INTERVENSI MILITER ARAB SAUDI DALAM KONF

INTERVENSI MILITER ARAB SAUDI DALAM KONFLIK SIPIL DI
YAMAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Hubungan Internasional

oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/2016

1|Page

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.
Arab Spring merupakan awal dari banyaknya kejatuhan rezim diktator di wilayah

Timur Tengah.1 Hal ini berawal dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah yang cenderung otoriter. Peristiwa ini berawal dari demonstrasi massa yang
terjadi di Tunisia. Keberhasilan revolusi Tunisia memberikan motivasi besar bagi rakyat Arab
untuk menggulingkan pemerintah yang otoriter dan tidak demokratis.
Arab Spring memberikan dampak yang sangat besar bagi kawasan Timur Tengah. Akan
tetapi, ada beberapa negara yang selamat dari arus revolusi ini, salah satunya adalah Arab
Saudi. Keberhasilan Arab Saudi mempertahankan sistem pemerintahan monarki di tengah
arus revolusi Timur Tengah menunjukkan keefektifan kebijakan serta strategi yang dibuat
oleh pemerintahannya.
Keefektifan strategi serta kebijakan dalam negeri pemerintah Arab Saudi diuji lagi
ketika terjadi perang sipil di Yaman.2 Perang sipil yang terjadi antara kelompok oposisi yang
dipimpin oleh Houthi dan pemerintah Yaman telah mengguncang stabilitas politik dan
keamanan di negara tersebut. Puncak dari perang sipil ini adalah mengungsinya presiden
Yaman, Rabbuh Mansur Hadi ke Arab Saudi untuk mendapatkan perlindungan.
Kedatangan Hadi ke Arab Saudi juga ditujukan untuk meminta bala bantuan pemerintah
Arab Saudi agar membantu pemerintah Yaman meredam konflik di negaranya. Permintaan
bantuan ini disetujui oleh Arab Saudi dengan melancarkan operasi militer melalui serangan
udara ke wilayah Yaman.3 Operasi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi bertujuan untuk
mengembalikan pemerintahan Yaman yang sah.
Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan wilayah Yaman, tentunya Arab Saudi

memiliki kepentingan untuk mengamankan wilayahnya agar pemberontakan di Yaman tidak
mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan di negara tersebut. Maka dari itu, pemerintah
Arab Saudi langsung merespon cepat permintaan bantuan pemerintah Yaman untuk segera
memadamkan pemberontakan itu.
1 Primoz Manfreda, ”Definition of the Arab Spring,” http://middleeast.about.com/. Diakses pada tanggal 28
April 2015, pukul 18:44.
2 Kareem Shaheen, ”Yemen edges towards all out civil war as rebels advance on city of Aden,”
http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:10.
3 Ali al-Mujahed, ”Saudi Arabia launches air attacks in Yemen,” http://www.washingtonpost.com/. Diakses
pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:26.

2|Page

Pengangguran, infasi yang tinggi, serta pemerintahan yang korup dijadikan alasan oleh
kelompok Houthi dan sekutunya untuk melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah.4
Pernyataan ini mungkin juga bisa dikonfirmasi melalui media Barat, The Heritage yang
menyebutkan bahwa terjadi penurunan dalam pertumbuhan ekonomi secara signifikan di
tahun 2015. Pengangguran, inflasi, korupsi, serta ketidakstabilan politik merupakan faktor
utama yang menyebabkan hal tersebut.5 World Bank juga menyatakan bahwa Yaman
merupakan salah satu negara termiskin di kawasan Timur Tengah. 6 Pernyataan ini semakin

