Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial Akibat Penebangan Intensitas Rendah di PT Inhutani II Malinau

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON JENIS NON
KOMERSIAL AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS
RENDAH DI PT INHUTANI II MALINAU

SARAH ANDINI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Tingkat
Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial Akibat Penebangan Intensitas Rendah di
PT Inhutani II Malinau adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Sarah Andini
NIM E14090031

ABSTRAK
SARAH ANDINI. Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial
Akibat Penebangan Intensitas Rendah di PT Inhutani II Malinau. Dibimbing oleh
AHMAD BUDIAMAN.
Penebangan hutan alam akan menimbulkan kerusakan tegakan tinggal jenis
komersial maupun non komersial. Jenis non komersial berperan dalam
mempertahankan kestabilan keanekaragaman hayati hutan alam. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengukur tingkat kerusakan tiang dan pohon jenis non komersial
dan mengidentifikasi tipe-tipe kerusakannya. Pengukuran kerusakan tegakan
tinggal menggunakan plot lingkaran dengan jari-jari 2 kali tinggi total pohon
pusat/pohon ditebang. Intensitas penebangan dalam penelitian ini adalah 0.43
pohon ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerusakan pada tiang dan
pohon non komersial akibat penebangan intensitas rendah sebesar 3.9% dan 2.6%.
Pada tingkat tiang, jenis kerusakan yang terjadi adalah rusak tajuk (27.2%),

batang utama patah (25.8%), pohon miring (15.9%), pohon roboh (14.6%), rusak
batang dan kulit (10.6%), dan rusak banir dan akar (6.0%). Sementara untuk
pohon, rusak tajuk sebesar 37.3%, batang utama patah 24.0%, pohon roboh 18.7%,
rusak batang dan kulit 14.7%, rusak banir dan akar 2.7%, dan pohon miring 2.7%
Kata kunci: intensitas rendah, kerusakan tegakan, jenis non komersial

ABSTRACT
SARAH ANDINI. Non Commercial Poles and Trees Damage Due to Low Felling
Intensity at Inhutani II Malinau. Supervised by AHMAD BUDIAMAN.
Felling will cause residual stand damage to commersial and non commersial
species. Commersial species keep the stability of forest biodiversity. The purpose
of this study was to measure the damage of non commercial poles and trees and
identify type of stand damages. The plot was circle with radius two times of the
total height of central tree. Felling intensity in this study was 0.43 trees ha-1. This
study showed that the damage due to low felling intensity to the pole and tree was
3.9% and 2.6% respectively. The type of pole damage was crown injury (27.2%),
broken trunk (25.8%), leaning (15.9%), uprooted (14.6%), bark and wood injury
(10.6%), and buttress and root injury (6%). The type of tree damage was broken
crown by 37.3%, broken trunk 24.0%, uprooted 18.7%, bark and wood injury
14.7%, buttres and root injury 2.7%, and leaning 2.7%.

Key words: low felling intensity, residual damage, non commersial species

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON JENIS NON
KOMERSIAL AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS
RENDAH DI PT INHUTANI II MALINAU

SARAH ANDINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial Akibat

Penebangan Intensitas Rendah di PT Inhutani II Malinau
Nama
: Sarah Andini
NIM
: E14090031

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013 ini berjudul Kerusakan Tingkat
Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial Akibat Penebangan Intensitas Rendah di
PT Inhutani II Malinau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
pihak PT Inhutani II UM-HA Malinau yang telah membantu perizinan dan
pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada bapak, ibu,
kakak, adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima
kasih juga penulis ungkapkan kepada rekan satu penelitian Arum Ngesti Palupi
dan Agung Sudrajad dan teman-teman MNH 46 atas kerjasama, semangat, dan
dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Sarah Andini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian


2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Statistik Plot Contoh

5

Jumlah Pohon Sebelum Penebangan

6

Kerusakan Kelompok Jenis Non Komersial Akibat Penebangan


8

SIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

13

DAFTAR TABEL
1 Proporsi jumlah plot berdasarkan kelas diameter
2 Rata-rata jumlah pohon komersial dan non komersial berdasarkan kelas
diamater per plot (n ha-1)
3 Rata-rata jumlah pohon non komersial diameter ≥ 10 cm menurut
selang diameter dan kelompok jenis per plot (n ha-1)

4 Rata-rata kerusakan jenis non komersial berdasarkan tingkat
pertumbuhan per plot (n ha-1)
5 Rata-rata kerusakan jenis non komersial diameter ≥ 10 cm berdasarkan
kelompok jenis per plot (n ha-1)
6 Rata-rata kerusakan jenis non komersial akibat penebangan satu pohon
berdasarkan selang diameter dan kelompok jenis per plot (n ha-1)
7 Indeks keragaman Shannon (H) dan Indeks of Similiarity (IS) jenis non
komersial

