Difusi Teknologi dalam militer saat ini

Difusi dalam teknologi militer
Disusun oleh
Gita Karisma
Hijrah Saputra Har

Revolusi Teknologi Persenjataan
Kelas Keamanan Internasional
Magister Ilmu Hubungan Internasional
Fisip Universitas Indonesia
2012
In the 21st century technology is advancing very rapidly, converting
yesterday’s fiction into today’s reality, Amitav Mallik

Ringkasan Eksekutif
Negara yang memiliki teknologi tinggi dalam konvensional militer diyakini
dapat memenangkan setiap pertempuran dari peperangan yang terjadi,
keberhasilan kapabilitas teknologi dan ditunjang dengan kemampuan
pengaturan strategi yang tepat menjadi kunci dalam memenangkan perang.
Secara sederhana kasus penaklukan Irak oleh Amerika Serikat pada MaretMei 2003 menunjukkan bahwa bagi negara Adikuasa seperti Amerika Serikat
mampu


dan

secara

meyakinkan

dapat

melumpuhkan

kekuatan

pemerintahan Iraq dalam tempo yang cepat berdasarkan keunggulan
teknologi militer. Hal ini secara sederhana menunjukkan bahwa dengan
keberhasilan teknologi tinggi dalam persenjataan dan teknik strategi yang
tepat, negara besar telah mengasah keunggulan teknologinya sejak akhir
perang dingin.1
Perang Irak menunjukkan bahwa satelit pengintai dengan resolusi pencitraan
tinggi dan penggunaan sistem Global Positioning System (GPS) dapat dibuat
secara sederhana, handal dan aman untuk digunakan untuk melakukan

command, control, communications dan intellegence (C3I) menjadi lebih
efektif dan terintegrasi dan menjadikan perang Iraq sebagai “digital
1 Amitav Mallik, Technology and Security in the 21st Century, A Demand-side
Perspective. SIPRI Research Report No. 20, Stockholm International Peace Research Institute,
http://www.sipri.org Pp.3

1

battlefield” yang juga turut dibantu dengan penggunaan yang efektif dari
Unmanned air vehicles (UAV). Setelah pengawasan dilaksanakan kemudian
pesawat-pesawat tempur F-16 dioperasikan secara bebas di wilayah musuh
guna menonaktifkan dan menghancurkan kemampuan elektronik dan
pertahanan udara musuh. Kemudian dengan menggunakan helikopter AH-64
Apache dioperasikan sebagai dukungan udara yang efektif untuk pasukan
darat yang dilengkapi dengan berbagai alat bantu dengan teknologi modern.
Saat ini, adalah kombinasi dari teknologi dan strategi yang dimiliki oleh
Amerika Serikat yang jauh diatas negara lain bahkan jauh dari jangkauan
negara kedua terbaik.
Gambar 1. System of system with C3I


Sumber : http://www.theriac.org/DeskReference/viewDocument.php?id=199

Abad ke-20 telah menyaksikan pertumbuhan fenomenal dalam teknologi,
baik aplikasi untuk penggunaan militer maupun sipil. Selama perang dunia
ke-II, ahli strategi militer telah menyerukan teknologi tinggi untuk melakukan
2

tindakan strategis maupun pertahanan melawan musuh, selama itu pula kita
melihat adanya perlombaan terhadap keunggulan dalam teknologi tinggi
yang mendorong negara-negara besar untuk meningkatkan kemampuan dan
pengembangan terhadap WMD (weapon mass destructions) dan teknologi
space exploration. Sebuah laporan RAND tahun 2001 2 menyebutkan segala
perkembangan di ruang angkasa telah didominasi oleh adanya perspektif
keamanan. Baik teknologi miniturisasi dalam very large-scale integrations
(VLSI) atau high-sensitivity video camera technology,