menguatkan alasan kelompok Houthi untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah Yaman
yang sah.
Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi ke wilayah Yaman menimbulkan pro
dan kontra dalam sistem internasional. Salah satunya adalah tanggapan pemerintah Iran
terhadap intervensi Arab Saudi ke Yaman. Kebijakan luar negeri Arab Saudi untuk
menyerang Yaman menyebabkan eskalasi konflik di wilayah tersebut. Secara garis besar
konflik ini meluas menjadi pertarungan antara negara-negara muslim Sunni yang dipimpin
oleh Arab Saudi dan negara-negara muslim Syiah yang dipimpin oleh Iran.7
Perang Yaman ini juga diindikasikan sebagai ajang unjuk kekuatan antara Arab Saudi
dan Iran yang memiliki ambisi untuk menjadi hegemon di kawasan Timur Tengah. 8 Rivalitas
dua kekuatan ini telah berlangsung sejak lama. Kapabilitas militer dan politik yang kuat di
antara negara-negara kawasan lainnya mendorong kedua negara ini untuk menjadikan negara
mereka sebagai pemimpin bagi bangsa-bangsa di kawasan Timur Tengah.
Eskalasi ini ditunjukkan dengan pengiriman kapal yang bermuatan senjata oleh Iran ke
Yaman untuk mendukung pemberontak Houthi dalam melawan pihak pemerintah yang
dibantu oleh Arab Saudi dan sekutunya.9 Secara tidak langsung eskalasi konflik ini
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa konflik yang sedang terjadi saat ini di Yaman
adalah pertarungan ideologi antara Sunni dan Syiah.

4 Khalid Alkarimi, ”CBY economic researcher to the Yemen Times,” http://www.yementimes.com/. Diakses

pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:43.
5 Heritage Reporter, “Yemen”, http://www.heritage.org/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:50.
6 Eal Harazi, “Yemen Overview”, http://www.worldbank.org/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 20:15.
7 Jeff Colgan, “How sectarianism shapes Yemen’s war”, http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal
28 April 2015, pukul 20:52.
8 Nussaibah Younis, “The Saudi-Iran powerplay behind the Yemen conflict”, http://www.theguardian.com/.
Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:01.
9 Kristina Wong, “Iranian ship convoy moves toward Yemen, alarming US officials”, http://thehill.com/.
Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:12.

3|Page

Pemberitaan yang dilakukan oleh media lokal maupun internasional mengenai konflik
Yaman secara tidak langsung telah memunculkan kembali sentimen antara Sunni dan Syiah
yang telah berlangsung sejak dulu. Hal ini tentunya akan memiliki implikasi yang sangat
besar bagi sistem internasional jika pemberitaan ini terus menerus dilakukan. Bukan tidak
mungkin akan terjadi eskalasi konflik antara Sunni dan Syiah di negara-negara muslim
lainnya.
Di Arab Saudi sendiri terdapat kelompok Syiah yang berjumlah kurang lebih lima belas
persen dari total penduduk Arab Saudi.10 Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan sendiri.

Ketika pemberitaan di media-media menyebutkan bahwa Arab Saudi sedang melakukan
perang ideologi antara Sunni dan Syiah dengan Iran di Yaman. Akan tetapi, di Arab Saudi
sendiri terdapat penganut Syiah yang dibiarkan saja oleh pemerintah Arab Saudi.
Seharusnya pemerintah Arab Saudi berfokus terlebih dahulu terhadap pemberantasan
Syiah di dalam negeri. Karena berpotensi memberikan ancaman langsung terhadap
pemerintahan tersebut daripada Syiah yang ada di luar wilayah negaranya. Tentunya sikap
pemerintah Arab Saudi terkait kebijakan mereka menyisakan pertanyaan yang sangat besar
bagi dunia internasional apakah perang Yaman ini ditujukan sebagai perang sektarian atau
perebutan tahta hegemoni kawasan Timur Tengah.
Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi juga mendapat dukungan dari sekutu
utamanya yaitu, Amerika Serikat.11 Obama menyatakan bahwa AS siap memberikan bantuan
kepada Arab Saudi berupa dukungan logistik dan operasi intelejen terhadap kelompok
Houthi. Selain itu AS juga akan membantu memetakan target serangan serta memfasilitasi
pengisian bahan bakar bagi pesawat tempur Arab Saudi.
Motif Arab Saudi melakukan intervensi militer ke Yaman perlu dikaji lebih mendalam
lagi. Karena jika kita hanya melihat identitas ideologis serta pengembalian kekuasaan
pemerintahan Yaman yang sah, jelas-jelas kebijakan ini hanya merugikan pihak Arab Saudi.
Karena cost yang dikeluarkan lebih besar daripada benefit yang didapatkan. Bantuan AS yang
diberikan kepada Arab Saudi selama operasi militer di Yaman juga meninggalkan pertanyaan.
Kenapa AS mendukung, padahal jelas-jelas telah terjadi pelanggaran perang yang sangat

bertentangan dengan nilai-nilai HAM yang dikumandangkan oleh AS sendiri.
10 Frederich Wehrey, “Saudi Arabia has a Shiite problem”, http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28
April 2015, pukul 21:44.
11 Micah Zenko, “The United States is at war in Yemen”, http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28
April 2015, pukul 22:26.

