Aplikasi Limbah Panen Padi Dan Pupuk Kalium Untuk Meningkatkan Hara Kalium Dan Pertumbuhan Serta Produksi Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill.)

(1)

SKRIPSI

OLEH:

DWI PUTRIANA BR TAMBUNAN 100301089

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

APLIKASI LIMBAH PANEN PADI DAN PUPUK KALIUM UNTUK MENINGKATKAN HARA KALIUM DAN PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI

KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill.)

SKRIPSI

OLEH:

DWI PUTRIANA BR TAMBUNAN 100301089

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar S1 (Sarjana) di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

JUDUL : Aplikasi Limbah Panen Padi Dan Pupuk Kalium Untuk Meningkatkan Hara Kalium Dan Pertumbuhan Serta Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)

NAMA : Dwi Putriana Br Tambunan NIM : 100301089

JURUSAN : Ilmu Tanah

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.) (Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Ketua Anggota

)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Agr. Sc, PhD NIP. 19640620 198903 2 001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya untuk meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dimulai pada bulan April sampai Agustus 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama limbah panen padi yakni tanpa pemberian limbah panen padi, kompos jerami 5 ton ha-1, arang jerami 5 ton ha-1, arang sekam 5 ton ha-1 dan faktor kedua pupuk kalium yakni 0 kg ha-1, 50 kg ha-1, 100 kg ha-1, 150 kg ha-1. Hasil penelitian menunjukkan interaksi pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung meningkatkan C-organik dan Kdd, tetapi pada pH tanah, K2O potensial, K tanaman, serapan K tanaman,

jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman cenderung mengalami penurunan. Limbah panen padi meningkatkan Kdd dan Kdd tertinggi pada aplikasi arang sekam 5 ton ha-1. Pupuk kalium juga nyata meningkatkan Kdd dan Kdd tertinggi pada aplikasi 100 kg ha-1. Kata kunci: limbah panen padi, pupuk kalium, kedelai.


(5)

ABSTRACT

The aim of the research were to evaluate the effect of giving rice waste and potassium fertilizer and its interaction to increase potassium hara and the growth and the production of soybean (Glycine max (L.) Merill.). The research was held at gauze house of Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan from April to August 2014. The method used Factorial Randomized Complete Design with two factor and three repetition. First factor is rice waste that is no giving rice waste, hay compost 5 ton ha-1, hay charcoal 5 ton ha-1 and rice husk charcoal 5 ton ha-1 and the second factor is potassium that is 0 kg ha-1, 50 kg ha-1, 100 kg ha-1 and 150 kg ha-1.The results showed that the interaction of giving rice waste and potassium increase C-organic and Kdd, but decrease in soil pH, potential K2O, K crop, absortion K crop, branch amount, productive branch amount, crop

dry weight, root dry weight dan seed weight per crop. Rice waste increase Kdd and the highest is on rice husk charcoal 5 ton ha-1 treatment. Potassium also increase Kdd and the highest is on 100 kg ha-1 treatment.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Agustus 1992 dari Ayah Marudut Tambunan dan Ibu Renida br. Manalu. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA St. Antonius Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) dan Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Unit Sawit Langkat PT. Perkebunan Nusantara IV Langkat.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Aplikasi Limbah Panen Padi Dan Pupuk Kalium Untuk Meningkatkan Hara Kalium Dan Pertumbahan Serta Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku ketua pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. selaku dosen anggota pembimbing yang telah

membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis atas kasih sayang baik moril, materil, dan doa yang telah diberikan kepada penulis, kepada sahabat-sahabat penulis yang telah medukung dan memotivasi penulis serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah ... 5

Perilaku K Dalam Tanah ... 6

Pengaruh K Terhadap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) ... 8

Limbah Panen Padi ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Persiapan kompos jerami ... 14

Persiapan arang jerami ... 14

Persiapan arang sekam ... 14

Pengambilan dan persiapan contoh tanah ... 15

Analisis tanah awal ... 15

Aplikasi limbah panen padi ... 15

Pengapuran ... 15

Penanaman ... 15

Pemupukan ... 16

Pemeliharaan tanaman ... 16

Pemanenan ... 16

Peubah amatan ... 16

Analisis tanah ... 16

Pertumbuhan tanaman ... 17


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 18

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap pH tanah setelah inkubasi 2 minggu dan akhir vegetatif tanaman ... 18

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap C-oragnik, Kdd, K2O potensial, % K tanaman, Serapan K tanaman pada akhir vegetatif tanaman ... 20

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, dan berat biji per tanaman ... 23

Pembahasan ... 27

Efek Pemberian Limbah Panen Padi ... 27

Efek Pemberian Pupuk Kalium ... 29

Efek Interaksi Antara Limbah Panen Padi dan Pupuk Kalium...31

KESIMPULAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. 2. 3.

Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap pH tanah ……… Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap C-org, K2O potensial, K tanaman, dan Serapan K …………...

Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman ………...

19 22


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. 2

Diagram keseimbangan tiga bentuk kalium dalam tanah ……… Struktur asam humat sebagai komponen utama penyusun humus ……..

6 27


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 3. 4. 5. 6. 6.1. 6.2. 7. 7.1. 7.2. 8. 8.1. 8.2. 9. 9.1. 9.2. 10. 10.1. 10.2. 11. 11.1. 11.2. 12. 12.1. 12.2. 13. 13.1. 13.2 14. 14.1. 14.2. 15. 15.1. 15.2. 16. 16.1. 16.2. 17 17.1.

Deskripsi varietas kedelai ………... Hasil analisis kompos jerami, arang jerami, dan arang sekam ……... Hasil analisis kompos jerami ………... Hasil analisis arang jerami ………... Hasil analisis arang sekam ………... Bagan Percobaan ……….. Hasil analisis tanah awal ……….. Kriteria sifat tanah ……….... Hasil analisis pH setelah inkubasi 2 minggu ………... pH tanah metoda elektrometry (1:2,5) ………. Daftar sidik ragam pH tanah ……… Hasil analisis pH setelah akhir vegetatif ……….. pH tanah metoda elektrometry (1:2,5) ………. Daftar sidik ragam pH tanah ……… Hasil analisis C-organik setelah akhir vegetatif ……….. C-organik (%) metoda Walkley and Black ……….. Daftar sidik ragam C-organik (%) ………... Hasil analisis K-dd setelah akhir vegetatif ……….. K-dd (me/100g) metode NH4OAC pH 7 ………..

Daftar sidik ragam K-dd (me/100g) ………. Hasil analisis K2O potensial setelah akhir vegetatif ………..

K2O potensial (%) metode K2O ekstra HCl 25% ………

Daftar sidik ragam K2O potensial (%) ……….

Hasil analisis K-tanaman ………. K-tanaman (%) metode destruksi basah ……….. Daftar sidik ragam K-tanaman (%) ……….. Data Serapan K-tanaman ……….. Serapan K-tanaman (%) ………... Daftar sidik ragam Serapan K-tanaman (%) ……….... Data jumlah cabang ……….. Jumlah cabang (helai) ……….. Daftar sidik ragam jumlah cabang (helai) ………... Data jumlah cabang produktif ………. Jumlah cabang produktif (helai) ……….. Daftar sidik ragam jumlah cabang produktif (helai) ……….. Data berat kering akar ……….. Berat kering akar (g) ……… Daftar sidik ragam berat kering akar (g) ……….. Data berat kering tanaman ……… Berat kering tanaman (g) ……….. Daftar sidik ragam berat kering tanaman (g) ………... Data berat biji per tanaman ……….. Berat biji per tanaman (g) ……….

38 39 39 39 39 40 41 42 43 43 43 44 44 44 45 45 45 46 46 46 47 47 47 48 48 48 49 49 49 50 50 50 51 51 51 52 52 52 53 53 53 54 54


(13)

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya untuk meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dimulai pada bulan April sampai Agustus 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama limbah panen padi yakni tanpa pemberian limbah panen padi, kompos jerami 5 ton ha-1, arang jerami 5 ton ha-1, arang sekam 5 ton ha-1 dan faktor kedua pupuk kalium yakni 0 kg ha-1, 50 kg ha-1, 100 kg ha-1, 150 kg ha-1. Hasil penelitian menunjukkan interaksi pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung meningkatkan C-organik dan Kdd, tetapi pada pH tanah, K2O potensial, K tanaman, serapan K tanaman,

jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman cenderung mengalami penurunan. Limbah panen padi meningkatkan Kdd dan Kdd tertinggi pada aplikasi arang sekam 5 ton ha-1. Pupuk kalium juga nyata meningkatkan Kdd dan Kdd tertinggi pada aplikasi 100 kg ha-1. Kata kunci: limbah panen padi, pupuk kalium, kedelai.


(15)

ABSTRACT

The aim of the research were to evaluate the effect of giving rice waste and potassium fertilizer and its interaction to increase potassium hara and the growth and the production of soybean (Glycine max (L.) Merill.). The research was held at gauze house of Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan from April to August 2014. The method used Factorial Randomized Complete Design with two factor and three repetition. First factor is rice waste that is no giving rice waste, hay compost 5 ton ha-1, hay charcoal 5 ton ha-1 and rice husk charcoal 5 ton ha-1 and the second factor is potassium that is 0 kg ha-1, 50 kg ha-1, 100 kg ha-1 and 150 kg ha-1.The results showed that the interaction of giving rice waste and potassium increase C-organic and Kdd, but decrease in soil pH, potential K2O, K crop, absortion K crop, branch amount, productive branch amount, crop

dry weight, root dry weight dan seed weight per crop. Rice waste increase Kdd and the highest is on rice husk charcoal 5 ton ha-1 treatment. Potassium also increase Kdd and the highest is on 100 kg ha-1 treatment.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Ada dua macam kedelai yang berkembang, yaitu kedelai kuning dan kedelai hitam. Komoditas kedelai sudah umum dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan tahu, tempe, kecap dan susu kedelai serta pakan ternak. Pemerintah Indonesia kembali menggalakkan menanam kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk mengurangi besarnya impor kedelai. Berbagai upaya dilaksanakan pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi kedelai, antara lain melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi (BBPP, 2008).

Potensi pengembangan tanaman kedelai dapat diarahkan pada lahan-lahan yang sesuai untuk tanaman ini seperti lahan sawah, tegalan dan lahan alang-alang.

