Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati Cair Pada Beberapa Taraf Pemberian Pupuk Anorganik

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK HAYATI CAIR PADA
BEBERAPA TARAF PEMBERIAN
PUPUK ANORGANIK

PU RAJA GOGA PANJAITAN
040301010

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK HAYATI CAIR PADA
BEBERAPA TARAF PEMBERIAN

PUPUK ANORGANIK

SKRIPSI

Oleh :
PU RAJA GOGA PANJAITAN
040301010

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK HAYATI CAIR PADA
BEBERAPA TARAF PEMBERIAN

PUPUK ANORGANIK
SKRIPSI

Oleh :
PU RAJA GOGA PANJAITAN
040301010/BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi


Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Respons Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap
Pemberian Pupuk Hayati Cair Pada Beberapa Taraf
Pemberian Pupuk Anorganik
: Pu Raja Goga Panjaitan
: 040301010
: Budidaya Pertanian
: Agronomi

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP
Ketua


Ir. Meiriani, MP
Anggota

Mengetahui,

Prof. Edison Purba, Ph. D
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PU RAJA GOGA PANJAITAN : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati Cair
Pada Beberapa Taraf Pemberian Pupuk Anorganik dibimbing oleh
RATNA ROSANTY LAHAY dan MEIRIANI.
Respons
pertumbuhan
dan
produksi

tanaman
kedelai (Glycine max L. Merrill) terhadap kombinasi pupuk hayati cair dan pupuk
anorganik belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah
dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan (+ 25 m dpl) pada
Oktober 2009 - Januari 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
factorial dengan 2 faktor yaitu pupuk hayati cair (0, 5, 10 dan 15 cc per liter air)
dan pupuk anorganik (0, 50 dan 100 % dosis pemupukan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati cair nyata
meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot
segar tajuk dan bobot kering tajuk. Pemberian pupuk anorganik nyata
meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, jumlah cabang 6 MST, umur berbunga,
umur panen, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar tajuk, bobot kering
tajuk, bobot 100 biji dan produksi per tanaman. Interaksi antara kedua faktor
tersebut nyata meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, bobot segar akar, bobot
kering akar, bobot segar tajuk dan bobot kering tajuk.
Kata kunci : Pupuk Hayati Cair, Pupuk Anorganik, Kedelai

.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
PU RAJA GOGA PANJAITAN : Response in Growth and Production of Soybean
to the addition Liquid Biofertilizer on some level the addition Annorganic
Fertilizer, supervised by RATNA ROSANTY LAHAY and MEIRIANI.
Response in Growth and Production of Soybean to combination of Liquid
Biofertilizer and Annorganic Fertilizer have not been researched enough in this
region. Therefore, a research had been conducted at experimental field of
College of Agriculture USU (+ 25 m above sea level) in October 2009 – Januari
2010 using factorial randomized block design with two factors, i.e. liquid
Biofertilizer (0, 5, 10 and 15 cc per litre water) and Annorganic fertilizer (0, 50
and 100 % fertilizing dosage).
The result showed that the addition liquid Biofertilizer significantly
increase the plant height of 6 weeks after plant, the fresh weight of root, the dry
weight of root, the fresh weight of crown, the dry weight of crown. The addition
Anorganic fertilizer significantly increase the plant height of 6 weeks after plant,
the branch number of 6 weeks after plant, age of flowering, age of harvesting, the
fresh weight of root, the dry weight of root, the fresh weight of crown, the dry
weight of crown, weight of 100 seed, and production per plant. The interaction
between that two factors significantly increase the plant height of 6 weeks after

plant, the fresh weight of root, the dry weight of root, the fresh weight of crown
and the dry weight of crown.
Keyword : Liquid Biofertilizer, Annorganic Fertilizer, Soybean
.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Desember 1986 dari ayah
Alm. A. Panjaitan dan ibu R. Br. Gultom. Penulis merupakan putra keenam dari
enam bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 14 Medan dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi,
Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar
Agronomi (pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010), mengikuti kegiatan
organisasi HIMADITA dan PEMA FP USU 2007-2008.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun
Rambutan, Tebing Tinggi pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008.


.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul

“Respons

Pertumbuhan

dan

Produksi

Tanaman


Kedelai

(Glycine max L. Merrill) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati Cair Pada Beberapa
Taraf Pemberian Pupuk Anorganik”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima

kasih

kepada

Ibu

Ir.

