Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda

PENGUKURAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH MENGGUNAKAN
DUA BENTUK DAN UKURAN PLOT YANG BERBEDA

AGUNG SUDRAJAD

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengukuran
Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan
Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda” adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Agung Sudrajad
NIM E14090099

ABSRAK
AGUNG SUDRAJAD. Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Penebangan Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang
Berbeda. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.
Pengukuran kerusakan tinggal penting untuk mengetahui perubahan
struktur dan komposisi tegakan hutan alam akibat kegiatan pemanenan hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kerusakan tegakan tinggal
menggunakan plot bujursangkar dan lingkaran dinamis, mengidentifikasi tipe-tipe
kerusakan, mengukur keterbukaan areal dan panjang daerah terkena dampak
penebangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kerusakan tegakan
tinggal akibat penebangan menggunakan plot bujursangkar dan lingkaran dinamis
berurutan adalah sebagai berikut; semai dan pancang adalah 3.66% dan 2.33%,
untuk tiang 5.52% dan 4.21%, dan untuk pohon 4.26% dan 2.86%. Plot lingkaran
menghasilkan data yang lebih akurat karena memiliki nilai standar error dan

koefisien variansi yang lebih kecil dari plot bujursankar. Semua tipe kerusakan
terjadi di kedua jenis plot. Tipe kerusakan terbesar adalah rusak tajuk, sedangkan
terkecil adalah tipe rusak banir atau akar. Luas keterbukaan areal akibat
penebangan pada plot bujursangkar dan lingkaran adalah 365.69 m2/ha dan 523.09
m2/plot. Sementara itu panjang daerah terkena dampak akibat penebangan adalah
69.24 m atau 1.63 kali tinggi total pohon yang ditebang.
Kata kunci: kerusakan tegakan tinggal, penebangan, panjang dampak

ABSTRACT
AGUNG SUDRAJAD. Measurement of residual stand damage caused by low
intensity tree felling use two different plot form and size. Supervised by AHMAD
BUDIAMAN.
Measurement of residual stand damage aims to know the structure and
composition of natural forest stands due to logging. The objective of this study are
to measure the degree of residual stand damages use fixed square and circular
dynamic plot, indentify type of residual stand damage, measuring of opened areas
and length impact caused by felling. This study showed that the degree of residual
stand damage in fixed square plot, respectively, for seedlings and saplings 3.66%,
for poles 5.52% and 4.26% for trees. Meanwhile, the degree of residual stand
damage in dynamic circular plot, respectively, for seedlings and saplings 2.33%,

4.21% for poles, and 2.86% for trees. Circular plot results more accurate data
because it has standard error and ceofficient of variance smaller than square plot.
All types of damage occurred in both plot. Greatest type of damage is crowns
broken and smallest type is buttress and roots broken. The degree of opened areas
caused by felling, respectively, square plot is 365.69 m2/ha, and 523.09 m2/plot
for circular plot. Base on this study, length impact caused by felling is 69.24 m or
1.63 total height of tree felled.
Keywords: Residual stand damage, tree felling, length impact

PENGUKURAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH MENGGUNAKAN DUA
BENTUK DAN UKURAN PLOT YANG BERBEDA

AGUNG SUDRAJAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan
Intensitas Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang
Berbeda
Nama
: Agung Sudrajad
NIM
: E14090099

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F.Trop
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : _ セ

⦅ Nセ@

セ@

=. crusakan

Tegakan Tinggal Akibat Penebangan

- ., . dah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang
Nama
NIM


Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F.Trop
Pembimbing

Tanggal Lulus:

2 5 FEB 2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan
judul “Pengukuran Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan Intensitas
Rendah Menggunakan Dua Bentuk dan Ukuran Plot yang Berbeda” ini dilakukan
pada bulan April sampai Juni 2013 di PT INHUTANI II Unit Manajemen Hutan
Alam Malinau, Kalimantan Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc.
For.Trop selalu dosen pembimbing atas pendampingan, motivasi, dan arahan yang
diberikan. Bapak Ir Iman Suyudono, M.Si dan dan Bapak Yohanes P Kurniawan,

S.Hut dan semua staf pegawai dari PT INHUTANI II dan PT Kayan Patria
Pratama (Mitra PT INHUTANI II) atas perijinan, bantuan, dan arahannya selama
penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis, atas segala doa, dukungan, dan
kasih sayangnya. Penghargaan setinggi-tingginya kepada Arum Ngesti Palupi dan
Sarah Andini atas kerjasama, motivasi, dan dukungan dalam pengambilan dan
pengolahan data penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik dan
benar.

