INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010 - 2015

(1)

INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010 - 2015 INTERVENTION OF ARAB SAUDI IN YEMEN CONFLICT 2010 - 2015

SKRIPSI

Di susun oleh :

Mochammad Fajar Nugroho NIM: 20110510297

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

HALAMAN JUDUL

INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010 - 2015 INTERVENTION OF ARAB SAUDI IN YEMEN CONFLICT 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Mochammad Fajar Nugroho NIM: 20110510297

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini berjudul:

INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK YAMAN 2010-2015 INTERVENTION OF SAUDI ARABIA IN YEMEN CONFLICT 2010-2015

Mochammad Fajar Nugroho 20110510297

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Ujian Pendadaran, dinyatakan LULUS dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada

Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Ruang HI.E

Tim Penguji

Dr. Sidik Jatmika, M.Si. Ketua Penguji

Sugito, S.IP., M.Si. Penguji I

Dian Azmawati, S.IP., M.A. Penguji II


(4)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : Intervensi Arab Saudi

Dalam Konflik Yaman Tahun 2010-2015 adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun perguruan tinggi lain.

Dalam skripsi saya tidak terdapat karya, ide dan pendapat orang lain, terkecuali tertulis dengan jelas referensi yang di cantumkan dalam skripsi dengan disebutkan nama dan dicantumkan daftar pustaka.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademi dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 24 Desember2016

Penulis,


(5)

iv

HALAMAN MOTTO

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286).

 Ada yang tersesat dijalan seorang pria ada juga yang tersesat dijalan seorang wanita,

tapi tidak seorang pun yang akan tersesat di jalan hidup seorang manusia. ( Bonclay

Chan – One Piece).

 No one individual is bigger than this club, there never has and never will be (Kenny

Dalglish).

 Alam, tumbuhan, hewan, dan segala isinya tidak ada dalam internet! Baginya cukup

satu, aksi bukan peduli apalagi sampah-sampah bermuka dua berlindung dalam kedok pelestari.


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN Untuk

Ayahanda Hadi Soetjipto dan Ibunda Siti Aminah Poedjiati

Terima kasih telah membesarkan sosok manusia yang lahir dari Rahim suci Ibunda dengan hangat kasih yang selalu terjaga serta Ayah sebagai Patriot dalam keluarga. Meskipun kita hidup sebatas apa adanya. Namun cukupnya ruang kasih tak perlu ditanya Walaupun sedikit materi yang kita punya. Namun kucuran keringat kalian begitu besar artinya. Ribuan jasa kalian tanpa mengharap pamrih. Sementara kucuma terdiam malas kalian telah perih. Tuk setiap kepingan rizky yang kalian cari. Semoga senantiasa berkat Tuhanterus di beri.

Teruntuk juga kepada seluruh keluarga terutama kakak-kakak tercinta. Mbak Dyah Puspitasari yang memberi berlembar uang tiap semester menjelang hingga harus menunda sekolah S-2. Mbak Ratri yang banyak bawel, Mas Sandra, kedua keponakan dan Mbah Moekri beserta keluarga besar Kramat Besar Kudus.

Teruntuk seluruh teman-teman Muria Musang Club, Bigreds Kudus, anak-anak AKS, sekawan GCTC, keluarga Musang Lovers seluruh Dunia, lima serangkai Ipin, Deden, Rabar, Edot, dan penulis. Ton of Thanks for Raden Gus Ainun Ardi yang memberi petuah sepuh terhadap keberhasilan skripsi ini, tak lupa Laptop Vaio Putih yang memahat tiap kata dalam lembaran skripsi hingga mencapai kelulusan. sampai Kudus Cuma untuk mengambil dress code pendadaran 15 jam sebelum pendadaran. Epril, Han juga yang diculik untuk menemani selama perjalanan. Tak juga lupa kepada Suhu Furqon Dugong yang membimbing skripsi tiap pulang kerja. Anak-anak kontrakan Tehnik Mesin (Candra, Ari, Bayu, Ekwin, Betet) yang memberikan tumpangan tempat tinggal terhadap homeless satu ini. Haris Admin setan (fans emyubutut) serta orang-orang di Sepakbola.com khususnya Mas Rudi yang


(7)

vi

memberikan kesempatan selama satu bulan kurang menjajal dunia kerja dan jurnalistik bola. Semua kawan-kawan yang pernah meminjamkan Laptop kepada saya.

Taklupa …. Ya, dirimu yang pernah singgah, seperti hotel yang ditiduri para pejalan ransel untuk sekedar melepas lelah. Terimakasih telah memberi manis dalam hidup ini, karena kutesadar rasa manis adalah pembunuh rasa dalam secangkir kopi.

Segala puji syukur tak akan muat dalam selembar dua lembar pernyataan ini. Terima kasih untuk semua yang selalu hadir dan mendukung penulis hingga mencapai gelar Sarjana baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur atas kenikmatan dan kesempatan yang selalu diberikan oleh Allah SWT serta atas kehadirat-Nya ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-nya. Shalawat serta salam telah tercurah kepada nabi agung Muhammad SAW yang cintanya senang tiasa terpancar sehingga terciptalah kedamaian dan ketentraman sebagaimana yang telah diajarkannya.

Atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFLIK

YAMAN 2010-2015” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini saying ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Sidik Jatmika M.Si selaku pembimbing saya yang sangat sabar dalam

membimbing penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

2. Bapak Prof. Dr. H Bambang Cipto, MA selaku Rektor UMY

3. Bapak Dr. Ali Muhammad, MA selalu dekan FISIPOL

4. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si selaku KAJUR

5. Bapak Sugito S.IP M.SI selakupenguji I

6. Ibu Dian Azmawati S.IP M.Aselakupenguji II

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen jurusan Hubungan Internasional UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

8. Bapak Jumari, Pak Waluyo,Pak Ayub dan Pak Nur yang menjawab berbagai


(9)

viii

Terima kasih kepada semua pihak yang sudah banyak membantu yang tidak biasa saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan.. amin

Yogyakarta, 24 Desember 2016 Penulis


(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Kerangka Pemikiran... 8

D. Hipotesa ... 15

E. Tujuan Pemilihan Judul ... 16

F. Jangkauan Penelitian ... 16

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II DINAMIKA POLITIK DALAM DAN LUAR NEGERI ARAB SAUDI A. Kondisi Geografis Arab Saudi ... 19

B. Politik Dalam Negeri Arab Saudi ... 21

C. Politik Luar Negeri Arab Saudi ... 32

BAB III DINAMIKA KONFLIK YAMAN-HOUTHI DAN MUNCULNYA GERAKAN HOUTHI SERTA KETERLIBATAN ARAB SAUDI A. Lahirmya Kelompok Al-Hothi ... 43

B. Latar Belakang Munculnya Pemberontak Al-Houthi ... 46

C. Alasan Arab Saudi Mengintervensi Yaman ... 57

BAB IV POLA INTERVENSI ARAB SAUDI DALAM KONFIK YAMAN A. Pola Intervensi Imperialistik Mengintervensi MenggunakanMiliter . 63 B. Intervensi Kolektif Mobilisasi Arab Saudi Dalam Membentuk Koalisi Dengan Rezim Internasional ... 69

1. Sikap Arab Saudi dan Dewan Kerjasama Negara-negara Arab Teluk 70 2. Respon Liga Arab ... 72


(11)

x

5. Reaksi Masyarakat Internasional ... 77

C. Peta Konflik... 79

BAB V KESIMPULAN ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(12)

(13)

ABSTRAKSI

Abstarct :

This research want to explain how patterns of Interventions by Saudi Arabia in Yemen Conflict. The author uses descriptive analytic method. The data obtained from books, journals, articles, news report, internet, and other documents. In Yemen Conflict, Saudi Arabia involved directly against al-Houthi rebels who want to overthrow the government of Yemen. Yemen president Abbed Rabbo Manshor Hadi from his letter asking for support States Gulf countries, especially Saudi Arabia. By Saudi Arabia responded quickly by sending military forces to Yemen. Saudi Arabia also mobilize the International Organisations such as the Gulf Cooperation Council, the Arabian League, the United Nations, and many Country such as the United States and Britain to form an alliance and collect full force in order to stop the insurgency by Al-Houthi.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Arab Saudi merupakan negara yang terletak di Jazirah Arab. Negara ini berbatasan langsung dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman dan Laut Merah. Arab Saudi mempunyai peran penting dalam percaturan dunia sesudah Nabi Muhammad SAW mengembangkan agama Islam, yang kemudian disambut baik oleh umat Islam seluruh dunia. Negara ini dari awal terbentuk telah menerapkan hukum Islam sebagai hukum negara. Bahkan Arab Saudi merupakan negara tempat berkumpulnya seluruh Umat Islam setiap tahunnya, khususnya ketika bulan haji tiba. Arab Saudi telah dikuasai oleh Keluarga Saud sejak

sejak abad ke-12 Hijrah atau abad ke-18 Masehi.1

Arab Saudi merupakan salah satu negara yang masih menganut sistem

monarki (kerajaan) ditengah gejolak proses demokratisasi yang terjadi di negara –

negara jazirah arab. Setelah berdiri, struktur politik kerajaan Saudi mengalami perubahan bentuk patriarkhal keagamaan menjadi bentuk monarkhi dimana kekuasaan raja hanya dibatasi oleh hukum Islam atau syariah dan dimana raja sering membuat metafora bahwa rakyatnya adalah suatu keluarga besar. Guna mencapai stabilitas dan legitimasi politik, penguasa Arab Saudi menggunakan Islam sebagai

1

Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 25.


(15)

alat pemersatu bangsa. Dengan kata lain, legitimasi politik lebih bersumber pada kepemimpinan raja atau ideologi Islam dari pada bersumber pada struktur politik

yang sudah mapan.2

Politik luar negeri Arab dalam kiprahnya selalu hadir di setiap gejolak konflik

yang melanda Timur Tengah dimulainya tahun 2010 pada peristiwa Arab Springs

dimana banyak terjadi pemberontakan – pemberontakan terhadap rezim pemerintahan

negara – negara Timur Tengah yang otoriter sehingga terjadi sebuah transisi

demokrasi didalamnya. Arab Saudi yang masih menggunakan struktur pemerintahan kerajaan tidak tinggal diam melihat fenomena transisi demokrasi yang terjadi di berbagai negara kawasan Timur Tengah. Untuk menghindari meluasnya gerakan revolusioner masuk ke Arab, Pemerintah Arab banyak terlibatdan berperan aktif di

dalam konflik – konflik yang melanda negara – negara kawasan Timur Tengah. Peran

pertama yang dimainkan Arab Saudi adalah pada saat terjadi demonstrasi rakyat di Tunisia yang berusaha menumbangkan diktator Zine ElAbidine Ben Ali. Ketika diktator Ben Ali melarikan diri dari Tunisia, Arab Saudilah yang memberikan tempat

bagi pelarian mantan diktator Tunisia itu.3

Pada saat terjadi kabangkitan rakyat di Mesir yang menuntut pengunduran diri Hosni Mubarak, Arab Saudi dalam politik luar negerinya secara transparan

2

Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Politik Standar Ganda Amerika Serikat, BIGRAF Publishing, Yogyakarta, 2001, hal 76.