Ratna

Rosanty


Lahay,

MP

dan

Ibu Ir. Meiriani, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus
untuk Bapak Ir. Elianor Sembiring, M. Si di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Utara, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuannya dalam penyediaan pupuk hayati cair.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di
sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
Hipotesis Penelitian ................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ......................................................................................... 5
Syarat Tumbuh .......................................................................................... 6
Iklim ..................................................................................................... 6
Tanah ..................................................................................................... 7
Pupuk Anorganik ....................................................................................... 8
Pupuk Hayati Cair ...................................................................................... 14
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 18
Bahan dan Alat .......................................................................................... 18
Metode Penelitian ...................................................................................... 18
Parameter yang Diukur .............................................................................. 21
Tinggi tanaman (cm) ............................................................................. 21
Jumlah cabang (cabang) ........................................................................ 21
Umur mulai berbunga (hst) ................................................................... 21
Umur panen (hst) .................................................................................. 21
Bobot segar akar (g) .............................................................................. 21
Bobot kering akar (g) ............................................................................ 22
Bobot segar tajuk (g) ............................................................................. 22

Universitas Sumatera Utara

Bobot kering tajuk (g) ........................................................................... 22
Jumlah polong per sampel (polong) ....................................................... 22
Jumlah polong berisi per sampel (polong) ............................................. 22
Bobot 100 biji ....................................................................................... 22
Produksi per tanaman ............................................................................ 23
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 23
Persiapan lahan ..................................................................................... 23
Persiapan media tanam .......................................................................... 23
Persiapan benih ..................................................................................... 23
Penanaman ............................................................................................ 24
Aplikasi pupuk anorganik ..................................................................... 24
Aplikasi pupuk hayati cair ..................................................................... 24
Penyiraman ........................................................................................... 24
Penyulaman .......................................................................................... 24
Penjarangan .......................................................................................... 25
Pembumbunan ...................................................................................... 25
Penyiangan ........................................................................................... 25
Pengendalian hama dan penyakit ........................................................... 25
Pemanenan ............................................................................................ 25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi tanaman (cm) .................................................................................. 27
Jumlah cabang (cabang) ............................................................................. 32
Umur berbunga (hst) .................................................................................. 34
Umur panen (hst) ....................................................................................... 36
Bobot segar akar (g) ................................................................................... 38
Bobot kering akar (g) ................................................................................. 43
Bobot segar tajuk (g).................................................................................. 48
Bobot kering tajuk (g) ................................................................................ 53
Jumlah polong per sampel (polong)............................................................ 59
Jumlah polong berisi per sampel (polong) .................................................. 60
Bobot 100 biji ............................................................................................ 61
Produksi per tanaman ................................................................................. 63
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................ 66
Saran ......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Hal.

1. Tinggi tanaman kedelai umur 6 MST pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (cm) .................................................. 27
2. Jumlah cabang kedelai umur 6 MST pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (cabang)............................................. 32
3. Umur berbunga kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (hst) ................................................... 34
4. Umur panen kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (hst) ................................................... 36
5. Bobot segar akar kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 38
6. Bobot kering akar kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 43
7. Bobot segar tajuk kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 48
8. Bobot kering tajuk kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 54
9. Jumlah polong per sampel kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (polong) ............................................. 59
10. Jumlah polong berisi per sampel kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (polong) ............................................. 60
11. Bobot 100 biji kedelai kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 61
12. Produksi per tanaman kedelai kedelai pada berbagai taraf
pupuk hayati cair dan anorganik (g) ..................................................... 63

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal.

1. Hubungan antara tinggi tanaman kedelai umur 6 MST dengan
pupuk hayati cair pada beberapa taraf pupuk anorganik ........................ 28
2. Hubungan antara tinggi tanaman kedelai umur 6 MST dengan
pupuk anorganik pada beberapa taraf pupuk hayati cair ........................ 30
3. Hubungan antara jumlah cabang kedelai umur 6 MST dengan
pemberian pupuk anorganik ................................................................. 33
4. Hubungan antara umur berbunga kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik ................................................................. 35
5. Hubungan antara umur panen kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik ................................................................. 37
6. Hubungan antara bobot segar akar kedelai dengan
pemberian pupuk hayati cair pada beberapa taraf pupuk anorganik ....... 39
7. Hubungan antara bobot segar akar kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik pada beberapa taraf pupuk hayati cair ....... 41
8. Hubungan antara bobot kering akar kedelai dengan
pemberian pupuk hayati cair pada beberapa taraf pupuk anorganik....... 44
9. Hubungan antara bobot kering akar kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik pada beberapa taraf pupuk hayati cair....... 46
10. Hubungan antara bobot segar tajuk kedelai dengan
pemberian pupuk hayati cair pada beberapa taraf pupuk anorganik....... 49
11. Hubungan antara bobot segar tajuk kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik pada beberapa taraf pupuk hayati cair....... 52
12. Hubungan antara bobot kering tajuk kedelai dengan
pemberian pupuk hayati cair pada beberapa taraf pupuk anorganik....... 55
13. Hubungan antara bobot kering tajuk kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik pada beberapa taraf pupuk hayati cair....... 57
14. Hubungan antara bobot 100 biji kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik ................................................................. 62
15. Hubungan antara produksi per tanaman kedelai dengan
pemberian pupuk anorganik ................................................................. 64

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal.