4|Page

II. Pertanyaan Penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mengetahui apa yang melatar belakangi
Arab Saudi melakukan intervensi ke Yaman. Tujuan serta motif menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kebijakan luar negeri Arab Saudi. Maka dari itu, penulis menganggap bahwa
ada motif utama dari Arab Saudi untuk melakukan intervensi tersebut. Maka dari itu, penulis
mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Apa motif utama Arab Saudi melakukan intervensi militer ke Yaman?
III. Kerangka Teori.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan fenomena dalam kerangka teori Realis.
Realis mengasumsikan bahwa hubungan internasional merupakan hubungan yang didasarkan
pada sifat anarki. Hal ini menuntut negara untuk mempertahankan eksistensinya dalam sistem
internasional serta mengedepankan aspek keamanan sebagai aspek yang harus diprioritaskan

di atas aspek lainnya. Realis juga menekankan bahwa negara harus mampu untuk tetap
survive dalam sistem internasional yang anarkis. Negara harus mencurahkan seluruh sumber
dayanya untuk mendapatkan power yang berguna untuk mengantisipasi ancaman yang
datang.12
Sebagai tambahan penulis akan menggunakan salah satu konsep yang terdapat dalam
teori Neo-Realis yang dicetuskan oleh Kenneth Waltz, yaitu kepentingan nasional.
Kepentingan nasional itu sendiri merupakan landasan utama bagi pembuatan kebijakan luar
negeri suatu negara. Waltz mengasumsikan bahwa kepentingan nasional dalam level minimal
adalah keberlangsungan hidup (state survival). Sedangkan dalam level maksimal diartikan
sebagai power. Survival sendiri dapat dipahami sebagai tujuan awal yang harus dikejar oleh
sebuah negara sebelum mengejar tujuan lainnya.13
Sifat negara yang dipengaruhi oleh sistem internasional menjadi pendorong bagi
pembentukan kepentingan nasional itu sendiri. Di lain sisi, kepentingan nasional dijadikan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dalam sistem internasional yang bersifat anarki.
Maka dari itu, survival dan power yang menjadi perilaku negara menjadikannya unit analisis
yang tepat dalam teori politik internasional.14
Di samping itu, untuk menguatkan asumsi penelitian, penulis juga menggunakan teori
keamanan. Menurut Bary Buzan keamanan merupakan aspek yang paling utama daripada
kekuatan maupun perdamaian. Buzan juga menekankan bahwa aspek keamanan harus
menjadi perhatian utama dari sebuah negara. Hal ini ditujukan agar negara mampu untuk

12 J. Steans & L. Pettiford, “Hubungan Internasional Perspektif & Tema”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,
hlm. 52.
13 Kenneth Waltz, ”Theory of International Politics”, United States: Addison-Wesley, 1979, hlm. 131.
14 Cynthia Weber, “International Relations Theory”, New York: Routledge, 2005, hlm. 20.

5|Page

menanggulangi bahaya yang datang dari dalam maupun luar negeri.15 Dari kerangka teori di
atas penulis akan menjelaskan tentang kepentingan apa saja yang dimiliki oleh Arab Saudi
terhadap konflik Yaman.
IV. Metode Penelitian.
Metode penelitian berfungsi sebagai data dalam penyusunan penelitian ini. untuk
penelitian ini, penulis menggunakan Metode Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
menggambarkan fenomena-fenomena yang sedang berlangsung, yang kemudian hasil
penelitian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan selanjutnya dapat disimpulkan
secara jelas oleh penulis dalam tulisan ini. Dengan metode penelitian ini, penulis akan
memberikan penjelasan mengenai motif Arab Saudi dibalik intervensi militer yang dilakukan
oleh Arab Saudi dalam konflik Yaman.
V. Asumsi Penelitian.
Konflik Yaman yang terjadi saat ini sebenarnya bukan di latar belakangi oleh

pertarungan ideologis antara Sunni dan Syiah. Konflik ini muncul diakibatkan oleh
ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang carut-marut, tingkat
pengangguran yang tinggi, serta korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Intervensi Arab
Saudi dalam konflik Yaman bertujuan untuk melindungi negara tersebut agar tidak terjadi
gelombang revolusi seperti yang terjadi di Yaman.
Selain itu, ideologi Sunni dan Syiah bukanlah unit analisis yang harus diutamakan,
karena identitas hanya dijadikan sebagai alat mobilisasi massa untuk mengumpulkan
dukungan sebanyak-banyaknya. Amerika Serikat sebagai sekutu Arab Saudi di kawasan
Timur Tengah pastinya memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap konflik tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari bantuan yang diberikan AS terhadap Arab Saudi selama konflik
Yaman berlangsung sampai saat ini.