Pada lahan sawah, kedelai bisa ditanam setelah tanaman padi pada pola tanam padi-padi-palawija atau padi-palawija-palawija (BPT, 2007). Berdasarkan data

yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistika (BPS, 2013) Sumatera Utara memiliki luas lahan padi sawah 742.968 ha, sehingga mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat meningkatkan produksi kedelai.

Pada lahan sawah cenderung semakin intensifnya penggunaan pupuk anorganik dan terangkutnya jerami padi keluar areal pertanaman menyebabkan turunnya kualitas lahan yang dicirikan dengan turunnya bahan organik tanah dan kemampuan tanah menyimpan dan melepaskan hara dan air bagi tanaman. Menurut Adiningsih dan Rochyati (1988) dalam Danapriatna dkk. (2012) terdapat


(17)

korelasi positif antara kadar bahan organik dan produktivitas tanah sawah, semakin rendah kadar bahan organik semakin rendah pula produktivitas tanah.

Kondisi lahan sawah di Indonesia berdasarkan kandungan bahan organik tanah menurut Rachman dkk. (2009) dalam Danapriatna dkk. (2012) yaitu 73% lahan dengan kandungan bahan organik tanah yang rendah (C organik <2%), 23% bahan organik menengah (C organik 2–3%), dan hanya 4% lahan memiliki lebih dari 3% C organik tanah yang merupakan tanah sehat. Berdasarkan indikator kesehatan tanah, maka lahan sawah dengan kadar C organik < 2% termasuk kategori sakit (Simarmata, 2009).

Pemanfaatan jerami padi yang banyak tersedia di lapangan sering tidak dimanfaatkan oleh para petani. Petani cenderung menganggap bahwa dengan adanya limbah panen padi sebagai penghambat dalam pengelolaan tanah dan penanaman padi. Dengan alasan inilah umumnya petani membakar limbah panen padi seperti jerami dan sekam padi. Padahal limbah panen padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik misalkan dijadikan kompos jerami, arang jerami serta arang sekam padi untuk dapat produktivitas tanah seperti untuk meningkatkan kadar C organik tanah. Menurut Arafan dan Sirappa (2003) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik berupa jerami pada musim tanam pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih tinggi dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K. Kombinasi antara fosfat alam dan arang jerami dapat dijadikan sebagai pupuk alternatif pengganti pupuk TSP dan KCl dalam pertanaman padi sawah (Purba, 2005). Hal


(18)

ini disebabkan karena sekitar 80 % kalium yang diserap tanaman berada dalam jerami (Wihardjaka, 2002 dalam Purba, 2005). Dengan kandungan hara K, N, P, dan S dalam jerami adalah K (1,2-1,7 %), N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %) (Dobermann dan Fairhurst, 2000 dalam Barus, 2011). Menurut Masulili, dkk. (2010) menyatakan bahwa penggunaan arang (biochar) sebagai amandemen untuk perbaikan tanah sawah mampu meningkatkan C-organik tanah sebesar 4,09% dibandingkan abu sekam yang hanya 2,78% .

Unsur K merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang yang besar. Pada tanaman kedelai kalium berfungsi dapat menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu dan meningkatkan sistem perakaran, kalium cenderung menghalangi efek rebah (lodging) tanaman dan

melawan efek buruk yang disebabkan oleh terlalu banyaknya nitrogen (Soegiman, 1982 dalam Rukmi, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengujian limbah panen padi dan pupuk kalium dalam meningkatkan hara kalium dan pertumbahan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.). Tujuan Penelitian

- Untuk mengevaluasi pengaruh pemberian limbah panen padi untuk

meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).

- Untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pupuk kalium untuk meningkatkan

hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).


(19)

- Untuk mengevaluasi pengaruh interaksi antara pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium untuk meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).

Hipotesis Penelitian

- Pemberian limbah panen padi berpengaruh nyata meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).

- Pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).

- Interaksi antara pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium berpengaruh

nyata meningkatkan hara kalium dan pertumbuhan serta produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill.).

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber K Tanah

Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K2O, sedangkan air laut

mengandung kalium sekitar 0,04 K2O. Rerata kadar kalium pada lapisan olah

tanah pertanian adalah sekitar 0,83% yang mana kadar ini lima kali lebih besar dari nitrogen dan 12 kali lebih besar dari fosfor. Mineral-mineral primer sebagai sumber utama kalium adalah mineral biotit (H,K)2(Mg,Fe)2Al2(SiO4)3, muskovit

H2Kal(SiO4)3, dan felspart KalSi3O8. Tingkat ketersediaan kalium dari

mineral-mineral tersebut adalah biotit > muskovit > felspart. Kalium dapat bertambah kedalam tanah melalui berbagai sumber sisa tanaman, hewan, pupuk kandang dan pelapukan mineral kalium. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan merupakan sumber yang penting dalam menjaga keseimbangan kadar kalium di dalam tanah (Damanik, dkk., 2011).

Pupuk kalium yang banyak digunakan adalah pupuk KCl dan pupuk K2SO4. Bila pupuk ini dimasukkan ke dalam tanah maka pupuk ini akan

mengalami ionisasi setelah bereaksi dengan air dengan reaksi sebagai berikut: KCl K+ + Cl-

K2SO4 2 K+ + SO42_

Hasil ionisasi pupuk ini menyebabkan meningkatnya konsentrasi kalium di dalam larutan tanah dan bersama-sama dengan ion K yang dijerap merupakan kalium yang mudah diserap oleh tanaman. Penambahan pupuk KCl ke dalam tanah


(21)

diketahui dapat menurunkan pH tanah, meskipun besarnya penurunan bervariasi dari satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya (Hasibuan, 2006).

Perilaku K Dalam Tanah

Ada tiga bentuk kalium dalam tanah yaitu: (1) kalium dalam bentuk mineral primer yakni bentuk relatif tidak tersedia, (2) kaliun yang terfiksasi oleh mineral sekunder yakni bentuk kalium lambat tersedia, (3) kalium dapat dipertukarkan dan kalium di dalam larutan tanah. Ketiga kalium tersebut berada dalam keseimbangan seperti disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram keseimbangan tiga bentuk kalium dalam tanah (Damanik, dkk., 2011).

Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang mengandung K. Mineral tersebut bila lapuk melepaskan K kelarutan tanah atau terjerapan tanah dalam bentuk tertukar. Letak kalium dalam lempung umumnya dalam permukaan dakhil (internal surface) yang sering diduduki oleh ion Mg2+, Fe3+, Al4+ dan molekul H2O. Perubahan mineral karena pelepasan K

dari mika menjadi montmorilonit sebagai berikut:

Mika Hidratmik Illit Mineral Transisi Vermikulit/Montmorilonit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

K relatif tidak tersedia (felspart, mika, biotit, dan lain-lain 90%-98% dari K total) K lambat tersedia

K tidak dapat dipertukarkan 1-10% dari K total

K segera tersedia

K dapat dipertukarkan dan K dalam larutan tanah 1-2% dari K total

K tidak dapat

dipertukarkan K dapat dipertukarkan

K dalam larutan tanah


(22)

Jika didalam tanah terdapat mineral tipe 2:1 seperti montmorillonit ataupun vermikulit, maka kalium yang berasal dari pupuk kalium yang ditambahkan ke tanah akan diikat (fiksasi) masuk ke dalam kisi-kisi mineral tersebut sehingga menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Kalium dalam bentuk demikian, tidak dapat digantikan dengan cara pertukaran hara akibatnya kalium ini lambat tersedia bagi tanaman. Kalium yang terikat lambat laun dapat diubah kembali menjadi bentuk tersedia dengan demikian ia tetap merupakan cadangan kalium bagi tanaman (Damanik, dkk., 2011).

Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. K-larutan tanah ditambah K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Ketersediaan K terkait dengan reaksi tanah dan status kejenuhan basa (KB). Pada pH dan kejenuhan basa yang rendah berarti ketersediaan K juga rendah. Nilai kritis K adalah 0,10 me/100 gr tanah (setara 3,9 mg/100 gr) atau sekitar 2-3% jumlah basa tertukar (Hanafiah, 2005).

Dalam kesuburan tanah, keseimbangan K dengan unsur lain penting untuk diperhatikan karen sifat fisiologis tanaman yang sering memerlukan K yang berimbang dengan unsur lain. Selain itu, K mempunyai sifat antagonis dengan unsur lain. Ketidakseimbangan antara unsur K dan unsur lain menyebabkan adanya gejala kekahatan pada salah satu unsur (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kehilangan kalium dalam tanah dapat terjadi dengan beberapa cara seperti terangkut tanaman bersama pemanenan, tercuci, tererosi, dan terfiksasi. Kehilangan kalium yang diangkut tanaman disebakan oleh sifat kalium yang dapat


(23)

diserap tanaman secara berlebihan melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Serapan yang berlebihan ini tidak lagi meningkatkan produksi tanaman, sehingga menimbulkan pemborosan penggunaan kalium tanah. Kehilangan kalium akibat tercuci merupakan kehilangan yang paling besar. Jumlah kalium yang hilang bersama air atau tercuci dapat mencapai 25 kg/ha/tahun, tetapi dapat juga lebih besar. Besarnya kalium akibat tercuci tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah, dan jenis tanah (Damanik, dkk., 2011). Pengaruh K Terhadap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)

Kalium (K) merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. K yang tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma dan garam kalium berperan dalam tekanan osmosis sel (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi dan pengaruhnya banyak berhubungan dengan pertumbuhan tanaman yang jagur dan sehat. Kalium berperan meningkatkan resistensi terhadap penyakit tertentu dan meningkatkan pertumbuhan perakaran. Kalium cenderung menghalangi kerebahan tanaman, melawan efek buruk akibat pemberian nitrogen yang berlebihan, dan berpengaruh mencegah kematangan yang dipercepat oleh hara fosfor. Secara umum kalium berfungsi menjaga keseimbangan baik pada nitrogen maupun pada fosfor (Damanik, dkk., 2011).

Kedelai memerlukan K dalam jumlah yang relatif besar. Selama pertumbuhan vegetatif K diserap dalam jumlah yang relatif besar, kemudian agak menurun setelah biji mulai terbentuk dan akhirnya penyerapan hampir tidak


(24)

terjadi kira-kira 2-3 minggu sebelum biji masak penuh. Namun demikian biji kedelai mengandung K yang besar berkisar 60% dari jumlah K yang terdapat dalam tanaman (Suprapto, 2001).

