Selanjutnya, hasil panen kentang akan
didistribusikan ke pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
Persaingan perdagangan di Indonesia semakin lama semakin ketat, seiring
dengan era globalisasi dan teknologi informasi yang semakin canggih. Permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa pun semakin kompleks, termasuk permintaan
terhadap produk-produk pertanian. Perbaikan internal pada produsen tidak lagi
dianggap cukup untuk mampu menjawab permintaan-permintaan konsumen
tersebut, ditambah lagi dengan karakteristik komoditas kentang yang diproduksi
mudah rusak dan mudah busuk. Rantai pasok menjadi salah satu kebutuhan utama
dalam peningkatan daya saing komoditas kentang. Struktur rantai pasok terdiri
dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.

12
Struktur rantai pasok bersifat dinamis dan menjelaskan mengenai pihak yang
terlibat dan peranannya serta aliran informasi, produk dan uang yang terdapat
didalamnya (Astuti et al, 2010). Struktur rantai pasok komoditas kentang yang
ditemukan pada sentra sayuran dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara,
umumnya mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.

Pengumpul A

Pengumpul B

Petani

Pengumpul C

1

Pasar Induk

Pasar Dalam
Negeri

2

3

Pasar Luar Negeri
(Malaysia)

4

Pasar Dalam
Negeri

Perusahaan
Eksportir

5

Pasar Luar Negeri
(Malaysia)

6

Pasar Dalam
Negeri

Perusahaan
Eksportir

Keterangan
: Aliran Barang
: Aliran Uang
Rantai Pasok 1 :
Rantai Pasok 2 :
Rantai Pasok 3 :
Rantai Pasok 4 :
Rantai Pasok 5 :
Rantai Pasok 6 :
Gambar 6 Aliran distribusi komoditas kentang di Desa Gurusinga, Kecamatan
Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Aliran saluran distribusi komoditas kentang diatas dibagi menjadi beberapa
rantai, sebagai berikut:
1) Struktur rantai pasok 1
Petani  Pengumpul  Pedagang pasar induk Kecamatan Brastagi.
Petani menjual kentang kepada pengumpul tanpa disortir terlebih dahulu.
Kentang-kentang ini dijual dengan harga Rp 7000/kg. Kentang kemudian dibawa
ke pasar Induk Kecamatan Berastagi. Pada penelitian, ditemukan petani yang juga

