Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Bokashi Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit dan Pupuk Posfat

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI LIMBAH PADAT (SLUDGE)

KELAPA SAWIT DAN PUPUK POSFAT

SKRIPSI

OLEH :

SUDARMONO SAM 040301011 / BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN BOKASHI LIMBAH PADAT (SLUDGE)

KELAPA SAWIT DAN PUPUK POSFAT

SKRIPSI

OLEH :

SUDARMONO SAM 040301011 / BDP-AGRONOMI

Skiripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultan Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Bokashi Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit dan Pupuk Posfat

Nama : Sudarmono Sam NIM : 040301011

Departemen : Budidaya Pertanian Pogram Studi : Agronomi

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Guslim, MS ) ( Ir. O.K. Nazaruddin Hisyam, MS )

Ketua Anggota

Mengetahui,

( Ir. Edison Purba, Ph.D ) Ketua Departemen


(4)

ABSTRACT

The research was aimed to gain the information on bokashi sludge and phosphate fertilizer which is suitable for the growth and the yield of soybean. The research was conducted at Kwala Bekala, Medan Johor, Medan with the altitude + 25 m above the sea level, from July to October 2008. The research was used the Factorial Completely Randomized Block Design with 2 factors. The first factor was bokashi sludge of palm oil (B) with 4 degree e.g. 0 g/plant, 135 g/plant, 270 g/plant, 405 g/plant, and the second factor was the phosphate fertilizer’s dosage (P) with 4 degree e.g. 0 g P2O5/plant, 0.45 g P2O5/plant, 0.9 g P2O5/plant, 1.35 g

P2O5/plant with 3 replication. The parameters which is noticed were plant’s high,

leaf’s amount, the amount of productive branch, the dry weight of 100 seeds, yield of each plant, and yield of each block. The result show that bokashi sludge which is suitable for the growth of plnat’s high is 181.67 g/plant, 171.67 g/plant for the amount of leaf, 171, 428 g/plant for the amount of productive branch, 188.33 g/plant for the dry weight of seeds, 238 g/plant for the yield of each plant, and 229.1 g/plant for the yield of each block. The phosphate fertilizer’s dosage which is suitable for amount of leaf is 0.638 g P2O5 /plant, for the amount of productive

branch, 0.708 g P2O5 /plant for the yield of each plant, and 0.709 g P2O5 /plant for

yield of each block. There was no interaction between the both factors. Keywords : Bokashi sludge of Palm Oil, Phosphate Fertilizer, Soybean


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemberian bokashi sludge dan pupuk posfat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian diadakan di Kelurahan Kwala Bekala. Kecamatan Medan Johor, Medan dengan ketinggian tempat sekitar 25 m diatas permukaan laut pada akhir Juli sampai akhir Oktober 2008. Metode percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor I adalah bokashi sludge kelapa sawit (B)dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0 g/tanaman, 135 g/ tanaman, 270 g/ tanaman, 405 g/ tanaman dan faktor II adalah dosis pupuk posfat (P) dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0 g P2O5/ tanaman, 0,45 g P2O5/tanaman, 0,9 g

P2O5/ tanaman, 1,35 g P2O5/tanaman dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, berat kering 100 biji, produksi per tanaman, produksi per plot. Hasil penelitian diperoleh pemberian bokashi sludge yang sesuai untuk untuk pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 181.67 g/ tanaman, jumlah daun sebesar 171.67 g/ tanaman, jumlah cabang sebesar 171.428 g/ tanaman, dan berat kering 100 biji sebesar 188.33 g/ tanaman, produksi per tanaman sebesar 238 g/ tanaman, serta produksi per plot sebesar 229.1 g/ tanaman. Pemberian dosis pupuk posfat yang sesuai untuk pertumbuhan jumlah daun sebesar 0.638 g P2O5/ tanaman, jumlah cabang sebesar

0.643 g P2O5/ tanaman, dan produksi per tanaman sebesar 0.708 g P2O5/ tanaman,

serta produksi per plot sebesar 0.709 g P2O5/ tanaman. Tidak ada interaksi antara

kedua perlakuan yang diberikan.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Sudarmono Sam dilahirkan di Medan pada tanggal 02 Agustus 1986 dari pasangan Samsuar dan Dariani. Penulis merupakan putra ke-3 dari 3 bersaudara.

Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Panca Budi Medan dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih pogram studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan (TA. 2006/2007 – 2008/2009), asisten mata kuliah Teknologi Benih (TA. 2007/2008), asisten mata kuliah Botani Umum (TA.2006/2007-2007/2008), asisten koordinator laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan (TA. 2008/2009), dan mengikuti kegiatan organisasi Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) tahun 2006-2007, Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian HIMADITA tahun 2007-2008, serta pernah menjadi Calon Gubernur PEMA Fakultas Pertanian tahun 2007.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate di kecamatan Dolok Merangir pada bulan Juli sampai Agustus 2007.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt atas segala rahmat, ridho, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun judul penelitian yaang dipilih adalah Respons Pertumbuhan dan Produksi

Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemerian Bokashi Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit dan Pupuk Posfat.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Guslim, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. O.K. Nazaruddin Hisyam, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP yang telah banyak memberikan saran.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Samsuar dan Ibunda Dariani atas kasih sayang, dukungan, serta doanya.. Kepada kedua kakak saya Suardiyoto Sam dan Suhendro Sam selaku atas segala doa dan dukungannya. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman terbaik saya, Hartarto Yusuf, Amri Zatasa, Tri Agus Kurniawan, Novita Rizky, dan Ayu Utami Hasibuan atas segala bantuannya.

Terima kasih juga kepada teman-teman mahasiswa Agronomi dan Pemuliaan Tanaman angkatan 2004 atas segala bantuan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di kampus yang tercinta.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan disana-sini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun


(8)

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi seluruh pihak yang membutuhkan

Medan, Desember 2008 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Bokashi Limbah Padat (sludge) Kelapa Sawit ... 7

Pupuk P dan Peranannya Pada Tanaman ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 12

Bahan dan Alat... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 15

Pembuatan Bokashi Sludge Kelapa Sawit ... 15

Penyiapan Media dan Aplikasi Bokashi Sludge Kelapa Sawit ... 15

Penanaman ... 16

Aplikasi Pupuk Posfat ... 16

Penjarangan ... 16

Penyulaman ... 16

Pemeliharaan... 17

Penyiraman ... 17

Pembumbunan ... 17

Penyiangan ... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

Panen ... 18


(10)

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Jumlah Daun (helai) ... 18

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 18

Bobot Kering 100 Biji ... 19

Produksi Biji per Tanaman (gr) ... 19

Produksi per Plot (gr) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Hasil Analsis Padatan (sludge) Tanpa Pemanasan di Kebun Dolok

Sinumbah ... 3

2. Tinggi Tanaman 6 MST Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge

Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat ... 21

3. Jumlah Daun 6 MST Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge

Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat ... 22

4. Jumlah Cabang Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge Kelapa

Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat ... 25 5. Berat 100 Biji Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge Kelapa Sawit

dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat ... 27

6. Produksi per Tanaman Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge

Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat ... 29 7. Produksi per Plot Pada Berbagai Dosis Bokashi Sludge Kelapa


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Tinggi Tanaman 6 MST ... 21

2. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Jumlah Daun 6 MST ... 22

3. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Jumlah Daun 6 MST ... 24

4. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Jumlah Cabang ... 25

5. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Jumlah Cabang ... 26

6. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Berat 100 Biji ... 28

7. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Produksi per Tanaman ... 21

8. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Produksi per Tanaman ... 21

9. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Produksi per Plot ... 21


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST ... 43

2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 43

3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST ... 44

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 44

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST ... 45

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 45

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST ... 46

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 46

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST ... 47

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 47

11. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST ... 48

12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ... 48

13. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST ... 49

14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ... 49

15. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST ... 50

16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 50

17. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST ... 51

18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ... 51

19. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST ... 52

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ... 52


(14)

