Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon akibat Penebangan Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA
PT. SARI BUMI KUSUMA KALIMANTAN TENGAH

ANIS WIJAYANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Tingkat
Tiang dan Pohon akibat Penebangan Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari
Bumi Kusuma Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Anis Wijayanti
NIM E14090011

ABSTRAK
ANIS WIJAYANTI. Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon akibat Penebangan
Intensitas Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.
Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN.
Kegiatan pemanenan merupakan salah satu kegiatan terpenting kegiatan
pengelolaan hutan. Kegiatan pemanenan hutan alam menentukan kualitas tegakan
yang ditinggalkan. Bentuk kerusakan akibat pemanenan adalah kerusakan tegakan
tinggal dan keterbukaan areal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
tipe-tipe kerusakan, menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang
dan pohon, dan menghitung luas keterbukaan areal. Plot yang digunakan adalah
plot lingkaran dan plot bujursangkar. Kerusakan tegakan tinggal dihitung
berdasarkan perbandingan antara jumlah pohon sebelum dan sesudah penebangan.
Keterbukaan areal dihitung dengan cara mengukur luas areal terbuka dari tunggak
sampai daerah terluar yang terkena dampak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tipe kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan satu pohon pada kedua plot
didominasi oleh rusak tajuk, roboh, dan patah batang, sedangkan tipe kerusakan
terendah adalah rusak banir. Besarnya kerusakan tegakan tinggal pada plot
lingkaran adalah 4 tiang/ha dan 2 pohon/ha, sedangkan pada plot bujursangkar
adalah 7 tiang/ha dan 4 pohon/ha. Luas areal terbuka rata-rata pada plot lingkaran
adalah 338.22 m² atau 003 ha dan pada plot bujursangkar sebesar 318.70 m² atau
0.03 ha.
Kata kunci: intensitas tebang, tingkat kerusakan, keterbukaan areal, pemanenan
ABSTRACT
ANIS WIJAYANTI. Pole and Tree Damage caused by Low Intensity Logging in
IUPHHKHA PT. Sari Bumi Kusuma Central Kalimantan. Supervised by
AHMAD BUDIAMAN.
Harvesting activities is one of the most important activity in a forest
management activities. Harvesting activity in natural forest is determine the
residual stand quality. The type of damage that caused by harvesting are residual
stand damage and open area. This research aims are to identify the types of
damage, measuring the rate of pole and tree on residual stand damage, and
calculate the extent of open areas. The plot type that used is circular plot and
square plot. Residual stand damage is calculated based on the ratio between the
number of trees before and after logging. The extent of open area is calculated by

measuring the open area from the stump until the outermost area affected. The
result show that mostly the type of residual stand damage that happen caused by
felling a tree on both of plot are canopy damaged, collapsed, and broken stems,
while broken buttresses are rarely happen. The rate of residual stand damage on
circles plot is 4 pole/ha and 2 trees/ha, and on a square plot each is 7 pole/ha and
4 trees/ha. The open areas of a circle plot is 338.22 m² or 0.03 ha and the square
plot is 318.70 m² or 0.03 ha.
Keywords: damage rate, felling intensity, harvesting, the extent of open area

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON AKIBAT
PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA
PT. SARI BUMI KUSUMA KALIMANTAN TENGAH

ANIS WIJAYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judu] Skripsi: Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon akibat Penebangan Intensitas
Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan
Tengah
: Anis Wijayanti
Nama
: E14090011
NIM

Disetujui oleh

Tanggal Lulus:

'\


GU£e 2G13

Judul Skripsi : Kerusakan Tingkat Tiang dan Pohon akibat Penebangan Intensitas
Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan
Tengah
Nama
: Anis Wijayanti
NIM
: E14090011

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman MSc F Trop
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh:

