6 Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi yang terpilih. Sampel yang dipilih adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1 Pasien dengan diagnosa pneumonia. Dokter telah menegakkan diagnosa pneumonia
pada pasien berdasarkan tanda dan gejala dengan atau tanpa menggunakan cara dan alat seperti laboratorium, foto rontgen, dan klinik.
2 Pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotik. Proses penyembuhan penyakit
berdasarkan diagnosis menggunakan obat berupa antibiotik. 3
Pasien rawat inap di rumah sakit. Proses perawatan pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit pneumonia, di mana pasien diinapkan di
suatu ruangan di rumah sakit. 4
Pasien dengan data rekam medik lengkap. Data rekam medis harus mencakup identitas pasien, diagnosa, terapi pengobatan dan nilai laboratorium yang meliputi
serum kreatinin, ureum, SGOT dan SGPT. Kriteria eksklusi:
1 Pasien hamil. Hampir semua antibiotik dapat membahayakan pasien hamil sehingga
akan mempersulit penelitian. 2
Pasien dengan infeksi lain. Infeksi lain selain pneumonia akan membingungkan evaluasi karena tidak dapat dipastikan apakah antibiotik yang digunakan hanya
untuk infeksi pneumonia atau infeksi penyerta.
5. Teknik Sampling
Pengumpulan data secara retrospektif dari kartu rekam medik pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Moewardi selama tahun 2013
dengan menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri yang sesuai kriteria inklusi.
6. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Dokter Moewardi. 7.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskripstif non analitik kemudian dibandingkan dengan Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Komuniti
Indonesia tahun 2003.
8. Jalannya Penelitian
Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan :
7 a.
Penelusuran kartu rekam medik kemudian dilakukan pengelompokan pasien yang terdiagnosa pneumonia.
b. Pengambilan data pasien yang terdiagnosa pneumonia meliputi nama pasien, umur,
jenis kelamin, diagnosa utama, nomor rekam medik, dan obat yang diberikan jenis antibiotik, frekuensi, waktu pemakaian, dosis, rute, durasi. Apabila pasien pernah
dirawat lebih dari 1 kali, maka data yang diambil adalah data terakhir.
c. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia dengan menggunakan alur
penilaian kualitatif penggunaan antibiotik metode Gyssens.
Gambar 1. Al ur Penilai an Kualitatif Penggunaan Anti biotik Gyssens Classification. Gyssens, 2005
Mulai
Da ta lengkap Antibioti k sesuai
indi kasi Al terna tif lebih efektif
Al terna tif kurang toksik tidak
ya tidak
ya
ya VI
s top
V s top
IVb IVa
ya tidak
Al terna tif lebih murah tidak
ya IVc
Al terna tif spektrum lebih sempi t
tidak
Pemberian terlalu la ma
Pemberian terlalu singka t
Tepa t dosis IIa
IIIa tidak
Tepa t interval IIb
Tepa t rute Tepa t timing
I
Tidak termasuk I-IV IVd
ya
ya ya
IIIb ya
ya IIc
ya
ya tidak
tidak tidak
tidak tidak
tidak
8 Evaluasi antibiotik dimulai dari kotak yang paling atas, yaitu dengan menilai
kelengkapan data pasien Kemenkes RI, 2011. 1
Jika data tidak lengkap, berhenti di kategori VI. Data tidak lengkap adalah data rekam medis tanpa diagnosis, atau ada halaman
rekam medis yang hilang. Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Jika data lengkap, dilanjutkan pada pertanyaan, apakah
ada infeksi yang membutuhkan antibiotik? 2
Jika pemberian antibiotik tanpa indikasi, berhenti di kategori V. Jika pemberian antibiotik memang diindikasikan dilanjutkan pada pertanyaan
selanjutnya, apakah antibiotik yang diberikan sudah tepat? 3
Jika ada pilihan antibiotik lain yang lebih efektif, berhenti di kategori IVa. Jika tidak ada pilihan antibiotik yang lebih efektif, maka dilanjutkan pertanyaan,
apakah ada antibiotik lain yang lebih aman? 4
Jika ada pilihan antibiotik lain yang lebih aman, berhenti di kategori IVb. Jika tidak ada pilihan antibiotik yang lebih aman, maka dilanjutkan pertanyaan,
apakah ada antibiotik yang lebih murah? 5
Jika ada pilihan antibiotik lain yang lebih murah, berhenti di kategori IVc. Jika tidak, maka dilanjutkan pada pertanyaan, apakah ada antibiotik lain yang
mempunyai spektrum yang lebih sempit? 6
Jika ada pilihan antibiotik lain dengan spektrum yang lebih sempit, berhenti di kategori IVd.
Jika tidak ada antibiotik lain dengan spektrum yang leb ih sempit, maka dilanjutkan dengan pertanyaan, apakah durasi pemberian antibiotik terlalu lama?