22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang ... 53

23. Data Pengamatan Berat 100 Biji ... 54

24. Daftar Sidik Ragam Berat 100 Biji ... 54

25. Data Pengamatan Produksi per Tanaman ... 55

26. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman ... 55

27. Data Pengamatan Produksi per Plot ... 56

28. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Plot ... 56

29. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro ... 57

30. Hasil Ananilis Unsur Hara Bokashi Sludge Kelapa Sawit ... 58

31. Bagan Lahan Percobaan ... 59

32. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60

33. Nomor Sampel Perlakuan ... 61


(15)

ABSTRACT

The research was aimed to gain the information on bokashi sludge and phosphate fertilizer which is suitable for the growth and the yield of soybean. The research was conducted at Kwala Bekala, Medan Johor, Medan with the altitude + 25 m above the sea level, from July to October 2008. The research was used the Factorial Completely Randomized Block Design with 2 factors. The first factor was bokashi sludge of palm oil (B) with 4 degree e.g. 0 g/plant, 135 g/plant, 270 g/plant, 405 g/plant, and the second factor was the phosphate fertilizer’s dosage (P) with 4 degree e.g. 0 g P2O5/plant, 0.45 g P2O5/plant, 0.9 g P2O5/plant, 1.35 g

P2O5/plant with 3 replication. The parameters which is noticed were plant’s high,

leaf’s amount, the amount of productive branch, the dry weight of 100 seeds, yield of each plant, and yield of each block. The result show that bokashi sludge which is suitable for the growth of plnat’s high is 181.67 g/plant, 171.67 g/plant for the amount of leaf, 171, 428 g/plant for the amount of productive branch, 188.33 g/plant for the dry weight of seeds, 238 g/plant for the yield of each plant, and 229.1 g/plant for the yield of each block. The phosphate fertilizer’s dosage which is suitable for amount of leaf is 0.638 g P2O5 /plant, for the amount of productive

branch, 0.708 g P2O5 /plant for the yield of each plant, and 0.709 g P2O5 /plant for

yield of each block. There was no interaction between the both factors. Keywords : Bokashi sludge of Palm Oil, Phosphate Fertilizer, Soybean


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemberian bokashi sludge dan pupuk posfat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian diadakan di Kelurahan Kwala Bekala. Kecamatan Medan Johor, Medan dengan ketinggian tempat sekitar 25 m diatas permukaan laut pada akhir Juli sampai akhir Oktober 2008. Metode percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor I adalah bokashi sludge kelapa sawit (B)dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0 g/tanaman, 135 g/ tanaman, 270 g/ tanaman, 405 g/ tanaman dan faktor II adalah dosis pupuk posfat (P) dengan 4 taraf perlakuan yaitu 0 g P2O5/ tanaman, 0,45 g P2O5/tanaman, 0,9 g

P2O5/ tanaman, 1,35 g P2O5/tanaman dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, berat kering 100 biji, produksi per tanaman, produksi per plot. Hasil penelitian diperoleh pemberian bokashi sludge yang sesuai untuk untuk pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 181.67 g/ tanaman, jumlah daun sebesar 171.67 g/ tanaman, jumlah cabang sebesar 171.428 g/ tanaman, dan berat kering 100 biji sebesar 188.33 g/ tanaman, produksi per tanaman sebesar 238 g/ tanaman, serta produksi per plot sebesar 229.1 g/ tanaman. Pemberian dosis pupuk posfat yang sesuai untuk pertumbuhan jumlah daun sebesar 0.638 g P2O5/ tanaman, jumlah cabang sebesar

0.643 g P2O5/ tanaman, dan produksi per tanaman sebesar 0.708 g P2O5/ tanaman,

serta produksi per plot sebesar 0.709 g P2O5/ tanaman. Tidak ada interaksi antara

kedua perlakuan yang diberikan.


(17)

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan penting setelah beras karena hampir 90% digunakan sebagai pangan, pada tanaman kacangan tempat pertama kemudian disusul kacang tanah dan kacang hijau. Komoditi yang menjadi bahan baku pokok makanan khas Indonesia, saat ini kebutuhan masih dipenuhi oleh luar negeri. (Prosiding Ikakarya, 2005).

Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1,86 juta ton. Tapi sejak 1993 terus menurun. Misalnya, pada 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah. Saat itu bea masuk impor kedelai nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat meningkat. Namun pergerakannya sangat lambat, pada 2004 hanya 723.483 ton, 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Bahkan pada 2007 kembali turun menjadi sekitar 608.000 ton. (BPS, 2008). Produksi kedelai untuk daerah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 4.345 ton atau mengalami penurunan 2.697 ton atau 38,30 % dibandingkan tahun 2006. Penurunan ini disebabkan penurunan luas panen sebesar 2.564 atau 40.63 % (BPS Sumut, 2008). Melihat masalah diatas diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai Nasional dan Sumut khususnya, yakni dengan penerapan teknologi budidaya yang memanfaatkan sumber daya sekitar. Dan dipersulit lagi luas lahan produski yang semakin sempit.

Masalah pencemaran lingkungan hidup cukup banyak menjadi perhatian di masyarakat dunia termasuk Indonesia. Industrialisasi akan terus berlangsung


(18)

dimana produksi limbah organik kelapa sawit pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil). Pada tahun 2004 volume produk samping sawit sebesar 12 365 juta ton tandan kosong kelapa sawit (TKKS), 10.215 juta ton cangkang dan serat, dan 32 257 – 37 633 juta ton limbah cair ( Palm Oil Mill

Effluent /POME). Jumlah ini akan terus meningkat dengan meningkatnya

produksi TBS Indonesia. Produksi TBS Indonesia di tahun 2004 mencapai 53.762 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 64.000 juta ton. Serta pengelolaan limbah beberapa pabrik kelapa sawit belum begitu baik (Mahajoeno,2006)

Melihat permasalahan itu perlu alternatif pengolahan limbah industri kelapa sawit. Salah satu cara tersebut adalah dengan pembuatan bokashi lumpur padat (sludge) kelapa sawit. Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati, (2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P, dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik,maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.

Sludge adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak pengendapan dalam sarana pengelolaan limbah dan harus dibuang atau dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Tetapi sludge yang dihasilkan dari


(19)

Pengolahan Minyak Sawit (PMS) mengandung unsur hara nitrogen, posfor, kalium magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk

Tabel 1. Hasil Analisis Padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok Sinumbah

Kandungan/senyawa Sludge Baru (mg/100 g) Sludge Umur 1 Bulan (mg/100 g) Nirogen 2.770,00 3.400,00 P2O5 874,02 338,25 K2O 897,43 897,43 MgO 356,33 329,72 CaO 1.681,48 664,42

Sumber : :Lubis et al, 1988. Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan

Unsur P (Posfor) adalah salah satu unsur pembatas pertumbuhan tanaman yang ditanam di Tanah Ultisol. Pada umumnya ketersediaan P pada tanah ini sangat rendah. Unsur P berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tamanan muda. Lalu juga sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu. Membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. (Suhardi, 2007)

Masalah yang timbul dalam penggunaan pupuk posfor ialah unsur P mudah terikat dengan koloid tanah menjadi unsur P yang tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan penambahan bahan organik pada tanah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui bahan organik yang tepat digunakan sebagai pupuk.


(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemberian bokashi sludge kelapa sawit dan pupuk posfat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kedelai.

Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh pemberian bokashi sludge kelapa sawit (B) terhadap

pertumbuhan dan produksi kedelai.

2. Ada pengaruh Pupuk Posfor (P) terhadap pertumbuhan dan produksi

kedelai.

3. Ada pengaruh interaksi pemberian pemberian bokashi sludge kelapa sawit (B) dan Pupuk Posfor (P) terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari bakal akar, empat baris akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, dan sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar adventif tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 2 m namun biasanya akar tunggang yang dangkal sampai kedalaman olah tanah. Perkembangan akar kedelai dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, pemupukan, tekstur tanah sifat fisik dan kimia tanah, air tanah, lapisan bawah tanah, dan faktor-faktor lain (Hidajat, 1985).

Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium

japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan

perkembangan pesat dari populasi bakteri dan diubah menjadi IAA (Indole acetic acid) yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri bakteri menyerbu ke dalamnya. Gejala melengkung ini terjadi apabila infeksi pada akar berlangsung pada saat pertumbuhan akar rambut, namun tidak tampak apabila infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, 1985).