3

Voice Of Palestine, Kenapa Arab Saudi Anti Revolusi Timur Tengah

Http://Voiceofpalestine.Net/Artikel/Opini/685-Kenapa-Arab-Saudi-Anti-Revolusi-Timur-Tengah.Html, diakses tanggal 30 Oktober 2015


(16)

memberikan dukungan langsung terhadap presiden ke-empat Mesir ini. Arab Saudi juga menentang sikap rakyat Mesir yang ingin menumbangkan rezim Mubarak. Ketika revolusi sampai ke Bahrain, Arab Saudi melakukan intervensi dalam upaya menumpas aksi demonstrasi yang dilakukan rakyat Bahrain terhadap pemerintahnya, Al Khalifa. Intervensi yang dilakukan Arab Saudi adalah dengan menempatkan pasukan militernya di Bahrain untuk menghadapi aksi rakyat yang menentang

pemerintah.4 Pemerintah Arab Saudi juga aktif dalam menyikapi kebangkitan rakyat

di Yaman. Secara langsung Arab Saudi ikut terlibat dalam seluruh krisis dan transformasi yang terjadi di Yaman.

Pada saat ini Yaman bisa dibilang sebagai bangsa baru yang lahir dari sebuah konflik perang saudara dimana rakyatnya masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Pemerintahan Yaman kini di hadapkan pada konflik baru terhadap lahirnya pemberontak Houthi yang berbasis di Yaman utara menentang pemerintahan Yaman dan berusaha menduduki Yaman. Arab Saudi yang sebelumnya sudah ikut berperan aktif dalam Konflik Yaman, kini ikut andil di dalam perlawanan melawan pemberontak Houthi dengan membantu Pemerintah Yaman.

Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Yaman berbatasan dengan Arab Saudi di sebelah utara, disebelah selatan berbatasan dengan Laut Arab, disebelah timur berbatasan dengan Oman, dan

4 Daarut Tauhid Https://Www.Mail-Archive.Com/Daarut-Tauhiid@Yahoogroups.Com/Msg11297.Html diakses tanggal 30 Oktober 2015


(17)

di sebelah barat berbatasan dengan Teluk Aden dan Laut Merah.Penduduk Yaman diperkirakan berjumlah sekitar 23 juta jiwa (Juli 2008). Luas negara Yaman sekitar 530.000 km2 dan wilayahnya meliputi lebih dari 2005 pulau. Yaman adalah

satu-satunya negara republik di Jazirah Arab.5

Republik Yaman merupakan negara yang lahir dari proses unifikasi antara Yaman utara dengan Yaman selatan dan secara resmi berdiri sebagai negara yang berdaulat pada tanggal 22 Mei 1990. Ali Abdul Saleh terpilih sebagai Presiden pertama Republik Yaman kala itu. Penyatuan itu diharapkan mewujudkan sebuah

negara yang integral dan sejahtera, namun kini justru terjadi konflik.6

Houthi merupakan kelompok pemberontak yang berbasis di Yaman Utara. Pengikut Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Penamaan ini dinisbatkan pada

pencetusnya, Husein Badaruddin Houthi, yang berhaluan syiah.7Pemberontak Houthi

bermukim di sebelah Utara Yaman dan merupakan Yaman Utara dahulu sebelum bersatunya Yaman Utara dengan Yaman selatan, pemberontak ini sudah lama berusaha memlawan Rezim Ali abdulloh Saleh dan Houthi juga mempunyai banyak anggota, pada tahun 2005 saja tercatat sekitar 3000 orang dan meningkat pesat pada tahun 2009 sekitar 10.000 orang. Houthi juga mendapat dukungan yang luas oleh berbagai agama dan suku di daerah pegunungan Utara Yaman. Al-Houthi berhasil

5https://id.wikipedia.org/wiki/Yaman diakses tanggal 25 februari 2016 6

http://www.hidayatullah.com/kolom/analisa-dunia-islam/read/2014/10/20/31602/yaman-menuju-situasi-sebelum-1990-1.html diakses tanggal 25 Februari 2016

7

Menguak Konflik Yaman dan Damapaknya bagi Dunia Islam.”

http://www.eramuslim.com/berita/analisa/menguak‐konflik‐yaman‐dan‐dampaknya‐bagi‐dunia‐ islam.htm, diunduh diakses pada 25 Agustus 2015


(18)

menarik simpati kelompok anti pemerintah yang ada di sejmlah propinsi sekitar yang selama ini simpati dengan perjuaangan Houthi terutama provinsi Amran, Hajja dan Jaouf.

Awal peperangan melawan pemberontak Houthi terjadi pada tahun 2004

dimana terjadi demonstrasi besar – besaran. Orang-orang Houthi dipimpin oleh

Husein Al-Houthi turun ke jalan menentang sikap pemerintah yang mendukung ekspansi Amerika ke Irak. Pemerintah Yaman merespon demonstrasi tersebut dengan sikap represif. Sejak saat itulah pemerintah Yaman menanggapi gerakan Houthi dan

Syiah secara serius.8

Buah dari tanggapan pemerintah Yaman terhadap gerakan Houthi adalah dengan terbunuhnya pemimpin Houthi Husein Al-Houthi oleh militer Yaman di kota Sa’ada. Dengan terbunuhnya pemimpin Houthi, pemerintah Yaman berharap intensitas dari pemberontakan yang di lakukan Houthi akan mengendur. Namun kekuasaan gerakan Houthi tersebut kini di turunkan ke saudaranya yaitu Abdul Malik

Al-Houthi.9

Pada Agustus 2009, pemerintah Yaman mulai bergerak secara ofensif dengan

sandi operasi bernama “operasi bumi hangus”, sebagai tindakan atas gerakan

pemberontak Yaman. Pertempuran yang terjadi sebagian besar di wilayah pemerintahan Sa’adah di barat laut Yaman. Namun dalam operasinya melawan

8

https://kisahmuslim.com/4595-separatis-houthi-dan-revolusi-syiah-di-yaman.html diakses 25 Februari 2016

9 Ibid


(19)

pemberontak Houthi, Pemerintah Yaman belum berhasil menumpas semua pengikut pemberontak Houthi. Hingga tanggal 21 september 2014, kekuasaan pemberontak Houthi kian menguat dengan takluknya ibukota Yaman, Sanaa oleh pemberontak Houthi. Oleh Manshour Hadi mengumumkan bahwa ibukota Yaman berpindah ke

kota Aden karena ibukota Yaman telah diduduki pemberontak Houthi.10

Seperti halnya fenomena yang terjadi di negara – negara yang mengalami

transisi demokrasi, Arab Saudi juga terlibat dengan Yaman. Hal ini dibuktikan ketika terjadi pergolakan demonstrasi menuntut turunnya tahta kursi kepresidenan yang di pimpin Ali Abdul Saleh yang dituding sebagai salah satu pemimpin diktator yang sangat otoriter. Arab saudi ikut membantu memerangi demonstran.Namun upaya ini tidak berhasil dan pada akhirnya tanggal 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mengundurkan diri dan jabatan kepresidenan kini dijabat oleh wakilnya

yaitu Abed Rabbo Manshour Hadi.11

Sejak berkuasanya presiden baru Yaman Abd Rabbo Manshour Hadi,

pemberontakan semakin bergejolak. Ibukota Yaman, Sana’a telah jatuh ke tangan

Houthi pada Februari 2015. Presiden Yaman sempat ditahan oleh pemberontak sebagai tahanan rumah, namun presiden Yaman berhasil kabur ke kota Aden. Manhsor Hadi kemudian mengumumkan Kota Aden sebagai Ibukota Sementara Yaman. Pada tanggal 23 Maret 2015. Manshor Hadi kecam tindakan pemberontakan

10

http://www.re-tawon.com/2012/03/al-houthi-kelompok-pemberontak-dari.html diakses tanggal 25 februari 2016

11http://www.al-intima.com/akhbar-dauliyah/konflik-yaman-konflik-arab-saudi-iran diakses pada tanggal 25 Februari 2016


(20)

oleh Houthi merupakan kudeta pemerintahan. Hadi menganggap Houthi melanggar keabsahan konstitusi pada pemerintahan Yaman. Oleh karena itu Manshor Hadi memutuskan untuk mengambil sikap politik luar negerinya dengan melayangkan surat kepada Negara-Negara kawasan teluk termasuk Arab Saudi. 26 Maret 2015, Arab Saudi merespon bantuan presiden Yaman bersama Negara-Negara dikawasan

Timur-Tengah lainnya untuk membantu menahan pemberontakan.12

Keterlibatan Arab dengan Yaman mempunyai beberapa sebab dimana pemberontak Houthi yang beraliran Syiah termasuk menjadi indikasi Arab untuk terlibat. Dalam hal ini Arab yang berarti sebagai kelompok bermayoritas Sunni merasa posisi kedaulatannya terancam. Posisi Yaman yang strategis dan berbatasan langsung dengan Arab dapat menjadi pintu masuk yang lebar bagi Houthi maupun kelompok syiah lainnya dalam menyebarkan dogma nya ke Arab Saudi. Houthi yang diketahui juga mendapat bantuan dari Iran yang selama ini sebagai rival dari Arab

Saudi, menjadi pemicukeras intervensi Arab ke Yaman.13

Dalam konflik Yaman ini, banyak aktor eksternal yang juga terlibat. Gulf Cooperation Council (GCC) yang biasa disebut sebagai koalisi teluk dan juga liga Arab telah memainkan perannya sebagai salah satu organisasi internasional yang

selalu hadir di dalam konflik – konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Alasan

keterlibatannya adalah untuk mencegah pemberontak Houthi menduduki

12

http://news.okezone.com/read/2015/03/28/18/1125649/kronologi-konflik-yaman-hingga-kini 25 februari 2016

13 Ibid


(21)

Yaman.14Pada tanggal 14 April 2015, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan guna membahas masalah yang terjadi di Yaman. Pertemuan yang dihadiri Negara-negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) termasuk Arab Saudi serta beberapa petinggi pemerintahan Yaman menghasilkan sebuah draft yamg di beri nama resolusi 2216 dimana isi tersebut menjelaskan agar pihak yang

bertikai di Konflik Yaman agar segera berdamai dan mengakhirinya.15

Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Marzieh Afkham menyebut tindakan Arab Saudi yang mencampuri konflik internal Yaman adalah sebagai sebuah tindakan yang melanggar internasional dan kedaulatan nasional. Tindakan Arab Saudi dinilai sebagai sebuah tindakan yang menjadikan situasi lebih kompleks, memperluas konflik, dan menghentikan resolusi perdamaian di Yaman. Agresi Saudi tidak akan menghasilkan apapun, kecuali memudahkan penyebaran terorisme dan ekstremisme serta meningkatkan instabilitas di seluruh kawasan. Nasional parlemen Iran Alaedin

Boroujerdi juga mengatakan bahwa Arab Saudi mengibas – ngibas kobaran api

perang di kawasan Timur Tengah khususnya Yaman. Dia mengatakan bahwa

tindakan lebih baik dilakukan melalui jalur politik.16

A. RUMUSAN MASALAH

14

http://www.beritadunia.net/berita-dunia/timur-tengah/perbandingan-antara-perilaku-israel-dan-arab-saudi-dalam-perang-di-gaza-dan-yaman diakses tanggal 14 maret 2016

15

http://www.voaindonesia.com/content/dk-pbb-setujui-embargo-senjata-di-yaman/2718692.html diakses tanggal 26 Februari 2016

16 http://nasional.sindonews.com/read/981933/149/saudi-pimpin-10-negara-bombardir-yaman-1427424169 diakses tanggal 14 maret 2016


(22)

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas dapat disimpulkan perumusan

masalah sebagai berikut: Bagaimana pola intervensi Arab Saudi dalam konflik

Yaman?