Dr Ir Ahmad Budiaman MSc F Trop
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
penelitian ini adalah kerusakan tegakan akibat penebangan, dengan judul
Kerusakan Tegakan Tingkat Tiang dan Pohon akibat Penebangan Intensitas
Rendah di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Budiaman,
M.Sc. F. Trop. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan
dan saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada PT. Sari Bumi Kusuma yang
telah mengijinkan dan membantu penulis, baik dari segi materil maupun tenaga
sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas dukungan, doa dan
kasih sayangnya, kepada kakak, teman dan adik di Rimbawan Pecinta Alam
(Rimpala) Fakultas Kehutanan atas suka duka dan dukungannya, teman-teman
PKL (Lina Mahrunnisa, Yesika Wahyu Agustina, Agung Kriswiyanto, Sofian
Hadi Prasetyo), teman-teman Manajemen Hutan 46 dan semua pihak yang telah
memberikan doa dan dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Anis Wijayanti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan


2

Jenis data

2

Prosedur Penelitian

2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Plot Contoh


5

Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

5

Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal

7

Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal

8

Keterbukaan Areal

9

SIMPULAN DAN SARAN


10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP

12

DAFTAR TABEL
1 Data pohon pusat plot
2 Jumlah tiang dan pohon pada plot lingkaran dan bujursangkar
3 Jumlah pohon berdasarkan jenis kayu pada plot lingkaran dan
bujursangkar (n/ha)
4 Rata – rata kerusakan tegakan tinggal plot lingkaran
5 Rata – rata kerusakan tegakan tinggal plot bujursangkar
6 Perbedaan luas keterbukaan areal pada plot lingkaran dan bujursangkar
7 Luas areal terbuka akibat penebangan intensitas rendah

5
6
6
8
8
9
10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Bentuk plot lingkaran dan bujursangkar
Pengukuran luas keterbukaan areal akibat penebangan
Persentase tipe kerusakan pada plot lingkaran
Persentase kerusakan pada plot lingkaran dan bujursangkar

3
4
7
8

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa
kayu maupun non kayu dari hutan ke tempat pengumpulan atau ke tempat
penggunaan akhir. Pelaksanaan pemanenan hutan yang kurang baik akan
menimbulkan kerusakan hutan, seperti kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan
areal (Elias 2002). Kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal memiliki
dampak negatif terhadap ekosistem hutan, seperti akan menurunkan hasil
produksi, merubah komposisi dan struktur tegakan, dan meningkatkan erosi tanah.
Pemanenan kayu di hutan alam masih belum dilakukan dengan prinsip dan teknik
yang benar hingga saat ini, sehingga masih terjadi kerusakan hutan yang dapat
mengancam kelestarian hutan. Hal ini dikarenakan sistem pemanenan kayu belum
sepenuhnya menerapkan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
dengan benar.
Keberhasilan sistem silvikultur TPTI sangat tergantung dari jumlah dan
kualitas tegakan yang ditinggalkan (Budiarta 2001). Selain itu, intensitas
penebangan berpengaruh terhadap kerusakan tegakan tinggal. Selama ini,
intensitas penebangan yang dilakukan di pengusahaan hutan alam produksi masih
tinggi. Sistem TPTI hanya mengatur limit diameter, tetapi tidak membatasi jumlah
pohon yang boleh ditebang per hektar. Sist et al. (1998) melaporkan bahwa
intensitas pemanenan kayu yang dilakukan di Kalimantan Timur sebanyak 1-17
pohon/ha dan menurut Elias (1995a) dalam Elias (2008) intensitas pemanenan
kayu rata-rata di Kalimantan Timur sebesar 8 pohon/ha.
Penelitian mengenai kerusakan tegakan tinggal dengan intensitas
penebangan rendah saat ini masih jarang dilakukan pada perusahaan hutan alam di
Indonesia. Selama ini, bentuk plot yang digunakan dalam penelitian kerusakan
tegakan tinggal adalah bentuk plot bujursangkar, namun plot ini tidak bisa
mencakup seluruh kerusakan maupun keterbukaan areal yang terjadi (under
estimate), sehingga digunakan bentuk plot lainnya yaitu plot lingkaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat
kegiatan penebangan dengan intensitas rendah dalam sistem silvikultur TPTI
perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi tipe-tipe kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon
akibat penebangan intensitas rendah.
2. Menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan intensitas
rendah.
3. Menghitung luas keterbukaan areal akibat penebangan dengan intensitas
rendah.