Batangnya yang bercabang atau tidak akan mengayu. Daunnya berselang-seling, beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai daun panjang, terutama untuk daun yang berada di bagian bawahm anak daun bundar telur sampai bentuk lanset, pinggirannya rata, pangkalnya membulat, ujungnya lincip sampai tumpul (Maesen, V.D., dan Somaatmadja, 1993).


(22)

Perilaku pembungaan berbeda-beda mulai dari sangat tidak terbatas hingga sangat terbatas. Saat berbunga bergantung pada kultivar dan dapat beragam dari 80 hari hingga mencapai 150 hari setelah tanam. Bunga, berwarna putih, ungu pucat, atau ungu, dapat menyerbuk sendiri. Polongnya yang berkembang dalam kelompok, biasanya mengandung 2-3 biji yang berbentuk bundar atau pipih dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji berbeda-beda menurut kultivar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kedelai sebagaian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. (Sugeno, 2008)

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 10-25 0C.. Pada suhu yang lebih

tinggi dari 300C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis.

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5 – 300 m dpl (diatas permukaan laut). Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 dpl.


(23)

Tanah

Pada dasarnya kedelai meghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tidak terlalu tersedia. Tanaman kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak masampun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air (Sugeno, 2008).

Tolerasi kemasaman tanah sebagai suatu syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7 tetapi pada pH 4,5 pun dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertummbuhan sangat terlambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan akan berjalan kurang baik). (Sugeno, 2008).

Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya yang datar, sehingga tidak perlu dibuat teras dan tanggul. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008).

Bokashi Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit

Ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan unsur hara, maka sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisik dan kadar nutrisi dan hampir sama dengan kompos (Loebis dan Tobing, 1989).


(24)

Pemberian bahan organik merupakan teknologi masukan rendah. Bahan organik selain bertindak sebagai penyangga yang dapat mencegah kerusakan tanah oleh erosi juga sebagai penyumbang unsur hara dan dapat meningkatkan efisiensi pupuk. Senyawa organik mampu meningkatkan kelarutan P dari kompleks pengikatan Al dan Fe da meningkatkan muatan negatif, sehingga retensi P tanah akan berkurang (Karama et al, 1990 dalam Jayasumatra, 2006). Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain: Bahan organik dalam proses mineralisasinya akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tertentu, bahan organik meningkatkan KPK (kapasitas tukar kation) sehingga kemampuan mengikat kation lebih tinggi, dll.

Penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi 0-15 ton/ha memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat basah pipilan dan berat kering pipilan tanaman jagung. Hanya pada jumlah tongkol penggunaan pupuk bokashi namum cenderung memberikan hasil meningkat sesuai dengan peningkatan dosis yang digunakan. Hal ini disebabkan karena bokashi yang berasal dari pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara (Dahlan dan Kaharuddim, 2007)


(25)

Pupuk P dan Peranannya Pada Tanaman

Posfor tanah di kelompokkan sebagai P organik dan P anorganik tergantung sifat senyawa yang terjadi. Fraksi organik ditemukan pada humus dan bahan organik, baik yang berasosiasi dengan humus atau tidak. Kandungan Posfat yang tertinggi dijumpai pada kandungan bahan organik tinggi, tetapi hanya sebagian kecil posfat organik yang dipergunakan oleh tanaman atau mikroba tanah. (Follet et al, 1981)

Unsur P mempunyai peranan dalam pengisian dan pengembangan hasil tanaman. Fosfor ditemukan relatif dalam jumlah lebih banyak dalam buah dan biji tanaman. Tetapi P anorganik relatif dalam jumlah kecil dan kebanyakan dalam bentuk fitat (phytate). Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi gelap

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pupuk posfat sangat dianjurkan sebagai pupuk yaitu digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam. Hal ini disebabkan karena pupuk ini merupakan pupuk yang dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat lebih baik bila ditempatkan pada daerah rangkuman air. Keuntungan pemberian pupuk seawal mungkin dalam pertumbuhan tanaman akar mendorong pertumbuhan akar permulaan yang akan memberikan tanaman berdaya ambil/serap hara lebih baik (Hakim, dkk, 1986).

Pemberian dosis pupuk P sebesar 0, 50 , 100 ,150 P2O5 ton/ha memberikan

pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam di tanah Ultisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P ternyata


(26)

meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat akar, serapan P dan menurunkan nisbah tajuk/akar. Hasil menunjukkan bahwa dosis P2

(100 P2O5 ton/ha) memberikan pertumbuhan tanaman yang paling baik. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 kg P2O5/ha meningkatkan

berat kering akar 3,5 kali lipat dibandingkan kontrol (tanpa pemberian pupuk P). Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang, jumlah daun dan tinggi tanaman yang paling besar dibandingkan dengan dosis P lain. Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan semakin tingginya jumlah P yang terserap oleh tanaman. Fosfat yang terserap ini digunakan untuk pembentukan akar serta pertumnbuhan tanaman. Serta serapan posfat oleh tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara sumber asam humat dengan dosis P yang digunakan (Suhardi, 2007)

Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tanaman. Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maskimum dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasil justru menurun (Agustina, 1990).

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman


(27)

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Kelurahan Kwala Belaka Kecamatan Medan Johor Kota Madya Medan Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 30 di atas permukaan laut, mulai akhir bulan Juli sampai akhir bulan Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai varietas Anjosmoro sebagai objek pengamatan, bokashi sludge kelapa sawit dan Pupuk SP-36 (36 % P2O5) sebagai sumber perlakuan yang dicobakan, insektisida

untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur, top soil sebagai media tanam serta bahan yang lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibek 30 x 40 cm sebagai wadah media tanam, cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji hasil produksi,

handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, alat tulis dan alat-alat

lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :


(28)

Faktor I : Bokashi Sludge Kelapa Sawit (B) dengan 4 taraf, yaitu: B0 = 0 g/tan (kontrol)

B1 = 135 g/tanaman = 15 ton/Ha

B2 = 270 g/ tanaman = 30 ton/Ha

B3 = 405 g/ tanaman = 45 ton/Ha

Faktor II : Dosis pupuk posfor (P) dengan 4 taraf, yaitu : P0 = 0,0 g P2O5/ tanaman

P1 = 0,45 g P2O5/ tanaman = 50 kg P2O5/Ha

P2 = 0,90 g P2O5/ tanaman = 100 kg P2O5/Ha

P3 = 1,35 g P2O5/ tanaman = 150 kg P2O5/Ha

Kombinasi Perlakuan :

B 0P0 B 1P0 B 2P0 B3P0

B 0P1 B 1P1 B 2P1 B3P1

B 0P2 B 1P2 B 2P2 B 3P2

B 0P3 B 1P3 B 2P3 B 3P3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot/blok : 16 plot

Jumlah plot seluruhnya : 48 plot

Panjang plot : 210 cm

Lebar plot : 90 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak Tanam : 30 x 30 cm

Jumlah tanaman/plot : 10 tanaman

Jumlah sampel/plot : 5 sampel


(29)

Jumlah tanaman seluruhnya : 480 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk : µ + ρI + αj + βk + (αβ)jk + єijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan dosis bokashi sludge

ke-j dan dosis pupuk posfat taraf ke-k.

µ : Nilai tengah

ρi : Efek blok ke-i

αj : Efek perlakuan dosis bokashi sludge kelapa sawit taraf ke-j

βk : Efek perlakuan dosis pupuk posfat taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi perlakuan dosis bokashi sludge kelapa sawittaraf ke-j dan

perlakuan dosis pupuk taraf ke-k

єijk : Efek galat yang mendapat perlakuan bokashi sludge kelapa sawit taraf

ke-I dan perlakuan dosis pupuk posfat taraf ke-j dan interaksi perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan dosis pupuk posfat ke-k.


