Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Bni Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi Pada PT. BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara)

(1)

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA BANK BNI SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

(STUDI PADA PT. BNI 46 KANTOR CABANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH:

SONTI YULYANDA S.B NIM: 060200124

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA BANK BNI SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

(STUDI PADA PT. BNI 46 KANTOR CABANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH:

SONTI YULYANDA S.B NIM: 060200124 DISETUJUI OLEH:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S NIP. 196204211988031004

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S Puspa Melati Hsb, SH. M. Hum NIP. 196204211988031004 NIP. 196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA BANK BNI SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) (STUDI PADA PT. BNI 46 KANTOR CABANG UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Sontang Sidabutar, Ibunda Ramatio Sitompul, yang telah membesarkan dan mendidik saya tanpa pamrih sehingga saat ini saya mampu menyelesaikan perkuliahan saya di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehinggapada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.H selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, M.H, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Muhammad Husni, SH M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S selaku Ketua Departemen Hukum Perdata fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang berkenan membantu dan memperhatikan Mahasiswa Hukum Perdata.

6. Ibu Puspa Melati Hsb, SH. M. Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak menuntun penulis dari awal sampai akhir pembuatan skripsi yang dengan kesabaran menuntun penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Ibu Nurmalawaty, SH. M. Hum selaku Dosen Penasehat Akademik selama perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Fakultas HukumUniversitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Teman-teman seperjuangan stambuk 2006 dan juga semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua kebaikan yang telah diberikan.

Dalam menyelesaikan skripsi in, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari struktur bahasa, maupun teknik penyajiannya, ini semua karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang ada pada penulis.


(5)

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sehat yang bersifat membangun demi kesempurnaan isi skripsi ini, namun demikian penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Medan, Maret 2010


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulsan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) .... 17

B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ... 23

C. Model Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 27

D. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ... 29

E. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) ... 40 BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI BADAN USAHA MILIK


(7)

A. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 54

B. Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 55

a. Perusahaan Perseroan (Persero)... 55

b. Perusahaan Umum (Perum) ... 59

C. Maksud dan Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 63

D. Pengaturan Hukum Mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 65

E. PT. Bank BNI 46 sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara.. 68

BAB IV PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. BNI 46 Tbk A. Deskripsi tentang PT. BNI 46 Tbk ... 72

B. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterapkan PT. BNI 46 Tbk ... 78

C. Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk ... 84

D. Kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... vii LAMPIRAN


(8)

ABSTRAK

Penerapan Corporate Social Responsibility pada Bank BNI sebagai badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi serta melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. BUMN tidak hanya dituntut kemampuannya dalam mencari profit/ keuntungan saja, tetapi BUMN juga memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha golangan lemah, koperasi, masyarakat dan juga dalam hal kegiatan pelestarian lingkungan. Tanggung Jawab BUMN ini dilakukan melalui Program Corporate Social

Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial korporat. Pelaksanaan Corporate Social Respnsibility (CSR) dapat dilakukan terhadap masyarakat

sekitar, karyawan perusahaan dan lingkungan hidup. Pelaksanaan Corporate

Social Responsibility (CSR) tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar

perusahaan dan lingkungan saja tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan tersebut dalam hal ini PT. BNI 46 Tbk. Dalam pelaksanaan Corporate Social Respnsibility

(CSR) perusahaan juga mendapatkan kendala yaitu kurang tegasnya peraturan

yang mengatur tentang Corporate Social Respnsibility (CSR).

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dengan menelusuri kepustakaan berdasarkan sumber-sumber bacaan seperti : Buku-buku, Literatur, Perundang-undangan yang berhubungan dengan topik selain itu juga penelitian lapangan (Field Research) dengan melakukan penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang aktual dari PT. BNI 46 Tbk.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.BNI 46 Tbk dilakukan terhadap masyarakat, karyawan

dan juga lingkungan hidup. Dimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR) PT.BNI 46 Tbk tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat saja tetapi juga

bagi PT.BNI 46 Tbk walaupun dalam pelaksanaannya ditemukan kendala- kendala yang dapat menghambat pelaksanaan Corporate Social Responsibility.


(9)

ABSTRAK

Penerapan Corporate Social Responsibility pada Bank BNI sebagai badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi serta melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. BUMN tidak hanya dituntut kemampuannya dalam mencari profit/ keuntungan saja, tetapi BUMN juga memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha golangan lemah, koperasi, masyarakat dan juga dalam hal kegiatan pelestarian lingkungan. Tanggung Jawab BUMN ini dilakukan melalui Program Corporate Social

Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial korporat. Pelaksanaan Corporate Social Respnsibility (CSR) dapat dilakukan terhadap masyarakat

sekitar, karyawan perusahaan dan lingkungan hidup. Pelaksanaan Corporate

Social Responsibility (CSR) tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar

perusahaan dan lingkungan saja tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan tersebut dalam hal ini PT. BNI 46 Tbk. Dalam pelaksanaan Corporate Social Respnsibility

(CSR) perusahaan juga mendapatkan kendala yaitu kurang tegasnya peraturan

yang mengatur tentang Corporate Social Respnsibility (CSR).

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dengan menelusuri kepustakaan berdasarkan sumber-sumber bacaan seperti : Buku-buku, Literatur, Perundang-undangan yang berhubungan dengan topik selain itu juga penelitian lapangan (Field Research) dengan melakukan penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang aktual dari PT. BNI 46 Tbk.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.BNI 46 Tbk dilakukan terhadap masyarakat, karyawan

dan juga lingkungan hidup. Dimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR) PT.BNI 46 Tbk tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat saja tetapi juga

bagi PT.BNI 46 Tbk walaupun dalam pelaksanaannya ditemukan kendala- kendala yang dapat menghambat pelaksanaan Corporate Social Responsibility.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD 1945) merupakan landasan konstitusi negara Indonesia. Melalui UUD 1945 pula secara jelas para

founding father merumuskan falsafah dan prinsip ekonomi yang menjadi landasan

ekonomi Indonesia. Mengenai sistem ekonomi negara Indonesia, dapat dilihat dalam Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan Sosial”, khususnya Pasal 33 UUD 1954.1

Dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945, secara jelas menerangkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak serta bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara, dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pengertian diatas, secara jelas Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara kesejahteraan (welfare state), dimana kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama dari pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara.2

Indonesia dirasa perlu untuk meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan Negara terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Badan Usaha Milik

1

http://www.sinarharapan.co.id/berta/, terakhit kali diakses tanngal 18 Januari 2010. 2


(11)

Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi serta melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.3

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor usaha yang belum diminati oleh swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.