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk menjelaskan masalah diatas perlu diuraikan beberapa konsep dan teori, diantaranya adalah sebagai berikut :

Teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Berarti teori adalah upaya mendeskripsikan apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa

depan.17

Dalam kasus ini pada dasarnya memunculkan pertanyaan mengapa suatu negara berlaku sedemikian rupa dan bisa juga pertanyaan kondisi apa yang mendorong negara itu bertindak seperti itu dan bagaimana upaya yang dilakukan negara tersebut dalam mencapai tujuannya. Melihat dari pertanyaan-pertanyaan di atas, sehingga memunculkan sebuah teori untuk menjawab apa-apa yang menjadi pertanyaan di atas sehingga kita bisa mengetahui dan menganalisa dan tentunya harus dengan teori yang tepat sehingga tidak terjadi kerancuan ketika mencoba menjawab tema di atas. Untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam intervensi Arab Saudi yang khususnya menyangkut hubungan antara pemberontak Houthi yang ada di

17

Mohtar, Mas oed. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, edisi revisi LP3S, Jakarta, 1990, hal.185.


(23)

Yaman dengan Arab dan intervensi apa saja yang dilakukan Arab dalam perlawanannya terhadap pemberontak Houthi.

Setiap negara mempunyai metode dan strategi yang beragam dalam rangka mencapai kepentingan nasional dan menerapkan kebijakan luarnegerinya. Berdasarkan perspektif kaum realisme, kekuatan negara berfokuspada pengembangan militer, karena kekuatan militer merupakan jalur alternative untuk memperluas kekuasaan. Mayoritas negara-negara besar menghalalkan segala cara demi mencapai kepentingannya, termasuk mengambil langkah intervensi militer.

Adapun Intervensi menurut Bikhu Parekh yakni upaya mencampuri urusan negara lain dengan tujuan untuk mengakhiri penderitaan fisik yang diakibatkan oleh disintegrasi atau penyalahgunaan kekuasaan dari suatu negaradan membantu menciptakan struktur pemerintah sipil agar terus berjalan. Oleh karenanya alasan pencegahan dari adanya penderitaan fisik atau kemunculan korban yang meluas yang disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan bentuk intervensi menjadi sebab yang

dibenarkan untuk dilakukan.18Menurut Adam Roberts, suatu negara mengintervensi

secara militer tanpa persetujuan darinegara yang bersangkutan dapat bertujuan untuk

mencegah penderitaan atau kematian yang meluas di antara penduduk.19

18

C. Chang. 2011. Ethical Foreign Policy?: US Humanitarian Interventions, Burlington. US: Ashgate Publishing. Hal. 11.

19 Reed and D. Ryall. 2007.

The Price of Peace: Just war in the twenty-first century. Cambridge, UK: Cambridge University Press. Hal. 110.


(24)

Dari pengertian diatas aksi militer yang dimaksud yakni intervensi humaniter dengan situasi ketika sejumlah tindakan telah diambil untuk mencegah penderitaan yang diakibatkan oleh pemerintah represif atau konflik internal yang berkembang yang mana hak-hak politik dan sipil dari warga negara telah dilanggar. Intervensi militer didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan dengan melintasi perbatasan negara oleh kelompok negara dan organisasi regional dengan pembenaran alasan guna memulihkan perdamaian dan keamanan sebagaimana mengakhiri penderitaan dan pelanggaran HAM yang meluas melalui bantuan multilateral tanpa persetujuan

dari negara yang mana intervensi tersebut terjadi.20Disini, terdapat keunggulan dalam

menggunakan intervensi militer bagi suatu negara yakni diantaranya adalah untuk melindungi warga tidak berdosa maupun membantu untuk menjatuhkan rezim.

Menurut Martin Ortega terdapat 10 pola intervensi militer berdasarkan contoh

sejarahnya21 yakni :

1. Pola imperialistik: negara kuat mengintervensi secara militer dinegara lain

untuk memperoleh keuntungan, memperdalam kepentingannya, dan meningkatkan pengaruh terhadap negara targetdan dunia internasional. Pola ini juga biasa disebut dengan intervensi hegemoni yang mana terjadi ketika negara hegemoni mengintervensi negara lain agar tidak lepas dari

20

Anthony T. Eniayejuni. The Role of The West and Military Intervention in Libya. Diakses dalam situs:

http://www.foreignpolicyjournal.com/2012/04/07/the-role-of-the-west-and-militaryintervention-in-libya/ Pada tanggal 20 Oktober 2015. 21

Ortega, M. 2001. Military Intervention and European Union. Paris: Institute for Security Studies Western European Union. Hal 5.


(25)

pengaruhnya guna menjauhkan perkembangan politik tidak disukai oleh kepentingannya.

2. .Pola kolonial: kepentingan nasional dari negara kolonialis kuat

dipaksakan terhadap negara lemah, perang candu terhadap China dan diplomasi gunboat terhadap Amerika Latin padaabad ke-19 adalah contoh dari pola ini.

3. Perimbangan kekuatan. Selama berabad-abad ciri utama yang menagatur

hubungan antar negara Eropa adalah perimbangan kekuatan antar negara berdaulat yang mengakibatkan terjadinya nonintervensi. Akan tetapi perang dan intervensi terkadang digunakan sebagai alat untuk memperbaiki keseimbangan dan mencegah transformasi dari sistem multipolar menjadi hegemoni yang didominasi oleh satu aktor. Dalam perang suksesi Spanyol, pada awal abad ke-18, justifikasi yang digunakan untuk intervensi asing adalah klaim dan pewaris tahta yang sah akan tetapi tujuan sebenarnya yakni mencegah Bourbon Perancis menjadi terlalu kuat.

4. Ideologi. Negara yang mengintervensi mencoba untuk mengubah sistem

politik dari negara sasaran dengan alasan ideologi. Sebagai contoh, dari tahun 1815 sampai 1830 aliansi suci mengintervensi untuk mendukung rezim monarki ketika berhadapan dengan revolusi demokratik di Eropa. Sementara intervensi AS di tahun 1980-an dirancang untuk menegakkan demokrasi.


(26)

5. Penentuan nasib sendiri, intervensi dalam perang saudara bisa jadi mempunyai motif imperialistik atau ideologi, tapi niat yang ada terkadang untuk mendukung salah satu pihak yang mengklaim hak penentuan nasib sendiri. Persamaannya, intervensi asing juga dimaksudkan untuk membantu masyarakat yang sedang berjuang melawan pendudukan kolonial.

6. Membela diri. Angkatan bersenjata digunakan negara untuk membalas

serangan dari pihak-pihak yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintahnya. Tujuan dari intervensi ini tidak untuk menggulingkan pemerintah dari negara sasaran, tapi untuk mencegah serangan. Israel pada tahun 1980-an dan Turki di utara Irak sering mengintervensi berdasarkan pola ini.

7. Pola intervensi era Perang Dingin. Antara 1945 dan 1990 dua negara

adidaya mengintervensi di wilayah yang dipersengketakan baik dalam pola imperialistik atau ideologi. Pola ini meluas pada masa dekolonisasi dalam sistem lingkungan bipolar yang tidak biasa sehingga pola baru intervensi dapat ditetapkan. Contohnya yakni intervensi Uni Soviet di Hongaria pada tahun 1956 dan Afghanistan tahun 1979, atau intervensi Amerika Srikat dalam perang saudara Vietnam dari tahun 1964.

8. Intervensi Humaniter. Satu atau dua kelompok negara menggunakan

angkatan bersenjata untuk meredakan penderitaan manusia dalam wilayah negara lain. Terdapat dua situasi yang dibedakan antara lain; perlindugan


(27)

warga negara di luar negeri, seperti intervensi Israel tahun 1976 di Enetebbe Uganda, atau perlindungan penduduk negara lain atau minoritas dalam contoh bencana kemanusiaan yang diprovokasi oleh pemerintah, seperti yang terjadi pada tahun 1991 dalam Operasi provide comfort di Irak utara.

9. Intervensi Kolektif. Komunitas internasional secara keseluruhan

memutuskan untuk mengintervensi secara militer dalamn suatu negara untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Terdapat dua perbedaan antara pola ini dan pola sebelumnya yakni pihak yang mengotorisasi intervensi ini adalah Dewan Keamanan PBB yang mewakili komunitas internasional tanpa berlandaskan fakta bahwa intervensi tersebut dilakukan oleh satu atau beberapa negara atau organisasi internasional yang bertujuan untuk memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Tipe intervensi ini hanya mungkin terjadi dalam masyarakat suatu negara yang terlah diorganisasikan dengan wewenang umum. Intervensi dengan kekuatan yang disahkan oleh DK PBB sepanjang tahun 1990-an terjadi di Irak, Somalia, Bosnia, Haiti dan Timor Timur.

10.Intervensi untuk penghukuman. Beberapa negara melakukan serangan

pada negara lain untuk menghukum kesalahan yang dilakukan terhadap negara lain. Serangan AS pada Libya tahun 1996, serangan rudal AS


(28)

terhadap target di Sudan dan Afghanistan pada 1998 masuk dalam kategori ini

Intervensi militer umumnya banyak dilakukan oleh negara-negara yang mempunyai kekuatan besar dalam rangka memenuhi kepentingan nasional ataupun kepentingan luar negerinya.

Berdasarkan pengertian pada teori intervensi yang di kemukakan Martin Ortega, dalam menyikapi konflik yang terjadi di Yaman, terdapat 10 pola intervensi militer yang 2 diantaranya terdapat pada pola intervensi Arab di dalam konflik Yaman.

Dalam pola imperialistik, negara kuat yang mengintervensi secara militer adalah Arab Saudi dimana didalam nya terdapat sebuah kepentingan untuk menjauhkan Pemberontak Houthi menduduki pemerintahan Yaman. Karena keadaan geografis Yaman yang berbatasan langsung dengan Arab, dengan jatuhnya Yaman ke Houthi dapat memberikan dampak buruk bagi stabilitas Arab Saudi sendiri.Fenomena Arab Spring menjadi dalih keterlibatan Arab Saudi di Yaman dengan memberi dukungan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah kehilangan legitimasinya dan dianggap sebagai pemimpin diktator agar tidak turun dari jabatan kepresidenan sehingga transisi demokrasi tidak terjadi. Namun justru hegemoni terjadi ketika Arab Saudi gagal membendung para demonstran yang di dukung pemberontak Al-Houthi. Dalih-dalih atas surat permohonan bantuan langsung oleh presiden Yaman


(29)

selanjutnya, Abd Rabbo Manshor Hadi menjadi sebuah tindakan yang sah dalam Intervensi Langsung Arab Saudi dalam Konflik Yaman.

