PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, ASSET GROWTH, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(1)

xi ABSTRACT

This study aims to empirically examine the effect of Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, and Leverage on the Firm Value. This study uses secondary data from the Indonesia Stock Exchange (BEI) to obtain data in the form of a list of non-financial companies and the financial statements of non-financial companies listed on the Stock Exchange for the period 2012-2015. This study using purposive sampling method and using a multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that leverage positive and significant effect on firm value. While the disclosure of corporate social responsibility (CSRD), asset growth, and institutional ownership is not has significant effect on firm value.

Keywords: Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, Leverage, and Firm Value.


(2)

PENGARUHCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, ASSET GROWTH, INSTITUTIONAL OWNERSHIP,DANLEVERAGE

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

Mariasih

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This study aims to empirically examine the effect of Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, and Leverage on the Firm Value. This study uses secondary data from the Indonesia Stock Exchange (BEI) to obtain data in the form of a list of non-financial companies and the financial statements of non-financial companies listed on the Stock Exchange for the period 2012-2015. This study using purposive sampling method and using a multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that leverage positive and significant effect on firm value. While the disclosure of corporate social responsibility (CSRD), asset growth, and institutional ownership is not has significant effect on firm value.

Keywords: Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, Leverage, and Firm Value.


(3)

PENDAHULUAN

Tujuan utama setiap perusahaan dalam jangka panjang adalah

memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai

kondisi tertentu dimana suatu perusahaan telah mencapai sasaran yang dapat

dijadikan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.

Menurut Martin et al. (2000) nilai perusahaan diartikan sebagai nilai atau harga pasar yang berlaku atas saham biasa yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian

saham sendiri adalah salah satu bentuk surat berharga yang telah dikeluarkan oleh

suatu perusahaan.

Adanya konflik antara penyedia dana sebagai kreditor dengan pemilik

perusahaan adalah masalah tersendiri bagi manajemen keuangan dalam upaya

mengoptimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan semakin maju, maka akan

terjadi peningkatan nilai saham, sementara nilai dari hutang yang dimiliki

perusahaan dalam bentuk obligasi nilainya tetap dan tidak akan terpengaruh. Nilai

dari saham kepemilikan perusahaan merupakan indeks tepat yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan. Indonesia adalah negara yang

memiliki sumber daya alam melimpah menjadikan ketertarikan tersendiri bagi

para investor domestik maupun mancanegara untuk menanamkan modalnya di

Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan berbagai sektor perusahaan yang ada

di Indonesia menjadikan tanggung jawab yang dipikul perusahaan lebih besar.

Berbagai kasus telah terjadi di Indonesia karena kelalaian manusia dalam

memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Diantaranya adalah kasus PT Lapindo


(4)

perindustrian, pertanian, dan kawasan permukiman di beberapa kecamatan di

Jawa Timur, Kasus PT Freeport yang menimbulkan berbagai dampak besar

diantaranya yaitu telah menggusur tanah-tanah adat di mimika, pencemaran

limbah tailing yang menimbun sekitar 110 km2wilayah estuari, terkuburnya lahan

subur 133 km2, dan sepanjang 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa telah beracun

akibat limbah yang ditimbulkan, belum lagi Kasus Pembakaran Hutan untuk lahan

perkebunan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Contoh kasus diatas hanya

sebagian kecil dari dampak yang ditimbulkan akibat beroperasinya suatu

perusahaan. Oleh sebab itu saat ini pengukuran dari nilai perusahaan dengan

hanya berfokus pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan saja yang dijadikan sebagai indikator dalam penilaian perusahaan dirasa sudah tidak layak

lagi untuk dijadikan pertimbangan dalam penilaian suatu perusahaan. Saat ini

konsep triple bottom line yaitu konsep tanggung jawab perusahaan yang tidak hanya berpijak pada kondisi keuangan saja melainkan juga memperhatikan aspek

lingkungan (planet), serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) mulai digencarkan oleh berbagai perusahaan didunia. Sehingga keseimbangan kegiatan perusahaan yang meliputi ekonomi, sosial, dan

lingkungan dapat terjaga.

MemasukiAsean Economic Community(AEC) pada akhir tahun 2015 lalu menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi semua perusahaan di wilayah ASEAN

termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga

suistainable perusahaannya. Keberlanjutan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari aspekfinancialmelainkan juga harus memperhatikan aspek lingkungan hidup


(5)

oleh sebab itu CSR adalah isu yang patut untuk diperhatikan. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari www.cia.gov, The World Factbook dari Cental Intelligence Agency menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara ASEAN yang memiliki masalah lingkungan hidup yang cukup serius, terutama

untuk masalah polusi air dan deforestasi. Maraknya pembakaran hutan secara liar

yang digunakan untuk pembukaan lahan perkebunan harus lebih diperhatikan lagi

karena dampak yang ditimbulkan besar yaitu pencemaran udara hingga sampai ke

negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Aspek-aspek lingkungan dalam

suatu perusahaan sudah sepatutnya harus dijaga agar nilai perusahaan di mata

stakeholderjuga meningkat.

Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan biasanya pemodal akan

menyerahkan pengelolaan dananya kepada profesional yang biasanya berprofesi

sebagai komisaris atau manajer perusahaan. Kerjasama yang baik antara

stakeholder maupun shareholder dengan manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan modal kerja dalam

upaya pengambilan keputusan keuangan perusahaan. Pada perkembangan

selanjutnya, Myer (1977) menjelaskan tentang teori trade off yaitu bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan

hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi setelah melewati titik optimal

tersebut peningkatan penggunaan hutang dapat menurunkan nilai perusahaan.

Titik optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara keuntungantax shield dengan financial distress dan agency cost, karena penggunaan leverage,


(6)

Selain itu berdasarkan teori pada uraian tersebut terdapat beberapa

penelitian yang menunjukan hasil yang tidak konsisten, diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan Nugraheni (2010) menunjukkan hasil bahwa CSR

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun yang sama

penelitian Irwanti (2010) menunjukkan hasil bahwa CSRD tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan asset growth berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra

dan Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif pada

nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menujukkan hasil

bahwa Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan

keuangan maupun nilai perusahaan. Haruman (2008) menemukan hasil bahwa

managerial ownership dan institutional ownership memiliki pengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menemukan hasil bahwa

institutional ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan CSR berpengaruh positif dan signfikan. Penelitian yang dilakukan Nuraina (2012) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2008 memperoleh hasil bahwa

Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sementara penelitian Haryono (2014) memperoleh hasil bahwa

kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai


(7)

Penelitian Yuyetta (2009) memperoleh hasil bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Penelitian

yang dilakukan Sambora (2014) pada perusahaan Food and Beverages yang

terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2012 menunjukkan hasil bahwa leverage

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian

Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa sales growth memiliki pengaruh tidak signifikan dengan arah negatif, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

dengan arah positif, danleveragetidak berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap profitabilitas serta memperoleh hasil berpengaruh signifikan dan positif

terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya yang ditulis oleh

Haryono et al. (2014). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah periode penyampelan, alat ukur, dan variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya

alat ukur yang digunakan adalah software stata 11 sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur SPSS for windows23. Variabel independen pada penelitian sebelumnya berupa struktur modal dan struktur kepemilikan sedangkan

pada penelitian ini peneliti menambahkan dua variabel yaitu asset growth dari penelitian irwanti (2010) dan corporate social responsibility disclosure dari penelitian Cecilia et al. (2015). Sehingga pada penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu corporate social responsibility disclosure (CSRD),

asset growth, institutional ownership, dan leverage.Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode


(8)

Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah:

1. Apakah corporate social responsibility disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakahasset growthberpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakahleverageberpengaruh terhadap nilai perusahaan?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti

empiris pengaruh corporate social responsibility disclosure, asset growth, institutional ownership,danleverageterhadap nilai perusahaan.

