Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
KINERJA KLUSTER KOMODITAS KENTANG
KABUPATEN WONOSOBO

HANA NOVITA MARYAM

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang
Kabupaten Wonososbo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 21 Februari 2015
Hana Novita Maryam
NIM H24110051

i

ABSTRAK
HANA NOVITA MARYAM. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan
Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo. Dibimbing oleh
LINDAWATI KARTIKA.
Asean Economic Community (AEC) 2015 memberikan peluang sekaligus
tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian. Tujuan
penelitian ini adalah: menganalisis alternatif dan rantai pasok dominan,
sumberdaya manusia dalam kelembagaan pertanian dan merumuskan strategi
peningkatan kinerja komoditas kentang di wilayah ini. Analisis deskriptif rantai
pasok, kelembagaan, startegi TOWS analisis dan Key Perfomance Indicator
berbasis Pairwise Comparison digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya terdapat
12 indikator kinerja utama yang menghasilkan tiga indikator prioritas antara lain:

a) Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi sebagai prioritas pertama. b)
Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif sebagai prioritas
kedua dan c) Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun prioritas
ketiga. Strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang berdasarkan
indikator kinerja utama prioritas adalah: (1) Meningkatan minat petani pemula
tergabung dalam kelompok tani. (2) Meningkatan kapasitas petani melalui
Gabungan Kelompok Tani yang aktif dalam meningkatkan inovasi dan kinerja
produk pertanian; (3) Menguatkan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA;
(4) Meningkatan produktivitas melalui usaha intensifikasi pertanian.
Kata Kunci: Kelembagaan, Key Perfomance Indicator, Kinerja, Rantai Pasok.

ABSTRACT
HANA NOVITA MARYAM. Analysis of Institutional and Strategy for
Perfomance Improvement of Potatos Comodity Cluster Wonosobo Regency.
Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
Asean economic community (AEC) 2015 provide opportunities and new
challenges have to faced in agricultural development . Goals of this research are:
analizing the alternatif and dominant supply chain, human resources of agricultural
institutions and formulate the strategy for perfomance improvement potatos
comodity in this area. Data analyzed by Descriptif analysis of supply chain,

institutional, TOWS Analysis Strategi, and Key Perfomance Indicator based
Pairwise Comparison method. The result of this study: There are 12 keys
performances indicators with three priority indicators to improve perfomance of
potatos: a) Enhancement the number of active farmers group as the first priority b)
Enhancement the number of micro financial agribusiness institution as the second
c) Enhancement amount of annual potato production as the third. There are strategy
for perfomance improvement of potatos comodity based on priority indicator: 1)
Increasing farmers beginner’s interest to join farmers group, 2) Improving the
capacity of farmers through joint active farmer groups in improving innovation and
perfomance of agricultural products, 3) Strengthen institutional farmers in
managing LKMA, 4) Increasing productivity through agricultural intensification.
Keywords: Institutional, Key Perfomance Indicator, Perfomance Improvement,
Supply Chain.

ii

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN
KINERJA KLUSTER KOMODITAS KENTANG
KABUPATEN WONOSOBO


HANA NOVITA MARYAM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2014 ini
ialah kelembagaan dan peningkatan kinerja, dengan judul Analisis Kelembagaan

dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten
Wonosobo.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional atas Hibah Kompetitif Penelitian Strategis
Nasional Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012 Tahun Ketiga 2014 dengan
judul Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen Rantai Pasok dan Risiko
Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Lindawati Kartika, SE. M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan dan inspirasinya, Ibu Dr. Ir Anggraini Sukmawati, MSc dan Ibu Yusrina
Permanasari, S.sos, ME sebagai dosen penguji atas bimbingan dan masukannya,
serta Bapak Deddy Cahyadi Sutarman, STP, MM yang telah banyak membantu
dan mengarahkan. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Tri Wahyu Utomo
Sekretaris Dipertan Wonosobo, Bapak Mukiran Bagian Data Dipertan Wonosobo,
Bapak Sadilan Penyuluh Pertanian Lapang, Bapak Anas Sanusi Kepala University
Farm Institut Pertanian Bogor, Mas Nurrohman Ketua POKTAN Muda, Pedagang
Besar dan Eksportir yang telah bersedia menjadi responden dan membantu
pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga, sahabat dan teman satu perjuangan skripsi atas
doa, semangat dan kasih sayangnya.
Bagian skripsi ini telah dipublikasikan pada acara Simposium dan Seminar

Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia dengan Tema “Penguatan Ketahanan
Pangan dalam Menghadapi Perubahan Iklim” bertempat di Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 13-14 November 2014 dengan judul
publikasi “Analisis Nilai Tambah Sayuran Dataran Tinggi dalam Rangka
Meningkatkan Kesejahteraan Petani”.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 21 Februari 2015
Hana Novita Maryam

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Unggulan
Rantai Pasok
Kelembagaan
Kinerja
Strategi
Penelitian Terdahulu
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian

Tahapan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo
Analisis Rantai Pasok
Analisis Kelembagaan
Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten
Wonosobo melalui Analisis TOWS
Indikator Kinerja Utama Kluster Komoditas Kentang Wonosobo
Implikasi Manajerial
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


1
1
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
8
10
10
10
10

12
12
13
16
20
21
24
24
24
25
26
28
35

vii

DAFTAR TABEL
1 Data produksi sayuran dataran tinggi (kw) Kabupaten Wonosobo ...... 2
2 Perbedaan karakteristik antara pemerintah, pasar, dan komunitas ........ 5
3 Matriks TOWS .................................................................................... 11

4 Nilai skala perbandingan berpasangan ................................................ 12
5 Grade dan Ciri Kentang Kabupaten Wonosobo.................................. 13
6 Grade dan Ciri kentang ditingkat Eksportir ........................................ 13
7 Analisis Kondisi Rantai Pasok Kentang Wonosobo ........................... 15
8 Kelembagaan Pemerintah, Komunitas dan Pasar Komoditas Kentang
Kabupaten Wonosobo ....................................................................... 17
9 Analisis TOWS Sayuran Dataran Tinggi Kentang Wilayah Kabupaten
Wonosobo .......................................................................................... 20
10 Indikator Kinerja Utama Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas
Kentang Kabupaten Wonosobo ......................................................... 22
11 Hasil Prioritas dan Bobot Variabel Indikator Kinerja Utama (IKU) . 23