Limbah Panen Padi

Menurut Kim dan Dale potensi jerami padi kurang lebih 1,4 kali dari hasil padi. Rata-rata produktivitas padi Sumatera Utara adalah 50,17 ku/ha, sehingga jumlah jerami yang dihasilkan kurang lebih 77,24 ku/ha. Produksi padi Sumatera Utara tahun 2013 sebesar 3,73 juta ton (BPS, 2013) dengan demikian produksi jerami Sumatera Utara diperkirakan mencapai 5,22 juta ton.

Jerami padi dapat digunakan sebagai sumber K, karena sekitar 80 % K yang diserap tanaman berada dalam jerami. Oleh karena itu, jerami padi berpotensi sebagai pengganti pupuk K anorganik, baik diberikan dalam bentuk segar, dikomposkan, maupun dibakar. Jerami selain dapat menggantikan pupuk K pada takaran tertentu, juga berperan dalam memperbaiki produktivitas tanah sawah yang dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan menjamin kemantapan produksi (Wihardjaka, 2002 dalam Purba, 2005).

Berdasarkan status K tanah, pemupukan KCl hanya dianjurkan untuk lahan sawah dengan status K yang rendah yang mengandung K ekstrak HCl 25 % lebih kecil 10 mg K2O/100g tanah dengan takaran 50 kg KCl/ha/musim dengan

ketentuan mengembalikan jerami sisa panen ke dalam tanah. Dilaporkan juga bahwa untuk lahan sawah dengan status K sedang dan tinggi tidak perlu dipupuk KCl karena tanaman padi dapat dipenuhi dari pengembalian jerami dan air pengairan (BPTP, 2002).


(25)

Pengembalian jerami setiap musim dapat mensubtitusi keperluan pupuk K, memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman termasuk struktur tanah, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan efisiensi serapan hara dan pupuk, serta menjamin kemantapan produksi. Keadaan tersebut memungkinkan karena pembenaman jerami pada tanah anaerob akan meningkatkan produksi CH4, meningkatkan

kandungan C-organik, memperlambat pola pelepasan N dan meningkatkan total N tanah. Bila dibandingkan dengan kotoran hewan, jerami merupakan keunggulan dalam hal kandungan bahan organik, P2O5 dan K2O yang relatif tinggi

(Abdurachman dan Supriyadi, 2000 dalam Purba, 2005).

Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi, dan selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran batu merah, pembakaran untuk memasak atau dibuang begitu saja. Penanganan sekam padi yang kurang tepat akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Dari hasil penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa sekitar 20 % dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi dari 13 sampai 29 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986; Krishnarao, dkk., 2000 dalam Putro dan Prasetyoko, 2007).

Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50% selulosa, 25-30% lignin, dan 15-20% silika. Sekam padi sebagai bahan baku untuk

menghasilkan abu sekam padi dari pembakaran sekam padi pada suhu 400°-500°C akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000°C akan menjadi silica kristalin. Bahan aktif yang dikandung abu sekam padi adalah silika, sewaktu sekam padi dibakar menjadi abu (Bakri, 2008).


(26)

Pemberian arang (biochar) ke tanah berpotensi meningkatkan kadar C-tanah, retensi air dan unsur hara di dalam tanah. Gani (2009) menyatakan

bahwa keuntungan lain dari biochar adalah bahwa karbon pada biochar bersifat stabil dan dapat tersimpan selama ribuan tahun di dalam tanah. Hasil penelitian Nisa (2010) menunjukkan bahwa tanah yang diberi perlakuan biochar 10 ton/ha dapat menaikkan pH tanah dari 6,78 menjadi 7,40 atau naik 9,14%. Berdasarkan hasil penelitian Mawardiana, dkk. (2013) menytakan bahwa pemberian NPK dan

residu biochar dapat merubah sifat kimia tanah dengan meningkatnya kadar K-tersedia, KTK dan pH tanah terutama pada kombinasi perlakuan residu biochar


(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Dan analisis dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada April 2014 sampai dengan Agustus 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah sawah Desa Sukamandi Hilir Kabupaten Deli Serdang, benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) varietas Anjasmoro (deskripsi varietas lampiran 1), kompos jerami, arang jerami , arang sekam, pupuk KCl , pupuk urea, pupuk SP-36, aktivator EM-4, pestisida, insektisida, serta bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk keperluan analisis laboratorium.

Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, timbangan, polibag 10 kg, handsprayer, dan beberapa alat yang digunakan waktu analisis di laboratorium. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan secara faktorial yang diulang 3 kali. Ada dua faktor perlakuan yang diuji yaitu:

Faktor I : Limbah panen padi

J0 : tanpa pemberian limbah panen padi

J1 : kompos jerami 5 ton/ha (setara dengan 20g kompos/polibag)


(28)

J3 : arang sekam 5 ton/ha (setara dengan 20g arang/polibag)

Faktor II : Pupuk K

K0 : 0 kg/ha (setara dengan 0 g KCl/ polibag)

K1 : 50 kg/ha (setara dengan 0,2 g KCl/ polibag)

K2 : 100 kg/ha (setara dengan 0,4 g KCl/ polibag)

K3 : 150 kg/ha (setara dengan 0,6 g KCl/ polibag)

Sehingga didapat 16 kombinasi perlakuan dan terdiri dari 3 ulangan, yaitu :

Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan model matematis sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + Σijk Dimana :

Yijk : Respon yang diamati µ : Nilai Tengah Umum

ρi : Pengaruh blok ke-i dari faktor perlakuan

αj : Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor perlakuan limbah panen padi βk : Pengaruh perlakuan ke-k dari faktor perlakuan pupuk kalium (αβ)jk : pengaruh interaksi limbah panen padi dan pupuk kalium Σijk : Faktor Galat Percobaan

J0K0 J1K0 J2K0 J3K0

J0K1 J1K1 J2K1 J3K1

J0K2 J1K2 J2K2 J3K2


(29)

Selanjutnya data di analisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang di ukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5 % dan taraf 1%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan kompos jerami

Disiapkan jerami sebanyak 20 kg, EM-4, gula pasir, dan air. Pertama-tama dibuat larutan antara EM-4, gula pasir, dan air dengan perbandingan 1: 1: 1. Bahan jerami diletakkan diatas terpal yang kering lalu disiram dengan air agar lembab. Selanjutnya bahan disiram larutan EM-4 secara perlahan dan bertahap sehingga terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar 30%). Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-20 cm. Gundukan selanjutnya ditutup dengan karung penutup. Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara 40-50 oC. Jika suhu bahan melebihi 50 oC, maka karung penutup dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali. Tumpukan harus dijaga kelembabannya agar tetap stabil selama proses pengomposan dengan cara menyiram dan memercikan air. Setelah kompos jerami matang dilakukan analisis % kadar air, C-organik (Metoda Walkley and Black), N-total (Metoda kjeldhal), rasio C/N, dan K2O potensial (Metode K2O ekstra HCl

25%). Hasil analisis lampiran 2.1. Persiapan arang jerami

Jerami dikumpulkan, kemudian dibakar hingga menjadi arang. Lalu


(30)

K2O potensial (Metode K2O ekstra HCl 25%) C-organik (Metoda Walkley and

Black), N-total (Metoda kjeldhal),dan rasio C/N. Hasil analisis lampiran 2.2. Persiapan arang sekam

Sekam padi dikumpulkan, kemudian dibakar hingga menjadi arang. Lalu

dikeringanginkan. Kemudian dilakukan analisis Si (Metode asam fessel), K2O potensial (Metode K2O ekstra HCl 25%) C-organik (Metoda Walkley and

Black), N-total (Metoda kjeldhal),dan rasio C/N. Hasil analisis lampiran 2.3. Pengambilan dan persiapan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah sawah dilakukan secara zig-zag pada kedalaman 0-20 cm lalu dikompositkan. Kemudian contoh tanah dikeringudarakan dan dihaluskan lalu diayak. Tanah yang telah dikeringudarakan dan diayak lalu dianalisis % kapasitas lapang untuk mengetahui kebutuhan air untuk penyiraman. Kemudian contoh tanah dimasukkan kedalam polibag setara 8 kg BTKU. Dan disusun dirumah kasa sesuai denah (lampiran 3) secara duplo. Analisis tanah awal

Analisa yang dilakukan adalah pH (H2O) dengan metoda elektrometry

(1:2,5), C-organik (Metoda Walkley and Black), P-tersedia (Metoda Bray II), N-total (Metoda kjeldhal), K2O potensial (Metode K2O ekstra HCl 25%), K-dd

me/100 g (Metode NH4OAC pH 7). Hasil analisis lampiran 4.

Aplikasi limbah panen padi

Setelah tanah dimasukkan ke dalam polibag kemudian diberi kompos jerami, arang jerami, dan arang sekam dan diinkubasi selama 2 minggu. Kemudian diukur pH tanah yang telah diinkubasi.


(31)

Pengapuran

Pengapuran diberikan sebelum tanam . Kapur yang digunakan yakni dolomit dengan dosis 2 ton/ha (setara dengan 8 g/8 kg tanah). Kapur dicampur secara merata pada tanah di dalam polibag.

Penanaman

Setelah masa inkubasi dilakukan penanaman dengan memasukkan benih

kedelai kedalam lubang tanam dengan kedalaman ± 2 cm, sebanyak 2 benih per polibag masing-masing yang telah ditentukan dan ditutup dengan tanah.

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman 2 minggu setelah tanam (MST). Pemupukan

Pemupukan dilakukan saat benih kedelai ditanam. Dosis pemupukan yang diberikan berdasarkan BBPP (2008) sebanyak 50 kg/ha urea, 50 kg/ha SP-36, dan KCl sesuai dengan perlakuan. Pupuk N diberikan 2 kali yakni 50 % pada saat tanam dan 50 % pada 3 MST. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan saat tanam. Pupuk diberikan dengan cara ditugal 5-7 cm dari tanaman, kemudian ditutup tanah. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman dilakukan setiap hari. Penyulaman dilakukan jika tidak ada tanaman yang tumbuh di dalam polibag. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut langsung gulma yang ada didalam polibag. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan jenis dan tingkat serangan yang ditimbulkan.


(32)

Pemanenan

Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan menggunakan tangan. Panen pertama dilakukan pada beberapa tanaman yang berumur 80-90 hari dengan kiteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.