(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 210 cm x 90 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Pembuatan Bokashi Sludge Kelapa Sawit

Pembuatan bokashi sludge dilakukan didalam naungan. Pekerjaan pertama adalah membuat naungan dengan ukuran 2 x 2 m dengan tinggi 1,5 m. Pembuatan bokashi sludge kelapa sawit menggunakan bahan sesuai dengan kebutuhan bokashi (120 kg) antara lain sludge kelapa sawit 60 kg, 35 kg pupuk kandang, abu janjang kelapa sawit 25 kg, gula pasir 30 g, EM-4 120 ml. Semua bahan dicampur dan diaduk sampai rata, kemudiaan disiram larutan EM-4 dan gula pasir secara perlahan-lahan ke dalam adonan. Adonan digundukkan diatas plastik dengan ketinggian minimal 15-20 cm. Kemudian ditutup plastik yang dilubangi selama 3-4 hari. Setelah 3-4-7 hari bokashi seleasi difermentasi dan siap digunakan

Penyiapan Media dan Aplikasi Bokashi Sludge Kelapa Sawit

Media tanam yang digunakan adalah top soil. Top soil dimasukkan dalam polibek dengan ukuran 30 cm x 40 cm. Kemudian media tanam dicampur dengan bokashi sludge kelapa sawit sesuai dengan perlakuan sampai kedalaman 20 cm dibawah permukaan top soil. Aplikasi bokashi sludge dilakukan 1 minggu


(31)

sebelum tanam. Kemudian polibek disusun sesuai dengan bagan lahan penelitian (lampiran 2)

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah di polibek dengan kedalaman + 2 cm. Ditanam 2 benih perlubang tanam.

Aplikasi Pupuk Posfat

Bersaman dengan penaman dilakukan aplikasi pupuk posfat yakni (0 g P2O5/tanaman 0,45 g P2O5/ tanaman, 0,90g P2O5/ tanaman, 1,35 g P2O5/

tanaman) sesuai dengan perlakuan. Pemupukan dilakukan + 10 cm di sekeliling dari lubang tanam.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 5 hari setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya baik.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan yang pertumbuhannya baik. Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman di polibek yang mempunyai tanaman mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan yang seragam. Penyulaman dilakukan sampai minggu ke-2 setelah tanam.


(32)

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila kondisi tanah di polobek kering penyiraman dilakukan sore dan pagi hari. Apabila kondisi tanah di polibek masih lembab, penyiraman tidak dilakukan

Pembumbunan

Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak dan kokoh dilakukan pembumbunan dengan cara menambahkan tanah di polibek dan pada saat fase reproduktif tanaman diberi ajir.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di polibek, di lahan penelitian dan di sekitar lahan penelitian. Untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 2 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l air. Penyemprotan pestisida dilakukan dengan interval 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Panen

Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm diatas pangkal batang utama dengan menggunakan sabit.. Adapun kriteria panennya adalah ditandai


(33)

sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan hama penyakit, lalu gugur, buah berubah warna daun hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak kecoklatan dan gundul. Kemudian polong dijemur dibawah sinar matahari selama 4 hari dan biji diambil dari polongnya.

Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai umur 2 minggu setelah tanam (MST) dan diulangi setiap 1 minggu sekali dan berakhir sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga penuh (R2).

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung sejak tanaman umur 1 MST dengan interval 1 minggu sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Jumlah cabang produktif dihitung pada masuk fase reproduktif. Cabang yang dihitung adalah cabang yang terbentuk dan telah memiliki polong.

Bobot Kering 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan. Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.


(34)

Produksi Biji per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari

Produksi Biji per Plot (g)

Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis data secara startistik menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Perlakuan berbagai dosis pupuk posfat tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji dan tinggi tanaman umur 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun umur 6 MST, jumlah cabang, produksi per tanaman, produksi per plot.

Interaksi antara perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk posfat tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST dan daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. yang menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST, sedangkan pada perlakuan berbagai dosis pupuk posfat dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Data rataan tinggi tanaman pada perlakuan bokashi sludge dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel diberikut ini :


(36)

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman Umur 6 MST Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 45.70 48.63 52.25 46.33 48.23

P1 47.72 55.02 49.56 49.25 50.39

P2 50.65 57.53 45.36 46.82 50.09

P3 45.49 46.55 48.56 45.80 46.60

Rataan 47.39 b 51.93 a 48.93ab 47.05 b 48.83

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, perlakuan B1 berbeda nyata dengan B0 dan B3, perlakuan B1 tidak

berbeda nyata dengan B2. Pada perlakuan Pupuk Posfat semua Perlakuan

menunjukkan tidak berbeda nyata.

Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 47.825+ 0.0327x - 0.00009x²

Ŷ max = 50.784 R ² = 0.75 B max = 181.67

43.00 44.00 45.00 46.00 47.00 48.00 49.00 50.00 51.00

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

T in g g i T a n a m a n ( c m ) 0.00

Gambar 1. Hubungan Bokashi Sludge dan Tinggi Tanaman Umur 6 MST

Pada gambar 1. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada


(37)

grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi maksimum sebesar 181.67 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 50.784 cm

Jumlah Daun Umur 6 MST (Helai)

Hasil pengamatan jumlah daun umur 6 MST dan daftar sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. yang menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 6 MST, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 6 MST.

Data rataan jumlah daun umur 6 MST pada perlakuan bokashi sludge dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Rataan Jumlah Daun Umur 6 MST Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 28.52 30.36 32.61 27.45 29.74 ab

P1 29.79 34.35 30.93 30.40 31.37 a

P2 31.62 35.79 28.31 30.18 31.47 a

P3 28.40 29.01 30.31 29.01 29.18 b

Rataan 29.58 b 32.38 a 30.54ab 29.26 b 30.44

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, Perlakuan B1 berbeda nyata dengan B0 dan B3 dan perlakuan B1

tidak berbeda nyata dengan B2 . Pada perlakuan Pupuk Posfat , perlakuan P2

berbeda nyata dengan P3 dan Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P0 dan P1 .

Hubungan jumlah daun umur 6 MST dan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.


(38)

Ŷ = 29.841 + 0.0206x - 0.00006x²

Ŷ max = 31.609 R ² = 0.7728 B max = 171.67

27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

J u m la h D a u n ( h e la i) 0.00

Gambar 2. Hubungan Bokashi Sludge dan Jumlah Daun Umur 6 MST.

Pada gambar 2. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan jumlah daun membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi maksimum sebesar 171.67 (g/tanaman) dengan jumlah daun sebesar 50.784 helai.

Hubungan jumlah daun umur 6 MST dan berbagai dosis pupuk posfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 29.692 + 6.1989x - 4.8477x²

Ŷ max = 31.67 R ² = 0.9906 P max = 0.639

28.00 28.50 29.00 29.50 30.00 30.50 31.00 31.50 32.00

0 0.45 0.9 1.35

Dosis pupuk P (g/tan)

J u m la h D a u n ( h e la i) 0.00

Gambar 3. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Jumlah Daun Umur 6 MST.

Pada gambar 3. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan jumlah daun membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik


(39)

dapat dilihat bahwa dosis pupuk posfat maskimum sebesar 0.639 (g/tanaman) dengan jumlah daun sebesar 31.67 helai.

Jumlah Cabang (cabang)

Hasil pengamatan jumlah cabang dan daftar sidik ragam jumlah cabang dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. yang menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk sludge berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang.

Data rataan jumlah cabang pada perlakuan bokashi sludge dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Rataan Jumlah Cabang Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 3.31 3.53 3.79 3.19 3.45 ab

P1 3.46 3.99 3.59 3.53 3.64 a

P2 3.67 4.17 3.29 3.50 3.66 a

P3 3.30 3.37 3.52 3.37 3.39 b

Rataan 3.44 b 3.77 a 3.55 ab 3.40 b 3.54

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa, pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, Perlakuan B1 berbeda nyata dengan B0 dan B3 dan Perlakuan B1

tidak berbeda nyata dengan B2. Pada Perlakuan Pupuk Posfat, Perlakuan P2

berbeda nyata dengan P3 dan Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P0 dan P1.

Hubungan jumlah cabang dan dengan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.


(40)

Ŷ = 3.4658 + 0.0024x - 0.000007x²

Ŷ max = 3.671 R ² = 0.77 B max = 171.428

3.00 3.20 3.40 3.60 3.80

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

J u m la h C a b a n g ( c a b a n g ) 0.00

Gambar 4. Hubungan Bokashi Sludge dan Jumlah Cabang.