DAFTAR GAMBAR
1 Produksi Sayuran 2010-2013 Kabupaten Wonosobo ............................. 1
2 Produktivitas Komoditas Kentang.......................................................... 2
3 Skema Rantai Pasok Pertanian ............................................................... 5
4 Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 7
5 Tahapan Penelitian ................................................................................. 9
6 Sentra Produksi Kentang Kabupaten Wonosobo ................................. 12
7 Rantai Pasok Kentang Kabupaten Wonosobo ...................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisoner Indepth Interview Kondisi Rantai Pasok, Kelembagaan dan
TOWS ................................................................................................ 28
2 Kuesioner pembobotan IKU Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas
Kentang Kabupaten Wonosobo ......................................................... 30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian masih menjadi perhatian utama bagi suatu negara sebagai
bentuk terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian ekonomi negara tersebut. Hal
ini terutama karena sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi
sebagian besar penduduk di wilayah pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi
penduduk. Sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu
dasawarsa terakhir ini (Sadono, 2008). Salah satu komoditas pada sektor pertanian
berbasis agribisnis adalah hortikultura. Komoditas hortikultura Indonesia terdiri
dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu sub sektor
yang berperan dalam mendukung perekonomian nasional adalah sayuran karena
merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Bawang merah, kentang, kubis, cabai,
dan petsai/sawi termasuk ke dalam sayuran yang nasional mempunyai potensi
untuk dikembagkan karena produksi yang terus meningkat (Badan Pusat Statistik,
2013).
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah dataran tinggi di
Indonesia yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian, khususnya
pertanian hortikultura komoditas sayuran. Kondisi ini memacu pertumbuhan
budidaya hortikultura di kabupaten ini terus meningkat. Besarnya produksi sayuran
di wilayah ini kurun waktu empat tahun terakhir disajikan pada Gambar 1.

Produksi dalam Kw

Produksi Sayuran Wonosobo
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
Bawang
Merah

Bawang Putih Kacang Merah

Wortel

Sawi

Kentang

Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Wonosobo
2010

2011

2012

2013

Gambar 1 Produksi Sayuran 2010-2013 Kabupaten Wonosobo
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan Gambar 1, jumlah produksi sayuran di wilayah ini dari tahun
ke tahun memiliki kecenderungan peningkatan. Data statistik besarnya produksi
sayuran di Kabupaten Wonosobo dalam angka disajikan dalam Tabel 1.

2

Tabel 1 Data produksi sayuran dataran tinggi (kw) Kabupaten Wonosobo
2010-2013
Jenis Tanaman
Bawang Merah
Bawang Putih
Kacang Merah
Wortel
Sawi
Daun Bawang
Kentang

2010
70
3.980
33.759
52.348
83.496
288.678
481.661

2011
86
1.646
28.398
55.999
80.589
331.505
467.977

2012
494
1.236
27.091
465.534
94.607
352.630
473.905

2013
285
1.198
14.170
512.112
106.478
285.729
494.405

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo (2014) (diolah)
Kecenderungan peningkatan produksi sayuran pada data diatas, menunjukkan
komoditas dengan jumlah produksi terbesar adalah kentang. Sejalan dengan hal
tersebut, produktivitas kentang di wilayah ini juga paling tinggi. Sehingga kentang
di wilayah ini telah mampu memenuhi permintaan pasar internasional. Oleh karena
itu kentang menjadi komoditas sayuran unggulan di wilayah ini. Hal ini didukung
dengan data yang menunjukkan besarnya produktivitas sayuran hortikultura
unggulan di Kabupaten Wonosobo selama lima tahun terakhir pada Gambar 2:
Produktivitas Komoditas Kentang
Produktivitas (kw/ha)
2013

3263 ha

2012

3.190 ha

2011

3.088 ha

2010

3.013 ha
148

148,5

149

149,5

150

150,5

151

151,5

152

Gambar 2 Produktivitas Komoditas Kentang
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo (2014) (diolah)
Besarnya produksi dan produktivitas komoditas kentang yang telah
disebutkan, tidak terlepas dari kontribusi sentra-sentra produksi kentang yang
menjadi mata rantai pasok dan kelembagaan sayuran kentang dari hulu sampai hilir.
Menurut Slamet et al (2011), struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi dan buahbuahan secara umum terdiri dari petani, koperasi, bandar, usaha dagang, pemasok
hotel, restauran, dan swalayan, eksportir, dan ritel. Penelitian mengenai
kelembagaan oleh (Saptana et al 2006) menyebutkan bahwa efektivitas
kelembagaan kemitraan usaha pada komoditas sayuran di daerah sentra produksi
belum menunjukkan kinerja yang optimal karena lemahnya komitmen antara pihakpihak yang bermitra, manajemen yang kurang transparan, belum adanya jaminan
pasar dan harga pada semua komoditas sayuran serta kurang adanya jaminan
pasokan bagi supplier atau perusahaan mitra. Lembaga kemitraan usaha ini
berfungsi untuk menunjang sampainya sayuran kentang baik untuk konsumen lokal
maupun sayuran kentang untuk pasar luar negeri yang berdaya saing tinggi.