3
7
7
8
8
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk dan zonasi plot contoh
2 Jumlah plot contoh berdasarkan tinggi pohon ditebang (a) dan luas plot

contoh (b)
3 Keruskan jenis non komersial pada setiap kelompok KD
4 Diameter rata-rata pohon ditebang pada setiap kelompok KD
5 Tinggi rata-rata pohon ditebang pada setiap kelompok KD
6 Persentase tipe kerusakan pada tiang (a) dan pohon (b) non komersial

4
6
10
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar kelompok jenis kayu indah, kayu dilindungi, dan kayu kurang
dikenal
2 Nilai penting masing-masing spesies jenis non komersial sebelum dan
setelah penebangan
3 Scatter plot kerapatan pohon non komersial dengan diameter pohon
yang ditebang

13
15
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan pemanenan hutan merupakan kegiatan kehutanan yang mampu
meningkatkan nilai potensial dari hasil hutan (kayu dan non kayu). Pemanenan
hutan terdiri atas komponen-komponen kegiatan yang saling berinteraksi dan
tidak dapat dipisahkan, sehingga disebut sebagai sebuah sistem. Salah satu
komponen pemanenan hutan adalah penebangan. Penebangan menjadi kegiatan
yang dapat menentukan keberhasilan pengelolaan hutan, karena melalui kegiatan
ini pengelola akan memperoleh pendapatan dan tingkat kerusakan hutan
ditentukan oleh kegiatan ini, terutama kerusakan tegakan tinggal. Oleh karena itu,
pelaksanaannya perlu dilakukan secara benar dan terencana.
Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan meliputi kerusakan yang
dialami oleh permudaan pohon yang ada di sekitar pohon ditebang. Permudaan
pohon yang mengalami kerusakan diantaranya adalah semai, pancang, tiang, dan
pohon. Permudaan pohon tersebut terdiri atas berbagai jenis pohon komersial dan
pohon non komersial. Kedua jenis ini menjadi penyusun komposisi tumbuhan di
hutan alam. Kedua jenis ini juga memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem hutan alam. Jenis komersial berperan sebagai stok pohon
yang akan ditebang pada rotasi tebang selanjutnya, sedangkan jenis non komersial
memiliki peran dalam mempertahankan kestabilan keanekaragaman hayati. Oleh
karena itu, jenis non komersial juga berperan penting dalam menentukan
kelestarian pengelolaan hutan alam.
Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dapat dikendalikan melalui
penerapan sistem silvikultur yang tepat dan teknik penebangan berdampak rendah
(reduced impact-logging/RIL). Meskipun demikian, teknik RIL hanya efektif
diterapkan jika intensitas penebangan maksimumnya hanya 8 pohon per ha (Sist
dan Nguyen-Thé 2002). Hasil penelitian Sist et al. (1998) juga menunjukkan
bahwa semakin besar intensitas penebangan, maka semakin besar pula tingkat
kerusakan yang ditimbulkannya.
Berbagai penelitian tentang kerusakan tegakan tinggal jenis komersial akibat
penebangan dengan intensitas tinggi telah banyak dilakukan. Sementara itu,
penelitian kerusakan tegakan tinggal jenis non komersial akibat penebangan
pohon dengan intensitas rendah belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh
karena itu, penelitian ini perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur tingkat kerusakan tingkat tiang
dan pohon jenis non komersial dan mengidentifikasi tipe-tipe kerusakan tegakan
tinggal akibat penebangan intensitas rendah di IUPHHK-HA PT Inhutani II, Unit
Manajemen Hutan Alam (UM-HA) Malinau.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan sistem penebangan yang telah diterapkan di IUPHHK-HA PT
Inhutani II UM-HA Malinau, sehingga pengelolaan hutan lestari dapat tercapai.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013 di PT Inhutani II
UM-HA Malinau, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan alam yang
menjadi objek kajian penelitian, cat, dan label. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain pita ukur, haga hypsometer, suunto clinometer, GPS, tali
tambang dan tali rafia, patok, tally sheet dan alat tulis, serta Software Microsoft
Office 2007.