13
berprofesi sebagai pengumpul sehingga dapat langsung membawa hasil panennya
ke pasar induk Kecamatan Brastagi. Pembeli yang ada di pasar induk Kecamatan
Brastagi merupakan pembeli grosiran yang akan menjual lagi produknya ke luar
daerah.
2) Struktur rantai pasok 2
Petani  Pengumpul  Pasar Dalam Negeri
Kentang-kentang yang diproduksi oleh petani juga didistribusikan kepada
para pengumpul dengan harga yang sama yaitu Rp 7000/kg. Pengumpul yang ada
di Kecamatan Berastagi juga memiliki kerjasama dengan pedagang pada Pasar
Dalam Negeri. Pengumpul akan mengirimkan kentang pada pedagang di Pasar
Dalam Negeri yaitu Binjai dan Batam. Biaya pengiriman juga ditanggung oleh
pedagang Pasar Dalam Negeri yang melakukan pemesanan. Para pengumpul
hanya bertugas untuk mengumpulkan kentang dari para petani sesuai dengan
pesanan yang dilakukan oleh pedagang dari Pasar Dalam Negeri.
3) Struktur rantai pasok 3
Petani  Pengumpul  Perusahaan Eksportir  Pasar luar negeri.
Pada aliran rantai pasok ini, petani menjual kentang kepada pengumpul
dengan harga Rp 6800/kg. Para pengumpul yang ada di Desa Gurusinga menjalin
kerjasama dengan perusahaan eksportir yang berada di Berastagi, Kabupaten Karo,
yaitu PT POSNI yang memasarkan kentang ke Malaysia. Kentang dari pengumpul
ini didistribusikan kepada PT POSNI dalam waktu satu hari setelah diperoleh dari
petani. Setelah itu, sebelum dikirimkan ke Malaysia, kentang-kentang tersebut
dimasukkan ke gudang selama dua hari untuk proses pencucian, pemberian grade,
dan packaging. Setelah proses tersebut selesai, kentang didistribusikan ke
Pelabuhan Belawan untuk dikirimkan ke Malaysia. Proses distribusi kentang dari
PT POSNI ke Pelabuhan Belawan memakan waktu enam hingga sepuluh jam, dan
berada di Pelabuhan Belawan selama satu hari. Proses pengiriman kentang ke
Malaysia memakan waktu paling lama dalam seminggu.
Eksportir dan pengumpul telah memiliki kontrak kerjasama dalam jangka
panjang. Kontrak tersebut memuat jumlah pesanan, kualitas dan harga. Meskipun
demikian, pelaksanaan kontrak tersebut belum sepenuhnya optimal dikarenakan
masalah pada petani. Petani terkadang tidak memenuhi jumlah produksi yang
disyaratkan karena telah menjual sayurannya pada pihak lain yang menawar harga
lebih tinggi. Akibatnya pengumpul kesulitan memenuhi jumlah kentang yang
harus diberikan kepada PT. POSNI.
4) Struktur rantai pasok 4
Petani Pengumpul  Perusahaan Eksportir  Pasar Dalam Negeri
Perusahaan eksportir juga mengirimkan kentang-kentang dari pengumpul
kepada Pasar Dalam Negeri seperti ke Batam, Tanjung Balai Karimun, dan
Tanjung Pinang. Biaya pengiriman ke Pasar Dalam Negeri seluruhnya ditanggung
oleh pedagang dari Pasar Dalam Negeri yang melakukan pemesanan. PT POSNI
sebagai perusahaan eksportir hanya bertanggungjawab untuk menyediakan
kentang-kentang yang akan dikirimkan sesuai pesanan.

14
5) Struktur rantai pasok 5
Petani  Perusahaan Eksportir  Pasar Luar Negeri.
Petani-petani kentang yang ada di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo
juga memiliki kerjasama langsung dengan Perusahaan Eksportir, PT POSNI tanpa
melalui perantara pengumpul. Kerjasama ini berisi kontrak kuantitas, harga, dan
kualitas. Pada struktur distribusi ini, kentang dari petani dijual dengan harga Rp
6800/kg dan diberikan kepada perusahaan eksportir tanpa dilakukan sortasi oleh
petani terlebih dahulu. Sortasi dilakukan oleh perusahaan eksportir. Pihak
eksportir biasanya membagi sayuran dari petani ke dalam empat bagian yaitu jenis
Super dengan jumlah kentang sebanyak 4 biji per kilogram, AB dengan jumlah
kentang sebanyak 6-8 biji per kilogram, ABC dengan jumlah kentang sebanyak 911 biji per kilogram, dan C dengan jumlah kentang sebanyak 12-15 biji per
kilogram.
6) Struktur rantai pasok 6
Petani  Perusahaan Eksportir  Pasar Dalam Negeri
Kentang-kentang yang dikirim oleh para petani ke perusahaan eksportir PT
POSNI juga dikirimkan kepada pedagang-pedagang Pasar Dalam Negeri, yaitu
Batam, Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Pinang. Sama seperti pada rantai
pasok sebelumnya, petani langsung mengirimkan kentang kepada perusahaan
eksportir tanpa melakukan penyortiran. Sortasi dilakukan oleh perusahaan
eksportir dan dibagi menjadi empat bagian yaitu kentang dengan grade Super,AB,
ABC dan C. Hanya saja, kentang yang dikirimkan kepada pedagang dalam negeri
adalah kentang dengan grade ABC, AB, dan C.
Pada penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa aliran rantai pasok yang
paling dominan dan efektif digunakan di Kabupaten Karo adalah aliran rantai
pasok 2 yaitu aliran distribusi kentang dari petani ke pengumpul lalu ke pasar
dalam negeri. Hal ini dikarenakan aliran rantai pasok 2 memberikan marjin
keuntungan terbesar bagi petani dibandingkan aliran rantai pasok lainnya. Selain
itu, kentang dari petani dapat langsung didistribusikan kepada pelaku rantai pasok
selanjutnya, sehingga tidak memakan waktu penyimpanan yang lama dan tidak
merusak kentang.
Identifikasi Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas
Kentang Kabupaten Karo
Menurut Saptana et al (2006), terdapat beberapa permasalahan pokok
pengembangan agribisnis sayuran, yaitu : belum terwujudnya ragam, kualitas,
kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan
pasar dan preferensi konsumen. Permasalahan tersebut nampak nyata pada produk
hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor. Permasalahan lain
adalah ketimpangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, aset
utama lahan, modal, dan akses pasar antar pelaku agribisnis yang menyebabkan
struktur kelembagaan kemitraan usaha pada komoditas sayuran rapuh. Sehingga,
dalam peningkatan daya saing komoditas kentang diperlukan suatu kekuatan
dalam kelembagaan kemitraan yang terdapat dalam aliran distribusi rantai pasok.
Uphoff (1986) menyatakan bahwa pola kelembagaan kemitraan dalam suatu