Pada gambar 4. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan jumlah cabang membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi sludge kelapa sawit maksimum sebesar 171.428 (g/tanaman) dengan jumlah cabang sebesar 3.671 cabang.

Hubungan jumlah cabang dan berbagai dosis pupuk posfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 3.4485 + 0.7234x - 0.5648x²

Ŷ max = 3.54 R ² = 0.99 P max = 0.643

3.20 3.30 3.40 3.50 3.60 3.70

0 0.45 0.9 1.35

Dosis pupuk P (g/tan)

J u m la h C a b a n g ( c a b a n g ) 0.00

Gambar 5. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Jumlah Cabang.

Pada gambar 5. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan jumlah cabang membentuk model grafik kuadratik. Pada


(41)

kurva dapat dilihat bahwa dosis pupuk posfat maksimum sebesar 0.643 (g/tanaman) dengan jumlah cabang sebesar 3.54 cabang.

Berat Kering 100 Biji (g)

Hasil pengamatan berat kering 100 biji dan daftar sidik ragam berat kering 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. yang menunjukkan bahwa Perlakuan bokashi sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji, sedangkan perlakuan berbagai dosis pupuk posfat dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji .

Data rataan Berat kering 100 biji pada Perlakuan bokashi sludge dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Rataan Berat Kering 100 Biji Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 15.60 16.59 17.90 15.69 16.45 P1 16.28 18.33 16.93 15.81 16.84 P2 17.28 19.21 15.45 16.31 17.06 P3 15.52 17.05 16.33 16.38 16.32 Rataan 16.17 b 17.80 a 16.66 ab 16.05 b 63.64

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa, pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, Perlakuan B1 berbeda nyata dengan B0 dan B3 dan perlakuan B1

tidak berbeda nyata dengan B2 . Pada perlakuan Pupuk Posfat, semua Perlakuan

menunjukkan tidak berbeda nyata.

Hubungan Berat Kering 100 Biji dan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :


(42)

Ŷ = 16.337 + 0.0113x - 0.00003x²

Ŷ max = 17. 401 R ² = 0.72 B max = 188.33

15.00 16.00 17.00 18.00

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

B

e

ra

t

1

0

0

B

ij

i

(g

)

0.00

Gambar 6. Hubungan Dosis Bokashi Sludge dan Berat Kering 100 Biji.

Pada gambar 6. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan berat kering 100 biji membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi sludge kelapa sawit maksimum sebesar 188.33 (g/tanaman) dengan berat kering 100 biji sebesar 17.401 g.

Produsi per Tanaman (g)

Hasil pengamatan produksi per tanaman dan daftar sidik ragam produski per tanaman dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. yang menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman.

Data rataan produksi per tanaman pada perlakuan bokashi sludge dan berbagai dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(43)

Tabel 6. Rataan Produksi per Tanaman Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 24.08 27.65 27.38 26.50 26.40 b P1 27.30 28.68 28.21 26.46 27.66 ab P2 25.23 30.95 29.08 30.46 28.93 a P3 25.75 27.02 27.21 25.79 26.44 b Rataan 25.59 b 28.57 a 27.97 a 27.30 a 27.36

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2 dan B3 dan perlakuan

B1 berbeda nyata dengan B0 . Pada Perlakuan Pupuk Posfat, perlakuan P2 berbeda

nyata dengan P0 dan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P1 .

Hubungan produksi per tanaman dan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 25.765 + 0.0236x - 0.00005x²

Ŷ max = 29.46 R ² = 0.88 B max = 236

23.00 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

P ro d u k s i p e r T a n a m a n ( g ) 0.00

Gambar 7. Hubungan Bokashi Sludge dan Produksi Per Tanaman.

Pada gambar 7. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan produksi per tanaman membentuk model grafik kuadratik.


(44)

Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi sludge kelapa sawit maksimum sebesar 236 (g/tanaman) dengan produksi per tanaman sebesar 29.46 g.

Hubungan produksi per tanaman dan berbagai dosis pupuk posfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :

Ŷ = 26.212 + 6.5581x - 4.6286x²

Ŷ max = 28.53 R ² = 0.84 P max = 0.708

24.50 25.50 26.50 27.50 28.50 29.50

0 0.45 0.9 1.35

Dosis pupuk P (g/tan)

P ro d u k s i p e r T a n a m a n ( g ) 0.00

Gambar 8. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Produksi Per Tanaman.

Pada gambar 8. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan produksi per tanaman membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis pupuk posfat maskimum sebesar 236 (g/tanaman) dengan produksi per tanaman sebesar 28.53 g.

Produsi per Plot (g)

Hasil pengamatan produksi per plot dan daftar sidik ragam produski per plot dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. yang menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk sludge berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot.


(45)

Data rataan produksi per plot pada perlakuan bokashi sludge dan dosis pupuk posfat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7 . Rataan Produksi per Plot Pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Berbagai Dosis Pupuk Posfat.

Pupuk Bokashi Suldge Kelapa Sawit

Rataan

Posfat B0 B1 B2 B3

P0 232.81 267.32 264.75 256.24 255.28 bc P1 263.96 277.31 272.85 255.88 267.50 ab P2 243.99 299.26 281.46 294.49 279.80 a P3 249.05 261.27 263.11 249.36 255.70 c Rataan 247.45 b 276.29 a 270.54 a 263.99 a 264.57

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNT 5 %

Pada tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa, pada Perlakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit, Perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2 dan B3 dan perlakuan

B1 berbeda nyata dengan B0 . Pada perlakuan Pupuk Posfat, Perlakuan P2 berbeda

nyata dengan P0 dan P3 dan Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P1.

Hubungan produksi per plot dan bokashi sludge kelapa sawit dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 249.14 + 0.2291x - 0.0005x²

Ŷ max = 275.383 R ² = 0.88 B max = 229.1

230.00 240.00 250.00 260.00 270.00 280.00

0 135 270 405

Bokashi Sludge (g/tan)

P ro d u k s i p e r P lo t (g ) 0.00


(46)

Pada gambar 9. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan produksi per plot membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis bokashi sludge kelapa sawit maksimum sebesar 229.1 (g/tanaman) dengan produksi per plot sebesar 275.383 g.

Hubungan produksi per plot dan berbagai dosis pupuk posfat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Ŷ = 253.46 + 63.556x - 44.85x²

Ŷ max = 275.96 R ² = 0.84 P max = 0.709

240.00 250.00 260.00 270.00 280.00

0 0.45 0.9 1.35

Dosis pupuk P (g/tan)

P

ro

d

u

k

s

i

p

e

r

P

lo

t

(g

)

0.00

Gambar 10. Hubungan Dosis Pupuk Posfat dan Produksi Per Plot.

Pada gambar 10. diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara berbagai dosis pupuk posfat dengan produksi per plot membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa dosis pupuk posfat maksimum sebesar 0.709 (g/tanaman) dengan produksi per plot sebesar 275.96 g.


(47)

Pembahasan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Terhadap Perakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan bokashi sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan bokashi sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 mst. Tabel rataan tinggi tanaman umur 6 MST diperoleh bahwa perlakuan B1 berbeda nyata

dengan B0 dan B3, perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2. Berdasarkan

grafik hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan tinggi tanaman membentuk model grafik kuadratik dengan maksimum sebesar 181.67 (g/tanaman) dengan tinggi tanaman sebesar 50.784 cm. Ini menunjukkan bahwa semakin besar yang diberikan semakin menaikkan pertumbuhan sampai titik optimum dan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman setelah melewati titik optimum. Artinya bokashi sludge kelapa sawit ini dapat digunakan sebagai pengganti pupuk. Menurut (Loebis dan Tobing, 1989) sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisik dan kadar nutrisi dan hampir sama dengan kompos.