4

Di Indonesia, fungsi dan peran BUMN tertuang secara jelas pada UUD Negara Republik Indonesia 1945. Di era Orde Lama, BUMN dijadikan alat pemerintah untuk merealisasikan kebijakan ekonomi terpimpin, sedangkan di era Orde Baru, Bumn diarahkan pada upaya untuk merekonstruksi ekonomi yang parah dan sebagai perintis sektor-sektor ekonomi yang belum terbuka. Namun semenjak jatuhnya harga minyak tahun 80-an, pemerintah memperketat anggaran dan membelanjai sektor prioritas bukan lagi BUMN. Untuk itu pemerintah menempuh berbagai kebijaksanaan guna memberdayakan BUMN atas dasar

3

Penjelasan Umum I Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.

4

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility (CSR), ,Gresik, Fascho Publishing, 2007, hal. 81.


(12)

kemampuan sendiri, dengan tujuan peningkatan produktifitas, efektifitas dan efisiensi terjaminya prinsi-prinsip ekonomi dalam pengelolaannya (accountable &

audittable) dan mempunyai daya saing tinggi berdasarkan prinsip mekanisme

pasar bebas agar dapat mempertahankan kehadirannya sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional, serta yang pada akhirnya sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional, serta yang pada akhirnya sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional, serta yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (agen

of development).5

Merupakan fakta yang tidak bisa dibantah bahwa BUMN Indonesia mengemban misi yang amat strategis dalam pembangunan nasional. BUMN dituntut untuk mampu memberikan kontribusi optimal bagi pembangunan perekonomian nasional, diantaranya melalui deviden dan pajak. BUMN juga duwajibkan untuk berpartisipasi dalam program-program strategis untuk mengatasi berbagai permasalahan nasional. Lebih dari itu, BUMN juga dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat pada umumnya.6

Oleh karena itu, BUMN tidak hanya dituntut kemampuannya dalam mencari profit/ keuntungan saja, tetapi BUMN juga memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada karyawan, pengusaha golangan lemah, koperasi, masyarakat dan juga dalam hal kegiatan pelestarian

5

Marsuki , Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional Kebijaksanaan Ekonomi,

Ekonomi Kerakyatan Perbankan, Kredit, Uang, Pasar Modal, BUMN, Privatisasi, Pengusaha Utang Luar Negeri, dan Isu Ekonomi Sektoral, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2005, hal 255-256.

6

Dibyo Soemantri Priambodo, Perjalanan Panjang dan berliku Refleksi BUMN

1993-2993 Sebuah Catatan tentang Peristiwa, Pandangan dan Renungan dalam Satu Dasawarsa,


(13)

lingkungan. Tanggung Jawab BUMN ini dilakukan melalui Program Corporate

Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial korporat. Peraturan

tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ini diatur dalam Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-undang ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR).

Di Tanah Air, perbincangan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Disebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).Peraturan lain yang juga mengatur tentang Corporate Social Responsibility (CSR) adalah Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 16 (b) menyatakan bahwa “Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”7

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah konsep dimana

perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi kepada masyarakat dengan lebih baik lagi dan lingkungan yang lestari. Tanggung Jawab Sosial korporat atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah merupaka suatu konsep bahwa organisasi, Khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang

7


(14)

saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) berhubungan erat dengan “pembangunan

berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosisl dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.8

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program yang bersifat

mutualis, antara korporat dan stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Ini mengindisikasikan bahwa mekanisme komunikasi yang dilakukan pastinya juga bersifat dua arah. Korporat tidak hanya berperan sebagai penyampai pesan tetapi juga harus arif untuk mendengar aspirasi stakeholders Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility (CSR) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas. Beberapa hal yang termasuk dalam Corporate Social

Responsibility (CSR) antara lain adalah tata laksana perusahaan (Corporate Governance) yang sekarang sedang marak di Indonesia, kesadaran perusahaan

akan lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar bagi karyawan, serta hubungan perusahaan-masyarakat.

8


(15)

(pihak-pihak lain yang berkepentingan). Demikian pula dengan stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan), baik internal maupun eksternal, juga mengedepankan sebuah prinsip dan nilai-nilai untuk melakukan kerja sama dan kemitraan dengan korporat dalam menjalankan aktivitas Corporate Social

Responsibility (CSR). Mekanisme dialog dan dengar pendapat menjadi hal

mendasar yang tidak dapat dihindari.9

Dengan demikian, Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antara stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara

stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Konsep kedermawanan

perusahaan (corporate philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan) lainnya.10

Sejalan dengan semangat dunia usaha untuk mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang semakin meluas, maka

9

Reza Rahman, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, Jakarta, PT. Buku Kita, 2009, hal. 103.

10

Bambang Rudito, Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


(16)

pemerintah beserta segenap jajarannya sebaiknya berusaha untuk memahami konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ini agar ada keterpaduan dengan pemahaman dunia usaha. Sebab, bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak sejalan, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan pula dengan kebijakan dunia usaha.

Banyak pihak menganggap bahwa sulitnya merealisasikan beberapa tujuan ideal kebijaksanaan ekonomi pemerintah, secara mendasar disebabkan oleh berbagai alasan. Diantaranya, masih kurang terkoordinasinya pelaksanaan kebijaksanaan yang disusun oleh lembaga-lembaga yang ada secara bersinergi, sebagai akibat belum jelasnya blue print pembangunan ekonomi nasional kita. Sehingga beberapa lembaga yang ada hanya menjalankan rencana-rencana kerja mereka secara parsial, belum dalam suatu kerangka sistem perencanaan pembangunan ekonomi yang baik. Hal ini, ditengarai sebagai masih terlalu banyaknya deal-deal politik dan kepentingan perorangan atau kelompok, yang menjadi latar belakang pengambilan kebijaksanaan ekonomi pemerintah, sehingga tidak atau belum mempunyai kaitan dengan kebutuhan pembangunan ekonomi masyarakat yang diharapkan.11

Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama dengan pelaku usaha, tanpa diliputi prasangka dan menganggap diri lebih baik, membincangkan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, bila perlu berikan blue print rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan demikian ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerjasama antara pemerintah

11

Marsuki, Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006), hal 2.