1. Data tinggi tanaman (cm) 3 MST ......................................................... 71
2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ............................................ 71
3. Data tinggi tanaman (cm) 4 MST ......................................................... 72
4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ............................................ 72
5. Data tinggi tanaman (cm) 5 MST ......................................................... 73
6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ............................................ 73
7. Data tinggi tanaman (cm) 6 MST ......................................................... 74
8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ............................................ 75
9. Data jumlah cabang (cabang) 4 MST.................................................... 76
10. Daftar sidik ragam jumlah cabang 4 MST ............................................ 76
11. Data jumlah cabang (cabang) 5 MST.................................................... 77
12. Daftar sidik ragam jumlah cabang 5 MST ............................................ 77
13. Data jumlah cabang (cabang) 6 MST.................................................... 78
14. Daftar sidik ragam jumlah cabang 6 MST ............................................ 78
15. Data umur berbunga (hst) ..................................................................... 79
16. Daftar sidik ragam umur berbunga ....................................................... 79
17. Data umur panen (hst) .......................................................................... 80
18. Daftar sidik ragam umur panen ............................................................ 80
19. Data bobot segar akar (g) ..................................................................... 81
20. Daftar sidik ragam bobot segar akar ..................................................... 82
21. Data bobot kering akar (g).................................................................... 83
22. Daftar sidik ragam bobot kering akar.................................................... 84

Universitas Sumatera Utara

23. Data bobot segar tajuk (g) .................................................................... 85
24. Daftar sidik ragam bobot segar tajuk .................................................... 86
25. Data bobot kering tajuk (g)................................................................... 87
26. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk .................................................. 88
27. Data jumlah polong per sampel (polong) .............................................. 89
28. Daftar sidik ragam jumlah polong per sampel....................................... 89
29. Data jumlah polong berisi per sampel ................................................... 90
30. Daftar sidik ragam jumlah polong berisi per sampel ............................. 90
31. Data bobot 100 biji (g) ......................................................................... 91
32. Daftar sidik ragam bobot 100 biji ......................................................... 91
33. Data produksi per tanaman (g) ............................................................. 92
34. Daftar sidik ragam produksi per tanaman ............................................. 92
35. Rangkuman hasil penelitian.................................................................. 93
36. Jadwal kegiatan penelitian .................................................................... 94
37. Bagan penelitian................................................................................... 95
38. Bagan tanaman per plot ....................................................................... 96
39. Deskripsi tanaman kedelai varietas Tanggamus .................................... 97
40. Foto lahan penelitian ............................................................................ 98
41. Foto tanaman per plot........................................................................... 99
42. Foto tanaman per perlakuan ................................................................ 103
43. Foto polong tanaman per pelakuan ...................................................... 107
44. Foto polong tanaman per plot ............................................................... 108
45. Foto biji tanaman per pelakuan ............................................................ 109

Universitas Sumatera Utara

46. Foto biji tanaman per plot..................................................................... 110
47. Hasil Analisis Tanah ........................................................................... 111

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
PU RAJA GOGA PANJAITAN : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kedelai (Glycine max L. Merrill) Terhadap Pemberian Pupuk Hayati Cair
Pada Beberapa Taraf Pemberian Pupuk Anorganik dibimbing oleh
RATNA ROSANTY LAHAY dan MEIRIANI.
Respons
pertumbuhan
dan
produksi
tanaman
kedelai (Glycine max L. Merrill) terhadap kombinasi pupuk hayati cair dan pupuk
anorganik belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah
dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan (+ 25 m dpl) pada
Oktober 2009 - Januari 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
factorial dengan 2 faktor yaitu pupuk hayati cair (0, 5, 10 dan 15 cc per liter air)
dan pupuk anorganik (0, 50 dan 100 % dosis pemupukan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati cair nyata
meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot
segar tajuk dan bobot kering tajuk. Pemberian pupuk anorganik nyata
meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, jumlah cabang 6 MST, umur berbunga,
umur panen, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar tajuk, bobot kering
tajuk, bobot 100 biji dan produksi per tanaman. Interaksi antara kedua faktor
tersebut nyata meningkatkan tinggi tanaman 6 MST, bobot segar akar, bobot
kering akar, bobot segar tajuk dan bobot kering tajuk.
Kata kunci : Pupuk Hayati Cair, Pupuk Anorganik, Kedelai