Perlakuan berbagai dosis sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 6 MST. Dari tabel rataan jumlah daun umur 6 MST diperoleh bahwa, perlakuan B1 berbeda nyata dengan B0 dan B3 dan perlakuan B1 tidak


(48)

berbeda nyata dengan B2. Berdasarkan grafik hubungan antara bokashi sludge

kelapa sawit dengan jumlah daun membentuk model grafik kuadratik dengan maskimum sebesar 171.67 (g/tanaman) dengan jumlah daun sebesar 50.784 helai. Ini menunjukkan bahwa bokashi sludge menyediakan unsur hara bagi tanaman. Menurut (Dahlan dan Kaharuddim, 2007) bahan organik mengandung sejumlah unsur hara yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang. Tabel rataan jumlah cabang diperoleh bahwa, perlakuan B1 berbeda nyata dengan

B0 dan B3 dan perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2. Berdasarkan grafik

hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan jumlah cabang, membentuk model grafik kuadratik dengan sludge kelapa sawit maksimum sebesar 171.428 (g/tanaman) dan jumlah cabang sebesar 3.671 cabang. Ini menunjukkan bahwa semakin besar yang diberikan semakin menaikkan pertumbuhan sampai titik optimum dan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman setelah melewati titik optimum. Artinya bokashi sludge kelapa sawit ini dapat digunakan sebagai pengganti pupuk. Menurut (Loebis dan Tobing, 1989) sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisik dan kadar nutrisi dan hampir sama dengan kompos.


(49)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat kering 100 biji. Tabel rataan berat kering 100 biji diperoleh bahwa, perlakuan B1 berbeda

nyata dengan B0 dan B3 dan perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2.

Berdasarkan grafik hubungan antara bokashi sludge kelapa sawit dengan berat kering 100 biji, membentuk model grafik kuadratik dengan sludge kelapa sawit maksimum sebesar 171.428 (g/tanaman) dan berat kering 100 biji sebesar 3.671 cabang. Ini menunjukkan bahwa semakin besar yang diberikan semakin menaikkan pertumbuhan sampai titik optimum dan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman setelah melewati titik optimum. Menurut Rosmarkam dan Yuwono, (2002), bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tertentu. Unsur hara yang dilepaskan oleh bahan organik akan digunakan untuk proses metabolisme dan pada akhirnya mempengaruhi hasil tanaman. Menurut agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hal ini didukung juga dengan hasil penelitian diperoleh berat kering 100 biji sebesar 17.80 g lebih tinggi dibandingkan dengan berat kering 100 biji pada deskirpsi tanaman sebesar 12.9-14.8 g.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman per tanaman dan produksi per plot. Tabel rataan produksi per tanaman diperoleh bahwa, perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2 dan B3 dan perlakuan B1


(50)

perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan B2 dan B3 dan perlakuan B1 berbeda

nyata dengan B0. Berdasarkan grafik hubungan antara bokashi sludge dengan

produksi per tanaman dan produksi per plot, membentuk model grafik kuadratik dengan sludge kelapa sawit maksimum sebesar 236 (g/tanaman), 229.1 (g/tanaman) dengan produksi per tanaman sebesar 29.46 g dan produksi per plot 275.38 g. Ini menunjukkan semakin besar sludge kelapa sawit yang diberikan meningkatkan produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi tanaman setelah melewati titik optimum. Menurut agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosisnya hasil justru terus menurun. Perakuan kebutuhan pupuk yang sesuai akan memberikan hasil yang terbaik. Artinya bokashi sludge kelapa sawit dapat dijadikan sebagai peganti pupuk. Menurut Loebis dan Tobing, (1989) sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisik dan kadar nutrisi dan hampir sama dengan kompos. Sehingga unsur hara yang diserap tanaman digunakan untuk metabolisme dan pada akhirnya mempengaruhi hasil tanaman. Hal ini didukung juga dengan hasil yang diperoleh dari penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dari deskripsi tanaman.

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Terhadap Perakuan Pupuk Posfat


(51)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6 MST, jumlah cabang, produksi per tanaman, produksi per plot.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis pupuk posfat tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST dan Berat kering 100 Biji. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) pupuk P-anorganik lebih berperan dalam pengisian dan pengembangan biji dan metabolisme karbohidrat pada daun dan pemindahan sukrosa serta posfor ditemukan relatif dalam jumlah banyak dalam buah dan biji tanaman. Menurut Gardner, dkk (1991), laju penghantaran suatu senyawa dalam floem dapat dipengaruhi oleh perbandingan laju penerimaan di daerah pemanfaatan dengan laju penghantaran dari sel-sel sumber.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 6 MST. Tabel rataan jumlah daun umur 6 MSTmenunjukkan perlakuan pupuk posfat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda

nyata dengan P0 dan P1. Berdasarkan grafik hubungan antara dosis pupuk posfat

dengan jumlah daun umur 6 MST membentuk model grafik kuadratik dengan dosis pupuk posfat maskimum sebesar sebesar 0.639 (g/tanaman) dengan jumlah daun sebesar 31.67 helai Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis posfat yang diberikan semakin meningkatkan pertumbuhan sampai titik optimum dan semakin menurunkan pertumbuhan tanaman setelah melewati titik optimum. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun


(52)

menjadi tetap. Perakuan pupuk P yang sesuai dengan kebutuhan akan mendukung pertumbuhan tanaman itu. Menurut agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosisnya hasil justru terus menurun.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif. Tabel rataan jumlah cabang menunjukkan bahwa, perlakuan P2 berbeda nyata

dengan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P0 dan P1. Berdasarkan

grafik hubungan antara dosis pupuk posfat dengan jumlah cabang produktif membentuk model grafik kuadratik dengan dosis pupuk posfat maskimum sebesar 0.643 (g/ tanaman) dengan jumlah cabang produktif sebesar 3.54 cabang. Menurut Agustina (1990), posfor berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, berperan dalam pembentukan membran sel. Sehingga sangat mempenagruhi pertumbuhan tanaman.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis pupuk posfat berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman dan produksi per plot. Tabel rataan produksi per tanaman menunjukan bahwa, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0 dan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda

nyata dengan P1. Tabel rataan produksi per plot menunjukkan bahwa, perlakuan

P2 berbeda nyata dengan P0 dan P3 dan perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan

P1. Berdasarkan grafik hubungan antara dosis pupuk posfat dengan produksi per

tanaman dan produksi per plot membentuk model grafik kuadratik dengan dosis pupuk posfat maskimum sebesar 236 (g/tanaman) dengan produksi per tanaman


(53)

sebesar 28.53 g dan sebesar 0.709 (g/tanaman) dengan produksi per plot sebesar 275.96 g. Ini menunjukkan semakin besar dosis pupuk posfat yang diberikan meningkatkan produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi tanaman setelah melewati titik optimum. Menurut agustina (1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosisnya hasil justru terus menurun. Perakuan kebutuhan pupuk yang sesuai akan memberikan hasil yang terbaik. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa perakuan dosis pupuk posfat sebesar 0.709 P2O5 g/tanaman memberikan hasil yang baik. Hal ini didukung juga

dari hasil penelitian Suhardi (2007) yang menyatakan pemakaian dosis 100 kg

P-2O5/Ha pada tanaman kedelai meningkatkan berat kering akar 3.5 kali lipat

dibandingkan tanpa menggunakan pupuk. Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang , jumlah daun dan tinggi tanaman.

Interaksi Antara Perakuan Bokashi Sludge Kelapa Sawit dan Pupuk Posfat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai

Hasil analisis secara statistik, diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan bokashi sludge kelapa sawit dan berbagai dosis pupuk posfat tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa antara bokashi sludge kelapa sawit dan pupuk posfat tidak saling mempengaruhi satu sama lain.

Sutedjo dan Kartosapoetra (1987), menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda


(54)

pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian bokashi sludge kelapa sawit yang sesuai untuk pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 181.67 g/tanaman, jumlah daun sebesar 171.67 g/ tanaman, jumlah cabang sebesar 171.428 g/ tanaman, dan berat kering 100 biji sebesar 188.33 g/ tanaman, produksi per tanaman sebesar 238 g/ tanaman, serta produksi per plot sebesar 229.1 g/ tanaman.

2. Pemberian dosis pupuk posfat. yang sesuai untuk pertumbuhan jumlah daun sebesar 0.638 g P2O5/ tanaman, jumlah cabang sebesar 0.643 g P2O5/

tanaman, dan produksi per tanaman sebesar 0.708 g P2O5/ tanaman, serta

produksi per plot sebesar 0.709 g P2O5/ tanaman.