15
masyarakat terdiri atas tiga pilar utama, yaitu kelembagaan pemerintah/publik
(public sector), kelembagaan komunitas (voluntary sector), dan kelembagaan
ekonomi/pasar (private sector). Secara konseptual, masing-masing pilar idealnya
memiliki posisi dan peranan yang spesifik. Ketiga pilar akan saling berinteraksi
sehingga konfigurasi pengaruh diantara ketiganya akan menjadi faktor yang
memberi corak kehidupan sistem sosial secara keseluruhan (Syahyuti, 2004). Pada
Kabupaten Karo, berdasarkan tiga pilar kelembagaan kemitraan tersebut pelaku
rantai pasok komoditas kentang digolongkan sebagai berikut : (1) Kelembagaan
Pemerintahan terdiri atas Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo dan
Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Karo; (2)
Kelembagaan Komunitas terdiri atas Petani Kentang, Kelompok Tani/ Gapoktan
(Juma Raja Gunung), dan Pengumpul; dan (3) Kelembagaan Ekonomi/Pasar
terdiri atas Lembaga Keuangan, Jasa Angkutan, Perusahaan Eksportir (PT.
POSNI), Pasar Dalam Negeri serta Pasar Luar Negeri. Masing-masing pelaku
rantai pasok tersebut memiliki peranan spesifik sesuai dengan pilar
kelembagaannya dan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan fungsi dan peran
yang dilakukan oleh setiap pelaku pada pilar kelembagaan, terdapat permasalahan
dan keunggulan yang diidentifikasikan sebagai faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor internal terdiri dari : Tingginya kemampuan petani dalam mengolah
umbi kentang menjadi bibit, ketidakpercayaan petani pada kualitas pupuk subsidi,
adanya bencana alam, keterbatasan teknologi pertanian, eksistensi kelembagaan
petani yang masih belum optimal, serta kentang yang mudah rusak dan busuk.
Faktor-faktor eksternal terdiri dari : Keterbatasan dana, sarana, prasarana dan
infrastruktur pendukung pertanian, pelaksanaan program pemerintah yang belum
optimal, adanya pelaku usaha/investor yang tertarik dengan hasil pertanian
Kabupaten Karo, adanya lembaga keuangan pendukung yang rendah bunga
pinjaman, serta adanya persaingan pada perdagangan bebas AEC.

16

Tabel 2 Identifikasi Kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas, dan Kelembagaan Ekonomi/Pasar di Kabupaten Karo
Kelembagaan
Pemerintah

Pelaku
Dinas Pertanian
dan Perkebunan
Kabupaten Karo

Sebelum Budidaya
1. Penyaluran dana
pengembangan
usaha agribisnis
pedesaan (PUAP)
dari pemerintah
pusat
2.Pengembangan
bibit unggul
pertanian dan
pengembangan
pupuk organik
3.Pengadaan Jalan
Usaha Tani
4.Pembinaan Desa
Percontohan

Badan Penyuluhan
Pertanian,
Perikanan dan
Kehutanan
Kabupaten Karo

1.