2

Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kerusakan
tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dengan intensitas rendah, sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki sistem TPTI.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi
kepentingan penelitian lainnya yang berhubungan dengan bidang pemanenan
hutan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di petak D.1 dan petak E.1
Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2013 Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA), PT. Sari Bumi Kusuma, Provinsi Kalimantan
Tengah.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah phiband, haga Hypsometer,
clinometer, tali rafia, tali tambang, patok, GPS, kompas, planimeter, alat tulis dan
tallysheet, software microsoft word dan mirosoft excel, dan kamera. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan alam, cat, dan label.

Prosedur Penelitian
Intensitas penebangan
Jumlah pohon yang ditebang sebanyak 1 pohon/plot. Intensitas penebangan
ini termasuk kategori intensitas rendah. Budiarta (2001) mengklasifikasikan
intensitas penebangan dalam petak ukur permanen (PUP) sebagai berikut:
1. Rendah dengan asumsi pohon ditebang dalam PUP ≤ 5 pohon/ha
2. Sedang dengan asumsi pohon ditebang dalam PUP 6-9 pohon/ha
3. Tinggi dengan asumsi pohon ditebang dalam PUP ≥ 10 pohon/ha
Bentuk plot
Bentuk plot yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas plot lingkaran
dengan jari jari dua kali tinggi total pohon yang ditebang dan plot bujursangkar
seluas 1 ha. Bentuk dan ukuran plot lingkaran ini diadopsi dari zona berbahaya
pada kegiatan penebangan. Bentuk plot kedua (bujursangkar) adalah plot yang
selama ini digunakan dalam penelitian tentang kerusakan tegakan.
Pohon contoh yang akan ditebang digunakan sebagai titik pusat plot. Pohon
pusat diukur diameter, tinggi total, dan tinggi bebas cabangnya. Data tinggi pohon
pusat digunakan untuk menentukan jari-jari plot lingkaran, yaitu sebesar dua kali

3

tinggi total. Kedua bentuk plot tersebut dibuat dengan pohon pusat yang sama.
Bentuk plot contoh disajikan pada Gambar 1.
100 m

100 m

kKkkkkkHAUA
r=2h
= plot lingkara
K4
DSHJAGDGKAJ
K1
FGJBHFKKKKK
K3
50m
KKKAHSJHSJCH
100 m
K2
KSH Kk

Keterangan:
= plot lingkaran
= plot bujursangkar 1 ha
= pohon pusat (ditebang)
h = tinggi pohon
K = kuadran
r = jari-jari

Gambar 1 Bentuk plot lingkaran dan bujursangkar
Jumlah plot
Jumlah pohon yang digunakan sebagai sampel ditentukan sebanyak 9
pohon. Pohon contoh diambil dari data Laporan Hasil Cruising (LHC) petak
tebang yang sedang dikerjakan. Jumlah pohon contoh terdiri atas 3 pohon pada
kelas diameter kecil, 3 pohon kelas diameter sedang, dan 3 pohon kelas diameter
besar.
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
ITSP dilakukan pada plot lingkaran dan plot bujursangkar yang telah dibuat.
Kedua plot dibagi menjadi empat kuadran yang sama besar. Selanjutnya, di
masing-masing kuadran dilakukan sensus tingkat tiang dan pohon. Data yang
dikumpulkan adalah jenis pohon dan diamater (Dbh). Penghitungan tiang dan
pohon pada plot lingkaran dilakukan dengan metode jalur dengan lebar ±20 meter
dari titik pusat ke arah batas plot. Setelah ITSP, penebangan dilakukan pada
pohon pusat sesuai arah rebah yang ditentukan oleh regu tebang.
Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT)
ITT bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan tegakan yang terjadi
akibat penebangan pohon pusat di plot contoh. Metode yang digunakan adalah
mengamati dan mencatat pohon-pohon yang rusak di sekitar pohon yang ditebang.
Kegiatan yang dilakukan pada ITT yaitu:
a. Mengidentifikasi jenis tiang dan pohon yang rusak pada setiap plot
b. Menghitung jumlah tiang dan pohon yang rusak pada setiap plot
c. Mengukur diameter tiang dan pohon yang rusak pada setiap plot
d. Mengidentifikasi jenis kerusakan (rusak tajuk, luka batang, patah batang, pecah
batang, roboh, miring, dan rusak banir).
Tingkat keterbukaan areal akibat penebangan
Pengukuran luas areal yang terbuka akibat penebangan dengan intensitas
rendah dilakukan dengan cara mengukur luas areal yang terbuka akibat
penebangan satu pohon yang ditebang. Pengukuran ini dilakukan dalam plot
lingkaran dan plot bujursangkar. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur
jarak pada selang 1 meter dari tunggak sampai ke daerah terluar yang terkena

4

dampak. Pada setiap jarak 1 meter, selanjutnya diukur lebar areal terbuka di
sebelah kanan dan kiri. Cara pengukuran areal terbuka disajikan pada Gambar 2.