Bogor, Februari 2014
Agung Sudrajad

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


1

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2

Bahan

2

Alat

2

Jenis Data


2

Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Statistik Plot Contoh

5

Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan

7

Inventarisasi Tegakan Tinggal


7

Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal

8

Keterbukaan Hutan Akibat Penebangan

9

Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan

10

Intensitas Penebangan untuk Meminimalkan Kerusakan Tegakan Tinggal

11

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Bentuk dan ukuran plot
Penampang penempatan plot contoh semai dan pancang
Persebaran luas plot contoh lingkaran dinamis
Persebaran tinggi total pohon pusat

3
4
6
6

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Kelas kemiringan plot contoh
Hasil ITSP pada semua tingkat vegetasi
Jumlah semai dan pancang hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya
Jumlah tiang dan pohon hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya
Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal pada tiang
Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal pada pohon
Luas keterbukaan hutan akibat penebangan menurut kelas diameter
Hasil uji beda rata-rata dan koefisien variansi

6
7
7
8
8
9
10
11

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan bagian terpenting dari kegiatan pengusahaan
hutan. Salah satu indikator keberhasilan pemanenan hutan adalah produksi kayu
yang optimal dengan tingkat kerusakan yang rendah. Kegiatan penebangan, baik
dengan teknik Reduced Impact Logging (RIL) maupun konvensional, akan
berdampak langsung terhadap kerusakan tegakan tinggal. Penerapan teknik RIL
cukup signifikan mengurangi kerusakan tegakan tinggal dibandingkan dengan
teknik konvensional. Penelitian Sist et al. (2003) menunjukkan bahwa jumlah
pohon yang rusak pada teknik RIL dan konvensional berturut-turut adalah 36 dan
60 pohon/ha.
Informasi kerusakan tegakan tinggal sangat penting untuk mengetahui
perubahan struktur tegakan hutan pasca penebangan. Data tersebut dapat dijadikan
acuan dalam menentukan kebijakan teknik pemanenan dan kebijakan lain,
misalnya pembinaan hutan. Metode pengukuran kerusakan tinggal akibat
penebangan selama ini menggunakan plot contoh berbentuk bujursangkar dengan
ukuran yang tetap dengan luas satu hektar. Selain plot bujursangkar, terdapat
berberapa bentuk dan ukuran plot contoh yang dapat digunakan, diantaranya plot
contoh berbentuk lingkaran dengan jari-jari dua kali tinggi total pohon. Plot
lingkaran ini memiliki ukuran yang tidak tetap atau disebut plot lingkaran
dinamis. Pengukuran menggunakan plot lingkaran dinamis akan menghasilkan
data yang lebih akurat, hal tersebut dikarenakan plot lingkaran dinamis memiliki
luas yang tergantung dari tinggi total pohon yang ditebang. Tinggi total pohon
erat kaitannya dengan jangkauan kerusakan yang diakibatkan kegiatan
penebangan. Selama ini, penggunaan plot contoh lingkaran untuk mengukur
kerusakan tegakan tinggal pada pengusahaan hutan alam di Indonesia masih
jarang dilakukan. Selain itu juga, penelitian yang memfokuskan pengukuran
kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan satu pohon masih sangat kurang.
Intensitas penebangan berkorelasi positif dengan kerusakan tegakan tinggal,
semakin besar intensitas penebangan maka akan mengakibatkan tingginya
kerusakan tegakan tinggal (Sist & Bertault 1997; Budiarta 2001).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat kerusakan tegakan tinggal
akibat penebangan intensitas rendah (satu pohon/plot) menggunakan plot
bujursangkar dan lingkaran dinamis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi tipe kerusakan tegakan tinggal, keterbukaan areal akibat
penebangan dan panjang daerah terkena dampak penebangan intensitas rendah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kerusakan tegakan
tinggal akibat kegiatan penebangan intensitas rendah di IUPHHK-HA.
Selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