.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
PU RAJA GOGA PANJAITAN : Response in Growth and Production of Soybean
to the addition Liquid Biofertilizer on some level the addition Annorganic
Fertilizer, supervised by RATNA ROSANTY LAHAY and MEIRIANI.
Response in Growth and Production of Soybean to combination of Liquid
Biofertilizer and Annorganic Fertilizer have not been researched enough in this
region. Therefore, a research had been conducted at experimental field of
College of Agriculture USU (+ 25 m above sea level) in October 2009 – Januari
2010 using factorial randomized block design with two factors, i.e. liquid
Biofertilizer (0, 5, 10 and 15 cc per litre water) and Annorganic fertilizer (0, 50
and 100 % fertilizing dosage).
The result showed that the addition liquid Biofertilizer significantly
increase the plant height of 6 weeks after plant, the fresh weight of root, the dry
weight of root, the fresh weight of crown, the dry weight of crown. The addition
Anorganic fertilizer significantly increase the plant height of 6 weeks after plant,
the branch number of 6 weeks after plant, age of flowering, age of harvesting, the
fresh weight of root, the dry weight of root, the fresh weight of crown, the dry
weight of crown, weight of 100 seed, and production per plant. The interaction
between that two factors significantly increase the plant height of 6 weeks after
plant, the fresh weight of root, the dry weight of root, the fresh weight of crown
and the dry weight of crown.
Keyword : Liquid Biofertilizer, Annorganic Fertilizer, Soybean
.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya impor kedelai untuk konsumsi maupun sebagai bahan baku
pembuatan pakan ternak dan keperluan industri (besar dan rumah tangga)
di Indonesia membuktikan bahwa komoditas ini belum bisa dipenuhi di dalam
negeri. Beragamnya pemanfaatan kedelai menyebabkan permintaan kedelai terus
meningkat setiap tahun. Akibatnya, impor kedelai cenderung meningkat. Pada
tahun 2001, produksi kedelai mencapai 0,82 juta ton dan jumlah permintaan
mencapai 1,96 juta ton sehingga volume impor mencapai 1,14 juta ton.
Pada

tahun

2002

diperkirakan

terjadi

peningkatan

sekitar

12

persen

(www.situshijau.co.id, 2009).
Produksi kedelai nasional setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini
dapat dilihat dari data produksi kedelai Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut adalah sebagai
berikut 723.483 ton, 808.353 ton, 747.611 ton dan 592.381 ton. Menurunnya
produksi kedelai ini disebabkan oleh sedikitnya petani yang menanam kedelai,
luas lahan pertanian yang dapat digunakan semakin habis dan kurang baiknya
teknik budidaya yang digunakan petani (www.bps.go.id, 2009).
Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia telah menjadi lahan kritis
akibat pencemaran dari limbah industri dan pemakaian pupuk anorganik atau
kimia secara berlebihan. Menurut Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Teknologi,
Ahmad Syarifuddin Karama, lahan pertanian yang sudah dalam kondisi
krisis mencapai 66 % dari tujuh juta hektar areal pertanian yang ada.
Keadaan

kritis

tersebut

diantaranya

berupa

tingkat

pencemaran

tanah

Universitas Sumatera Utara

yang

cukup

tinggi

dan

unsur

hara

sudah

tidak

seimbang

(www.ngappsich.blogspot.com, 2009).
Menurut

Organisasi

Pangan

dan

Pertanian

(FAO),

keberhasilan

peningkatan produksi pangan sangat bergantung pada pemberian pupuk, dan
dilaporkan bahwa telah terjadi kenaikan penggunaan pupuk buatan dari 5 juta ton
pada tahun 1967. Pada 30 tahun setelahnya kebutuhan meningkat sembilan kali
lipat menjadi 45 juta ton. Sementara itu, penggunaan pupuk buatan terkendala
harga yang makin mahal akibat kelangkaan bahan baku pembuatan nitrogen.
Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus berdampak negatif
terhadap lingkungan sehingga pengembangan pupuk hayati lebih berpeluang
(www.ngappsich.blogspot.com, 2009).
Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus telah menyebabkan
penurunan tingkat kesuburan lahan pertanian karena populasi mikroorganisme
tanah berkurang dan mati. Di samping itu, struktur tanah menjadi keras, daya
sanggah tanah untuk menahan air berkurang, tanah miskin hara dan menjadikan
lahan pertanian krisis (Anonimous, 2004).
Dimulai sejak tahun 2001, dengan menekankan pemanfaatan teknik nuklir
telah dilakukan proyek pengembangan pupuk hayati (biofertilizer) dalam
mengatasi