Prosedur Penelitian
Intensitas Penebangan
Intensitas penebangan dalam penelitian ini adalah 0.43 pohon ha-1.
Intensitas penebangan ini dikategorikan intensitas rendah menurut Budiarta
(2001). Klasifikasi intensitas penebangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rendah (low) dengan jumlah pohon ditebang ≤ 5 pohon ha-1.
2. Sedang (medium) dengan jumlah pohon ditebang 6-9 pohon ha-1.
3. Tinggi (high) dengan jumlah pohon yang ditebang ≥ 10 pohon ha-1.
Ukuran dan Jumlah Plot
Plot contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah plot lingkaran
dengan jari-jari sebesar dua kali tinggi total pohon yang ditebang. Bentuk dan
ukuran plot ini diadopsi dari teori luas daerah berbahaya akibat penebangan. Plot
lingkaran dipilih karena plot lingkaran mudah dibuat di lapangan dan memiliki
tingkat kesalahan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan plot bentuk
persegi (Siswanto 2008 dan Simon 2007).
Jumlah plot ditentukan berdasarkan sebaran kelas diameter pohon yang
ditebang. Penentuan kelas diameter ini didasarkan pada sebaran diameter dari data
Laporan Hasil Cruising (LHC) Petak 139 dan 140 RKT 2013. Berdasarkan
sebaran kelas diameter ini, jumlah plot yang akan diamati ditentukan
menggunakan persamaan Cochran (1977):
α
2

t� , dbf� . sy . 100

n0 = �

(SE) . ӯ

2



3
Keterangan:
n0
= jumlah plot contoh
t (α/2,dbf) = nilai table t-student (dianggap = 2)
sy
= simpangan baku dari diameter contoh
SE
= standard error maksimum (%)
��
= rata-rata dari diameter contoh
Nilai SE yang digunakan pada penelitian ini adalah 10%, nilai sy 16.7 dan ӯ 59,
sehingga diperoleh jumlah plot sebanyak 31.9 plot, dibulatkan menjadi 30 plot
karena keterbatasan sumber daya manusia, biaya, dan waktu. Ke-30 plot tersebut
kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelas diameter (KD), yaitu KD besar,
sedang, dan kecil. Panjang kelas diameter ditentukan berdasarkan persamaan
berikut (Supangat 1997):
R
P=b
Keterangan:
P = panjang kelas kelas
R = X max -X min
b = banyak kelas, diperoleh dari 1 + 3.3 log n
Berdasarkan persamaan tersebut, KD menurut data LHC diperoleh nilai X max 105
cm, X min 40 cm, dan nilai b adalah 3. Panjang KD dan jumlah plot contoh pada
masing-masing KD disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelas diameter dan jumlah plot pada masing-masing KD
Kelas diameter
KD I (kecil)
KD II (sedang)
KD III (besar)

Panjang kelas
diameter (cm)
≤78
79-105
≥105

Jumlah plot
10
10
10

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam peneltian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan sebelum dan setelah penebangan pohon
dilakukan. Data yang dikumpulkan sebelum penebangan adalah jenis, tinggi, dan
diameter pohon pusat, serta jenis dan diameter tingkat tiang dan pohon di sekitar
pohon pusat. Selain itu, pengukuran kemiringan lapangan juga dilakukan pada
setiap plot. Data yang dikumpulkan setelah penebangan pohon antara lain jenis
dan diameter, jumlah dan tipe kerusakan tiang dan pohon yang terkena dampak
penebangan pohon pusat. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup data LHC
Petak 139 dan 140 RKT 2013 PT Inhutani II UM-HA Malinau, peta pohon, dan
kondisi umum perusahaan.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
ITSP dilakukan pada plot contoh yang telah dipilih. ITSP dilakukan
terhadap tiang dan pohon yang berada di dalam plot contoh. Data yang
dikumpulkan dari pohon pusat adalah jenis, koordinat, diameter, dan tinggi,
sedangkan untuk tiang dan pohon adalah jenis dan diameter.

4
Plot contoh lingkaran tersebut selanjutnya dibagi menjadi empat kuadran.
Kuadran-kuadran ini dibuat untuk mempermudah kegiatan ITSP dan untuk
mendapatkan data yang akurat. Pembagian kuadran tersebut disajikan pada
Gambar 1.

R = 2t

Kuadran IV

Kuadran I

Kuadran III

Kuadran II

Keterangan:
: Pohon ditebang
t : Tinggi total pohon

Gambar 1 Bentuk dan zonasi plot contoh
Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT)
ITT dilakukan setelah kegiatan penebangan terhadap pohon pusat dilakukan.
Inventarisasi tegakan dilakukan terhadap tiang dan pohon yang terkena dampak
penebangan pohon pusat jenis non komersial. Selain itu, juga dilakukan
pengamatan terhadap jenis kerusakan tegakan tinggal seperti kerusakan tajuk,
batang dan kulit, banir dan akar, batang utama patah, pohon roboh, dan pohon
miring.
Analisis Data
Data kerusakan tiang dan pohon yang telah diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Data yang dianalisis adalah tingkat dan tipe kerusakan tiang dan pohon
jenis non komersial akibat penebangan satu pohon. Tingkat kerusakan tegakan
tinggal (K) adalah perbandingan jumlah pohon-pohon yang rusak terhadap jumlah
pohon-pohon yang sehat sebelum penebangan (Elias 2008).
∑b Kr