2
dalam rangka perbaikan teknik pemanenan hutan untuk mencapai pengelolaan
hutan produksi lestari.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup hanya pada kerusakan tegakan tinggal
akibat penebangan intensitas rendah (satu pohon/plot) pada semua tahap
perkembangan pohon mulai dari semai, pancang, tiang, hingga pohon.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013 di PT INHUTANI II
Unit Manajemen Hutan Alam Malinau, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan
Utara.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan yang akan
ditebang, cat dan label untuk memberi tanda dan penomoran pohon.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, Haga
Hypsometer, Clinometer, Kompas, tali tambang, tali raffia, patok batas, GPS,
Tallysheet, Kamera, Kertas millimeter block, Laptop, Program Microsoft Excel
dan Microsoft Word, dan Program Minitab untuk analisis data.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan, seperti
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dan Inventarisasi Tegakan
Tinggal (ITT). Data primer yang dikumpulkan adalah tinggi total pohon pusat,
jumlah dan jenis individu, diameter pohon dan tiang, karakteristik plot, jumlah
individu yang rusak dan tipe kerusakan. Data sekunder yang dikumpulkan
meliputi Rencana Kerja Tahunan (RKT) perusahaan pada tahun 2013 dan Laporan
Hasil Cruising (LHC) terpilih pada petak RKT 2013.
Prosedur Penelitian
Intensitas Penebangan
Intensitas penebangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu
pohon/plot. Intensitas tersebut termasuk kategori intensitas penebangan rendah
(Budiarta 2001). Adapun klasifikasi intensitas penebangan sebagai berikut:
1. Intensitas rendah : Jumlah pohon yang ditebang dalam PUP ≤ 5 pohon/ha
2. Intensitas sedang : Jumlah pohon yang ditebang dalam PUP 6-9 pohon/ha

3
3. Intensitas tinggi : Jumlah pohon yang ditebang dalam PUP ≥ 10 pohon/ha
Bentuk dan Ukuran Plot
Bentuk plot pada penelitian ini adalah bujursangkar dan lingkaran. Kedua
plot tersebut diletakan pada posisi yang sama dengan pohon yang akan ditebang
sebagai titik pusatnya. Selanjutnya, kedua plot tersebut dibagi menjadi empat
kuadran yang sama besar. Ukuran plot bujursangkar adalah tetap, yaitu satu hektar
dengan sisi 100 x 100 meter. Sementara itu, plot lingkaran memiliki ukuran yang
tidak tetap, tergantung dengan tinggi total pohon pusat (h) dan jari-jari plot
lingkaran adalah dua kali tinggi total pohon pusat. Bentuk dan ukuran plot
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot contoh lingkaran (kiri) dan bujursangkar (kanan)
Pembuatan plot contoh di lapangan dimulai dengan menentukan titik pusat
terlebih dahulu, yaitu pohon yang akan ditebang. Kedua plot contoh diletakan
pada satu titik pusat yang sama. Kemudian, kedua plot dibagi menjadi empat
kuadran sama besar mengikuti empat arah mata angin. Pohon pusat diberi tanda
“P1” (Pusat 1), kemudian dibuat garis batas antar kuadran menggunakan cat ke
arah utara atau 00. Pada batas jarak 50 m dari titik pusat diberi tanda “T” dan “50”
dan merupakan batas utara plot bujursangkar. Selanjutnya, pemberian batas
dilanjutkan sampai batas utara plot lingkaran, misalnya tinggi total pohon yang
ditebang adalah 40 m, maka batas utara plot lingkaran diberi tanda “X” dan “80”.
Sementara itu, sudut batas plot bujursangkar diberi tanda “X” dan “50”.
Selanjutnya diteruskan hingga terbentuklah plot bujursangkar dan batas-batas plot
lingkaran pada masing-masing arah mata angin. Pembuatan plot bujursangkar
terlebih dahulu akan memudahkan pembuatan plot lingkaran. Batas sudut plot
bujursangkar digunakan sebagai titik bantu pembuatan plot lingkaran.
Jumlah Plot
Jumlah plot yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 plot
untuk masing-masing bentuk dan ukuran plot (bujursangkar dan lingkaran). Plot
contoh terdapat pada petak 139 dan 140 Rencana Kerja Tahun (RKT) 2013.
Metode peletakan plot mengikuti kegiatan penebangan yang berlaku di
perusahaan.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan dilakukan pada kedua plot untuk
mengetahui kondisi tegakan sebelum penebangan. Plot dibagi menjadi empat