Peubah amatan Analisis tanah

- pH (H2O) dengan metoda elektrometry (1:2,5) diukur 2 kali yakni setelah

inkubasi tanah selama 2 minggu dan setelah akhir fase vegetatif tanaman. - C-organik (Metode Walkley and Black), K-tukar tanah (Metode NH4OAC pH

7), K2O potensial (Metode K2O ekstra HCl 25%), % K-tanaman (Metode

destruksi basah), dan serapan K tanaman (g K/tanaman) diukur setelah akhir fase vegetatif tanaman.

Pertumbuhan tanaman

Jumlah cabang (helai), jumlah cabang produktif (helai), berat kering tanaman (g), dan berat kering akar (g).

Produksi tanaman


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap pH tanah setelah inkubasi 2 minggu dan akhir vegetatif tanaman.

Dari hasil pengukuran pH tanah setelah diinkubasi selama 2 minggu (Lampiran 6.1) dan akhir vegetatif tanaman (Lampiran 7.1), serta hasil sidik ragam pH tanah setelah diinkubasi selama 2 minggu (Lampiran 6.2) dan akhir vegetatif tanaman (Lampiran 7.2) menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium, serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung menurunkan pH tanah baik setelah diinkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman, tetapi pada perlakuan J3 (arang sekam 5 ton/ha) di akhir vegetatif tanaman pH tanah cenderung meningkat. Pada pemberian pupuk kalium pH tanah cenderung menurun baik setelah diinkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman, tetapi pada perlakuan K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) di akhir vegetatif tanaman pH tanah cenderung meningkat. Pada interaksi kedua faktor pH tanah cenderung menurun baik setelah diinkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman, tetapi pada perlakuan J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha) dan J3K1 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha) di akhir vegetatif tanaman pH tanah cenderung mengalami peningkatan.


(34)

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap pH tanah setelah inkubasi selama 2 minggu dan akhir vegetatif tanaman disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap pH tanah.

Perlakuan pH tanah pH tanah

Setelah inkubasi Akhir vegetatif Limbah panen padi (J)

J0 (tanpa pemberian limbah

panen padi) 5.33 (M) 5.44 (M)

J1 (kompos jerami 5 ton/ha) 5.26 (M) 5.39 (M) J2 (arang jerami 5 ton/ha) 5.29 (M) 5.33 (M) J3 (arang sekam 5 ton/ha) 5.24 (M) 5.44 (M) Pupuk Kalium (K)

K0 (pupuk kalium 0 kg/ha) 5.31 (M) 5.44 (M) K1 (pupuk kalium 50 kg/ha) 5.27 (M) 5.36 (M) K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) 5.31 (M) 5.39 (M) K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) 5.23 (M) 5.45 (M) Interaksi J X K

J0K0 5.56 (M) 5.51 (M)

J0K1 5.30 (M) 5.38 (M)

J0K2 5.26 (M) 5.43 (M)

J0K3 5.18 (M) 5.40 (M)

J1K0 5.53 (M) 5.66 (M)

J1K1 5.15 (M) 5.18 (M)

J1K2 5.08 (M) 5.34 (M)

J1K3 5.27 (M) 5.37 (M)

J2K0 5.04 (M) 5.26 (M)

J2K1 5.39 (M) 5.29 (M)

J2K2 5.53 (M) 5.42 (M)

J2K3 5.20 (M) 5.50 (M)

J3K0 5.11 (M) 5.34 (M)

J3K1 5.23 (M0 5.60 (M)

J3K2 5.36 (M) 5.37 (M)

J3K3 5.27 (M) 5.53 (M)


(35)

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap C-organik, Kdd, K2O potensial, K-tanaman, dan serapan K pada akhir vegetatif tanaman.

Dari hasil analisis C-organik (Lampiran 8.1), K2O potensial (Lampiran

10.1), K-tanaman (Lampiran 11.1), serta serapan K (Lampiran 12.1) dan hasil sidik ragam C-organik (Lampiran 8.2), K2O potensial (Lampiran 10.2),

K-tanaman (Lampiran 11.2), serta serapan K (Lampiran 12.2) menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium, serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik, K2O potensial, K-tanaman, dan serapan K.

Dari hasil analisis Kdd (Lampiran 9.1) dan hasil sidik ragam Kdd (Lampiran 9.2) menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi berpengaruh nyata dan pupuk kalium berpengaruh sangat nyata terhadap Kdd, serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap Kdd.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan C-organik tanah. Perlakuan J3 (arang sekam 5 ton/ha) memiliki nilai C-organik tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 1,047%, tetapi masih dalam status hara yang sama yakni rendah. Pada pemberian pupuk kalium C-organik tanah cenderung menurun, tetapi masih dalam keadaan status hara yang sama yakni rendah. Namun, pada perlakuan K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) berdasarkan keadaan status haranya masih tergolong sangat rendah. Pada interaksi kedua faktor C-organik tanah cenderung meningkat dengan kategori status hara yang rendah, tetapi beberapa interaksi perlakuan yakni J0K2 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 100 kg/ha), J1K1 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha), J1K3 (kompos jerami 5 ton/ha dan


(36)

150 kg/ha), dan J3K2 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha) masih dalam kondisi status hara yang sama dengan perlakuan kontrol yakni sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi meningkatkan Kdd. Perlakuan J2 (arang jerami 5 ton/ha) memiliki nilai Kdd tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 0,252 me/100g. Pada pemberian pupuk kalium Kdd meningkat, dimana perlakuan K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) memiliki nilai Kdd tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 0,250 me/100g. Pada interaksi kedua faktor Kdd tanah meningkat bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Menurut Balai Penelitian Tanah (2005) berdasarkan keadaan status hara nilai Kdd pada masing-masing perlakuan masih dikategorikan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung menurunkan K2O potensial. Pada pemberian pupuk kalium K2O

potensial cenderung meningkat, tetapi perlakuan K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) K2O potensial cenderung menurun. Pada interaksi kedua faktor K2O potensial

cenderung menurun, tetapi pada beberapa interaksi perlakuan yakni J0K2 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 100 kg/ha), J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha), J2K1 (arang jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha), J2K3 (arang jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 150 kg/ha), dan J3K2 (arang sekam 5ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha) memiliki nilai K2O

potensial yang cenderung meningkat. Menurut Balai Penelitian Tanah (2005) berdasarkan keadaan status hara nilai K2O potensial pada masing-masing


(37)

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap C-org, K2O potensial, K tanaman, dan Serapan K disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap C-org, K2O potensial, K tanaman, dan Serapan K.

Perlakuan C-org * Kdd * K2O potensial * K tan Serapan K **

--%-- me/100g ---%--- -g K/tan- Limbah panen padi (J)

J0 (tanpa pemberian limbah

panen padi) 0.999 (SR) 0.226c (R) 0.054 (R) 1.262 0.077 (R) J1 (kompos jerami 5 ton/ha) 1.026 (R) 0.235b (R) 0.053 (R) 1.224 0.093 (R) J2 (arang jerami 5 ton/ha) 1.019 (R) 0.252a (R) 0.053 (R) 1.229 0.076 (R) J3 (arang sekam 5 ton/ha) 1.047 (R) 0.233bc (R) 0.053 (R) 1.185 0.092 (R) Pupuk Kalium (K)

K0 (pupuk kalium 0 kg/ha) 1.027 (R) 0.223d (R) 0.052 (R) 1.230 0.101 (R) K1 (pupuk kalium 50 kg/ha) 1.033 (R) 0.230c (R) 0.054 (R) 1.220 0.073 (R) K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) 1.007 (R) 0.250a (R) 0.054 (R) 1.225 0.080 (R) K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) 0.995 (SR) 0.242b (R) 0.052 (R) 1.212 0.081 (R) Interaksi J X K

J0K0 0.969 (SR) 0.212 (R) 0.054 (R) 1.278 0.114 (R) J0K1 1.058 (R) 0.230 (R) 0.053 (R) 1.225 0.051 (R) J0K2 0.969 (SR) 0.240 (R) 0.055 (R) 1.283 0.066 (R) J0K3 1.047 (R) 0.221 (R) 0.050 (R) 1.249 0.115 (R) J1K0 1.084 (R) 0.240 (R) 0.055 (R) 1.145 0.115 (R) J1K1 0.946 (SR) 0.217 (R) 0.052 (R) 1.344 0.072 (R) J1K2 1.046 (R) 0.247 (R) 0.053 (R) 1.184 0.092 (R) J1K3 0.969 (SR) 0.234 (R) 0.053 (R) 1.233 0.088 (R) J2K0 1.009 (R) 0.237 (R) 0.050 (R) 1.236 0.073 (R) J2K1 1.018 (R) 0.245 (R) 0.055 (R) 1.143 0.084 (R) J2K2 1.029 (R) 0.261 (R) 0.054 (R) 1.309 0.070 (R) J2K3 0.993 (SR) 0.265 (R) 0.055 (R) 1.171 0.071 (R) J3K0 1.046 (R) 0.202 (R) 0.051 (R) 1.262 0.100 (R) J3K1 1.108 (R) 0.229 (R) 0.054 (R) 1.168 0.083 (R) J3K2 0.986 (SR) 0.254 (R) 0.055 (R) 1.125 0.093 (R) J3K3 0.972 (SR) 0.246 (R) 0.050 (R) 1.193 0.049 (R) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang

sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. * = Kriteria status hara berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2005).

** = Kriteria status hara berdasarkan Dierolf, dkk. (2001). SR = Sangat rendah dan R = Rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung menurunkan K tanaman. Pada interaksi kedua faktor K tanaman cenderung menurun, tetapi pada beberapa interaksi perlakuan yakni


(38)

J0K2 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 100 kg/ha), J1K1

(kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha), dan J2K2 (arang jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha) K tanaman cenderung meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan serapan K tanaman, tetapi pada perlakuan J2 (arang jerami 5 ton/ha) cenderung menurun. Pada pemberian pupuk kalium serapan K tanaman cenderung menurun. Pada interaksi kedua faktor serapan K tanaman cenderung menurun, tetapi pada perlakuan J0K3 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 150 kg/ha) dan J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha) serapan K tanaman cenderung meningkat. Menurut Dierolf, dkk. (2001) berdasarkan keadaan status hara serapan K tanaman pada masing-masing perlakuan masih dikategorikan rendah.

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman.