Selanjutnya adalah dalam pola intervensi kolektif. Intervensi ini melibatkan komunitas internasional yang terotoritasi oleh PBB. Mobilisasi yang dilakukan Arab Saudi telah melibatkan beberapa negara dan organisasi internasional seperti PBB, GCC, serta Amerika Serikat untuk bergabung melawan pemberontak Houthi di Yaman.Dengan hadirnya organsisasi internasional yang ikut mendukung Arab Saudi, dapat di katakan tindakan ini adalah upaya pembenaran atas keterlibatannya dalam konflik Yaman untuk mencegah tudingan Iran yang menganggap Arab Saudi telah banyak mencampuri masalah internal Yaman.

C. HIPOTESA

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang digunakan, muncul hipotesaArab Saudi melakukan intervensi dalam konflik di Yaman dengan cara :

1. Pola Intervensi Imperialistik menggunakan Militer

2. Intervensi Kolektif melakukan mobilisasi terhadap negara – negara yang

tergabung di dalam liga arab, GCC, dan PBB serta Negara-Negara lainnyauntuk membantu intervensinya di dalam konflik Yaman.

D. TUJUAN PEMILIHAN JUDUL


(30)

1. Mengetahui dan menjelaskan secara empiris bagaimana Arab Saudi mengintervensi Yaman dalam konflik Internal Yaman.

2. Menambah pemahaman dalam temuan-temuan akademis politik luar negeri Arab dalam mengintervensi Yaman.

3. Untuk mengaplikasikan Ilmu Teori - teori yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan dan menyesuaikan dengan permasalahan yang diambil serta posisi dalam studi Hubungan Internasional.

4. Sumbangan terhadap studi dan peraktik Hubungan Internasional terutama

dan Timur Tengah pada umumnya.

F. JANGKAUAN PENELITIAN

`Untuk membatasi persoalan agar tidak menyimpang terlalu jauh dari pembahasan dan untuk memudahkan penulis menganalisa dan memahami permasalahan yang ada, maka batasan waktunya adalah dari tahun 2010 dimana

terjadi sebuah fenomena yang dikenal sebagai fenomena Arab Springs. Fenomena ini

adalah sebuah fenomena transisi demokrasi yang terjadi di berbagai negara – negara

di Timur Tengah. Lahirnya gerakan revolusioner menentang pemerintahan diktator menjadi sebuah alasan aksi tersebut. Gelombang revolusi berawal dari Tunisia dan berkembang di berbagai negara seperti Suriah, Libya hingga Yaman. Turunnya presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada tahun 2011 menjadi awal gerakan


(31)

pemberontak Yaman (Houthi) muncul ke permukaan secara terang – terangan hingga di tahun 2015.

G. METODE PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif analitik yaitu berusaha menggambarkan tentang bagaimana Intervensi Arab Saudi di dalam konflik Yaman.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa telaah pustaka (Library Research) yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang di bahas berupa buku-buku, dokumen, jurnal, surat kabar atau majalah, dan artikel di situs-situs internet.

Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, seperti dari perpustakaan dan lembaga-lembaga yang terkait, yaitu:


(32)

2. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Perpustakaan American Corner Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika dari penulisan ini ditulis dalam lima bab dengan sub topik pembahasan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,perumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, tujuan penelitian, jangkauan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II politik dalam dan luar negeri Arab Saudi

Bab III berisi tentang konflik yang terjadi di Yaman meliputi sejarah Houthi, Konflik pemerintah Yaman dengan Houthi serta keterlibatan Arab Saudi

Bab IV berisi tentang faktor-faktor pola intervensi Arab Saudi dalam konflikYaman.


(33)

BAB II

DINAMIKA POLITIK DALAM DAN LUAR NEGERI ARAB SAUDI

Arab Saudi merupakan negara yang memiliki banyak peranan di Jazirah Arab serta lingkungan global. Negara yang masih menganut sistem kerajaan ini ditunjang dengan cadangan dan produksi minyak yang melimpah sebagai penyokong utama perekonomian negara menyebabkan negara tersebut di segani oleh masyarakat internasional. Terlepas dari alasan tersebut, Arab Saudi juga menjadi kiblat bagi umat muslim di seluruh dunia karena terdapat dua kota yakni Mekkah dan Madinan sebagai salah satu tempat yang disucikan sekaligus lahirnya peradaban muslim era Nabi Muhammad SAW.

A. Kondisi Geografis Arab Saudi

Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Arab Saudi terletak di antara 15˚LU - 32˚LU dan antara 34˚BT - 57˚BT. Wilayah Arab Saudi meliputi empat perlima dari Semenanjung Arab dan berada di lokasi yang strategis yang membentang dari Teluk Persia sampai Laut Merah. Luas tanah Arab Saudi adalah 2.149.690 km2. Jumlah penduduk Arab Saudi mencapai 27.345.986 jiwa. Arab Saudi berbatasan langsung (searah jarum jam dari arah utara) dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Pesia, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman dan Laut Merah. Pada masa dahulu daerah Arab Saudi dikenal menjadi dua bagian yaitu daerah Hijaz yakni daerah pesisir barat Semenanjung Arab yang didalamnya terdapat kota-kota,


(34)

diantaranya adalah Mekkah, Madinah dan Jeddah serta daerah gurun Najd yakni daerah-daerah gurun sampai pesisir timur Semenanjung Arab yang umumnya dihuni

oleh suku-suku lokal Arab (Badui) dan Kabilah-kabilah Arab lainnya.1

Gambar 2.1 Peta Arab Saudi (Foto: Epos)

Mayoritas penduduk Arab Saudi adalah Bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasional. Secara umum bahasa Arab yang digunakan oleh masyarakat Arab Saudi ada dua macam, yaitu bahasa Arab fushah (bahasa Arab

1 ’Arab Saudi’’, dalam http://kemlu.go.id/riyadh/Pages/CountryProfile.aspx?l=jd, diakses 20 November 2016


(35)

standar/baku) dan bahasa Arab amiyyah (bahasa arab pasaran). Bahasa Arab fushah umumnya digunakan dalam komunikasi resmi, misalnya di sekolah, kantor, dan ruang publik formal lainnya. Sementara bahasa Arab amiyyah digunakan untuk keperluan komunikasi atau percakapan sehari-hari. Budaya/tradisi Arab sangat mementingkan keramahtamahan terhadap tamu, kemurahan hati, keberanian, kehormatan, dan harga diri. Dalam hal kesenian dan warisan tradisional, Arab Saudi memiliki berbagai koleksi seni tradisional yang menunjukkan adanya keragaman budaya, seperti lagu-lagu yang bercorak kelautan dan lagu-lagu yang bernuansa padang pasir dan pedesaan, sampai adanya bermacam kesenian panggung dan tarian tradisional. Wilayah Arab Saudi terbagi atas 13 Provinsi, yaitu : Bahah, Hududusy Syamaliyah, Jauf, Madinah, Qasim,Riyadh, Syarqiyah (Provinsi Timur), 'Asir, Ha'il,

Jizan, Makkah, Najran, Tabuk.Ibukota Arab Saudi adalah Riyadh.2

B. Politik Dalam Negeri Arab Saudi

Arab Saudi adalah sebuah negara yang masih menganut sistem kerajaan di kawasan Timur Tengah. Kerajaan Arab Saudi berasal dari Dinasti Saud yang dirintis sejak abad ke-18 di daerah Najd yang terletak di bagian tengah Semenanjung Arab. Berdirinya dinasti Saud berawal dari tokoh yang bernama Amir Muhammad bin Sa’ud (1703-1792).3Kerajaan Arab Saudi dikuasai oleh keluarga Al-Saud yang berpijak pada ideologi mahzab Wahhabi yang menjadi dasar legitimasi kekuasaan

2

Ibid,.

3

David E Long and Bernard Reich (eds.), The Government and Politics of The Middle East and North


(36)

dan pengembangan pengaruh pemerintah keluarga Al-Saud di semenanjung jazirah Arab. Keputusan Arab Saudi menggunakan mahzab Wahhabi sebagai ajaran dan

faham resmi berawal dari pertemuan antara Muhammad Ibn Sa’ud dengan

Muhammad Abd Al-Wahab.Al-Saud merupakan tokoh politik yang kemudian bertemu dengan Muhammad Ibn Wahhab, seorang tokoh spiritual yang menganut faham Wahhabi. Keduanya memutuskan untuk mengabungkan pemahamannya masing-masing untuk dapat mewujukan Daulah Islamiyah. Sistem pemerintahan negara-negara di jazirah Arab yang pada saat itu tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa wilayah ini sampai kirakira satu abad sebelumnya merupakan bagian dari kekuasaan Kekaisaran Utsmani yang menganut sistem pemerintahan yang berbentuk kekhilafahan. Terhitung padaawal abad ke-16 hampir seluruh wilayah Arab berada di

bawah kekaisaran Utsmani.4

Arab Saudi menganut sistem monarki absolut dengan Raja sebagai kepala pemerintahan dan Negara. Sistem monarki (kerajaan) berasal dari kata Mono yang berarti satu dan Archein yang berarti kekuasaan. Monarki adalah sebuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Raja atau Kaisar sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dimana dalam membuat kebijakan berada ditangan Raja. Arab Saudi merupakan negara yang murni menggunakan hukum Islam sebagai dasar untuk peraturan-peraturan di dalam negerinya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar yang dirilis pada tahun 1993, berisi 83 prinsip-prinsip (atau ayat) yang menegaskan

4


(37)

kembali landasan atau dasar kerajaan yang telah berjalan sejak masa awal berdiri. Diantarnya pada Pasal pertama yang menyatakan bahwa Al-Quran dan Sunnah Nabi adalah konstitusi Arab Saudi. Selanjutnya, dalam Pasal 5, sistem politik digambarkan sebagai kerajaan. Undang-Undang Dasar juga menekankan pentingnya nilai-nilai Islam. Pada pasal 44 disebutkan tiga kekuasaan negara, yaitu pengadilan atau lembaga hukum, eksekutif dan kekuasaan organisasional, dan menyatakan bahwa Raja adalah sumber utama pusat kekuasaan tersebut. Meskipun demikian, pengadilan atau lembaga hukum dijelaskan sebagai kekuatan independen dalam Pasal 46, yang anggota-anggotanya diangkat dan diberhentikan

oleh surat keputusan kerajaan. Hal yang sama berlaku kepada wakil perdanamenteri,

menteri, deputi menteri dan pejabat senior. Selain itu, Undang-Undang Dasar juga

menetapkan hak-hak yang dimiliki oleh Raja.

Raja Arab Saudi menduduki hampir semua posisi penting dalam pemerintahan, mendominasi keluarga besar Al Saud, menguasai politik serta ekonomi Arab Saudi. Penguasa Arab Saudi (Raja) memiliki kecenderungan yang kuat untuk membatasi sesempit mungkin berlakunya nilai-nilai liberal dan demokratis, serta membatasi partisipasi rakyatnya untuk masuk ke dalam lingkup politik . Kekuasaan politik amat terpusat pada Raja yang memegang berbagai

jabatan sebagai berikut :5

1. Kepala Dinasti Saudi; 5


(38)

2. Perdana Mentri;

3. Kepala Eksekutif;

4. Imam Keagamaan Tertinggi;

5. Komandan Angkatan Bersenjata; 6. Kepala Pengadilan;

Dengan melihat kekuasaan yang ada pada raja di Arab Saudi, maka dapatlah dikatakan bahwa kerajaan Arab Saudi menekankan kembali pandangan islam, dimana antara agama dan Negara secara historis tidak dapat dipisahkan. Rakyat Arab Saudi memperlihatkan solidaritas yang amat besar dan dukungan bagi pemimpin politik, yaitu raja, yang membuat tuntutan serta melaksanakan kontrol atas rakyat. Menurut Frank Tachau keadaan ini dipengaruhi oleh limakarakteristik yang memberi kesan bahwa, (1) di Arab Saudi hanya terdapat polakekuasaan hirarkis, (2) terdapat eksklusifisme yang di dasarkan pada kelompok Wahhabi, (3) fleksibilitas strategis khususnya yang berkaitan padaketidakstabilan dan pemanfaatan sumber daya minyak, (4) terdapatnya konsentrasi kekuasaan di pusat sehingga hampir tidak ada pendelegasian kekuasaan di daerah,dan (5) adanya neo tradisionalisme.