1m

Keterangan:

= batas luar keterbukaan areal
= pengukuran lebar setiap 1 meter
= garis tengah pohon rebah
= lebar areal terbuka akibat penebangan satu pohon

Gambar 2 Pengukuran luas keterbukaan areal akibat penebangan

Analisis Data
Kerusakan tegakan tinggal
Kerusakan tegakan tinggal tingkat pohon dapat dihitung dengan rumus:
Kp = Kr x 100%
Ka
Kt = Kr x 100%
Ka
Keterangan:
Kp = tingkat kerusakan pohon (%)
Kt = tingkat kerusakan tiang (%)
Kr = jumlah tiang/pohon yang mengalami kerusakan dalam plot pengukuran
(pohon/plot)
Ka = jumlah tiang/pohon sebelum penebangan dalam plot pengukuran
(pohon/plot)
Keterbukaan areal akibat penebangan
Keterbukaan areal hutan akibat penebangan dihitung dengan rumus:
K=
Lt
x 100%
Lo
Keterangan:
K = keterbukaan areal hutan dalam plot pengukuran (%)
Lt = luas areal yang terbuka karena penebangan (m² atau ha)
Lo = luas plot (m² atau ha)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Plot Contoh
Plot contoh diambil pada areal hutan dengan sistem silvikultur TPTI.
Berdasarkan data LHC dipetak contoh diperoleh bahwa kelas diameter pohon
yang ditebang adalah 50-67 cm untuk kelas diameter kecil, 68-83 cm untuk kelas
diameter sedang, dan 84-100 cm untuk kelas diameter besar. Data pohon contoh
pada masing-masing kelas diameter disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data pohon pusat pada masing-masing kelas diameter
Kelas
No.
diameter Petak
Jenis
Pohon
(cm)
50-67
D1
344 Kelat
D1
843 Banitan
D1
1442 Banitan
68-83
E1
1025 Banitan
D1
696 Kempas
D1
1262 Meranti merah
84-100
E1
332 Benuang
E1
559 Meranti merah
D1
1489 Meranti kuning

Nama lokal
Sampak
Kemayau
Kemayau
Kemayau
Kempas
Meranti merah
Kalam
Meranti merah
Meranti kuning

D
Tt
Tbc
(cm) (cm) (cm)
65
51
59
72
75
70
86
87
93

39
34
37
41
41
41
45
46
48

V
(m²)

24 5.57
20 2.80
22 4.21
25 7.12
26 8.04
25 6.73
28 11.38
28 11.65
30 14.26

Pembuatan plot lingkaran dilapangan cukup mudah dan sederhana. Setelah
pusat plot ditetapkan, batas plot dicek dengan tali sepanjang jari-jari lingkaran sesuai
dengan luas plot yang dipilih. Dalam prakteknya, pengecekan hanya diperlukan bila
ada pohon-pohon yang terletak di sekitar batas petak ukur (Simon 1996 dalam
Pradata 2012). Bentuk plot bujursangkar lebih mudah dibuat dilapangan daripada
plot lingkaran, namun plot bujursangkar tidak mencakup semua hasil kerusakan
dan keterbukaan yang terjadi (under estimate). Ukuran dan bentuk plot lingkaran
dapat mencakup keseluruhan kerusakan tegakan tinggal yang terjadi sehingga
hasil yang diperoleh lebih akurat dan teliti.
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa kelerengan pada plot contoh
berkisar 26.2% - 48.67%. Kemiringan rata-rata plot contoh adalah 35%.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980, kemiringan
lapangan dilokasi penelitian ini termasuk pada kategori kelas lereng 4 (curam).

Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
ITSP dilakukan setelah plot lingkaran dan bujursangkar dibuat. Luas total
dari sembilan plot lingkaran adalah 19.51 ha dan luas rata-rata plot lingkaran
adalah 2.17 ha, sedangkan luas rata-rata plot bujursangkar adalah 1 ha. Jumlah
tiang dan pohon pada kedua plot disajikan pada Tabel 2.

6

Tabel 2 Jumlah tiang dan pohon pada plot lingkaran dan bujursangkar
Luas plot
Tingkat
No
Plot
Jumlah (n/ha)
rata-rata (ha)
pertumbuhan pohon
1 Lingkaran
2.17
Tiang
265
Pohon
133
2 Bujursangkar
1
Tiang
291
Pohon
150

Berdasarkan hasil kegiatan ITSP diketahui bahwa jumlah pohon rata-rata
pada plot lingkaran dengan diameter ≥ 10 cm sebanyak 398 pohon/ha terdiri atas
tiang 265 tiang/ha dan 133 pohon/ha. Pada plot bujursangkar diperoleh juga
jumlah rata-rata tiang dan pohon tiap plot adalah 441 pohon/ha dimana jumlah
tiang dan pohon masing-masing sebanyak 291 tiang/ha dan 150 pohon/ha. Hasil
ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Muhdi (2001) yang melaporkan
bahwa jumlah pohon pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH untuk
tingkat tiang dan pohon pada masing-masing petak adalah 408 pohon/ha dan 432
pohon/ha.
Berdasarkan tipe hutannya areal hutan IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma
termasuk ke dalam tipe Hutan Tropika Basah dengan komposisi jenis didominasi
oleh Dipterocarpaceae. Jenis-jenis kayu hasil ITSP yang terdapat dalam plot
contoh dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah pohon berdasarkan jenis kayu pada plot lingkaran dan
bujursangkar (n/ha)
Plot lingkaran
Plot bujur sangkar
No.
Kelompok jenis
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Meranti
47
11.81
50
11.34
2
Non meranti
351
88.19
391
88.66
Jumlah
398
100
441
100

Hasil ITSP menunjukan bahwa jumlah kelompok jenis non meranti lebih
banyak daripada kelompok jenis meranti dengan perbandingan 88% dan 12%.
Jenis non meranti pada tabel adalah jenis rimba campuran, kayu indah, kayu
lindung dan jenis belum teridentifikasi. Jenis rimba campuran yang ditemukan
misalnya mahabai, medang, menjalin, dan lain sebagainya. Jenis pohon dilindungi
antara lain jelutung, manggeris, dan tengkawang, serta jenis kayu indah adalah
cempaka, sindur, dan ulin. Contoh jenis meranti yang ditemukan pada plot antara
lain meranti merah, meranti putih, dan meranti kuning. Jumlah total jenis pohon
yang ada di plot adalah 148 jenis terdiri atas 8 jenis meranti, 48 jenis rimba
campuran, 3 jenis kayu indah, 10 jenis kayu lindung, dan 79 jenis kayu belum
teridentifikasi. Sebagian besar jenis kayu yang ditebang merupakan jenis kayu
rimba campuran.

7

Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal
Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan/luka yang terjadi pada bagianbagian pohon dalam strata-strata tajuk tegakan tinggal, yang sebenarnya tidak
termasuk dalam rencana untuk dipanen hasilnya pada waktu pemanenan kayu
(Elias 2008). Kegiatan penebangan menimbulkan kerusakan tegakan tinggal
seperti rusak tajuk, luka batang, patah batang, pecah batang, roboh, miring, dan
rusak banir (Sastrodimedjo dan Simarmata 1978 dalam Sukanda 1995). Persentase
tipe kerusakan yang terjadi pada plot penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
lingkaran
28.82