Dari data jumlah cabang (Lampiran 13.1), jumlah cabang produktif (Lampiran 14.1), berat kering tanaman (Lampiran 15.1), berat kering akar (Lampiran 16.1), serta berat biji per tanaman (Lampiran 17.1) dan hasil sidik ragam jumlah cabang (Lampiran 13.2), jumlah cabang produktif (Lampiran 14.2), berat kering tanaman (Lampiran 15.2), berat kering akar (Lampiran 16.2), serta berat biji per tanaman (Lampiran 17.2) diperoleh bahwa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium, serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman.


(39)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan jumlah cabang, tetapi pada perlakuan J2 (arang jerami 5 ton/ha) jumlah cabang cenderung menurun. Pada pemberian pupuk kalium jumlah cabang cenderung menurun. Pada interaksi kedua faktor jumlah cabang cenderung menurun, tetapi beberapa interaksi perlakuan yakni J0K3 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 150 kg/ha), J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha), J1K2 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha), J3K0 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha), dan J3K1 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha) memiliki jumlah cabang cenderung meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung menurunkan jumlah cabang produktif. Pada pemberian pupuk kalium jumlah cabang produktif cenderung menurun, tetapi pada perlakuan K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) jumlah cabang produktif cenderung meningkat. Pada interaksi kedua faktor jumlah cabang produktif cenderung menurun, tetapi beberapa interaksi perlakuan yakni J0K1 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 50 kg/ha), J0K2 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 100 kg/ha), J1K1 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha), dan J2K0 (arang jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha) dengan jumlah cabang produktif yang cenderung meningkat.

Pengaruh pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman disajikan pada tabel 3.


(40)

Tabel 3. Pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium serta interaksinya terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman.

Perlakuan Jumlah cabang Jumlah cabang produktif Berat kering tanaman Berat kering akar Berat biji per tanaman ---helai--- ---g--- Limbah panen padi (J)

J0 (tanpa pemberian limbah

panen padi) 13 29 6.54 0.49 23.48

J1 (kompos jerami 5 ton/ha) 14 27 8.53 0.71 22.20

J2 (arang jerami 5 ton/ha) 13 28 6.73 0.51 23.62

J3 (arang sekam 5 ton/ha) 15 26 8.57 0.73 23.89

Pupuk Kalium (K)

K0 (pupuk kalium 0 kg/ha) 15 27 8.93 0.69 23.23

K1 (pupuk kalium 50 kg/ha) 13 27 6.65 0.55 22.16

K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) 13 28 7.20 0.59 24.51

K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) 12 24 7.32 0.62 23.22

Interaksi J X K

J0K0 14 27 9.48 0.64 25.08

J0K1 12 29 4.62 0.42 23.37

J0K2 12 30 5.52 0.40 21.98

J0K3 15 22 10.00 0.79 20.56

J1K0 17 25 11.07 0.89 20.00

J1K1 10 28 6.17 0.63 19.47

J1K2 15 26 8.36 0.62 27.14

J1K3 13 26 7.89 0.62 28.85

J2K0 14 29 6.53 0.51 27.50

J2K1 13 26 7.97 0.58 18.25

J2K2 10 27 5.68 0.44 25.11

J2K3 11 24 6.84 0.64 23.15

J3K0 16 26 8.64 0.70 20.32

J3K1 16 25 7.84 0.57 27.54

J3K2 13 27 9.24 0.90 23.81

J3K3 9 24 4.54 0.44 20.32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan berat kering tanaman. Pada perlakuan J3 (arang sekam 5 ton/ha) memiliki nilai tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 8,57 g. Pada pemberian pupuk kalium berat kering tanaman cenderung menurun.


(41)

Pada interaksi kedua faktor berat kering tanaman cenderung menurun, tetapi pada perlakuan J0K3 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 150 kg/ha) dan J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha) cenderung meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan berat kering akar. Pada pemberian pupuk kalium berat kering akar cenderung menurun. Pada interaksi kedua faktor berat kering akar cenderung menurun, tetapi beberapa interaksi perlakuan yakni J0K3 (tanpa pemberian limbah panen padi dan pupuk kalium 150 kg/ha), J1K0 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha), J3K0 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 0 kg/ha), dan J3K2 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha) dengan berat kering akar cenderung meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan berat biji per tanaman, tetapi pada perlakuan J1 (kompos jerami 5 ton/ha) cenderung menurun. Pada pemberian pupuk kalium berat biji per tanaman cenderung menurun, tetapi pada perlakuan K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) jumlah cabang produktif cenderung meningkat. Pada interaksi kedua faktor berat biji per tanaman cenderung menurun, tetapi beberapa interaksi perlakuan yakni J1K2 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha), J1K3 (kompos jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 150 kg/ha), J2K0 (arang jerami 5 ton/ha dan

pupuk kalium 0 kg/ha), J2K2 (arang jerami 5 ton/ha dan pupuk kalium 100 kg/ha), dan J3K1 (arang sekam 5 ton/ha dan pupuk kalium 50 kg/ha) dengan


(42)

Pembahasan Efek Pemberian Limbah Panen Padi

Pemberian limbah panen padi cenderung menurunkan pH tanah baik setelah di inkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman bila dibandingkan dengan kontrol, tetapi pH tanah di akhir vegetatif tanaman meningkat bila dibandingkan dengan pH tanah setelah diinkubasi selama 2 minggu, meskipun masih keadaaan status hara yang sama yakni masam. Hal ini dikarenakan pada bahan organik mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif berperan sebagai asam lemah yang dapat membebaskan ion H+,, sehingga terjadi kemasaman dalam tanah. Menurut Damanik, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa bahan organik tanah atau humus mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif sebagai asam lemah yang membebaskan H+ (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur asam humat sebagai komponen utama penyusun humus.

Pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan C-organik tanah, dimana pada perlakuan J3 (arang sekam 5 ton/ha) memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yakni 1,047%. Hal ini dikarenakan pada arang sekam memiliki rasio C/N yang rendah sehingga lebih cepat dalam menyediakan


(43)

C dalam tanah. Menurut penelitian Afrizal (2013) menyatakan pemberian arang sekam 5 ton/ha pada lahan sawah dapat meningkatkan total C-organik tanah.

Pemberian limbah panen padi dapat meningkatkan Kdd, dimana pada perlakuan J2 (arang jerami 5 ton/ha) memiliki nilai tertinggi bila dibandingkan perlakuan lainnya yakni 0,252 me/100g. Hal ini dikarenakan pada arang sekam memiliki K2O potensial yang lebih tinggi dibandingkan pada kompos jerami dan

arang sekam yakni 0,482%. Menurut penelitian Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007) menyatakan pemberian berbagai macam arang seperti arang sekam berpengaruh dalam meningkatkan K total tanah, sehingga memiliki potensi yang besar sebagai sumber hara K tambahan untuk tanaman walaupun kandungannya relatif rendah bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.

Pemberian limbah panen padi cenderung menurunkan K2O potensial. Hal

ini dikarenakan K2O potensial merupakan K dalam bentuk yang lambat tersedia,

dimana K terfiksasi dalam kisi-kisi mineral liat. Kalium yang terikat ini lambat laun akan berubah menjadi bentuk K yang tersedia, sehingga meningkatkan Kdd tanah dan mengurangi K2O potensial yang ada dalam tanah.

Pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan persen K tanaman dan serapan K tanaman, tetapi menurut Dielrof, dkk. (2001) serapan K tanaman berdasarkan keadaan status haranya masih tergolong rendahnya. Rendahnya ketersediaan K dan serapan K tanaman menyebabkan terhambatnya pertumbuhan serta produksi tanaman, dimana berdasarkan penelitian ini pemberian limbah panen padi tidak berpengaruh nyata dalam pertumbuhan dan produksi tanaman.


(44)

Efek Pemberian Pupuk Kalium

Pemberian pupuk kalium cenderung menurunkan pH tanah baik setelah di inkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman bila dibandingkan dengan kontrol, tetapi pH tanah di akhir vegetatif tanaman meningkat bila dibandingkan dengan pH tanah setelah diinkubasi selama 2 minggu, meskipun masih keadaaan status hara yang sama yakni masam. Hal ini disebabkan pemberian pupuk kalium seperti KCl dalam tanah dapat menurunkan pH tanah akibat adanya pergantian antara ion K dengan ion H dipermukaan pertukaran koloid tanah. Menurut Damanik, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa ion K setelah melarut di dalam air tanah akan dapat menggantikan kedudukan ion H di permukaan pertukaran koloid tanah. Peningkatan konsentrasi ion H akan menyebabkan turunnya pH tanah. Ion K dari hasil ionisasi pupuk KCl di dalam air akan bereaksi dengan Fe-humat di dalam tanah:

KCl K+ + Cl- Fe-humat + K+ K-humat + Fe3+ Fe3+ + 3 Cl- FeCl3

FeCl3 + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 HCl

HCl H+ + Cl-

Ionisasi HCl akan meningkatkan konsentrasi ion H di dalam larutan tanah dan menyebabkan pH tanah turun.

Pemberian pupuk kalium cenderung meningkatkan C-organik tanah, tetapi masih dalam kondisi status hara yang rendah. Namun, pada perlakuan K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) C-organik cenderung menurun dengan keadaan status hara yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan pupuk kalium tidak menghasilkan asam


(45)

humat seperti bahan organik, sehingga tidak dapat meningkatkan C-organik tanah secara signifikan.

Pemberian pupuk kalium meningkatkan Kdd, dimana pada perlakuan K2 (pupuk kalium 100 kg/ha) memiliki nilai tertinggi bila dibandingkan perlakuan lainnya yakni 0,250 me/100g. Hal ini dikarenakan pemberikan pupuk kalium yang diberikan mengalami ionisasi setelah bereaksi dengan air sehingga meningkatkan konsentrasi K dalam larutan tanah. Menurut Hasibuan (2006) menyatakan pemberian pupuk kalium dimasukkan ke dalam tanah maka pupuk akan mengalami ionisasi setelah bereaksi dengan air dengan reaksi sebagai berikut:

KCl K+ + Cl-

Hasil ionisasi pupuk menyebabkan peningkatan konsentrasi kalium di dalam larutan tanah dan bersama-sama dengan ion K yang dijerap merupakan kalium yang mudah diserap oleh tanaman.