3

Setyawan (2009) menyatakan bahwa kondisi sayuran saat ini masih terkendala
dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk, jumlah pasokan yang masih
kurang, dan ketetapan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif
dan efisiensinya kinerja rantai pasok dan sistem kelembagaannya. Oleh karena itu
peningkatan kinerja merupakan tuntutan yang harus dilakukan sebagai antisipasi
dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC) di tahun 2015 dan
pelaksanaan pembangunan pertanian di masa yang akan datang.
Peningkatan kinerja kluster komoditas kentang merupakan salah satu faktor
kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di masa yang akan datang,
khususnya komoditas kentang di wilayah dataran tinggi Kabupaten Wonosobo.
Oleh karena itu penting dilakukan analisis mengenai rantai pasok, kelembagaan
komoditas kentang, perumusan indikator kinerja utama sebagai titik ukur dan target
kinerja bagi peningkatan kinerja komoditas kentang serta perumusan strategi
peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah ini.
Perumusan Masalah
Sayuran dataran tinggi merupakan produk hortikultura yang potensial
dikembangkan di Indonesia. Kentang merupakan sayuran dataran tinggi unggulan
di wilayah Kabupaten Wonosobo. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Wonosobo menyebutkan potensi komoditas kentang di daerah ini mampu bersaing
baik dalam skala nasional maupun internasional. Untuk memaksimalkan usaha
peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah ini, maka perlu
diadakannya penelitian mengenai analisis kelembagan dan strategi peningkatan
kinerjanya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana analisis
alternatif dan struktur rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di wilayah
Kabupaten Wonosobo?; 2) Bagaimana model kelembagaan pertanian kluster
komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?; 3) Bagaimana perumusan
indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo?; 4) Bagaimana strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang
sebagai komoditas unggulan berdasarkan indikator kinerja utama prioritas?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi alternatif
struktur rantai pasok dan rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di
wilayah Kabupaten Wonosobo; 2) Menganalisis model kelembagaan pertanian
kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo; 3) Merumuskan
indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo ; 4) Merumuskan strategi peningkatan kinerja berdasarkan indikator
kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: 1) Bagi Petani dan
pelaku usaha di wilayah Kabupaten Wonosobo, hasil penelitian ini dapat berguna
untuk dijadikan referensi bagi petani dan pelaku usaha dan kelembagaan di wilayah
ini (2) Bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan referensi bagi pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan
kinerja kluster komoditas kentang, (3) Bagi Masyarakat Ilmiah, penelitian ini
diharapkan mampu menjadi media sosialisai tentang kajian kelembagaan dan
strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang Kabupaten Wonosobo.
Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penerapan program-program
peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis deskriptif kualitatif
kondisi rantai pasok komoditas kentang, kelembagaan dalam struktur rantai pasok
kentang di daerah Kabupaten Wonosobo. Analisis deskriptif strategi dari sudut
pandang faktor ancaman, peluang, kelemahan dan kekuatan. Analisis deskriptif
strategi TOWS peningkatan kinerja kluster komoditas kentang. Perumusan Key
Performance Indicator dengan pembobotan melalui instrumen kuisoner pairwise
comparison. Kelompok Tani Muda, Pengumpul, Eksportir dan Para Ahli menjadi
objek dalam penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan daerah adalah komoditas strategis yang diharapkan
dapat menjadi sumber pendapatan yang dapat dengan segera meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masayarakat, sehingga perlu prioritas dalam
pengembangannya (Saptana et al 2006)
Rantai Pasok
Marimin dan Maghfiroh (2010), mekanisme rantai pasok produk pertanian
secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri.Pada negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian
dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Analisis kondisi
rantai pasok sayuran dataran tinggi dapat dilakukan dengan metode deskriptifkualitatif yang dikembangkan oleh APO (Asian Productivity Organization),
berdasarkan data kuantitatif-numerik dan kualitatif, dengan memperhatikan
pendapat pakar dan nara sumber yang dirinci berdasarkan aspek-aspek pada
struktur rantai, sasaran rantai, sumberdaya rantai, manajemen rantai dan proses
bisnis rantai pasoknya (Slamet et al, 2011). Skema rantai pasok dalam pertanian
divisualisasikan pada Gambar 3 berikut ini:

5

Gambar 3 Skema Rantai Pasok Pertanian
Sumber: Van Der Vorst, 2006

Kelembagaan
Menurut Uphoff (1986) terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai
pendukung kehidupan masyarakat, yaitu kelembagaan pemerintah/publik (public
sector), kelembagaan komunitas (voluntary sector), dan kelembagaan
ekonomi/pasar (private sector). Hal ini juga diungkapkan oleh Syahyuti (2004)
dengan beberapa ciri kelembagaan pemerintah, komunitas, dan pasar dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbedaan karakteristik antara pemerintah, pasar, dan komunitas
Aspek
Orientasi utama
Sifat kerja sistem
sosialnya
Sandaran kontrol
sosial
Bentuk simbol yang
diterapkan
Bentuk norma utama

Pemerintah
Melayani penguasa
dan masyarakat
Monopolis

Pasar
Profit oriented

Coersive
compliance
Pseudorealis

Renumeration
compliance
Realis

Cultural compliance

Modifikasi perilaku

Individualis

Komunal dan
kepatuhan

Kompetitif

Komunitas
Pemenuhan kebutuhan
hidup komunal
Demokratis

Mistis

Sumber: Shahyuti (2004)

Kinerja
Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan,
evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi,
taktik dan operasional (Van der Vorst, 2006).
Strategi
David (2009) menyatakan bahwa strategi adalah sarana bersama dengan
tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam
jumlah yang besar. Strategi dapat mempengaruhi perkembangan jangka panjang
perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke
masa yang akan datang.

6

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Pujiharto (2011) menyebutkan bahwa
produk sayuran dataran tinggi agar mampu bersaing di pasar internasional harus
memenuhi persyaratan keharusan (necessary condition), yakni: dihasilkan dengan
biaya rendah, memberikan nilai tambah yang tinggi, mempunyai kualitas tinggi,
mempunyai keragaman untuk berbagai segmen pasar, mampu mensubstitusi
produk sejenis (impor).
Sani (2014) dalam Skripsi Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku
Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretative Structural Modeling,
menyebutkan bahwa rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum
dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar
modern dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan merupakan pelaku yang
paling berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan kebutuhan penyediaan
infrastruktur, peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit untuk modal. Kendala
lain yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu faktor iklim dan cuaca yang
mudah mengalami perubahan serta modal petani yang terbatas.
Putri (2013) dalam Skripsi Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam
Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berastagi, Sumatera Utara
menyatakan bahwa waktu kerja yang digunakan masih belum optimal dikarenakan
metode pertanian yang konvensional. Berdasarkan business process mapping,
kondisi eksisting aktivitas rantai pasok kentang di Kecamatan Berastagi masih
belum efektif dan efisien dikarenakan penggunaan bibit yang belum terstandarisasi
dan kurangnya pemahaman petani tentang pentingnya kontrak bisnis. Perhitungan
distribusi nilai tambah didapat nilai tambah stakeholders yang tidak sesuai dengan
banyaknya aktifitas yang dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan business process
reengineering melalui training dan penyuluhan trust building, improvement,
budidaya organik dan relationship building.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Kentang merupakan komoditas unggulan sayuran dataran tinggi Kabupaten
Wonosobo yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Saat ini kentang
menghadapi tantangan baik global maupun domestik untuk masuk pada pasar
internasional. Maka diperlukan adanya penelitian dan kajian mengenai
kelembagaan dan strategi peningkatan kinerja pada komoditas ini. Kerangka
pemikiran pada penelitian ini divisualisasikan pada Gambar 4.