4
kuadran sama besar, yang mana pada masing-masing kuadran dilakukan
inventarisasi terhadap semua tahapan perkembangan pohon. Adapun tahapan
perkembangan pohon adalah (Indriyanto 2008):
a. Semai, yaitu anakan pohon yang tingginya ≤ 1.5 m
b. Pancang, yaitu anakan pohon yang tingginya > 1.5 m
c. Tiang, yaitu pohon dengan diameter 10-19 cm
d. Pohon, yaitu pohon dengan diameter ≥ 20 cm
Untuk tingkat pohon dan tiang dilakukan sensus di kedua plot. Data yang
diambil adalah jumlah, jenis, dan diameter. Selanjutnya dilakukan pelabelan pada
tiap individu untuk memudahkan saat melakukan inventarisasi tegakan tinggal.
Label tersebut memuat informasi jenis, nomor urut tiang/pohon, dan kuadran.
Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan pengukuran kemiringan lapangan pada
masing-masing plot.
Untuk tingkat semai dan pancang, inventarisasi dilakukan secara sampling.
Pada masing-masing kuadran terdapat enam buah plot sampling yang tersebar
sistematik. Data yang diambil adalah jumlah dan jenis individu. Data semai
diambil pada plot ukur 2x2 meter, sedangkan pancang pada plot ukur 5x5 meter.
Penempatan plot contoh disajikan pada Gambar 2.

10 m
5m
2m

Gambar 2 (a) Penempatan plot contoh untuk semai dan pancang (b) insert satu
plot contoh untuk semai dan pancang
Inventarisasi Tegakan Tinggal
Inventariasi tegakan tinggal dilakukan untuk menghitung jumlah individu
yang mengalami kerusakan setelah kegiatan. Variabel yang diukur adalah jumlah
individu yang rusak dan jenis kerusakan.
Jenis kerusakan tegakan tinggal pada tiang dan pohon dikelompokan
menjadi 6 jenis, yaitu 1) kerusakan tajuk, 2) kerusakan batang dan kulit, 3)
kerusakan banir dan akar, 4) kerusakan batang utama patah, 5) kerusakan pohon
roboh, dan 6.) kerusakan pohon miring.
Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan
Daerah terkena dampak penebangan diukur setelah pohon rebah dari
tunggak pohon sampai jarak terjauh yang mengalami kerusakan. Selanjutnya data
yang diambil adalah panjang daerah terkena dampak di dalam plot bujursangkar
dan di luar plot bujursangkar. Selain itu juga, pada pengukuran ini juga diukur

5
luas keterbukaan areal akibat penebangan. Keterbukaan yang diukur adalah akibat
pohon yang ditebang. Pengukuran keterbukaan areal dilakukan dengan cara
persegmen pada setiap jarak satu meter.
Analisis Data
Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan analisis keragaman. Analisis
keragaman digunakan untuk mengetahui apakah bentuk plot contoh berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tingkat kerusakan tegakan tinggal. Distribusi TStudent’s digunakan untuk ukuran sample ≤ 30 (Supangat 2010). Adapun
hipotesis dan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis Uji
H0 : Tingkat kerusakan pada plot bujursangkar = Tingkat kerusakan pada plot lingkaran
H1 : Tingkat kerusakan pada plot bujursangkar ≠ Tingkat kerusakan pada plot lingkaran