Dalam perkembangannya sistem politik dan struktur politik kerajaan Arab Saudi mengalami perubahan, yaitu di mana sebelumnya kerajaan ini menganut bentuk kekuasaan yang didalamnya didominasi unsur keagamaan yang lebih


(39)

bercirikan tradisional primitif dan masih dikaitkan erat dengan adat istiadat menjadi monarki absolut. Di tengah perubahan sosial, ekonomi dan pendidikan yang sangat pesat ini, Arab Saudi tetap mempertahankan otoritas keagamaan dan politik tradisionalnya. Pertalian keluarga tetap merupakan faktor utama dalam

pemerintahan Arab Saudi6. Kerajaan Arab Saudi masih menganut pola keterkaitan

antara Negara dan agama yang masih berkaitan7. Sehingga dalam kehidupan social

politiknya, nilai-nilai agama masih sangat kental diperlihatkan. Namun di dalam perkembangannya aktifitas politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri,raja telah membentuk sebuah dewan untuk membantu tugasnya. Pemerintahan dijalankan

oleh sebuah dewan keluarga yang bekerja dengan konsesus8. Jabatan di dalam dewan

yang dibentuk Raja hanya dapat dimiliki oleh anggota keluargakerajaan dan kepala suku yang nantinya akan menduduki jabatan kementerian danadministratif.

Unsur nepotisme memang sangatkental disetiap urusan pemerintahan Arab Saudi. Hampir sebagian besar yangmenduduki jabatan-jabatan penting di dalam pemerintahan adalah keluarga kerajaan atau golongan yang memiliki pengaruh, misalnya para pengusaha,bangsawan. Nilai-nilai demokratis sama sekali tidak ditunjukan didalamnya. Namun satu hal yang sama pentingnya yaitu komitmen terhadap Islam.Masyarakat Saudi hampir tidak terpengaruh oleh nasionalisme dan sekulerisme, dan penguasa Saudi mengembangkan keabsahan domestik mereka

6

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jkarta: Raja Grafindo Persada, 1999., hal 187 7

Sidik Jatmika, Op,Cit., hal 158 8


(40)

dengan banyakmemberikan perhatian kepada urusan agama dan memberlakukan

moral Islam9.

Di tengah-tengah perubahan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan sosial yang sangat cepat mengharuskan pemerintah Arab Saudi untuk mampu mengatur dinamika masyarakatnya. Konvesi lokal tradisional yang semula menjadi acuan berjalannya roda pemerintahan, dinilai sudah tidak mampu lagi diterapkan di negara tersebut. Kepemilikan industri minyak dan bertambahnya wilayah-wilayah menjadikan faktor terjadinya perubahan secara signifikan. Jika kondisi seperti ini tidak segera ditangulangi, maka pemerintah akan mengalami kesulitan jika tidak dibantu badan-badan administrasi yang fleksibel. Oleh karenanya, Raja membentuk dewan menteri guna bertanggung jawab atas

anggaran dan urusan pemerintah lokal maupun regional.10Struktur pemerintahan

Arab Saudi diantarnya:

1. Raja (Kepala Pemerintahan)

Raja Arab Saudi saat ini adalah Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud. Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di Arab Saudi, tapi kekuasaannya dibatasi oleh hukum Islam. Sistem kerajaan Arab Saudi sifatya turun temurun, jika Raja meninggal maka digantikan oleh keturunannya. Arab Saudi Raja tidak membuat undang-undang, hanya mengeluarkan dekrit kerajaan yang sesuai

9

Ibid.

10


(41)

dengan syariah. Tugas yang paling sulit adalah mempertahankan konsensus di antara keluarga Kerajaan, para ulama dan suku-suku yang berpengaruh dalam masyarakat.

Berikut ini daftar raja yang memimpin Arab Saudi:11

1.1. Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud

Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud, lahir di Riyadh pada 1880 dan wafat pada 1953. Dia memerintah Kerajaan Arab Saudi pada 22 September 1932 hingga 9 November 1953. Raja yang juga dikenal sebagai Ibn Saud ini membangun kerajaannya berlandaskan Syariah Islam. Raja Ibn Saud berhasil mengubah Arab Saudi menjadi negara Islam modern serta kaya akan tradisi dan budaya. Abdul Aziz juga dikenang sebagai negarawan besar, yang pandai berpolitik, dan tahu bagaimana cara memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan rakyat.

1.2. Raja Saud bin Abdul Aziz

Raja kedua Arab Saudi ini lahir pada 1902 dan wafat pada 1969. Saud ditahbiskan sebagai Putra Mahkota pada 1933 dan memimpin kerajaan pada 1953 hingga 1964. Selama memerintah, Raja Saud mendirikan berbagai kementerianseperti

Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan.

11

Raja Arab dari Masa ke Masa”, dalam http://news.okezone.com/internasional/2015/01/27/rajaarab-saudi-dari-masa-ke-masa.htm, diakses 24 November 2016


(42)

Anak tertua dari Ibn Saud ini dikenal sebagai raja yang sukamenghambur-hamburkan

uang. Saud juga memberikan anak-anaknya jabatan

tinggi dalam pemerintahannya. Kebiasaan ini membuat sang raja digulingkan oleh keluarganya sendiri. Sang adik, Faisal bin Abdul Aziz, pun naik takhta menggantikan Saud.

1.3. Raja Faisal bin Abdul Aziz

Raja Faisal lahir di Riyadh pada 1906 dan wafat pada 1975. masa pemerintahannya dimulai pada 1964 dan berakhir ketika dia wafat. Sebelum menggantikan Saud, Faisal diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh ayahnya, Abdul Aziz. Pemimpin inovator ini dikenal sebagai raja yang saleh dan amat memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Faisal menjunjung tinggi program penghapusan perbudakan. Bahkan, dia membeli seluruh budak di Arab dengan uang pribadinya hingga tak ada satu pun budak di negara itu. Kemudian dia membebaskan budak yang dibelinya tersebut dan memberlakuan larangan perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya.

1.4. Raja Khalid bin Abdul Aziz

Raja yang memerintah pada 1975 hingga 1982 ini naik takhta ketika Raja Faisal wafat. Khalid sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Hijaz pada 1932 dan ditunjuk menjadi Menteri Dalam Negeri pada 1934. Raja Khalid banyak membuat kebijakan dalam pemerintahannya baik itu kebijakan dalam ataupun luar negeri.


(43)

11Pada 1982, Khalid berhasil memperbaharui persenjataan kerajaan dengan mendatangkan 16 pesawat tempur dari Amerika. Khalid wafat pada 1982 karenaserangan jantung.

1.5. Raja Fahd bin Abdul Aziz

Raja Kelima Arab Saudi ini dilantik menjadi Menteri Pendidikan pada 1953. Kemudian pada 1962, dia menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri. Fahd naik takhta setelah Raja Khalid wafat pada Juni 1982. Fahd berkontribusi besar dalam bidang diplomasi internasional Kerajaan Arab Saudi. Kerja kerasnya mampu membuat perekonomian Arab Saudi berkembang pesat. Pria yang lahir di Riyadh pada 1921 ini wafat pada 1995 karena terserang stroke.

1.6. Raja Abdullah bin Abdul Aziz

Penjaga Dua Masjid Suci ini lahir di Riyadh pada 1924. Abdullah naik menjadi Raja pada 2005 setelah sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri. Pemimpin yang dikenal murah hati tersebut sudah memiliki banyak pengalaman dan memberikan pengaruh besar pada kerajaan ketika masih menjadi Putera Mahkota di masa Raja Fahd. Sejak 1995, Abdullah sudah mewakili peran Raja Fahd yang terserang stroke. Abdullah dikenal sangat kuat memegang ajaran agama dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap rakyat dan Tanah Air. Pada masa pemerintahannya Raja Abdullah banyak membuat kebijakan yang


(44)

menjadikan Arab Saudi disegani di kancah Internasional hingga saat ini.Raja Abdullah wafat pada Jumat 23 Januari 2015 karena penyakit yang dideritanya.

1.7. Raja Salman bin Abdul Aziz

Raja yang lahir pada 1935 ini sebelumnya berhasil mengubah wajah Riyadh. Kota yang awalnya hanya memiliki 200 ribu penduduk kini menjelma menjadi kota kosmopolitan dengan lebih dari 7 juta penduduk dan menjadi rumah bagi puluhan perguruan tinggi berkualitas tinggi.

Raja ketujuh Arab saudi ini dikenal sebagai sosok yang memiki semangat besar khususnya dalam reformasi danperubahan sosial untuk negaranya. Salman pertama kali diangkat menjadigubernur ketika usianya baru 19 tahun. Raja Salman sebelumnya juga pernahmenjabat sebagai menteri pertahanan dan banyak bertkontribusi untuk negaranyadi masa Raja Abdullah.

Seiring dengan terjadinya sejumlah perubahan sebagai akibat dari

meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan sosial yang sangat cepat.

Mengharuskanpemerintah Arab Saudi untuk mampu mengatur dinamika masyarakatnya. Konvensi lokal tradisional yang semula menjadi acuan berjalannya roda pemerintahan, dinilaisudah tidak mampu lagi diterapkan di negara tersebut. Kepemilikan industri minyakdan bertambahnya wilayah-wilayah menjadikan faktor terjadinya perubahan secarasignifikan. Jika kondisi seperti ini tidak segera ditanggulangi, maka pemerintah akanmengalami kesulitan jika tidak dibantu


(45)

badan-badan administrasi yang fleksibel. Oleh karenanya, Raja membentuk dewan menteri guna bertanggung jawab atas anggaran dan urusan pemerintah lokal maupun

regional.12

2. Dewan Menteri

Hampir semua keputusan kebijakan utama memerlukan masukan darikedua

pangeran dan para ulama senior Arab Saudi. Ulama senior dan pemimpin bisnis

memiliki pengaruh yang cukup besar, baik sebagai penasihat utama Rajadan sebagai

pengambil keputusan operasional. Pengambilan keputusan bukan hanya masalah

politik semata, melainkan dalam hal tradisi dan agama, hal ini merupakan salah satu

sumber kekuatan politik yang kuat di Arab Saudi dan di dalam keluarga kerajaan.

Kabinet Arab Saudi ini merupakan sesuatu yang cukup praktis dan mencerminkan

komposisi distribusi kekuasaan dalam jajaran keluarga kerajaan Arab Saudi yang

senior dan para ulama. Kabinet adalah sebuah lembaga yang besar yang dipimpin

oleh Raja, dengan lebih dari dua puluh anggota, termasuk enam menteri negara.