K = ∑b Ka x 100%

Keterangan:
∑b Kr = jumlah pohon (berdiameter ≥ 10 cm / 10-19 cm / ≥ 20 cm) yang
rusak setelah penebangan
b
∑ Ka = jumlah pohon (berdiameter ≥ 10 cm / 10-19 cm / ≥ 20 cm) yang
sehat sebelum penebangan
Untuk
mengetahui
dampak
penebangan
terhadap
kestabilan
keanekaragaman spesies digunakan analisis komunitas menggunakan indeks
Shannon (H) (Odum 1993; Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2008). Persamaan
yang digunakan adalah sebagai berikut:

5
H = - Ʃ [(n.i / N) log(n.i / N)]
Keterangan:
H = indeks (keanekaragaman) Shannon
N = total nilai penting
n.i = nilai penting dari setiap spesies

Untuk mengetahui perbandingan kondisi tegakan sebelum dan setelah
penebangan digunakan analisis community-coefficient sebagai berikut (Costing
1956; Bray dan Curtis 1957; Greigh-Smith 1964 dalam Soerianegara dan
Indrawan 2008):
2W
C = A+B x 100%
Keteragan:
C = index of Similiarity (IS) = S = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan
komunitas
W = jumlah nilai yang sama dan yang terendah dari jenis yang terdapat dalam dua
tegakan yang dibandingkan
A = jumlah nilai kuantitatif semua jenis yang terdapat sebelum penebangan
B = jumlah nilai kuantitatif semua jenis yang terdapat setelah penebangan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Plot Contoh
Tinggi rata-rata ke-30 pohon yang ditebang adalah 43 m, dengan pohon
tertinggi 56 m dan terpendek 32 m. Tinggi pohon yang ditebang ini masih lebih
tinggi dibandingkan di Papua. Pradata (2012) melaporkan bahwa rata-rata tinggi
pohon yang ditebang di Papua sebesar 32 m, dengan pohon tertinggi 39 m dan
terpendek 25 m. Kondisi plot contoh berdasarkan tinggi disajikan pada Gambar
2(a). Berdasarkan Gambar 2(a) terlihat bahwa pohon dengan tinggi 37-41 m
merupakan yang terbanyak dan tinggi 53-57 m merupakan yang paling sedikit.
Luas rata-rata dari ke-30 plot contoh sebesar 2.3 ha, dengan luas plot
terbesar 3.9 ha dan luas plot terkecil 1.3 ha. Luas plot contoh ini lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil penelitian di Papua. Pradata (2012) melaporkan bahwa
rata-rata luas plot di Papua adalah 1.3 ha, dengan luas plot terbesar 1.9 ha dan luas
plot terkecil 0.8 ha. Plot contoh dengan luas 1.7-2.2 ha memiliki jumlah plot yang
terbanyak (12 plot). Jumlah plot contoh berdasarkan luas pada penelitian ini
disajikan pada Gambar 2(b).
Rata-rata persen kemiringan lapangan plot contoh sebesar 47.4%. Data
kemiringan ini menunjukkan bahwa sebagian besar plot contoh memiliki kelas
kemiringan sangat curam, bahkan kemiringan terbesarnya mencapai 65.6%.
Kemiringan lapangan terkecil plot contoh sebesar 20.6%, yang masih termasuk
dalam kategori agak curam. Plot contoh dengan kemiringan ≥ 40% memiliki
jumlah plot terbanyak (22 plot), sementara kemiringan 25-40% dan 15-25%
berturut-turut sebanyak 6 plot dan 2 plot.

Jumlah plot (n)

6

14
12
10
8
6
4
2
0

12

6

5

4

32-36

3

37-41
42-46
47-52
Tinggi pohon yang ditebang (m)

53-57

Jumlah plot (n)

(a)
12
10
8
6
4
2
0

11

5

1.3-1.7

5

1.7-2.2

2.2-2.6

5

2.6-3.1

2

2

3.1-3.5

3.5-3.9

Luas plot (ha)

(b)

Gambar 2 Jumlah plot contoh berdasarkan tinggi pohon ditebang (a)
dan luas plot contoh (b)