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai

agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976) yang mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih principal yang meminta agent untuk melakukan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingannya termasuk dalam mendelegasikan beberapa keputusan

atau memberikan wewenang kepada agent. Pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan harus bertanggung jawab kepada pemilik modal karena


(9)

mengambil keputusan yang terbaik demi kemajuan perusahaan yang

dikelolanya.

2. Teori Signal

Teori Signal (signalling theory)adalah teori yang dikemukakan oleh Ross (1977). Dalam teori ini dikemukakan bahwa pihak eksekutif perusahaan akan

memiliki informasi yang lebih baik dan cenderung untuk memberikan

informasi tersebut kepada calon investor. Adanya informasi berupa “berita

bagus” yang dimiliki perusahaan terkait dengan prospek dimasa yang akan

datang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Secara garis

besar ketersediaan informasi erat kaitannya dengansignalling theory.

3. TeoriStakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang dikembangkan oleh Donaldson dan Preston (1995). Teori ini menggambarkan bagaimana manajer

perusahaan mengelola atau memenuhi keinginan dari parastakeholder. Teori ini menyatakan bahwa suatu organisasi dalam mengungkapkan informasi

terkait dengan intelektual, sosial, dan kinerja lingkungan akan memilih untuk

bersifat sukarela dimana ketika perusahaan mengungkapkan informasi tak

jarang melebihi permintaan wajibnya dalam memenuhi ekspektasi yang

diinginkan oleh stakeholder. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa akuntabilitas organisasi ditekankan jauh melebihi kinerja keuangan.

4. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang dikembangkan oleh Gray et al.


(10)

dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan (Ceciliaet al.,2015). Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan,

terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan

masyarakat yang semakin maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai

sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan

demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi

perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan

yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat.

5. TeoriTrade Off

Teoritrade-offmerupakan pengembangan dari teori Modigliani dan Miller (1958) yang dilakukan oleh Myers (1977). Teori ini menggambarkan bahwa

struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan

keuntungan atas penggunaan hutang (tax shield benefit of leverage) dengan

cost of financial distress dan agency problem (Megginson, 1997 dalam Haryono et. al., 2014 ). Menurut teori trade-off, jika perusahaan menambah hutang (debt ratio-nya), maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan pajak, karena pajak yang dibayarkan lebih sedikit dengan adanya pembayaran

bunga dari hutang atau adanyainterest tax shield, tetapi dengan meningkatnya hutang maka perusahaan akan berhadapan dengan adanya resiko kebangkrutan

yang akan menimbulkan bankruptcy cost yang lebih tinggi jika perusahaan menambah hutang ke dalam strukur pendanaan jangka panjang.


(11)

HIPOTESIS

1. Hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Nilai Perusahaan

Hendriksen et al. (1991) dalam Cecilia et al. (2015) menyatakan bahwa

disclosure adalah suatu penyajian yang sangat penting dalam pengoperasian pasar modal secara efisien dan optimal. Ada dua jenis pengungkapan yaitu

yang bersifat sukarela (voluntary) dan ada yang bersifat wajib (mandatory). Dalam konsep terkait pelaporan CSR yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI). Dalam G3.1 Guidelines disebutkan bahwa dalam standard disclosures perusahaan harus mampu mengungkapkan dampak dari aktivitas beroperasinya perusahaan berkaitan dengan keadaan sosial, ekonomi, dan

lingkungan.

Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan

Wirakusuma (2015) menunjukkan hasil bahwaCorporate sosial responsibility

berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Berdasarkan teori stakeholder

pengungkapan atas kegiatan CSR dapat meningkatkan sinyal yang baik bagi

investor dan stakeholder, Cecilia et al. (2015). Investor akan beranggapan ketika perusahaan melakukan pengungkapan aktif terkait dengan kegiatan

CSR dan nilai pasar perusahaan berada dalam posisi yang baik. Perusahaan

yang memiliki kinerja sosial yang bagus akan membantu perusahaan untuk


(12)

Berdasarkan uraian di atas. Maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat

dirumuskan:

H1:Corporate sosial responsibility disclosureberpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

2. HubunganAsset Growth dengan Nilai Perusahaan

Keputusan investasi adalah melepaskan dana sekarang dengan harapan

memperoleh dana yang lebih besar dimasa yang akan datang dibandingkan

dengan dana awal yang telah dikeluarkan sebelumnya, Irwanti (2010). Dana

yang diperoleh tersebut nantinya akan digunakan sebaik-baiknya oleh

perusahaan demi perkembangan perusahaan kedepan. Pertumbuhan

perusahaan yang positif akan berdampak positif pula terhadap nilai perusahaan

karena perusahaan dapat terus berinvestasi sehingga diharapkan dapat

memiliki kesempatan yang lebih besar dalam menambah laba.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) memperoleh hasil bahwa

keputusan keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Haruman

(2008) memperoleh hasil keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Keputusan investasi adalah faktor penting dalam menopang kemajuan

perusahaan, dimana keputusan investasi tersebut dapat memengaruhi

keberhasilan dari pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi adalah

inti dari seluruh analisis keuangan, Irwanti (2010). Dengan demikian,

hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:


(13)

3. HubunganInstitutional Ownershipdengan Nilai Perusahaan

Kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan

dalam mendukung terkait dengan keadaan manajemen perusahaan.

Kepemilikan saham oleh investor institusional seperti asuransi, bank, dan

institusi lainnya dapat mendorong peningkatan efektifitas dalam pengawasan

kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan saham oleh investor

institusional, maka semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi

keuangan untuk mengawasi manajemen, Haryono (2014). Hal ini akan

memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai

perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat.

Irwanti (2010) menjelaskan kepemilikan institutional merupakan

kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti bank, asuransi,

asset management, dan dana pensiun. Tingkat kepemilikan institutional yang lebih besar akan berdampak pada usaha pengawasan yang lebih besar pula

oleh investor institutional dengan demikian perilaku opportunistic manager

dapat terhalangi.

Penelitian Haruman (2008) menemukan hasil bahwa institutional ownership memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Haryono (2014) menunjukkan

hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Adanya monitoring yang efektif dari kepemilikan institusional terhadap manajer akan mendorong kinerja manajemen untuk


(14)

lebih disiplin, Haryono (2014). Sehingga manajer akan cenderung untuk

berusaha meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan nilai perusahaan.

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan adalah:

H3:Institusional ownershipberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4. HubunganLeverage dengan Nilai Perusahaan

Teori trade-off (Myers, 1977) menyatakan bahwa dalam hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat pada satu tingkat leverage(debt ratio) yang optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage tertentu (optimal), namun setelah melewati titik optimal, penggunaan leverage akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan, Haryono (2014).

Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko

tak tertagihnya suatu hutang.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menunjukkan

hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yuyetta (2009) terkait analisis leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwaleveragetidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Penelitian yang dilakukan Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Leverage dapat dijadikan tolak ukur struktur modal yang optimal, yaitu ditunjukkan dengan leverage keuangan yang kecil, karena perusahaan akan


(15)

cenderung mengurangi risiko, Haryono (2014). Oleh sebab itu, perusahaan

perlu melakukan pencarian dana dari sumber eksternal baik meminjam kepada

kreditor maupun melakukan penerbitan saham. Hipotesis keempat adalah:

H4:Leverageberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

5. Kerangka Konseptual

Model Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR 1

METODE PENELITIAN

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi

dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan non keuangan periode tahun 2012-2015 yang bersumber

dari BEI, ICMD, website IDX, dan website resmi dari perusahaan. Peneliti juga menggunakan artikel, jurnal penelitian terdahulu, dan buku yang terkait dengan

penelitian. Pengujian pada penelitian ini menggunakan software SPSS 23. Uji kualitas data dalam penelitian ini yaitu uji statistik deskriptif dan uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik disini yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji Nilai Perusahaan

(+)

(+)

(+) (+)

CSRD

Leverage

Asset Growth

Institutional Ownership


(16)

multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Uji hipotesis menggunakan regresi

berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Statistik Deskriptif

TABEL 4. 2

UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

MVE 150 ,04987 409,88982 117,5675527 94,78548120

CSRD 150 25,64000 89,74000 67,0516000 24,27110822

GROWTH 150 -42,78853 675,63000 29,7135053 65,18988521

INST 150 ,00000 91,00000 57,3738000 22,81400893

LEV 150 ,02000 558,36000 92,7110000 79,56624136

Valid N

(listwise) 150

Sumber : Output SPSS

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 50 perusahaan per tahun

pada periode 2012-2014. Namun observasi dilakukan selama empat tahun

untuk mengetahui tingkat variabel independen terhadap variabel dependen

maka variabel dependen menggunakan sampel periode 2013-2015.

Sehingga jumlah observasi secara keseluruhan adalah 150 perusahaan.

Variabel nilai perusahaan memiliki rata-rata sebesar 117,56 dengan

standar deviasi 94,785. Nilai maksimum yang diperoleh sebesar 409,88

dimiliki oleh PT Delta Jakarta Tbk. Sedangkan nilai minimum yang


(17)

Variabel corporate sosial responsibility disclosure (CSRD) memiliki rata-rata sebesar 67,05 dengan standar deviasi 24,27. Nilai

maksimum yang diperoleh sebesar 89,74 dimiliki oleh PT Lippo Cikarang

Tbk. Sedangkan nilai minimum yang diperoleh sebesar 25,64 dimiliki oleh

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

Variabel asset growth (GROWTH) memiliki rata-rata sebesar 65,71 dengan standar deviasi 29,18. Nilai maksimum yang diperoleh

sebesar 675,63 dimiliki oleh PT Centratam Telekomunikasi Indonesia

Tbk. Sedangkan nilai minimum yang diperoleh sebesar -42,78 dimiliki

oleh PT agung Podomoro Land Tbk.

VariabelInstitutional Ownership(INST) memiliki rata-rata sebesar 57,37 dengan standar deviasi 22,81. Nilai maksimum yang diperoleh

sebesar 0,91 dimiliki oleh PT Kokoh Inti Arebama Tbk. Sedangkan nilai

minimum yang diperoleh sebesar 0,00 dimiliki oleh PT Bekasi Industrial

Estate Tbk.

Variabel leverage (LEV) memiliki rata-rata sebesar 92,71 dengan standar deviasi 79,56. Nilai maksimum yang diperoleh sebesar 558,36

dimiliki oleh PT Kokoh Inti Arebama Tbk. Sedangkan nilai minimum

yang diperoleh sebesar 0,02 dimiliki oleh PT Indoritel Makmur


(18)

B. Uji Asusmsi Klasik 1. Uji Normalitas

TABEL 4. 3

HASIL UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 150 Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 92,72988029

Most Extreme Differences Absolute ,099 Positive ,099 Negative -,069

Kolmogorov-Smirnov Z 1,209

Asymp. Sig. (2-tailed) ,108

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.3 adalah hasil uji normalitas untuk variabel dependen

MVE (Nilai Perusahaan). Hasil pengujian ini menggunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi

normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,108. Nilai tersebut menunjukan nilai yang lebih besar dari nilai alpha

(0,05). Berdasarkan pengujian ini dapat disimpulkan bahwa model

regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Autokorelasi

TABEL 4. 4

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,207(a) ,043 ,017 94,00021182 1,982


(19)

Pada hasil pengujian tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,982. Berdasarkan tabel Durbin-Watson untuk sampel sebanyak 150 sampel dengan 4 variabel independen, maka

diperoleh nilai du sebesar 1,7881. Nilai 4-du yang diperoleh dari hasil

penelitian sebesar 2,212. Hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa

tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi ini karena du < dw <

4-du atau 1,7881 < 1,982 < 2,212.

3. Uji Multikolinearitas

TABEL 4. 5

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficients(a)

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.5 adalah hasil uji multikolinearitas yang menunjukkan bahwa

semua nilai tolerance diatas 10% dan semua VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi

multikolinearitas.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45,991 35,213 1,306 ,194

CSRD ,456 ,326 ,117 1,402 ,163 ,950 1,053

GROWTH ,097 ,119 ,066 ,809 ,420 ,980 1,021

INST ,329 ,341 ,079 ,965 ,336 ,977 1,023


(20)

4. Uji Heteroskedastisitas

TABEL 4. 6

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10587,071 5109,876 2,072 ,040

CSRD -23,700 47,236 -,042 -,502 ,617

GROWTH -2,425 17,319 -,012 -,140 ,889

INST -38,305 49,547 -,064 -,773 ,441

LEV 19,559 14,210 ,114 1,376 ,171

Sumber : Output SPSS

Tabel 4.6 menunjukkan tidak ada satupun variabel bebas yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai absolut dari

residual (MVE). Hal ini terlihat dari nilai sig. t > 0,05. Jadi dapat

disimpulkan model regresi tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Pengujian hipotesis dengan bantuan statistic software SPSS 23.0 melalui regresi dilakukan dengan menguji persamaan regresi secara individual terhadap

variabel dependen. Maka diperoleh hasil regresi sebagai berikut:

TABEL 4. 9 HASIL UJI NILAI t

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45,991 35,213 1,306 ,194

CSRD ,456 ,326 ,117 1,402 ,163 ,950 1,053

GROWTH ,097 ,119 ,066 ,809 ,420 ,980 1,021

INST ,329 ,341 ,079 ,965 ,336 ,977 1,023

LEV ,207 ,098 ,174 2,115 ,036 ,977 1,024


(21)

Hasil uji regresi pada tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

MVE = 45,991+0,456 CSRD+0,097 GROWTH+0,329 INST+0,207 LEV

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Corporate sosial responsibility disclosure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H1 ditolak. Hal ini disebabkan karena pengungkapan informasi terkait harga saham yang terdapat di laporan keuangan kurang informatif. Oleh

sebagian orang informasi terkait CSR hanya dijadikan sebagai voluntary

semata karena tidak ada yang dapat menjamin berkaitan dengan kebenaran

informasi tersebut. Selain itu tidak adanya standar baku yang mengatur tentang

pengungkapan ini menjadikan pengungkapan terkait CSR sering diabaikan oleh

perusahaan, (Donatoet. al.,2007 dalam Ceciliaet al.,2015).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwaasset growthtidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H2 ditolak. Hasil

penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fama

(1978) bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan

investasi. Padahal sangat dimungkinkan bahwa investor tidak hanya

memandang nilai perusahaan berdasarkan aset yang dimiliki. Banyaknya faktor

lain yang membuat investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan

seperti kenaikan harga saham, tingkat laba yang dihasilkan, dan lainnya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa institusional ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H3 ditolak.