hampir semua

perkembangan teknologi tinggi dalam beberapa dekade terakhir telah
didorong


oleh

kepentingan

keamanan

dalam

perang

dingin

untuk

mempertahankan keunggulan teknologi.
Sebuah organisasi seperti US Defence Advanced Research Projects Agency
(DARPA)

mengatakan


bahwa

telah

membuka

batas

baru

bagi

ilmu

pengetahuan dan teknologi yang tidak mungkin diwujudkan kini mampu
dikonversikan menjadi sebuah realitas.3 Berbekal kepercayaan perlengkapan
berteknologi tinggi, strategi militer telah memasuki Information awareness.
Namun masalah


terhadap ketergantungan informasi dan keamanan

informasi menghadapi tantangan baru dari teknologi yang digunakan.
Peningkatan

kapasitas

komputasi

dan

penyusutan

hardware

telah

menciptakan sebuah lingkungan baru dimana berkembang sebuah negara
bisa kehilangan comfort zone dalam arus teknologi.4
Karena disaat seluruh dunia berkat kekuatan ekonomi pasar modern dan

dampak revolusi teknologi telah mampu merasakan keunggulan teknologi
secara cepat, dampak paling nyata yang terjadi adalah ketakutan akan
kerawanan teknologi tersebut digunakan untuk ancaman terhadap pemilik
teknologi, daripada itu tantangan yang muncul adalah mekanisme kontrol
terhadap teknologi masa depan.

2 Amitav Mallik, Technology and Security in the 21st Century, A Demand-side
Perspective. Ibid, p.3
3 http://www.darpa.mil/NewsEvents/Releases/2012/04/20.aspx
4 Amitav Mallik, Op.Cit. p.4

3

Kemajuan

teknologi

diperdebatkan,

informasi


pertama

tidak

dimasa
semua

depan
orang

ada

dua

hal

menghendaki

yang


perubahan

terhadap kemampuan teknologi pada kehidupan sehari-hari, kedua, di lain
sisi beberapa orang mencoba mendorong teknologi untuk melakukan
perubahan radikal dalam berbagai sendi kehidupan. Umumnya negaranegara yang melakukan inovasi berada dikedua sisi untuk tetap melakukan
perubahan terhadap modernisasi dan tingkat teknologi yang dimiliki tetapi
mencoba

mengkontrol

dari

difusi

dan

penyebaran

inovasi


teknologi

tersebut.5
Tulisan mengenai “technology adoption cycle” yang ditulis Geoffrey Moore
dalam

tulisannya

diawal

1990

yang

berjudul

Crossiing

the


Chasm,

berdasarkan penelitian Everett Rogers dalam difusi teknologi, 6 Moore
membagi lima kategori dari adaptor teknologi.
Tabel 1. Kategori adaptor teknologi

Sumber : http://www.yourdonreport.com/index.php/2010/06/03/whither-it-part-12-resistanceto-change/

5 http://www.yourdonreport.com/index.php/2010/06/03/whither-it-part-12-resistance-tochange/
6 Ibid,

4

1. Negara Inovator, merupakan first tiers yaitu negara pioner yang ingin
mendapatkan keuntungan strategis dengan menjadi yang pertama
dilingkungan

mereka,

negara

maupun

industri

mereka

untuk

menggunakan teknologi baru.
2. Negara adopsi awal (early adopters) atau second tiers biasanya
mewakili sekitar 15% dari pasar secara keseluruhan, mereka selalu
melihat kesempatan untuk membuat kemajuan besar dalam beberapa
cara yang mereka buat, seperti keuntungan yang lebih tinggi, dll.
3. Negara mayoritas awal (early majority) atau third tiers adalah
pelanggan potensial yang lebih konservatif / pengguna di pasar yang
tertarik

dengan

perbaikan

dan

manfaat,

tetapi

yang

biasanya

menunggu sampai mereka melihat “studi kasus” orang lain (yaitu
early adopters) yang telah berhasil menggunakan teknologi.
4. Negara mayoritas akhir (late majority) adalah sangat konservatif, yang
biasanya didorong oleh keinginan untuk menghindari biaya dan / atau
perpindahan biaya. Mereka tidak terlalu tertarik (atau mau percaya)
pada kemampuan teknologi.
5. Lamban