Jumlah Pohon Sebelum Penebangan
Klasifikasi pohon jenis komersial dan non komersial dalam penelitian ini
mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No 163 Tahun 2003 tentang
Pengelompokan Jenis Kayu sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan.
Pengelompokan jenis ini juga didasarkan pada laporan hasil ITSP yang dilakukan
oleh PT Inhutani II UM-HA Malinau.
Berdasarkan hasil ITSP ditemukan sebanyak 100 jenis pohon, terdiri atas 31
jenis komersial dan 69 jenis non komersial. Jenis komersial terdiri atas 10 jenis
Dipterocarpaceae dan 21 non Dipterocarpaceae, sedangkan jenis non komersial
terdiri atas 3 jenis kayu indah, 14 jenis kayu dilindungi, dan 52 jenis kayu kurang
dikenal. Jenis-jenis yang termasuk pada kelompok jenis non komersial ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Hasil ITSP seluruh jenis (komersial dan non komersial) yang ada di plot
contoh disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pohon jenis komersial
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah pohon non komersial. Berdasarkan
hasil perbandingan rata-rata persentasenya dapat dilihat bahwa jumlah pohon
komersial hampir dua kali lipat dari jumlah pohon non komersial.

7
Tabel 2 Rata-rata jumlah pohon komersial dan non komersial berdasarkan kelas
diamater per plot (n ha-1)
Kelas diameter
Pohon diameter ≥ 10 cm
KD I
KD II
KD III
-1
Rata-rata (n ha )
Persentase (%)
Pohon diameter 10-19 cm
KD I
KD II
KD III
Rata-rata (n ha-1)
Persentase (%)
Pohon diameter ≥ 20 cm
KD I
KD II
KD III
Rata-rata (n ha-1)
Persentase (%)

Jumlah pohon
komersial

Jumlah pohon non
komersial

Total

66
67
70
68
67.9

32
31
33
32
32.1

98
98
103
100
100

29
31
31
30
62.1

18
18
19
18
37.9

47
49
50
49
100

37
36
39
38
73.4

14
13
14
14
26.6

51
49
54
51
100

Hasil ITSP kelompok jenis non komersial disajikan pada Tabel 3. Pada
Tabel 3 terlihat bahwa kelompok kayu non komersial yang mendominasi adalah
kelompok kayu kurang dikenal (38.3%). Berdasarkan kelas diameter diperoleh
bahwa jumlah pohon pada selang diameter 10-19 cm sebesar 57.4%, sedangkan
kelas diameter diatasnya cenderung menurun jumlahnya. Hal ini menggambarkan
bahwa struktur hutan alam didominasi oleh tumbuhan berdiameter kecil dan
jumlahnya akan menurun seiring dengan peningkatan kelas diameternya.
Tabel 3 Rata-rata jumlah pohon non komersial diameter ≥ 10 cm menurut
selang diameter dan kelompok jenis per plot (n ha-1)
Kelompok jenis
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang
dikenal
Semua jenis (n ha-1)
Persentase (%)

10-19
21
13
21
55
57.4

Selang diameter (cm)
20-29 30-39 40-49
7
3
1
7
3
2
8
22
23

4
9
9.8

2
5
4.8

≥ 50
1
3

Jumlah
32
27

Persentase
(%)
33.7
28

2
5
4.9

37
96
-

38.3
100

Kerapatan pohon menunjukkan seberapa besar tutupan individu tersebut
dalam sejumlah luasan lahan. Berdasarkan hasil ITSP diperoleh bahwa kerapatan
pohon jenis non komersial berdiameter ≥ 10 cm sebesar 96 pohon ha-1, yaitu
terdiri atas 55 tiang ha-1 dan pohon 41 pohon ha-1.

8
Kerusakan Kelompok Jenis Non Komersial Akibat Penebangan
Tingkat Kerusakan Tiang dan Pohon Jenis Non Komersial
Tingkat kerusakan kelompok jenis non komerisal akibat penebangan satu
pohon per plot bedasarkan tingkat pertumbuhannya (tiang dan pohon) dapat
dilihat pada Tabel 4. Jumlah tiang jenis non komersial memiliki tingkat kerusakan
sebesar 3.9% dan pohon sebesar 2.6%. Tingkat kerusakan ini menurut Elias
(2008) termasuk kerusakan tingkat ringan, karena memiliki nilai kurang dari 25%.
Tingkat kerusakan ini masih lebih besar jika dibandingkan kerusakan yang
ditimbulkan pada kegiatan penebangan di Papua. Pradata (2012) melaporkan
bahwa kerusakan akibat penebangan satu pohon per plot menimbulkan kerusakan
tiang sebesar 2.33% dan pohon sebesar 1.81%.
Tabel 4 Rata-rata kerusakan jenis non komersial berdasarkan tingkat pertumbuhan
per plot (n ha-1)
Tingkat permudaan
Tiang
Pohon

Jumlah pohon
Sebelum
Setelah
penebangan
penebangan
55
53
41
40

Rusak

Kerusakan
(%)