masalah

ketahanan

pangan

dan

perlindungan

lingkungan

(www.ngappsich.blogspot.com, 2009). Pupuk hayati adalah mikroba yang dipakai
untuk perbaikan kesuburan tanah, misalnya Rhizobium sp, mikroba pelarut fosfat,
Azospirilium sp, cendawan mikoriza dan lain-lain (Hasibuan, 2006).
Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur hara yang paling banyak
diperlukan tanaman dan merupakan faktor pembatas pertumbuhan hasil tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Sampai saat ini permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan adalah
ketersediannya yang rendah. Meskipun demikian, kebutuhan pupuk N dan P dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk mengurangi perbedaan yang besar
antara kebutuhan (demand) dan pasokan (supply), tambahan pupuk organik dan
pupuk hayati sangat diperlukan. Kemungkinan besar terdapat kendala yang cukup
besar dalam program pengembangan pertanian organik, terutama pengumpulan,
penyimpanan dan pemanfaatan bahan organik. Akan tetapi kesulitan tersebut
dapat diatasi dengan penggunaan pupuk hayati (Sutanto, 2002).
Pada umumnya pupuk hayati disebut biofertilizer. Ada yang juga
menyebutnya pupuk bio dan pupuk mikroba. Apapun namanya pupuk hayati bisa
diartikan sebagai pupuk yang hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok,
karena pupuk hayati tidak mengandung hara. Kandungan pupuk hayati
adalah

mikrooganisme

yang

memiliki

peranan

positif

bagi

tanaman

(www.joudie.com, 2009).
Pupuk hayati cair memiliki kelebihan antara lain berharga murah dan tidak
berdampak negatif baik terhadap kesehatan tanah maupun lingkungan. Pupuk
hayati cair yang banyak dikembangkan merupakan pemasok nitrogen dan fosfor
(Sutanto, 2002).
Selain itu, pupuk hayati cair merupakan alternatif bagi petani untuk
memanfaatkan pasokan N2 udara dan memecah P menjadi tersedia bagi tanaman.
Pupuk hayati cair mengandung mikroorganisme tertentu dalam jumlah yang
banyak dan mampu menyediakan hara serta membantu pertumbuhan tanaman
(Sutanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) terhadap pemberian pupuk hayati cair pada beberapa
taraf pemberian pupuk anorganik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh empat taraf konsentrasi
pemberian pupuk hayati cair dan tiga taraf dosis pemberian pupuk anorganik
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill).

Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan respons yang nyata pada pertumbuhan dan produksi
kedelai akibat perbedaan konsentrasi pemberian pupuk hayati cair dan dosis
pupuk anorganik serta interaksi kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan pula berguna untuk pihakpihak yang berkepentingan dalam budidaya kedelai (Glycine max L. Merrill).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kecambah kedelai tergolong kepada epigous, yang berarti keping biji
muncul di atas tanah. Bagian batang berkecambah di bawah keping disebut
hipokotil. Warna hipokotil ungu atau hijau, dan erat hubungannya dengan warna
bunga. Kedelai yang hipokotilnya ungu warna bunganya ungu, yang hijau
bunganya berwarna putih (Suprapto, 1995).
Akar kedelai merupakan akar tunggang, pada tanah gembur akar kedelai
dapat mencapai kedalaman 150 cm. Pada akarnya terdapat bintil akar, berupa
koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini mempunyai kemampuan
mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan
kedelai (Suprapto, 1995).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan atas dua tipe yaitu tipe determinate
dan indeterminate. Perbedaan tipe pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga di pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga sedangkan pertumbuhan batang tipe indeterminate ditunjukkan dengan
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun walaupun tanaman sudah mulai
berbunga. Tipe semideterminate gabungan kedua tipe diatas (Adisarwanto, 2005).
Terdapat empat tipe daun yang berbeda pada tanaman kedelai yaitu
kotiledon atau daun biji, daun primer, daun trifoliate dan daun profila. Daun
primer sederhana berbentuk oval berupa unifoliat (daun tunggal) yang terletak
berseberangan pada buku pertama. Daun-daun berikutnya anak daunnya bentuk
oval hingga lancip (Somaatmadja, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Perilaku pembungaan kedelai berbeda-beda, mulai dari sangat tidak
terbatas hingga terbatas. Saat berbunga bergantung pada kultivar dan dapat
beragam dari 80 hari hingga mencapai 150 hari setelah tanam (Rubatzky, 1998).
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dalam arti setiap bunga terdapat alat
jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota masih menutup,
sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alami sangat kecil. Bunga
terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih (Suprapto, 1995). Tidak
semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara
sempurna. Menurut penelitian sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk
polong (Suprapto, 1995).
Buah kedelai berbentuk polong, berwarna hijau atau kuning dan berisi
1-4 biji setiap polong (Danarti dan Najiyati, 1992). Bijinya berbentuk bundar atau
pipih,dan sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji berbeda-beda menurut
kultivar (Rubatzky, 1998). Apabila sudah tua buah akan berubah warna menjadi
kecoklatan atau keputihan (Danarti dan Najiyati, 1992).