(22)

Sundaramurthy et al., (2005). Dalam hipotesis tersebut dijelaskan bahwa apabila kepemilikan institusional semakin besar dan bersifat mayoritas akan

aktif dalam melakukan kegiatanmonitoring.Namun tindakan monitoringyang aktif ini akan berubah menjadi pasif dan bersifat oportunistik ketika

kepemilikannya semakin besar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga H4 diterima. Peningkatan

hutang dapat diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban dimasa mendatang. Apabila perusahaan mampu

memenuhi kewajiban yang yang semakin besar berarti risiko bisnis rendah, hal

tersebut akan direspon positif oleh pasar (Brigham, 1999 dalam Wahyudi dan

Pawestri, 2006).

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Asset Growthtidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Institutional Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.


(23)

B. Saran

1. Tingkat Adjusted R square yang rendah dari model yang diuji hanya sebesar 0,17. Sebaiknya peneliti-peneliti selanjutnya

mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lainnya juga diluar

variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang menjadi

beberapa periode agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka

panjang.

3. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan pengukur lain untuk mengukur

variabel independen maupun variabel dependen.

C. Keterbatasan Penelitian

1. TingkatAdjusted R squareyang rendah.

2. Tahun penelitian yang digunakan hanya selama empat tahun.

3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Timur, Perspektif Dampak Pencemaran Lumpur Lapindo Sidoardjo sebagai Bukti Pencemaran Terhadap Lingkungan Hidup Serta Analisa Berbagai Permasalahannya, http://bit.ly/24SNpiE, Diakses pada tanggal 14 april 2016 pk 14.15 WIB.

Cecilia, Rambe, dan Torong, 2015, Corporate Social Responsibility, Profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan,Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan.

CIA, The World Factbook, http://www.cia.gov, Diakses tanggal 14 april 2016 pk 16.10 WIB.

Donaldson, T., & Preston, L. E. (1995). The stakeholder theory of the corporation: Concepts, evidence, and implications. Academy of management Review,

20(1), 65-91. http://bit.ly/292Ty76, Diakses pada tanggal 13 juni 2016 pukul 14.15 WIB.

Elkington, J. (2004). Enter the triple bottom line. The triple bottom line: Does it all add up,11(12), 1-16.

Ghozali, 2011, “Aplikasi Analisis multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Akuntansi, hal 139.

Gitman, L. J., & Vandenberg, P. A. (2000). Cost of capital techniques used by major US firms: 1997 vs. 1980. Financial Practice and Education, 10, 53-68.

Gray, R., Owen, D., & Adams, C. (1996).Accounting & accountability: changes and challenges in corporate social and environmental reporting. Prentice Hall.

GRI, Suistainability Reporting, http://bit.ly/1aVFfc3, Diakses pada tanggal 15 april 2016 pk 15.00 WIB.

Haruman, T. (2008), Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai perusahaan Survey Pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia, http://bit.ly/1TeCTyj, Diakses pada tanggal 6 april 2016 pukul 13.10 WIB.

Haryono, 2014, Struktur modal dan Struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan,Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan.


(25)

Husnan, S. (2000). “Corporate Governance di Indonesia, Pengamatan Terhadap Sektor Korporat dan Keuangan”. Tesis Fakultas hokum Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Irwanti, M., (2010). Pengaruh corporate social responsibility disclosure, institutional ownership, leverage, dan asset growth terhadap nilai perusahaan”, Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

Jensen, M. C. & Meckling, W. H., 1976, “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial EconomicsVol. 3 P. 305-360.

Martin, S., & Scott, J. T. (2000). The nature of innovation market failure and the design of public support for private innovation. Research policy, 29(4), 437-447. http://bit.ly/294HjZ7, Diakses pada tanggal 8 april 2016 pukul 14.10 WIB.

Maspupah, I. (2014). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tanggungjawab Sosial Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Masuk Kedalam Kelompok Daftar Efek Syariah Periode 2009-2012)”,Disertasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Miller, M. H., & Orr, D. (1966). A Model of the Demand for Money by Firms.The Quarterly journal of economics, 413-435.

Myers, S. C. (1977). “Determinants of corporate borrowing”. Journal of financial economics,5(2), 147-175.

Nazaruddin, I. & Basuki, A. T., 2016, Analisis Statistik dengan SPSS, Danisa Media, Sleman.

Nugraheni, S. (2010). “Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Disertasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

Putra, B. D., & Wirakusuma, M. G. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Pemoderasi.E-Jurnal Akuntansi, 461-475.

Ross, S. A. (1977). “The determination of financial structure: the incentive-signalling approach”. The bell journal of economics, 23-40.

http://bit.ly/299A3uI Diakses pada tanggal 13 juni 2016 pukul 10.00 WIB.


(26)

Sambora, M. N. (2014). “Pengaruh Leverage dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2009–2012)”.Jurnal Administrasi Bisnis,8(2).

Sekaran, U., and Bougie, R., 2013, “research Methods for Business”, edisi 6, salemba empat, Jawa Barat.

Utami, S. S., & Gunawan, B. (2008). Peranan Corporate Social Responsibility

Dalam Nilai Perusahaan. http://bit.ly/1TUh5qt, Diakses pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 19.10 WIB.

Utami, S. S., & Gunawan, B. (2008). peranan corporate social responsibility dalam nilai perusahaan. Jurnal akuntansi dan keuangan Volume 7, Nomor 2, September2008, hlm.174-185.

Wahyudi, U., & Pawestri, H. P. (2006). Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening.Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Yuyetta, E. N. A. (2009). Pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada masa

krisis: pengujian empiris di Indonesia. Jurnal akuntansi dan Audit, 5(2), 148-163.


(27)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan utama setiap perusahaan dalam jangka panjang adalah

memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat didefinisikan

sebagai kondisi tertentu dimana suatu perusahaan telah mencapai sasaran

yang dapat dijadikan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat

terhadap perusahaan, yaitu dimulai sejak perusahaan tersebut berdiri

sampai beberapa tahun melalui suatu proses kegiatan hingga saat ini.

Menurut Maurice dan Thomas (2002) dalam Cecilia et al. (2015):

“Nilai perusahaan diartikan sebagai Value of the firm is the price for which the firmcan be sold, which equals the present value of

the profits”.

Husnan (2000) menyatakan nilai perusahaan adalah harga yang

disepakati ataupun nilai jual yang disetujui oleh penjual dan pembeli

sehingga apabila perusahaan tersebut dijual pembeli akan membayar

sesuai dengan nilai perusahaan. Menurut Martin et al. (2000) nilai perusahaan diartikan sebagai nilai atau harga pasar yang berlaku atas

saham biasa yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian saham sendiri

adalah salah satu bentuk surat berharga yang telah dikeluarkan oleh suatu

perusahaan.

Kondisi emiten dalam mengupayakan pemenuhan pembayaran

saham adalah faktor penting yang dapat memengaruhi tinggi rendahnya


(28)

2

dapat dijadikan sebagai indikator dalam pengukuran nilai perusahaan.

Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi bagi suatu

perusahaan. Dengan peningkatan nilai perusahaan maka tujuan perusahaan

dalam memaksimalkan kesejahteraan dan kemakmuran pemegang saham

dan pemilik perusahaan akan tercapai.

Adanya konflik antara penyedia dana sebagai kreditor dengan

pemilik perusahaan adalah masalah tersendiri bagi manajemen keuangan

dalam upaya mengoptimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan

semakin maju, maka akan terjadi peningkatan nilai saham, sementara nilai

dari hutang yang dimiliki perusahaan dalam bentuk obligasi nilainya tetap

dan tidak akan terpengaruh. Nilai dari saham kepemilikan perusahaan

merupakan indeks tepat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

efektivitas perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai saham dari

kepemilikan perusahaan. Dalam upaya memaksimumkan harga saham

perusahaan tidak boleh dilakukan dengan cara mengorbankan kepentingan

pemegang obligasi (Cecilia et al. 2015).