bujursangkar
27.69 29.02

28.59
19.46 18.58
14.46 13.62

6.87

7.32

2.37 2.45
rusak tajuk

luka batang patah batang pecah batang

0.35 0.43
roboh

miring

rusak banir

Gambar 3 Persentase tipe kerusakan pada plot lingkaran

Tipe kerusakan yang mendominasi pada plot lingkaran adalah rusak tajuk
28.82%, roboh 27.69% dan patah batang 19.46% dan paling rendah adalah rusak
banir sebesar 0.35%. Pada plot bujursangkar, tipe kerusakan paling besar adalah
roboh sebesar 29.02%, kemudian rusak tajuk sebesar 28.59%, dan tipe kerusakan
terendah adalah rusak banir sebesar 0.43%. Menurut Elias et al. (1993) dalam
Elias (2008) tipe kerusakan yang paling umum yang disebabkan penebangan
adalah rusak tajuk dan patah batang yang terjadi karena tertimpa pohon yang
roboh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan tegakan tinggal adalah
intensitas penebangan, teknik penebangan dan penentuan arah rebah, sebaran
pohon tebangan jenis komersil, tanaman perambat yang melilit, dan sistem
pemanenan. Penebangan satu pohon pada plot lingkaran menyebabkan kerusakan
tegakan tinggal tingkat tiang sebanyak 4 tiang/ha (1.53%), sedangkan jumlah
pohon yang rusak sebanyak 2 pohon/ha (1.41%). Pada plot bujursangkar diperoleh
kerusakan tingkat tiang dan pohon masing-masing sebanyak 7 tiang/ha (2.25%)
dan 4 pohon/ha (2.67%). Kerusakan pada plot lingkaran dan bujursangkar
disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

8

Tabel 4 Rata - rata kerusakan tegakan tinggal plot lingkaran
Jumlah pohon (n/ha)
Tingkat
%
No pertumbuhan
Sebelum
Setelah
Pohon
Kerusakan
pohon
penebangan
penebangan
rusak
Tiang
265
261
4
1.53
1
Pohon
133
131
2
1.41
2
Tabel 5 Rata – rata kerusakan tegakan tinggal plot bujursangkar
No
1
2

Tingkat
pertumbuhan
pohon
Tiang
Pohon

Jumlah pohon (n/ha)
Sebelum
Setelah
penebangan
penebangan
291
285
150
146

Pohon
rusak
7
4

%
Kerusakan
2.25
2.67

Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal
Tingkat kerusakan yang diperoleh pada plot lingkaran tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian sebelumnya. Pradata (2012) melaporkan bahwa tingkat
kerusakan tegakan tinggal pohon berdiameter ≥ 10 cm akibat penebangan satu
pohon per plot di PT. MAM adalah 2.33% pada tiang dan 1.81% pada pohon.
Pada penelitian ini diperoleh tingkat kerusakan untuk tiang sebesar 1.53% dan
untuk pohon sebesar 1.41%. Elias (2002) memperoleh hasil yang lebih besar,
yaitu sebesar 23.68%. Perbedaan ini disebabkan diantaranya oleh kerapatan
tegakan dan kondisi areal.
Hasil penelitian Muhdi dan Hanafiah (2007) di PT. Suka Jaya Makmur
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa 1 pohon ditebang merusak 4.28 pohon.
Selain itu, Nasution (2009) melaporkan bahwa robohnya satu batang pohon
menyebabkan kerusakan sebanyak 6.46 batang pohon lainnya. Tingkat kerusakan
yang terjadi pada plot bujursangkar tidak jauh berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Gambar 4 menunjukkan persentase perbandingan
kerusakan pada plot lingkaran dan bujursangkar.

% kerusakan

3
2.5
2.5
2
1.5
1.5

% kerusakan tiang
% kerusakan pohon

1
0.5
0.5
0
bujursangkar

lingkaran

Gambar 4 Persentase kerusakan pada plot lingkaran dan bujursangkar

9

Persentase tingkat kerusakan pada plot lingkaran berbeda dengan plot
bujursangkar. Hal ini dikarenakan terdapat empat plot yang pohon pusatnya
menimbulkan kerusakan hingga melebihi batas dari plot bujur sangkar yaitu plot
1025, 696, 559, dan 1489. Selain itu, luas kedua plot berbeda, yang mana plot
lingkaran lebih luas daripada plot bujursangkar, sehingga jumlah pohon pada
setiap plot juga berbeda.