7

Rancang bangun sayuran dataran
tinggi di Indonesia

Dataran Tinggi Kabupaten Wonosobo

Komoditas Unggulan Sayuran
Dataran Tinggi Wonosobo

Wortel

Bawang

Daun Bawang

Kentang

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Kabupaten Wonosobo

Kelompok Tani Muda

Analisis rantai pasok
kentang (Van der Vorst
2006)

Analisis Kelembagaan
(Uphoff 1986) dan (Syahyuti
2004)
Public Sector
Voluntary Sector
Private Sector

Analisis Eksternal, Internal Peningkatan Kinerja
Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Perumusan Key Performance Indicators prioritas melalui
instrumen pairwise comparison
Analisis Strategi Peningkatan Kinerja Menggunakan
Analisis TOWS

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi Peningkatan
Kinerja Kluster Komoditas Kentang Berkelanjutan

Gambar 4 Kerangka Pemikiran PenelitianIn
Keterangan:

Ruang Lingkup Penelitian

8

Kerangka pemikiran pada Gambar 4 menjelaskan alur penelitian ini.
Penelitian ini diawali dengan Rancang bangun sayuran dataran tinggi nasional,
salah satu daerah dataran tinggi di Indonesia adalah Kabupaten Wonosobo.
Kemudian mengidentifikasi komoditas unggulan di wilayah ini, dihasilkan kentang
sebagai sayuran dataran tinggi yang potensial untuk dikembangkan di wilayah ini.
Pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam pengembangan komoditas
kentang di Kabupaten Wonosobo adalah Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan di
mana dinas terkait melakukan pembinaan terhadap Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) yang salah satunya adalah Kelompok Tani Muda.
Komoditas kentang sebagai sayuran unggulan kemudian dianalisis rantai
pasoknya dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006).
Analisis selanjutnya adalah analisis kelembagaan di dalam rantai pasok melalui tiga
sektor kelembagaan. Kemudian menganalisis faktor internal dan eksternal dan
merumuskan strategi menggunakan analisis TOWS. Hasil analisis ini dipetakan
dalam perumusan Key Performance Indikator menggunakan pembobotan kuisoner
matriks berpasangan (Pairwise comparison), sehingga diketahui indikator prioritas
dan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo sebagai landasan implikasi manajerial dan rekomendasi peningkatan
kinerja kluster komoditas kentang berkelanjutan.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu pra penelitian,
pengumpulan data, analisis data, dan penutup. Tahap Pra Penelitian diawali
dengan penentuan topik penelitian melalui grand design rancang bangun sayuran
dataran tinggi yaitu strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di
Kabupaten Wonosobo, menentukan perumusan masalah, dan rancangan
pengumpulan data. Penelitian dilanjutkan dengan tahap Pengumpulan Data yang
terdiri dari studi pendahuluan, studi pustaka, opini pakar, penyusunan desain riset,
serta pengumpulan data lapangan (data primer dan sekunder). Tahap terakhir
dalam penelitian ini yaitu Analisis Data dimana dilakukan pengolahan data
terhadap data-data yang telah dikumpulkan. Tahapan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut ini:

9

Pra Penelitian

Rancang Bangun Sayuran Dataran Tinggi
Stategi Peningkatan Kinerja dan Kelembagaan

Studi Pustaka dan Diskusi

Studi Kasus Wilayah Kabupaten Wonosobo

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

Perumusan Masalah :
Bagaimana analisis alternatif dan struktur rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di wilayah
Kabupaten Wonosobo?
Bagaimana model kelembagaan pertanian kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo?
Bagaimana perumusan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah
Kabupaten Wonosobo?
Bagaimana strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang sebagai komoditas unggulan
berdasarkan indikator kinerja utama prioritas?

Tujuan Penelitian :
Mengidentifikasi alternatif struktur rantai pasok dan rantai pasok dominan kluster komoditas kentang
di wilayah Kabupaten Wonosobo
Menganalisis model kelembagaan pertanian kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo
Merumuskan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten
Wonosobo
Merumuskan strategi peningkatan kinerja berdasarkan indikator kinerja utama prioritas kluster
komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo.

Rancangan Pengumpulan Data :
Identifikasi Kebutuhan Data, Metode Pengumpulan Data dan Pemilihan Teknik Analisis

Studi Pendahuluan
Penyusunan Desain Riset, Hipotesis dan Kuesioner

-

1.
2.
3.

Pengumpulan
dan
Pengolahan
Data

Pengumpulan Data Lapangan :
Data Primer : Observasi , wawancara dan FGD, Kuesioner
Data Sekunder : Rencana Strategis, LAKIP, BPS

Pengolahan Data :
Tabulasi data dan informasi
Identifikasi rantai pasok, kelembagaan, pembobotan IKU
Pengolahan data dan informasi

- Anlisis deskriptif rantai pasok dan kelembagaan kemitraan usaha
- Analisis deskriptif kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
- Analisis strategi dengan TOWS Analysis
- Perumusan IKU yang dibobotkan mengguanakan pairwise comparison.