(17)

dan dunia usaha menjadi terbuka semakin lebar. Setidaknya, tidak terjadi

overlapping program antara pemerintah dan dunia usaha.12

1. Bagaimana Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterapkan PT. BNI 46 Tbk?

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul skripsi “Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada BNI sebagai Badab Usaha Milik Negara (BUMN)” maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

2. Apa manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk?

3. Apa yang menjadi kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

yang diterapkan PT. BNI 46 Tbk.

2. Untuk mengetahui Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk.

12


(18)

3. Untuk mengetahui Kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46 Tbk.

Manfaat Penulisan: 1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya.

b. Untuk mengetahui secara konkrit sejauhmana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada BNI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya dunia perusahaan yang berhubungan langsung dengan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut kemudian dapat mengimplementasikan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dengan sebaik-baiknya sehingga membawa manfaat baik bagi perusahaan, bagi pemerintah, bagi masyarakat, maupun bagi kelestarian lingkungan.

D. Keaslian Penulisan

“PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA BANK BNI SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)” yang diangkat menjadi judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Kalaupun terdapat judul yang hampir sama dengan judul ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda.


(19)

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan ini perlu diperhatikan beberapa ketentuan atau batasan yang menjadi sorotan. Ketentuan atau batasan tersebut berguna untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi ini agar sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebelumnya serta membantu pembaca untuk mengerti cakupan skripsi ini. Adapun ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan yang akan ditentukan antara lain sebagai berikut:

Menurut Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa:“Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”.13

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan perusahaan untuk berprilaku secara etis dan berkontribusi kepada pengembangan ekonomi dengan tetap meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluargamereka, begitu juga halnya dngan masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan.

Corporate Social Responsibility (CSR) secara sederhana dapat diartikan

bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh positif di masyarakat. Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Menurut Lord

Home dan Richard Watts:

14

13

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 1.

14

Amin Widjaja, Business Ethics & Coprorate Social Responsibility (CSR), (Jakarta: Harvarindo, 2008) hal. 22.


(20)

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipahami sebagai komitmen usaha

untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.15

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

adalah sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang berasal lebih dari 30 negara itu, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan Corporate Social

Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai “Continuing commitmentby business to behave etnically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.” Maksudnya adalah

komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganyasekaligus juga peningkatan komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.16

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

perusahaan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan harus berpedoman pada konsep triple bottom line yang dikemukakan oleh John Elkington yang berpijak pada pemikiran bahwa selain mengejar keuntungan, perusahaan juga harus

15

Bambang Rudito, Op. cit., hal 207. 16

Jackie Ambadar, CSR dalam Praktek di Indonesia, jakarta, PT elex Media Komputundo, 2008, hal 33.


(21)

melihat sisi kesejahteraan sosial dengan tak lupa memperhatikan kesejahteraan lingkungan. Atau dikenal dengan istilah 3P (Profit, People, Planet).

1. Profit (untung)

Merupakan tujuan utama dari setiap peusahaan. Setiap perusahaan pasti akan berloba-lomba untuk menaikkan profit dengan meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya serendah mungkin.

2. People (masyarakat)

Masyarakat juga merupakan unsur penting pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan yang berdiri akan dikelilingi oleh masyarakat disekitarnya. Sudah seharusnya apabila perusahaan ingin tetap eksis dan mendapat kepercayaan masyarakat, maka harus menyertakan tanggung jawab sosial. 3. Planet (lingkungan)

Hubungan perusahaan terhadap lingkungan adalah hubungan sebab akibat. Intinya segala hal yang ditimbulkan oleh lingkungan tergantung bagaimana perlakuan perusahan terhadap lingkungan tersebut, apabila lalai dalam merawat lingkungan, lingkungan akan memberikan dampak yang buruk. Sebaliknya apabila perusahaan merawat lingkungan, lingkungan pun akan memberikan hasil yang baik kepada perusahaan dan msayarakat.17

Bank Negara Indonesia adalah bank pemerintah di Indonesia yang tertua dalam sejarah Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 5 Juli 1946,

17

http://ariyo-ariyo .blogspot.com/2008/02/corporate-social-responsibility.html, terakhir kali diakses tanggal 03 Februari 2010


(22)

yang dalam awal berdirinya merupakan Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang Republik Indonesia.18

1. Jenis Penelitian F. Metode Penulisan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut kadang kala dilakukan dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yang penulis laksanakan adalah di PT. Bank Negara Indonesia Cabang Universitas Sumatera Utara.

3. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan yang berasal dari pihak PT.BNI 46 cabang Universitas Sumatera Utara dan pihak-pihak yang terkait

b. Data sekunder.

Data sekunder tersebut meliputi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:

18


(23)

1. Norma/ kaedah dasar, yaitu: Pembukaan UUD 1945.

2. Peraturan Dasar, yaitu: Batang Tubuh UUD 1945 3. Peraturan Perundang-undangan

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum. 3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum), ensiklopedia.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), Penelitian yang digunakan dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder berupa: Perundang-undangan, sejumlah buku-buku, artikel-artikel dari media elektronik yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian. b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu dengan melakukan

penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang aktual dari PT. BNI 46 Tbk.


(24)

5. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun secara sistematis dan dibagi dalam 5 (lima) bab, dan setiap bab dibagi dalam sub bab (bagian-bagian) yang secara garis besarnya akan digambarkan sebagai berikut:

BAB I : Bab ini menerapkan ringkasan mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematis Penulisan.

BAB II : Bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Corporate Social

Responsibility (CSR), Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR), Model Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR), Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR).