Pengadaan
penyuluhan dan
pelatihan bagi para
petani mengenai
budidaya kentang

Proses Budidaya
Pasca Panen
1. Pengoperasian
1. Penyediaan
klinik pertaian bagi
infrastruktur
kentang yang
pendukung untuk
mengalami
penanganan pasca
penyakit
panen dan
2. Pengadaan pupuk
pengolahan hasil
bersubsidi
pertanian
2. Pembentukan
kelompok tani/
gapoktan
3. Pendataan jumlah
produksi, luas areal
tanam dan
produktivitas kentang
per tahun
4. Mempromosikan
hasil produksi
pertanian Kabupaten
Karo kepada para
pelaku usaha atau
investor
1. Penyuluhan cara
penanggulangan
penyakit tanaman
kentang kepada
petani
2. Memberi informasi
bagi petani terkait
ketersediaan
bantuan dana,
pupuk ataupun
pestisida dari
pemerintah pusat

Permasalahan
1. Dana PUAP yang
dialokasikan kepada para
petani kentang relatif kecil
2.Terbatasnya sarana,
prasarana dan infrastruktur
pendukung pertanian yang
dapat disediakan oleh Dinas
Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Karo
3.Pelaksanaan program yang
belum optimal
4.Ketidakpercayaan petani
terhadap kualitas pupuk
bersubsidi dari pemerintah

1.

Tidak semua penyuluh
menindaklanjuti keluhan
petani dengan baik

Keunggulan
1. Pelaku usaha /
investor mengenal
hasil pertanian
Kabupaten Karo

17

Kelembagaan
Komunitas

Pelaku
Petani

Kelompok
Tani/Gapoktan
(Juma Raja
Gunung)

Pengumpul

17

Sebelum Budidaya
1. Persiapan kemampuan
budidaya kentang
2. Persiapan lahan
3. Persiapan bibit
4. Persiapan pupuk dan
pengendali hama
5. Persiapan alat
pendukung
1. Pemberi informasi
kepada para petani
terkait adanya bantuan
dana PUAP atau pupuk
dan pestisida bersubsidi
dari pemerintah
2. Fasilitator antara
penyuluh dan petani
terkait penyuluhan atau
pelatihan

Proses Budidaya
1. Proses

budidaya
kentang

Pasca Panen
1.Pemanenan
2. Penanganan pasca panen
3. Pemasaran kentang

1. Membeli kentang dari
petani untuk dipasarkan
kembali
2. Sortasi kentang sebelum
didistribusikan
3. Pengemasan kentang
yang akan didistribusikan
ke Pasar Induk Roga
Kabupaten Karo dan
Pasar Dalam Negeri
(Batam, Tanjung Balai
Karimun, Tanjung
Pinang)

Permasalahan
1. Bencana alam yang
menyulitkan petani dalam
membudidayakan kentang
2. Keterbatasan teknologi di
kalangan petani sehingga
proses budidaya masih
konvensional
1. Eksistensi kelembagaan
kelompok tani masih
belum optimal
2. Struktur organisasi sangat
sederhana dan tidak ada
pembagian tugas yang
jelas bagi para anggota
3. Terdapat beberapa divisi
dalam kelompok tani yang
tidak menjalankan
fungsinya
4. Anggota aktif dalam
kelompok tani hanyalah
pengurus inti saja
1. Pengumpul mendapat
marjin keuntungan yang
sedikit

Keunggulan
1. Petani mampu
mengolah umbi
kentang menjadi bibit
yang akan
dibudidayakan kembali

18

Kelembagaan
Ekonomi /
Pasar

Pelaku
Lembaga
Keuangan (Kredit
Usaha)

Sebelum Budidaya
pinjaman
modal berupa uang

Proses Budidaya

Pasca Panen

pupuk
yang akan
digunakan pada
budidaya kentang

1.

Jasa Angkutan

1. Mengangkut

1.