atau

laggards

adalah

mereka

yang

akan

menunda,

menghindari, dan menunda mengunakan teknologi baru sampai
mereka tidak memiliki alternatif lain –misalnya teknologi yang ada
telah rusak dan tidak dapat diperbaiki atau diganti. Kelompok seperti
ini digambarkan sebagai dalam kelompok “Luddites”.
Amitav Mallik mendefinisikan Difusi teknologi sebagai :
“Technology diffusion may be defined as the natural spread of
technology through every type of technology interaction, whether
acquisition, development, transfer, co-production or even intellectual
exchange”.7

7 Amitav Mallik, Op.Cit. p. 103

5

Permasalahan pasca runtuhnya Perang Dingin dan bubarnya Uni soviet
adalah hilangnya control Uni Soviet terhadap para ilmuwan pemilik
pengetahuan teknologi persenjataan. Amerika Serikat, China dan Israel
dapat mengambil kesempatan baik ini untuk kepentingan negara mereka.
Selain itu Pengetahuan teknologi merupakan bagian yang paling besar
berkontribusi

terhadap

difusi

teknologi,

Sifatnya

yang

intangible

menyebabkan pengetahuan teknologi sulit untuk diawasi dan dikontrol. 8
China merupakan contoh nyata negara yang sejak 1990 secara baik dapat
mengalami pertumbuhan ekonomi, konsolidasi militer, dan pengembangan
teknologi dasar secara cepat.
Pengetahuan teknologi menciptakan berbagai teknologi baru yang kemudian
didukung

oleh

iklim

globalisasi

telah

menyebabkan

difusi

teknologi

berkembang cepat. Globalisasi telah mengaburkan batas negara yang
mendorong pengetahuan teknologi dapat menyebar cepat. Oleh karena itu
control ekspor akan brand teknologi dibutuhkan untuk menjadikan lisensi
dapat berjalan efektif.
Namun meskipun begitu, ada hambatan lain terhadap control ekspor yang
tidak dapat mencegah difusi teknologi yaitu saat munculnya kesadaran
sejumlah negara seperti China, India, dan Israel yang telah mengembangkan
pertumbuhan teknologi secara mandiri dan menjadi pemasok teknologi
diatas kemampuan negara mereka sendiri.9 Selain negara-negara tersebut
menjadi penting sebagai pemain teknologi ekonomi di masa depan, namun
mereka juga pasar potensial untuk penjualan teknologi tinggi. Yang menjadi
ancaman cukup serius ada kelompok negara seperti Korea Utara dan
Pakistan yang sebetulnya tidak cukup memilki kemampuan techno-economy
namun memiliki teknologi pertahanan sensitive yaitu nuklir, di masa akan
datang hal ini dapat menyulitkan upaya non proliferasi.
Dalam hal teknologi ini setidaknya terdapat tiga teknologi kunci yang
berkontribusi terhadap difusi teknologi, Mallik membagi kategorinya berupa
8 Amitav Mallik, Op.Cit. Ibid,.
9 Amitav Mallik, Op.Cit. p.104