Kabinet juga mencakup dan didukung olehberbagai ulama.

3. Departemen dan Key Personnel

Diantara dua puluh dua departemen yang terpisah, departemen-departemen penting dan strategis dikendalikan oleh anggota-anggota senior keluarga Kerajaan. Departemen tersebut seperti Wakil Perdana Menteri, Kepala Garda Nasional, Wakil

12


(46)

II Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Penerbangan,Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan. Penunjukan ini memberikan anggota senior dari keluarga kerajaankendali atas pemerintah, pertahanan, keamanan internal, anggaran dan pendapatan minyak, dan melindungi area penting lainnya. Untuk memerangi pengembangan resistensi kelembagaan di beberapa departemen, pada tahun 1992 Raja mengeluarkan Keputusan yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat menempati pos menteri atau kabinet selama lebih dari lima tahun tanpa surat keputusan khusus dari Raja.

4. Majlis Al-Shura (Majelis Permusyawaratan)

Majlis Al-Shura pada awalnya terdiri dari 61 anggota, termasuk pembicara dari dewan konsultatif. Semua anggota yang ditunjuk oleh Kerajaan untuk masa jabatan empat tahun. Secara teori tugasnya adalah untuk memeriksa rencana pembangunan ekonomi dan sosial, menanyakan anggota kabinet dan memeriksa rencana tahunan yang diajukan oleh masing-masing kementerian, dan mengusulkan atau mengamandemen undang-undang baru. Namun, pada awalnya peran utamanya adalah sebagai penasihat.

Pada tahun 1997 delapan komite ad hoc didirikan sebagai hasil dari kegiatan peningkatan dewan (saat ini ada dua belas dari mereka). Komite beroperasi di sepanjang jalur demokratis dengan masing-masing anggota memiliki satu suara, seperti yang dilakukan oleh dewan secara keseluruhan. Empat tahun kemudian, pada


(47)

tahun 2001, jumlah anggota telah meningkat menjadi 150 dan peran komite diperluas, yang meliputi masalah-masalah seperti keuangan, rencana lima tahunan, Islam dan urusan sosial, dan pendidikan. Para anggota dewan sekarang dinominasikan oleh gubernur provinsi, masing-masing nominasi diperiksa oleh lembaga pengadilan kerajaan. Sejak 2002, Majelis juga memiliki hak untuk meminta setiap anggota Kabinet atau Dewan Menteri hadir dan menjawab pertanyaan. Meskipun tidak memainkan peran secaralangsung dalam permasalahan keamanan dan kebijakan pertahanan dan meninjau rancangan anggaran, tetapi mereka meninjau Rencana Pembangunan

C. Politik Luar Negeri Arab Saudi

Arab Saudi adalah sebuah negara Islam, dengan demikian tentu adaketerkaitan yang erat dengan Islam, baik dalam ideologi, agama dankebudayaan. Kendati demikian, alasan pedoman agama dan bentuk pemerintahan monarki absolut tidak membuat Arab Saudi menutup mata terhadap hubungan internasional. Arab Saudi aktif menjalin hubungan bilateral dengan beberapa organisasi internasional seperti PBB, GCC, OKI, serta organisai internasional lainnya. Politik luar negeri Arab Saudi dibedakan atas tiga fase yang sesuaidengan perkembangannya serta kekuasaan yang dimilikinya. Politik luar negerisuatu negara tidak dapat dilepaskan

dari situasi politik dalam negerinya. Ideologi Arab Saudi yang anti radikalisme dan


(48)

tiga fase. Ketiga fase tersebut mempunyai hubungan dan merupakan elemen-elemen

dari kebijaksanaan cita-citaIslam Arab Saudi dan Fase-fase tersebut adalah:

1. Dynastic Alliance (1932-1956)

2. Arab Cold War (1956-1967)

3. Aid and Oil Politics (1967- sekarang)13

Pada fase pertama tahun 1932 dimana pada waktu itu gerakan wahhabisme sedang tumbuh di wilayah tersebut. Dengan melihat kekurangan sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya, dan minimnya kemampuan militernya, menjadikan Raja Abdul Aziz berfikir lebih keras agar negaranya mampu bertahan dengansegala

kekurangannya. Melihat kondisi yang demikian, Raja Abdul Aziz

melakukan diplomasi atau politik pragmatis demi mewujudkan keamanan bagi

negaranya.14

Selama kebijakan ini, Arab Saudi menunjukkan adanya kesadaran Islamiyah, terbukti dengan adanya pemberian bantuan militer kepada bangsa Palestina secara diam-diam untuk melaksanakan pemberontakan yang bertujuan mengurangi pengaruh Inggris di Palestina pada tahun 1936-1939 bersama-sama dengan Mesir melawan ambisi dinasti Hashimite karena dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan Inggris. Arab Saudi ingin menunjukkan sikap

13

Mohammed Ayoob, The Political of Islamic Reassertion, New Delhi:Vikas Publishing Home PFT LTI. hal 11

14


(49)

solidaritasnya yang tinggi dengan negara-negara Arab guna memperlihatkan perlawanannya terhadap pembagian wilayah di Palestina.

Berbeda dengan fase pertama, pada fase kedua ini Arab Saudi lebih berhati-hati dalam mengambil sikap berkaitan hubungannya dengan Mesir. Pemerintah Saudi menganggap bahwa Mesir adalah pioner dari ideologi radikal yang berujung pada demokratisasi. Negara ini benar-benar menghindari ideologi yang radikal, yang mana menurut pandangan Arab Saudi bahwa ideologi islam radikal itu akan berujung pada gerakan-gerakan revolusi.

Dalam perang dingin Arab, pemerintah Arab Saudi mencoba mengimbangi

pan Arabisme dan solidaritas Islam.15Arab Saudi berupaya untuk menjalin hubungan

persahabatan dengan negara-negara Islam non-Arab, seperti Irak. Dimana padatahun 1965 timbul reaksi dari Kairo yang menuduh bahwa Arab Saudi dan Irak berkeinginan untuk membentuk pakta Islam sebagai alat untuk menghancurkan

persatuan Arab.16

Di bawah Raja Faisal, politik luar negeri Arab Saudi terhadap Negara-negara Arab dapat dikategorikan sebagai politik yang konservatif. Arab Sauditidak menginginkan adanya perubahan status quo serta adanya perubahan-perubahan teritorial negara-negara Arab akibat adanya usaha federasi atauintegrasi seperti apa yang telah dilakukan oleh negara-negara Arab pada waktuitu. Selain itu Arab Saudi

15

Ibid

16


(50)

selalu berupaya untuk menangkal ideologi yang revolusioner sebagaimana yang disebarkan oleh negara-negara pan Arab yang berpusat di Kairo. Untuk mengimbangi arus revolusioner negara-negara republik Arab, Arab Saudi berusaha menjalin persahabatan dengan negara monarki Arab lainnya seperti Yordania, Kuwait, Maroko, Yaman royalis dan Libya sebelum

revolusi Qaddafi 1969.17

Adanya perang saudara di Yaman kian memperuncing pertentangan kubu konservatif dan kubu revolusioner. Dalam hal ini Mesir membantu kaum republik yang menginginkan terjadinya pergulingan terhadap sistem monarki, sedangkan Arab Saudi melakukan counter intervensi dengan membantu kaum royalissehingga mengakibatkan kegagalan intervensi Mesir di Yaman, tetapi pada hakikatnya perang merupakan arena konfrontasi antara kekuatan revolusioner dan kekuatan status quo di dunia Arab. Dan dengan adanya perang tersebut, Mesir dan Syria menjadi terkucil dari dunia Arab, sedangkan keretakan ideologi di duniaArab makin berkurang.

Pecahnya perang Arab-Israel merupakan perang kilat, yakni terjadi selama enam hari, yang terjadi pada tanggal 5 Juni 1967 dimana Mesir, Syria dan Yordania mengalami kekalahan. Tentunya hal ini mengakibatkan posisi negaraArab Saudi semakin kuat sehingga mampu mempengaruhi setiap momen penting yang terjadi di dunia Arab. Seusai perang Arab-Israel, sengketa Yaman dapat diselesaikandengan adanya konferensi Khortum dimana Arab Saudi menawarkan bantuan kepada Mesir

17


(51)

untuk menarik pasukannya dari Yaman dan Arab Saudi menyetujui berdirinya suatu republik di Yaman. Dengan demikian Arab Saudi menganggap Mesir bukan lagi sebagai sebuah ancaman bagi kepentinggannya di kawasan Teluk. Selanjutnya Arab Saudi kemudian menghimbau Mesir dan negara-negara yang berada di garis depan untuk lebih memfokuskan perhatian kepada Israel, Palestina maupun Yerussalem yangdianggap sebagai lawan yang radikal di kawasan Teluk.

Pada fase ketiga yang dimulai sejak tahun 1967, Arab Saudi muncul sebagai sebuah negara yang dominan dan berusaha merubah perimbangan kekuasaan di Timur-Tengah sesudah adanya perang Arab-Israel 1967, serta berusaha meningkatkan

kekayaan minyaknya.18Untuk itu Arab Saudi menjadi dewan pimpinan OPEC

maupun OAPEC. Sampai saat ini peranan Arab Saudi masih berpengaruh, dan sangat vital dalam menentukan harga minyak dunia serta produk untuk mengambil garis kebijaksanaan yang moderat dalam menolak ekstrimisme dalam dunia perminyakannya.Arab Saudi merumuskan kebijakannya untuk memelihara stabilitas dan kesejahteraanekonomi internasional serta tidak merusak perdamaian hidup manusia.

Pada fase ketiga ini, sejak tahun 1967, di dalam politik luar negerinya, Arab

Saudi mempunyai tiga sasaran utama, yaitu19:

18

Sidik Jatmika. (2001) op.cit. hal 160 19


(52)

1. Mendukung negara-negara Arab termasuk Palestina melawan Israel. Dukungan ini juga ditujukan agar tercapainya perdamaian Arab-Israel. Arab Saudi tahu bahwa Israel mempunyai kemampuan untuk menghancurkan ladang minyaknya.

2. Tercapainya stabilitas dan keamanan, serta berjuang untuk

membendung pengaruh radikalisme, terutama komunisme yang dianggap bahaya utama untuk agama islam dan kebudayaan Arab salah.

3. Memajukan Islam dengan memperjuangkan suatu kebangkitan Islam di

lingkungan global. Adapun beberapa program tersebut adalah dengan

memajukan perkembangan sosial dan ekonomi dalam dunia

Islamtermasuk menyebarkan nilai-nilai dan norma-norma islam. Diantaranya adalah pembentukan bank Islam yang di nilai mampu memberikan manfaat dan bantuan kepada negara-negara Islam. Kemampuan ekonomi, militer dan sosial yang dimiliki oleh Arab Saudi menjadikan negara ini memiliki peran yang cukup penting dalam hal donasi atau bantuannya kepada negara-negara Islam. Bantuan yang diberikan oleh Arab Saudi terhadap negara-negara Islam diperkirakan hampir mencapai 96% pada tahun 1976, dan ¾ diantaranya diberikan kepada negara-negara Arab.