Kriteria Uji
Thit < Ttabel, terima H0
Thit ≥ Ttabel, tolak H0

Tingkat kerusakan tegakan tinggal diukur menggunakan rumus (Elias 2008)

Keterangan :
Ʃ K = Tingkat kerusakan tegakan
Ʃ Ka = Jumlah individu sebelum penebangan
Ʃ Kr = Jumlah individu setelah penebangan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Plot Contoh
Luas plot contoh
Plot contoh bujursangkar memiliki luas yang sama yaitu 1 ha, sedangkan
plot contoh berbentuk lingkaran memiliki luas rata-rata 2.34 ha, dengan luas
terbesar 3.94 ha dan terkecil 1.29 ha. Luas plot contoh lingkaran dinamis
terbanyak pada interval luas 1.74 ha sampai 2.17 ha. Adapun sebaran luas plot
contoh lingkaran dinamis disajikan pada Gambar 3.

Presentase (%)

6
40,0
35,0
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0

36,7

16,7

16,7

16,7
10,0
3,3

1.29-1.73

1.74-2.17

2.18-2.61

2.62-3.06

3.07-3.50

3.51-3.94

Luas lingkaran dinamis (ha)

Gambar 3 Sebaran luas plot contoh lingkaran dinamis
Tinggi Pohon Pusat
Rata-rata tinggi total pohon pusat adalah 42.8 meter, tertinggi 56 meter
dan terendah 32 meter. Sebaran tinggi total pohon pusat disajikan pada Gambar 4.
Pohon pusat paling banyak terdapat pada interval 37-40 meter (10 pohon).
12
10

Jumlah (individu)

10
8

6

6

5

4
4

3
2

2
0
32-36

37-40

41-44
45-48
Tinggi Total (m)

49-52

53-56

Gambar 4 Sebaran tinggi total pohon pusat
Kemiringan plot contoh
Penelitian ini dilakukan pada areal dengan rata-rata kemiringan lapangan
plot contoh sebesar 47.41%, dengan kemiringan terkecil 20.55% dan terbesar
65.61%. Adapun sebaran kemiringan lapangan plot contoh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kelas kemiringan plot contoh
No
1
2
3
4
5

Kelas kemiringan
(%)
0–8
9 – 15
16 – 25
26 – 40
.> 40

Klasifikasi
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Jumlah

Plot Contoh
Jumlah
(%)
2
6.67
6
20.00
22
73.33
30
100.00

7
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar plot contoh berada pada
kemiringan lapangan sangat curam yaitu sebesar 73.33%.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
Inventarisasi tegakan sebelum penebangan tingkat semai dan pancang
dilakukan dengan sampling pada masing-masing plot. Sedangkan pada tingkat
tiang dan pohon dilakukan sensus pada masing-masing plot. Adapun hasil ITSP
tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil ITSP pada semua tingkat vegetasi (n/plot)
No
1
2
3
4

Tingkat vegetasi

Jumlah (Individu/plot)
Bujursangkar

Semai
Pancang
Tiang
Pohon

Lingkaran

122 549
4 802
173
170

284 471
11 321
336
354

Inventarisasi Tegakan Tinggal
Semai dan Pancang
Kerusakan tegakan tinggal pada semai dan pancang diukur dengan
pendekatan keterbukaan areal dengan asumsi bahwa semua semai dan pancang
yang tertimpa bagian pohon dan tajuk mengalami kerusakan. Luas keterbukaan
pada plot bujursangkar adalah 3.66% sedangkan pada plot lingkaran adalah
2.33%. Tingkat kerusakan tegakan tinggal pada semai dan pancang yang disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah semai dan pancang hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya (n/plot)
ITSP
Tingkat
Vegetasi
Semai
Pancang

ITT

Tingkat Kerusakan (%)