6

yaitu

information

technology,

biotechnology

and

energy.10

IT

dapat

membantu pemantauan komprehensif dan teknik verifikasi untuk verifikasi
kepatuhan serta untuk deteksi dini aktivitas proliferasi, sehingga melengkapi
sarana teknis nasional (NTM) untuk verifikasi dan pemantauan.
Sedangkan biotechnology berkontribusi positif terhadap human security dan
negative dalam biological weapons . beberapa hal dalam teknologi energi
adalah Penelitian fusi termonuklir terkontrol dapat memberikan energi tak
terbatas dari seawater. Demikian pula, penelitian masa depan bahan bakar
hidrogen dapat merevolusi industri otomotif dan teknologi propulsi.
Munculnya persoalan control export akibat dari model hubungan antara
penyebaran teknologi militer baru dan kekhawatiran terjadinya perang,
dimana sebuah teknologi baru diyakini bisa menggeser keseimbangan
kekuasaan, menyebabkan perang antisipasif sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mencegah yang lain untuk mendapatkannya. Ketika dilain
sisi telah memiliki itu, perang lebih memungkinkan untuk terjadinya
pergeseran atau transisi terhadap big power. Salah satu akibat dari
persoalan ini adalah munculnya innovator dillema.11 Dimana masalah utama
adalah bahwa state akan selalu berusaha pursuite the new technology yang
memungkinkan akan menggunakan setiap cara untuk mendapatkannya.
Tabel 2. Illustrative technological sources of concern

10 Amitav Mallik, ibid p. 105-108
11 Dalam beberapa dekade, awalnya negara Inovator sangat menikmati power dari
keunggulan teknologi yang mereka miliki baik dari kecanggihan presisi senjata maupun
keunggulan mereka pada space system, dalam tabel 1, diperlihatkan data klasifikasi dari
teknologi militer baik sekarang maupun nanti yang mampu menjadi ancaman bagi Amerika
Serikat sebagai innovator, baik yang digunakan oleh non-state actors maupun state-actor.

7

Sumber : Paul K. Davis and Peter A. Wilson, The Looming Crisis in Defense Planning, issue
63, 4th quarter 2011 / JFQ, ndupress.ndu.edu

Tinjauan Kritis
Penemuan teknologi militer baru sering diikuti dengan periode panjang
dimana instrumen yang terkait perang digunakan untuk negara-negara di
seluruh dunia. Kadang-kadang, meskipun tidak selalu, pengenalan dan
penyebaran senjata baru ke aktor baru selalui ditandai dengan perang. Salah
satu cara yang digunakan untuk mengetahui munculnya permasalahan yang
diakibatkan oleh dampak difusi teknologi kepada kerentanan terjadinya
perang adalah dengan menggunakan model teori permainan (game theory)
yang dikembangkan oleh Muhammet A.Bas dan Andrew J. Coe 12 dengan
model bargaining diantara dua negara dalam suatu lingkungan dimana
teknologi baru tersebar. Dalam teori permainan yang digunakan, akuisisi
teknologi baru dapat mengubah keseimbangan military power antara kedua
negara tersebut. Besarnya perubahan ini tergantung kemampuan negara
12 Muhammet A.Bas and Andrew J. Coe, 2010, Arms Diffusion and War, Working Paper,
Department of Government Harvard University. Pp.1

8

pada teknologi dan militer yang sudah ada. Sementara kemungkinan
memperoleh teknologi baru tergantung pada kecanggihan teknologi dua
negara dalam kompetisi mereka dalam spionase.
Gambar 2. Diffusion Game

Sumber : Muhammet A.Bas and Andrew J. Coe, 2010, Arms Diffusion and War, Working
Paper, Department of Government Harvard University. Pp.6

Dalam contoh model teori diatas, model teori diatas membantu menjelaskan
mengapa beberapa kasus penyebaran teknologi lebih rawan daripada
masalah

yang

lain,

dan

mengapa

dalam

beberapa

kasus

bahkan

kemungkinan teknologi baru yang dinegara setempat belum memiliki
kemungkinan menciptakan perang. Disatu sisi dalam teori ini menjelaskan
bahwa kalkulasi kekhawatiran akan perang dimasa depan akibat munculnya
penyebaran

teknologi

baru

juga

dapat

memotivasi

perang

dimasa

sekarang.13
Munculnya difusi teknologi kebeberapa negara, sebenarnya bukannya
sesederhana seperti membayangkan bahwa suatu negara cukup melakukan
13 Muhammet A.Bas and Andrew J. Coe, Ibid. Pp.28