2
1

3.9
2.6

Tingkat kerusakan juga dapat dilihat berdasarkan kelompok jenis non
komerisal, yaitu jenis kayu indah, jenis dilindungi, dan jenis kayu kurang dikenal.
Tabel 5 menyajikan data tingkat kerusakan tegakan tinggal berdasarkan kelompok
jenis tersebut. Berdasarkan Tabel 5 diperoleh bahwa kayu kurang dikenal
memiliki tingkat kerusakan terbesar (3.6%), kayu dilindungi 3.4%, dan kayu
indah sebesar 3.1%.
Tabel 5 Rata-rata kerusakan jenis non komersial diameter ≥ 10 cm berdasarkan
kelompok jenis per plot (n ha-1)
Kelompok jenis
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang dikenal

Sebelum
penebangan
32
27
37

Jumlah pohon
Setelah
penebangan
31
26
36

Rusak

Kerusakan
(%)

1
1
1

3.1
3.4
3.6

Tingkat kerusakan akibat penebangan satu pohon per plot berdasarkan kelas
diameter dan kelompok jenis non komersial secara terperinci disajikan pada Tabel
6. Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok kayu kurang dikenal memiliki
kerusakan paling besar (40.3%) dan kayu dilindungi kerusakannya paling rendah
(29.2%). Selain itu, dapat dilihat juga bahwa tingkat tiang memiliki kerusakan
paling banyak (66.8%). Kerusakan ini menurun seiring dengan meningkatnya
diameter dari pohon.

9
Tabel 6 Rata-rata kerusakan jenis non komersial akibat penebangan satu pohon
berdasarkan selang diameter dan kelompok jenis per plot (n ha-1)
Kelompok jenis
Sebelum penebangan
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang dikenal
Semua jenis (n/ha)
Semua Jenis (%)
Setelah penebangan
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang dikenal
Semua jenis (n/ha)
Semua Jenis (%)
Pohon rusak
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang dikenal
Semua jenis (n/ha)
Semua Jenis (%)

10-19

Kelas diameter (cm)
20-29 30-39 40-49

≥ 50

Jumlah

Persentase
(%)

21
13
21
55
57.4

7
7
8
22
23

3
3
4
9
9.8

1
2
2
5
4.8

1
3
2
5
4.9

32
27
37
96
-

33.9
28.6
37.5
100

21
12
20
53
55.2

7
7
8
22
22.4

2
3
4
9
9.6

1
2
2
4
4.6

1
3
2
5
4.9

31
26
35
93
-

32.7
27
36.9
96.6

1
1
1
2
66.8

0.2
0.2
0.2
0.6
17.3

0
0
0.1
0.2
7.5

0
0.2
0.2
7.5

0
0
0.9

1
0
1.3
3.2
-

30.5
29.2
40.3
100

Tingkat Kerusakan Jenis Non Komersial Berdasarkan Kelompok KD
Kerusakan jenis non komersial pada setiap KD disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal (tiang dan
pohon) non komersial cenderung mengalami penurunan pada setiap kelompok KD.
Kecenderungan ini disebabkan oleh kerapatan vegetasi yang juga mengalami
penurunan seiring dengan peningkatan diameter pohon yang ditebang (Lampiran
3). Kecenderungan yang ditunjukkan oleh Gambar 3 berlawanan dengan Gambar
4 dan Gambar 5. Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter rata-rata pohon yang
ditebang cenderung meningkat pada setiap kelompok KD. Kecenderungan ini
disebabkan oleh diameter pohon ditebang digunakan sebagai dasar
pengelompokan KD. Gambar 5 menunjukkan tinggi total pohon ditebang
cenderung meningkat pada setiap kelompok KD.

Kerusakan rata-rata
jenis non komersial (%)

10
5.0
4.0
3.0

4.2

3.9

2.0

2.3

1.0
0.0
I

II
III
Kelompok KD

Diameter rata-rata
(cm)

Gambar 3 Kerusakan jenis non komersial pada setiap kelompok KD

140
120
100
80
60
40
20
0

129
88,6
73

I

II
III
Kelompok KD

Tinggi rata-rata (m)

Gambar 4 Diameter rata-rata pohon ditebang pada setiap kelompok KD
46
44

45,5

42
42,4

40
38

40,4

36
I

II
III
Kelompok KD

Gambar 5 Tinggi rata-rata pohon ditebang pada setiap kelompok KD
Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal Jenis Non Komersial
Persentase tipe-tipe kerusakan yang dialami oleh tiang dan pohon jenis non
komersial disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa pada tingkat
permudaan tiang kerusakan yang banyak dialami adalah rusak tajuk, yaitu sebesar
27.1%, sedangkan kerusakan yang paling sedikit adalah tipe kerusakan banir dan
akar (6%). Gambar 6 juga menunjukkan bahwa kerusakan yang paling banyak
dialami oleh pohon adalah rusak tajuk (37.3%), sedangkan tipe kerusakan yang
paling sedikit adalah kerusakan banir dan akar dan pohon miring yang masingmasing sebesar 2.7%. Berdasarkan Gambar 6, kerusakan yang banyak dialami