Pada tahun 1970an politik luar negeri Arab Saudi bisa dikatakan lebih aktif daripada tahun-tahun sebelumnya. Ideologi Islam tidak hanya berfungsi sebagai alat


(53)

politik luar negerinya, tetapi secara terus-menerus makin memperkuat otoritas Arab Saudi sebagai penegak nilai-nilai Islam.

Pecahnya perang Arab-Israel tahun 1973 menyebabkan Arab Saudi melakukan embargo minyak ke negara-negara terkemuka yang mempunyai pengaruh besar dalam percaturan politik dunia. Pengaruh Arab Saudi yang semakin meningkat secara efektif menunjang bagi kepemimpinannya di dunia Arab. Berkat kekayaan yang digunakan untuk menunjang politik luar negerinya, maka pada tahun 1970an sampai dengan sekarang, Arab Saudi mempunyai peran penting dalam politik regional dan internasional, sesuai dengan arah politik luar negerinya yang liberal dan pro-barat.

Hubungan Arab Saudi dengan negara-negara barat lainnya yakni Inggris, Prancis dan Jerman semakin meningkat, bahkan ketiga negara tersebut merupakannegara pengekspor senjata bagi Arab Saudi, dimana kontrak pembelian

senjata Arab Saudi dengan negara-negara itu hampir mencapai 11 milyar dollar.20

Sebagai negara berorientasi non blok, Arab Saudi juga mempunyai hubungan dengan negara-negara yang sehaluan, khususnya dengan negara-negara di benua Asia dan Afrika terutama dengan Islam. Hal ini dikarenakan Arab Saudi ingin menggalang solidaritas Islam internasional. Arab Saudi yang bergabung dalam OKI juga berusaha meningkatkan kerjasama dengan negara-negara anggota OKI lainnya. Kemudian,

20


(54)

hubungan Arab Saudi dengan negara-negara Teluk yang tergabung dalam The Gulf Coorperation Council (GCC) juga ditingkatkan. Terbukti dengan meningkatnya konsepsi pertahanan kawasan oleh negara-negara itu sendiri, sedang pihak luar hanya boleh membantu dengan memberikan senjata-senjata yang diperlukan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan campur tangan pihak asing yang dinilai dapat memperkeruh konflik di kawasan Timur Tengah.

Jika berbicara mengenai politik luar negeri Arab Saudi, tentunya tidak bias lepas dari hubungannya dengan Amerika Serikat, sikap pro-barat dan anti komunis yang dianut Arab Saudi mendorong terjalinnya hubungan dengan barat terutama dengan Amerika Serikat sangat erat bahkan sudah sampai tingkat sekutu. Secara politis,hal demikian bisa dimengerti karena adanya alasan kepentingan pembangunan,pertahanan dan keamanan Arab Saudi yang sangat mengandalkan

dunia barat.21Hubungan keduanya dinilai mempunya persamaan kepentingan, antara

lain:

1. Arab Saudi dan Amerika Serikat sama-sama anti komunis dan antigerakan

radikal revolusioner,

2. Arab Saudi dan Amerika Serikat menginginkan stabilitas di

kawasanTeluk,

21


(55)

3. Arab Saudi beserta Amerika Serikat mempunyai kepentingan terhadap kelangsunganmengalirnya minyak ke negara-negara industri agar

tetapmenguntungkan bagi pihak penjual maupun pembeli minyak.22

Hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat merupakan hubungan yang special dan komplementer dengan kehadiran ARAMCO sejak tahun 1933 yang merupakan penghubung paling kuat di antara kedua negara tersebut. Arab Saudi adalah salah satu kawan dagang Amerika Serikat yang terpenting, yang maksudnya Amerika Serikat membeli minyak Arab Saudi dengan imbalannya, maka Arab Saudi mengeluarkan 25% dari anggaran belanjanya untuk mengimpor senjata dari Amerika Serikat, dan dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat mensuplai sekitar 90% keperluan militer bagi Arab Saudi.Amerika Serikat di sini bertindak sebagai pelindung intergritas wilayah dan keamanan nasional Arab Saudi. Pada saat Mesir melakukan pemboman atas wilayahArab Saudi semasa perang saudara di Yaman pada awal tahun 1960-an pesawatpesawat Amerika terbang di atas wilayah sama sebagai ancaman terhadap Mesir untuktidak meneruskan petualangan militernya di wilyah Arab Saudi.

Pada saat Arab Saudi mengalami ketakutan terhadap ancaman ekspor revolusi

Republik Islam Iran, Amerika memberikan komitmen pembelaannya

terhadapeksistensi Arab Saudi. Ketergantungan Arab Saudi terhadap perlindungan militerAmerika Serikat kian menguat tahun 1979 dalam kasus sebagi berikut :

22


(56)

1. Tahun 1979, Khomeini mengambil alih Iran dan menetapkan ekspor revolusi,

2. November 1979, terjadi pendudukan Mekkah oleh para pemberontak

antipenguasa Arab Saudi,

3. Desember 1979, Uni Soviet invasi ke Afghanistan yang memperkuat

kekhawatiran akan kian meluasnya pengaruh komunisme Uni Soviet di Timur Tengah.

Bagi Amerika Serikat, Arab Saudi adalah salah satu Negara koalisinya yang bisa membantunya dalam mencapai kepentingan Amerika di kawasan Teluk.

Kebijakan tersebut tetap berlanjut pada masa-masa berikutnya.23

23


(57)

BAB III

DINAMIKA KONFLIK YAMAN-HOUTHI DAN MUNCULNYA GERAKANHOUTHI SERTA KETERLIBATAN ARAB SAUDI

Republik Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Yaman berbatasan dengan Laut Arab di sebelah selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat, Oman di sebelah timur dan Arab Saudi di sebelah utara. Orang-orang keturunan Arab di Indonesia sebagian besarnya berasal dari negara ini. Penduduk Yaman diperkirakan berjumlah sekitar 23 juta jiwa. Luas negara ini sekitar 530.000 km2 dan wilayahnya meliputi lebih dari 200 pulau. Pulau terbesarnya, Sokotra, terletak sekitar 415 kilometer dari selatan Yaman, di lepas

pantai Somalia. Yaman adalah satu-satunya negara republik di Jazirah Arab.1

Sebelum bergabung menjadi satu-kesatuan Yaman terbagi menjadi dua bagian yaitu Yaman Selatan dengan nama Republik Demokratik Rakyat Yaman an Yaman Utara dengan nama Republik Arab Yaman, namun sejak bergabungnya Yaman Utara

dengan Yaman Selatan Ibu kota Yaman berada di kawasan selatan aitu kota Sana’a.

Republik Yaman yang mayoritas penduduknya beragama Muslim atau Islam, saat ini sedang mengalami konflik sekte (ideologi) antara pemerintah Yaman dengan Pemberontak yang menamakan dirinya Al-Houthi, sebenarnya hampir semua

1


(58)

masyarakat Yaman beragama Muslim,yang terdiri dari Mahzab Sunni dan Syi’ah, yang mewakili sekitar 30% dan 70%

dari total penduduk masing-masing. Sekte Sunni berada di bagian selatan Yaman dan sekte Syi'ah berada di bagian utara Yaman yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi. Sejakpecahnya konflik pada tahun 2004, Yaman mengalami masa-masa sulit karena harus berperang melawan rakyatnya sendiri, sehingga Yaman terancam dengan stabilitas pemerintah yang dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh.

Konflik Yaman berkepanjangan disebabkan lemahnya pemerintah pusat Yaman, yanghanya sedikit menguasai ibukota San’a, menghadapi peperangan di front ganda yaitupemberontak Houthi Utara terdiri atas sekitar sepertiga dari penduduk Yaman lebih kurang23 juta orang dan suatu gerakan separatis di Selatan. Berbagai pihak juga mengkhawatirkan situasi keamanan yang tidak stabil dan tidak kondusif di Yaman, akan dimanfaatkan oleh kelompok militant al-Qaida. Memang konflik Yaman dibayang-bayangi meluasnya area perseteruan abadi Saudi Arabia-Iran dan Sunni-Syiah. Meski tak ada bukti-bukti kuat,asumsi umum agaknya sepakat Saudi

berpihak kepada pemerintahan Yaman sementara Iran mendukung Houthi.2

Intervensi Iran dalam konflik internal yang terjadi di Yaman, akan memperpanjang masa perang di kawasan ini dan juga meningkatkan jumlah kerugian

antara kedua belah pihak yaitu antara Yaman dengan pemberontak Syi’ah Houthi,

2


(59)

dan yang menjadi korban adalah kebanyakan dari warga sipil. Pemberontakan terjadi di Yaman Utara yang dipimpin oleh Badruddin Hussein al-Houthi. Sejatinya ini adalah perang idiologi dan merupakan perang identitas, Yaman Utara ingin mendirikan sebuah Pemerintahan yang berlandaskan Imamah, dengan podasi Syi'ah Zaidiyah dan ingin mengulang kejayan kerajaan Zaidi pada tahun 1960-an, sementara Pemerintah Yaman berusaha untuk memerangi para pemberontak yang ingin mendirikan pemerintahan di Yaman Utara.

Bagi pihak Houthi, Pemerintah Yaman dianggap telah melakukan diskriminasi terhadap masyrakat didaerah Yaman Utara yang mayoritas berfaham Syi’ah. Mereka juga merasa tidak adanya pembanguan ekonomi di wilayahnya. Hothi juga menuduh pemerintah Yaman yang dipimpin oleh Presiden Ali Abdullah Saleh sebagai pemerintahan yang korup dan lebih dekat kepada Arab Saudi, Dalam doktrin golongan Houthi juga menyebutkan bahwa pemberontakan adalah tugas mereka. Dan sudah merupakan watak orang-orang Syiah yang selalu menolak dibawah pimpinan orang Sunni begitu juga pemberontak Houthi yang menganut paham Syiah Ziaidiyah. Sebaliknya pemerintahan Yaman menuduh para pemberontak ingin memisahkan diri dari pemerintahan Yaman. Seorang pemimpin spiritual Yaman menuduh Pemberontakan tersebut didukung oleh Iran yang bertujuan menyebarkan ideologi Syiah di Jazirah Arab.