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5 Tahapan Penelitian

Analisis Data

10

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu
sentra produksi dengan produksi kentang terbesar di Kabupaten Wonosobo. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono 2010) melalui observasi, wawancara. Wawancara
dilakukan kepada Poktan Muda, Pengumpul, Eksportir, Penyuluh Pertanian Lapang
pertanyaan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Wawancara para pakar
Kepala Bagian Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Penyuluh Pertanian
Lapang dan Kepala University Farm IPB dengan menggunakan kuisoner pairwise
comparison dapat dilihat pada Lampiran 2, untuk perumusan Key Perfomance
Indicator. Data sekunder diperoleh melalui sumber sekunder yaitu sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2010). Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Rencana Strategis 2011-2015 Dinas
Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo, LAKIP tahun 2012, literatur,
buku, skripsi, dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel didasarkan pada metode non probability sampling
dimana pengumpulan informasi dari wawancara dan pengetahuan dari pakar
(Sugiyono 2010) menggunakan judgement sampling. Judgement sampling juga
sering dikenal sebagai purposive sampling, dimana pengumpul data menentukan
sampel yang paling sesuai dengan pertimbangan dalam menjawab perumusan
masalah (Marshall N Martin 1996). Pertimbangan yang digunakan untuk
menentukan kelompok tani adalah kelompok tani aktif. Pertimbanganpertimbangan untuk menentukan pakar adalah kesesuaian pendidikan, pengalaman
dan track record kepakarannya..
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Deskriptif
Kualitatif, Startegi TOWS Analisis dan Key Perfomance Indicator berbasis
Pairwise Comparison.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Nazir (2005), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif
kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui struktur rantai pasok dan
kelembagaan. Rantai pasok dianalisis menggunakan teori yang dikembangkan oleh
Van der Vorst (2006). Aspek yang disusun meliputi sasaran ranti pasokan, struktur

11

ranrai pasok, sumber daya, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai.
Kelembagaan dianalisis berdasarkan tiga sektor utama yaitu public sector,
voluntary sector dan private sector (Syahyuti, 2004)
Analisis TOWS
Model Matriks TOWS dikembangkan oleh David (2006) menampilkan
matriks enam kotak. Model matriks TOWS ditunjukkan pada Tabel 3
Tabel 3 Matriks TOWS
OPPORTUNITIES

THREATS

STRENGTHS

WEAKNESS

Memakai kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

Menanggulangi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang

STRATEGI SO

STRATEGI WO

Mamakai kekuatan untuk
menghindari ancaman

Memperkecil kelemahan dan
menghindari ancaman

STRATEGI ST

STRATEGI WT

Sumber: David (2006)
Pada penelitian ini, analisis TOWS digunakan untuk merumuskan alternatif
strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kinerja kluster komoditas
kentang dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi dalam peningkatan kinerja komoditas kentang.
Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama merupakan suatu titik ukur, yang berkaitan dengan
faktor penentu keberhasilan dari sasaran strategis. Tolok ukur dan target kinerja
bagi peningkatan kinerja komoditas kentang yang dibuat harus memenuhi kriteria
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result-oriented, Time specific)
(Rampersad, 2006).
Pairwise Comparison
Pembobotan Indikator Kinerja Utama pada Lampiran 2 dilakukan dengan
metode Pairwise Comparison (Saaty, 1991) untuk mengetahui bobot tertinggi dari
setiap elemen. Langkah pembobotan kuisoner Pairwise Comparison:
a. Menyusun matriks perbandingan berpasangan. Pada matriks ini, pasanganpasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi.
Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat
lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Nilai skala perbandingan berpasangan
ditampilkan pada Tabel 4.

12

Tabel 4 Nilai skala perbandingan berpasangan
Identitas
Kepentingan
9
7
5
3
1
2, 4, 6, 8

Definisi Nilai
mutlak lebih penting
sangat jelas lebih penting
jelas lebih penting
sedikit lebih penting
sama penting
apabila terdapat sedikit saja perbedaan atau keragu-raguan antar dua nilai
faktor yang berdekatan

Sumber: (Saaty 1991)
b. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matriks di langkah 1.
c. Setelah mengumpulkan semua data pada matriks perbandingan berpasangan,
maka selanjutnya data diolah menggunakan Expert Choice.
d. Rasio inkonsistensi harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi
harus ditinjau kembali dan diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo
Keadaan geografis dan demografis Kabupaten Wonosobo sangat cocok
untuk pengembangan budidaya pertanian, khususnya pertanian hortikultura sayuran
dataran tinggi. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan yang
memiliki 98.468 Ha (984,68 Km²) terletak pada ketinggian 750-2.250 meter dpl di
atas permukaan laut. Rata-rata suhu udara di Wonosobo antara 14,3-26,5° C dengan
curah hujan per tahun berkisar 1.713-4.255 mm/tahun. Kondisi ini memacu
pertumbuhan budidaya hortikultura di kabupaten ini terus meningkat. Persebaran
sentra produksi kentang di Kabupaten Wonosobo terletak di berbagai kecamatan di
daerah dataran tinggi Wonosobo pada ketinggian 1000 – 2000 dpl (Rencana
Strategis, 2011-2014) persebaran luas panen pada sentra produksi kentang pada
tahun 2012-2013 disajikan pada Gambar 6.
Sentra Produksi Kentang

Kecamatan

2013

2012

Sapuran
Kepil
Kalikajar
Garung
Kejajar
0

500

1000
1500
2000
Luas Lahan Panen (Ha) Time Series

2500

Gambar 6 Sentra Produksi Kentang Kabupaten Wonosobo
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (diolah)

3000

13

Sentra produksi kentang yang berkembang di wilayah Kabupaten
Wonosobo tersebar di beberapa kecamatan di wilayah ini antara lain Kejajar,
Garung, Kalikajar, Kepil dan Sapuran. Kejajar merupakan salah satu kecamatan
yang memiliki luas panen produksi sayuran kentang terluas dari seluruh sentra
produksi yang ada.
Analisis Rantai Pasok
Rantai pasok produk merupakan aktivitas yang berawal dari bahan mentah
sampai dengan penanganan purna jual. Terjadi karena adanya hubungan dengan
produsen, pemasok, dan konsumen. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan, mulai dari produksi sampai konsumen akhir
(Hadiguna, 2010). Berdasarkan hasil indepth interview yang terlampir pada
lampiran 1, proses rantai pasok pada pendistribusian kentang didasarkan pada tipe
kualitas atau grade yang dihasilkan.Grade kentang yang didistribusikan di tingkat
petani dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5 Grade dan Ciri Kentang Kabupaten Wonosobo
Tipe
ABC