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam

melimpah menjadikan ketertarikan tersendiri bagi para investor domestik

maupun mancanegara untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Semakin pesatnya pertumbuhan berbagai sektor perusahaan yang ada di

Indonesia menjadikan tanggung jawab yang dipikul perusahaan lebih


(29)

3

Berbagai kasus telah terjadi di Indonesia karena kelalaian manusia

dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Diantaranya adalah

kasus PT Lapindo Brantas yang telah mengakibatkan matinya aktivitas

perekonomian pada perindustrian, pertanian, dan kawasan permukiman di

beberapa kecamatan di Jawa Timur, Kasus PT Freeport yang

menimbulkan berbagai dampak besar diantaranya yaitu telah menggusur

tanah-tanah adat di mimika, pencemaran limbah tailing yang menimbun

sekitar 110 km2 wilayah estuari, terkuburnya lahan subur 133 km2, dan

sepanjang 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa telah beracun akibat limbah yang ditimbulkan, belum lagi Kasus Pembakaran Hutan untuk lahan

perkebunan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Contoh kasus diatas hanya

sebagian kecil dari dampak yang ditimbulkan akibat beroperasinya suatu

perusahaan. Oleh sebab itu saat ini pengukuran dari nilai perusahaan

dengan hanya berfokus pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan saja yang dijadikan sebagai indikator dalam penilaian perusahaan dirasa

sudah tidak layak lagi untuk dijadikan pertimbangan dalam penilaian suatu

perusahaan.

Saat ini konsep triple bottom line yaitu konsep tanggung jawab perusahaan yang tidak hanya berpijak pada kondisi keuangan saja

melainkan juga memperhatikan aspek lingkungan (planet), serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) mulai digencarkan oleh berbagai perusahaan didunia. Sehingga keseimbangan kegiatan


(30)

4

Keadaaan keuangan saja tidak cukup mampu mencerminkan pertumbuhan

nilai perusahaan. Sehingga perlu dilakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRD) oleh perusahaan. Hal yang mendasari pengungkapan CSR ini adalah perusahaan dapat berjalan sesuai dengan

harapan dari masyarakat dengan tidak hanya mengepentingkan

kepentingan shareholder tetapi juga kepada stakeholder yang meliputi pegawai, pelanggan, investor, supplier, pemerintah, dan lainnya. Menurut

Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 tahun 2007:

“Pasal (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dan Pasal (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, atau secara singkat menyiratkan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan

lingkungan”.

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa setiap industri

atau korporasi wajib dalam melaksanakan pengungkapan terhadap

tanggung jawab sosialnya, namun keharusan dalam melakukan

pengungkapan ini bukan merupakan beban bagi suatu perusahaan.

Tanggung jawab dalam pembangunan nasional tidak serta merta hanya

dipikul oleh pemerintah dan korporasi semata, namun setiap warga negara

memiliki kewajiban untuk ikut berperan serta dalam mewujudkan


(31)

5

upaya pembangunan nasional adalah mendorong pertumbuhan ekonomi

berjalan secara sehat tanpa melupakan pemberdayaan lingkungan hidup.

Dalam surah Al A’raf ayat 56-58 Allah juga menjelaskan tentang peduli lingkungan yang sudah seharusnya manusia menjaga kelestarian alam, yang berbunyi:

Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi

sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil


(32)

6

pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”(QS Al A’raf : 56-58)

Memasuki Asean Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015 lalu menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi semua perusahaan di

wilayah ASEAN termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai

perusahaan dan menjaga suistainable perusahaannya. Keberlanjutan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari aspek financial melainkan juga harus memperhatikan aspek lingkungan hidup oleh sebab itu CSR adalah isu

yang patut untuk diperhatikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari

www.cia.gov, The World Factbook dari Cental Intelligence Agency

menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara ASEAN yang

memiliki masalah lingkungan hidup yang cukup serius, terutama untuk

masalah polusi air dan deforestasi. Maraknya pembakaran hutan secara liar

yang digunakan untuk pembukaan lahan perkebunan harus lebih

diperhatikan lagi karena dampak yang ditimbulkan besar yaitu pencemaran

udara hingga sampai ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Aspek-aspek lingkungan dalam suatu perusahaan sudah sepatutnya harus

dijaga agar nilai perusahaan di mata stakeholder juga meningkat.

Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan biasanya pemodal akan

menyerahkan pengelolaan dananya kepada profesional yang biasanya


(33)

7

baik antara stakeholder maupun shareholder dengan manajemen perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara

memaksimumkan modal kerja dalam upaya pengambilan keputusan

keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap tujuan

perusahaan seperti para pemegang saham, debtholder, dan manajemen sering menimbulkan berbagai masalah (agency problem). Masalah agensi yang timbul diperusahaan biasanya dipengaruhi oleh struktur kepemilikan

(kepemilikan instiusional dan kepemilikan manajerial). Dalam upaya

pengambilan keputusan untuk meningkatkan nilai perusahaan struktur

kepemilikan akan bertindak dalam memengaruhi berjalannya proses

operasi perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya sistem

kendali yang dimiliki. Meningkatkan nilai perusahaan dengan cara

implementasi keputusan keuangan melalui keputusan pendanaan

(financing decision) dan keputusan investasi (investment decision) adalah upaya manajer dalam mencapai tujuan perusahaan.

Penelitian Haryono (2014) menjelaskan Struktur kepemilikan

lainnya yang dapat memengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan

saham oleh investor institusional. Kepemilikan institusional yang dimiliki

perusahaan dalam skala besar dapat dijadikan indikator dalam memonitor

manajemen. Apabila kepemilikan institusional ini semakin besar maka

pemanfaatan aset perusahaan pun akan semakin efisien. Dengan begitu

dapat mencegah tindakan pemborosan oleh manajemen. Penelitian Bathala


(34)

8

dengan kepemilikan institusional dalam mengontrol biaya agensi.

Kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan dalam mengawasi

manajemen akan berjalan seiringan dengan semakin meningkatnya

kepemilikan oleh institusi keuangan. Pengawasan ini akan berdampak

dalam optimalisasi kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan

meningkat.

Gitman dan Vandenberg (2009) menyatakan struktur modal

perusahaan menggambarkan perbandingan antara jumlah hutang dan

modal ekuitas yang digunakan oleh perusahaan. Manajer harus berhati-hati

mengambil keputusan dalam hal pendanaan perusahaan terutama terkait

dengan penentuan struktur modal, karena keputusan ini nantinya akan

berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan dan akhirnya akan

berimbas pada kesejahteraan para pemegang saham. Pada perkembangan

selanjutnya, Myer (1977) menjelaskan tentang teori trade off yaitu bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap

penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi setelah

melewati titik optimal tersebut peningkatan penggunaan hutang dapat

menurunkan nilai perusahaan. Titik optimal dapat diperoleh dengan

adanya keseimbangan antara keuntungan tax shield dengan financial distress dan agency cost, karena penggunaan leverage, atau terjadi trade-off antara benefit dengan cost.

Selain itu berdasarkan teori pada uraian tersebut terdapat beberapa


(35)

9

penelitian yang dilakukan Nugraheni (2010) menunjukkan hasil bahwa

CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun

yang sama penelitian Irwanti (2010) menunjukkan hasil bahwa CSRD

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan asset growth

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma

(2015) menunjukkan hasil bahwa CSR berpengaruh positif pada nilai

perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006)

menujukkan hasil bahwa Struktur kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan.