BAB III : Bab ini membahas tentang Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum), Maksud dan tujuan Pendirian Badab Usaha Milik Negara (BUMN), Pengaturan hukum Mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),


(25)

PT. Bank Negara Indonesia sebagai Salah Satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

BAB IV : Bab ini merupakan jawabab dari permasalahan. Bab ini dibagi dalam (4) empat sub bab, yaitu Deskripsi tentang PT.BNI 46, Pelaksanaan

Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterapkan PT.BNI 46,

Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.BNI 46, Kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. BNI 46.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan sekaligus dikemukakan beberapa saran.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR).

Di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, Corporate Social Responsibility

(CSR)/ tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitar

perusahaan sedang diteliti dengan seksama. Ini mencerminkan berkembangnya kesadaran akan pengaruh kegiatan mereka terhadap lingkungandan kerugian yang dapat ditimbulkan dari kegiatan mereka. Di mana-mana, terjadi diskusi yang mencerminkan pengakuan adanya perubahan hubungan antara perusahaan dan komunitas.

Corporate Social Responsibility (CSR)/ tanggung jawab sosial perusahaan

telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakab sejak lama. Bahkan di dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.19

19

Hangga Surya Prayoga, “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”,


(27)

Adanya Revolusi Industri telah menyebabkan masalah tanggung jawab perusahaan menjadi fokus yang tajam. Ini merefleksikan kekuatan industri baru untuk membentuk kembali hubungan yang sudah diaggap kuno, Feodal, klan, rumpun , atau sistem otoritas yang berlandaskan kekeluargaan dan teknologi memberi kekuasaan yang besar dan kekayaan pada “perusahaan”. Tanah harus dibagi-bagikan kembali dan kota-kota dibangun. Kekuatan mesin yang melebihi manusia meningkatkan masalah tanggung jawab dan moralitas. Kesan yang kadang-kadang muncul adalah, Revolusi Industri melakukan pelanggaran keras terhadap sistem, struktur, dan perhatian pada masa lalu. Dampak industrialisasi terhadap lingkungan alam maupun lingkungan buatan menjadi sumber baru untuk diperhatikan dan diberi tanggapan. Kondisi di sekitar pabrik dan kota memperbesar kemarahandan membuat orang lain memberi perhatian mendalam.20

Gema Corporate Social Responsibility (CSR) semakin terasa pada tahun 1960-an saat di mana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam aktivitas yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sektor produktif dari masyarakat.21

Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat juga ditelusuri dari Zaman Yunani Kuno, sebagaimana disarankan Nocholas Eberstadt.

20

Tom Cannon, Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Perusahaan), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995), hal. 2, 8.

21


(28)

Beberapa pengamat menyatakan Corporate Social Responsibility (CSR) berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen maupun fiqih muamalah dalam Islam. Tetapi istilah Corporate Social

Responsibility (CSR) sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen

menerbitkan buku “Social Responsibility of Businessmen” pada 1953. Sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada dekade 1980-an dunia barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu. Tentunya dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial.22

Buku karangan Howard Bowen yang berjudul “Social Responsibility of

Businessmen” dapat dianggap sebagai tonggak bagi Corporate Social Responsibility (CSR) modern. Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal

dari Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai: “…obligation of

businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those line of action which are diserable in term of the objectives and values of our society.” Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di

kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak Corporate Social Responsibility (CSR). Sejak saat itu sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan dalam buku Bowen. Ide dasar yang dikemukakan Bowen

22


(29)

adalah mengenai “kewajiban perusahan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan.23

Dalam dekade 1960-an pemikiran Bowen dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Devis yang memperkenalkan konsep

Iron law of Social Responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa

penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakat. Dalam periode 1970-1980 definisi Corporate Social Responsibility

(CSR) lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis

bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar menjadi penunjang eksistensi perusahaan.24

Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasandaya dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksponensial.

23

Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 37.

24 Ibid.


(30)

Karenanya, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.25

Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya kearah Community Development (CD). Intinya kegiatan kedermawanan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala Robbin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan manusia misal pengembangan kerja sama, memberikan ketrampilan, pembukaan akses pasar, dan sebagainya. Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan civil society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi prektek

Community Development (CD). Community Development (CD) menjadi suatu

aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak.26

Terobosan besar dalam kontek Corporate Social Responsibility (CSR) ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (Profit, people dan planet) yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Fotks, the Triple Bottom Line of

Twentieth Century Business” yang di release pada tahun 1997. Ia berpendapat

bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan Cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Gaung Corporate Social Responsibility (CSR) kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun

25

Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 5. 26


(31)

2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat inilah, definisi Corporate Social

Responsibility (CSR) mulai berkembang.27

Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai Corporate Social Responsibility (CSR), secara faktual aksinya mendekati konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan

“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep

Corporate Social Responsibility (CSR) dan melakukan advokasi kepada berbagai

perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahan sejatinya bukan hanya

shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara

27


(32)

satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004).28

Saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi sebuah isu global. Tetapi walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum ada definisi tunggal dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterima secara global. Secara etimologis Corporate Social Responsibility (CSR )dapat diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Korporasi.

Corporate Social Responsibility (CSR) kini dianggap penting untuk

menjembatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang dapat maju apabila berada di tengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya. Itu sebabnya model Corporate Social

Responsibility (CSR) yang kini dikembangkan lebih luas jangkauannya dari

sekedar menunjukkan kepedulian terhadap berbagai problematika sosial. Perusahaan membutuhkan masyarakat yang semakin meningkat kualitas hidupnya, potensi kewirausahaan serta lingkungannya demi menunjang eksistensi usaha di masa depan. Dengan demikian maka pelaku bisnis yang visioner memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak sekarang.

B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

29

28

29

Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko


(33)

Secara Umum Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan peningkatan kulitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari

stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan) baik secara internal (pekerja,

shareholders (pemegang saham) dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).30

Tanggung Jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam Undang-Undang RI No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74, Corporate Social Responsibility (CSR) disebut dengan istilah “Tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang RI Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas didefinisikan:

31

Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah Definisi yang dikemukakan oleh Magnan & Farrel (2004) yang mendefinisikan Corporate Social

30

Bambang Rudito, Op. cit., hal. 207. 31


(34)

Responsibility (CSR) sebagai: “A business acts in socially resposible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest”.

Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan) yang beragamdalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil patra pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab. Sedangkankomisi Eropa membuat definisi yang lebih praktis, yang pada dasarnya bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikanperhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet earth).32

The Commission for European Communities dalam publikasi Green Paper-nya memandang Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah

konsep yang penting dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi bagi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih besar. Green Paper mencatat bahwa bagi sebuah organisasi untuk menjadi bertanggung jawab secara lingkungan berarti tidak hanya memenuhi sebuah ekspektasi legal, tetapi juga menginvestasikan lebih dalam hal sumber daya manusia, lingkungan dan hubungan dengan para stakeholders. Green Paper juga mendeskripsikan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam dua kategori yaitu

32

A.B. Susanto, Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility,, Jakarta, The Jakarta Consulting Group, 2007, hal. 21-22.


(35)

dimensi internal diinterpretasikan termasuk dalam manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan sat kerja, adaptasi pada perubahan, dan manajemen dari dampak lingkungan dan sumber daya alam. Dimensi eksternal termasuk komunitas lokal, rekan bisnis termasuk pemasok dan konsumen dan kepadulian lingkungan global.33

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan

perusahaan untuk berprilaku secara etis dan berkontribusi kepada pengembangan ekonomi dengan tetap meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluargamereka, begitu juga halnya dngan masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan.

Corporate Social Responsibility (CSR) secara sederhana dapat diartikan

bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh positif di masyarakat. Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Menurut Lord

Home dan Richard Watts:

34

Versi lain mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dilontarkan oleh world Bank. Lembaga keuangan global ini memandang Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai: “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with amployees and their representatives the local community and sociaty at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development.” Yang

artinya adalah komitmen bisnis untuk berprilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang

33

Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, Op. cit., hal. 39. 34


(36)

bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat ummu.35

Meskipun memiliki banyah definisi, namun secara esensi Corporate

Social Responsibility (CSR) merupakan wujud dari giving back dari korporat

kepada komunitas. Perihal hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat tulus guna memberi kontribusi yang paling positif pada komunitas (stakeholders).36

Tampaknya wacana Corporate Social Responsibility (CSR) ini akan menjadi tren global. Tidak sedikit perusahaan-perusahaan raksasa maupun menengah, baik yang multinasional, nasional maupun domestik, telah mengklaim bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) ini telah diimplementasikan dengan baik. Banyak perusahaan telah menggeser paradigma sempit yang menyatakan bahwa orientasi seluruh kegiatan perusahaan hanyalah profit, dimana aktivitas apapun harus ditakar dari sudut menambah keuntungan finansial scara langsung atau tidak.

C. Model Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

37

Merujuk pada Saidin dan Abidin sedikitnya ada empat model atau pola

Corporate Social Responsibility (CSR) yang umumnya diterapkan oleh

perusahaan di Indonesia, yaitu:38

35

Jackie Ambadar, CSR dalam Praktek di Indonesia, jakarta, PT elex Media Komputundo, 2008, hal. 33.

36

Reza Rahman, Op. cit., hal. 10. 37

Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. xxiii 38

Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek


(37)

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program Corporate Social

Responsibility (CSR) secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri

kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat senior, seperti corporate secretary atau

publik affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan Corporate

Social Responsibility (CSR) melalui kerjasama dengan lembaga sosial/

organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Berbagai lembaga sosial/ Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan Corporate Social Responsibility

(CSR) antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pemerintahan Indonesia/ LIPI, Depdiknas,


(38)

Depkes, Depsos,); Universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang didepakati bersama.

D. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan pentingnya perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada masalah-masalah yang terjadi dalam komunitas mereka. Lebih jelasnya, masyarakat menuntut tanggung jawab sosial perusahaan. Awal mula munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan yang dimaksud disini tidak terbatas pada Perseroan Terbatas, tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi tuntutan tak terelakkan

seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi


(39)

oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada disekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. Korporat yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan

charity dan phylanthrophy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut

andil dalam kelangsungan eksistensi korporat.39

1. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kegiatan Philanthropy

Perusahaan.

Tetapi Corporate Social Responsibility (CSR) juga sering disalahartikan sebagai kegiatan donasi perusahaan atau sekadar ketaatan perusahaan pada hukum dan aturan yang berlaku (misalnya taat pada aturan mengenai standar upah minimum, tidak mempekerjakan tenaga kerja dibawah umur). Padahal, kegiatan donasi (philanthropy) dan ketaatan perusahaan pada hukum tidak dapat dikatakan sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan donasi dan ketaatan perusahaan pada hukum hanya syarat minimum agar perusahaan dapat beroperasi dan diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu pemahaman secara jelas tentang konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu:

Philanthropy adalah kegiatan yang bersifat amal (charity). Sebuah

kegiatan amal tidak memerlukan komitmen berkelanjutan dari perusahaan. Tanggung jawab perusahaan terhadap sebuah kegiatan philanthropy berakhir bersamaan dengan berakhirnya kegiatan amal yang dilakukan perusahaan tersebut.

39


(40)

Lebih dari sekedar Philanthropy atau sumbangan perusahaan,

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu komitmen bersama

dari seluruh stakeholders perusahaan untuk bersama-sama bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial. Jadi, Corporate Social

Responsibility (CSR) bukan merupakan sumbangan dari salah satu atau

lebih stakeholder perusahaan (misalnya berupa penyisihan keuntungan dari pemegang saham untuk kegiatan sosial), tetapi menjadi tanggungan seluruh stakeholders. Dalam melakukan Corporate Social Responsibility

(CSR), tidak ada stakeholders yang lebih dirugikan. Setiap stakeholders

berkomitmen dan bertanggung jawab atas pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) ini.