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis.
Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai
tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik
di daerah yang memiliki curah hujan sekitar (100-400) mm/bulan. Sedangkan
untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan
antara (100-200) mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara
(21-34) °C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai

Universitas Sumatera Utara

(23-27) °C (www.warintek.ristek.go.id, 2009). Kedelai dapat tumbuh baik hingga
ketinggian tempat sampai 400 m di atas permukaan laut (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh dengan menanam kedelai pada
bulan-bulan kering, asal kelembaban tanah masih cukup terjamin. Selama periode
pertumbuhan hingga pengisian polong, air sangat diperlukan. Misalnya untuk
kebutuhan berkecambah kedelai paling tidak membutuhkan kadar air 50 % dari
berat biji. Pada waktu pengisian polong jika persediaan air sangat terbatas, dapat
berpengaruh pada besarnya biji dan jumlah biji tiap polong (Suprapto, 1995).
Kedelai merupakan tanaman berhari pendek yakni tidak akan berbunga
bila lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Dengan lama
penyinaran 12 jam hampir semua varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung
dari varietasnya, umur berbunga yang beragam (20-60) hari setelah tanam
(Danarti dan Najiyati, 1992).

Tanah
Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai
agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan
liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung
bahan organik dan pH antara 5,5-7. pH optimal adalah 6,7. Tanah hendaknya
mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996).
Dalam pembudidayaan kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi
tanahnya yang datar, sehingga tidak perlu dibuat teras dan tanggul. Kedelai juga
membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik
yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber

Universitas Sumatera Utara

makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008).
Penanaman kedelai pada tanah-tanah berat agak sukar, namun setelah
berkecambah biasanya menunjukkan pertumbuhan yang baik. Tanah yang
mempunyai tekstur sedang sangat baik bagi pertumbuhan kedelai. Kedelai juga
dapat tumbuh baik pada tanah organik asal hara tanaman dapat dipenuhi.
Jenis-jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah dapat diperbaiki dengan
memberikan hara yang dianggap kurang berdasarkan analisa tanah dan jaringan
(Somaatmadja, 1993).
Tanah-tanah yang cocok untuk pembudidayaan kedelai yaitu: Alluvial,
Regosol, Grumosol, Latosol dan Andosol. Pada tanah-tanah Podsolik Merah
Kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai
kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam
jumlah cukup, pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi
amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik
(www.warintek.ristek.go.id, 2009).

Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase
kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, dapat
dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk
tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa
unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali apikasi,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan (Novizan, 2002).
Pupuk anorganik mempunyai kebaikan-kebaikan yaitu lebih mudah
menentukan jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
pupuk dapat diberikan pada saat yang tepat, pupuk buatan mengandung unsur hara
yang tinggi dan pengangkutan serta pemberiannya lebih murah, mudah dan
ekonomis (Hasibuan, 2006).
Pupuk anorganik mudah diperoleh, kandungan haranya tinggi, mudah larut
dan cepat diserap oleh akar tanaman. Oleh karena itu pupuk ini banyak
dipergunakan oleh para petani dibandingkan dengan pupuk alam atau pupuk
organik. Pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro dan hanya unsur
hara tertentu saja yang mempunyai konsentrasi hara yang tinggi seperti N, P, K
dan Mg. Contohnya urea mengandung hara N sebanyak 45 % - 46 %,
TSP : 48 % P2O5, SP-36 : 36 % P2O5, KCl 50 % - 60 % K2O (Hasibuan, 2006).
Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak
mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam
tanah sedikit, sedangkan yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim
cukup banyak. Di samping itu, senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan
mudah hilang dalam air drainase atau alang ke atmosfir, namun efek nitrogen
terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat. Bentuk urea (CO(NH2)2) dapat
dimanfaatkan tanaman, karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis
daun. Dengan demikian, dari banyak segi jelas bahwa unsur nitrogen ini
merupakan unsur yang berdaya besar yang tidak saja harus diawetkan, tetapi juga
harus dikendalikan pemakaiannya (Hakim, dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari
pupuk anorganik yaitu sebagai berikut :
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya
memiliki takaran hara yang tepat.
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara yang
tepat.
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia di
pasaran.
4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding
pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut
menjadi lebih murah.
Unsur N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida,
nukleotida, dan nucleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran
sel, dan karenanya untuk

pertumbuhan. Nitrogen dan air, khususnya

meningkatkan tinggi tanaman, tetapi pengaruh itu kompleks karena ukuran daun
yang lebih besar akan mengakibatkan penaungan yang lebih banyak yang
cenderung akan meningkatkan kandungan auksin yang dapat mempengaruhi
panjang ruas. Pemupukan nitrogen juga akan menggiatkan perakaran tanaman
yang lebih dalam dan lebih banyak hasil asimilasi untuk pertumbuhan akar.
Nitrogen bergerak dalam tubuh tanaman, nitrogen berpindah ke jaringan muda
sehingga defisiensi pertama kali tampak pada daun-daun yang lebih tua.
Defisiensi nitrogen mengganggu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman
terbantut (kerdil), menguning, dan berkurang hasil panen berat keringnya
(Gardner, dkk, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Humphries