PEMBAHASAN
A. Stabilitas Keamanan: Faktor utama pendorong Arab Saudi melakukan intervensi.

15 Bary Buzan, “People State & Fear; An Agenda for International Security in the Post Cold War Era”,
London: Harvester Wheaf Sheaf, 1991, hlm. 2-3.

6|Page


Keamanan merupakan faktor utama yang paling penting bagi sebuah negara. Tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor keamanan menjadi penentu bagi kelancaran kebijakan
pemerintahan dalam berbagai aspek. Kelancaran politik dalam dan luar negeri, perkembangan
ekonomi, dan aspek-aspek sosial lainnya sangat bergantung pada stabilitas keamanan, baik
stabilitas keamanan dalam maupun luar negeri. Jika stabilitas keamanan dapat dijaga dengan
baik, akan memberikan jaminan bagi perkembangan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
Konflik yang terjadi dalam sebuah negara, pastinya, secara tidak langsung akan
memberikan dampak yang sangat besar bagi negara-negara yang berbatasan langsung dengan
negara tersebut. Dampak tersebut dapat berupa ledakan pengungsi maupun pemahaman
revolusi politik dari negara yang sedang berkonflik. Pemahaman revolusi politik merupakan
hal yang sangat ditakuti oleh sebuah negara. Karena pemahaman ini dapat dengan mudah
memobilisasi massa untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah yang sah.
Merupakan hal yang wajar bagi Arab Saudi untuk takut terhadap pemahaman revolusi
politik ini. Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan monarki absolut di tengah
arus demokratisasi yang sangat deras, Arab Saudi harus mengambil langkah yang tepat untuk
mengantisipasi kemungkinan tersebut sedini mungkin. Karena jika tidak ditangani dengan
segera, akan memberikan dampak yang sangat besar bagi kejatuhan rezim monarki absolut
mereka. Banyaknya rezim otoriter yang jatuh pada saat terjadinya Arab Spring patut
dijadikan contoh oleh Arab Saudi untuk menguatkan stabilitas keamanan mereka agar hal

tersebut tidak terjadi di kemudian hari.
Didasarkan pada kondisi negara tetangga yang berkonflik serta kondisi regional pasca
Arab Spring, mau tidak mau Arab Saudi harus mengambil langkah tegas untuk menjaga
stabilitas keamanan di wilayahnya. Upaya ini dapat dilihat dari kebijakan luar negeri Arab
Saudi untuk melakukan intervensi militer ke Yaman. Permintaan presiden Hadi kepada
pemerintah Arab Saudi untuk memadamkan pemberontakan di wilayahnya secara tidak
langsung memberikan legitimasi kepada Arab Saudi untuk melakukan intervensi militer.
Merupakan hal yang wajar bagi Arab Saudi untuk segera melakukan intervensi militer
ke negara tetangganya tersebut. Seperti yang telah kita ketahui, wilayah selatan Arab Saudi
berbatasan langsung dengan wilayah Yaman bagian utara. Dapat diibaratkan bahwa Yaman
adalah halaman belakang dari Arab Saudi. Tentunya jika kita memiliki halaman belakang
rumah, kita akan memberikan pagar atau penanda untuk menjaga halaman belakang kita agar
7|Page

tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Konflik Yaman ibarat halaman yang telah dikuasai oleh
orang lain, mau tidak mau kita harus menjaga semaksimal mungkin rumah kita agar tidak
dikuasai juga. Mungkin kurang lebih seperti inilah logika Arab Saudi melakukan intervensi
militer ke Yaman.
B. Posisi Strategis Yaman: Intervensi dilakukan demi keamanan ekonomi Arab Saudi.
Jika kita perhatikan letak geografis Yaman di Timur Tengah, Yaman memiliki posisi
yang sangat strategis karena wilayah perairannya merupakan pintu masuk kapal-kapal yang
dari dan menuju Terusan Suez. Selain itu pelabuhan Aden merupakan pelabuhan tersibuk
ketiga di dunia, karena banyaknya kapal-kapal yang datang dari dan ke Eropa berlayar
melewati perairan tersebut.16
Arab Saudi sebagai negara terbesar penghasil serta pengekspor minyak di dunia
tentunya memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap wilayah perairan Yaman di teluk
Aden.17 Stabilitas keamanan Yaman akan berpengaruh besar terhadap seluruh wilayah Yaman,
termasuk perairannya. Jika stabilitas keamanan terguncang, maka hal ini akan berimplikasi
pada hilangnya kontrol pemerintah terhadap wilayahnya. Hilangnya kontrol pemerintah
terhadap sebuah wilayah akan mengganggu seluruh aktivitas di wilayah tersebut, baik itu
aktivitas politik, perekonomian, dan lain-lain.
Dilihat dari fakta-fakta di atas, tentunya Arab Saudi memiliki kepentingan yang sangat
besar untuk menjaga keamanan ekonominya dari ancaman-ancaman yang tidak diinginkan.
Langkah Arab Saudi untuk melakukan intervensi ke Yaman selain ditujukan untuk menjaga
stabilitas keamanan politik dalam negeri, juga ditujukan untuk menjaga stablitias keamanan
ekonomi Arab Saudi agar tidak terganggu akibat terjadinya konflik tersebut.
Sebagai negara terbesar penghasil dan pengekspor minyak, Arab Saudi harus menjamin
agar jalur supply ekspor minyak mereka aman dari ancaman. Ekspor minyak Arab Saudi
mayoritas dilakukan melalui jalur laut. Stabilitas wilayah perairan harus dipastikan aman agar
ekspor minyak yang mereka lakukan tidak terganggu. Jika supply ekspor minyak terganggu,
hal ini akan berimplikasi pada menurunnya pendapatan Arab Saudi yang sebagian besar
berasal dari ekspor minyak. Jika hal ini terjadi, dapat diartikan bahwa stabilitas keamanan
ekonomi Arab Saudi sedang terganggu.
16 ASC Staff, “Top 10 Middle East Ports”, http://www.arabiansupplychain.com/. Diakses pada tanggal 29 April
2015, pukul 21:45.
17 Saudi Embassy Staff, “About Saudi Arabia”, http://www.saudiembassy.net/. Diakses pada tanggal 29 April
2015, pukul 21:50.

8|Page

C. Persaingan Iran-Arab Saudi: Faktor penentu stabilitas keamanan.
Persaingan antara Iran-Arab Saudi untuk menjadi hegemoni kawasan telah menjadi
rahasia umum. Konflik Yaman dapat dikatakan sebagai ajang unjuk kekuatan Iran dan Arab
Saudi untuk menunjukkan siapa yang lebih pantas menjadi hegemon di kawasan Timur
Tengah. Bantuan Arab Saudi terhadap pemerintah Yaman serta bantuan Iran terhadap
kelompok pemberontak menunjukkan betapa besarnya kepentingan dua negara itu dalam
konflik tersebut.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa intervensi militer Arab Saudi ke Yaman
ditujukan demi menjaga stabilitas keamanan politik dan ekonominya. Akan tetapi, Iran
sebagai rival Arab Saudi di kawasan mungkin salah mengartikan niat intervensi tersebut.
Persamaan ideologi yang dianut oleh Iran dan kelompok pemberontak dijadikan alasan oleh
Iran untuk memberikan bantuan kepada kelompok pemberontak untuk melawan serangan
Arab Saudi yang membabi buta.
Eskalasi konflik akibat adanya salah pengertian dari pihak Iran akan memberikan efek
yang sangat besar jika Iran dapat mencapai kepentingannya dan Arab Saudi tidak. Jika pihak
pemberontak menang melawan pemerintah akan berimplikasi pada goyahnya stabilitas
keamanan politik dan ekonomi Arab Saudi. Tentu dapat ditebak jika peristiwa ini benar-benar
terjadi kemungkinan terjadinya revolusi pemerintahan Arab Saudi sangat tinggi. Jika Iran
berhasil mencapai kepentingannya, maka dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan
kapabilitas politik Iran terhadap kawasan. Jika hal ini terjadi, mungkin Iran akan bertindak
lebih agresif lagi untuk meningkatkan influnce dan power-nya di kawasan.
D. Konflik Sunni-Syiah: Kamuflase pihak yang memiliki kepentingan.
Pemberitaan di media banyak yang mengatakan bahwa konflik ini dikatakan sebagai
konflik Sunni yang dipimpin oleh Arab Saudi melawan Syiah yang dipimpin oleh Iran. 18
Berdasarkan asumsi Realis terjadinya konflik Yaman yang bereskalasi menjadi konflik antara
Sunni-Shia tidak masuk akal. Elemen ideologi bukanlah merupakan hal yang harus
diutamakan dalam analisis konflik ini. Hal ini didasarkan pada rasionalisasi Realis bahwa
kepentingan nasional sebuah negaralah yang berperan besar bagi terciptanya konflik tersebut.
Isu perang Sunni-Syiah dalam konflik Yaman ini hanya merupakan kamuflase dari
media untuk memobilisasi massa agar Sunni dan Syiah berperang satu sama lain. Selain itu,
18 Julia Ro, “The Sunni-Shia Divide”, http://www.cfr.org/. Diakses pada tanggal 29 April 2015, pukul 22:44.