(60)

Gerakan ini dibentuk awalnya oleh Husein al-Hauthi dan kini dipimpin olehh Abdul Malik al-Hauthi, saudaranya. Mereka adalah anak Badruddin Al-Hauthi, termasuk ulama terkenal Zaidiah. Husein al Houthi lahir tahun 1956 M di kota Dhuyan dan tumbuh di Saadah. Ia berasal dari keluarga ulama modern Zaidiah dan masih hidup hingga kini. Badruddin Al-Hauthi mendukung kebangkitan anak-anaknya dan setelah syahadahnya anak-anaknya Husein Al-Hauthi, ia sendiri menjadi komandan perang kelompok ini. Ia memiliki sejumlah karya seperti Asanid

Al-Zaidiah, Al-Ijaz Fi Al-Rad ‘Ala Fatawa Al-Hijaz, Tafsir Al-Quran, Al-Tahdzir Min

Al-Firqah dan lain-lain. Badruddin Al-Hauthi di tahun-tahun perang saudara Yaman,

selama beberapa tahun mencari perlindungan di Iran dan sempat tinggal di Qom. 3

Bila dilihat dari akidah gerakan ini dan para pemimpinnya, mereka lebih dikenaldengan Zaidiah Jarudiah yang lebih dekat dengan Syiah 12 Imam. Menurut para pengikut mazhab Jarudiah, masalah nash dan pemilihan Imam Ali sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang disepakati. Oleh karena itu, mereka begitu memperhatikan masalah pengingkaran khalifah pertama hingga ketiga. Mereka percaya akan keimamahan Ahlul Bait, namun ada penafsiran baru terkait masalah ini. Keimamahan Ahlul Bait menurut mereka terus berlanjut hingga para

Imam Zaidiah. Mereka juga menanti 23 kemunculan Imam Mahdi.4

3

lihat “Menguak Konflik Yaman dan Damapaknya bagi Dunia Islam” 4


(61)

Kisah Houthi bermula di provinsi Sa’ada (240 km selatan Sana’a), titik konsentrasi Syiah Zaidiyah di Yaman. Pada tahun 1986, dibentuklah Lembaga

Persatuan Pemuda (Ittihad Asy Syabab). Lembaga ini bertujuan untuk

mengajarkan paham Zaidi bagi para pemeluknya. Badruddin Al Hautsi salah satu ulama besar Zaidiyah saat itu- termasuk salah satu pengajar di lembaga ini. Pada tahun 1990, tercapai persatuan Yaman dan kesepakatan munculnya multi partai terbuka lebar. Untuk itu, Persatuan Pemuda menjelma menjadi Partai Kebenaran (Hizbul Haqq) yang mewakili kelompok Zaidiyah di Yaman, dan Husein

Badruddin Al Hautsi –anak Badruddin Al Hautsi- muncul sebagai salah satu

pemimpin yang menonjol dalam partai ini, dan masuk ke dalam Majlis Perwakilan

pada tahun 1993 dan 1997.5

Seiring dengan peistiwa ini, terjadilah perselisihan besar antara Badruddin Al Hautsi dengan ulama Zaidiyah lain di Yaman seputar fatwa sejarah yang disepakati ulama Zaidi Yaman, khususnya ulama yang jadi rujukan bagi kalangan Zaidiyah, Majduddin Al Mu’ayyidi, yang memutuskan syarat nasab Hasyim untuk menjadi pemimpin sudah tidak lagi diterima saat ini. Syarat ini hanya berlakupada situasi-situasi sejarah saat ini. Rakyat bisa memilih siapa yang layak untuk berkuasa tanpa syarat harus berasal dari keturunan Al Hasan atau Al husein. Badruddin Al Hautsi menentang keras fatwa ini, terlebih ia berasal dari kelompok Jarudiyah, salah satu kelompok Zaidiyah yang relatif memiliki kesamaan dengan

5

Raghib As Sirjani, Syahwat Politik Kaum Syiah, Multazam, Solo 2014. Diterjemahkan oleh Umar Mujtahid. Hal 113-114


(62)

Syiah Itsna Asy’ariyah dalam pemikiran-pemikirannya. Permasalahan kian berkembang yang tidak hanya sebatas persoalan Badruddin Al Hautsi semata,

karena secara terang-terangan mulai membela paham Itsna Asy’ariyah. Bahkan, ia

menulis sebuah buku berjudul Az Zaidiyah fil Yaman. Dalam buku ini, ia

memaparkan sisi kesamaan antara Zaidiyah dengan Itsna Asy’ariyah. Karena adanya protes hebat terhadap pemikirannya yang menyimpang tentang Zaidiyah, Al Hautsi terpaksa pindah ke Teheran dan menghabiskan waktu selama beberapa

tahun disana.6

Meskipun Badruddin Al Hautsi meninggalkan Yaman, hanya saja

pemikiran-pemikiran Itsna Asy’ariyahnya mulai menyebar, khususnya di kawasan

Sa’ada dan kawasan-kawasan sekitarnya. Ini berawal pada awal 90an, tepatnya pada tahun 1997. Pada saat yang sama Husein Badruddin Al Hautsi, mengundurkan diri dari Partai Kebenaran dan membentuk kelompok sendiri. Pada mulanya hanya berupa kelompok ilmu pengetahuan agama dan pemikiran, bahkan kelompok ini menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk melawan kekuatan Islam Sunni yang diwakili oleh Partai Persatuan dan Reformasi Yaman. Namun tidak lama kelompok ini berbalik menentang pemerintah dimulai dari tahun 2002. Disela itu,sejumlah ulama Yaman melobi presiden Ali Abdullah Saleh untuk memulangkan Badruddin Al Hautsi ke Yaman. Presiden menyetujui permintaan ini. Akhirnya, Badruddin Al Hautsi kembali ke Yaman untuk kembali

6


(1)

LAMPIRAN

Surat Presiden Yaman Abd Rabbo Manshor Hadi

Kepada saudaraku yang mulia khadimul haramain asy-syarifain Raja

Salman bin Abdul Aziz Alu Su’uud raja Saudi Arabia Kepada saudaraku yang

mulia Syekh Khalifah bin Zayid Alu Nahyan, Kepala Negara UEA Kepada saudaraku yang mulia Raja Hamd bin Isa Alu Khalifah, Raja Bahrain Kepada saudaraku yang mulia Sulthan Qabus bin Said, Sultan Oman Kepada saudaraku yang mulia Syekh Shabah al-Ahmad al-Jabir as-Shabah, Amir Negara Kuwait Kepada saudaraku yang mulia Syekh Tamim bin Hamd Alu Tsani, Amir Negara Qatar

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa baraakaatuh.Saya menulis surat ini kepada Anda, wahai Saudara-saudaraku yang mulia dalam keadaan hati yang pilu dan kesedihan yang mendalam atas situasi keamanan yang terjadi di Republik Yaman. Banyak terjadi kerusakan dan banyak bahaya yang mengancam akibat serangan yang terus-menerus yang dilakukan oleh para pemberontak Houtsi yang menjadikan Yaman menjadi terpecah, dan merusak keamanan dan stabilitas Yaman.

Kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan serangan dan kejahatan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Houtsi terhadap rakyat kami. Mereka telah membuat luka yang mendalam terhadap setiap rakyat Yaman. Kami berusaha dengan segenap kekuatan kita untuk mencapai solusi damai dan keluar dari situasi kelam yang dibuat oleh kelompok pemberontak Houtsi Yaman. Kami berusaha menjaga rakyat kami dari tungku kekacauan dan kehancuran serta


(2)

mencegah terseretnya negara ke dalam peperangan yang akan membakar segala sesuatu, akan tetapi kelompok pemberontak Houtsi terus memicu terjadinya peperangan.

Bemua usaha damai kami yang kami lakukan terus menerus ditolak oleh pihak pemberontak Houtsi yang terus melancarkan serangannya untuk menguasai beberapa daerah di Yaman, khususnya yang berada di wilayah Selatan Yaman. Hal inilah yang menyebabkan Yaman mengalami situasi yang kelam dalam sejarah Yaman yang selama ini belum pernah terjadi suatu peristiwa penyerangan keji yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan juga tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan internasional.

Semua perilaku tersebut telah dilakukan oleh para pemberontak Houtsi yang didukung oleh kekuatan lokal dan regional yang bertujuan untuk hegemoni di negara ini dan membuatnya menjadi dasar untuk memberikan pengaruh di wilayah ini. Situasi seperti ini akan menjadi ancaman bagi Yaman dan wilayah-wilayah yang berada di sekitarnya.

Dalam menghadapi perkembangan yang serius, untuk menjaga keamanan dan stabilitas wilayah Yaman dan sekitarnya, untuk menjaga rakyat Yaman yang sudah membayar mahal dalam menghadapi pemberontak Houtsi, saya yang memiliki tanggungjawab secara konstitusi yang memiliki kewajiban untuk menjaga warga Yaman: menjaga persatuannya, kemerdekaan dan integritas Yaman, dengan mempertimbangkan apa yang sudah dilakukan oleh pemberontak Houtsi. Yang terakhir kali mereka melakukan konvoi militer untuk bersiap-siap menyerang Aden, menguasai wilayah tersebut dan sekitarnya, dan mereka sudah mengumumkan akan


(3)

melakukan pergerakan militer ke wilayah selatan. Hal ini dikonfirmasi oleh laporan terbaru dari utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada Dewan Keamanan. Di antara laporan tersebut adalah para kelompok Houtsi telah membentuk tim yang telah melakukan mobilisasi terhadap unit-unit militer yang sudah mereka kuasai di wilayah utara dalam rangka persiapan melakukan serangan di wilayah selatan.

Laporan lainnya menyebutkan bahwa mereka sudah menguasai beberapa lembaga Negara dan telah memperluas wilayah mereka walaupun sudah didesak berkali-kali -untuk tidak melakukan penyerangan- oleh Dewan Keamanan. Pesawat-pesawat yang sudah dikuasi mereka telah melakukan serangan terus-menerus terhadap wilayah Aden dan ini merupakan eskalasi serius yang belum pernah terjadi sebelumnya.Dan berdasarkan laporan utusan PBB tersebut, yang telah mengkonfirmasi bahwa Houthi mulai bergerak sekarang ke selatan, ke arah (Lahj) dan (Aden).

Kekuatan al-Qaidah juga menambah kekhawatiran di dalam situasi yang tidak stabil ini dan membuat konflik di Negara ini menjadi bertambah banyak. Berdasarkan hal di atas, saya mengharapkan kepada Anda semua wahai saudara-saudaraku, mengharapkan bantuan dari Negara-negara Anda semua untuk berada di pihak rakyat Yaman dalam rangka menjaga Negara Yaman. Saya meminta kepada Anda semua dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip mempertahankan diri yang tertuang dalam pasal 51 dari Piagam PBB, berdasarkan pada dasar Piagam Liga Arab dan Perjanjian pertahanan wilayah Arab secara bersama-sama, untuk segera memberikan bantuan dan dukungan dengan segala hal-hal yang diperlukan,


(4)

termasuk intervensi militer untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi yang terus menerus dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi dan mencegah terjadinya serangan yang mungkin saja terjadi di setiap waktunya di kota Aden dan wilayah-wilayah selatan. Dan kami meminta juga meminta bantuan dalam menghadapi al-Qaeda dan Islamic State (IS).

Orang-orang Yaman tidak akan melupakan peran saudara-saudaranya yang berada di sisinya ketika berada dalam keadaan yang sulit dan ancaman yang terus mengintai.

Dan yang terakhir, saya ingin meyakinkan bahwa kepercayaan rakyat Yaman kepada Allah tidak akan pernah terguncang. mereka akan terus berpegang pada pedoman-pedoman Negara yang mengharuskan mereka mengorbankan sesuatu yang mahal dalam rangka menjaga kedaulatan Yaman dan menjaga harkat dan martabat bangsa.

Abd. Rabbih Mansour Hadi 25 Maret 2015


(5)

Kumpulan Foto – foto Konflik

Pasukan Pemerintahan Pro Presiden Yaman berkoalisi dengan Militer Arab Saudi. (Foto: TRTWorld)

Foto militer Houthi saat longmarch mengiring jenazah pemimpin pemberontak yang terbunuh oleh serangan Arab Saudi (Foto: Al Arabiya)


(6)

Pemberontak Al-Houthi merayakan kemenangan pertempuran melawan militer Arab Saudi di pinggiran padang dekat Ibukota Sana’a (Foto: Al-Masdar News)