11
oleh tiang dan pohon adalah rusak tajuk dan kerusakan terbanyak kedua adalah
batang utama patah. Hasil penelitian Sist et al (1998) juga menunjukkan bahwa
tipe kerusakan terbesar yang dialami oleh tegakan tinggal adalah kerusakan tajuk,
yaitu mencapai 40%. Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa bagian atas pohon/tiang
disekitarnya merupakan bagian yang paling rapuh jika tertimpa oleh pohon yang
roboh.
2.7%

15.9%
27.2%

18.7%
37.3%

14.6%

10.6%

24.0%

6.0%

25.8%

Rusak tajuk

Rusak batang dan kulit

Batang utama patah

Pohon roboh

14.7%

2.7%

18.7%
2.7%37.3%
Rusak24.0%
banir
akar
14.7%
2.7%dan
Pohon miring

(a)

(b)

Gambar 6 Persentase tipe kerusakan pada tiang (a) dan pohon (b) non komersial
Keanekaragaman Spesies Non Komersial Setelah Penebangan
Indeks keanekaragaman dan kesamaan tegakan dari penelitian ini disajikan
pada Tabel 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa penebangan satu pohon per plot
(0.43 pohon ha-1) tidak mempengaruhi komposisi jenis yang ada di komunitas plot
contoh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai H sebelum dan setelah penebangan yang
sama. Namun, setelah dianalisis IS dari masing-masing kelompok jenisnya, nilai
IS tidak sama 100%. Hal ini disebabkan terdapat jenis yang roboh dan patah
batang yang dianggap mati.
Tabel 7 Indeks keragaman Shannon (H) dan Indeks of Similiarity (IS) jenis
non komersial
Kelompok jenis
Kayu indah
Kayu dilindungi
Kayu kurang dikenal

Indeks keragaman Shannon (H)
Sebelum
Setelah
penebangan
penebangan
0.3
0.3
0.93
0.93
1.35
1.35

IS (%)
99.83
99.73
99.18

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat kerusakan tiang dan pohon jenis non komersial akibat penebangan
intensitas rendah tergolong ringan. Berdasarkan tingkat permudaan, tingkat
kerusakan akibat penebangan satu pohon per plot lebih banyak terjadi pada tiang
daripada pohon. Kelompok kayu kurang dikenal mengalami kerusakan lebih besar
daripada jenis kayu indah dan jenis dilindungi. Jenis kerusakan yang paling
banyak dialami tiang dan pohon adalah rusak tajuk dan batang utama patah.
Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan tipe hutan yang berbeda dan
dilakukan pengukuran kerusakan terhadap semua tingkat permudaan, yaitu semai,
pancang, tiang, dan pohon jenis non komersial.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarta. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan di PT Inhutani II,
Sub Unit Malinau, Kalimantan Timur [laporan magang]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Cochran, GW. 1997. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon and Sons,
penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Sampling Technique.
Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Pr.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ed ke-3.
Bogor (ID): IPB Pr.
Pradata AA. 2012. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon di PT.
Memberamo Alasmandiri, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Sist P, Nolan T, Bertault JG, Dykstra D. 1998. Harvesting intensity versus
sustainability in Indonesia. Forest Ecology and Management. (108):256-257.
Sist P, Nguyen-Thé N. 2002. Logging damage and the subsquent dynamics of
dipterocarp forest in East Kalimantan (1990-1996). Forest Ecology and
Management. (165):100-102.
Siswanto BE. 2008. Pengaruh bentuk dan ukuran plot serta intensitas penarikan
contoh terhadap kesalahan dugaan dalam inventarisasi hutan tanaman. J
Mitra Hutan Tanaman. (3):163-168.
Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID):
Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
Supangat Andi. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta (ID): Prenada Media Group.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.

13
Lampiran 1 Daftar kelompok jenis kayu indah, kayu dilindungi, dan kayu kurang
dikenal
No

Nama lokal

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kelompok kayu indah
Arang
Mangga Hutan
Sepetir
Kelompok kayu dilindungi
Beringin
Durian
Gaharu
Gita
Ipil
Jelutung
Kapul
Limpas
Manggis
Manggris
Ramin
Tengkawang
Petai
Rambutan Hutan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kelompok kayu kurang dikenal
Adau
Ais
Ana
Araf
Atap
Beladan
Binasing
Birar
Biwan
Buah Melayu
Cak
Faket
Fasan
Felefeh
Fikis
Grifarang
Jaran
Kecik
Kedamu
Kerai