Haruman (2008) menemukan hasil bahwa managerial ownership dan

institutional ownership memiliki pengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menemukan hasil bahwa

institutional ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan CSR berpengaruh positif dan signfikan. Penelitian yang dilakukan Nuraina

(2012) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2008

memperoleh hasil bahwa Kepemilikan institusional tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian

Haryono (2014) memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional


(36)

10

Penelitian Yuyetta (2009) memperoleh hasil bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak.

Penelitian yang dilakukan Sambora (2014) pada perusahaan Food and

Beverages yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2012 menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa sales growth memiliki pengaruh tidak signifikan dengan arah negatif, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif, dan

leverage tidak berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap profitabilitas serta memperoleh hasil berpengaruh signifikan dan positif

terhadap nilai perusahaan.

Berbagai hasil terkait penelitian sebelumnya dengan hasil yang

tidak konsisten menyebabkan isu ini menjadi topik penting untuk dapat

diteliti. Berdasarkan teori agensi adanya permasalahan yang timbul terkait

dengan penelitian sebelumnya diakibatkan oleh adanya faktor beliefs dari para investor yang berperan sebagai principal terhadap seluruh informasi yang akan dipublikasikan (termasuk CSR Disclosure) oleh manajemen yang dalam hal ini berperan sebagai agent. Masih banyaknya investor yang kurang memperhatikan masalah pengungkapan disini karena

sebagian besar dari mereka hanya menganggap pengungkapan CSR

sebagai suatu iklan atau informasi yang tidak riil karena sifatnya yang

dapat dilebih-lebihkan. Penelitian ini mereplikasi dari penelitian


(37)

11

penelitian sebelumnya adalah periode penyampelan, alat ukur, dan

variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya alat ukur yang

digunakan adalah software stata 11 sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur SPSS for windows 23. Variabel independen pada penelitian sebelumnya berupa struktur modal dan struktur kepemilikan

sedangkan pada penelitian ini peneliti menambahkan dua variabel yaitu

asset growth dari penelitian irwanti (2010) dan corporate social responsibility disclosure dari penelitian Cecilia et al. (2015). Sehingga pada penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu corporate social responsibility disclosure (CSRD), asset growth, institutional ownership, dan leverage. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2015.

Berdasarkan uraian masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka

peneliti tertarik untuk menguji pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure, Asset Growth, Institutional Ownership, dan Leverage terhadap nilai perusahaan. Sampel yang akan digunakan adalah perusahaan non

keuangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2015. Dengan demikian,

judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Asset Growth, Institutional Ownership, dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan”.


(38)

12

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah corporate social responsibility disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah asset growth berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh corporate social responsibility disclosure terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh asset growth

terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh institutional ownership terhadap nilai perusahaan.

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh leverage


(39)

13

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

1. Bidang Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya tentang pentingnya

pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan

perusahaan dan nilai perusahaan.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti-peneliti

selanjutnya, terutama mengenai nilai perusahaan.

2. Bidang Praktis

a. Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi acuan manajemen perusahaan agar lebih

meningkatkan kinerjanya demi tercapainya nilai perusahaan.

b. Investor dan Calon Investor

Diharapkan dapat dijadikan acuan investor dan calon investor dalam

memandang nilaiperusahaan sebagai tolok ukur untuk pengambilan

keputusan investasi yang tepat, khususnya pada perusahaan non

keuangan yang terdaftar di BEI.

c. Kreditor

Diharapkan dapat dijadikan acuan kreditor dalam pertimbangan

pemberian pinjaman kepada perusahaan dengan memperhatikan

kemajuan nilai perusahaan dan seberapa jauh pengungkapan


(40)

(41)

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen

sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976) yang

mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih principal yang meminta agent untuk melakukan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingannya

termasuk dalam mendelegasikan beberapa keputusan atau memberikan

wewenang kepada agent. Pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan harus bertanggung jawab kepada pemilik modal karena

pemilik modal telah memberikan wewenang kepada manajemen untuk

mengambil keputusan yang terbaik demi kemajuan perusahaan yang

dikelolanya. Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan oleh

Eisenhardt (1989) dalam Haryono (2014), manajer akan bertindak

berdasarkan sifat oportunistik manusia dimana manajer sebagai seorang

manusia biasa akan lebih mementingkan dirinya sendiri daripada

melakukan suatu tindakan yang dapat meningkatkan kemakmuran

pemegang saham. Perbedaan kepentingan yang terjadi menyebabkan

timbulnya konflik keagenan antara manajemen dan para pemegang


(42)

15

saham minoritas dan mayoritas, serta para pemegang saham dan

kreditor.

2. Teori Signal

Teori Signal (signalling theory) adalah teori yang dikemukakan oleh Ross (1977). Dalam teori ini dikemukakan bahwa

pihak eksekutif perusahaan akan memiliki informasi yang lebih baik

dan cenderung untuk memberikan informasi tersebut kepada calon

investor. Adanya informasi berupa “berita bagus” yang dimiliki

perusahaan terkait dengan prospek dimasa yang akan datang diharapkan

dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Secara garis besar

ketersediaan informasi erat kaitannya dengan signalling theory.

Informasi merupakan alat penting bagi para pebisnis maupun

investor, melalui informasi dapat diketahui gambaran mengenai

keadaan perusahaan baik saat ini, masa lalu, atapun prospek masa depan

perusahaan. Informasi yang relevan, akurat, tepat waktu, dan lengkap

adalah hal penting yang harus dimiliki investor sebagai alat analisis

dalam keputusan investasi dipasar modal. Melalui publikasi informasi

atau informasi yang diumumkan di media nantinya akan dijadikan oleh

investor sebagai sinyal buruk atau sinyal baik pada upaya keputusan

investasi. Reaksi pasar pada saat pengumuman tersebut diterima adalah

hal yang diharapkan ketika pengumuman tersebut mengandung sinyal


(43)

16

Volume perdagangan saham akan mencerminkan reaksi

pasar. Perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan

datang, apabila dalam informasi yang disampaikan tersebut terdapat

sinyal baik. Dengan demikian investor akan tertarik untuk melakukan

perdagangan saham. Hal tersebut tercermin dari perubahan volume

perdagangan saham dimana reaksi pasar adalah positif. Efisiensi pasar

akan memperlihatkan hubungan antara informasi yang dipublikasikan

terkait informasi berupa laporan keuangan, politik, lingkungan, dan

sosial terhadap fluktuasi volume perdagangan saham. Husnan (2005)

dalam Cecilia et al. (2015), pasar modal efisien dapat diartikan sebagai suatu pasar dimana harga dari sekuritasnya telah menggambarkan

informasi yang relevan.

3. Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang dikembangkan oleh Donaldson dan Preston (1995). Teori ini menggambarkan bagaimana

manajer perusahaan mengelola atau memenuhi keinginan dari para

stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa suatu organisasi dalam mengungkapkan informasi terkait dengan intelektual, sosial, dan kinerja

lingkungan akan memilih untuk bersifat sukarela dimana ketika

perusahaan mengungkapkan informasi tak jarang melebihi permintaan


(44)

17

stakeholder. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa akuntabilitas organisasi ditekankan jauh melebihi kinerja keuangan.

Bagian dari pengungkapan yang sedang berkembang saat ini

adalah publikasi terkait dengan CSR. Dengan pengungkapan CSR ini

perusahaan dapat lebih lengkap dalam memberikan informasi terkait

dengan pengaruh dan dampak aktivitas operasi perusahaan terhadap

sosial dan lingkungan (Maspupah, 2014). Ullman (1985) dalam Cecilia

et al. (2015) menjelaskan bahwa akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder akan menimbulkan dampak berupa rendahnya kinerja sosial perusahaan dan rendahnya tingkat pengungkapan

informasi sosial.

4. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang dikembangkan oleh Gray

et al. (1996). Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan

(Cecilia et al., 2015). Hal itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya

memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin

maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang

diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian,

legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi


(45)

18

mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan

perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat

(society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan kepada society,

operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.

5. Teori Trade Off

Teori trade-off merupakan pengembangan dari teori Modigliani dan Miller (1958) yang dilakukan oleh Myers (1977). Teori ini

menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan

dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan hutang (tax shield benefit of leverage) dengan cost of financial distress dan agency problem (Megginson, 1997 dalam Haryono et. al., 2014 ). Menurut teori trade-off, jika perusahaan menambah hutang (debt ratio-nya), maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan pajak, karena pajak

yang dibayarkan lebih sedikit dengan adanya pembayaran bunga dari

hutang atau adanya interest tax shield, tetapi dengan meningkatnya hutang maka perusahaan akan berhadapan dengan adanya resiko

kebangkrutan yang akan menimbulkan bankruptcy cost yang lebih tinggi jika perusahaan menambah hutang ke dalam strukur pendanaan

jangka panjang.

Menggunakan hutang artinya perusahaan akan membayar


(46)

19

deductible), karena akan mengurangi kewajiban perusahaan untuk membayar pajaknya, sehingga akan meningkatkan nilai arus kas setelah

pajak. Namun, perusahaan yang menggunakan hutang melebihi titik

optimalnya (titik keseimbangan antara keuntungan pajak dengan biaya

kebangkrutan dan biaya keagenan) akan menghadapi resiko

ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi baik bunga maupun

principal atas jumlah hutang yang besar, sehingga dapat memicu terjadinya resiko kebangkrutan (financial distress) dalam perusahaan tersebut.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Hubungan Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dengan Nilai Perusahaan

Ekonomi, legal, etika, dan filantropi merupakan konsep piramida

CSR (Carrol, 1979 dalam Cecilia et al., 2015). Dengan adanya piramida tersebut memiliki arti bahwa perusahaan yang beroperasi dengan

memperhatikan konsep CSR akan berorientasi untuk mencari laba.

Namun, Perusahaan tersebut akan tetap memperhatikan terhadap

kepatuhan hukum dan di nilai sebagai perusahaan yang memiliki

perilaku yang etis dimata masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000)

dalam Gunawan dan Utami (2008), berdasarkan karakteristik sistem


(47)

20

terhadap pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan,

yaitu investor dan kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum.

Konsep triple bottom line (profit, people, dan planet) yang dikemukakan oleh Elkington (1997) memiliki maksud bahwa jika

perusahaan ingin mempertahankan keberlangsungan perusahaan

(sustainability), maka harus berlandaskan pada konsep 3P. Dimana perusahaan harus mampu menghasilkan laba (profit), memiliki kontribusi terhadap masyarakat (people), dan mampu menjaga aspek lingkungan (planet). Dengan demikian keseimbangan antara lingkungan, masyarakat, serta aspek ekonomi akibat beroperasinya

suatu perusahaan dapat terjaga. Dengan adanya pandangan tersebut

dapat disimpulkan bahwa CSR sangat erat kaitannya dengan masalah

tanggung jawab sosial, hukum, dan etika. Ross (1977) mengemukakan

signalling theory adalah teori yang dapat memberikan sinyal baik kepada manajer dimana tindakan baik tersebut tidak mungkin dapat

dilakukan oleh manajer yang memiliki kinerja buruk.

Hendriksen et al. (1991) dalam Cecilia et al. (2015) menyatakan bahwa disclosure adalah suatu penyajian yang sangat penting dalam pengoperasian pasar modal secara efisien dan optimal. Ada dua jenis

pengungkapan yaitu yang bersifat sukarela (voluntary) dan ada yang bersifat wajib (mandatory). Dalam konsep terkait pelaporan CSR yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI). Dalam G3.1 Guidelines


(48)

21

mengungkapkan dampak dari aktivitas beroperasinya perusahaan

berkaitan dengan keadaan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Nugraheni (2010) menyatakan bahwa CSR berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Sementara di tahun yang sama Irwanti

(2010) menunjukkan hasil bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Cecilia et al. (2015) menemukan hasil bahwa CSR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sementara penelitian Putra dan Wirakusuma (2015)

menunjukkan hasil bahwa Corporate sosial responsibility berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

Berdasarkan teori stakeholder pengungkapan atas kegiatan CSR dapat meningkatkan sinyal yang baik bagi investor dan stakeholder, Cecilia et al. (2015). Investor akan beranggapan ketika perusahaan melakukan pengungkapan aktif terkait dengan kegiatan CSR dan nilai

pasar perusahaan berada dalam posisi yang baik. Perusahaan yang

memiliki kinerja sosial yang bagus akan membantu perusahaan untuk

memperoleh reputasi yang baik pula dari pasar modal maupun pasar

hutang. Selain itu berdasarkan teori legitimasi juga sesuai dengan

harapan masyarakat sehingga suistanability perusahaan dapat terjaga. Dengan demikian nilai dari perusahaan juga akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas. Maka hipotesis pertama dalam penelitian ini


(49)

22

H1: Corporate sosial responsibility disclosure berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

2. Hubungan Asset Growth dengan Nilai Perusahaan

Menurut legitimasi teori, faktor strategis dalam mengembangkan

perusahaan adalah masyarakat. Dimana perusahaan dapat

mengonstruksi strategi-strategi dengan tujuan dapat memposisikan diri

dengan baik ditengah masyarakat. Keputusan investasi pada suatu

perusahaan mencakup pengalokasian dana pada berbagai bentuk

investasi, baik dana itu berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan,

Gitman dan Vandenberg (2000).

Keputusan investasi adalah melepaskan dana sekarang dengan

harapan memperoleh dana yang lebih besar dimasa yang akan datang

dibandingkan dengan dana awal yang telah dikeluarkan sebelumnya,

Irwanti (2010). Dana yang diperoleh tersebut nantinya akan digunakan

sebaik-baiknya oleh perusahaan demi perkembangan perusahaan

kedepan. Pertumbuhan perusahaan yang positif akan berdampak positif

pula terhadap nilai perusahaan karena perusahaan dapat terus

berinvestasi sehingga diharapkan dapat memiliki kesempatan yang

lebih besar dalam menambah laba.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) memperoleh hasil bahwa

keputusan keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(50)

23

terhadap nilai perusahaan. Irwanti (2010) memperoleh hasil bahwa

keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Keputusan investasi adalah faktor penting dalam menopang

kemajuan perusahaan, dimana keputusan investasi tersebut dapat

memengaruhi keberhasilan dari pencapaian tujuan perusahaan.

Keputusan investasi adalah inti dari seluruh analisis keuangan, Irwanti

(2010). Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai

berikut:

H2: Asset growth berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

3. Hubungan Intitutional Ownership dengan Nilai Perusahaan

Kepemilikan dapat mewakili sumber kekuasaan yang dapat

digunakan dalam mendukung terkait dengan keadaan manajemen

perusahaan. Kepemilikan saham oleh investor institusional seperti

asuransi, bank, dan institusi lainnya dapat mendorong peningkatan

efektifitas dalam pengawasan kinerja manajemen. Semakin besar

kepemilikan saham oleh investor institusional, maka semakin besar

kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi

manajemen, Haryono (2014). Hal ini akan memberikan dorongan yang

lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja

perusahaan juga akan meningkat.