Keterbukaan Areal
Luas areal yang terbuka akibat penebangan merupakan luasan daerah yang
terbuka akibat penebangan pohon berikut rebahnya vegetasi lain akibat tertimpa
pohon yang tumbang. Selain kerusakan tegakan, kegiatan pemanenan juga
menyebabkan keterbukaan areal akibat penebangan pohon. Besarnya keterbukaan
areal akibat penebangan pohon dengan intensitas rendah dapat dilihat pada Tabel
6.
Tabel 6 Perbedaan luas keterbukaan areal pada plot lingkaran dan
bujursangkar

No

Plot

Luas areal
terbuka plot
lingkaran (ha)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

344
843
1442
1025
696
1262
332
559
1489

0.04
0.02
0.02
0.05
0.04
0.01
0.04
0.04
0.05

Di dalam plot
bujursangkar
Panjang
Luas
dampak (m)
(ha)
40
0.04
39
0.02
40
0.02
49
0.05
53
0.04
41
0.01
62
0.04
52
0.04
50
0.03

Di luar plot
bujursangkar
Panjang
Luas
dampak (m)
(ha)
7
0.002
5
0.003
2
0.001
14
0.011

Luas keterbukaan pada plot lingkaran dan bujursangkar memiliki perbedaan
karena terdapat areal dampak yang melewati batas plot bujursangkar. Panjang
dampak rata-rata akibat penebangan 1 pohon per plot adalah 50 m. Pada tabel
diketahui bahwa panjang dampak di luar plot bujursangkar adalah 7 m pada plot
1025, 5 m pada plot 696, 2 m pada 559, dan 14 m pada plot 1489. Sementara pada
plot lainnya, panjang dampak plot lingkaran sama dengan plot bujursangkar,
karena daerah terjauh terkena dampak rebah pohon berada di dalam bujursangkar,
sehingga luas keterbukaannya juga sama. Persentase keterbukaan areal plot
lingkaran dan bujursangkar disajikan pada Tabel 7.

10

Tabel 7 Luas areal terbuka akibat penebangan intensitas rendah
Luas areal terbuka
No
Plot
Jumlah
Rata-rata
Rata-rata
Jumlah (ha)
(m²)
(m²)
(ha)
1 Lingkaran
3044
338.22
0.30
0.03
2 Bujursangkar
2868.32
318.70
0.29
0.03

Besarnya keterbukaan areal rata-rata akibat penebangan satu pohon per plot
pada plot lingkaran adalah 338.22 m² atau 0.03 ha. Luas areal terbuka paling
tinggi sebesar 498.4 m² atau 0.05 ha, sedangkan keterbukaan paling rendah seluas
134.8 m² atau 0,01 ha. Keterbukaan areal rata-rata pada plot bujursangkar 318.70
m² atau 0.03 ha. Wiradinata dan Widarmana (1980) yang mengutip pendapat
Dawkins (1959), mengemukakan bahwa setiap penebangan satu pohon besar di
hutan tropika basah akan merusak paling sedikit 0.02 ha (2%) pada vegetasi
sekelilingnya. Hasil penelitian memperoleh hasil yang hampir sama, yaitu sebesar
0.03 ha (1.56%) dan 0.03 (3.29%).
Persentase keterbukaan areal rata-rata pada plot lingkaran sebesar 1.56%
dan pada plot bujur sangkar sebesar 3.19%. Nasution (2009) memperoleh angka
keterbukaan sebesar 196.85 m²/phn atau 1.96% dan Muhdi (2001) sebesar 1.85 %.
Tingkat keterbukaan lantai hutan akan semakin besar dengan semakin
meningkatnya intensitas penebangan. Menurut Sularso (1996) beberapa faktor
yang mempengaruhi luasnya keterbukaan tanah akibat pemanenan kayu adalah
kerapatan tegakan, kemiringan lereng, intensitas pemanenan kayu serta teknik
pemanenan kayu.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tipe kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan 1 pohon per plot pada
plot lingkaran dan plot bujursangkar didominasi oleh rusak tajuk, roboh, dan
patah batang, sedangkan tipe kerusakan terendah adalah rusak banir. Besarnya
rata-rata kerusakan tingkat tiang pada plot lingkaran adalah 4 tiang/ha (1.53%)
dan untuk pohon yang rusak sebanyak 2 pohon/ha (1.41%). Pada plot
bujursangkar diperoleh kerusakan tingkat tiang dan pohon masing-masing sebesar
7 tiang/ha (2.25%) dan 4 pohon/ha (2.67%). Besarnya keterbukaan areal rata-rata
pada plot lingkaran adalah 338.22 m² (0.03 ha) dan pada plot bujursangkar sebesar
318.70 m² (0.03 ha).