Jika dalam melakukan kegiatan philanthropy, setelah sejumlah uang disumbangkan atau suatu kegiatan sosial dilakukan perusahaan tidak memiliki tanggung jawab lagi, maka alam melakukan Corporate Social

Responsibility (CSR) komitmen dan tanggung jawab perusahaan ini

dibuktikan dengan adanya keterlibatan langsung dan kontinuitas perusahan dalam setiap kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukannya. Justru keterlibatan langsung dan kontinuitas kegiatan ilmiah yang menjadi ciri dari Corporate Social Responsibility (CSR).40

2. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Ketaatan Perusahaan pada Hukum

40


(41)

Corporate Social Responsibility (CSR) juga berbeda dengan sikap

perusahaan untuk taat pada hukum atau aturan yang berlaku seperti misalnya aturan tentang ketenagakerjaan, perlindungan HAM, pelestarian lingkungan hidup dan lain-lain. Taat pada hukum adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan. Tetapi, hanya sekedar memenuhi standar tenaga kerja, melindungi hak-hak asasi karyawan, mengikuti standar prosedur pengelolaan lingkungan yang baik dan setumpuk peraturan lainnya bukan hal yang menjadi perhatian utama dari Corporate Social Responsibility

(CSR).

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bersama

dari semua stakehoders perusahaan yang dinyatakan baik dalam code of

conduct, code of ethics, corporate policy maupun statement of principles

perusahaan serta diwujudkan dalam setiap tindakan yang diambil oleh perusahaan tersebut, dan harus ditaati oleh setiap stakeholders tersebut. Jadi, dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR), sebenarnya perusahaan menaati aturan yang dibuat sendiri (self-regilation) berdasarkan komitmen setiap stakeholders, berbeda dengan sekedar taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah strategi bisnis, dan

oleh karena itu komitmen yang dinyatakan dalam code of conduct, code of

ethics, corporate policy dan statement of principles perusahaan ini


(42)

perusahaan, termasuk didalamnya komitmen untuk menaati setiap aturan pemerintah.41

3. Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Multinasional

Globalisasi ekonomi dunia telah memperluas pemahaman tentang

Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan semakin menipisnya

batas-batas negara, banyak perusahaan-perusahaan dengan kekuatan modal yang besar melakukan ekspansi usahanya keluar dari negara asalnya.

Pada umumnya perusahaan multinasional melakukan ekspansi usahanya dengan membangun pabrik-pabrik besar di negara-negara berkembang, dimana aturan-aturan hukum masih lemah, terutama dalam masalah tenaga kerja dan standar pengelolaan lingkungan yang baru sehingga dapat menghemat biaya operasional perusahaan tersebut.

Bagi negara-negara berkembang yang menerima investasi langsung (direct investment) perusahaan-perusahaan besar tersebut, investasi akan disambut dengan sangat baik karena selain akan akan mendatangkan pemasukan negara, investasi tersebut juga akan dapat membantu negara berkembang tersebut mengatasi masalah pengangguran di negaranya.

Masalahnya, upaya ekspansi perusahaan dengan maksud menghemat biaya operasional ini tidak selamanya berjalan mulus. Masyarakat pada negara-negara maju dengan kesadaran akan tenggung jawab perusahaan yang semakin baik menuntut bukti nyata bahwa

41


(43)

perusahaan tersebut melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)- nya.

Bagi perusahaan multinasional, Corporate Social Responsibility

(CSR) menjadi semakin kompleks. Globalisasi telah memperluas

pengertian stakeholders jauh diluar pengertian stakeholders yang dikenal oleh perusahaan tersebut sewaktu masih menjadi perusahaan nasional biasa. Di negara berkembang, fasilitas-fasilitas produksi, karyawan, keluarga dari karyawan tersebut dan komunitasnya menjelma menjadi kelompok stakeholders yang baru. Dalam hal ini, kontrak sosial yang dibangun perusahaan tersebut di negara asalnya belum tentu berlaku dalam lingkungan global yang lebih luas.

Sebuah perusahaan multinasional diharapkan tidak hanya menjadi sebuah legal entity, tetapi sebuah perusahaan multinasional diharapkan menjadi global corporate citizen, yang mempunyai hak maupun tanggung jawab. Perusahaan multinasional diharapkan dapat menjadi motor penggerak bagi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di seluruh dunia. Dengan demikian dapat dipahami mengapa dalam setiap bentuk kerjasama antara perusahaan multinasional dengan perusahaan lokal atau perusahaan setempat, keterkaitan dan kepatuhan dengan

company policy atau code of conduct menjadi dan merupakan salah satu

faktor utama. Dengan berpedoman pada daya ikat yang didasarkan pada perjanjian, Corporate Social Responsibility (CSR) yang tertuang dalam


(44)

company policy atau code of conduct tersebut akan dilaksanakan di seluruh

dunia.42

Corporate citizenship adalah cara perusahaan bersikap atau

memperhatikan perilaku ketika berhadapan dengan para pihak lain sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Corporate citizenship juga menyangkut pada masalah pembangunan sosial (social development) dan dilakukan pada konteks partnership dan tata kelola (governance). Prinsip ini memperhatikan pembangunan masyarakat, perlindungan dan pelestarian lingkungan untuk keberlanjutan lingkungan dan membantu memperbaiki kualitas hidup manusia. Corporate citizenship ini dilakukan melalui manajemen internal yang lebih baik, membantu memberikan bantuan sumber daya untuk pembangunan sosial dan kemitraan dengan masyarakat buka bisnis dan masyarakat luas.43

Corporate citizen yang baik tidak hanya terlibat diskusi dengan

kelompok stakeholders tetapi juga berusaha untuk menghargai dan menaati hal-hal yang menjadi perhatian para stakeholders tersebut. Menaati hal-hal yang menjadi perhatian stakeholders tersebut kemudian dapat dibuat dalam sebuah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Konsep kewarganegaraan (citizenship) ini menghubungkan antara aturan hukum dam standar kontrak sosial yang lebih luas karena

42

Ibid., hal. 22-26. 43

Tony Djogo, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility),


(45)

tanggung jawab warganegara (perusahaan) ini lebih dari sekedar kewajiban yang dimandatkan oleh hukum.