Pemberian pupuk kalium cenderung meningkatkan K2O potensial, tetapi

pada perlakuan K3 (pupuk kalium 150 kg/ha) cenderung menurun bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pada setiap perlakuan masih termasuk dalam keadaan status hara yang sama yakni rendah. Hal ini dikarenakan (1) rendahnya ketersediaan K dalam tanah dimana K bersifat mobil dalam tanah dan dapat berkurang akibat tercuci. (2) Adanya penambahan kapur yang mengandung Ca dan Mg sehingga terjadi pertukaran ion antara K, Ca, dan Mg dalam koloid tanah.

Pemberian pupuk kalium cenderung meningkatkan persen K tanaman dan serapan K tanaman, tetapi menurut Dielrof, dkk. (2001) serapan K tanaman berdasarkan keadaan status haranya masih tergolong rendahnya. Rendahnya


(46)

ketersediaan K dan serapan K tanaman menyebabkan terhambatnya pertumbuhan serta produksi tanaman, sehingga pemberian pupuk kalium tidak berpengaruh nyata dalam pertumbuhan dan produksi tanaman.

Efek Interaksi Antara Limbah Panen Padi dan Pupuk Kalium

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung menurunkan pH tanah baik setelah di inkubasi selama 2 minggu maupun di akhir vegetatif tanaman bila dibandingkan dengan kontrol, tetapi pH tanah di akhir vegetatif tanaman meningkat bila dibandingkan dengan pH tanah setelah diinkubasi selama 2 minggu, meskipun masih keadaaan status hara yang sama yakni masam. Hal ini disebabkan karena pemberian limbah panen padi sebagai bahan organik mengandung gugus hidroksil dan karboksil reaktif berperan sebagai asam lemah yang dapat membebaskan ion H+,, sehingga terjadi kemasaman dalam tanah dan pemberian pupuk kalium seperti KCl dalam tanah dapat menurunkan pH tanah akibat adanya pergantian antara ion K dengan ion H dipermukaan pertukaran koloid tanah.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung meningkatkan C-organik tanah. Hal ini dikarenakan bahan organik yang diberikan mampu menyumbangkan hara bagi tanah serta pupuk kalium yang diberikan juga memberikan sumbangan hara sebagai energi bagi mikrobia tanah dalam melakukan proses dekomposisi bahan organik meskipun masih dalam status hara yang rendah.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung meningkatkan Kdd dan K2O potensial tanah, tetapi masih dalam keadaan status


(47)

(Lampiran 5.) umumnya memiliki unsur K yang tinggi, namun K yang ditambahkan terfiksasi dan masuk ke dalam kisi-kisi mineral sekunder sehingga menjadi bentuk yang lambat tersedia (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). (2) KTK tanah yang tergolong rendah yakni 8,1 me/100g, sehingga menyebabkan penurunan daya jerap koloid tanah dalam menjerap air dan kation dari pelapukan mineral. (3) Sifat K yang mobil dan mudah tercuci mengakibatkan rendahnya K yang tersedia.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung menurunkan K tanaman. Hal ini dikarenakan masih rendahnya Kdd dan K2O

potensial mengakibatkan rendah K tersedia dalam tanah yang merupakan K yang dapat diserap oleh tanaman.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung menurunkan serapan K tanaman. Hal ini dikarenakan rendahnya K yang dapat diserap oleh tanaman akibat masih rendahnya ketersediaan K yang dapat diserap tanaman serta perkembangan akar yang belum optimal menyebabkan akar belum mampu menyerap hara dengan baik.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, jumlah cabang produtif, berat kering tanaman, dan berat kering akar. Dimana cenderung terjadi penurunan pada jumlah cabang, jumlah cabang produtif, berat kering tanaman, dan berat kering akar bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan terhambatnya proses metabolisme karbohidrat dan sintesis protein dalam proses fisologis tanaman yang berperan untuk pertumbuhan tanaman, dimana kalium memiliki peran penting dalam metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati


(48)

serta metabolisme protein dan sintesis protein. Rendahnya K yang serap tanaman mengakibatkan terganggu proses-proses fisiologis tanaman terutama dalam proses sintesis protein. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+.

Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium terhadap berat biji pertanaman cenderung menurun, namun pada beberapa perlakuan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan tanah memiliki pH masam yang berarti pada tanah yang bereaksi masam memiliki kelarutan ion Al dan Fe sangat tinggi dimana ion Al dan Fe ini bersenyawa dengan ion H2PO4 dan membentuk

hidroksi fosfat yang tidak larut sehingga tidak tersedia bagi tanaman dan terganggunya peranan unsur fosfor (P) pada tanaman, dimana P berperan sebagai aktivator enzim yang mengatur banyak proses-proses enzimatik untuk penyediaan energi bagi tanaman. Dalam proses ini kalium memiliki peran yang penting karena kalium berperan dalam mengaktifkan berbagai enzim dalam proses fisiologis tanaman, akibatnya rendahnya K yang terserap mengakibatkan terganggunya peranan unsur hara lain seperti P.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian limbah panen padi cenderung meningkatkan C-organik, Kdd, K tanaman, serapan K tanaman, jumlah cabang, berat kering tanaman, berat

kering akar, dan berat biji per tanaman, tetapi terhadap pH tanah, K2O

potensial, dan jumlah cabang produktif cenderung mengalami penurunan. 2. Pemberian pupuk kalium cenderung meningkatkan Kdd, K2O potensial, K

tanaman, dan serapan K tanaman, tetapi terhadap pH tanah, C-organik, jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman cenderung mengalami penurunan.

3. Interaksi antara limbah panen padi dan pupuk kalium cenderung meningkatkan C-organik dan Kdd, tetapi terhadap pH tanah, K2O potensial, K tanaman,

serapan K tanaman, jumlah cabang, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, berat kering akar, dan berat biji per tanaman cenderung mengalami penurunan.

Saran

Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan meningkatkan dosis limbah panen padi yang diberikan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S. dan Supriyadi. 2000. Pemanfaatan Jerami Untuk Memperbaiki Kesuburan Tanah Alluvial Dalam Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan: Paket Dan Komponen Teknologi Produksi Padi. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV Bogor 22-24 November 1999 Puslitbang Tanaman Pangan BP3. Bogor.

Adiningsih, S. J. dan S. Rochayati. 1988. Peranan bahan organik dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan produktivitas tanah. Hal. 161–180. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk, Cipayung, 16–17 November 1987. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Afrizal. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Pada Aplikasi Arang Sekam Padi Dan Pemupukan Nitrogen. Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K pada Lahan Sawah Irigasi.BPTP Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 4 (1) (2003) pp 15-24.

Asmariaili, S. H., T. Sabrina, dan H. Guchi. 2009. Biologi Dan Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Bakri. 2008. Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM Untuk Pembuatan Komposit Semen. J. Perennial 5 (1): 9-14.

Barus, J. 2011. Uji Efektivitas Kompos Jerami Dan Pupuk NPK Terhadap Hasil Padi. J. Agrivigor 10 (3): 247-252.

BBPP. 2008. Teknologi Budidaya Kedelai. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

BPS. 2013. Luas Panen, Produksi, Dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Kriteria Status Hara. Bogor. Diakses dari http: balittanah.litbang.deptan.go.id. tanggal 20 Februari 2014.

BPT. 2007. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kedelai Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Diakses dari http: balittanah.litbang.deptan.go.id. tanggal 20 Februari 2014.

BPTP. 2002. Arahan Kebutuhan Pupuk SP-36 Dan KCl Tanaman Padi Kabupaten Deli Serdang. BPTP SUMUT. Medan.


(51)

Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

Danapriatna, N., T. Simarmata, dan I. Z. Nursinah. 2012. Pemulihan Kesehatan Tanah Sawah Melalui Aplikasi Pupuk Hayati Penambat N Dan Kompos Jerami Padi. J. Agribisnis Dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No 2. Dierolf, T. S., T. H. Fairhurst, and E. W. Mutert. 2001. Soil Fertility Kit: A

Toolkit for Acid, Upland Soil Fertility Mnagement in Southeast Asia. Handbook Series. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada.

Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada.

Gani, A. 2009 . Biochar penyelamat lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 31, No. 6.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hara. 1986. Utilization of Agrowaste for Building Material, International Research and Development Cooperation Division. AIST. MITI. Jepang. Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian. USU. Medan. Kim, S. and B. E. Dale. 2004. Global potential bioethanol production from

wasted crops and crop residues. Biomass and Bioenergy, 26, pp. 361375.

Krishnarao R. V., Subrahmanyam J., Kumar, T. J. 2000. “Studies on the formation of black in rice husk silica ash”. J. Ceramic Society. (21): 99 – 104. Masulili, A., Utomo, W.H. and Syekhfani. 2010. Rice husk biochat for rice based

cropping system in acid soil 1. The charactedstics of rice husk biochar and its influence on the properties of acid sulfate soils and rice growth in

West Kalimantan, Indonesia. Joumal of Agriculture Science. http: / /www. ccsenetorg/ jas.

Mawardiana, Sufardi, dan E. Husen. 2013. Pengaruh Residu Biochar Dan Pemupukan NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Padi Musim Tanam Ketiga. J. Konservasi Sumber Daya Lahan Vol. 1 No. 1 pp. 16-23.


(52)

Nisa, K. 2010. Pengaruh pemupukan NPK dan biochar terhadap sifat kimia tanah, serapan hara dan hasil tanaman padi sawah. Thesis. Universitas Syiah kuala. Banda Aceh.

Purba, S. R. 2005. Pemupukan Tanaman Padi Sawah Dengan Mneggunakan Azolla, Fosfat Alam, Dan Arang Jerami Padi Sebagai Pupuk Alternatif NPK. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Putro, A. L. dan D. Prasetyoko. 2007. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silikia Pada Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa Menggunakan Templat Organik. Akta Kimondo Vol. 3 Hal. 33-36.

Rachman, A., S. Rochayati and D. Setyorini. 2009. Soil Fertility Management Technology for Rice Farmers : Indonesian Experience. Diakses dari ftp://ftp.fao.org/TC/TCA/SPFS/Presentations_Burkina_2009/Day4…ce/S oilfertility-management-technology-for-rice-farmers.ppt. tanggal 20 Februari 2014.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yoggyakarta.

Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium Dan Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai. Jurnal Universitas Muria. Kudus.

Simarmata, T. 2009. Less water for better soil biological activity and growth of paddy rice in system of organic based aerobic rice intensification. Presented Paper on Internasional Seminar of Sustainable Resources Development: Management of Water and Land Resources from October 6th – 8th 2009 in Central Kalimantan.