Perusahaan
Eksportir
( PT. POSNI )

1. Kontrak kerja sama
dengan Pasar
Dalam Negeri dan
Pasar Luar Negeri
(harga, jumlah,
kualitas)
2. Mencari petani atau
pengumpul yang
mau bekerjasama
dalam penyediaan
kentang (tidak
terikat kontrak)
1. Kontrak kerja sama
dengan perusahaan
eksportir penyedia
kentang (harga,
jumlah, kualitas)

1. Membeli kentang
dari petani atau
pengumpul untuk
dipasarkan kembali
2. Sortasi kentang yang
akan didistribusikan
3. Pengemasan Kentang
yang akan
didistribusikan ke
Pasar Dalam Negeri
dan Pasar Luar
Negeri
1. Membeli kentang
dari pengumpul atau
perusahaan eksportir
untuk dipasarkan
kembali

Pasar Dalam
Negeri (Batam,
Tanjung Balai
Karimun, Tanjung
Pinang) dan Pasar
Luar Negeri
(Malaysia)

Permasalahan

1. Penyedia

Mendistribusikan
kentang kepada
pembeli selanjutnya

Keunggulan
Memudahkan petani
dalam memenuhi
modal usaha karena
bunga pinjaman
yang rendah

1. Efisiensi dalam
pengangkutan

1. Petani atau pengumpul
tidak mampu
menyediakan jumlah
kentang yang dibutuhkan
oleh perusahaan eksportir
2. Kentang dapat mengalami
kerusakan dalam proses
distribusi sehingga
menyebabkan kerugian
bagi perusahaan eksportir

1. Jaringan kerjasama
perusahaan eksportir
dengan mitra telah
cukup luas

19
Analisis Faktor Internal dan Eksternal Komoditas Kentang Kabupaten Karo
Peningkatan daya saing komoditas kentang dapat diperoleh dengan
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tingginya kinerja
setiap komponen sangat dibutuhkan dalam memberikan produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Sehingga, dilakukanlah analisis terhadap kekuatan,
kelemahan, ancaman dan peluang (analisis SWOT) terhadap komoditas kentang
sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Karo. Analisis SWOT ini merupakan
salah satu alat formulasi pengambilan keputusan serta untuk menentukan strategi
yang ditempuh berdasarkan kepada logika untuk memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman
(Ikhsan dan Aid, 2011). Analisis ini akan menjadi suatu acuan yang dapat
digunakan untuk merancang suatu model pencapaian rencana strategis untuk
komoditas kentang yang berdaya saing. Kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman bagi komoditas kentang di Kabupaten Karo diuraikan dalam Tabel 3
berikut :

20
Tabel 3 Matriks SWOT
Analisis Internal

Analisis Eksternal
Peluang (O)
1. Tingginya minat pelaku
usaha dari luar negeri
maupun dalam negeri
terhadap komoditas kentang
Kabupaten Karo
2. Adanya kebijakan pemerintah
pusat untuk mengembangkan
bibit unggul kentang
3. Adanya dukungan pemerintah
pusat melalui penurunan dana
pengembangan usaha
agribisnis pedesaan (PUAP)
dan subsidi pupuk
4. Tingginya kemampuan petani
untuk mengolah umbi
menjadi bibit kentang
5. Adanya lembaga keuangan
yang rendah bunga pinjaman

1.

2.

3.

Tantangan (T)
Terbatasnya bantuan dana,
sarana dan prasana untuk
budidaya kentang dari
pemerintah pusat
Perjanjian Perdagangan
Bebas AEC yang
menyebabkan banyaknya
pilihan produk bagi
konsumen, termasuk
komoditas kentang
Adanya fluktuasi harga
kentang

Kekuatan (S)
1. Kabupaten Karo merupakan
dataran tinggi yang cocok
digunakan untuk budidaya
kentang
2. Kentang merupakan
komoditas unggulan di
Kabupaten Karo
3. Tersedianya penyuluh untuk
membantu penanggulangan
masalah pertanian di
Kabupaten Karo
4. Adanya kegiatan promosi
hasil-hasil pertanian
Kabupaten Karo kepada
pelaku usaha
Strategi S-O
1. Meningkatkan jumlah
produksi komoditas kentang
(S1,S2, O1)
2. Memperluas lahan tanam
komoditas kentang untuk
meningkatkan jumlah
produksi (S1, S2, O1)
3. Meningkatkan upaya
pengembangan bibit unggul
kentang dengan melibatkan
petani (S3, O4,O2)
4. M