Bujursangkar

Lingkaran

Bujursangkar

Lingkaran

122 549
4 802

284 471
11 321

118 247
4 793

278 127
11 309

Bujursangkar
n
%
4 302
9

3.51
0.15

Lingkaran
n
%
6 629
12

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tingkat kerusakan semai lebih tinggi
dibandingkan pancang. Hal ini terjadi karena populasi semai yang jauh lebih
banyak jika dibandingkan dengan pancang dan persebarannya merata menutupi
lantai hutan.
Tiang dan Pohon
Tingkat kerusakan tegakan tinggal pada tiang dan pohon disajikan pada
Tabel 4. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kerusakan tegakan tinggal pada
tiang lebih besar daripada tingkat pohon baik pada plot contoh bujursangkar
maupun lingkaran dinamis.

2.23
0.10

8
Tabel 4 Jumlah tiang dan pohon hasil ITSP, ITT, dan tingkat kerusakannya (n/plot)
Tingkat
Vegetasi
Tiang
Pohon

ITSP (n)
Bujursangkar
173
170

Lingkaran
336
354

ITT (n)
Bujursangkar
164
165

Lingkaran
322
344

Tingkat Kerusakan
Bujursangkar
Lingkaran
n
%
n
%
9.5
5.52 13.5 4.21
6.7
4.26
9.7 2.86

Pradata (2012) melakukan penelitian dengan plot lingkaran dinamis di
Papua dan melaporkan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal pada tiang 2.33%
dan pohon sebesar 1.81%. Hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan
penelitian ini. Sementara itu, rata-rata jumlah pohon dan tiang yang rusak akibat
penebangan satu pohon per plot adalah 16.2 pohon/ha untuk plot bujursangkar dan
23.2 individu/plot (9.9 individu/ha) untuk plot lingkaran. Pradata (2012)
melaporkan bahwa pada plot lingkaran, penebangan satu pohon per plot akan
menyebabkan kerusakan tiang dan pohon sebanyak 5.6 individu/ha. Hal tersebut
dipengaruhi oleh tinggi total pohon yang ditebang dan kemiringan lapangan. Ratarata tinggi total pohon pusat pada penelitian Pradata (2012) sebesar 32 m,
sedangkan penelitian ini tinggi total pohon pusat mencapai 42.8 m. Kemiringan
lapangan pada penelitian Pradata rata-rata 33.4%, sementara pada penelitian ini
sebesar 47.41%. Muhdi (2001) melakukan penelitian dengan plot bujursangkar
dan melaporkan bahwa Setiap penebangan satu pohon akan mengakibatkan
kerusakan tiang dan pohon sebanyak 5.95 individu/ha, sementara pada penelitian
ini penebangan satu pohoh akan mengakibatkan kerusakan pada tiang dan pohon
sebanyak 16.1 individu/ha.
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal pada Tingkat Tiang
Tipe kerusakan tegakan tinggal pada tingkat tiang secara keseluruhan
didominasi oleh tipe kerusakan tajuk, pohon roboh, dan batang patah. Adapun tipe
kerusakan pada tingkat tiang secara lengkap tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang
Tipe Kerusakan (Individu)
No
Letak
Total
PR
BP
PM RT
BK BA
Keseluruhan
1
92
91
49 120
51
2
405
(Lingkaran dinamis)
2 Plot Bujursangkar
62
68
35
80
34
1
280
Di luar Plot
3
30
23
14
40
17
1
125
Bujursangkar
Keterangan:
PR : Pohon roboh
BK: Batang/Kulit

BP: Batang utama patah
BA: Banir/kulit

PM: Pohon miring

RT: Rusak tajuk

Tipe kerusakan tajuk mencapai 29.6% dari keseluruhan tipe kerusakan,
diikuti pohon roboh dan batang patah, yang masing-masing sebesar 22.7% dan
22.5%. Tipe kerusakan batang patah lebih banyak dari pohon roboh di dalam plot
bujursangkar, hal tersebut terkait jangkauan pohon yang ditebang. Berdasarkan
Tabel 5, diketahui bahwa kerusakan yang berada di luar plot bujursangkar