Global corporate citizenship menekankan bahwa bagi perusahan

multinasional hak dan kewajiban perusahaan multinasional tersebut harus disesuaikan dengan konteks global yang merupakan “masyarakat” bagi perusahaan tersebut. Konsep global corporate citizenship mengusulkan bahwa perusahaan multinasional tidak hanya merupakan legal citizens pada setiap negara yang menjadi tempat usaha mereka, tidak hanya bertanggung jawab pada masalah-masalah sosial masyarakat dan lainnya. Perusahaan multinasional pada kenyataannya adalah “global citizens” yang status internasionalnya, keterlibatanya dan kemampuannya menghadapkan mereka pada tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang tidak ditemukan pada perusahaan dengan skala nasional biasa.44

4. Teori Triple Botton Line

Dengan semakin berkembangnya konsep Corporate Social

Responsibility (CSR) ini, maka banyak teori yang muncul yang

diungkapkan berbagai pihak mengenai Corporate Social Responsibility

(CSR) ini. Salah satu yang terkenal adalah teori triple botton line yang

dikemukakan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Botton Line of Twentieth Century

44


(46)

Business”. Elkington mengembangkan konsep triple botton line dalam

istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuak perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengenai keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).45

a. Profit ( Keuntungan)

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single botton line, yaitu aspek ekonomi yang merefleksiksn dalam kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan

utama dari setiap kegiatan usaha. Tah heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.

Profit sendiri pada hakikatnya meupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk

45


(47)

mendongkrak profit antara lain dengan menigkatan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keuntungan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.

Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.

b. People (Masyarakat)

Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakatsekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptable, perusahaan gharus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial.


(48)

Menghadapi tren tersebut, satnya perusahaan melihat serius pengaruh dimensi sosial, dari setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukanlah suatu pilhan yang terpisah, melainkan berjalan berirngan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan.

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah investasi masa

depan. Artinya, Corporate Social Responsibility (CSR) buka lagi dilihat sebagaisentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

c. Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lngkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan akseptable maka harus disertakan pula taggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana kita memperlakukannya.

Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, di mana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan


(49)

pun akan memberikan manfaat kepada kita. Sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan terhadap lingkungan setempat kita tinggal pada akhirnya akan kembali kepada kita sesuai dengan apa yang telah kita lakukan. Apakah kita akan menerima manfaat atau justru menderitakerugian, semuanya bergantung pada bagaimana kita menjaga lingkungan.

Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya

profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet (lingkungan).46

1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. E. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)

Dasar hukum dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut:

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Peraturan dalam Industri Perbankan.

46


(50)

Pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dalam Bab V. Hal ini merupakan masalah baru dalam hukum Perseroan Terbatas. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, tidak mengaturnya. Akan tetapi, Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sangat minim sekali. Hanya terdiri dari 1 (satu) pasal saja, yakni Pasal 74.47 Bunyi Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan Corporate Social

Responsibility (CSR)bagi perseroan Terbatas adalah:48

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggap dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhitungkan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

47

Yahya harahap, Hukum Perseroan Terbatas , Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal. 125. 48


(51)

Dalam Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan Corporate

Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya

di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti (core business) dari perusahaan tersebut. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melaksanakan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemapuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Hal ini berati bahwa baik itu perusahaan pertambangan, industri perkayuan, industri makanan, yang dalam kegiatan usahanya berhubungan langsung dengan sumber-sumber daya alam, maupun rumah sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan dan perusahaan-perusahan lain yang walaupun tidak secara langsung menggunakan sumber daya alam dalam kegiatan usahanya, wajib melaksanakan

Corporate Social Responsibility (CSR).49

Apabila tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroa sebagai legal entity yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran maka harus ada itikad baik dari perseroan. Itikad baik dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempergunakan istilah itikad baik dalam dua pengertian, yang pertama pengertian itikad baik dalam arti subjektif disebut kejujuran, terdapat dalam Pasal 530 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan seterusnya yang mengatur mengenai kedudukan berkuasa (bezit).

49


(52)

Itikad baik dalam arti subjektif ini merupakan sikap batin atau suatu keadaan jiwa (psychische gestelheid). Jadi dalam hal ini itikad baik (kejujuran) dimaknai sebagai keinginan dalam hati sanubari pihak yang memegang atau menguasai barang pada waktu ia mulai menguasai barang tersebut, yang kedua, itikad baik dalam artian objektif disebut dengan istilah kepatutan, terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) yang berbunyi: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”, yang dimaksud dengan pelaksanaan dengan itikad baik (uitvoering te goeder

trouw) itu. Menurut Wery: “Kedua belah pihak harus berlaku yang satu terhadap

yang lain seperti patutnya diantara orang-orang yang sopan tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa akal-akalan tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja, tetapi juga dengan melihat kepentingan pihak lain.50

Pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat pada:51

1. Pasal 15

Setiap penanaman modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan

usaha penanaman modal; dan

50

Hendrik Budi Untung, Op. cit., hal. 16. 51


(53)

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pasal 34

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketntuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka mempraktikkan kaidah-kaidah tata kelola perusahaan yang baik/ Good Corporate Governance (GCG), perusahaan-perusahaan dianjurkan untuk membuat suatu Corporate Code of Conduct (CCC) yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika bisnis, sebagai basis menuju praktik Corporate Social

Responsibility (CSR).52 Terdapat lima prinsip tata kelola perusahaan yang baik/

Good Corporate Governance (GCG) yang dapat dijadikan pedoman bagi para

pelaku bisnis yaitu:53

1. Transparency (Keterbukaan Informasi)

52

Hendrik Budi Untung,, Op. cit., hal. 24. 53


(54)

Secara sedehana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Yang dimaksud akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewwenangserta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawb selain kepada

shareholder juga kepada stakeholders-nya.

4. Indepandency (Kemandirian)

Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan tanpa tekanan atay intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.


(55)

5. Fairness (Kesetaran dan Kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak

stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Diharapkan fairness dapat menjadi factor pendorong yang dapat memonitori dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

Pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat pada:54

1. Menimbang butir a

Bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Menimbang butir b

Bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Reppblik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

3. Menimbang butir d

Bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

54

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.


(56)

lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan.

4. Menimbang bitir e

Bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

5. Pasal 1 butir 1

Lingkunan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sndiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhlukmhidup lain.

6. Pasal 1 butir 2

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

7. Pasal 1 butir 3

Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta


(57)

keselamata, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidupgenerasi masa kini dan generasi masa depan.

