Prinsip Pemberdayaan DEFINISI KONSEPTUAL

commit to user pada aksi-aksi untuk mengubah pola kekuasaan di masyarakat. Menurut Kartasasmita pemberdayaan harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu : a Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi individu dapat berkembang. b Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial yang dapat diakses oleh masyarakat lapisan paling bawah. c Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Dalam pemberdayaan harus dicegah jangan sampai yang lemah menjadi semakin lemah atau terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Kartasasmita, 1995:19. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kekurangan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadilan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan, sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

2. Prinsip Pemberdayaan

Dalam program pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya prinsip-prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesejahteraan masyarakat. Prinsip tersebut adalah landasan dasar yang harus dimiliki oleh seorang commit to user pekerja sosial, masyarakat, dan harus terinternalisasi dalam diri pekerja sosial yang bergerak dalam konteks masyarakat. Dalam praktiknya, prinsip-prinsip yang akan disuguhkan disini saling berkaitan satu sama lain. Beberapa prinsip pemberdayaan menurut prespektif pekerjaan sosial Suharto, 1997 : 216-217. a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial harus bekerjasama sebagai partner. b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subyek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan. c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan. d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu kepada masyarakat. e. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan menghargai keberagamaan yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut. f. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang. g. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri. h. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan. i. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif. j. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif ; permasalahan selalu memiliki beragam solusi. commit to user k. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara pararel. Suharto, 2005: 68-69. Menurut Kiefer 1981 pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi: kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipasif Soeharto, 1997: 215. Selain itu Parsons 1994 juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada : a Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. b Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri orang lain. c Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya- upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan. Parsons, et.al., 1994 :106.

3. Strategi Pemberdayaan

Dokumen yang terkait

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

ringkasan - REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 1 1

Pemberdayaan Difabel Dalam Upaya Peningkatan Kesejahtraan Sosial Hidupnya Melalui Program Self Help Group (SHG) Surakarta.

0 0 2

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMANTAPAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 183

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SRIKANDI DI DUSUN GAMOL, DESA BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 184

Menulis Buku Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

0 0 5

PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPING SOSIAL KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 241

PEMBERDAYAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KAMPUNG MACCINI BAJI KELURAHAN PUNDATA BAJI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

0 0 92

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA

0 0 106

MANAJEMEN STRATEGI DINAS SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository

0 35 192