Ciri
Diameter > 6 cm

Ukuran
3 biji/kg

Harga
7.000 – 10.000

DN
Rindil

Diameter 3,5 ≤ DN ≤ 6 cm
Diameter < 2,5 cm

6-10 biji/kg
20-50 biji/kg

3.500 – 4.000
1.500 – 2.000

Distribusi kentang dengan tipe ABC, DN dan Rindil didistribusikan kepada
pedagang besar, pasar tradisional dan pasar induk luar kota. Komoditas kentang
ditingkat eksportir disortir kembali. Eksportir melakukan grading tersendiri
terhadap kualitas kentang dari petani dan pedagang besar. Daftar grading kentang
ditingkat ekportir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Grade dan Ciri kentang ditingkat Eksportir
Tipe
Xl

Ciri
3 biji/ kg

Harga
9.500

Medium
Small
Mini

4 biji/ kg
6-9 biji/ kg
9 – 25 biji/ kg

9.250
8.000
6.500

Baby

50 biji/ kg

6.250

Hasil penyortiran kentang berdasarkan grade yang ditentukan oleh eksportir
menghasilkan kentang reject atau kentang sisa yang tidak masuk dalam kualifikasi
kentang ekspor. Kentang barang sisa ini akan dikelbalikan kepada pedagang besar,
kemudian dijual ke pasar tradisional dengan harga yang lebih rendah yaitu sekitar
5.000-6.500 per kg. Pedagang besar memenuhi pesanan dari eksportir dengan
membeli kentang dari beberapa petani. Jika tidak dapat memenuhi pesanan dari
eksportir, maka pihak pertama atau pedagang besar akan terkena klaim.
Arus barang dan uang yang sudah terjadi secara kontinu pada tingkat petani
sapai konsumen akhir, sedangkan arus informasi masih belum optimal dan terbuka,
terlebih informasi mengenai harga kentang di pasar oleh pedagang kepada petani
yang masih tertutup. barang, uang dan informasi komoditas kentang yang
ditemukan pada sentra produksi di wilayah Kabupaten Wonosobo, umumnya
mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.

14

1
Pengumpul

Petani Kentang

1

2

Pasar Tradisional

2b

Pedagang Besar

Eksportir (PT. Bumi Sari Lestari)

2b

2a

Pedagang Pasar Induk Luar Kota

Singapura

Keterangan:

Arus Barang

Arus Uang dan Informasi

Gambar 7 Rantai Pasok Kentang Kabupaten Wonosobo
Keterangan:
Struktur Rantai Pasok I
Struktur Rantai Pasok II
Struktur Rantai Pasok III
Berdasarkan gambar diatas arus distribusi kentang pada model rantai pasok
diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:
1) Struktur Rantai I
Petani menjual barang ke pengumpul pada saat panen raya. Pada saat
panen raya ini produksi kentang melimpah. Pengumpul menemui petani
secara langsung kemudian menjualnya di pasar-pasar tradisional kepada
konsumen. Arus informasi harga yang diperoleh petani pada saluran ini
hanya dari media televisi dan internet, pengumpul tidak memberitahukan
trend harga di pasar atau besaran harga jual pedagang besar sendiri ke
konsumen. Arus uang langsung dibayar secara tunai kepada petani saat
terjadi transaksi jual beli. Aktivitas petani hanya berfokus pada lahan dan
proses produksi saja, tidak melakukan pencucian, pengemasan dan
pemberian grade.
2) Struktur Rantai II
Petani menjual kentang kepada pedagang besar yang menawarkan
harga paling tinggi, selanjutnya petani bernegosiasi, kemudian petani
menjual kentang pada pedagang besar yang memberikan harga tertinggi
sesuai kesepakatan. Pedagang besar berperan sebagai penyedia kentang
bagi pasar induk kota-kota disekitar Kabupaten Wonosobo, yaitu Jogjakarta,
Solo, Muntilan. Selain menjual kentang dengan keadaan baik, pedangang
besar juga menjual kembali kentang barang sisa.
3) Struktur Rantai III
Petani menjual kentang kepada pedagang besar. Pedangang besar ini
bekerja sama dengan PT. Bumi Sari Lestari di Desa Suro Padang.
Perusahaan ini memasarkan berbagai komoditas sayuran ke berbagai
negara, untuk sayuran kentang dipasarkan ke Singapura. Pengiriman
kentang dilakukan empat sampai lima kali dalam seminggu. Aktivitas yang

15

dilakukan oleh eksportir adalah proses pencucian atau pemberihan kentang
dari debu yang menempel, pemberian grade, dan packaging. Pedagang
besar memiliki kontrak kerja jangka panjang dengan perusahaan eksportir.
Kontrak tersebut memuat jumlah pesanan, kualitas dan harga.
Pelaku-pelaku rantai pasok diatas membentuk suatu pola interaksi yaitu pola
dagang umum yang biasanya bersifat informal dan fleksibel. Secara umum pola
dagang umum masih berjalan sederhana dengan aliran informasi yang tertutup
antara pedagang besar dengan petani.
Berdasarkan paparan di atas, struktur rantai pasok dapat dianalisis dengan
metode deskriptif-kualitatif yang dikembangkan menggunakan teori yang
dikembangkan oleh Van der Vorst (2006). yang dirinci berdasarkan aspek-aspek
pada struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan
proses bisnis rantai pasoknya. Analisis kondisi rantai pasok kentang secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis Kondisi Rantai Pasok Kentang Wonosobo
Analisis Deskriptif
Struktur Rantai