7 Jika durasi pemberian antibiotik terlalu lama, berhenti di kategori IIIa.
Jika tidak, diteruskan dengan pertanyaan apakah durasi pemberian antibiotik terlalu singkat?
8 Jika durasi pemberian antibiotik terlalu singkat, berhenti di kategori IIIb.
Jika tidak, diteruskan dengan pertanyaan, apakah dosis antibiotik yang digunakan tepat?
9 Jika dosis pemberian antibiotik tidak tepat, berhenti di kategori IIa.
Jika dosisnya tepat, maka dilanjutkan dengan pertanyaan, apakah interval antibiotik yang diberikan sudah tepat?
10 Jika interval pemberian antibiotik tidak tepat, berhenti di kategori IIb.
Jika interval pemberian sudah tepat, dilanjutkan dengan pertanyaan, apakah rute pemberian antibiotik sudah tepat?
11 Jika rute pemberian antibiotik tidak tepat, berhenti di kategori IIc.
9 Jika rute tepat, lanjutkan ke kotak berikutnya.
12 Jika antibiotik tidak termasuk kategori I sampai VI, antibiotik tersebut merupakan
kategori 0 yaitu antibiotik yang tepat atau rasional. Setelah dievaluasi dengan diagram alir Gyssens, antibiotik dikelompokkan
menurut kriteria yang sesuai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat 1051 catatan rekam medik pasien pneumonia di instalasi rawat inap RSUD Dokter Moewardi Surakarta selama tahun 2013. Data yang diambil meliputi data
karakteristik pasien yang sesuai dengan inklusi pasien dengan diagnosa pneumonia, data rekam medik lengkap, pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotik dan rawat inap.
Data pasien pneumonia diperoleh secara acak dan dimasukan ke dalam kriteria inklusi, sehingga data yang diperoleh adalah sebanyak 51 pasien.
1. Karakteristik Pasien Pneumonia
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian digunakan data jenis kelamin laki - laki dan perempuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap penyakit pneumonia. Tabel 1 menunjukkan
jumlah dan persentase pasien pneumonia di instalasi rawat inap RSUD dokter Moewardi tahun 2013.
Tabel 1. Data pasien pneumonia ber dasarkan je nis kelamin di instalasi rawat inap RS UD Dokter Moe war di Tahun 2013
No. Jenis Kelamin
Juml ah Persentase
1 La ki - la ki
29 56,86
2 Pere mpuan
22 43,14
Total 51
100
Berdasarkan tabel 1 jumlah pasien pneumonia dengan jenis kelamin laki - laki lebih banyak dibandingkan jumlah pasien pneumonia dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah
pasien laki- laki adalah 29 56,86 sedangkan jumlah pasien perempuan adalah 22 43,14. Hal ini dikarenakan laki - laki lebih sering beraktivitas diluar rumah sehingga
mudah terpapar polusi udara dan lebih cenderung mengkonsumsi rokok, karena polusi udara dan asap rokok mempunyai banyak zat kimia yang dapat memicu terjadinya infeksi
saluran pernafasan Gondodiputro, 2007. b.
Berdasarkan Umur Pada penelitian digunakan data umur pasien untuk mengetahui pengaruh
bertambahnya umur terhadap penyakit pneumonia. Dari 51 sampel yang diperoleh semua
10 pasien memiliki umur di atas 30 tahun. Sehingga data umur pasien pneumonia dibagi
dalam 6 kelompok berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009 yaitu dewasa awal 26-35 tahun, dewasa akhir 36-45 tahun, lansia awal 46-55 tahun, lansia
akhir 56-65 tahun dan manula 66 tahun ke atas. Tabel 2 menunjukkan jumlah dan persentase pasien pneumonia di instalasi rawat inap RSUD Dokter Moewardi Surakarta
tahun 2013.
Tabel 2. Data pasien pne umonia ber dasarkan usia di i nstalasi rawat inap RS UD Dokter Moe war di Tahun 2013
No. Umur Tahun
Juml ah Persentase
1 26-35
2 3,92
2 36-45
5 9,80
3 46-55
12 23,53
4 56-65
12 23,53
5 66
20 39,22
Total 51
100
Berdasarkan tabel 2 jumlah pasien pneumonia lebih banyak diderita pada umur 66 tahun ke atas atau manula dengan jumlah 20 23,53. Sedangkan jumlah pasien
pneumonia lebih sedikit pada umur 26-35 tahun atau dewasa awal dengan jumlah 2 3,92. Dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur pasien maka semakin bertambah
jumlah pasien pneumonia. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya umur maka sistem imun pada tubuh akan semakin menurun sehingga tubuh mudah terinfeksi Karnen
et al, 2012.
2. Diagnosis Penyakit Pneumonia