9
mencapai 30.9% dari total kerusakan secara keseluruhan. Ini artinya, apabila
pengukuran kerusakan menggunakan plot bujursangkar, maka akan ada data
kerusakan yang tidak tercatat sebanyak 30.9%.
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal pada Tingkat Pohon
Tipe kerusakan yang paling besar pada tingkat pohon adalah rusak tajuk,
baik di dalam plot bujursangkar maupun di luar plot bujursangkar. Jumlah dan
tipe kerusakan tingkat pohon disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah dan tipe kerusakan tegakan tinggal tingkat pohon
Tipe Kerusakan (Individu)
No
Letak
Total
PR
BP
PM RT BK BA
Keseluruhan
1
69
52
10 101
55
4
291
(Lingkaran Dinamis)
2
Plot Bujursangkar
47
36
7
76
32
2
200
3
Di luar Plot
22
16
3
25
23
2
91
Bujursangkar
Keterangan:
PR : Pohon roboh
BK: Batang/Kulit

BP: Batang utama patah
BA: Banir/kulit

PM: Pohon miring

RT: Rusak tajuk

Sama halnya dengan tingkat tiang, tipe kerusakan yang paling besar
terjadi pada tingkat pohon adalah rusak tajuk, baik di dalam plot bujursangkar
maupun di luar plot bujursangkar. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Elias
(1993) yang melaporkan bahwa kerusakan tajuk merupakan tipe kerusakan paling
besar yang ditimbulkan akibat penebangan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada tingkat pohon tipe kerusakan
rusak batang dan kulit lebih tinggi dari tipe kerusakan batang patah. Bahkan di
luar plot bujursangkar, tipe kerusakan rusak batang dan kulit tertinggi kedua
setelah rusak tajuk. Hal ini berbeda pada tingkat tiang, baik di dalam maupun di
luar plot bujursangkar, tipe kerusakan batang dan kulit lebih kecil dari tipe batang
patah dan pohon roboh. Hal tersebut disebabkan jarak yang jauh dari tunggak
mengakibatkan pohon-pohon yang berada di luar plot bujursangkar hanya terkena
hempasan ujung tajuk pohon yang ditebang ataupun pohon lain yang ikut
tumbang. Hal tersebut hanya mengakibatkan kerusakan pada batang dan kulit.
Berbeda dengan tiang yang ukuran dimensinya lebih kecil, apabila terkena
hempasan ujung tajuk dapat mengakibatkan patah batang utama, rusak tajuk, atau
bahkan roboh. Jumlah pohon yang rusak di luar plot bujursangkar sebesar 31.3%.
Ini artinya, apabila pengukuran kerusakan menggunakan plot bujursangkar, maka
akan ada data kerusakan yang tidak tercatat sebesar 31.3%.
Keterbukaan Hutan Akibat Penebangan
Kegiatan penebangan berdampak terhadap terbukanya lantai hutan. Massa
pohon yang berat akan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal dan kepadatan
tanah saat roboh. Efek domino yang terjadi akibat penebangan mengakibatkan
besarnya kerusakan yang diakibatkannya. Permudaan semai dan pancang yang
terkena langsung bagian batang pohon ataupun tajuk pohon yang ditebang akan
mengalami kerusakan.

10
Tabel 7 menyajikan data luas keterbukaan areal akibat penebangan
intensitas rendah pada plot contoh. Semakin besar kelas diameter maka tingkat
keterbukaan areal juga akan semakin besar, baik pada plot bujursangkar maupun
lingkaran dinamis.
Tabel 7 Luas keterbukaan areal hutan akibat penebangang menurut kelas diameter
Kelas Diameter (cm)
105

Rata-rata

Luas Keterbukaan (m2)
Lingkaran
Bujursangkar
431.45
332.02
528.18
344.16
609.64
420.88
523.09
365.69