Sasaran Rantai

Manajemen Rantai

Sumber Daya Rantai
Proses Bisnis Rantai

Komoditas Kentang
Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok
tani), distributor (pedagang pengumpul, pedagang pasar, dan
eksportir), pasar tradisional dan pasar luar daerah sebagai konsumen.
Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk dibedakan
berdasarkan grade/mutu ABC, DN dan Rindil untuk pedagang besar,
pasar tradisional dan pasar luar daerah. Grade XL, Medium, Small,
Mini Baby yang disortir oleh eksportir untuk pasar-pasar luar negeri.
Sasaran pengembangan rantai pasok adalah menambah mitra
tani dan terciptanya arus informasi terpadu.
Kerja sama dan pemilihan mitra antar pelaku rantai masih
didasarkan pada kepercayaan. Kesepakatan kontraktual antara
pedagang besar dan eksportir didasarkan pada perjanjian tertulis
(MOU), mencakup jumlah, kualitas, serta pembayaran hasil panen
dilakukan paling lambat satu bulan setelah barang diterima.
Luas panen kentang di Kabupaten Wonosobo adalah 3263 ha
dengan produksi 494.405 Kw, dan produktivitas 151.133 Kw/Ha
Pola distribusi secara umum mengikuti pola dagang umum
dan tidak terjadi kontrak farming oleh perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi struktur rantai pasok yang paling
dominan dilakukan oleh petani di Kabupaten Wonosobo adalah Struktur Rantai II
dimana petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul, kemudian
pedagang pengumpul mendistribusikannya ke pasar-pasar induk dan tradisional
Jogja, Solo dan Muntilan. Struktur dominan yang terjadi pada rantai pasok
komoditas kentang adalah struktur rantai II yang terjadi dari petani ke pedagang
besar kemudian ke pasar induk luar kota. Hal ini disebabkan oleh frekuensi
pengiriman lebih sering dilakukan. Pengiriman dilakukan empat sampai lima kali
dalam satu bulan, biaya pengiriman ditanggung oleh pedagang besar dan jaringan
pasarnya lebih luas mecapai beberapa daerah di luar kota seperti Jogjakarta,
Muntilan dan Solo.

16

Analisis Kelembagaan
Septian (2010) menyatakan bahwa efektivitas keberadaan kelembagaan
berfungsi untuk melihat kinerja kelembagaan yang mampu memberikan manfaat
kepada anggotanya. Kemitraan merupakan interdependensi antara dua belah pihak,
di mana masing-masing mengharapkan akan memperoleh keuntungan dari
hubungan kemitraan tersebut.
Hasil wawancara pada Lampiran 1 menyatakan kelembagaan yang terdapat
di wilayah Wonosobo yaitu: petani, pengumpul, pedagang besar, eksportir, pasar,
lembaga keuangan formal, lembaga keuangan informal, balai benih induk, dan
instansi pemerintah khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Penyuluh
Pertanian Lapang. Faktor produksi yang diperlukan antara lain lahan, tenaga kerja,
modal, bibit, pupuk dan obat-obatan. Seringkali tidak semua faktor produksi
tersebut dimiliki dan dikuasai petani, sehingga dalam memperolehnya petani harus
berhubungan dengan pelaku lain. Beberapa petani berhubungan dengan Balai Benih
Induk dalam memperoleh bibit yang unggul. Tipe bibit kentang yang ditangkarkan
antara lain: G4, G3, G2 dan G0 – G1. Kelembagaan dalam penelitian ini akan
dianalisis berdasarkan tiga sektor utama kelembagaan yaitu public sector, voluntary
sector, dan private sector (Syahyuti, 2004) yang dijelaskan pada Tabel 8.

17

Tabel 8 Kelembagaan Pemerintah, Komunitas dan Pasar Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Sector
Public Sector

Actors
Dinas Pertanian dan
Tanaman Pangan
Kabupaten Wonosobo

Pra
1.
2.
3.
4.

5.

6.
Penyuluh Pertanian
Lapang

1.

2.

Voluntary

Petani

1.

Bantuan dana
melalui PUAP
Bantuan alat dan
mesin pertanian
Penyediaan
saprodi
Pengembangan
Demplot
pengembangan
pupuk organik
Penyediaan alat
pembuatan pupuk
organik
Rehabilitas
jaringan irigasi
Pembekalan
pengetahuan dan
kemampuan
kelompok tani
dalam proses
budidaya dan
pengendalian
hama pertanian
Mengedukasi
dampak
kelestarian
lingkungan
berintegrasi
dengan akdemisi
dan ahli geologi
Persiapan
budidaya seperti:
persiapan lahan,
pengolahan tanah
pertanian dan
persiapan bibit

During
1.

1.

Pengadaan
penyuluhan
menangani
tren masalah
dalam proses
produksi
seperti:
Organisme
Penyerang
Tanaman saat
musim hujan
tiba atau
penyaluran
perairan saat
musim
kemarau tiba.

Pengolahan
lahan
pertanian,
menyiangi
gulma dan
OPT

Post
1.

Penyediaan alat
pengolah hasil
pertanian

Constrains
1.

2.

3.

4.
1.

1.

Memotivasi
pembentukan
Gapoktan
Madya (Muda)
sebagai
regenerasi

Pemasaran hasil
pertanian
sebagai
penyedia row
material

5.

Lembaga pemerintah sebagai
pembuat kebijakan memiliki
peran yang masih relatif kecil
dalam fungsi pelayanan akses
informasi pertanian.
Posisi dan peran lembaga
pemerintah dalam upaya
pengadaan alat mesin
pertanian dan inrastruktur
masih belum optimal.
Program pelatihan dan
pengembagan motivasi untuk
sumberdaya manusia sebagai
petani madya masih sedikit.
Rehabilitasi jaringan irigasi
belum dilakukan secara
berkala
Edukasi dampak kelestarian
lingkungan masih belum
menarik

Kelembagaan komunitas pada umumnya
memiliki peran dan fungsi masingmasing, permasalahan di tingkat petani
dan kelompok tani/Gapoktan:

18

Sector

Actors

Pra
2.
3.

Kelompok Tani Muda/
Gapoktan

1.

2.