Saran
1. Perlu meminimalkan kerusakan tegakan dengan lebih memperhatikan arah
rebah pohon yang benar.

11

2. Perlu adanya batasan jumlah pohon yang ditebang per hektarnya dan adanya
batasan persentase kerusakan tegakan tinggal yang diizinkan pada kegiatan
pemanenan kayu.
3. Perlu penelitian lanjutan tentang kerusakan tegakan tinggal tingkat semai dan
pancang.
4. Perlu penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan intensitas rendah
pada sistem silvikultur yang lain, misalnya Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ).

DAFTAR PUSTAKA
Budiarta S. 2001. Pengamatan tegakan tinggal setelah penebangan Di PT.
Inhutani II, Sub Malinau, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Elias. 2002. Rasionalisasi kegiatan logging dan kondisi minimum struktur tegakan
yang boleh ditebang dalam pengelolaan hutan alam tropika di Indonesia. J
Teknol Hasil Hutan. 15 (1): 34-47.
Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Pr.
Muhdi. 2001. Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan
teknik pemanenan kayu berdampak rendah dan konvensional di hutan alam
(Studi Kasus Di Areal PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat) [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Muhdi, Hanafiah DS. 2007. Dampak Pemanenan Kayu Berdampak Rendah
Terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal Di Hutan Alam (Studi Kasus Di
Areal PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat). JIPI. 9 (1): 32-39
Nasution AK. 2009. Keterbukaan areal dan kerusakan tegakan tinggal akibat
kegiatan penebangan dan penyaradan (studi kasus Di PT. Austral Byna,
Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Pradata AA. 2012. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon di PT.
Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Sist P, Nolanb T, Bertaultc JB, Dykstrad D. 1998. Harvesting intensity versus
sustainability in Indonesia. Forest Ecology And Management. 108: 251-260
Sukanda. 1995. Penentuan faktor eksploitasi limbah kayu dan kerusakan tegakan
tinggal akibat pemanenan kayu dengan sistem tebang pilih tanam indonesia
(TPTI) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sularso N. 1996. Analisis kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu
terkendali dan konvensional pada sistem silvikultur tebang pilih tanam
indonesia (TPTI). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Wiradinata S, Widarmana S. 1980. Perencanaan penebangan untuk mengurangi
limbahan dan kerusakan tegakan sisa. Makalah utama pada seminar
eksploitasi hutan LPHH – Bogor Hal.19 – 35

12

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 9 Oktober 1991 dari ayah Kasuri
dan ibu Juwatik. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bojonegoro dan pada tahun yang sama penulias
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asistan praktikum
pemanenan hutan pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif di Rimbawan
Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan sebagai Sekretaris II pada tahun
2010, ketua divisi Olahraga Alam Bebas (OAB) pada tahun 2011, Komisi Disiplin
Rimpala pada tahun 2012, dan anggota divisi Logistik pada tahun 2013. Selain
itu, penulis juga pernah aktif di Forest Management Student Club (FMSC) sebagai
anggota Keprofesian pada tahun 2011 dan anggota divisi Pengembangan
Sumberdaya Masyarakat (PSDM) pada tahun 2012. Penulis melaksanakan
Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2011 di Cagar Alam
Gunung Papandayan – Sancang Timur Jawa Barat, Praktek Pengelolaan Hutan
(PPH) tahun 2012 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dan Praktek
Kerja Lapang (PKL) pada bulan Maret-Mei 2013 di IUPHHK-HA PT. Sari Bumi
Kusuma, Kalimantan Tengah.
Penulis juga aktif mengikuti lomba tingkat mahasiswa. Prestasi yang diraih
oleh penulis adalah Juara 1 Lomba Lari Estafet Putri Olimpiade Mahasiswa IPB
(OMI) tahun 2010, Juara 2 Lomba Lari Maraton Putri TPB CUP 2010, dan Juara
1 Lomba Lari Estafet Putri OMI tahun 2012.