Soegiman. 1982. Ilmu tanah Terjemahan. Bratara Karya Aksara. Jakarta.

Soemeinaboedhy, I. N. dan R. S. Tejowulan. 2007. Pemanfaatan Berbagai Macam

Arang Sumber Unsur Hara P Dan K Serta Sebagai Pembenah Tanah. J. Agroteksos Vol.17 No.2.

Suprapto. 2001 . Bertanam Keledai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wihardjaka, A. 2002. Pengaruh Pupuk KCl dan Jerami Padi Terhadap Perlakuan Kalium dan Hasil Padi Sawah Tadah Hujan pada Tanah Aeric Endoaquept Jakenan. Program Pascasarjana IPB. Bogor.


(53)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kedelai

Nama varietas : Anjasmoro

Kategori :Varietas ungggul nasional (released variety)

SK :537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22

Oktober tahun 2001

Tahun : 2001

Tetua :Seleksi massa dari populasi galur murni

MANSURIA Potensi hasil : 2,25-2,03 ton/ha

Pemulia :Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlis Adie

Nomor galur : MANSURIA 359-49-4

Warna Hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna daun : Hijau

Warna Bulu : Putih

Warna :Bunga

Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning

Warna Hilum : Kuning kecoklatan Tipe tumbuh : Determinate

Bentuk Daun : Oval

Ukuran daun : Lebar

Perkecambahan : 78-76%

Tinggi Tanaman : 64-68 cm

Jumlah cabang : 2,9- 5,6 Jumlah buku pada batang utama : 12,9-14,8 Umur Berbunga : 35,7-39,4 Hari Umur masak : 82,5-92,5 hari Bobot 100 biji : 14,8-15,3 gram Kandungan protein biji : 41,78 – 42,05% Kandungan lemak : 17,12 – 18,60% Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan rebah Ketahanan terhadap karat daun : Sedang Ketahanan terhadap pecah polong : Tahan


(54)

Lampiran 2. Hasil analisis kompos jerami, arang jerami, dan arang sekam Lampiran 2.1. Hasil analisis kompos jerami

Parameter Nilai Kriteria Kadar air (%) 55,00 Tinggi C-organik (%) 13.12 Sedang N-total (%) 1.218 Sedang

Rasio C/N 10.771 Sedang

K2O potensial (%) 0.481 Sedang

Si (%) 17

Keterangan: Kriteria status hara berdasarkan Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004). Lampiran 2.2. Hasil analisis arang jerami

Parameter Nilai Kriteria C-organik (%) 2.83 Rendah N-total (%) 0.14 Rendah Rasio C/N 20.214 Tinggi K2O potensial (%) 0.482 Sedang

Si (%) 13.2

Keterangan: Kriteria status hara berdasarkan Standar Kualitas Kompos (SNI 19-7030-2004).

Lampiran 2.3. Hasil analisis arang sekam

Parameter Nilai Kriteria C-organik (%) 2.64 Rendah N-total (%) 0.364 Rendah

Rasio C/N 7.252 Rendah

K2O potensial (%) 0.28 Sedang

Si (%) 7.2


(55)

Lampiran 3. Bagan Percobaan

Ulangan I Ulangan II Ulangan III U J3P2

J3P3 J1P0

J3P1

J1P1

J0P2

J1P2

J0P1

J2P3

J3P2

J2P1

J3P0

J1P0

J3P1 J3P0

J0P3

J3P0

J2P1

J2P0

J0P3 J2P3

J3P3

J2P0

J0P1

J1P0

J1P1 J3P3

J1P1

J1P2

J2P1 J0P2

J0P2

J0P1

J1P3

J3P2

J0P3

J1P3 J1P2

J2P0

J0P0

J2P2

J0P0 J1P3

J0P0

J2P3 J3P1


(56)

Lampiran 4. Hasil analisis tanah awal

Parameter Nilai Kriteria pH tanah (H2O) 4.99 Masam

Tekstur L Lempung

Pasir (%) 43.84 -

Debu (%) 35.28 -

Liat (%) 20.88 -

C-organik (%) 0.897 Sangat rendah N-total (%) 0.09 Sangat rendah K-tukar (me/100g) 0.034 Sangat rendah K2O potensial (%) 0.456 Sangat tinggi P-bray 2 (ppm) 24.67 Tinggi KTK (me/100g) 8,10 Rendah


(57)

Lampiran 5. Kriteria Sifat Tanah

Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S. Tinggi C (Karbon) % <1.00

1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N (Nitrogen) % <0.10

0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75

C/N --- <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 Total % <0.03 0.03-0.06 0.06-0.079 0.08-0.10 >0.10 P2O5 eks-HCl % <0.021

0.021-0.039 0.040-0.060 0.061-0.10 >0.1 P-avl Bray II ppm <8.0 8.0-15 16-25 26-35 >35 P-avl troug ppm <20 20-39 40-60 61-80 >80 P-avl Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O eks-HCl % <0.03

0.03-0.06 0.07-0.11 0.12-0.20 >20 CaO eks-HCl % <0.05

0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MgO eks-HCl % <0.05

0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 MnO eks-HCl % <0.05

0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30 K-tukar me/100 <0.10

0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00 Na-tukar me/100 <0.10

0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00 Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0

11.0-20.0

>20.0 Mg-tukar me/100 <0.40

0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00 KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40 Kejenuhan

Basa

% <20 20-35 36-50 51-70 >70 Kejenuhan Al % <10 10-20 21-30 31-60 >60 EC (Nedeco) mmhos --- --- 2.5 2.6-10 >10

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH H2O <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5 pH KCL <2.5 2.5-4.0 --- 4.1-6.0 6.1-6.5 >6.5


(58)

Lampiran 6. Hasil analisis pH setelah inkubasi 2 minggu Lampiran 6.1. pH tanah metoda elektrometry (1:2,5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 5.19 5.93 5.56 16.68 5.56

J0K1 5.24 5.67 5 15.91 5.30333

J0K2 5.48 5.4 4.89 15.77 5.25667

J0K3 5.71 4.6 5.23 15.54 5.18

J1K0 5.21 5.75 5.62 16.58 5.52667 J1K1 5.28 5.15 5.03 15.46 5.15333 J1K2 4.98 5.3 4.97 15.25 5.08333 J1K3 5.39 5.34 5.09 15.82 5.27333 J2K0 4.72 5.37 5.04 15.13 5.04333 J2K1 5.44 5.45 5.27 16.16 5.38667 J2K2 5.73 5.38 5.49 16.6 5.53333

J2K3 5.38 5.14 5.08 15.6 5.2

J3K0 5.37 5.35 4.6 15.32 5.10667

J3K1 5.33 5.2 5.16 15.69 5.23

J3K2 5.53 5.31 5.25 16.09 5.36333

J3K3 5.55 5.35 4.9 15.8 5.26667

Total 85.53 85.69 82.18 253.4 5.27917 Rataan 5.34563 5.35563 5.13625

Lampiran 6.2. Daftar sidik ragam pH tanah

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 0.49100 0.24550 3.40566 * 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 1.14817 0.07654 1.06184 tn 2.0148 2.70018 J 3 0.04852 0.01617 0.22434 tn 2.92228 4.50974 K 3 0.05202 0.01734 0.24053 tn 2.92228 4.50974 JK 9 1.04763 0.11640 1.61478 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 2.16260 0.07209

Total 47 3.8017667

KK = 5.08583 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(59)

Lampiran 7. Hasil analisis pH setelah akhir vegetatif Lampiran 7.1. pH tanah metoda elektrometry (1:2,5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 5.4 5.53 5.6 16.53 5.51

J0K1 5.51 5.21 5.42 16.14 5.38 J0K2 5.49 5.36 5.43 16.28 5.42667 J0K3 5.33 5.42 5.44 16.19 5.39667 J1K0 5.72 5.34 5.92 16.98 5.66 J1K1 4.94 5.27 5.34 15.55 5.18333 J1K2 5.38 5.13 5.5 16.01 5.33667 J1K3 5.16 5.57 5.38 16.11 5.37 J2K0 5.41 5.21 5.17 15.79 5.26333 J2K1 5.38 5.06 5.44 15.88 5.29333 J2K2 5.35 5.37 5.55 16.27 5.42333 J2K3 5.56 5.43 5.52 16.51 5.50333 J3K0 5.28 5.33 5.42 16.03 5.34333

J3K1 5.5 5.55 5.75 16.8 5.6

J3K2 4.95 5.46 5.71 16.12 5.37333 J3K3 5.82 5.35 5.42 16.59 5.53 Total 86.18 85.59 88.01 259.78 5.41208 Rataan 5.38625 5.34938 5.50063

Lampiran 7.2. Daftar sidik ragam pH tanah

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 0.1990292 0.09951 3.21694 tn 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 0.697325 0.04649 1.50279 tn 2.0148 2.70018 J 3 0.0603417 0.02011 0.65021 tn 2.92228 4.50974 K 3 0.0630083 0.021 0.67894 tn 2.92228 4.50974 JK 9 0.573975 0.06378 2.06161 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 0.9280375 0.03093

Total 47 1.8243917

KK= 3.24981 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(60)

Lampiran 8. Hasil analisis C-organik setelah akhir vegetatif Lampiran 8.1. C-organik (%) metoda Walkley and Black

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 1.05 0.928 0.928 2.906 0.96867 J0K1 1.05 0.9 1.225 3.175 1.05833 J0K2 1.05 0.928 0.928 2.906 0.96867 J0K3 1.05 1.162 0.928 3.14 1.04667 J1K0 1.162 1.05 1.04 3.252 1.084 J1K1 0.937 0.937 0.965 2.839 0.94633 J1K2 1.087 1.087 0.965 3.139 1.04633 J1K3 1.05 0.928 0.928 2.906 0.96867 J2K0 0.975 1.012 1.04 3.027 1.009 J2K1 1.125 1.002 0.928 3.055 1.01833 J2K2 0.975 1.071 1.04 3.086 1.02867 J2K3 0.937 1.077 0.965 2.979 0.993 J3K0 1.05 1.012 1.077 3.139 1.04633 J3K1 1.012 1.05 1.262 3.324 1.108 J3K2 1.087 0.928 0.942 2.957 0.98567 J3K3 0.975 1.012 0.928 2.915 0.97167 Total 16.572 16.084 16.089 48.745 1.01552 Rataan 1.03575 1.00525 1.00556