9|Page

isu ini juga memberikan keuntungan bagi Arab Saudi dan Iran untuk menggalang dukungan
dan bantuan untuk menaklukan satu sama lain. Padahal motif utama dari Arab Saudi dan Iran
dalam konflik ini bukanlah ideologi, akan tetapi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
Arab Saudi untuk menjaga stabilitas keamanan politik dan ekonomi mereka sekaligus ambisi
hegemoninya terhadap kawasan. Dan kepentingan Iran untuk bersaing menjadi hegemoni di
kawasan melawan Arab Saudi.
Pemberitaan media massa yang masif dan mengatakan bahwa konflik ini merupakan
konflik antara Sunni dan Syiah harus dikonfirmasi ulang kebenarannya. Harus kita pahami
bahwa setiap peristiwa tidak terlepas dari kepentingan, dan setiap kepentingan akan
dibungkus sedemikian rupa untuk menyamarkan motif utama dari kepentingan tersebut. Jika
kita perhatikan lebih lanjut, pemberitaan media ini juga pasti memiliki kepentingan terhadap
konflik ini. Mungkin media (terutama media Barat, terutama AS) memiliki kepentingan untuk
menjaga agar konflik ini tetap lestari di wilayah Timur Tengah.
Hal ini ditujukan untuk memecah belah umat Islam agar tidak bersatu seperti dulu. Jika
umat Islam bersatu seperti dulu kala, bukan tidak mungkin seluruh kepentingan Barat di
kawasan Timur Tengah akan terancam. Selain itu kepentingan negara-negara Barat di
kawasan ini sangat banyak sekali, terutama minyak. Jika supply minyak terganggu hal ini bisa
menyebabkan kerugian bagi industri-industri di Barat karena tidak bisa melakukan aktivitas
produksi sebagaimana mestinya.
Identitas ideologi Sunni-Syiah disini harus diposisikan sebagai instrumen untuk
mencapai kepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam konflik ini dapat dikatakan
menjadikan ideologi sebagai instrumen demi ambisi mereka untuk mencapai kepentingan
masing-masing. Sangat ironis sekali melihat bagaimana sebuah ideologi yang memiliki nilainilai suci dipermainkan demi ambisi untuk mencapai kepentingan pihak-pihak tertentu.

KESIMPULAN
Pembentukan sebuah kebijakan luar negeri tidak terlepas dari adanya kepentingan
nasional yang termuat di dalamnya. Konflik Yaman yang berpotensi menimbulkan ancaman
bagi stabilitas keamanan politik serta perekonomian Arab Saudi patut mendapatkan perhatian
10 | P a g e