9

buying kepada producer innovation. Tetapi jauh daripada itu adanya
kompleksitas yang membangun jejaring sehingga aliran difusi teknologi
diabad 21 mengalami peningkatan signifikan. Sebuah laporan penelitian dari
Amnesti Internasional14 menyebutkan kondisi dimana terdapat kesulitan
dalam melakukan kontrol terhadap difusi teknologi militer adalah disebabkan
oleh beberapa hal berikut :
1. Globalisasi

mendukung

terhadap

terciptanya

penjualan

senjata

keseluruh dunia;
Globalisasi menuntut adanya integrasi ekonomi diberbagai kerjasama
ekonomi kawasan dan internasional, sehingga membantu kebutuhan
untuk difusi teknologi melalui pencarian dan penetrasi ke beberapa
negara.
Berdasarkan data Sipri mengenai eksport arms global :
Tabel 3. Global arms exports

Sumber

:

http://globalpublicsquare.blogs.cnn.com/2012/03/31/lindsay-global-arms-

exports/

14 Laporan disusun bersama-sama dengan IANSA (International Action Network on Small
Arms) serta Oxfam International dalam laporan penenlitan yahng berjudul : Arms Without
Borders : Why a globalised trade needs global controls.

10

2. Adanya Emerging Arms Exports;
Tabel 4. Emerging arms exports

Sumber : http://www.dni.gov/nic/PDF_GIF_research/defensemkts/b3.gif

EAE15 sebenarnya merupakan bagian kecil dari setiap penyebaran
teknologi yang dilakukan oleh negara-negara major, EAE melakukan
hampir sekitar 85% import dari total setiap Major menjual teknologi
mereka.
3. Tersedianya Komponen penciptaan teknologi terbaru diambil dari
beberapa negara di dunia;
Dalam teknologi persenjataan modern saat ini umumnya, kebutuhan
manufaktur tidak hanya disediakan oleh negara pembuat inovasi
militernya, tetapi kebutuhan mereka yang lain dipasok oleh berbagai
negara lainnya.
Sebagai contoh : main contractor pembuatan Main Battle Tank (MBT)
Leopard 2A6, Jerman di buat oleh Kraus-Maffei Wegmann GmbH & Co.
KG
Tetapi dalam memenuhi beberapa kebutuhan manufakturnya sendiri,
Jerman melakukan kontrak karya dengan beberapa Industri di negara
lain.
15 Emerging Arms Exports umumnya merupakan second tiers dimana termasuk didalamnya
: Brazil, China, India, Israel, Pakistan, Singapura, korea selatan, afrika selatan dan Turki.

11

Tabel 5. Daftar list kontraktor pembuatan MBT Leopard 2A6 Jerman
Nama Perusahaan

Pengembangan bagian teknologi

Negara asal

Ametek Rotron
AVIATRONIC Pty Ltd

yang digunakan
Brushless Motors, Fans and Blower
Laser warning Systems for Combat

industri
United States
Italy

Behr Indutrietechnik

Vehicles
Cooling and Air – Conditioning

Germany

BEI Precision Systems &

Systems
Optical Encoders, Scanners and

United States

Space Division
CelsiusTech Vetronics
COMET GmbH
Diehl Remscheid & Co
ERA Technology Ltd

Accelerometers
Fire control systems
Battlefield Simulation Ammunition
Armoured Vehiclle Tracks
Military design and Development

United States
Germany
Germany
United Kingdom

Evans & Sutherland
Giat Industries
LITEF GmbH
MaK System Gesselschaft

Consultancy
Visual Systems for Simulation
Ammunition
Land Navigation Systems
Heavy Armoured Support Systems