dan

Wheeler

(1963),

pemupukan

nitrogen

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perluasan daun, terutama pada lebar
dan luas daun, walaupun jumlah dan ukuran daun dipengaruhi juga oleh genotip
dan lingkungan. Namun pemberian nitrogen yang tinggi menyebabkan tanaman
mudah

rebah

karena

sistem

perakaran

relatif

menjadi

lebih

sempit

(Marhsner, 1986). Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyatakan bila pemberian
nitrogen dinaikkan melampaui titik optimal, maka sebagian nitrogen yang yang
diasimilasi memisahkan diri sebagai amida, sehingga pemberian nitrogen yang
berlebihan hanya menaikkan kadar nitrogen pada tanaman tetapi mengurangi
sintesis karbohidrat.
Pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan
kadar selulosa. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetative,
pemupukan

nitrogen

harus

diimbangi

dengan

pemupukan

unsur

lain.

Pembentukan senyawa organik tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk
Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat.
Penyerapan nitrogen nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh
ketersediaan ion K+ (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Fospor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatida, merupakan
bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting
dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem.
Secara umum, fungsi dari P (fospor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1. dapat mempercepat pertumbuhan akar

Universitas Sumatera Utara

2. dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda
menjadi tanaman dewasa pada umumnya
3. dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji
4. dapat meningkatkan produksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Fospor diserap terutama sebagai anion fosfat valensi satu H2PO4-dan
diserap lebih lambat dalam bentuk anion valensi dua HPO42-. Tumbuhan yang
kahat fospor menjadi kerdil dan menjadi hijau tua. Gejalanya terlihat mula-mula
pada daun dewasa dimana daun tua berwarna cokelat gelap saat mati. Kematangan
sering tertunda bila dibandingkan dengan tumbuhan yang cukup fosfat. Fosfat
merupakan bagian esensial dari banyak gula fosfat yang berperan dalam
nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari fosfolipid pada membran.
Fosfor berperan penting pula dalam metabolism energi, karena keberadaannya
dalam ATP, ADP, AMP dan pirofosfat (Ppi) (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman yang dipupuk fospor mengembangkan lebih banyak akar
dibanding dengan tanaman yang tidak dipupuk, tetapi hal ini mungkin bukan
pengaruh langsung, ketersediaan fospor mula-mula meningkatkan fotosintesis
yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhan akar (Gardner, dkk, 1991). Pupuk
P-anorganik lebih berperan dalam pengisian dan pengembangan biji dan
metabolisme karbohidrat pada daun dan pemindahan sukrosa serta fospor
ditemukan relatif dalam jumlah banyak dalam buah dan biji tanaman
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga
unsur ini tetap sabagai ion di dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai activator

Universitas Sumatera Utara

dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi,
serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga
merupakan ion yang berperan dalam mengatur tekanan turgor sel yang berperan
dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Gejala kekurangan kalium akan
menyebabkan daun mengalami klorosis yang berukuran kecil dan terdapat pada
bagian ujung, tepi dan jaringan antar tulang daun (Lakitan, 2007).
Kalium memberikan pengaruh langsung terhadap perakaran dalam hal
pemanjangan atau percabangan. Selaini itu, kalium penting untuk fungsi fisiologis
tertentu pada akar, kalium yang tidak cukup mungkin menyebabkan sistem
translokasi yang lemah, organisasi sel yang tidak baik dan hilangnya permeabilitas
sel (Gardner, dkk, 1991).
Besar kecilnya ketersediaan kalium tanah untuk tanaman juga dipengaruhi
oleh besar kecilnya kalium yang hilang dari tanah. Kehilangan yang terbesar dari
kalium tanah adalah disebabkan pencucian. Pengaruh pemberian kapur ke dalam
tanah juga dapat menyebabkan kalium tanah menjadi tidak tersedia. Apalagi pada
tanah-tanah ringan dan banyak mengandung pasir, kehilangan kalium akan lebih
desar akibat drainase. Kehilangan kalium dapat diperbesar lagi oleh tanaman,
karena kailum dalam tanaman dapat bersifat sebagai konsumsi berlebihan. Yang
dimaksud dengan konsumsi berlebihan adalah naiknya serapan kalium tidak lagi
diikuti oleh bertambahnya produksi (Hakim, dkk, 1986). Penyerapan kalium yang
tinggi juga akan menyebabkan penyerapan unsur Ca dan Mg turun
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Pupuk Hayati Cair
Pupuk hayati menurut SK Menteri Pertanian No. R.130.760.11.1998
digolongkan ke dalam kelompok pupuk alternatif. Secara umum istilah pupuk
hayati diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung sel hidup atau dalam
keadaan laten dari suatu strain penambat nitrogen, pelarut, atau mikroorganisme
selulolitik yang diberikan ke biji, tanah, atau ke tempat pengomposan. Pupuk
hayati banyak dimanfaatkan petani untuk meningkatkan hasil dan memperbaiki
mutu (www.joudie.com, 2009).
Pada
mampu