3. Tidak ada interaksi antara bokashi sludge kelapa sawit dengan pupuk posfat untuk pertumbuhan tinggi tanaman sebesar , jumlah daun, jumlah cabang, dan berat kering 100 biji, produksi per tanaman sebesar , serta produksi per plot.

Saran

1. Disarankan pemberian bokashi sludge kelapa sawit yang sesuai untuk tanaman kedelai adalah 229.1 g/ tanaman ( 25 ton/Ha ).

2. Disarankan pemberian pupuk posfat yang sesuai untuk tanaman kedelai adalah 0.709 g P2O5/ tanaman (78 kg P2O5/Ha).


(56)

3. Agar penelitian ini dilanjutkan pada kondisi lingkungan pertanaman yang sesungguhnya dan memperhatikan status kandungan hara tanah.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

BPS, 2008. Deptan Targetkan Produksi Kedelai 1.3 juta Ton.

____, Sumut. 2008. Produks Gabah Kering Giling Sumut 2007 Naik 250.187 ton. tanggal 11 Maret 2008.

Dahlan, F.H., dan Kaharuddin, 2007. Pengaruh penggunaan dosis pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Jurnal Agribisnis, Juni 2007. Vol. 3 No. 1, Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991 . Fisiologi Tanaman Budidaya . Penerjemah H. Susilo. UI-Press, Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan teori dan Aplikasi. Edisi Rev-10. RajaGarfindo Persada, Jakarta

Hidajat, O.O., dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Hal.73-81

Jayasumatra, D. 2006. Pengaruh Jenis dan Dosis Kompos TKS Terhadap Serapan Hara dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Tesis Sekolah Pasca Sarjana USU. Medan (tidak dipublikasikan)

Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13 November 1990. Badan Litbang Pertanian.

Lubis, B., P. Purba, dan A.D.P, Ariana, 1988. Inventarisasi dan Karakteristik Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Proseding Seminar Nasional Pengendalian Limbah Minyak Sawit dan Karet di Medan, 20-21 Desember 1988.

Loebis, B., an P.L. Tobing, 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Bul. Perkebunan. BPP Medan

Mahajoeno. 2006. Limbah Industri Kelapa Sawit. Diakses pada tanggal 11 Maret 2008, Page 1 of 1.

Nasir, 2008 . Teknik Pembuatan Bokasi. tanggal 11 Maret 2008, Page 1 of 1.


(58)

Prosiding Ikakarya., 2005. Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-Optimal, Balitkabi Malang.

Rosmarkam, A., dan N.W., Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburna Tanah. Kanisius, Yogyakarta

Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid 2. ITB Press, Bandung.

Sitompul, S.M., dan B., Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta.

Sugeno, R, 2008. Budidaya Kedelai.

tanggal. 11 Maret 2008.

Suhardi, 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Posfat dan Asam Humat Terhadap Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Ultisol. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu

Sutedjo, M. M. dan Kartasapotra . 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5. Rineka Cipta, Jakarta

. .


(59)

Lampiran 1 . Data Tinggi Tanaman 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

B0P0 14.60 12.48 12.36 39.44 13.15

B0P1 11.68 13.38 13.88 38.94 12.98

B0P2 13.06 13.08 12.56 38.70 12.90

B0P3 14.76 13.36 13.06 41.18 13.73

B1P0 14.12 14.62 13.60 42.34 14.11 B1P1 15.70 13.18 14.14 43.02 14.34

B1P2 14.16 14.36 13.76 42.28 14.09

B1P3 14.88 14.78 13.22 42.88 14.29

B2P0 15.74 15.40 14.18 45.32 15.11

B2P1 14.64 14.06 14.86 43.56 14.52

B2P2 14.08 14.70 12.96 41.74 13.91

B2P3 14.92 14.10 13.78 42.80 14.27

B3P0 15.68 15.12 13.96 44.76 14.92

B3P1 14.78 14.48 14.10 43.36 14.45

B3P2 13.28 13.92 14.22 41.42 13.81

B3P3 14.86 13.98 14.24 43.08 14.36

Total 230.94 225.00 218.88 674.82

Rataan 14.43 14.06 13.68 14.06

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Sumber db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok 2 4.545 2.273 4.439 * 3.30 5.34

Perlakuan 15 18.042 1.203 2.349 * 1.97 2.62

B 3 12.496 4.165 8.135 ** 2.90 4.46

B-Lin 1 8.809 8.809 17.204 ** 4.15 7.5

B-Kuad 1 3.553 3.553 6.940 * 4.15 7.5

B-Kub 1 0.133 0.133 0.261 tn 4.15 7.5

P 3 2.696 0.899 1.755 tn 2.90 4.46

P-Lin 1 0.459 0.459 0.897 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 1.606 1.606 3.136 ** 4.15 7.5

P-Kub 1 0.630 0.630 1.231 * 4.15 7.5

BxP 9 2.850 0.317 0.618 tn 2.40 3.42

Galat 30 15.361 0.512

Total 47 37.95

FK = 9487.13 KK = 5.09


(60)

Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

B0P0 15.98 14.32 14.76 45.06 15.02

B0P1 14.38 16.20 17.30 47.88 15.96

B0P2 16.02 14.10 15.04 45.16 15.05

B0P3 17.74 16.70 15.62 50.06 16.69

B1P0 15.52 17.82 16.12 49.46 16.49 B1P1 18.12 16.16 17.40 51.68 17.23

B1P2 15.82 15.54 16.04 47.40 15.80

B1P3 15.34 17.28 16.64 49.26 16.42

B2P0 18.34 17.30 16.72 52.36 17.45

B2P1 17.64 17.32 19.12 54.08 18.03

B2P2 16.96 18.24 15.06 50.26 16.75

B2P3 16.00 20.08 15.64 51.72 17.24

B3P0 16.88 19.52 17.28 53.68 17.89

B3P1 18.38 18.32 17.86 54.56 18.19

B3P2 16.14 18.24 16.40 50.78 16.93

B3P3 16.70 18.60 18.32 53.62 17.87

Total 265.96 275.74 265.32 807.02

Rataan 16.62 17.23 16.58 16.81

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

Sumber db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok 2 4.263 2.132 1.524 tn 3.30 5.34

Perlakuan 15 44.320 2.955 2.112 * 1.97 2.62

B 3 30.281 10.094 7.217 ** 2.90 4.46

B-Lin 1 29.442 29.442 21.050 ** 4.15 7.5

B-Kuad 1 0.612 0.612 0.438 tn 4.15 7.5

B-Kub 1 0.227 0.227 0.162 tn 4.15 7.5

P 3 9.826 3.275 2.342 tn 2.90 4.46

P-Lin 1 0.022 0.022 0.016 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 0.244 0.244 0.174 tn 4.15 7.5

P-Kub 1 9.560 9.560 6.835 * 4.15 7.5

BxP 9 4.213 0.468 0.335 tn 2.40 3.42

Galat 30 41.961 1.399

Total 47 90.54

FK = 13568.36 KK = 7.03


(1)

Lampiran 21. Data Jumlah Cabang

Perlakuan

Blok

Total

Rataan

I

II

III

B

0

P

0 3.5 2.8 3.6 9.94 3.31

B

0

P

1 2.9 3.6 3.9 10.37 3.46

B

0

P

2 3.7 3.7 3.7 11.02 3.67

B

0

P

3 3.7 3.3 2.9 9.89 3.30

B

1

P

0 3.7 3.3 3.6 10.58 3.53

B

1

P

1 3.9 4.0 4.1 11.97 3.99

B

1

P

2 4.2 4.1 4.2 12.52 4.17

B

1

P

3 3.5 3.4 3.2 10.11 3.37

B

2

P

0 3.4 4.2 3.8 11.36 3.79

B

2

P

1 3.4 3.7 3.7 10.78 3.59

B

2

P

2 3.4 3.4 3.0 9.86 3.29

B

2

P

3 3.6 3.4 3.6 10.57 3.52

B

3

P

0 3.1 3.4 3.1 9.57 3.19

B

3

P

1 3.6 3.8 3.2 10.59 3.53

B

3

P

2 3.8 3.3 3.4 10.51 3.50

B

3

P

3 3.4 3.3 3.4 10.11 3.37

Total

56.69 56.71 56.35 169.75

Rataan

3.54 3.54 3.52 3.54

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang

Sumber db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok 2 0.005 0.003 0.036 ** 3.30 5.34