Modal Pertanian
Ketrampilan
proses budidaya
Transfer
knowledge antar
petani melibatkan
peran akademisi
dalam berdiskusi
Persiapan
budidaya melalui
pertemuan dengan
perusahaan
penyedia benih
dan obat-obatan.

During

Balai Benih Induk

1.

2.

Pertemuan
dengan kelompok
tani dalam rangka
sosialisasi
penangkaran bibit
kentang
Penyedia bibit
tipe G4,G3, G2
dan G0 – G1.

Constrains
1.

1.

Bekerjasama
dalam upaya
pengendalaian
hama tanaman
dan pengairan

Pedagang
-

Post

1.

Komunikasi
antar petani
dalam
penyebaran
informasi harga
produk
pertanian

2.

Lembaga
pembiayaan
informal
membeli hasil
pertanian dari
petani atau
pengumpul
Penangkaran
bibit kentang
dari hasil panen
kentang.

-

-

1.

Ketrebatasan akses modal
yang belum mencukupi segala
aspek dari pra – post
2. Kemampuan petani dalam
teknologi dan informasi
rendah
3. Keterbatasan pengetahuan
petani mengenai informasi
pasar
4. Kelemahan petani dan
kelembagaan dalam akses
peluang usaha
5. Ketidakaktifan anggota dalam
kelompok tani
6. Struktur organisasi yag masih
belum baku dan deksripsi
tugas yang belum jelas
7. Rendahnya intensitas
pertemuan dan komunikasi
kelompok tani
Permasalahan di tingkat pedagang:
1. Waktu pengiriman produk
kentang yang kurang efisien
sehingga terdapat
kemungkinan untuk busuk
dan rusak
2. Keterbatasan jaminan
ketersediaan dan kualitas
produk
3. Kerugian yang ditanggung
saat melakukan sistem ijon
kepada petani
4. Biaya pengiriman yang relatif
tinggi menggunakan truk
sewa

19
Sector

Actors

Private Sectors

Lembaga Keuangan
Formal (BRI, Bank Surya
Yudha)

Pra
1.

During

Penyedia modal
Kredit Usaha
Rakyat dan Kredit
Modal Kerja

Lembaga Keuangan Non
Formal (LKMA,
Pedagang, Eksportir)

Pedagang dan Eksportir
1. Penyedia
pinjaman modal
tunai dan non
tunai seperti bibit
kentang dan
pupuk
LKMA
2. Simpan Pinjam
modal usaha
pertanian

Pasar

-

-

-

-

Post
1.

Penyedia modal
bagi rantai
distribusi
pemasaran
produk

Pedagaang dan Eksportir
1. Pembeli hasil
panen kentang
2. Penentu harga
produk
3. Melakukan
sortir dan
grading dari
sayuran kentang
yang diterima
LKMA
4. Simpan Pinjam
modal usaha
pertanian

1.
2.

Pemasaran hasil
panen kentang
Meningkatakan
pendapatan
petani

Constrains
Permasalahan pada kelembagaan
ekonomi dan pasar umumnya mengenai
masalah:
1. Prosedur peminjaman yang
relatif rumit bagi petani
2. Belum ada arus informasi
yang kontinu mengenani tren
harga di pasar
3. Kontinuitas pasokan
4. Daya tawar petani lemah
5. Kontinuitas kesinambungan
produk bermutu masih rendah
6. Mudah rusaknya produk
pertanian sehingga risiko di
tingkat pedagang dan pasar
akan barang busuk relatif
besar
7. Biaya transportasi yang relatif
tinggi
8. Produk masih belum dapat
ekspansi pasar ke
supermarket

20

Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten
Wonosobo melalui Analisis TOWS
Berdasarkan hasil analisis kondis rantai pasok dan kelembagaan yang telah
dijelaskan diatas, selanjutnya dilakukan analisis kondisi internal dan eksternal
melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kluster komoditas
kentang. TOWS analisis dilakukan untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja
komoditas ini. Hasil analisis tersebut diuraikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Analisis TOWS Sayuran Dataran Tinggi Kentang Wilayah Kabupaten
Wonosobo
Analisis Internal

Analisis Eksternal

Peluang (O):
Kentang menjadi bahan
makanana utama bagi
warga negara asing.
b. Perubahan gaya hidup
masyarakat akan manfaat
sayuran (meningkatnya
komunitas vegetarian)
c. komoditas unggulan
d. Inovasi dalam memberikan
nilai tambah komoditas
sayuran dataran tinggi baik
di hulu maupun di hilir
e. Potensi ekspor yang
merupakan sumber devisa
Negara
f. Dukungan dari pemerintah
nasional dan daerah.
Tantangan (T):
a. Perjanjian Perdagangan
Bebas AEC (Asean
Economic Community)
2015
b. Adanya fluktuasi harga
sayuran
c. Aksesibilitas petani
terhadap konsumen akhir
dan retail belum
berkembang optimal
d. Isu kelestarian lingkungan
hidup yang menuntut
pengembangan pertanian
yang memperhatikan
kelestarian lingkungan
a.

Kekuatan (S):
a. Lahan yang sesuai untuk
budi daya kentang
b. Ketinggian tempat yang
sesuai untuk budi daya
kentang
c. Kondisi agroklimat sesuai
untuk budidaya kentang
d. Penggunaan alat-alat
pertanian modern
e. Tingginya komitmen dan
dukungan Daerah dalam
mewujudkan daya saing
komoditas sayuran dataran
tinggi.
Strategi SO:
1. Peningkatan produksi
optimal
2. Pemanfaatan kebijakan
pemerintah dalam
pengembangan
kelembagaan usaha
agribisnis
3. Peningkatan produktivitas
melalui usaha intensifikasi
pertanian
4. Peningkatan kapasitas petani
melalui Gabungan
Kelompok Tani aktif dalam
meningkatkan inovasi dan
daya saing produk pertanian

Strategi ST:
1. Peningkatan kuantitas
produksi kentang dan lahan
tanam teregister
2. Upaya diversifikasi dengan
usaha tani ramah lingkungan
3. Penyediaan akses STA (Sub
Terminal Agribisn