umumnya

hidup

pupuk

bersama

hayati

(simbiosis)

menggunakan
dengan

mikroba

tanaman

yang

inangnya

(www.nasih.staff.ugm.ac.id, 2009). Kelompok mikroba yang sering digunakan
adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan
hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan
tanaman (www.joudie.com, 2009). Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak,
tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan
mikroba mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
Mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan
langsung ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada
benih yang akan ditanam. Penggunaan yang menonjol dewasa ini adalah mikroba
penambat N dan mikroba untuk meningkatkan ketersedian P dalam tanah
(www.nasih.staff.ugm.ac.id, 2009).
Mikroba yang juga sering digunakan sebagai biofertilizer atau pupuk
hayati adalah mikroba perangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba dari kelompok
bakteri sering disebut dengan Plant Growt Promoting Rhizobacteria (PGPR),

Universitas Sumatera Utara

namun sekarang juga diketahui bahwa ada juga fungi yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Bakteri yang diketahui dapat merangsang pertumbuhan
tanaman antara lain adalah Pseudomonas sp, Azosprillium sp, sedangkan fungi
yang sudah diketahui adalah Trichoderma sp. Pseudomonas sp, salah satu bakteri
PGPR yang menghasilkan hormon (www.joudie.com, 2009).
Mikroba lain yang juga sering digunakan adalah Mikoriza, yang terdiri
dari dua kelompok utama yaitu: endomikoriza dan ektomikoriza. Mikoriza
bersimbiosis dengan tanaman. Secara mudahnya endomikoriza berarti mikoriza
yang ada di dalam dan ektomikoriza adalah mikoriza yang ada di luar.
Endomikoriza atau VAM umumnya adalah fungi tingkat rendah sedangkan
ektomikoriza adalah jamur tingkat tinggi. Mikroriza memiliki peranan yang cukup
komplek. Dia tidak hanya berperan membantu penyerapan hara P, tetapi juga
melindungi tanaman dari serangan penyakit dan memberikan nutrisi lain bagi
tanaman (www.joudie.com, 2009).
Mikroba-mikroba bahan aktif pupuk hayati dikemas dalam bahan
pembawa, bisa dalam bentuk cair atau padat. Pupuk hayati juga ada yang hanya
terdiri dari satu atau beberapa mikroba saja, tetapi ada juga yang mengklaim
terdiri dari bermacam-macam mikroba. Pupuk hayati ini yang kemudian
diaplikasikan ke tanaman (www.joudie.com, 2009).
Penggunaan pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah
mikroorganisme dan mempercepat proses mikrobologis untuk meningkatkan
ketersediaan hara, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk mikroba
bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil-borne
disease, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
(www.joudie.com, 2009).
Salah satu faktor yang menentukan mutu pupuk mikroba adalah jumlah
mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Jumlah tersebut dapat berkurang
karena suhu yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpanan pada
suhu rendah umumnya lebih cocok untuk ketahanan hidup mikroorganisme
daripada suhu tinggi. Peningkatan suhu menyebabkan kelembaban menurun.
Dengan mempertahankan kelembaban, kematian mikroorganisme dapat dikurangi.
Berdasarkan tingkat kelembabannya yang cukup tinggi, gambut cukup baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme, baik berupa bakteri maupun jamur. Selain peka
terhadap suhu tinggi mikroba juga peka terhadap sinar matahari langsung. Pada
penggunaan inokulan bakteri Rhizobium, inokulasi biji legum harus dilakukan
pada tempat yang teduh, karena bakteri tersebut tidak tahan terhadap sinar
matahari langsung (www.joudie.com, 2009).
Salah satu kelemahan mikroba adalah sangat tergantung dengan banyak
hal. Mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, baik lingkungan
biotik maupun abiotik. Jadi biofertilizer yang cocok di daerah sub tropis belum
tentu efektif di daerah tropis. Demikian juga biofertilizer yang efektif di Indonesia
bagian barat, belum tentu efektif juga di wilayah Indonesia bagian timur. Mikroba
yang bersimbiosis dengan tanaman lebih spesifik lagi. Misalnya Rhizobium sp
yang bersimbiosis dengan kedelai varietas tertentu belum tentu cocok untuk
tanaman kacang-kacangan yang lain. Umumnya mikroba yang bersimb