Keterbukaan areal pada plot lingkaran lebih besar dari pada plot
bujursangkar, yaitu 523.09 m2 berbanding 365.69 m2. Ini berarti bahwa 70%
keterbukaan berada di dalam plot bujursangkar, sisanya 30% berada di luar plot
bujursangkar. Jika pengukuran dilakukan pada plot bujursangkar, maka akan ada
data sebesar 30% yang tidak terhitung.
Semakin besar kelas diameter, maka luas keterbukaan juga semakin besar.
Hal tersebut berkaitan erat dengan lebar tajuk, yang mana lebar tajuk pada
masing-masing kelas diameter adalah 80.25 meter untuk kelas diameter kecil,
79.24 meter untuk kelas diameter sedang, dan 83.73 meter untuk kelas diameter
besar.
Panjang Daerah Terkena Dampak Penebangan
Panjang dampak diukur dari tunggak pohon sampai jarak terjauh yang
terkena dampak akibat penebangan, termasuk efek domino yang ditimbulkannya.
Rata-rata panjang dampak penebangan adalah 69.24 meter atau 1.63 kali tinggi
total pohon pusat. Panjang dampak terkecil adalah 1.27 dan terbesar 2.32 kali
tinggi total pohon pusat. Dari 30 plot contoh, hanya 2 plot atau 6.67% yang semua
panjang dampaknya berada di dalam plot bujursangkar, sisanya 28 plot atau
93.3% menghasilkan panjang dampak hingga di luar plot bujursangkar. Panjang
dampak yang berada di dalam plot bujursangkar rata-rata sebesar 54.37 meter dan
di luar plot bujursangkar mencapai 14.87 meter atau mencapai 19.5% dari panjang
total dampak. Ini berarti bahwa, terdapat panjang dampak penebangan yang tidak
tercatat oleh plot contoh bujursangkar.
Hush et al (2003) menyatakan bahwa salah satu kelebihan plot
bujursangkar adalah lebih mudah memutuskan apakah suatu pohon di dalam atau
di luar plot yang dibuat. Menurut Simon (2007) plot bujursangkar memiliki
kekurangan salah satunya adalah sulit untuk dibuat di lapangan. Hal tersebut
disebabkan kesalahan dalam menentukan letak dan bentuk plot dikarenakan
kesalahan pengukuran sudut dan pengukuran panjang sisi. Kedua kesalahan
tersebut menyebabkan bentuk plot tidak berbentuk bujursangkar melainkan jajar
genjang atau trapesium. Simon (2007) menyatakan dalam pelaksanaan di
lapangan pembuatan plot lingkaran sangat mudah dan sederhana. Setelah titik
pusat ditentukan (pohon pusat), batas plot dicek dengan tali sepanjang jari-jari
lingkaran sesuai dengan luas plot lingkaran. Dalam kenyataannya pengecekan

11
hanya diperlukan saat ada pohon-pohon yang terletak di sekitar batas plot, yaitu
sekitar 1.5-3 meter bergantung pada luas plot, namun sulit untuk tingkat semai
dan pancang.Pengukuran menggunakan plot contoh bujursangkar memiliki
kekurangan yaitu terdapat kerusakan yang tidak tercatat atau berada di luar plot
bujursangkar baik dari kerusakan tegakan tinggal, keterbukaan areal, dan panjang
daerah terkena dampak akibat penebangan intensitas rendah.
Tabel 8 menunjukan data hasil uji beda rata-rata dan koefisien variansi.
Pada Tabel 8 terlihat bahwa semua nilai P-Value untuk masing-masing tingkat
vegetasi bernilai dibawah 0.01 dan semua kriteria uji memenuhi kriteria untuk
menolak H0. Ini berarti bahwa pengukuran tingkat kerusakan menggunakan plot
contoh bujursangkar dan lingkaran dinamis memberikan hasil yang berbeda.
Tabel 8 Hasil uji beda rata-rata dan koefisien variansi
Uji Keberagaman
No

1
2
3

Tingkat Vegetasi

tStudent1

P
Value2

Standar error
Bujur
sangkar

Lingkaran

Semai dan Pancang
10.08
0.003
0.21
0.19
Tiang
5.04
0.004
0.36
0.23
Pohon
5.59
0.003
0.38
0.20
Keterangan:
1
untuk t-student, T hit