United States
France
Germany
Germany

MBH
MaK system Gesselschaft

Land Systems

Germany

MBH
MPE Limited

Electrical Filters for EMC / RFI / EMP /

United Kingdom

PIETZCH Neue

HMP / Tempest
Defence Technology system and

Germany

Technologien GmbH &

components development

Co.KG (PNT)
RENK
Rheinmetall W & M GmbH

Tank transmission system
Ammunition and Weapon systems for

Germany
Germany

Rheinmetall W & M GmbH

grounded Forces
Gun systems and weapon

Germany

RKS S.A

components
Slewing Bearings and Special

France

SIGNAAL Communications

Bearings
Tactical Communicstion

United States

System/Networks, Digital Vehicle
SpanSet International

Intercom Systems
Lifting, Lashing and Personal Safety

United Kingdom

STN ATLAS Elektronik

Systems
Electronic Equipment and Systems

Germany

GmbH
Weiber Scientific Ltd

Doppler Radar Systems

United States

12

Sumber : diolah dari berbagai sumber

4. Terciptanya komponen Use-dual technology;
Adanya use dual teknologi baik penggunaan teknologi oleh militer
maupun teknologi sipil menyebabkan ledakan pengguna teknologi
tersebut terus bertambah. Apalagi dalam pengembangannya, dual-use
technology

didasari

atas

kerjasama

Industri,

Pemerintah

Akademik.
Gambar 3. contoh dual use technology

Sumber : http://www.fas.org/man/dod-101/army/docs/astmp98/sec1d.htm

5. Arms Lisensi
13

dan

Didorong dengan meningkatnya transfer teknologi dan persenjataan
militer, lisensi produk-produk militer meningkat drastis, dan didalam
beberapa kasus, arms lisensi juga diberikan kepada co-produksi atau
perakitan

senjata

disalah

satu

industri

negara

pembeli

secara

kolaboratif.
Kesimpulan Aplikatif
Amerika Serikat yang berhasil menundukkan rezim Saddam Hussein tahun
2003 telah menunjukkan kepada kita kedigjayaan negara adikuasa tersebut
terhadap peperangan yang terjadi sekaligus juga menunjukkan kepada kita
bahwa kedigjayaan Amerika Serikat tersebut telah didukung kemampuan
teknologi dan strategi yang tinggi, penggunaan karakter perang dengan
mengandalkan salah satu wujud teknologi dibidang informasi dengan
mengembangkan strategi system of system dan mengintegrasikan setiap
perintah &

kontrol terpusat dan kemampuan komunikasi yang baik

menjadikan penaklukan Irak dapat dilakukan dalam tempo waktu yang
singkat. Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa difusi teknologi pada
kemampuan inovasi militer Amerika Serikat dapat ditransfer dengan
dukungan globalisasi.
Perkembangan

globalisasi

menjadi

prasyarat

utama

mengapa

difusi

teknologi yang terjadi pada abad 21 terjadi cukup cepat dan meluas,
semakin

kompleksnya

kebutuhan

terhadap

keamanan

dan

strategis

pertahanan menjadikan state actors selalu mengejar kemajuan inovasi
teknologi dan modernisasinya pada berbagai difusi yang dihasilkan oleh first
tiers. Tercipta modernisasi dan inovasi teknologi pada RMA tidak bisa
disangkal menciptakan kegairahan state untuk mau melakukan berbagai
cara untuk memilikinya, hal ini tergambar pada pengertian difusi teknologi
yang disebutkan oleh Amitav Mallik, …. through every type of technology
interaction, whether acquisition, development, transfer, co-production or
even intellectual exchange.
Hal ini pada akhirnya menyebabkan masalah-masalah penyebaran difusi
teknologi yang cukup komplek dan tidak dapat ditanggulangi seluruhnya
14

dengan adanya arms control dan arms export. Tabel 1 telah memperlihatkan
bahwa penyebaran teknologi menyebabkan beberapa negara atau aktor
berusaha memperkuat salah satu atau lebih terhadap teknologi yang mereka
miliki untuk terus ditingkatkan menjadi level yang lebih advanced.

15