Lampiran 8.2. Daftar sidik ragam C-organik (%)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 0.009822 0.00491 0.68507 tn 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 0.098584 0.00657 0.9168 tn 2.0148 2.70018 J 3 0.002475 0.00083 0.11509 tn 2.92228 4.50974 K 3 0.011001 0.00367 0.51153 tn 2.92228 4.50974 JK 9 0.085108 0.00946 1.31913 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 0.21506 0.00717

Total 47 0.323466

KK= 8.33739 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(1)

Lampiran 12. Data Serapan K-tanaman Lampiran 12.1. Serapan K-tanaman (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 7.29 13.87 11.05 32.21 10.7367 J0K1 4.09 2.12 9.05 15.26 5.08667 J0K2 6.11 6.98 6.58 19.67 6.55667 J0K3 7.88 13.58 13.05 34.51 11.5033 J1K0 11.6 10.91 12.08 34.59 11.53 J1K1 1.51 8.99 11.12 21.62 7.20667 J1K2 7.56 10.73 9.31 27.6 9.2 J1K3 4.69 10.2 11.64 26.53 8.84333 J2K0 8.88 9.26 3.81 21.95 7.31667 J2K1 8.4 5.98 10.91 25.29 8.43 J2K2 4.49 6.09 10.45 21.03 7.01 J2K3 2.72 5.05 13.55 21.32 7.10667 J3K0 9.47 10.81 9.62 29.9 9.96667 J3K1 11.41 7.68 5.75 24.84 8.28 J3K2 5.35 11.03 11.66 28.04 9.34667 J3K3 4.83 3.74 6.15 14.72 4.90667 Total 106.28 137.02 155.78 399.08 8.31417 Rataan 6.6425 8.56375 9.73625

Lampiran 12.2. Daftar sidik ragam Serapan K-tanaman (%)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 78.06532 39.0327 5.03786 * 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 185.2622 12.3508 1.59409 tn 2.0148 2.70018 J 3 18.67038 6.22346 0.80325 tn 2.92228 4.50974 K 3 44.85608 14.952 1.92982 tn 2.92228 4.50974 JK 9 121.7358 13.5262 1.7458 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 232.436 7.74787

Total 47 495.7636

KK= 33.479 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(2)

Lampiran 13. Data jumlah cabang Lampiran 13.1. Jumlah cabang (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 14 14 15 43 14.3333

J0K1 10 11 16 37 12.3333

J0K2 14 11 11 36 12

J0K3 14 18 14 46 15.3333

J1K0 20 16 16 52 17.3333

J1K1 5 13 13 31 10.3333

J1K2 17 17 10 44 14.6667

J1K3 8 15 17 40 13.3333

J2K0 20 16 7 43 14.3333

J2K1 15 10 15 40 13.3333

J2K2 13 8 10 31 10.3333

J2K3 7 12 15 34 11.3333

J3K0 15 19 13 47 15.6667

J3K1 21 13 13 47 15.6667

J3K2 12 12 15 39 13

J3K3 12 7 8 27 9

Total 217 212 208 637 13.2708

Rataan 13.5625 13.25 13

Lampiran 13.2. Daftar sidik ragam jumlah cabang (helai)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 2.541667 1.27083 0.09576 tn 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 234.8125 15.6542 1.17959 tn 2.0148 2.70018 J 3 16.22917 5.40972 0.40764 tn 2.92228 4.50974 K 3 76.39583 25.4653 1.91889 tn 2.92228 4.50974 JK 9 142.1875 15.7986 1.19048 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 398.125 13.2708

Total 47 635.4792

KK= 27.4505 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(3)

Lampiran 14. Data jumlah cabang produktif Lampiran 14.1. Jumlah cabang produktif (helai)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 25 27 28 80 26.6667

J0K1 31 25 30 86 28.6667

J0K2 32 40 19 91 30.3333

J0K3 24 21 21 66 22

J1K0 25 25 26 76 25.3333

J1K1 24 33 28 85 28.3333

J1K2 28 25 25 78 26

J1K3 31 20 27 78 26

J2K0 34 24 30 88 29.3333

J2K1 22 28 29 79 26.3333

J2K2 24 27 30 81 27

J2K3 26 15 31 72 24

J3K0 25 28 25 78 26

J3K1 29 21 24 74 24.6667

J3K2 29 31 22 82 27.3333

J3K3 23 28 22 73 24.3333

Total 432 418 417 1267 26.3958

Rataan 27 26.125 26.0625

Lampiran 14.2. Daftar sidik ragam jumlah cabang produktif (helai)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 8.791667 4.39583 0.19061 tn 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 204.8125 13.6542 0.59205 tn 2.0148 2.70018 J 3 12.0625 4.02083 0.17435 tn 2.92228 4.50974 K 3 90.22917 30.0764 1.30413 tn 2.92228 4.50974 JK 9 102.5208 11.3912 0.49393 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 691.875 23.0625

Total 47 905.4792

KK= 18.1936 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(4)

Lampiran 15. Data berat kering tanaman Lampiran 15.1. Berat kering tanaman (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 6.58 11.27 10.59 28.44 9.48 J0K1 4.07 1.75 8.04 13.86 4.62 J0K2 5.33 5.54 5.7 16.57 5.52333 J0K3 6.78 11.43 11.78 29.99 9.99667 J1K0 10.62 9.53 13.07 33.22 11.0733 J1K1 2.01 7.45 9.05 18.51 6.17 J1K2 7.48 9.31 8.29 25.08 8.36 J1K3 3.95 9.28 10.43 23.66 7.88667 J2K0 8.18 8.18 3.24 19.6 6.53333 J2K1 8.61 5.55 9.75 23.91 7.97 J2K2 3.92 5.46 7.66 17.04 5.68 J2K3 2.44 5.15 12.93 20.52 6.84 J3K0 8.71 9.38 7.83 25.92 8.64 J3K1 11.28 7.44 4.79 23.51 7.83667 J3K2 5.13 11.05 11.53 27.71 9.23667 J3K3 4.29 3.64 5.7 13.63 4.54333 Total 99.38 121.41 140.38 361.17 7.52438 Rataan 6.21125 7.58813 8.77375

Lampiran 15.2. Daftar sidik ragam berat kering tanaman (g)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 52.62879 26.3144 3.99279 * 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 167.5402 11.1693 1.69477 tn 2.0148 2.70018 J 3 15.90967 5.30322 0.80468 tn 2.92228 4.50974 K 3 34.73786 11.5793 1.75697 tn 2.92228 4.50974 JK 9 116.8927 12.9881 1.97073 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 197.7143 6.59048

Total 47 417.8834

KK= 34.1184 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(5)

Lampiran 16. Data berat kering akar Lampiran 16.1. Berat kering akar (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 0.45 0.76 0.72 1.93 0.64333

J0K1 0.35 0.17 0.74 1.26 0.42

J0K2 0.4 0.37 0.44 1.21 0.40333

J0K3 0.48 0.82 1.08 2.38 0.79333

J1K0 0.95 0.73 0.99 2.67 0.89

J1K1 0.39 0.74 0.75 1.88 0.62667

J1K2 0.54 0.66 0.66 1.86 0.62

J1K3 0.34 0.71 0.81 1.86 0.62

J2K0 0.59 0.59 0.35 1.53 0.51

J2K1 0.53 0.48 0.73 1.74 0.58

J2K2 0.27 0.51 0.55 1.33 0.44333 J2K3 0.33 0.43 1.15 1.91 0.63667

J3K0 0.55 0.8 0.76 2.11 0.70333

J3K1 0.81 0.58 0.33 1.72 0.57333

J3K2 0.48 0.93 1.3 2.71 0.90333

J3K3 0.23 0.47 0.62 1.32 0.44

Total 7.69 9.75 11.98 29.42 0.61292 Rataan 0.48063 0.60938 0.74875

Lampiran 16.2. Daftar sidik ragam berat kering akar (g)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 0.575429 0.28771 7.34109 ** 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 1.069992 0.07133 1.82007 tn 2.0148 2.70018 J 3 0.178075 0.05936 1.51454 tn 2.92228 4.50974 K 3 0.118875 0.03962 1.01104 tn 2.92228 4.50974 JK 9 0.773042 0.08589 2.19159 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 1.175771 0.03919

Total 47 2.821192

KK= 32.2998 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%


(6)

Lampiran 17. Data berat biji per tanaman Lampiran 17.1. Berat biji per tanaman (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

J0K0 16.45 32.81 25.99 75.25 25.0833 J0K1 35.34 15.95 18.81 70.1 23.3667 J0K2 22.08 30.28 13.59 65.95 21.9833 J0K3 25.84 18.89 16.95 61.68 20.56 J1K0 23.2 16.63 20.18 60.01 20.0033 J1K1 18.11 19.98 20.33 58.42 19.4733 J1K2 34.48 15.89 31.04 81.41 27.1367 J1K3 38.24 21.14 27.16 86.54 28.8467 J2K0 36.69 23.89 21.93 82.51 27.5033 J2K1 15.51 20.24 19 54.75 18.25 J2K2 17.59 21.17 36.58 75.34 25.1133 J2K3 23.75 25.54 20.16 69.45 23.15 J3K0 22.53 19.32 19.1 60.95 20.3167 J3K1 38.92 18.67 25.04 82.63 27.5433 J3K2 21.84 37.5 12.08 71.42 23.8067 J3K3 20.48 21.58 18.91 60.97 20.3233 Total 411.05 359.48 346.85 1117.38 23.2788 Rataan 25.6906 22.4675 21.6781

Lampiran 17.2. Daftar sidik ragam berat biji per tanaman (g)

SK db JK KT F Hitung F 0.05 F 0.01

Ulangan 2 144.5963 72.2981 1.2936 tn 3.31583 5.39035 Perlakuan 15 497.7607 33.184 0.59375 tn 2.0148 2.70018 J 3 9.059342 3.01978 0.05403 tn 2.92228 4.50974 K 3 33.32969 11.1099 0.19879 tn 2.92228 4.50974 JK 9 455.3716 50.5968 0.90531 tn 2.2107 3.06652 Galat 30 1676.668 55.8889

Total 47 2319.025

KK= 32.1147 Keterangan:

KK = Koefisien keragaman tn = Tidak nyata

* = Nyata pada taraf 5% ** = Nyata pada taraf 1%