1
2
3

Nama ilmiah
Diospyros spp.
Mangifera spp.
Sindora spp.
Ficus spp.
Durio spp.
Aquilaria malaccensis Lamk.
Ficus glomerata
Intsia spp.
Dyera spp.
Baccaurea macrocarpa (Miq). M. A
Koompassia excelsa Maing
Garcinia spp.
Koompassia malaccensis Maing
Gonystylus bancanus Kurz
Shorea spp.
Parkia spesiosa
Nephelium spp.
Lophopetalum spp.
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Cudrania spp.
Endertia spectabilis Steenis & de Wit
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum.
Unknown
Unknown
Unknown

14
Lanjutan Lampiran 1
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

Kinolon
Kokek
Krei parang
Kurai
Kuranti
Lafak
Langsat
Lunuk
Mowes
Nian
Pau
Racun sumpit
Rupe
Sabah
Saled
Saman
Sepugau
Siem
Sikaro
Sonope
Suek
Suya
Tekaret
Tia
Uber
Ulas
Urat Beruang
Urat Mata
Urat Payau
Vangkau
Wakiyo
Was-was

Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Aglaia spp.
Lansium domesticum
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown
Unknown

15
Lampiran 2 Nilai penting masing-masing spesies jenis non komersial sebelum dan
setelah penebangan
No

Jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Arang
Mangga Hutan
Sepetir
Beringin
Durian
Gaharu
Gita
Ipil
Jelutung
Kapul
Limpas
Manggis
Manggris
Petai
Rambutan Hutan
Ramin
Tengkawang
Adau
Ais
Ana
Araf
Atap
Beladan
Binasing
Birar
Biwan
Buah Melayu
Cak
Faket
Fasan
Felefeh
Fikis
Grifarang
Jaran
Kecik
Kedamu
Kerai
Kinolon
Kokek

Indeks Nilai Penting (%)
Sebelum penebangan Setelah penebangan
41,3
0,1
21,3
1,4
8,5
1,1
0,4
9,0
0,9
13,3
6,5
6,6
14,1
0,3
8,9
0,5
28,8
3,4
1,2
0,2
0,1
2,6
1,4
0,8
0,3
0,1
0,3
1,0
4,3
3,8
0,2
0,3
0,7
4,1
3,2
0,1
8,4
5,2
0,2

41,4
0,1
21,6
1,4
8,4
1,1
0,4
9,0
0,9
13,3
6,6
6,6
14,2
0,3
8,8
0,5
28,7
3,4
1,2
0,2
0,1
2,7
1,4
0,8
0,3
0,1
0,3
1,0
4,4
3,8
0,2
0,3
0,8
4,2
3,2
0,1
8,3
5,2
0,2

16
Lanjutan Lampiran 2
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69

Krei parang
Kurai
Kuranti
Lafak
Langsat
Lunuk
Mowes
Nian
Pau
Racun sumpit
Rupe
Sabah
Saled
Saman
Sepugau
Siem
Sikaro
Sonope
Suek
Suya
Tekaret
Tia
Uber
Ulas
Urat Beruang
Urat Mata
Urat Payau
Vangkau
Wakiyo
Was-was
Total

0,9
1,2
2,0
3,2
2,5
0,2
3,3
0,3
0,2
0,8
1,4
5,2
21,6
0,1
0,3
0,5
3,5
15,2
0,1
0,3
9,4
0,2
0,6
5,4
1,1
0,3
5,9
0,4
3,1
5,4
300

0,9
1,2
2,1
3,1
2,5
0,3
3,3
0,3
0,2
0,8
1,2
5,2
20,9
0,1
0,3
0,5
3,5
15,4
0,1
0,3
9,5
0,2
0,6
5,5
1,1
0,3
5,9
0,2
3,1
5,4
300

17
Lampiran 3 Scatter plot kerapatan pohon non komersial dengan diameter pohon
yang ditebang
400

Kerapat an ( n/ ha)

350

300

250

200

60

80

100

120

Diameter (cm)

140

160

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Madiun pada tanggal 19 April 1991 dari ayah Cholid
Wahyudi, S.E. dan ibu Siti Uswatul Choiriyah, S.Pdi. Penulis adalah anak kedua
dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Madiun, dan
pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan mayor Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa Fakultas Kehutanan, penulis mengkuti Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Sancang-Kamojang tahun 2011 dan
Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun
2012. Penulis juga aktif di Forest Management Student Club, Divisi Keprofesian
dan menjabat sebagai penanggung jawab Kelompok Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Hutan tahun 2011/2012. Pada tahun 2012, penulis menjadi peserta
pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXV di DI Yogyakarta. Tahun 2013
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Inhutani II Unit
Manajemen Hutan Alam Malinau, Kalimantan Utara. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pemanenan Hutan tahun ajaran
2013/2014.