yang serius. Maka dari itu, Arab Saudi langsung melakukan intervensi militer ke Yaman
untuk mencegah sedini mungkin ancaman-ancaman tersebut masuk ke negaranya.
Iran sebagai rival Arab Saudi tentunya akan langsung merespon tindakan Arab Saudi.
Hal ini diakibatkan oleh ambisi masing-masing negara untuk menjadi hegemon di kawasan
Timur Tengah. Seharusnya sebagai sesama negara yang memiliki power dan influence yang
kuat di kawasan, memberikan solusi terbaik bagi konflik tersebut. Akan tetapi, yang
dilakukan malah sebaliknya, meningkatkan eskalasi konflik di Yaman.
Keberadaan Liga Arab dan OKI seharusnya dijadikan sebagai alat untuk memfasilitasi
penyelesaian konflik di kawasan Timur Tengah, salah satunya konflik Yaman. Akan tetapi,
Arab Saudi atas nama Liga Arab dan beberapa negara malah melancarkan aksi militer untuk
memadamkan konflik tersebut. Tentunya tindakan ini tidak akan menyelesaikan konflik
tersebut, dan hanya mengakibatkan eskalasi konflik yang susah untuk dihentikan.
Banyaknya isu yang menyatakan bahwa konflik ini adalah konflik antara Sunni dan
Syiah. Seharusnya umat Islam cerdas dalam menyikapi sebuah permasalahan. Harus dilihat
dulu, apakah benar ideologi yang melatarbelakangi konflik tersebut. Akan tetapi, realitas di
lapangan menunjukkan bahwa umat Islam banyak yang mempercayai konflik tersebut adalah
konflik Sunni-Syiah. Padahal jika dipahami lebih lanjut kenyataannya jauh berbeda dengan
realita yang ada.
Kita harus lebih bijak dalam menyikapi sebuah permasalahan. Apalagi permasalahan
internal di antara umat Islam, yang membuat umat ini terpecah belah. Media (Barat)
menggunakan isu Sunni-Syiah bertujuan untuk memecah belah umat Islam. Isu ini digunakan
karena isu ideologi merupakan isu yang sangat sensitif dan mudah digunakan untuk
memobilisasi massa. Maka dari itu, umat Islam seharusnya bersikap lebih bijak lagi agar
tidak terjebak dalam permainan para pihak yang memiliki kepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:

11 | P a g e

Buzan Bary, “People State & Fear; An Agenda for International Security in the Post Cold
War Era”, London: Harvester Wheaf Sheaf, 1991, hlm. 2-3.
L. Pettiford & J. Steans, “Hubungan Internasional Perspektif & Tema”, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009, hlm. 52.
Waltz Kenneth, ”Theory of International Politics”, United States: Addison-Wesley, 1979,
hlm. 131.
Weber Cynthia, “International Relations Theory”, New York: Routledge, 2005, hlm. 20.
Internet:
Al-Mujahed

Ali,

”Saudi

Arabia

launches

air

attacks

in

Yemen,”

http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:26.
Alkarimi

Khalid,

”CBY

economic

researcher

to

the

Yemen

Times,”

http://www.yementimes.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:43.
ASC Staff, “Top 10 Middle East Ports”, http://www.arabiansupplychain.com/. Diakses pada
tanggal 29 April 2015, pukul 21:45.
Colgan Jeff, “How sectarianism shapes Yemen’s war”, http://www.washingtonpost.com/.
Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 20:52.
Harazi Eal, “Yemen Overview”, http://www.worldbank.org/. Diakses pada tanggal 28 April
2015, pukul 20:15.
Heritage Reporter, “Yemen”, http://www.heritage.org/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,
pukul 19:50.
Manfreda Primoz, ”Definition of the Arab Spring,” http://middleeast.about.com/. Diakses
pada tanggal 28 April 2015, pukul 18:44.
Ro Julia, “The Sunni-Shia Divide”, http://www.cfr.org/. Diakses pada tanggal 29 April 2015,
pukul 22:44.

12 | P a g e

Saudi Embassy Staff, “About Saudi Arabia”, http://www.saudiembassy.net/. Diakses pada
tanggal 29 April 2015, pukul 21:50.
Shaheen Kareem, ”Yemen edges towards all out civil war as rebels advance on city of Aden,”
http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:10.
Wehrey Frederich, “Saudi Arabia has a Shiite problem”, http://foreignpolicy.com/. Diakses
pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:44.
Wong Kristina, “Iranian ship convoy moves toward Yemen, alarming US officials”,
http://thehill.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:12.
Younis

Nussaibah,

“The

Saudi-Iran

powerplay

behind

the

Yemen

conflict”,

http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:01.
Zenko Micah, “The United States is at war in Yemen”, http://foreignpolicy.com/. Diakses
pada tanggal 28 April 2015, pukul 22:26.

13 | P a g e