Irwanti (2010) menjelaskan kepemilikan institutional merupakan


(51)

24

asuransi, asset management, dan dana pensiun. Tingkat kepemilikan institutional yang lebih besar akan berdampak pada usaha pengawasan

yang lebih besar pula oleh investor institutional dengan demikian

perilaku opportunistic manager dapat terhalangi.

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) memperoleh hasil bahwa

institutional ownership tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Haruman (2008) menemukan hasil bahwa institutional ownership memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif. Permanasari (2010) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional

tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang

dilakukan Nuraina (2012) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI 2006-2008 memperoleh hasil bahwa Kepemilikan institusional

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian

Haryono (2014) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Adanya monitoring yang efektif dari kepemilikan institusional terhadap manajer akan mendorong kinerja manajemen untuk lebih

disiplin, Haryono (2014). Sehingga manajer akan cenderung untuk

berusaha meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan nilai

perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan adalah:

H3: Institusional ownership berpengaruh positif terhadap nilai


(52)

25

4. Hubungan Leverage dengan Nilai Perusahaan

Teori trade-off (Myers, 1977) menyatakan bahwa dalam hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat pada satu tingkat

leverage (debt ratio) yang optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage tertentu (optimal), namun setelah melewati titik optimal, penggunaan leverage

akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat

menurunkan nilai perusahaan, Haryono (2014). Rasio leverage

merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham.

Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat

risiko tak tertagihnya suatu hutang.

Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006)

menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Yuyetta (2009) terkait analisis leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama tidak ada pajak. Irwanti (2010) terkait

pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Sambora (2014) pada Perusahaan Food and Beverages

yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2012 menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(53)

26

Penelitian yang dilakukan Maspupah (2014) menunjukkan hasil bahwa

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Leverage dapat dijadikan tolak ukur struktur modal yang optimal, yaitu ditunjukkan dengan leverage keuangan yang kecil, karena perusahaan akan cenderung mengurangi risiko, Haryono (2014). Oleh

sebab itu, perusahaan perlu melakukan pencarian dana dari sumber

eksternal baik meminjam kepada kreditor maupun melakukan

penerbitan saham. Dengan demikian, hipotesis keempat yang diajukan

adalah sebagai berikut:

H4: Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

C. Model Penelitian

Model Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

GAMBAR 2. 1.

KERANGKA KONSEPTUAL

(+)

(+)

(+) (+)

CSRD

Leverage

Asset Growth

Institutional Ownership


(54)

(55)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Objek yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan

non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun

waktu tiga tahun yaitu dimulai dari tahun 2012-2015.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data tidak

secara langsung diterima oleh peneliti. Data penelitian bersumber dari:

1. Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memperoleh data berupa daftar

perusahaan non keuangan serta laporan keuangan perusahaan non

keuangan yang listing di BEI periode 2012-2015.

2. Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website Indonesia Stock Exchange (IDX), dan website perusahaan sampel untuk memperolah data laporan tahunan serta data-data lain yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh

perusahaan non keuangan yang listing di BEI pada tahun 2012-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling


(1)

30

Persentase / jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat managerial

31 Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan 32 Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat

33 Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja

34 Memberi bantuan keuangan peda tenaga kerja dalam bidang pendidikan 35 Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja

36

Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan

37 Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 38 Fasiilitas untuk aktivitas reksreasi

39 Persentase gaji untuk pensiun

40 Kebijakan penggajian dalam perusahaan 41 Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 42 Tingkatan managerial yang ada

43 Disposisi staff-dimana staff ditempatkan

44 Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 45 Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 46 Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut

47 Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 48 Rencana pembagian keuntungan lain

49

Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja

50 Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan 51 Laporan tenaga kerja yang terpisah

52 Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 53 Gangguan dan aksi tenaga kerja

54 Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 55 Kondisi kerja secara umum

56 Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 57 Statistik perusahaan tenaga kerja

Produk

58 Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 59 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 60 Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 61 Produk memenuhi standar keselamatan

62 Membuat produk lebih aman untuk konsumen

63 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 64

Peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengelolaan dan penyiapan produk


(2)

65 Informasi atas keselamatan produk perusahaan

66 Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 67

Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000)

Keterlibatan Masyarakat

68

Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni

69 Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa / pelajar 70 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 71 Membantu riset medis

72 Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 73 Membiayai program beasiswa

74 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 75 Sponsor kampanye nasional

76 Mendukung pengembangan industri lokal

Umum

77

Tujuan / kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat

78

Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas


(3)

Descriptives

Uji Normalitas

NPar Tests

Descriptive Statistics

150 ,04987 409,88982 117,5676 94,78548120

150 25,64000 89,74000 67,05160 24,27110822

150 -42,78853 675,63000 29,71351 65,18988521

150 ,00000 91,00000 57,37380 22,81400893

150 ,02000 558,36000 92,71100 79,56624136

150 MVE

CSRD GROWTH INST LEV

Valid N (listw ise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

One-Sam ple Kolm ogorov-Sm irnov Test

150 ,0000000 92,72988029 ,099 ,099 -,069 1,209 ,108 N

Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(4)

Uji Heteroskedastisitas

Regression

Variables Entered/Removed b

LEV, INST, GROWTH, CSRD

a . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: ABS_RESID b.

Model Sum m aryb

,141a ,020 -,007 13640,77807

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), LEV, INST, GROWTH, CSRD a.

Dependent Variable: ABS_RESID b.

ANOVAb

5,5E+008 4 137632887,4 ,740 ,566a

2,7E+010 145 186070826,5

2,8E+010 149

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LEV, INST, GROWTH, CSRD a.

Dependent Variable: ABS_RESID b.


(5)

Uji Autokorelasi dan Hasil Regresi

Regression

Uji Multikolinearitas dan Hasil Regresi

Regression

Coefficientsa

10587,071 5109,876 2,072 ,040

-23,700 47,236 -,042 -,502 ,617

-2,425 17,319 -,012 -,140 ,889

-38,305 49,547 -,064 -,773 ,441

19,559 14,210 ,114 1,376 ,171

(Constant) CSRD GROWTH INST LEV Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: ABS_RESID a.

Model Sum m aryb

,207a ,043 ,017 94,00021182 1,982

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LEV, INST, GROWTH, CSRD a.

Dependent Variable: MVE b.

Variables Entered/Removed b

LEV, INST, GROWTH, CSRD

a . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: MVE b.


(6)

Model Sum m aryb

,207a ,043 ,017 94,00021182 1,982

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LEV, INST, GROWTH, CSRD a.

Dependent Variable: MVE b.

ANOVAb

57433,055 4 14358,264 1,625 ,171a

1281226 145 8836,040

1338659 149

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LEV, INST, GROWTH, CSRD a.

Dependent Variable: MVE b.

Coefficientsa

45,991 35,213 1,306 ,194

,456 ,326 ,117 1,402 ,163 ,950 1,053

,097 ,119 ,066 ,809 ,420 ,980 1,021

,329 ,341 ,079 ,965 ,336 ,977 1,023

,207 ,098 ,174 2,115 ,036 ,977 1,024

(Constant) CSRD GROWTH INST LEV Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: MVE a.


Dokumen yang terkait

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Program Nikah Massal Terhadap Citra PT. PGN SBU III Medan di Kalangan Warga Masyarakat Kota Medan)

1 29 95

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara

0 40 103

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Bni Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi Pada PT. BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara)

5 90 106

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN dan MANAJEMEN LABA terhadap NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 7 147

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY EXPENDITURE, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 2 25

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, ASSET GROWTH, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

3 8 128

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY EXPENDITURE, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

6 17 93

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, LEVERAGE, DAN ASSET GROWTH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

5 21 71

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PERBANKAN.

1 6 44