Perlakuan 15 3.146 0.210 2.967 ** 1.97 2.62

B 3 0.981 0.327 4.623 ** 2.90 4.46

B-Lin 1 0.064 0.064 0.910 tn 4.15 7.5

B-Kuad 1 0.689 0.689 9.742 ** 4.15 7.5

B-Kub 1 0.228 0.228 3.218 tn 4.15 7.5

P 3 0.654 0.218 3.085 * 2.90 4.46

P-Lin 1 0.019 0.019 0.262 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 0.628 0.628 8.881 ** 4.15 7.5

P-Kub 1 0.008 0.008 0.111 tn 4.15 7.5

BxP 9 1.511 0.168 2.375 tn 2.40 3.42

Galat 30 2.121 0.071

Total 47 5.27

FK = 600.31 KK = 7.52


(2)

Lampiran 23. Data Berat 100 Biji

(g)

Perlakuan

Blok

Total

Rataan

I

II

III

B

0

P

0 16.52 13.25 17.02 46.79 15.60

B

0

P

1 13.67 16.95 18.23 48.85 16.28

B

0

P

2 17.24 17.45 17.16 51.85 17.28

B

0

P

3 17.45 15.45 13.67 46.57 15.52

B

1

P

0 17.16 15.67 16.95 49.78 16.59

B

1

P

1 17.18 18.73 19.09 55.00 18.33

B

1

P

2 18.52 19.44 19.66 57.62 19.21

B

1

P

3 19.80 16.10 15.24 51.14 17.05

B

2

P

0 16.24 19.59 17.88 53.71 17.90

B

2

P

1 16.02 17.62 17.16 50.80 16.93

B

2

P

2 15.95 16.10 14.31 46.36 15.45

B

2

P

3 16.02 15.95 17.02 48.99 16.33

B

3

P

0 16.74 15.81 14.53 47.08 15.69

B

3

P

1 14.67 17.73 15.03 47.43 15.81

B

3

P

2 17.09 15.74 16.10 48.93 16.31

B

3

P

3 17.67 15.38 16.10 49.15 16.38

Total

267.94 266.96 265.15 800.05

Rataan 16.75 16.69 16.57 16.67

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Berat 100

Biji

Sumber db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok 2 0.250 0.125 0.059 tn 3.30 5.34

Perlakuan 15 52.300 3.487 1.643 * 1.97 2.62

B 3 22.795 7.598 3.581 * 2.90 4.46

B-Lin 1 1.364 1.364 0.643 tn 4.15 7.5

B-Kuad 1 14.908 14.908 7.025 * 4.15 7.5

B-Kub 1 6.524 6.524 3.074 tn 4.15 7.5

P 3 4.265 1.422 0.670 tn 2.90 4.46

P-Lin 1 0.014 0.014 0.007 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 3.870 3.870 1.824 tn 4.15 7.5

P-Kub 1 0.380 0.380 0.179 tn 4.15 7.5

BxP 9 25.240 2.804 1.322 tn 2.40 3.42

Galat 30 63.663 2.122

Total 47 116.21

FK = 13335.00 KK = 8.74


(3)

Lampiran 25. Data Produksi per Tanaman (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

B

0

P

0 22.51 25.71 24.01 72.23 24.08

B

0

P

1 28.81 25.89 27.19 81.89 27.30

B

0

P

2 24.14 27.17 24.38 75.69 25.23

B

0

P

3 26.13 26.37 24.76 77.26 25.75

B

1

P

0 29.55 28.90 24.49 82.94 27.65

B

1

P

1 28.67 28.47 28.90 86.04 28.68

B

1

P

2 31.95 31.07 29.83 92.85 30.95

B

1

P

3 25.53 28.19 27.33 81.05 27.02

B

2

P

0 26.37 27.77 27.99 82.13 27.38

B

2

P

1 28.41 28.16 28.07 84.64 28.21

B

2

P

2 28.01 28.89 30.33 87.23 29.08

B

2

P

3 26.63 26.37 28.63 81.63 27.21

B

3

P

0 28.02 25.70 25.78 79.50 26.50

B

3

P

1 27.86 25.82 25.71 79.39 26.46

B

3

P

2 28.90 28.01 34.46 91.37 30.46

B

3

P

3 24.95 27.26 25.16 77.37 25.79

Total

436.44 439.75 437.02 1313.21

Rataan

27.28 27.48 27.31 27.36

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Produksi per Tanaman (g)

Sumber

db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok

2 0.391 0.195 0.074 tn 3.30 5.34

Perlakuan

15 150.087 10.006 3.804 ** 1.97 2.62

B

3 59.789 19.930 7.577 ** 2.90 4.46

B-Lin

1 12.344 12.344 4.693 ** 4.15 7.5

B-Kuad 1 39.986 39.986 15.201 ** 4.15 7.5

B-Kub 1 7.459 7.459 2.836 tn 4.15 7.5

P

3 51.781 17.260 6.562 ** 2.90 4.46

P-Lin 1 1.163 1.163 0.442 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 42.169 42.169 16.031 ** 4.15 7.5

P-Kub 1 8.449 8.449 3.212 tn 4.15 7.5

BxP 9 38.517 4.280 1.627 tn 2.40 3.42

Galat 30 78.913 2.630

Total 47 229.39

FK = 35927.51


(4)

Lampiran 27. Produksi per Plot

(g)

Perlakuan

Blok

Total

Rataan

I

II

III

B

0

P

0 217.70 248.59 232.15 698.44 232.81

B

0

P

1 278.62 250.38 262.89 791.89 263.96

B

0

P

2 233.43 262.75 235.79 731.97 243.99

B

0

P

3 252.67 255.03 239.44 747.14 249.05

B

1

P

0 285.77 279.41 236.79 801.97 267.32

B

1

P

1 277.19 275.33 279.41 831.93 277.31

B

1

P

2 308.94 300.43 288.42 897.79 299.26

B

1

P

3 246.88 272.61 264.32 783.81 261.27

B

2

P

0 255.03 268.54 270.68 794.25 264.75

B

2

P

1 274.76 272.33 271.47 818.56 272.85

B

2

P

2 271.76 279.34 293.28 844.38 281.46

B

2

P

3 257.46 255.03 276.83 789.32 263.11

B

3

P

0 270.90 248.51 249.30 768.71 256.24

B

3

P

1 269.40 249.66 248.59 767.65 255.88

B

3

P

2 279.41 270.83 333.24 883.48 294.49

B

3

P

3 241.30 263.61 243.16 748.07 249.36

Total

4221.22 4252.38 4225.76 12699.36

Rataan

263.83 265.77 264.11 264.57

Lampiran 28. Daftar Sidik Ragam Produksi per Plot (g)

Sumber

db JK KT F.Hit F.05 F.01

Blok

2 35.420 17.710 0.072 tn 3.30 5.34

Perlakuan

15 14056.750 937.117 3.817 ** 1.97 2.62

B

3 5596.584 1865.528 7.598 ** 2.90 4.46

B-Lin

1 1154.658 1154.658 4.703 * 4.15 7.5

B-Kuad 1 3757.002 3757.002 15.302 ** 4.15 7.5

B-Kub 1 684.923 684.923 2.790 tn 4.15 7.5

P

3 4867.890 1622.630 6.609 ** 2.90 4.46

P-Lin 1 110.026 110.026 0.448 tn 4.15 7.5

P-Kuad 1 3959.243 3959.243 16.126 ** 4.15 7.5

P-Kub 1 798.620 798.620 3.253 tn 4.15 7.5

BxP 9 3592.277 399.142 1.626 tn 2.40 3.42

Galat 30 7365.524 245.517

Total 47 21457.69

FK = 3359869.68


(5)

Lampiran 34. Foto-foto Hasil Kegiatan Penelitian

Gambar. Lahan Penelitian

Gambar. Pertanaman Kedelai


(6)

Gambar. Kolam II Sludge Kelapa Sawit