8. Pasal 1 butir 6

Pelestarian fungsi lengkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelagsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

9. Pasal 2

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:

a. tanggung jawab negara; b. kelestarian dan keberlanjutan; c. keserasian dan keseimbangan; d. keterpaduan;

e. manfaat; f. kehati-hatian; g. ekoregion;

h. keanekaragaman hayati; i. pencemar membayar; j. partisipatif;

k. kearifan lokal;

l. tata kelola pemerintahan yang baik; dan m. otonomi daerah.


(58)

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup;

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunanberkelanjutan; dan

j. mengantisipasi isu lingkunan global. 11. Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: a. perencanaan;

b. pemanfaatan; c. pengendalian; d. pemeliharaan; e. pengawasan; dan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. PT. BNI 46 Tbk telah melaksanakan program tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR), PT. BNI 46 Tbk menetapkan 6 (enam) bidang yang menjadi fokus kegiatan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, kegiatan keagamaan, bantuan bencana dan pelestarian alam. Disamping itu, PT. BNI 46 Tbk juga menyisihkan sebagian dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengikuti program BUMN Peduli, bersama dengan perusahaan milik negara lainnya, dengan dikoordinasikan oleh Kementrian Negara BUMN dan pemberian Kresit Usaha Kecil Menegah. 2. Manfaat yang diperoleh dari penerapan tanggung jawab sosial korporasi/

Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya berdampak pada msayarakat kesejahteraan masyarakat dan kelestarian Lingkungan saja tetapi juga bagi PT.BNI 46 Tbk. Pelaksanaan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) akan memnciptajkan citra positif dari perusahaan dan menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap PT. BNI 46 Tbk sehingga PT. BNI 46 Tbk dapat menjadi lebih maju..


(2)

3. Kendala yang dihadapi PT. BNI 46 Tbk dalam pelaksanan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu dikarenakan belum adanya peraturan yang tegas dalam bidang perbankan tentag pelaksanaa tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR), dan juga kurangnya pemahaman tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) di kalangan perbankan dan jga di kalangan masyarakat sehingga bisa menyebabkan salah penertian tantang tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR).

B. Saran

1. Pelaksanaan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) sebaiknya dilakukan secara berkesinambungnan dan terus menerus sesuai dengan konsep tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) agar terwujud tujuan pembangunan nasional yaitu demi terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Manfaat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan bisa membuat PT. BNI 46 Tbk terus aktif dalam kegiatan tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) untuk menghapus kemiskinan sehingga tercapai msayarakat yang adil dan makmur di Negara Republik Indonesia. 3. PT.BNI 46 Tbk dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan


(3)

Social Responsibility (CSR) agar ttidak salah mengartikan tentang tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR), dan pemerintah dapat segera membuat peraturan yang jelas tentang tanggung jawab sosial korporasi/ Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bidang perbankan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Wibisono, Yusuf, 2007, Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility, Gresik: Fascho Publishing.

Widjaja, Amin, 2008, Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (CSR), Jakarta: Harvarindo.

Susanto, A.B., 2007, Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility (CSR), Jakarta: The Jakarta Consulting Grup.

Nugroho, Riant & Siahaan Ricky, 2005, BUMN Indonesia Isu, Kebijakan , dan Strategi, jakarta: PT. Gramedia.

Saidi, Zaim & Hamid, Abidin, 2004, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, Jakarta: Piramedia.

Untung, Hendrik. B, 2008, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika.

Marsuki, 2005, Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional: Kebijaksanaan Ekonomi, Kerakyatan Perbankan, Kredit, Uang, Pasar Modal, BUMN, Privatisasi, Pengusaha, Utang Luar Negeri dan Isu Ekonomi Sektoral, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Soemantri, Dibyo Priambodo, 2004, Perjalanan Panjang dan berliku Refleksi BUMN 1993-2003 Sebuah Catatan Tentang Peristiwa, Pandangan dan Renungan Dalam Satu Dasawarsa, Yogyakarta: Media Pressindo.

Rudito, Bambang & Melin Famiola, 2007, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains.

Mahmmoedin, H. AS., 1994, Etika Bisnis Perbankan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Harahap, M. Yahya, 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika. Ibrahim, Johannes, 2006, Hukum Organisasi Perusahaan – Pola Kemitraan dan


(5)

Sugiharto, 2007, Peran Strategis BUMN Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari ini dan Masa Depan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Simorangkir, O. P., 2003, Etika: Bisnis, Jabatan, dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

M, Rita, dkk, 2009, Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha, Jakarta: Forum Sahabat.

Cannon, Tom, 1995, Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Perusahaan), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Siregar, Tampil Anshari, 2005, Metode Penelitian Hukum, Medan: Pustaka Bangsa Press.

Rahman, Reza, 2009, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI)

Widjaja, Gunawan & Pratama, Yeremia Ardi, 2008, Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Jakarta: Forum Sahabat.

Ambadar, Jackie, 2008, CSR dalam Praktek di Indonesia, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Marsuki, 2006, Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Muhammad, Abdulkadir, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Pt Citra Aditya Bakti.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.


(6)

Undang-Undang Bank Indonesia No.23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Sentral

C. Internet

http://mamrh.wordpress.com

Hangga Surya Prayoga, “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”, http://www.dohangga.com

Tony Djogo, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility),

http://goodcsr.wordpress.com/2007/07/24/apa-dan-mengapa-program-corporate-social-responsibility-csr-bank-indonesia


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 42 98

Bentuk Program Corporate Social Responsibility Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal(Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

6 71 112

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas konsumen Pesta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

0 30 128

Pengaruh Persepsi Konsumen Dalam Penerapan Program Corporate Social Responsibility (Csr) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebuoy (Studi Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

1 46 67

Pengaruh Penerapan Coorporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Inalum Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kuala Tanjung Kec. Sei Suka. Kab. Batu Bara Sumatera Utara.

10 81 75

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

1 86 77

Corporate Social Responsibility (CSR) Yang Dilakukan Bank Sumut Kepada Masyarakat Sekitarnya (Studi Pada PT. Bank Sumut, Kantor Pusat Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan)

2 52 161

ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT PUPUK SRIWIJAYA SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

11 49 51